GIGI
TUGAS ILMU SARAF (NEUROLOGI)
DR. dr. Saleh Al Mochdar, SpBS, MH.Kes
DISUSUN OLEH:
Raid Lutvi N.
2013-11-134
Ramadhani Kiranawati
2013-11-135
2013-11-136
Ravenska Nathania
2013-11-137
2013-11-138
2013-11-139
Ridwanto Congga
2013-11-140
Rikka Endani
2013-11-141
Rini Annisa
2013-11-142
2013-11-143
2013-11-144
2013-11-145
KELAS C
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI... ii
BAB I PENDAHULUAN... 1
I.1. Latar Belakang.. 1
I.2. Rumusan Masalah. 1
BAB II PEMBAHASAN. 2
II.1. Anatomi Nervus Trigeminus 2
II.1.1. Nervus Oftalmikus.... 5
II.1.2. Nervus Maxillaris.. 7
II.1.3. Nervus Mandibularis. 9
II.2. Serabut-Serabut Nervus Trigeminus13
II.3. Nukleus-Nukleus Nervus Trigeminus. 13
II.4. Fisiologis Nervus Trigeminus. 15
II.5. Gangguan Nervus Trigeminus.15
II.5.1 Neuralgia Trigeminal.16
II.5.2 Gradenigo Syndrome.21
BAB III PENUTUP.22
III.1. Kesimpulan.22
DAFTAR PUSTAKA..23
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Pada bagian rongga mulut khususnya gigi-geligi, terdapat satu cabang saraf
kranial yang menginervasi daerah rongga mulut. Cabang saraf kranial ini bernama
nervus trigeminus. Trigeminus adalah cabang saraf kranial ke-5 dan merupakan saraf
otak yang terbesar dan mengandung dua komponen yaitu: porsio mayor yang berisi
serabut sensorik dari wajah dan porsio minor yang berisi serabut motoris otot-otot
pengunyah.
Secara garis besar, nervus trigeminus berasal dari nukleus-nukleus batang otak
yang akan berjalan melalui ganglion trigeminus (ganglion semilunaris Gasseri yang
terletak di suatu cekungan/impression trigemini pada bagian rostral os petrosus, di
luar sinus kavernosus posterolateral) dan berakhir dalam tiga cabang yaitu:
(1) Nervus oftalmikus (n.V1) yang memasuki rongga tengkorak melalui fisura
orbitalis superior.
(2) Nervus maksilaris (n.V2) yang masuk melalui foramen rotundum.
(3) Nervus mandibularis (n.V3) yang masuk melalui foramen ovale.
I.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana anatomi dan fisiologi nervus trigeminus?
2. Apa saja kelainan yang biasa terjadi pada nervus trigeminus serta
penatalaksanaannya?
BAB II
1
PEMBAHASAN
II.1. ANATOMI NERVUS TRIGEMINUS
Nervus trigeminus merupakan nervus cranial terbesar, sensorik pada leher dan
kepala serta merupakan nervus motorik pada otot-otot pengunyahan.
3. Nervus mandibularis, yang mensarafi rahang bawah, bibir bawah, mukosa pipi,
lidah, sebagian dari meatus accusticus externus, meatus accusticus internus dan
selaput otak. Saraf ini memasuki rongga tengkorak melalui foramen ovale.
di
bawah
ganglion
tersebut.
Ganglion pada bagian medial menerima serabut pleksus carotid simpatik. Dari
batasnya yang konveks yang berjalan ke depan dan lateral, tiga nervus besar
dipercabangkan yaitu nervus opthalmicus, maxillaris dan mandibularis. Nervus
opthalmicus dan maxillaris terdiri atas serabut-serabut sensorik dan nervus
mandibularis bersatu di luar cranium dengan akar motorik.
Ada empat ganglia kecil yang berhubungan dengan nervus trigeminus.
Ganglion ciliaris berhubungan dengan nervus opthalmicus, ganglion sphenopalatina
berhubungan dengan nervus maxillaris dan ganglion oticum dan ganglion
submaxillaris berhubungan dengan nervus mandibularis. Semua ganglia tersebut
menerima serabut sensorik dari nervus trigeminus dan serabut motorik dan simpatik
dari berbagai sumber, serabut ini disebut radiks ganglia.
