Para remaja ini melakukan tindakan tersebut karena didorong berbagai faktor,
ditambah dengan adanya kesempatan. Perbuatan mereka disebut dengan tindakan
patologis karena mereka melanggar norma hukum, dan berbuat diluar batas yang
dapat merugikan keluarga, lingkungan tempat tinggal dan juga orang lain.
Tidak semua kenakalan remaja dilakukan secara individual (sendiri). Tindakan ini
juga sangat sering dilakukan secara berkelompok. Ada beberapa kenakalan yang
berakibat fatal dan bisa mendapatkan sanksi hukum, atau bahkan sampai dipenjara.
1. Memakai Narkoba
Kebanyakan para remaja yang memakai narkoba bermula dari dorongan rasa
keingintahuan yang tinggi sehingga akhirnya mereka mencoba barang nikotin
tersebut. Dalam beberapa kasus juga para remaja ini dipengaruhi oleh teman
dekatnya yang lebih dulu memakai narkoba.
2. Pencurian
Banyak dari orang dewasa berpikir bahwa pencurian kerap kali dilakukan oleh
orang yang berusia diatas 20 tahun. Namun, kenyataan tidak demikian, banyak
remaja melakukan tindakan pencurian yang didasari oleh berbagai faktor.
3. Balapan Liar
Biasanya kenakalan remaja yang satu ini dilakukan oleh beberapa kelompok
tertentu. Kenakalan remaja balapan liar tentu sangat berbahaya bagi diri sendiri
karena dapat merenggut nyawa. Serta mengganggu lingkungan sekitar.
4. Tawuran
Sejak dahulu, banyak media memberitakan tentang tawuran antar pelajar.
Kenakalan remaja yang satu ini dilakukan oleh kelompok pelajar dari sekolah
tertentu. Kenakalan remaja yang satu ini memang sedikit mereda akhir-akhir ini,
tapi itu tidak bisa dikatakan berhenti seutuhnya.
Mereka yang melakukan tawuran biasanya dilakukan antar siswa sekolah tertentu
dengan berbagai faktor pendukung.
Masih banyak lagi jenis-jenis kenakalan remaja seperti bolos sekolah, minum-
minuman keras, perjudian, bahkan juga ada yang melakukan tindak penipuan.
Setiap ada sebab pastinya ada akibat. Begitu juga dengan kenakalan remaja,
banyak faktor pendukung terjadinya tindakan diluar batas yang akhirnya
melanggar norma dan aturan hukum negara yang berlaku.
a. Keluarga
Keluarga menjadi faktor eksternal utama yang paling mempengaruhi kenakalan
remaja. Mengapa demikian? Karena keluarga merupakan lingkungan pertama yang
mereka kenal sejak kecil hingga tumbuh dewasa. Bagaimana cara orang tua
mendidik anak, perhatian orang tua, serta gaya asuh orang tua menjadi faktor
utama bagaimana karakter anak terbentuk.
Lambat launnya tanpa didikan dan arahan yang benar, anak-anak bisa salah
langkah sehingga melakukan kenakalan yang lebih parah.
Berikan edukasi yang tepat untuk anak-anak anda, sehingga mereka siap
menghadapi masa pencarian jati diri mereka ketika memasuki usia remaja.
b. Pergaulan
Bagaimana pergaulan seorang anak perlu sangat diperhatikan. Tidak ada salahnya
untuk tahu dengan siapa mereka bergaul. Sebagai orang tua, cobalah untuk terbuka
dan menjalin komunikasi dengan anak-anak untuk mengetahui sejauh mana
pergaulan mereka.
Berikan arahan dengan bijak untuk mengambil sikap yang tepat ketika bergaul
dengan siapapun, karena teman-teman bisa menjadi faktor seorang anak
melakukan tindak kejahatan.
c. Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial mencakup lingkungan dimana para remaja tersebut tinggal,
bersekolah, dan juga bergaul. Lingkungan sosial merupakan faktor kedua
pembentukan karakter anak.
6. Penipuan
7. Pencurian
Fenomena Sosial GEPENG MEN: Gelandangan, Pengamen dan Pengemis
Banyak pengalaman yang mungkin bikin aku kurang nyaman sama tempat-tempat
umum yang memungkinkan akses hal-hal yang bisa mengganggu kenyamanan kita
melakukan sesuatu. Mulai dari tukang dagang yang lalu lalang n sering aku temui
di bus pas mudik (nawarin dagangannya sampe maksa2 gitu, lagi mau tidur. bikin
sebel), pengamen yang pas kemaren aku lagi jajan di pasar ada sampe 5 pengamen
dalam rentang waktu 10 menit (malahan pas ada yang emang beneran ngamen aku
kasih, eh sebelah aku nyolek minta duit padahal suara lagunya kagak aku denger -
___-‘ #cape deh, sampe yang berani banget ngebangunin di pom bensin pas lagi
beneran tidur cuma buat minta duit yang lagunya ga aku nikmati. euhhhh hayang
nakol ku panakol bedug!!!), pencurian di area terbuka n tempat-tempat umum,
gelandangan yang bertebaran di tempat-tempat rame, sampe pengemis; dari yang
mash anak-anak sampe yang udah aki-aki menjadi permasalahan sosial yang
menjadi peer pemerintah dan belum bisa teratasi dan bahkan mungkin tidak akan
pernah teratasi. wallahu alam bisawwab.
