Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pajak sebagai sumber utama penerimaan utama penerimaan Negara perlu terus
ditingkatkan, sehingga pembangunan nasional dapat dilaksanakan dengan kemampuan
sendiri berdasarkan prinsip kemandirian. Peningkatan kesadaran masyarakat dibidang
perpajakan harus ditunjang denga iklim yang mendukung peningkatan peran aktif
masyarakat serta pemahaman akan hak dan kewajibannya dalam melaksanakan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
Penagihan pajak dengan surat paksa diatur dalam UU NO.19 tahun 2000. Bilamana
utang pajak tidak dibayar, maka KPP menerbitkan surat teguran, dilanjutkan dengan
penerbitan surat perintah melakukan penyitaan, dan apabila masih belum dibayar, lalu
dilakukan tindakan lelang oleh kantor lelang Negara atas permintaan kantor pelayanan
pajak yang bersangkugtan, penyitaan dilakukan oleh jurusita pajak. Tindakan penyitaan
dapat dilakukan seketika dan sekaligus tanpa menunggu urutan-urutan penagihan pajak.
Tindakan penagihan pajak selama ini dilaksanakan adalah berdasarkan pada UU No.19
Tahun 1997.
Dengan UU penagihan pajak yang demikian itu diharapakan dapat memberi
penekanan yang lebih pada keseimbangan antara kepentingan masyarakat wajib pajak dan
kepentingan Negara . keseimbangan kepentingan dimaksud berupa pelaksanaan hak dan
kewajiban oleh kedua belah pihak yang tidak berat sebelah/tidak memihak, adil, serasi,
dan selaras dalam wujud tata aturan yang jelas dan sederhana serta memberikan kepastian
hukum.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang menjadi dasar hukum dari penagihan pajak?
2. Siapa itu juru sita pajak?
3. Apa yang dimaksud dengan penagihan seketika dan sekaligus dalam penagihan
pajak?
4. Apa yang dimaksud dengan surat paksa dan penyitaan?
5. Apa yang dimaksud dengan lelang?
6. Apa yang dimaksud dengan pencegahan dan penyanderaan dalam penagihan
pajak?
7. Apa yang dimaksud dengan gugatan pajak?
8. Bagaimana permohonan pembetulan atau penggantian dan ketentuan pidana dari
penagihan pajak?

1.3 Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah ;

1. Untuk mengetahui apa yang menjadi dasar hukum dari penagihan pajak
2. Untuk mengetahui siapa itu juru sita pajak
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan penagihan seketika dan sekaligus
dalam penagihan pajak
4. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan surat paksa dan penyitaan
5. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan lelang pajak
6. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pencegahan dan penyanderaan
dalam penagihan pajak
7. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan gugatan pajak
8. Untuk mengetahui bagaimana permohonan pembetulan atau penggantian dan
ketentuan pidana dari penagihan pajak.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Dasar Hukum

Dasar Hukum Undang-undang Nomor 19 tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan
Surat Paksa sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 19 tahun 2000. Dalam
Undang-Undang ini, yang dimaksud dengan :

1) Pajak adalah semua jenis pajak yang dipungut oleh Pemerintah Pusat,
termasuk Bea Masuk dan Cukai, dan pajak yang dipungut oleh Pemerintah
Daerah, menurut undangundang dan peraturan daerah.
2) Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan
kewajiban perpajakan, termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak
tertentu.
3) Penanggung Pajak adalah orang pribadi atau badan yang bertanggung jawab
atas pembayaran pajak, termasuk wakil yang menjalankan hak dan memenuhi
kewajiban Wajib Pajak menurut ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
4) Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan kesatuan
baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang
meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan
usaha milik Negara atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun,
firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan,
organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi yang sejenis,
lembaga, bentuk usaha tetap, dan bentuk badan lainnya.
5) Pejabat adalah pejabat yang berwenang mengangkat dan memberhentikan
Jurusita Pajak, menerbitkan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus,
Surat Paksa, Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, Surat Pencabutan Sita,
Pengumuman Lelang, Surat Penentuan Harga Limit, Pembatalan Lelang, Surat
Perintah Penyanderaan dan surat lain yang diperlukan untuk penagihan pajak

