Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH SEJARAH INDONESIA ZAMAN HINDU BUDHA

TENTANG 

SEJARAH PELAYARAN DAN PERDAGANGAN DI NUSANTARA

DISUSUN OLEH : KELOMPOK I


 NISA ULAINI : 1814090064
VIVI MEI Y ENTI : 1814090071
RAHMAT WAHYUDI : 1814090068
DEDI KURNIAWAN : 1814090049

DOSEN PENGAMPU

REFINALDI, M. Pd

PRODI TADRIS IPS KONSENTRASI SEJARAH B


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN IMAM BONJOL PADANG
T.A 2019/2020 H
KATA PENGANTAR 

 Bismillahirrahmanirrahim.

Puji beserta syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Swt. Karena berkat rahmat
dan karuni-Nya pemakalah telah dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Sejarah
Pelayaran dan Perdagangan ” ini tepat pada waktunya dalam rangka memenuhi tugas
mata kuliah Sejarah Indonesia Zaman Hindu Budha .
Dalam penulisan makalah ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari
 berbagai pihak baik dalam bentuk bantuan moril maupun bantuan materil. Oleh karena
itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang membantu dalam proses
 pembuatan makalah ini. terutama kepada Bapak Refinaldi M. Pd selaku dosen
 pengampu mata kuliah Sejarah Indonesia Zaman Hindu Budha Serta teman-teman

angota kelompok I yang telah bekerja sama dalam pembuatan makalah ini.
Penulisan makalah ini tak terlepas dari berbagai macam kesalahan dan jauh dari
kata sempurna. Masih banyak terdapat kesalahan-kesalahan baik dari segi penggunaan
 bahasa maupun Ejaan yang disempurnakan. Maka, Penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun untuk perbaikan pembuatan makalah penulis selanjutnya.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk berbagai kalangan
terutama pastinya untuk penulis dan pembaca dalam memahami materi tentang sejarah
tentang hindu budha. Aamiin.

Padang, September 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

COVER i

DAFTAR ISI ii
KATA PENGANTAR iii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang
1
B. Rumusan Masalah
1
C. Tujuan Penulisan
1
BAB II PEMBAHASAN 2
A. Malaka Sebagai Pusat Perdagangan Dinusantara
2
B. Sriwijaya Penguasa Selat Malaka
4
C. Masa Transisi Dan Proses Islamisasi 9
BAB III PENUTUP 11
A. Kesimpulan
11
B. Saran 11
DAFTAR PUSTAKA 12

3
4
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejak zaman prasejarah, penduduk indonesia adalah pelayar-pelayar yang
sanggup mengarungi lautan lepas. Lautan disekitar dan diantara pulau-pulau indonesia
tidak pernah menjadi penghalang, bahkanmenjadi faktor pemersatu. Hubungan dengan
daerah pedalaman lebih sulit daripada hubungan antar pulau. Pada awal sejarah kuno
indonesia kita melihat tumbunya pusat-pusat perdagangan dibeberapa tempat dipesisir 
 pulau sumatera dan jawa.
 Nusantara rupanya telah lama menjalin hubungan dagang dengan dunia luar seperti
india dan china.. Bahkan pusat pelayaran dan perdagangan nya ada di nusantara,

yakninya di selat malaka. Berdasarkan dari beberapa sumber sejarah, selat malaka
dikuasai oleh sebuah kerajaan besar di nusantara, yaitu kerajaan sriwijaya. Sejarah ini
terus berlanjut dari awalnya pada zaman hindu budha hingga masuklah islam ke
nusantara.
Pada makalah ini akan dibahas lebih lanjut dan lebih dalam lagi mengenai
Sejarah pelayaran dan perdagangan di nusantara yang dalamnyamemuat malaka
sebagai pusat perdagangan di nusantara, sriwijaya sang penguasa malaka serta masa
transisi dan proses islamisasi di nusantara.

Rumusan Masalah
B. bagaimanakah sejara 1. h malaka sebagai pusat perdagangan di nusantara?
2. Mengapa sriwijaya dapat menjadi penguasa selat malaka?
3. Bagaimana sejarah sriwijaya penguasa selat malaka?
4. Bagaimana masa transisi dan proses islamisasi di nusantara?