Padahal dalam UUD 1945 Pasal 34 disebutkan bahwa: “Fakir miskin dan anak-
anakyang terlantar dipelihara oleh negara“. akan tapi mungkin untuk saat ini,
realisasi dari isi pasal tersebut belum bisa diimplementasikan dengan baik sehingga
dampak sosial dari hal tersebut masih jauh dari harapan dan cita-cita luhur UUD
1945 tersebut. bayangkan saja, dari sumber TRIBUNNEWS.COM disebutkan
bahwa jumlah penduduk miskin, atau penduduk dengan pengeluaran per kapita per
bulan dibawah garis kemiskinan di Indonesia hingga Maret 2010, mencapai angka
31,02 juta jiwa, atau 13,33 persen. Angka tersebut dinilai turun sekitar 1,51 juta jiwa
dibandingkan tahun 2009 yang berjumlah 32,53 juta (14,15 persen). Hal itu
disampaikan Rusman Heriawan, Kepala Badan Pusat Statistik RI di Kantor BPS,
Jakarta. Kamis (1/7/2010).
Pembersihan Kota Jakarta dari GEPENGMEN oleh Satpol PP dan Trantib
dari fenomena di atas, tentu saja kemiskinan negara kita itu dipengaruhi oleh
berbagai faktor. misalnya pendidikan, kebudayaan, kesehatan, kondisi
perekonomian, dll. dari berbagai faktor tersebut tentunya saling berhubungan satu
sama lain, misalnya ketika tingkat ekonomi seseorang dikatakan kurang, otomatis
jenjang pendidikan yang dia tempuh akan rendah karena kekurangan biaya (masalah
klasik ini –‘), bersambung pada keadaan lingkungannya yang kurang sehingga
kondisi kesehatannya kurang diperhatikan (penyakit, sanitasi, kebersihan, makanan,
dll), pekerjaan yang kurang mapan karena tingkat pendidikan yang tidak memenuhi
kriteria, kompetensi dan kualifikasi zaman sekarang yang otomatis berimbas pada
kondisi ekonomi kehidupannya ke depan, dll. otomatis, dengan banyaknya
permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat kita memunculkan alternatif lain di
masyarakat kurang baik menimbulkan dampak lain, yakni tumbuhnya
komunitas GEPENG MEN (gelandagan dan pengemis, dan pengamen). bahkan
melalui berbagai media yang aku baca, lihat dan amati, ternyata beberapa di antara
mereka diorganisir dengan baik.
tentu saja hal ini berbahaya pada pembangunan karakter bangsa ke depannya.
kenapa? karena fenomena GEPENG MEN ini seolah menular dan menjadi penyakit
berbahaya sekaligus menggiurkan dari pekerjaan yang dilakukan. bayangkan, tanpa
perlu bersusah payah memeras otak dan tenaga berlebih buat menghasilkan pundi-
pundi rupiah, mereka yang berprofesi di atas hanya tinggal menunggu belas kasihan
orang untuk memberikan mereka yang atas hal yang tidak mereka lakukan (kecuali
mungkin pengamen yang menjual jasa suara dan permainan alat musik, tapi banyak
pengamen abal-abal yang ngga berkualitas dan malah bikin sebel mungkin). kalau
misalnya ambil kecilnya penghasilan perhari Rp.30.000 x 30 hari = Rp.900.000
(wow) hanya dengan menunggu orang ngasih. bisa sambil duduk, jalan2, atau
bahkan apapun. hhe. apalagi buat yang berpenghasilan taruh lah Rp.100.000 x 30
hari = 3.000.000 (FANTASTIS). Nyaingin gaji setara PNS malahan!!! belum yang
Rp.280.000 x 30 hari =bisa kamu kalikan sendiri Rp.8.400.000 (LUAR BINASA).
itulah tak heran banyak trit yang muncul kayak di KASKUS yang nunjukin potret
pengemis abal2 yag pura-pura kakinya diamputasi padahal ditanem ditanah, trus
ternyata pas pulang bawa mobil sedan bo!!! (cari sendiri tritnya. aku lupa
alamatnya. hahaha –‘) buat ngingetin kita kalo banyak diantara mereka yang karena
rasa malas bekerja keras akhirnya menekuni profesi mudah ini demi mendulang
rupiah. bahkan banyak diantara mereka yang lebih makmur daripada pekerja
kantoran dan memiliki istri lebih dari satu (ceritaan temen, hahaha).
TUGAS BAHASA INDONESIA
MADRASAH ALIYAH
DARUL ULUM KOTABARU