Anda di halaman 1dari 3

Pencegahan atau Penyanderaan Manakah Yang Lebih Efektif ?

Abstrak
Dalm hal penagihan pajak Jurusita pajak memiliki kewenangan tertentu agar utang pajak
dapat dibayar oleh wajib pajak. Kewenangan tersebut antara lain: pencegahan dan
penyanderaan. Kewenangan tersebut telah diatur dalam UU 19 tahun 2000 tentang Penagihan
Pajak dengan Surat Paksa. Jurusita dapat menggunakan dua sebagai upaya penegakan hukum
terhadap wajib pajak yang tidak memenuhi kewajiban perpajakan dan tidak meunasi utang
pajak dalam jumlah tertentu. Diharapkan dengan adanya dua kewenangan tersebut utang
pajak bisa dibayar oleh wajib pajak sehingga dapat menambah penerimaan negara dalam
sektor pajak. Untuk itu jurusita pajak dan pejabat perlu mempertimbangkan tindakan mana
yang lebih efektif pencegahan atau penyanderaan ?
Pendahuluan
A. PENGERTIAN PENCEGAHAN
Menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 Pasal 1 sub 20 pengertian pencegahan
adalah sebagai berikut :
"Pencegahan adalah larangan yang bersifat sementara terhadap Penanggung Pajak tertentu
untuk keluar dari wilayah Negara Republik Indonesia berdasarkan alasan tertentu untuk
keluar dari wilayah Negara Republik Indonesia berdasarkan alasan tertentu sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang "
Pencegahan hanya dapat dilakukan terhadap Penanggung Pajak yang mempunyai
jumlah utang pajak minimal Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan diragukan
itikad baiknya dalam melunasi utang pajak.
Pencegahan hanya dapat dilakukan berdasarkan keputusan pencegahan yang
diterbitkan oleh Menteri atas permintaan pejabat yang bersangkutan.
Keputusan pencegahan memuat sekurang-kurangnya :
-

Identitas Penanggung Pajak yang dikenakan pencegahan;

Alasan untuk melakukan pencegahan; dan

Jangka waktu pencegahan.

Jangka waktu pencegahan paling lama 6 (enam) bulan dan dapat diperpanjang untuk selamalamanya 6 (enam) bulan. Keputusan pencegahan disampaikan kepada Penanggung Pajak
yang dikenakan pencegahan, Menteri Kehakiman, Pejabat yang memohon pencegahan atasan
Pejabat yang bersangkutan, dan Kepala Daerah setempat. Pencegahan tidak mengakibatkan
hapusnya utang pajak dan terhentinya pelaksanaan penagihan pajak.
B. PENYANDERAAN
Menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 Pasal 1 sub 21 yang dimaksud dengan
penyanderaan adalah:
" Pengekangan sementara waktu kebebasan Penanggung Pajak dengan menempatkannya di
tempat tertentu. "

Penyanderaan hanya dapat dilakukan terhadap Penanggung Pajak yang tidak melunasi utang
pajaknya setelah lewat jangka waktu 14 (empat belas) hari sejak tanggal Surat Paksa
diberitahukan kepada Penanggung Pajak.
Syarat Kuantitatif dan Kualitatif pada penyanderaan hanya dapat dilakukan terhadap
Penanggung Pajak yang mempunyai utang pajak sekurang-kurangnya Rp 100.000.000,00
(seratus juta rupiah) dan diragukan itikad baiknya dalam melunasi utang pajak.
Surat Perintah Penyanderaan sekurang-kurangnya memuat :
-

Identitas Penanggung Pajak;

Alasan penyanderaan

Izin penyanderaan;