BAB II
PEMBAHASAN
Malaka Sebagai Pusat Perdagangan Di Nusantara

Gambar : malaka sebagai pusat pelayaran dan perdagangan internasional 


Pada masa perkembangan hindu budha di nusantara terdapat dua kekuatan
 peradaban besar yaitu cina di uatara dan india di bagian barat daya. Kedua nya merupakan kekuatan superpower pada
masanya dan pengaruhnya amat besar terhadap
 penduduk di kepulauan indonesia. Bagaimanapun, peralihan rute perdagangan dunia ini telah membawa berkah tersendiri
bagi masyarakat dan suku bangsa di nusantara. Mereka secara langsung terjalin dalan jalian perdagangan dunia pada saat itu.
Selat malaka menjadi penting sebagai pintu gerbang yang menghubung antara pedagang-
 pedagang cina dan pedagang india. Pada masa itu selat malaka merupakan jalur penting di sekitar samudera dan teluk persia.
Selat itu merupakan jalan laut yang menghubungkan arab dan india di sebelah barat laut nusantara, dan dengan cina di
sebelah timur laut nusantara. Jalur ini merupakan pintu gerbang pelayaran yang dikenal dengan nama “ jalur sutera”.
Penamaan ini digunakan sejak abad ke-1 hingga ke-16, dengan komoditas kain sutera yang dibawa dari china untuk
diperdagangkan di wilayah lain. Ramainya rute pelayaran pelayaran ini mendorong timbulnya bandar-bandar 

2
 penting disekitar jalur, antara samudera pasai, malaka dan kota cina ( sumatra utara
sekarang)
Kehidupan penduduk di sepanjang selat malaka menjadi sejahtera oleh proses

integrasi perdagangan dunia yang melalui jalur laut tersebut. Mereka menjadi lebih
terbuka secara sosial ekonomi untu menjalin hubungan niaga dengan pedagang-
 pedagang asing yang melewati jalur itu. Disamping itu, masyarakat setempat juga
semakin terbuka oleh pengaruh-pengaruh budaya luar. Kebudayaan india dan china ketika
itu jelas sangat berpengaruh terhadap masyarakat di sekitar selat malaka. Bahkan sampai
saat ini pengaruh budaya terutama india masih dapat kita kita jumpai pada masyarakat
sekita selat malaka.
Disamping kian terbukanya jalur niaga selat malaka dengan perdagangan dunia
internasional, jaringan perdagangan antarbangsa dan penduduk dikepulauan indonesia

 juga berkembang pesat selama masa hindu budha. Jaringan daganag dan jaringan
 budaya antar kepulauan di indonesia itu terutama terhubungkan oleh jaringan laut jawa
hingga kepulauan maluku. Mereka secara tidak langsung juga terintegrasikan dengan
 jaringan ekonomi dunia yang berpusat di sekitar selat malaka, dan sebagian dipantai
 barat sumatera seperti barus. komoditas penting yang menjadi barang dagangan pada
saat itu adalah rempah-rempah seperti kayu manis, cengkeh, dan pala.
Pertumbuhan jaringan daganginternasional dan antar pulau telah melahirkan
kekuatan politik baru dinusantara. Peta politik di jawa dan sumatera abad ke 7 seperti
ditunjukkan oleh D.G.E Hall bersumber dari catatan pengunjung china yan gdatang ke

sumatera. Dua negara di sumatera disebutkan, mo-lo-yeu ( melayu) . dipantai timur,


tepatnya di jambi sekarang di sungai batang hari. Agak ke selatan dari itu terdapat che-
li-fo-che, pengucapan cara china untuk bahsa sankserta criwijaya. Dijawa terdapat 3
kerajaan utama yaitu diujung barat jawa, terdapat taruma negara dengan raja yang
terkemuka purnawarman, jijawa bagian tengan ada ho-ling ( kalingga) , dandijawa
 bagian timur ada singasari dan majapahit.
Selama periode hindu budha, kekuatan besar nusantara yang memiliki kekuatan
integrasi secara politik, sejauh ini dihubungkan dengan kebesaran kerajaan sriwijaya,
singasari dan majapahit. Kekuatan integrasi seacara politik disini maksudnya adalah

