Anda di halaman 1dari 1

Nama asli: Siddharta Gautama

Tempat lahir: Taman Lumbini di kaki Gunung Himalaya, India bagian Utara pada 623 masehi.

Nama Ayah Siddharta: Siddhodana yang berasal dari suku Sakya, anggota dari Kelas Khasatria adalah seorang raja
di Kota Kapilavastu Jambuduipa.

Nama ibu Siddharta: Mahamaya.

Peramal melihat 32 tanda pada tubuh sang bayi yang merupakan pertanda tentang kehidupan yang agung di masa
depan atau menjadi Chakrawarti (maharaja) seluruh India dan bisa jadi menjalani kehidupan religious seperti
pertapa. Mendengar ramalan tersebut, Raja khawatir jika Sidhdharta akan meninggalkan istana dan menjadi pertapa.

Empat hal yang tidak boleh dilihat oleh Pangeran Siddharta Gautama, yakni orang tua, orang sakit, orang mati dan
seorang pertapa. Bila tidak, Siddharta akan menjadi pertapa dan menjadi Buddha.

Pada suatu hari, Siddharta minta ijin untuk berjalan keluar istana.

Perjumapaan 1: Di jalanan Kapilavasta menjumpai orang tua.

Perjumpaan 2: : Di jalanan Kapilavasta menjumpai orang sakit.

Perjumpaan 3: Di jalanan Kapilavasta menjumpai seorang pertapa.

Ia merasa sedih dan bertanya pada diri sendiri. Tidak ada hal yang mempersiapkan untuk pengalaman semacam itu
selama hidupnya. Ia berpikir bahwa hanya kehidupan suci yang akan memberikan semua jawaban itu.

Pada usia 29 tahun, Siddharta memutuskan meninggalkan istana, istri dan anaknya yang baru lahir. Ia pergi untuk
menjadi seorang pertapa yang bertujuan menemukan cara buat menghilangkan penderitaan atau membebaskan
manusia dari usia tua, sakit, dan mati.

Perjuangan Siddharta dalam memaknai kehidupan agar tercipta bangunan spiritualitas yang paripurna. Siddharta,
bermeditasi menggunakan berbagai guru spiritual yang membimbingnya. Ia bermediasi di bawah pohon Bodhi
untuk mendapatkan penerangan Agung. Setelah enam tahun, pada akhirnya di bawah pohon Bodhi, ia memperoleh
apa yang dicita-citakannya, yakni ajaran tentang sebab akibat penderitaan dan cara-cara mendapatkan kelepasan
yang tersimpul dalam pandangan filosofis.

Pertapa Siddharta telah mencapai Pencerahan Sempurna dan menjadi Samyaksam-Buddha (Sammasam-Buddha).
Saat mencapai pencerahan sempurna, tubuh Siddharta memancar enam sinar Buddha dengan warna biru (nila) yang
berarti bhakti, kuning (pita) yang berarti kebijaksanaan dan pengetahuan. Warna merah (lohita) yang berarti kasih
sayang dan belas kasih, putih (Avadata) mengandung arti suci, jingga (mangasta) berarti semangat, dan dan
campuran sinar tersebut (prabhasvara).

Siddharta mendapat gelar setelah mencapai pencerahan sempurna yaitu Buddha Gautama, Sakyamuni, Tathagata (Ia
Yang Telah Datang, Ia Yang Telah Pergi), Sugata (Yang Maha Tahu), Bhagava (Yang Agung). Ia menyampaikan
khotbah pertamanya di Taman Rusa, Isipatan, Sarnath kepada lima pertama yang dulu menjadi rekan saat bertapa
menyiksa diri.

Selama 45 tahun, ia menyampaikan khotbahnya, ia memasuki Maha Pari-Nibbana di Kusinara di usia 80 tahun. Ia
menyadari bahwa tiga bulan setelahnya, ia akan mencapai Parinibbana atau Parinirvana yaitu meninggalkan bentuk
fisik tubuhnya.

Anda mungkin juga menyukai