3
sehubungan dengan Penanggung Pajak tidak melunasi sebagian atau seluruh
utang pajak menurut undang-undang dan peraturan daerah.
6) Jurusita Pajak adalah pelaksana tindakan penagihan pajak yang meliputi
penagihan seketika dan sekaligus, pemberitahuan Surat Paksa, penyitaan dan
penyanderaan.
7) Pengadilan Negeri adalah Pengadilan Negeri yang daerah hukumnya meliputi
tempat tindakan penagihan pajak dilaksanakan.
8) Utang Pajak adalah pajak yang masih harus dibayar termasuk sanksi
administrasi berupa bunga, denda atau kenaikan yang tercantum dalam surat
ketetapan pajak atau surat sejenisnya berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
9) Penagihan Pajak adalah serangkaian tindakan agar Penanggung Pajak
melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau
memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus,
memberitahukan Surat Paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan
penyitaan, melaksanakan penyanderaan, menjual barang yang telah disita.
10) Surat Teguran, Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis adalah surat yang
diterbitkan oleh Pejabat untuk menegur atau memperingatkan kepada Wajib
Pajak untuk melunasi utang pajaknya.
11) Penagihan Seketika dan Sekaligus adalah tindakan penagihan pajak yang
dilaksanakan oleh Jurusita Pajak kepada Penanggung Pajak tanpa menunggu
tanggal jatuh tempo pembayaran yang meliputi seluruh utang pajak dari semua
jenis pajak, Masa Pajak, dan Tahun Pajak.
12) Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan
pajak.
13) Biaya Penagihan Pajak adalah biaya pelaksanaan Surat Paksa, Surat Perintah
Melaksanakan Penyitaan, Pengumuman Lelang, Pembatalan Lelang, Jasa
Penilai dan biaya lainnya sehubungan dengan penagihan pajak.
14) Penyitaan adalah tindakan Jurusita Pajak untuk menguasai barang Penanggung
Pajak, guna dijadikan jaminan untuk melunasi utang pajak menurut peraturan
perundangundangan.
15) Objek Sita adalah barang Penanggung Pajak yang dapat dijadikan jaminan
utang pajak.
16) Barang adalah tiap benda atau hak yang dapat dijadikan objek sita.

4
17) Lelang adalah setiap penjualan barang di muka umum dengan cara penawaran
harga secara lisan dan atau tertulis melalui usaha pengumpulan peminat atau
calon pembeli.
18) Kantor Lelang adalah kantor yang berwenang melaksanakan penjualan secara
lelang.
19) Risalah Lelang adalah Berita Acara Pelaksanaan Lelang yang dibuat oleh
Pejabat Lelang atau kuasanya dalam bentuk yang ditentukan oleh ketentuan
peraturan perundangundangan lelang.
20) Pencegahan adalah larangan yang bersifat sementara terhadap Penanggung
Pajak tertentu untuk keluar dari wilayah Negara Republik Indonesia
berdasarkan alasan tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
21) Penyanderaan adalah pengekangan sementara waktu kebebasan Penanggung
Pajak dengan menempatkannya di tempat tertentu.
22) Gugatan atau Sanggahan adalah upaya hukum terhadap pelaksanaan
penagihan pajak atau kepemilikan barang sebagaimana diatur dalam peraturan
perundang-undangan yang bersangkutan.
23) Walikota.
24) Pemerintah Daerah adalah pemerintah daerah yang wilayah hukumnya
meliputi tempat tindakan penagihan pajak dilaksanakan.
25) Menteri adalah Menteri Keuangan Republik Indonesia.
26) Hari adalah hari kalender.

2.2 Pejabat dan juru sita pajak

Dengan mengacu pada Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000, Jurusita Pajak


merupakan sekelompok orang yang memiliki tanggung jawab sebagai pelaksana tindakan
penagihan pajak yang meliputi penagihan seketika dan sekaligus, pemberitahuan Surat Paksa,
penyitaan serta penyanderaan. Jurusita Pajak diangkat dan diberhentikan oleh pejabat yang
ditunjuk oleh Menteri Keuangan.

Jurusita Pajak masuk ke dalam organisasi Direktorat Jenderal Pajak (DJP) sebagai
Seksi Penagihan. Jurusita Pajak bertanggung jawab kepada Kepala Seksi Penagihan sebagai
atasannya langsung. Jurusita Pajak diberikan tugas secara langsung oleh pejabat, yaitu Kepala

5
Kantor melalui Kepala Seksi Penagihan. Dalam menjalankan tugasnya, Jurusita Pajak wajib
untuk membuat laporan mengenai pelaksanaan tugasnya dan wajib
mempertanggungjawabkan tugasnya kepada pejabat melalui atasannya langsung.

