Anda di halaman 1dari 10

Riwayat Singkat Sang Buddha Gotama

1. Nama kecil Beliau ialah Siddharta Gotama. Siddharta berarti: Yang akan
tercapai cita-citanya.
2. Nama orang tua dari Pangeran Siddharta Gotama:
- Ayahnya bernama Suddhodana.
- Ibunya bernama Mayadevi atau Mahamaya.
3. Raja Suddhodana memerintah di kota Kapilavastu, ibukota dari kerajaan Sakya,
di daerah India Utara. Sekarang di daerah kerajaan Nepal.
4. Pangeran Siddharta dilahirkan di Taman Lumbini dibawah pohon Sala, pada
waktu bulan purnama siddhi Vesakha, kira-kira 623 S.M.
5. Pangeran Siddharta Gotama diramalkan oleh petapa Asita dan Kondanna bahwa
ia kelak akan menjadi Buddha. Sedangkan, para brahmana istana meramalkan:
a. Jika Pangeran Siddharta menjadi raja, maka ia akan menjadi seorang raja dunia
(Cakkavatti).
b. Jika Pangeran Siddharta menjadi petapa, maka ia akan menjadi Buddha.
6. Ratu Mahamaya meninggal dunia ketika Pangeran Siddharta berusia 7 hari.
Kemudian Pangeran Siddharta Gotama dirawat oleh bibinyayang bernama Pajapati
(adik Ratu Mahamaya) yang juga dinikahi oleh raja Suddhodana. Dari pernikahan
ini kemudian lahir seorang putra bernama Nanda dan seorang putri bernama
Putrananda.
7. Raja Suddhodana berusaha dengan keras agar Pangeran Siddharta Gotama
menjadi raja besar, dengan mendirikan 3 buah istana yang mewah bagi tempat
merawat Pangeran Siddharta Gotama. Kemudian dalam usia masih sangat muda,
16 tahun, Pangeran Siddharta Gotama dinikahkan dengan putri tercantik pada
waktu itu yang bernama Yasodhara.
8. Nama orang tua dari putri Yasodhara:
- Ayahnya bernama Suppabuddha.
- Ibunya bernama Pamita.
9. Perkawinan Pangeran Siddharta Gotama dengan putri Yasodhara memperoleh
seorang putra bernama Rahula, yang berarti : belenggu.

10. Dalam perjalanan Pangeran Siddharta Gotama keliling kota untuk pertama
kalinya, beliau melihat :
- Jinna : Seorang tua renta.
- Byadhita : Seorang sakit parah.
- Kalakata : Seorang yang mati (jenazah).
- Pabbajita : Seorang petapa/rahib
Empat macam peristiwa yang dilihat oleh Pangeran Siddharta Gotama seperti
tersebut di atas, dikenal dengan sebutan : DEVA-DUTA 4 (4 pesuruh dewa).
11. - Setelah Pangeran Siddharta Gotama melihat4 peristiwa itu, beliau menyadari
bahwa terlahir sebagai manusia mengalami Anicca (tidak kekal) yang
menimbulkan Dukkha (derita).
- Beliau bertekat akan membebaskan manusia dari Dukkha.
- Kemudian beliau meninggalkan kehidupan rumah tangga/istana dan menjalani
hidup sebagai pertapa dalam usia 29 tahun.
- Beliau bertapa di hutan Uruvela, pernah berguru kepada Alara kalama dan
uddaka-Ramaputta, tetapi dalam waktu singkat sudah dapat menyamai kepandaian
gurunya. Beliau menyadari apa yang telah dilakukannya itu bukan cara
melenyapkan Dukkha.
- Kemudian beliau melakukan caranya sendiri dengan cara menyiksa diri bersama
kelima temannya yaitu : Kondanna, Mahanama, Assaji, Bhaddiya dan Vappa.
Tetapi usaha beliau itu tidak berhasil dan hampir saja mati.
12. Setelah beliau ditolong oleh seorang gembala sapi dengan memberikan sedikit
bubur, kemudian beliau insyaf bahwa cara menyiksa diri tidak dapat
menghilangkan Dukkha, bahkan beliau mengetahui bahwa kesucian pikiranlah
yang akan melenyapkan Dukkha. Akhirnya beliau mulai makan 1x sehari sebelum
pukul 12 tengah hari.
13. Beliau menempuh cara hidup yang disebut MAJJHIMAPATIPADA, yang
berarti menghindari 2 ekstrim. 2 ekstrim itu adalah:
- cara hidup menyiksa diri.
- cara hidup berfoya-foya
Setelah beliau menempuh jalan tengah, kelima teman beliau meninggalkan beliau
karena beliau bukan pertapa lagi.
14. Akhirnya beliau mencapai kesucian tingkat Buddha dibawah pohonBodhi di
hutan Gaya pada saat purnama siddhi Vesakha dalam usia 35 tahun.