3
kemampuan kerajaan-kerajaan tradisional tersebut dalam menguasai wilayah-wilayah
yangluas dinusantar daibawah kontrol politik seacra longgar dan menempatkan wilayah
kekuasaannya itu sebagai kesatuan-kesatuan. Politik dibawah pengawasan dari

kerajaan-kerajaan tersebut. Dengan demikian penntergrasian antar pulau secara lambat


laun mulai terbentuk. Kerajaan utama yng disebutkan diatas berkembang dalam periode
yang berbeda-beda. Kekuasaan mereka mampu mengontrol sejumlah wilayah nusantara
melalui berbagai bentuk media. Selain dengan kekuatan dagang, politik, juga kekuatan
 budaya nya termasuk bahasanya. Integrasi antara aspek-aspek kekuatan tersebut yang
membuat mereka berhasil menintegrasi nusantara dalam pelukan kekuasaannya. 1
A. Sriwijaya Penguasa Selat Malaka

Gambar: daerah kekuasaan kerajaan sriwijaya yang juga meliputi selat malaka

Morfologi letak kerajaan sriwijaya menurut berita cina terletak di sungai musi
 palembang, Sumatera selatan ( Sulaiman 1987, 52 ) berita cina menyebutkan bahwa
adat di kan-t’oli ( sriwijaya) sama dengan adat di kamboja dan campa, ini berarti bahwa

1 Daka Hamdaka, Terbentuknya jaringan nusantara melalui jalur perdagangan, di http://www.


Academia.edu/32684577/terbentuknya_jaringan_nusantara_melalui diakses pada 10 September 2019

4
 bagi orang-orang cina atau sumber berita mereka, keadaan di ketiga tempat tadi sama.
Hal ini hanya dpat terjadi jika diantara ketiga tempat itu terjadi hubungan yang cukup
intensif. Dengan sendirinya perkembangan perdagangan di sumatera sejak semula telah

terlibat langsung dalam dengan india. Letak selat malaka mengundang perdagangan di
asia tenggara untuk meluas ke selatan, hal yang baru terjadi setelah perdagangan dengan
india berkembang, penduduk sumatera khusunya dipantai timur, bukan asing lagi dalam
mengenal perdagangan internasional. 2

Jalur perdagangan yang dikuasai kerajaan sriwijaya semakin ramai dan penting
disebabkan kerajaan sriwijaya mampu menjaga keamaan, disamping letak geografisnya
yang menguntung. Selain dagang lewat lautan luas, para pedagang arab, cina, persia dan
india sudah mengenal jalan sutera sejak zaman dahulu. Jalan sutera yang melewati
daratan itu penuh dengan marabahaya. Jika mereka memilih jalan darat berarti mereka

telahsiap menanggung segala biaya yng tidak sedikit. Pegunungan himalaya yang
alamnya sama sekali tidak ramah, harus mereka hadapi dengan sabar. Selain itu,
gangguan dari gerombolan penyamun, setiap saat dapat menghadang dan merampok 
 barang-barang dagangan mereka yang amat bernilai. Pilihan lain yang mereka ambil
adalh lewat jalur pelayaran. Memang badai ataupun hujan deras dapat mengandaskan
kapal-kapal mereka. Tetapi, dengan persiapan yang matang dan perhitungan yang tepat,
mereka bisa menghindari dan sampai ditempat tujuan dengan selamat. Rute yang seolah
sudah terpatri dia asia adalah: cina_ laut cina selatan-selat malaka –bandar-bandar dagang
sriwijaya-india-oman- dan menuju ke arab dan begitu pula sebaliknya,

Jika dilihat di peta, jalur perdagangan asia secara geografis akan menguntungkan
kerajaan sriwijaya. Karena perairan disebelah tenggaranya nya dikuasai kerajaan
sriwijaya. Itu karena itu mengapa kerajaan sriwijya tumbuh dan berkembang menjadi
 penguasa utama jalur perdagangan dari segala jurusan bik dari utara maupun lewat selat
sunda ( achadiati 1988;9)
Selain itu kerajaan sriwijaya dengan letak yang strategis tersebut membuka
hubungan diplomasi dengan negara china. Yang bertujuan melindungi kepentinganya di
asia tenggara. Sriwijaya mengirimkan utusan-utusan atau duta-dutanya ke china. Para
2Poesponegoro, Sejarah Nasional Indonesia, ( Jakarta: Balai Pustaka,1990) hal 65

