Anda di halaman 1dari 7

MATERI DHARMA CLASS TINGKAT DASAR

POLA 30 JAM
DHARMA EDUCATION GROUP
( Group Facebook )
Angkatan Ke-6

Hari ke-1 : Selasa, 19 Juli 2022


Pengajar : Michele Chia
Pengawas : Kohar Lie
Topik : Riwayat Buddha Gautama.

RIWAYAT BUDDHA GAUTAMA

I. FASE PRALAHIR.

Sebelum terlahir sebagai Sidharta Gautama, beliau hidup di Sorga Tusita selama 4.000 tahun surgawi
Sorga Tusita ( 576 juta tahun manusia ) dengan nama Dewa Setaketu.

Seribu Tahun Manusia sebelum Dewa Setaketu meninggal untuk terlahir di Alam Manusia sebagai
Pangeran Sidharta Gautama, para dewa dari Alam Brahma dan Alam Sorga memberikan
pengumuman tentang akan segera tiba kelahiran seorang Bodhistava yang akan menjadi Buddha.

Tujuh Hari Manusia sebelum Dewa Setaketu meninggal, para penguasa Sorga dari segala tingkat
bersama-sama menghadap Bodhisatva Dewa Setaketu untuk memberitahukan bahwa saatnya telah
tiba untuk turun ke Alam Manusia.

Saat bulan Asalha ketika usia Ratu Mahamaya 45 tahun ( ada juga referensi yang mengatakan 55
tahun ) mengalami mimpi yang menggambarkan sebagai berikut :
• Terdapat 4 Dewa Agung mengangkat Ratu Mahamaya dan membawanya ke Himava ( Gunung
Himalaya ) meletakkannya di bawah pohon Sala.
• Kemudian para istri Dewa Agung tersebut memandikannya di Danau Anotatta juga memberikan
minyak wangi serta memakaikan pakaian dewata.
• Selanjutnya Ratu Mahamaya memasuki istana emas dan direbahkan di dipan yang bagus.
• Seekor gajah putih sambil memegang bunga teratai di belalainya mengelilingi dipan sebanyak 3 kali
dan masuk ke perut Ratu dari sebelah kanan.

Mimpi ini mengartikan bahwa Ratu Mahamaya mulai hamil dengan janin adalah Calon Buddha
Gautama.

Silsilah Calon Buddha Gautama :


1. Terlahir bernama Sidharta Gautama.
2. Nama ayah : Raja Suddhodana.
3. Nama ibu kandung : Ratu Mahamaya.
4. Nama ibu asuh : Dewi Prajapati ( adik Ratu Mahamaya ).
5. Nama kakek : Raja Sihahanu.
6. Nama ayah dari kakek : Raja Jayasena.
7. Nama kerajaan : Sakya.
8. Nama ibukota kerajaan : Kapilavasthu.
9. Kasta : Ksatria.
~~~~~~~~~~
II. FASE KELAHIRAN.
~~~~~~~~~~

Pada bulan Waisak tahun 623 SM ( ada uga sumber referensi menyebutkan tahun yang berbeda )
saat Ratu Mahamaya mengadakan perjalanan ke tempat orang tuanya di Devadaha dengan maksud
melahirkan di sana, namun di tengah jalan di Taman Lumbini ( sekarang Rumminde di Pejwar,
Nepal ) di bawah pohon Sala Ratu Mahamaya melahirkan dalam posisi berdiri dan bayi yang
dilahirkan dalam keadaan bersih tanpa noda.

Setelah keluar dari rahim ibunya, bayi ( Sidharta Gautama ) diterima oleh 4 Mahabrahma di atas
sebuah jaring emas.
Kemudian sang bayi diserahkan oleh 4 Mahabrahma kepada 4 Raja Dewa di atas sehelai kulit rusa
hitam.
Setelah itu sang bayi diserahkan oleh 4 Raja Dewa kepada manusia di atas sehelai kain putih.

Sang bayi berdiri tegak berjalan 7 langkah di atas kuntum bunga teratai yang muncul dari tanah ke
arah Utara dengan mengeluarkan seruan :
"Aggo’ham asmi lokassa.
Jettho’ham asmi lokassa.
Settho’ham asmi lokassa.
Ayam antima jati.
Natthi dani punabhavo."
"Akulah yang tertinggi di antara semua makhluk di alam semesta ini.
Akulah yang terbesar di antara semua makhluk di alam semesta ini.
Akulah yang termulia di antara semua makhluk di alam semesta ini.
Inilah kelahiranku yang terakhir kalinya.
Tidak ada kelahiran lainnya lagi bagiku."

