Dosen Pengampu:
Widya Sumartini
Disusun Oleh:
0520220045_ Vittoryo Sugiarto
Puji syukur bagi Sang Triratna, Para Buddha dan Bodhisattva, atas berkah
dan anugerah-Nya sehingga makalah yang berjudul ”Riwayat Hidup Buddha
Gautama“ dapat terselesaikan dengan baik.
Secara khusus ucapan terima kasih kepada Ibu Widya Sumartini sebagai Dosen
Pengampu Mata Kuliah Agama Buddha yang telah memberikan bantuan dan
dukungan baik langsung maupun tidak langsung kepada penulis hingga penulisan
makalah ini dapat diselesaikan.
Tiada gading yang tak retak, tiada hal yang sempurna di dunia ini, tiada
kesempurnaan tanpa kerendahan hati, penulis menyadari masih banyaknya
kekurangan dan kelemahan, untuk itu dengan segala kerendahan hati
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini
hingga bisa bermanfaat bagi dunia pendidikan dan bagi siapa saja yang
membutuhkannya.
Akhir kata, Penulis ingin melimpahkan segala jasa kebajikan ini teriring doa,
Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta, Semoga Semua Makhluk Hidup Berbahagia.
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
Kesimpulan ………………………………………………………………….
PENDAHULUAN
Agama Buddha adalah sebuah agama dan filsafat yang berasal dari anak
benua India dan meliputi beragam tradisi kepercayaan, dan praktik yang sebagian
besar berdasarkan pada ajaran yang dikaitkan dengan Sidhartha Gautama, yang
secara umum dikenal sebagai Sang Buddha (berarti "yang telah sadar" dalam
bahasa Sanskerta dan Pali). Sidhartha Gautama adalah anak lelaki seorang raja yang
berkuasa di Kapilawastu, sebuah kota di timur laut India, dekat perbatasan Nepal.
Ia hidup dalam lingkungan kerajaan yang serba mewah, namun ia merasa tidak
nyaman karena banyak rakyat miskin yang terlantar. Pada usia 29 tahun Gautama
memutuskan dirinya harus meninggalkan kehidupan yang dijalaninya saat itu dan
mengabdi sepenuhnya pada pencarian kebenaran. Dia pergi keluar istana dan
menjadi seorang pengembara. Untuk beberapa waktu ia belajar kepada orang suci
zaman itu, ia juga mengikuti ajaran asketisisme, ia melakukan puasa-puasa berat
selama bertahun-tahun. Namun, akhirnya ia sadar bahwa penyiksaan terhadap
tubuh hanya mengaburkan pemikirannya. Dan ia meninggalkan ajaran ini seta
kembali melakukan pengembaraannya. Dalam kesendirian dia bergumul dengan
masalah-masalah yang tak ia bisa pecahkan. Akhirnya, pada suatu malam, ketika
duduk di bawah pohon Bodhi, ia mendapatkan pencerahan. Dan ia berhasil
menemukan pemecahan masalah yang ia hadapi, sekarang Gautama telah menjadi
seorang Buddha, seseorang "yang tercerahkan”.
PEMBAHASAN
Mulai abad ke enam hingga abad ke 2 SM, Keadaan India dapat dikatakan
kacau. Pada zaman itu terjadi krisis politik dengan masuknya bangsa-bangsa asing
ke India, hingga keamanan terganggu, misalnya penaklukan dari Persia pada awal
abad ke 6 SM oleh raja Darius I dari Persia yang memasuki bagian Barat India dan
menjadikannya salah satu bagian dari provinsi Persia. Pada masa tersebut muncul
pengelompokan strata masyakat yang disebut dengan kasta.
Oleh pertanyaan Sang Raja, para pertapa itu menjelaskan agar Sang
Pangeran jangan sampai melihat empat macam peristiwa. Bila tidak, ia akan
menjadi pertapa dan menjadi Buddha. Empat macam peristiwa itu adalah:
1. Orang tua,
2. Orang sakit,
3. Orang mati,
4. Seorang pertapa.
Sidharta Gautama hidup dalam istana dengan segala kemewahan yang ada.
Dia hidup dengan semua kemewahan yang ada di dalam istana tanpa bisa kemana-
mana. Karena ayahnya Raja Sudhodana, tidak ingin anaknya melihat hal yang
diramalkan oleh pertapa Asita, yaitu: orang tua, orang sakit, orang mati, seorang
pertapa.
Sidhartha pergi ke Taman pada kali kedua, kali in baginda melalui bandar
Kapilavathu juga, tetapi keadaan bandar tidak seperti dahulu lagi. Orang-orang di
Bandar itu sibuk menjalankan kerja masing-masing. Di tepi jalan, putera Sidhartha
ternampak seorang lelaki yang sedang sakit. Dia sangat lemah dan dalam kesakitan.
Badannya sangat kotor dan berbau kerana dia muntah-muntah. Ada beberapa orang
coba mengusungnya, dan beberapa orang pula mencoba meletakkannya di atas katil.