5
duta sriwijaya itu menyerahkan barang-barang upeti, budak dan harta benda yang terdiri
dari gading, rempah-rempah, kitab sankskerta, sebagai tanda persahabtan dengan
 penguasa atau kaisar china ( loeb 2013;5). Tujuan sriwijya sebgai sengara besar 

melakukan hal itu disebabkan sriwijaya mengingikan agar china tidak membuka
 perdagangan secara langsung dengan negar-negara lain di asia tenggara, tanpa melalui
atau mampir di bandar-bandar sriwijaya terlebih dahulu sebelum melanjutkan
 perdagangan ke negeri lain. Kondisi yang demikian tentu akan memberika keuntungan
ekonomi bagi sriwijaya.
Antara untuk menjaga kekuasanan dan keamanan di wilayah kepulauan
nusantara, armada-armada sriwijaya telah mengasah kemampuannya untuk mengarungu
lautan sebagai dasar untuk bertahan hidup sejak zaman dahulu. Sebagai pelaut andalan
 bangsa melayu tidak hanya dikenal pada masa I-tsing, tetapi kepandaian mereak pada

abad ke-7 itu diraih melalui pertualangan gagah berani dengan menembus samudera
dalam waktu yang panjang (Dick-read 2008,92). Bukti kepandaian dalam pelayaran
 pada masa lampau itu tealah dibuktikan juga dengan munculnya armada-aramada
kerajaan sriwijaya (sekitar akhir abad ke-7 M), yang telah menguasai seluruh lautan dan
selat-selat atau pelabuhan yang ada di nusantara.
Secara arkeologis, temuan-temuan serpihan kapal yang ditemukan disekitar 
 palembang dan perairan bangka mengindikasikan pelayaran perdagan sriwijaya pada
abad ke-7 memang sangat ramai disetiap jalur perdagangan nusantara. Menurut
arkeolog retno, pada jalur perairan bangka ditemukan serpihan kapal beserta isi

muatannnya yaitu 60.000 keramik serta benda-benda terbuat dari perak dan emas, yang
diindikasikan berdasarkan tes karbon pada bahan kayu. Kapal menunjukkan kapal
tersebut pada masa abad 700-900 M ( purwanti 2006,42).
Melihat bukti-bukti areolog tersebut, sriwijaya tidak menutup kemungkinan
memiliki kapl-kapal besar sendiri dalam mempertahankan kekuasaannya di laut.
Dengan menggunakan kapal-kapal besar kerajaan sriwijaya dapat menguasai jalur 
 perdagangan di samudera hindia dan laut cina selatan. Sumber-sumber chinan mencatat
kapal kerajaan sriwijaya mempunyai bobot mencapai 250-1000 ton, dengan panjang 60
m. Kapal itu mampu memuat penumpang sampai seribu orang, danitu belum termasuk 

6
muatan barang ( kunia 1983, 67). Dengan demikian dapatlah diketahui bahwa armada
sriwijaya telah berpengalaman dalam hal bahari sejak ribuan tahun yang lalu. Kerajaan
sriwijaya mempertahankan kekuasaannya di jalur-jalur perdagangan internaional dalm

meperhitungkan untung rugi nya dengan matang dan tepat demi kepntingan keamanan
untu para pedagang yang singgah di pelabuhan kerajaan sriwijaya. Salah satu cara
kerajaan sriwijaya memantapkan kekuasaan di jalur-jalur perdagangan yang strategis
yaitu dengan memperkuat armada-armada lautnya. Dalam memperkuat armada-armada
lautnya yaitu dengan cara memberkan pelatihan-pelatihan khusus. Adapun pelatihan-
 pelatihan tersebut mengutamankan ketangguhan dan kecakapan dalam dunia ke
 baharian untuk menangkap para perompak-perompak yang terkenal kejam dan ditakuti
oleh para pedagang tersebut.
Mengenai banyaknya para pelaut yang ada di nusantara terdapat pelaut yang

mempunyai tujuan yang tidak baik. Mereka tidak suka berdagang, tetapi mereka
menginginkan cepat menjadi kaya. Mereka adalah bajak laut atau perompak-perompak 
yang sangat ditakuti oleh para pedagang. Yang sedang berdagang dinusantara pada
sekitar abad ke -7 M. Para perompak tersebut menyebar dimana-dimana, seperti saelat
malaka, laut cina selatan dan menyebar di pelabuhan – pelabuhan perdagangan
sriwijaya ( soeroto 1975,15) . berbagai cara dilakukan kerajaan sriwijaya
untuk menklukan perompak-perompak tersebut hingga akhirnya berhasil menaklukkannya.
Dalam mempertahankan kekuasaanya untuk melindungi kepntingannya di asia
tenggara sriwijaya mengirimkan utusan-utusan ke china. Utusan tersebut menyerah