II.1.1. NERVUS OFTALMIKUS (n. V1)
Saraf ini merupakan cabang pertama bersifat sensoris yang mempersarafi
bulbus, glandula lakrimalis, konjungtiva, kornea, badan ciliaris dan iris,
mukasovakum nasi, kulit hidung, palpebra, dahi, kulit kepala. Membentang ke
ventral didinding sinus lateral kavernosus di bawah n. okulamotorius dan
trochlearis. Menerima serabut simpatis dari pleksus corotikus internus serta
memberikan cabang romus tentori atau meningeus sebelum memasuki fisura
orbitalis. Cabang ini menghantarkan impuls protopatik dari bola mata serta ruang
orbita, kulit dahi sampai verteks. Impuls sekretomotorik dihantarkannya ke
glandula lakrimalis. Serabut-serabut dari dahi menyusun nervus frontalis dan
masuk ruang orbita melalui foramen supraorbitale.
Serabut-serabut dari bola mata dan rongga hidung bergabung menjadi
seberkas saraf yang dikenal sebagai nervus nasosiliaris. Berkas saraf yang menuju
5
Gambar 2. Perlekatan otot dan saraf serta pembuluh darah yang memasuki orbita.
rahang atas.
Palatum Mole (Langit Lunak)
o N. Palatinus Minus (keluar dari foramen palatina minus), mempersarafi
seluruh palatina mole.
foramen
palatina
mayor),
individu, nervus ini berkontribusi pada persarafan dari insisivus sentral dan
ligament periodontal.
N. mandibularis bersifat motoris dan sensoris. Saraf motoris n. mandibularis
menginervasi persarafan dari:
a.
Empat otot pengunyahan, tetapi tidak menuju m.buccinator
b.
Dua otot tensor (tympani dan palatina)
c.
M. mylohyoid
d.
Venter anterior m. Digastricus.
Sedangkan, saraf sensoris dari n.mandibularis menginervasi persarafan dari:
a.
Menuju gigi bawah dan gingiva
b.
Kedua permukaan bibir oleh n.mentalis
c. Menuju auricula dan regio temporal oleh n.auriculotemporalis yang
juga mengirimkan cabang ke meaus eksternus dan permukaan luar
membran tmpani dan membawa serat sekretoris dari ganglion otikum
d.
10
dibawah
M.
milohioideus
dan
akhirnya
12
nervus trigeminus.
Special visceral eferen (SVE)
Menginervasi otot yang berasal dari arkus brakhialis I dengan badan
sel di nukleus motoris nervus trigeminus yang terletak di tegmentum pontis, di
sebelah ventromedial bracium konjunctivum. Serabut motoris keluar dari sisi
lateral pons (portiominor) yang mengikuti cabang ketiga N. V.
Messencephalic Nucleus
Merupakan pita sel-sel unipolar yang terletak di samping akuaductus dan batas
rostal dari ventrikel IV. Processus-processus perifirnya memberi serabutserabut sensori untuk muscle, spindless, sedangkan processus centralnya
berjalan dalam tiga arah yaitu ke supratrigeminal nucleus, cerebellum dan,
talangus kontralatral.
Pontis Nucleus
13
Menerima informasi taktil dari kulit wajah. Nucleus ini merupakan persamaan
dari Nuc. Gracilis dan cuneatus di medulla dan terutama memproekksikan ke
-
rahangnya dengan rapat, sehingga gigi-gigi pada rahang bawah menekan pada gigigigi rahang atas, sementara m. masseter dan m. temporalis dapat dipalpasi dengan
mudah.
Pada kerusakkan unilateral neuron motor atas, m. masticatores tidak
mengalami gangguan fungsi, oleh karena nucleus motorius N.V menerima fibrae
corticonucleares dari kedua belah cortex cerebri.
Sebagai tambahan terhadap fungsi cutaneous, cabang maxillaris dan
mandibularis penting pada kedokteran gigi. Nervus maxillaris memberikan inervasi
sensorik ke gigi maxillaris, palatum, dan gingiva. Variasi nervus yang memberikan
persarafan ke gigi diteruskan ke alveolaris, ke soket dimana gigi tersebut berasal dari
nervus alveolaris superior ke gigi maxillaris berasal dari cabang maxillaris nervus
trigeminus. Nervus alveolaris inferior ke gigi mandibularis berasal dari cabang
mandibularis nervus trigeminus.
II.5. Gangguan Nervus Trigeminus
Kelainan yang dapat menimbulkan gangguan pada nervus trigeminus antara
lain : Tumor pada bagian fosa posterior dapat menyebabkan kehilangan reflek kornea,
dan rasa baal pada wajah sebagai tanda-tanda dini.