Sedangkan untuk Jurusita Pajak Daerah ditunjuk secara langsung oleh Kepala Daerah.
Dengan begitu, tugas dari seorang Jurusita Pajak dibawah naungan Undang-Undang (UU).
Dan apabila dalam pelaksanaan tugasnya Jurusita Pajak dihalang-halangi atau mendapatkan
perlawanan dari pihak lain, maka pihak tersebut akan berhadapan langsung dengan hukum
yang berlaku.

 Syarat- Syarat Menjadi Jurusita Pajak

Berdasarkan dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 562/KMK.04/2000,


menetapkan syarat-syarat yang berlaku untuk menjadi seorang Jurusita Pajak, yaitu:

1. Memiliki ijazah dengan jenjang pendidikan minimal Sekolah Menengah Atas (SMA)
atau setingkatnya
2. Jurusita Pajak merupakan pegawai Dinas Pendapatan Daerah atau pegawai Direktorat
Jenderal Pajak (DJP) melalui pengangkatan secara sah oleh pejabat seperti Kepala
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau Kepala Dinas Pendapatan Daerah atau memiliki
pangkat serendah-rendahnya Pengatur Muda/Golongan II/a
3. Memiliki badan yang sehat
4. Telah lulus pendidikan dan pelatihan sebagai Jurusita Pajak
5. Memiliki kejujuran, bertanggung jawab dan penuh pengabdian
6. Jurusita dapat memegang sumpah atau janji sesuai dengan agama dan kepercayaannya
masing-masing

 Pemberhentian Seorang Jurusita Pajak


Kembali mengacu pada Keputusan Menteri Keuangan Nomor
562/KMK.04/2000, seorang Jurusita Pajak dapat diberhentikan dari masa
jabatannya apabila:
1) Jurusita Pajak telah meninggal dunia.
2) Jurusitas Pajak telah pensiun
3) Adanya pengalihan tugas atau kepentingan dinas lainnya
4) Jurusita Pajak dianggap lalai dalam bekerja dan tidak cakap
menjalankan tugasnya

6
5) Jurusita Pajak telah melakukan perbuatan tercela
6) Jurusita Pajak telah melanggar sumpah atau janji yang telah diucapkan
7) Jurusita Pajak mengalami sakit jasmani atau rohan secara terus
menerus.

 Tugas dan Fungsi Seorang Jurusita Pajak

Setelah dilakukan pengangkatan secara sah, seorang Jurusita Pajak wajib


untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan fungsinya
sebagai Jurusita Pajak, yaitu:
1) Memiliki tugas pokok untuk melaksanakan penagihan pajak sesuai
dengan prosedur yang tercantum dalam Undang-Undang yang berlaku
2) Jurusita harus dilengkapi dengan Kartu Tanda Pengenal Jurusita Pajak
dan menunjukkannya kepada Penanggung Pajak
3) Jurusita Pajak berwenang untuk memeriksa atau memasuki semua
ruangan, termasuk untuk membuka lemari, laci, dan tempat yang
lainnya untuk menemukan objek sita di tempat usaha, tempat
kedudukan, atau tempat tinggal Penanggung Pajak, termasuk tempat
lainnya yang dapat diduga sebagai tempat untuk menyimpan objek
sitaan

2.3 Penagihan Seketika Dan Sekaligus

Berdasarkan Pasal 1 angka 11 UU PPSP, penagihan seketika dan sekaligus adalah


tindakan penagihan pajak yang dilaksanakan oleh jurusita pajak kepada penanggung pajak
tanpa menunggu tanggal jatuh tempo pembayaran, yang meliputi seluruh utang pajak dari
semua jenis pajak, masa pajak, dan tahun pajak.

7
Penanggung Pajak menurut Pasal 1 angka 3 UU PPSP adalah orang atau badan yang
bertanggung jawab atas pembayaran pajak, termasuk wakil yang menjalankan hak dan
memenuhi kewajiban wajib pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan. Berdasarkan pendefinisian tersebut, cakupan penanggung pajak lebih luas
daripada wajib pajak itu sendiri. Penanggung pajak dapat termasuk pihak selain wajib pajak
yang bertanggung jawab atas utang pajak terkait. Penanggung pajak dapat dibagi menjadi
dua, yakni penanggung pajak wajib pajak orang pribadi dan penanggung pajak wajib pajak
badan.