Lamanya penyanderaan; dan tempat peyanderaan

Penyanderaan tidak boleh dilakukan dalam hal Penanggung Pajak sedang beribadah, atau
sedang mengikuti sidang resmi, atau sedang mengikuti pemilihan umum. Izin penyanderaan
memuat sekurang-kurangnya :
- Identitas Penanggung Pajak yang akan disandera;
- Jumlah utang pajak yang belum dilunasi;
- Tindakan penagihan pajak yang telah dilaksanakan;
- Uraian tentang adanya petujuk bahwa Penanggung Pajak diragukan itikad baik
dalam pelunasan utang pajak.
Surat Perintah Penyanderaan diterbitkan oleh Pejabat seketika setelah diterimanya izin
tertulis dari Menteri Keuangan untuk penagihan pajak pusat atau dari Gubernur Kepala
Daerah Tingkat I untuk penagihan pajak daerah.
Penanggung Pajak yang disandera ditempatkan di tempat tertentu dengan syarat:
1. Tertutup dan terasing dari masyarakat;
2. Mempunyai fasilitas terbatas;
3. Mempunyai sistem pengamanan dan pengawasan yang memadai
Jangka waktu penyanderaan paling lama 6 (enam) bulan terhitung sejak Penanggung Pajak
ditempatkan dalam tempat penyanderaan dan dapat diperpanjang untuk selama-lamanya 6
(enam) bulan. Jurusita Pajak harus menyampaikan Surat Perintah Penyanderaan langsung
kepada Penanggung Pajak dan salinannya disampaikan kepada kepala tempat penyanderaan.
Dalam hal Penanggung Pajak yang akan disandera tidak dapat ditemukan, Jurusita Pajak
melalui Pejabat atau atasan Pejabat dapat meminta bantuan Kepolisian atau Kejaksaan untuk
dapat menghadirkan Penanggung Pajak yang tidak dapat ditemukan tersebut.
Penyanderaan dilaksanakan pada saat Surat Perintah Penyanderaan diterima oleh Penanggung
Pajak yang bersangkutan. Penyanderaan dilaksanakan oleh Jurusita Pajak disaksikan oleh 2
(dua) orang penduduk Indonesia yang telah dewasa, dikenal oleh Jurusita Pajak dan dapat
dipercaya, dikenal oleh Jurusita Pajak dan dapat dipercaya. Dalam melaksanakan
penyanderaan Jurusita Pajak dapat meminta bantuan Kepolisian dan Kejaksaan .
Jurusita Pajak membuat Berita Acara Penyanderaan sekurang-kurangnya memuat:

Nomor dan tanggal Surat Perintah Penyanderaan

Izin tertulis Menteri Keuangan atau Gubernur Kepala Daerah Tingkat I

Identitas Penanggung Pajak yang disandera;

Tempat penyanderaan;

Lamanya penyanderaan; dan

Identitas saksi penyanderaan.

Salinan Berita Acara Penyanderaan disampaikan kepada Kepala tempat penyanderaan,


penanggung Pajak yang disandera, dan Bupati atau Walikota Madya Kepala Daerah Tingkat
II.
Pembahasan
Sebenarnya Jurusita pajak bisa melakukan pencegahan dan penyanderaan terhadap
wajib pajak secara bersamaan,namun apabila kedua hal tersebut dilakukan secara bersamaan
tidak akan efektif karena akan melibatkan banyak pihak seperti: Kepolisian dan Dirjen
imigrasi dan memakan banyak biaya.
Jurusita pajak perlu mempertimbangkan melakukan pencegahan atau penagihan.
Untuk memutuskan tindakan mana yang diambil Jurusita pajak perlu mempertimbangkan
faktor-faktor berikut:
A.Faktor Efek Jera (Deterrent Efect)
Jika ditinjau dari segi efek jera,penyanderaan lebih efektif dibandingkan dengan pencegahan.
Karena apabila dilakukan penyanderaan penanggung pajak akan merasa malu. Apalagi jika
penanggung pajak memiliki jabatan atau kedudukan yang tinggi tentu akan merasa sangat
terganggu dengan penyanderaan karena kredibilitasnya bisa turun. Sehingga penanggung
pajak akan membayar utang pajaknya dan tidak mengulangi perbuatannya.
B.Faktor Kesederhanaan Prosedur
Jika ditinjau dari segi kesederhanaan prosedur, pencegahan akan lebih efektif dibandingkan
dengan penyanderaan. Karena jurusita hanya perlu mengadakan koordinasi dengan Dirjen
Imigrasi untuk mencegah penanggung pajak melarikan diri keluar negeri. Sedangkan
penyanderaan melibatkan banyak pihak seperti:pihak kepolisian,kepala rumah tahanan dll.
C.Faktor

Anda mungkin juga menyukai