15. Sang Buddha Gotama pertama kali menyebarkan Dhammanya di Taman Rusa
Isipa thana kepada 5 orang pertama yang dahulu bersama-sama beliau. Setelah
mendengarkan kotbah Sang Buddha kelima orang tersebut mencapai tingkat
kesucian dan menjadi pengikut Sang Buddha.
16 .Pengikut Sang Buddha Gotama yang pertama sebagai Upasaka adalah dua
orang saudagar,bernama Tapussa dan Balikha.
17. Murid Sang Buddha Gotama sebagai Bhikkhu setelah kelima pertapa adalah
seorang putra hartawan dari Benares yang bernama Yasa.
18 .Pengikut wanita pertama sebagai Upasika adalah Ibu dari Yasa
19. SangBuddha Gotama menunjukan kemampuan seorang Buddha adalah
sebelum memasuki kota Kapilavasthu ketika beliau akan menjumpai raja
Suddhodana.
20. Yang memberikan makanan terakhir sebelum Sang Buddha Gotama wafat
adalah seorang pandai besi bernama Cuda. Sang Buddha Gotama mencapai
Parinibbana (wafat) di bawah pohon Sala kembar di Kusinara pada saat purnama
siddhi Vesakha tepat pada usia 80 tahun.
21. Setelah Sang Buddha Gotama mencapai Parinibbana di adakan Sanghasamaya
yang pertama di Rajagaha,untuk menghimpun ajaran Buddha Gotama,dihadiri oleh
500 Arahat dibawah pimpinan Y.A. Maha Kassapa.

Ceramah (1)
Bendera Buddhis
Oleh Hudaya Kandahjaya Bendera Buddhis resmi dipakai di hadapan publik
untuk pertama kalinya pada suatu upacara Waisak di Dipaduttararama, di
Kotahena, Sri Lanka, tepatnya pada tanggal 28 April 1885.
Bendera Buddhis diciptakan untuk mempersatukan umat Buddha Sri lanka
dalam menghidupkan kembali agama Buddha.
Gerakan menghidupkan kembali agama Buddha itu antara lain dirumuskan
oleh panitia Peringatan Waisak tahun 1880 di Colombo. Anggota panitianya
adalah yang Arya hikkaduwe Sri Sumangala thera (ketua), yang Arya
Mohottivatte (Migettuwatte) Gunananda Thera, Don carolis hewavitharana,
Muhandiram, A.P. Dharmagunawardena, william de Abrew, Carolis Pujitha
Gunawardena (Sekretaris), Charles A. de Silva, N.S Fernando, Peter de
Abrew, dan H. William fernando.
Diantara orang-orang ini Carolis Pujitha gunawardena yang seketaris sering
dipandang sebagai perancang bendera buddhis, walaupun pada umumnya
ada kecenderungan untuk memandang keseluruhan panitia penyelenggara
perayaan Waisak 1885 sebagai yang berjasa bagi proses penciptaannya.
Ketika bendera Buddhis pertama kali dikibarkan di Sri Lanka, Kolonel
Olcott sedang berada di India. ia kembali ke Sri lanka dari India pada
tanggal 28 januari 1886.
Ia mencatat kesan-kesannya begitu melihat bendera Buddhis berkibar di
Kotahena.Menurutnya bentuk bendera itu kurang mengena atau serasi untuk
dibawa dalam prosesi di rumah-rumah. Kolonel Olcott menyarankan agar
bentuknya dibuat sebangun dan seukuran dengan bendera nasional. Sarannya
diterima dan pada tanggal 8 April 1886 bendera gubahan baru dipampang
kembali di harian Saravasi Sandaresa.
Dalam tradisi agama Buddha, kombinasi warna ini mengacu ke pancaran
enam warna aura Buddha.
Dalam literatur Sanskrit, ciri unik Buddha yang berupa enam warna cahaya
Buddha ini disebut sadvarna-buddha-ramsi; kata ramsi merupakan metatesis
dari rasmi).