 barang-barang upeti sebgai tanda perahabatan dengan kaisar cina. Dengan tujuan agar china
berkewajiban memberikan perlindungan keamanan dilaut cina selatan jika
diperlukan.
Dalam melaksanakan kegiatan perdagangan dan kegiatan perekonomian lainya.
Sriwijaya bergantung pada keseimbangan tiga jenis hubungan , yitu
1. Penguasa, kerajaan sriwijaya berkuasadi pelabuhan-pelabuhan yang berdekatan
dengan sungai-sungai besar, yang dapat mengendalikan pergerkan dari daerah
 pedalaman menuju wilayah panti dan sebaliknya.

7
2. Produsen, kerajaan siwijaya menguasai bidang kehutanan, pertanian, dan
 pertambangan didaerah pedalama yang membawa kemakmuran bagi kerajaan
3. Pelaut, yang kadang-kadang indenpenden yang melindungi kerajaan dari para
 bajak laut yang jahat
Barang-barang dagangan yang dibawa yang diperjual belikan antara lain
mutiara, kaca (glass pearl) berbagai warna, barang-barang pecah belah warna hijau dan
 putih ( porselen) , kain katun, sutera, tembikar, kepeng tembaga,tekstil, kapur barus,
kayu berharga, rempah, gading, dll. Dalam kegiatan perdaganagan tersebut, sistem
 pembayaran barang-barang daganagn sudah dengan menggunakanalat pembayarn
keping emas cina, uang token dan tidak jarang juga dengan sistem barter. 3

Selama beberapa abad Sriwijaya sebagai pelabuhan pusat perdangan dan pusat
kekuasaan menguasai pelayaran dan perdangan di bagian barat indonesia. Sebagian dari
semenanjung malaya, selat malaka, sumatera utara, selat sunda kesemuanya
masuk lingkungan kekuasaan sriwijaya.
Penduduk Kerajaan sriwijaya yang pada umumnya menggantungkan hidup dari
hasil tangkapan ikan dan berdagang ternyata lebih bersikap dinamis dan terbuka
terhadap pengaruh asing. Mereka bisa berpindah dan berlayar dari satu pelabuhan ke
 pelabuhan lain dan dari satu negara ke negara lain.
Letak sriwijaya yang strategis di jalur perdagangan antara india dan china.
Disamping itu juga berhasil menguasai selat malaka yang merupakan urt nadi
 perdagangan di asia tenggara, menjadikan sriwijaya berhasil menguasai perdagangan
nasional dan internasional. Penguasaan sriwijaya atas selat malaka mempunyai arti
 penting terhadap perkembangan sriwijaya sebagai negara maritim, sebab banyak kapal-
kapal asaing yang singgah untuk menambah air minum, perbekalan makanan dan
melaukan aktivitas perdagangan. 4

B. Masa Transisi Dan Proses Islamisasi

3 Kabib sholeh. Pelayarn dan perdagangan sriwijaya pada abad ke -7 Masehi. 2017 diakses di
://siddhayatra.kedikbud.go.id/indek.php/siddhayatra/article/view/104 pada 09 september 2019

4 Refinaldi, Sejarah Indonesia, (Padang: Hayfa Press,2019) hal 43

8
Pergerseran sosial-keagamaan yang terjadi pada hakekatnya diperkuat, paling
tidak, oleh empat kecendrungan perubahan penting. Pertama, kecendrungan pergeseran
rute perdagangan maritim dan zona-zona perdagangan maritim di aisa tenggara dari

zona lama ke zona baru, yang terjadi pada abad ke 14-15 . Kedua, kecendrungan
terjadinya kemunduran dan keruntuhan pusat-pusat politik tradisi besar hindu budha dan
merosotnya proses hinduisasi. Ketiga kecendrungan terjadinya kelahiran pusat-pusat
 politik baru dibawah pengaruh tradisi besar islam yang berorientasi pada kehidupan
maritim. Keempat, munculnya pusat-pusat tradisi besar islam diberbagai tempat di
kepulauan nusantara tersebut sekaligus telah menjadi pusat penyebaran islam di wilayah
sekitarnya.
Zona-zona perdagangan maritim yang berpusat pada wilayah perairan bagian
utara semenanjung melayu, perairan sekitar laut jawa, perairan ke-2 sampai abad ke-13.