Penagihan seketika dan sekaligus memiliki mekanisme yang berbeda dibandingkan dengan
penagihan pajak dengan surat paksa. Penagihan pajak dengan surat paksa didahului dengan
surat teguran. Surat teguran diterbitkan 7 hari setelah tanggal jatuh tempo pembayaran jika
penanggung pajak belum melunasi utang pajaknya. Apabila belum dilunasi, surat paksa
diterbitkan setelah 21 hari sejak disampaikannya surat teguran. Di sisi lain, penagihan pajak
seketika sekaligus dapat dilakukan oleh jurusita tanpa didahului surat teguran dan diterbitkan
sebelum surat paksa. Dengan kata lain, penagihan pajak seketika sekaligus dapat dilakukan
meskipun tanggal jatuh tempo pembayaran belum terlampaui.

Berdasarkan pasal 9 ayat (3) UU KUP, tanggal jatuh tempo yang dimaksud adalah 1 bulan
sejak diterbitkannya STP, SKPKB, SKPKBT, SK keberatan, dan putusan banding/peninjauan
kembali yang menjadi dasar penagihan utang pajak.

Penyebab dilakukannya penagihan seketika dan sekaligus menurut Pasal 12 PMK


61/2023 adalah:

 Penanggung pajak akan meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya atau berniat


untuk itu; penanggung pajak memindahtangankan barang yang dimiliki atau yang
dikuasai untuk menghentikan atau mengecilkan kegiatan perusahaan atau pekerjaan
yang dilakukan di Indonesia;
 Terdapat tanda-tanda bahwa badan akan dibubarkan, digabungkan, dimekarkan,
dipindahtangankan, atau dilakukan perubahan bentuk lainnya
 Badan akan dibubarkan oleh negara
 Terjadi penyitaan atas barang penanggung pajak oleh pihak ketiga; atau terdapat
tanda-tanda kepailitan.

8
 Penerbitan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus

Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus diterbitkan dapat diterbitkan sebelum
tanggal jatuh tempo pembayaran, tanpa didahului surat teguran, sebelum jangka waktu 21
hari sejak surat teguran disampaikan, atau sebelum penerbitan surat paksa. Surat harus
memuat informasi sekurang-kurangnya: nama Wajib Pajak, atau nama Wajib Pajak dan
Penanggung Pajak; besarnya utang pajak; perintah untuk membayar; dan saat pelunasan
pajak.

2.4 Surat Paksa Dan Penyita

Penagihan dengan surat paksa dilakukan apabila jumlah tagihan pajak tidak atau
kurang bayar sampai dengan tanggal jatuh tempo pembayaran, atau sampai dengan jatuh
tempo penundaan pembayaran atau tidak memenuhi angsuran pembayaran pajak. Apabila
Wajib Pajak lalai melaksanakan kewajiban membayar pajak dalam waktu sebagaimana
ditentukan dalam surat teguran maka penagihan selanjutnya dilakukan oleh juru sita pajak.
Pasal 1 angka 12 Undang-undang no. 19 tahun 2000 tentang Penagihan Pajak Dengan Surat
Paksa yang berbunyi: Surat paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya
penagihan pajak

Surat paksa diterbitkan apabila Wajib Pajak atau Penanggung Pajak tidak melunasi
utang pajaknya sampai dengan tanggal jatuh tempo dan Penanggung Pajak tidak memenuhi
ketentuan dalam keputusan persetujuan angsuran atau penundaan pembayarannya.

Sebagai surat yang mempunyai kuasa hukum yang pasif, tentu memiliki cirri-ciri dan
kriteria tersendiri. Dalam Undang-undang no. 19 tahun 2000 sebagai perubahan atas Undang-
undang no.19 tahun 1997 Pasal 7 ayat 1 menyebutkan bahwa fisik dari surat paksa sendiri di
bagian kepalanya bertuliskan “Demi Keadilan dan Ketuhanan Yang Maha Esa”.

Dalam Pasal 7 ayat 2 disebutkan bahwa surat paksa sekurang-kurangnya harus


memuat:.