Enam warna itu secara berurutan adalah biru (nila), kuning (ita), merah
(lohita) putih (odata), jingga (manjestha, paliL manjettha), dan campuran
dari lima warna di atas (prabhasvara, Pali: pabbhassara).
Dikatakan juga bahwa warna biru berasal dari rambut dan bagian biru dari
mata, warna kuning berasal dari kulit dan bagian kuning dari mata, warna
merah berasal dari daging, darah dan bagian merah dari mata, warna putih
berasal dari tulang, gigi, dan bagian putih dari mata, dan dua warna lainnya
berasal dari berbagai bagian tubuh Buddha.
Kemudian, sewaktu World Fellowship of Buddhists pada tahun 1950
bersidan di Colombo, atas permintaan Almarhum Profesor G. P.
Malalasekera, bendera Buddhis disepakati untuk diterima sebagai bendera
umat Buddha di seluruh dunia, Sejak saat itu bendera Buddhis yang berasal
mula dari Sri Lanka ini meningkat kedudukannya sebagai lambang Buddhis
internasional.

Ceramah (2)
Lima Perenungan Bagi Setiap Orang
Apakah yang lima itu?
Aku pasti menjadi tua; aku tidak dapat menghindari menjadi tua.
Aku pasti menjadi sakit; aku tidak dapat menghindari menjadi sakit.
Aku pasti menjadi mati; aku tidak dapat menghindari kematian.
Aku pasti akan terpisah dan tercerai dari semua yang kusayangi dan
kucintai.
Aku adalah pemilik perbuatan-perbuatanku sendiri, pewaris perbuatanperbuatanku sendiri, perbuatan merupakan kandungan (yang dari situ aku
muncul), perbuatan adalah keluargaku, perbuatan adalah pelindungku. Apa
pun perbuatan yang kulakukan baik atau buruk akulah yang akan menjadi
pewarisnya.
Ketika masih muda, para makhluk merasa sombong akan kemudaan mereka,
dan karena tergila-gila pada kesombongan kemudaan itu, mereka menjalani
kehidupan yang jahat di dalam perbuatan, kata-kata dan pikiran. Tetapi di
dalam diri orang yang sering merenungkan kepastian usia tua, kesombongan
kemudaan akan sepenuhnya lenyap atau akan menjadi lemah. Untuk alasan
yang baik itulah fakta menjadi tua harus sering direnungkan.
Ketika masih sehat, para makhluk merasa sombong akan kesehatan mereka,
dan karena tergila-gila pada kesombongan kesehatan itu, mereka menjalani
kehidupan yang jahat di dalam perbuatan, kata-kata dan pikiran. Tetapi di
dalam diri orang yang sering merenungkan kepastian menjadi sakit,
kesombongan kesehatan akan sepenuhnya lenyap atau akan menjadi lemah.
Untuk alasan yang baik itulah fakta menjadi penyakit harus sering
direnungkan.

Ketika masih hidup, para makhluk merasa sombong akan kehidupan mereka,
dan karena tergila-gila pada kesombongan kehidupan itu, mereka menjalani
kehidupan yang jahat di dalam perbuatan, kata-kata dan pikiran. Tetapi di
dalam diri orang yang sering merenungkan kepastian kematian,
kesombongan kehidupan akan sepenuhnya lenyap atau akan menjadi lemah.
Untuk alasan yang baik itulah fakta menjadi penyakit harus sering
direnungkan.
Para makhluk mempunyai nafsu yang tinggi terhadap apa yang yang
disayangi dan dicintai dan karena terbakar oleh nafsu itu, mereka menjalani
kehidupan yang jahat di dalam perbuatan, kata-kata dan pikiran. Tetapi di
dalam diri orang yang sering merenungkan perpisahan dari hal-hal yang
disayangi dan dicintai, nafsu yang tinggi terhadap apa yang disayangi dan
dicintai akan sepenuhnya lenyap atau akan menjadi lemah. Untuk alasan
yang baik itulah perpisahan dari apa yang dicintai harus sering direnungkan.