Pertapa Asita Kaladewala yang sedang bertapa di Pegunungan Himalaya diberi tahu oleh dewa dari
Sorga Tavatimsa tentang telah lahirnya Calon Buddha.

Kemudian Pertapa Asita berkunjung ke Raja Suddhodana dan melihat adanya 32 tanda Mahapurissa
( Manusia Agung ) pada tubuh si bayi itu.

Seketika itu juga Pertapa Asita diikuti oleh Raja Suddhodana memberi hormat kepada sang bayi,
kemudian tertawa gembira diikuti dengan menangis sedih.

Pertapa Asita tertawa gembira karena telah lahir di dunia ini seorang Calon Buddha.
Pertapa Asita menangis sedih karena dirinya telah berusia lanjut dan tak mungkin dapat hidup untuk
mendengarkan pembabaran Dharma dari si bayi yang akan menjadi Buddha ini.

Saat kelahiran Pangeran Sidharta Gautama secara bersamaan juga muncul di dunia ini :
1. PUTRI YASODHARA.
Kelak menjadi istri Pangeran Sidharta dan ibu dari Rahula.
2. ANANDA.
Kelak menjadi Bhikkhu Pembantu Utama Buddha Gautama.
3. KUDA KANTHAKA.
Kelak membawa Pangeran Sidharta pergi meninggalkan istana.
4. CHANNA.
Kelak menjadi kusir Pangeran Sidharta.
5. KALUDAYI.
Kelak mengundang Buddha Gautama untuk berkunjung kembali ke Kapilavasthu.
6. POHON BODHI.
Kelak akan menjadi tempat Pertapa Gautama bermeditasi dan menjadi Buddha.
7. SEEKOR GAJAH ISTANA.
8. NIDHIKUMBHI.
Tempat harta pusaka.

Pada hari ke-7 setelah Ratu Mahamaya melahirkan Pangeran Sidharta, Ratu wafat dan terlahir di
Sorga Tusita.
Hal ini pasti terjadi pada diri ibu yang melahirkan seorang Calon Buddha.

~~~~~~~~~~
III. FASE KANAK-KANAK.
~~~~~~~~~~

Pangeran Sidharta Gautama diasuh oleh seorang guru yang bernama Wiswamitra, namun tidak
berapa lama mengajar semua ilmu gurunya telah dikuasai oleh Pangeran sehingga gurunya
mengundurkan diri karena tak sanggup lagi mengajar Pangeran.

Saat sedang berlangsung Perayaan Membajak Sawah, Pangeran diajak oleh ayahnya ( Raja
Suddhodana ) mengikuti perayaan itu.

Namun pangeran kecil memisahkan diri dari keramaian dan memilih untuk bermeditasi di bawah
pohon jambu dengan memasuki jhana.

Peristiwa yang menakjubkan adalah bayangan pohon jambu tidak mengikuti jalannya matahari
melainkan tetap menaungi pangeran kecil yang sedang bermeditasi.

Raja Suddhodana saat ini memberikan penghormatan kepada anaknya itu untuk kedua kalinya
( pertama kali saat bersama-sama Pertapa Asita ).

~~~~~~~~~~
IV. FASE REMAJA.
~~~~~~~~~~

Saat berusia 16 tahun melalui perlombaan memperebutkan seorang wanita untuk dijadikan istri
diadakan oleh Raja Suddhodana.

Pada perlombaan itu Pangeran Sidharta Gautama berhasil memenangkan pertandingan sehingga
berhak untuk memperistri Putri Yasodhara yang sangat cantik.

Putri Yashodhara adalah sepupu dari Pangeran Sidharta Gautama.


Ayahnya bernama Raja Suppabuddha dari Kerajaan Devadaha adalah paman dari Pangeran Sidharta.
Ibunya bernama Ratu Amita adalah adik dari Raja Suddhodana.
Putri Yasodhara memiliki kakak yang bernama Devadatta.

Seiring perjalanan waktu, pada suatu saat Pangeran Sidharta melihat 4 peristiwa penting
( sebetulnya telah dijaga oleh Raja Suddhodana agar Pangeran tidak melihatnya ) yang
membangkitkan keinginan kuat dalam diri Pangeran Sidharta untuk meninggalkan istana dan
bertapa mencari obat untuk mengatasi penderitaan hidup.
Empat peristiwa penting itu adalah :
1. Melihat orang tua.
2. Melihat orang sakit.
3. Melihat orang mati.
4. Melihat pertapa.

Saat tekadnya sudah bulat untuk meninggalkan istana, kemudian saat itu pula lahir putranya
sehingga Pangeran Sidharta mengeluarkan kata "Rahula ( belenggu )" dari mulutnya yang kemudian
dijadikan nama bagi putranya itu.