 Nama Wajib Pajak atau nama Wajib Pajak dan Penanggung Pajak
 Dasar penagihan .
 Besarnya utang pajak

9
 Perintah untuk membayar

 Surat Penyitaan
Penyitaan merupakan tindakan penagihan lebit lanjut setelah Surat Paksa.
Surat Penyitaan diterbitkan apabila utang pajak belum dilunasidalam jangka
waktu 2×24 jam setelah Surat Paksa diberitahukan, untuk itu maka dapat
dilakukan tindakan penyitaan atas barang-barang Wajib Pajak. Dalam
penagihan pajak dengan surat paksa, juru sita pajak berwenang melakukan
penyitaan terhadap harta kekayaan Wajib Pajak. Untuk melaksanakan
penyitaan barang milik Penanggung Pajak tersebut diperlukan suatu prosedur
yang mengatur secara rinci, jelas dan tegas yang meliputi status, nilai serta
tempat penyimpanan atau penitipan barang sitaan milik Penagihan Pajak
dengan Surat Paksa Penanggung Pajak dengan tetap memberikan perlindungan
kepentingan pihak ketiga maupun masyarakat Wajib Pajak.
Undang-undang no.19 tahun 2000 Pasal 14 ayat 1 menjelaskan bahwa
penyitaan dapat dilaksanakan terhadap milik Wajib Pajak yang berada di
tempat tinggal, di tempat usaha, di tempat kedudukan atau di tempat lain
termasuk penguasaannya yang berada di tangan pihak lain yang dibebani
dengan hak tanggungan sebagai jaminan pelunasan utang tertentu.

2.5 .Lelang

Lelang eksekusi pajak

Penagihan pajak terhadap penanggung pajak dapat melalui proses cukup panjang. Durasi
serta aksi yang ditempuh petugas pajak tergantung respons penanggung pajak terhadap utang
pajaknya. Proses penagihan pajak bisa saja hanya berhenti pada penagihan pajak pasif atau
persuasif, ataupun bisa saja langsung dilaksanakan penagihan seketika dan sekaligus,
tergantung situasi dan kondisi.Petugas pajak dapat melaksanakan lelang eksekusi pajak atas
barang sitaan tersebut.

Lelang pajak sama dengan lelang pada umumnya. Tercantum dalam pasal 1 angka 1
Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 213 Tahun 2020, lelang adalah penjualan barang
yang terbuka untuk umum dengan penawaran harga secara tertulis dan/atau lisan yang

10
semakin meningkat atau menurun untuk mencapai harga tertinggi, yang didahului dengan
pengumuman lelang.

Diatur dalam pasal 2 PMK tersebut, lelang ini terdiri dari 3 jenis, yakni; noneksekusi
wajib, noneksekusi sukarela, dan eksekusi. Lelang yang dilaksanakan untuk menjual barang
sitaan milik penanggung pajak dalam rangka penagihan pajak adalah lelang eksekusi
pajak.Lelang eksekusi pajak ini dilaksanakan paling cepat 14 hari setelah penyitaan terhadap
aset penanggung pajak, dan harus didahului dengan pengumuman lelang di media massa.
Tenggat waktu ini dimaksudkan untuk memberi kesempatan kepada penanggung pajak untuk
segera melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak. Adapun pelaksanaan pengumuman
lelang tergantung jenis barang yang dilelang.

Untuk barang tidak bergerak, pengumuman lelang dilakukan sebanyak 2 kali, yang
mana pengumuman lelang pertama dilakukan berselang 15 hari kalender dengan
pengumuman lelang kedua. Pengumuman lelang kedua dilaksanakan minimal 14 hari
sebelum pelaksanaan lelang. Untuk barang bergerak, pengumuman lelang dilakukancukup 1
kali dan dilakukan minimal 14 hari sebelum pelaksanaan lelang.

Dalam proses pelaksanaan lelang eksekusi pajak, terdapat penjelasan lelang (aanwijzing)
yang dilakukan sebelum pelaksanaan lelang supaya lelang terlaksana dengan transparan, yang
dilakukan oleh petugas pajak. Utamanya saat penjelasan lelang, petugas pajak mengupayakan
supaya barang dapat dilihat oleh peserta lelang dan menjelaskan keadaan terakhir barang.