Saya dan Agama Buddha Dhamma


Perjalanan Saya Mengenal Agama Buddha
Dhamma
Disini,saya akan membuat karangan singkat tentang Perjalanan Saya
Mengenal Agama Buddha Dhamma.
Nama saya Ridwanto Congga.Biasa dipanggil Ridwanto.Saya beragama
Buddha sejak lahir mengikuti kedua orang tua saya.Dari Taman Kanak-Kanak
sampai kelas 6 Sekolah dasar,saya tidak pernah ke Vihara,mendapat ajaran tentang
agama Buddha,cara berdoa agama Buddha,dan lain-lain.Mungkin kalian bertanyatanya mengapa orang tua saya tidak mengajak saya kevihara atau mengajari
tentang agama Buddha?Itu karena kedua orang tua saya sibuk bekerja demi
keempat anaknya agar bisa bersekolah dan kuliah agar sukses dan tidak seperti
mereka dulu.Dan lebih parahnya lagi saya bersekolah dari Sekolah Dasar sampai
Sekolah Menengah Atas yang mendalami agama Katolik bukan agama Buddha
karena di kampung halaman saya Sampit,Kalimantan Tengah tidak ada sekolah
yang mendalami agama Buddha.
Dan pada waktu itu,saya masih belum tau agama saya itu apa?sehingga pada
saat ada perkumpulan anak-anak Katolik saya ikut karena saya dulu berpikir bahwa
saya agama Katolik karena saya sekolah di sekolah yang mendalami agama
Katolik.

Suatu hari,saya bermain di tempat teman abang saya,saya bermain bersama


adik teman abang saya dan kebetulan dia beragama Buddha cenderung ke aliran
Theravada.Dia orangnya baik dan seru dan saya menganggapnya sebagai kakak
saya sendiri.Kemudian dia mengajak saya untuk ke Vihara dan saya mau-mau saja
karena berada didekatnya apapun menjadi seru.
Pada hari dimana saya pertama kalinya ke Vihara,Saya mungkin masih kelas
1 Sekolah Menengah Pertama.Disinilah saya mulai mengenal cara berdoa dan
ajaran tentang agama Buddha.Setelah pulang dari Vihara tersebut,dia(adik teman
abang saya) melanjutkan les mandarin di Vihara yang alirannya Maitreya
kemudian dia mengajak saya lagi dan kebetulan itu hari pertama dibukanya les
mandarin di Vihara tersebut sehingga saya tidak perlu membawa buku,dan lain-lain
karena sudah disediakan disana.Saya mau-mau saja karena tidak ada ruginya kan?
Setelah selesai belajar mandarin di Vihara tersebut saya di ajak berdoa lagi dengan
cara yang berbeda lagi sehingga membuat saya menjadi bingung.Apa bedanya
kedua Vihara ini?
1 tahun berlalu,saya sudah duduk dikelas 2 Sekolah Menengah Pertama,dan
selama itulah saya belajar agama Buddha dari kedua Vihara
tersebut.Kemudian,hari silih berganti saya mulai berpikir untuk hanya memilih 1
Vihara yang mana saya pilih.Saya memilih agama Buddha aliran
Theravada.Mungkin kalian bertanya-tanya mengapa saya memilih Vihara aliran
Theravada dibandingkan Vihara aliran Maitreya?Itu karena saya waktu itu
bingung.Karena biasanya agama Buddha itu selama ajaran yang saya terima adalah
cara berdoa agama Buddha itu dengan menyatukan telapak tangan kanan dan kiri
dan diletakkan diantara kedua tulang rusuk paru-paru kanan dan kiri sedangkan di
Vihara aliran Maitreya itu cara berdoanya dengan tangan kiri dan kanan
menggenggam seperti tangan agama Katolik/Kristen waktu berdoa sambil berlutut
diatas kursi khusus dan bergerak keatas dan kebawah sesuai dengan irama dari
pemimpin berdoa.Kemudian saya melihat satu perbedaan lagi yaitu biasanya
agama Buddha itu ada Paritta/Kitab Suci sedangkan agama Buddha aliran Maitreya
itu tidak ada Paritta/Kitab Suci gitu sehingga dari alasan diatas saya dulu lebih
memilih agama Buddha Aliran Theravada sampai sekarang.
Itulah karangan singkat Perjalanan Saya Mengenal Agama Buddha
Dhamma sebelumnya saya meminta maaf apabila karangan ini menyinggung

karena ada yang salah baik tutur kata,ajaran,dan lain-lain saya mengucapkan maaf
sebesar-besarnya karena itu pemikiran saya waktu saya duduk kelas 1 Sekolah
Menengah Pertama mungkin alasan yang saya membuat ini salah karena saya
sudah lama tidak mendalami agama Buddha aliran Maitreya.Sekali lagi saya minta
maaf.Sekian.

Anda mungkin juga menyukai