Pada malam hari ketika semua penghuni istana sedang tertidur lelap, Pangeran Sidharta Gautama
bersama Channa dengan mengendarai kuda Kanthaka meninggalkan istana tanpa Pangeran memiliki
kesempatan untuk melihat dan mencium putranya yang baru lahir.

Pangeran Sidharta Gautama saat itu berusia 29 tahun.

~~~~~~~~~~
V. FASE MENJADI PERTAPA.
~~~~~~~~~~

Setelah meninggalkan istana, di tepi Sungai Anoma Pangeran Sidharta memotong rambutnya dan
melepaskan baju serta perhiasannya sebagai tanda bahwa Pangeran Sidharta telah melepaskan
status sebagai Putra Mahkota dan kini beliau berstatus sebagai Pertapa Gautama.

Guru pertama Pertapa Gautama adalah Alara Kalama dan dalam waktu singkat Pertapa Gautama
telah berhasil menguasai semua kemampuan gurunya.

Kemudian Pertapa Gautama berguru kepada seorang guru yang lebih pandai lagi yaitu Uddaka
Ramaputra dan juga dalam waktu singkat berhasil menguasai seluruh ilmu gurunya.

Tidak puas dengan guru-gurunya itu, akhirnya Pertapa Gautama pergi meninggalkan guru-gurunya
dan bersama-sama dengan 5 orang pertapa ( nantinya akan menjadi siswa pertama Buddha
Gautama ) bertapa di Hutan Uruwela dengan menggunakan cara pertapaan yang keras selama 6
tahun.

Setelah tubuh Pertapa Gautama semakin melemah akibat pertapaan yang keras itu kemudian beliau
menyadari bahwa cara yang seperti itu tidak dapat membawa hasil, maka beliau mulai makan untuk
memulihkan kekuatan jasmani tubuhnya.

Perbuatannya ini dianggap oleh 5 pertapa temannya sebagai kegagalan dari Pertapa Gautama dalam
kehidupannya sebagai pertapa.

Kemudian 5 orang pertapa itu pergi meninggalkan Pertapa Gautama yang saat ini menjadi sendirian
saja di dalam hutan untuk melanjutkan pertapaan.

Akhirnya saat bulan purnama Waisak tahun 588 SM setelah berhasil mengatasi gangguan dari Dewa
Mara beserta serombongan besar pasukannya, Pertapa Gautama berhasil menembus pencerahan
sempurna.
Pada malam jaga pertama ( pukul 18-22 ) beliau memperoleh pengetahuan untuk melihat
kehidupan-kehidupannya pada masa lampau ( Pubbenivasanussati Nyana ).

Pada malam jaga kedua ( pukul 22-02 ) beliau memperoleh pengetahuan untuk melihat kelahiran
dan kematian para makhluk beserta sebabnya ( Dibbacakkhu Nyana ).

Pada malam jaga ketiga ( pukul 02-06 ) beliau memperoleh pengetahuan untuk memusnahkan
kekotoran batin ( Asavakkhaya Nyana ) dan menjadi Samma Sambuddha.

~~~~~~~~~~
VI. FASE PEMBABARAN DHARMA.
~~~~~~~~~~

Buddha Gautama selam 45 tahun ( dari usia 35 sampai 80 tahun ) tanpa henti membabarkan Dharma
demi kebahagiaan dan keselamatan seluruh makhluk sehingga Beliau dijuluki sebagai Guru Para
Dewa dan Manusia.

Beberapa peristiwa penting dalam perjalanan Buddha Gautama membabarkan Dharma sejak Beliau
menjadi Buddha adalah :

1. Tahun ke-1 :
Buddha memutar Roda Dharma dan membentuk Sangha dengan 5 orang pertapa yang pernah
menemaninya bertapa menjadi bhikkhu yang pertama yang disebut sebagai Panca Vaggiya terdiri
dari :
a. Kondanna.
b. Mahanama.
c. Vappa.
d. Assaji.
e. Bhadya.

2. Tahun ke-3 :
Atas permintaan Raja Suddhodana, Buddha Gautama kembali ke Kapilawastu dan pertama kalinya
Beliau memperlihatkan Yamakapatihariya ( Mukjizat Ganda ) agar para penduduk beserta ayahnya
yakin bahwa Beliau sudah menjadi Buddha.

3. Tahun ke-5 :
Raja Suddhodana sakit kemudian Buddha Gautama memberikan bimbingan Dharma kepada Raja
Suddhodana di Kapilawastu sehingga Raja berhasil mencapai Arahat dan Parinirvana 7 hari
kemudian.
Pada tahun ini pula Sangha Bhikkhuni terbentuk dengan dipimpin oleh Mahapajapati ( ibu asuh
Pangeran Sidharta ).