Hasil dari lelang barang sitaan penanggung pajak ini nantinya akan dipergunakan
terlebih dahulu untuk membayar biaya penagihan pajak, dan sisanya untuk membayar utang
pajaknya. Apabila nantinya ternyata di tengah proses lelang, harga penjualan barang lelang
telah cukup untuk melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak, maka lelang akan
dihentikan meskipun barang sitaan masih ada. Adapun apabila terdapat kelebihan hasil
penjualan barang lelang, maka kelebihan tersebut akan dikembalikan kepada penanggung
pajak.

Terdapat beberapa pengecualian untuk beberapa barang sitaan sebagaimana dimaksud


pada pasal 25 UU PPSP, yakni:

 Uang tunai, langsung disetorkan ke kas negara atau kas daerah;

11
 Deposito berjangka, tabungan, saldo rekening koran, giro, atau bentuk lainnya
yang dipersamakan, dipindahbukukan dari rekening penanggung pajak ke
rekening kas negara atau kas daerah (Harus melalui permintaan oleh petugas
pajak kepada bank yang bersangkutan);
 Obligasi, saham, atau surat berharga lainnya yang diperdagangkan di bursa
efek dijual di bursa efek (Harus melalui permintaan oleh petugas pajak);
 Obligasi, saham, atau surat berharga lainnya yang tidak diperdagangkan di
bursa efek segera dijual oleh petugas pajak.
 Piutang dibuatkan berita acara persetujuan tentang pengalihan hak menagih
dari penanggung pajak kepada petugas pajak
 Penyertaan modal pada perusahaan lain dibuatkan akte persetujuan
pengalihan hak menjual dari penanggung pajak kepada petugas pajak.

Lelang eksekusi pajak yang telah dijadwalkan juga dapat dibatalkan atau tidak jadi
dilaksanakan apabila terjadi hal – hal berikut:

 Penanggung pajak telah melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak;
 Terdapat putusan pengadilan yang mengabulkan gugatan pihak ketiga atas
kepemilikan barang sitaan yang akan dilelang;
 Terdapat putusan Badan Penyelesaian Sengketa Pajak yang mengabulkan gugatan
penanggung pajak atas pelaksanaan penagihan pajak;
 Barang sitaan yang akan dilelang musnah karena terbakar atau bencana alam.

2.6 Pencegahan Dan Penyanderaan

12
Menurut Undang-undang Nomor 19 tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan
Surat Paksa sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 19 tahun 2000.
Pencegahan adalah larangan yang bersifat sementara terhadap Penanggung Pajak tertentu
untuk keluar dari wilayah Negara Republik Indonesia berdasarkan alasan tertentu sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

Pencegahan hanya dapat dilakukan terhadap Penanggung


Pajak yang mempunyai jumlah utang pajak minimal Rp
100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan diragukan itikad
baiknya dalam melunasi utang pajak.
Pencegahan hanya dapat dilakukan berdasarkan keputusan
pencegahan yang diterbitkan oleh Menteri atas permintaan
pejabat yang bersangkutan.

Keputusan pencegahan memuat sekurang-kurangnya :

1. Identitas Penanggung Pajak yang dikenakan pencegahan;


2. Identitas Penanggung Pajak yang dikenakan pencegahan;
3. Jangka waktu pencegahan.

Jangka waktu pencegahan paling lama 6 (enam) bulan dan dapat diperpanjang untuk
selama-lamanya 6 (enam) bulan. Keputusan pencegahan disampaikan kepada Penanggung
Pajak yang dikenakan pencegahan, Menteri Kehakiman, Pejabat yang memohon pencegahan
atasan Pejabat yang bersangkutan, dan Kepala Daerah setempat. Pencegahan tidak
mengakibatkan hapusnya utang pajak dan terhentinya pelaksanaan penagihan pajak.

 Penyanderaan

13
Menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 Pasal 1 sub 21 yang dimaksud
dengan penyanderaan adalah: ’Pengekangan sementara waktu kebebasan Penanggung Pajak
dengan menempatkannya di tempat tertentu. “

Penyanderaan hanya dapat dilakukan terhadap Penanggung Pajak yang tidak melunasi
utang pajaknya setelah lewat jangka waktu 14 (empat belas) hari sejak tanggal Surat Paksa
diberitahukan kepada Penanggung Pajak.
Syarat Kuantitatif dan Kualitatif pada penyanderaan hanya dapat dilakukan terhadap
Penanggung Pajak yang mempunyai utang pajak sekurang-kurangnya Rp 100.000.000,00
(seratus juta rupiah) dan diragukan itikad baiknya dalam melunasi utang pajak.