Sidhartha bertanya kepada Channa, "Mengapa dengan orang itu? Mengapa
suaranya tidak seperti kita?" "Orang itu sakit dan lemah." jawab Channa. Sidhartha
bertanya lagi, "Mengapa dia sakit? Adakah cara untuk mengelakkannya? Adakah
setiap orang akan sakit? Adakah aku akan jatuh sakit juga?" "Tuanku, setiap orang
pasti jatuh sakit, termasuk tuanku. la tidak bisa dielakkan. Sakit bisa menyebabkan
seseorang itu mati." kata Channa. Setelah mendengar penerangan itu, Putra
Sidhartha mengajak Channa pulang saja ke istana tanpa meneruskan perjalanan ke
Taman. Sidhartha pulang dengan hat yang sedih dan muram.
Setelah terlihat orang tua, orang sakit, dan orang mati, kini Putra Siddhartha
terlihat pula seorang bhikkhu semasa kali keempat baginda ke bandar. Orang yang
dilihat kali in ialah seorang yang memakai jubah berwarna oren, tidak berambut
dan dalam keadaan yang tenang dan gembira. Orang tidak kelihatan tua dan sakit.
Putra raja melihatnya dengan penuh keheranan lalu bertanya kepada Channa.
"Siapakah dia? Di mana dia tinggal? Apa kerjanya? Mengapa dia tidak berambut
"Tuanku, dia adalah seorang bhikkhu, iaitu orang yang telah meninggalkan
keluarganya untuk menjalani hidup sebagai orang alim. Dia tinggal di kuil. Dia
pergi dari rumah ke rumah untuk mendapatkan. makanan. Dia sentiasa
menasihatkan orang lain untuk berbuat baik dan menunjukkan cara-cara untuk
hidup bahagia." jawab Channa. "Seorang bhikkhu sentiasa tenteram. Dia sentiasa
melakukan perkara yang baik. Dia tidak menyakiti orang lain serta baik hati kepada
semua mahkluk." jawab Channa lagi. Setelah mendengar kata-kata Channa, putra
raja merasa sangat sukahati. Orang yangdilihat kali in tidak seperti sebelumnya.
Baginda ingin menjadi seperti orang ini, karena hidupnya gembira dan aman, tidak
seperti 3 orang yang dilihatnya terdahulu itu. Putra Sidhartha ingin menjadi bhikkhu.
Baginda pulang dengan hati yang gembira.
Maka yang diambil Sidharta adalah jalan tengah di antara 2 pandangan ini,
yakni disiplin diri dan kemurnian diri, memusat pada perhatian untuk menemukan
sebab-sebab penderitaan.
Pada hari bulan purnama, dalam bulan Mei (Hari Waisak) genaplah usia
Gautama 35 tahun. Pada hari kelahiran Gautama inilah ia mencapai Pencerahan
Sempura, di bawah pohon Bodhi Akhimya melalui samadhi, Gautama dapat
melihat kehidupanNya yang lampau. Bodhisatta/Gautama juga dapat melihat
bagaimana sesuatu makhluk itu mati dan wujud semula. Akhirnya, Bodhisatta
mengetahui bagaimana caranya untuk mengatasi usia tua, sakit dan mati. Bodhisatta
juga mengetahui sebab berlakunya tua, sakit dan mati. Dari sat itulah Bodhisatta
menjadi Buddha (Pencerahan Sempurna).
PENUTUP
Kesimpulan
Buddha merupakan sebuah sebutan atau gelar yang diberikan kepada
sescorang yang telah mencapai Pencerahan (Enlightenment). Buddha sendiri tidak
hanya satu. Namun secara historis pada zaman ini hanya dikenal satu Buddha yaitu
Buddha Gautama. Buddha Gautama hidup di bagian utara India sekitar abad ke-6
SM. Nama pribadinya adalah Sidhartha sedangkan Gautama adalah nama
keluarganya. Perjalanan hidup Sidharta Gautama dapat kita rangkum dalam sebuah
tabel seperrti di bawah ini:
555 SM: Pangeran kecil melakukan meditasi untuk pertama kalinya. Acara ini
berlangsung pada saat perayaan membajak sawah.
547 SM: Pada usia 16 tahun Pangeran Sidhartha memenangkan sayembara dan
menikahi Putri Yashodara.
534 SM: Pada usia 29 tahun Pangeran Sidhartha memutuskan untuk meninggalkan
kehidupan duniawi dan menjadi seorang pertapa setelah melihat 4 peristiwa nyata
yang pasti dialami setiap orang, yaitu: orang tua, orang sakit, orang mati, dan
pertapa. Pada saat yang bersamaan lahir putera Beliau yang diberi nama Rahula.
Pangeran Siddhartha meninggalkan kehidupan duniawinya dilandasi atas rasa cinta
kasihnya yang demikian besar kepada semua makhluk dengan tujuan mencari obat
penawar (jalan keluar) dari ketiga utusan kehidupan (sakit, tua, dan mati).
https://bodhidharma.ac.id/artikel/62/Riwayat-Hidup-Buddha-Gotama.html
https://www.google.co.id/search?q=foto+riwayat+hidup+buddha&ie=UTF-
8&oe=UTF-8&hl=en-id&client=safari