Pada abad ke 14-15 zona perdagangan di sekitar wilayah zona tersebut, termasuk wilayah
pantai utara jawa.
Sementara itu, terbentuknya jaringan perdagangan antara wilayah nusantara
dengan wilayah asia timur, telah menjadikan pelancong, pedagang dan migran cina atau
tionghoa datang ke daerah kepulauan nusantara, termasuk pedagang atau orang-orang
tionghoa muslim ke jawa. Keruntuhan kerajaan hindu majapahit pada akhir abad ke 15
telah memberikan keleluasan kelahiran kerajaan-kerajaan islam Malaka ( abad ke-15),
Demak ( abad ke-15), Cirebon, Banten dan kerajaan islam lainnya di nusantara,
diantaranya Kerajaan Ternate dan Tidore di Maluku.

Pergeseran orientasi budaya hindu budha ke budaya islam lainnya, pada


hakekatnya berlangsung sejak ke 14-15 secara alami dan melalui prose tradisional.
Representasi pergeseran orientasi keagamaan dan tradisi-tradisi besar yang terjadi
 besarnya yang terjadi pada masa itu, nampak baik dalam representaasi wujud budaya
fisik maupun nonfisik, yang sebagian telah menjadi bahan kajian sejarah, arkeologi,
 bahsa, sastra dan seni.
Ada empat teori yang menjelaskan persoalan proses islamisasi di wilayah
indonesia, yakni yang pertama teori yang menyebutkan bahwa islam masuk ke
indonesia dari tanah arab lewat india. Kedua, teori yang mengatakan bahwa islam

9
masuk ke indonesia dari tanh arab lewat persia. Ketiga, islam masuk ke indonesia lewat
 persia, kemudian masuk ke china dan baru ke indonesia. Teori terakhir yang
menyatakan bahwa islam masuk ke indonesia langsung dibawa oleh pembawanya sari

tanah arab. Salah satu yang menarik disini ialah adanya teori yang menyebutkan bahwa
wilayah cina telah menjadi salah satu jalur masuk islam ke indonesia. 5

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sejak semula tampak bahwa letak geografis nusantara (yang kemudian menjadi
indonesia) memainkan peran uatama sejak zaman pra sejarah. Faktor geografis ini
tampaknya merupakan faktor permanen dalam hindu budha, ketika jalur utama dalam
 pelayaran samudera semakin pesat dan mengintegrasikan daerah antar pulau. Kondisi

5Ricklefs, MC A History of modern Indonesia, since 1200.edisi ketigs, Houndmills,etcpalgrave,2001

10
demikian didukung dengan keterlibatan nenek moyang kita secara aktif dalam
 perdagangan laut, dan mengarungi lautan. Ini pada gilirannya telah menumbuhka
kekuatan ekonomi dan politik yang besar di nusantara sehingga mampu

mengintegrasikan wilayah-wilayah di nusantara terutama era kerajaan sriwijaya,


majapahit dan singosari.
Sejarah pelayaran dan perdagangan nusantara telah mengantarkan nusantara
 pada masa transisi dan proses islamisasi. Sehingga terjadilah pertambahan kepercayaan
dinusantara yakni setelah hindu budha masuklah agama islam.
B. Saran
Demikianlah materi kami tenang sejarah perlayaran dan perdagangan di
nusantara, semoga dapat bermanfaat dan menjadi referensi bagi berbagai kalangan
 pembaca dalam mempelajari sejarah indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Poesponegoro. Sejarah Nasional Indonesia. 1990 Jakarta : Balai Pustaka


Refinaldi.Sejarah Indonesia. 2019. Padang: Hayfa Press
Ricklef. Sejarah modern,.edisi ketiga, Houndmills,etcpalgrav
Daka Hamdaka, Terbentuknya jaringan nusantara melalui jalur perdagangan, di
http://www. Academia.edu/32684577/terbentuknya_jaringan_nusantara_melalui
Kabib sholeh. Pelayaran dan perdagangan sriwijaya pada abad ke -7 Masehi. 2017 di
http://siddhayatra.kedikbud.go.id/indek.php/siddhayatra/article/view/104

11

Anda mungkin juga menyukai