Surat Perintah Penyanderaan sekurang-kurangnya memuat :

1) Identitas Penanggung Pajak;


2) Alasan penyanderaan
3) Izin penyanderaan;
4) Lamanya penyanderaan; dan tempat peyanderaan

Penyanderaan tidak boleh dilakukan dalam hal Penanggung Pajak sedang beribadah, atau
sedang mengikuti sidang resmi, atau sedang mengikuti pemilihan umum. Izin penyanderaan
memuat sekurang-kurangnya :

1. Identitas Penanggung Pajak yang akan disandera;


2. Jumlah utang pajak yang belum dilunasi
3. Tindakan penagihan pajak yang telah dilaksanakan;
4. Uraian tentang adanya petujuk bahwa Penanggung Pajak diragukan itikad baik
dalam pelunasan utang pajak. Surat Perintah Penyanderaan diterbitkan oleh
Pejabat seketika setelah diterimanya izin tertulis dari Menteri Keuangan untuk
penagihan pajak pusat atau dari Gubernur Kepala Daerah Tingkat I untuk
penagihan pajak daerah.

Penanggung Pajak yang disandera ditempatkan di tempat tertentu dengan syarat:

1. Tertutup dan terasing dari masyarakat;

14
2. Mempunyai fasilitas terbatas
3. Mempunyai sistem pengamanan dan pengawasan yang memadai

Jangka waktu penyanderaan paling lama 6 (enam) bulan terhitung sejak Penanggung
Pajak ditempatkan dalam tempat penyanderaan dan dapat diperpanjang untuk selama-
lamanya 6 (enam) bulan. Jurusita Pajak harus menyampaikan Surat Perintah Penyanderaan
langsung kepada Penanggung Pajak dan salinannya disampaikan kepada kepala tempat
penyanderaan. Dalam hal Penanggung Pajak yang akan disandera tidak dapat ditemukan,
Jurusita Pajak melalui Pejabat atau atasan Pejabat dapat meminta bantuan Kepolisian atau
Kejaksaan untuk dapat menghadirkan Penanggung Pajak yang tidak dapat ditemukan
tersebut.

Penyanderaan dilaksanakan pada saat Surat Perintah Penyanderaan diterima oleh


Penanggung Pajak yang bersangkutan. Penyanderaan dilaksanakan oleh Jurusita Pajak
disaksikan oleh 2 (dua) orang penduduk Indonesia yang telah dewasa, dikenal oleh Jurusita
Pajak dan dapat dipercaya, dikenal oleh Jurusita Pajak dan dapat dipercaya. Dalam
melaksanakan penyanderaan Jurusita Pajak dapat meminta bantuan Kepolisian dan
Kejaksaan.

2.7 Gugatan Pajak

Gugatan Penanggung Pajak terhadap pelaksanaan Surat paksa, Surat Perintah


melaksanakan penyitaan, atau Pengumuman Lelang hanya dapat diajukan kepada Pengadilan
Pajak. Dalam hal gugatan Penanggung Pajak dikabulkan, Penanggung pajak dapat memohon
pemulihan nama baik dan ganti rugi kepada Pejabat paling banyak Rp.5.000.000. Perubahan
besarnya ganti rugi ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan atau Keputusan Kepala
Daerah. Gugatan diajukan dalam jangka waktu 14 hari sejak Surat Paksa, Surat Perintah
Melaksanakan Penyitaan, atau pengumuman Lelang dilaksanakan

2.8 Permohonan Pembetulan atau Penggantian

15
Penanggung pajak dapat mengajukan permohonan pembetulan atau penggantian
kepada Pejabat terhadap Surat Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis,
Surat Perintah Penagihan seketika dan Sekaligus, Surat Paksa, Surat Perintah Melaksanakan
Penyitaan, Surat Perintah Penyanderaan, Pengumuman Lelang dan Surat Penentuan Harga
Limit yang dalam penerbitannya terdapat kesalahan atau kekeliruan.
Dalam jangka waktu 7 hari sejak tanggal diterima permohonan tersebut, Pejabat harus
memberi keputusan atas permohonan yang diajukan. Apabila dalam jangka waktu tersebut
Pejabat tidak memberikan keputusan, permohonan Penanggung pajak dianggap dikabulkan
dan penagihan ditunda untuk Tindakan pelaksanaan penagihan pajak dilanjutkan setelah
kesalahan atau kekeliruan dibetulkan oleh Pejabat. Dalam hal permohonan tersebut ditolak,
tindakan pelaksanaan penagihan pajak dilanjutkan sesuai jangka waktu semula.
Ketentuan Pidana
Penanggung pajak dilarang:

1. Memindahkan hak, memindah tangankan, menyewakan, meminjamkan,


menyembunyikan, menghilangkan, atau merusak barang yang telah disita.
2. Membebani barang tidak bergerak yang telah disita dengan hak tanggungan untuk
pelunasan utang tertentu.
3. Membebani barang bergerak yang telah disita dengan fiducia atau diagunkan untuk
pelunasan utang tertentu.
4. Merusak, mencabut, atau menghilangkan segel sita atau salinan Berita acara
pelaksanaan sita yang tealah ditempel pada barang sitaan. Penanggung pajak yang
melanggar ketentuan ini dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 tahun dan
denda paling banyak Rp.120.000.000. Setiap orang yang dengan sengaja tidak
menuruti perintah atau permintaan yang dilakukan menurut undang-undang, atau
dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi, atau menggagalkan tindakan dalam
melaksanakan ketentuan undang-undang yang dengan pidana penjara paling lama 4
bulan 2 minggu dan denda paling banyak Rp.10.000.000

BAB III

16
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa pajak adalah semua jenis pajak
yang dipungut oleh Pemerintah Pusat, termasuk Bea Masuk dan Cukai, dan pajak yang
dipungut oleh Pemerintah Daerah, menurut undangundang dan peraturan daerah.Penagihan
pajak dilakukan oleh juru sita pajak yang telah memenuhi persyaratan dan ketentuan menjadi
jurusita pajak.ada 2 cara dalam penagihan pajak yakni :Penagihan seketika dan sekaligus
adalah tindakan penagihan pajak yang dilaksanakan oleh jurusita pajak kepada penanggung
pajak.Apabila wajib pajak lalai dalam membayar pajak maka diterbitkannya surat paksa
penagihan pajak.

Lelang yang dilaksanakan untuk menjual barang sitaan milik penanggung pajak dalam
rangka penagihan pajak adalah lelang eksekusi pajak..Hasil dari lelang barang sitaan
penanggung pajak ini nantinya akan dipergunakan terlebih dahulu untuk membayar biaya
penagihan pajak, dan sisanya untuk membayar utang pajaknya.“ Penyanderaan hanya dapat
dilakukan terhadap Penanggung Pajak yang tidak melunasi utang pajaknya setelah lewat
jangka waktu . Permohonan Pembetulan atau Penggantian Penanggung pajak dapat
mengajukan permohonan pembetulan atau penggantian kepada Pejabat terhadap Surat
Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis, Surat Perintah Penagihan seketika
dan Sekaligus, Surat Paksa, Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, Surat Perintah
Penyanderaan, Pengumuman Lelang dan Surat Penentuan Harga Limit yang dalam
penerbitannya terdapat kesalahan atau kekeliruan.Apabila dalam jangka waktu tersebut
Pejabat tidak memberikan keputusan, permohonan Penanggung pajak dianggap dikabulkan
dan penagihan ditunda untuk Tindakan pelaksanaan penagihan pajak dilanjutkan setelah
kesalahan atau kekeliruan dibetulkan oleh Pejabat.

3.2 Saran

1. Dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak,pemerintah harus memberikan pelayanan


yang baik kepada wajib pajak. Peningkatan kualitas dan kuantitas pelayanan
diharapkan dapat meningkatkan kepuasan kepada wajib pajak sebagai pelanggan
sehingga meningkatkan kepatuhan dalam bidang perpajakan.

DAFTAR PUSTAKA

17
https://ortax.org/penagihan-pajak-seketika-dan-sekaligus

file:///C:/Users/Asus/Downloads/makalah-penagihan-pajak-dengan-surat-
paksa_compress.pdf

https://www.pajakonline.com/pencegahan-dan-penyanderaan-bagian-i/

https://ortax.org/penagihan-pajak-seketika-dan-sekaligus

https://news.ddtc.co.id/apa-itu-penagihan-seketika-dan-sekaligus-22774

https://www.pajakonline.com/lelang-eksekusi-pajak-begini-penjelasannya/

18
19

Anda mungkin juga menyukai