4. Tahun ke-6 :
Buddha Gautama untuk kedua kalinya memperlihatkan Yamakapatihariya.

5. Tahun ke-7 :
Buddha Gautama selama 3 bulan waktu manusia menjalani vassa di Sorga Tavatimsa dan
mengajarkan Abhidhamma kepada ibunya ( Ratu Mahamaya ) beserta para dewa.

6. Tahun ke-8 :
Buddha Gautama bertemu dengan Nakulapita dan istri yang pada kehidupan lampaunya pernah
menjadi ayah dan ibu Beliau sampai 500 kali.

7. Tahun ke-10 :
Terjadi perselisihan di antara para bhikkhu di Kosambi.
Karena letih menghadapi perselisihan yang tak dapat didamaikan kemudian Buddha Gautama pergi
ke hutan Parileyyaka untuk menjalani vassa selama 3 bulan.
Akhirnya para bhikkhu menyadari dan meminta ampun kepada Buddha Gautama sehingga
perselisihan dapat didamaikan.

8. Tahun ke-12 :
Vassa di Veranja dan saat itu terjadi kekurangan makanan yang sangat hebat di sana sehingga
Buddha Gautama beserta rombongannya menerima dana makanan yang sangat sederhana.
Y.A. Moggalana menawarkan dengan kekuatan gaibnya menyediakan makanan yang layak namun
ditolak oleh Buddha.

9. Tahun ke-14 :
Rahula ( anak dari Pangeran Sidharta Gautama dan Putri Yasodhara ) ditahbiskan menjadi bhikkhu.

10. Tahun ke-15 :


Kembali ke Kapilawastu dan pada tahun ini Raja Suppabuddha ( mertua dari Pangeran Sidharta )
meninggal dunia.

11. Tahun ke-16 :


Buddha Gautama berdiam di Alavi dan di sini Beliau menaklukkan Yakkha Alavaka.

12. Tahun ke-20 :


Bhikkhu Ananda ditunjuk sebagai Bhikkhu Pembantu Utama Buddha Gautama.
Pada tahun ini Buddha Gautama menaklukkan Angulimala si pembunuh 999 manusia.

13. Tahun ke-37 :


Raja Bimbisara wafat setelah mengalami penyiksaan oleh anaknya sendiri yaitu Raja Ajatasattu
berdasarkan hasutan dari Devadatta.
Pada tahun ini Devadatta memaksa untuk mengambil alih pimpinan Sangha dari Buddha tetapi gagal.

14. Tahun ke-45 :


Buddha Gautama wafat dan Parinirvana di Kusinara di antara 2 pohon Sala kembar saat bulan
purnama Waisak tahun 543 SM.

~~~~~~~~~~
VII. FASE PARINIRVANA.
~~~~~~~~~~

Setelah Buddha Gautama Parinibbana ( wafat ) dan sesudah dikremasi sehingga hanya tinggal tersisa
abu pembakaran dan relik, kemudian untuk mengatasi perselisihan yang ada Brahmana Dona
memimpin pembagian relik Buddha Gautama secara adil dan memuaskan semua pihak.

Terdapat 10 stupa besar yang didirikan untuk menghormati dan menyimpan sisa-sisa peninggalan
hasil kremasi tubuh Buddha Gautama :

1. Raja Ajatasattu dari Magadha mendirikan stupa besar untuk menyimpan relik Buddha di Rajagaha.
2. Orang Licchavi dari Vesali mendirikan stupa besar untuk menyimpan relik Buddha di Vesali.

3. Suku Sakya dari Kapilavasthu mendirikan stupa besar untuk menyimpan relik Buddha di
Kapilavasthu.

4. Suku Buli dari Allakappa mendirikan stupa besar untuk menyimpan relik Buddha di Allakappa.

5. Suku Koliya dari Ramagama mendirikan stupa besar untuk menyimpan relik Buddha di Ramagama.

6. Brahmana dari Vethadipa mendirikan stupa besar untuk menyimpan relik Buddha di Vethadipa.

7. Suku Malla dari Pava mendirikan stupa besar untuk menyimpan relik Buddha di Pava.

8. Suku Malla dari Kusinara mendirikan stupa besar untuk menyimpan relik Buddha di Kusinara.

9. Brahmana Dona mendirikan stupa besar untuk menyimpan tempayan bekas tempat relik Buddha.

10. Suku Moriya dari Pipphalivana mendirikan stupa besar untuk menyimpan abu bekas pembakaran
jasmani Buddha di Pipphalivana.

Anda mungkin juga menyukai