Gangguan nervus trigeminus yang paling nyata adalah neuralgia trigeminal
atau tic douloureux yang menyebabkan nyeri singkat dan hebat sepanjang
percabangan saraf maksilaris dan mandibularis dari nervus trigeminus. Janeta (1981)
menemukan bahwa penyebab tersering dari neurolgia trigeminal dicetuskan oleh
pembuluh darah. Paling sering oleh arteri serebelaris superior yang melingkari radiks
saraf paling proksimal yang masih tak bermielin.
Kelainan berapa lesi ensefalitis akut di pons dapat menimbulkan gangguan
berupa trismus, yaitu spasme tonik dari otot-otot pengunyah. Karena tegangan
abnormal yang kuat pada otot ini mungkin pasien tidak bisa membuka mulutnya.
Selain itu juga terdapat Gradenigo syndrome dengan gejala klinis berupa nyeri
pada daerah yang dipersyarafi oleh nervus opthalmicus yang disertai dengan
ipsilateral abducens palsy. Sindrom gradenigo sering terjadi pada petrositis yang
merupakan salah satu komplikasi yang jarang pada otitis media supuratif kronis.
II.5.1. Neuralgia Trigeminal
15
Neuralgia trigeminal merupakan suatu keluhan serangan nyeri wajah satu sisi
yang berulang. Disebut trigeminal neuralgia, karena nyeri di wajah ini terjadi pada
satu atau lebih saraf dari tiga cabang saraf trigeminal. Saraf yang cukup besar ini
terletak di otak dan membawa sensasi dari wajah ke otak. Rasa nyeri disebabkan oleh
terganggunya fungsi saraf trigeminal sesuai dengan daerah distribusi persarafan salah
satu cabang saraf trigeminal yang diakibatkan oleh berbagai penyebab.
Serangan neuralgia trigeminal dapat berlangsung dalam beberapa detik sampai
semenit. Beberapa orang merasakan sakit ringan, kadang terasa seperti ditusuk.
Sementara yang lain merasakan nyeri yang cukup kerap, berat, seperti nyeri saat kena
setrum listrik.
1. Epidemiologi
Prevalensi penyakit ini diperkirakan sekitar 107.5 pada pria dan 200.2
pada wanita per satu juta populasi. Penyakit ini lebih sering terjadi pada sisi
kanan wajah dibandingkan dengan sisi kiri (rasio 3:2), dan merupakan
penyakit pada kelompok usia dewasa (dekade enam sampai tujuh). Hanya 10
% kasus yang terjadi sebelum usia empat puluh tahun.
Sumber lain menyebutkan, penyakit ini lebih umum dijumpai pada
mereka yang berusia di atas 50 tahun, meskipun terdapat pula penderita
berusia muda dan anak-anak.
Neuralgia trigeminal merupakan penyakit yang relatif jarang, tetapi
sangat mengganggu kenyamanan hidup penderita, namun sebenarnya
pemberian obat untuk mengatasi trigeminal neuralgia biasanya cukup efektif.
Obat ini akan memblokade sinyal nyeri yang dikirim ke otak, sehingga nyeri
berkurang, hanya saja banyak orang yang tidak mengetahui dan
menyalahartikan neuralgia trigeminal sebagai nyeri yang ditimbulkan karena
kelainan pada gigi, sehingga pengobatan yang dilakukan tidaklah tuntas
2. Klasifikasi
Neuralgia Trigeminal (NT) dapat dibedakan menjadi:
1. NT Tipikal
2. NT Atipikal
3. NT karena Sklerosis Multipel
16
4. NT Sekunder
5. NT Paska Trauma
6. Failed Neuralgia Trigeminal
Bentuk-bentuk neuralgia ini harus dibedakan dari nyeri wajah idiopatik
(atipikal) serta kelainan lain yang menyebabkan nyeri kranio-fasial.
3. Etiologi
Mekanisme patofisiologis yang mendasari NT belum begitu pasti,
walau sudah sangat banyak penelitian dilakukan. Kesimpulan Wilkins, semua
teori tentang mekanisme harus konsisten dengan:
1. Sifat nyeri yang paroksismal, dengan interval bebas nyeri yang lama.
2. Umumnya ada stimulus 'trigger' yang dibawa melalui aferen berdiameter besar
(bukan serabut nyeri) dan sering melalui divisi saraf kelima diluar divisi untuk
nyeri.
3. Kenyataan bahwa suatu lesi kecil atau parsial pada ganglion gasserian atau
akar saraf sering menghilangkan nyeri.
4. Terjadinya NT pada pasien yang mempunyai kelainan demielinasi sentral.
Kenyataan ini tampaknya memastikan bahwa etiologinya adalah
sentral dibanding saraf tepi. Paroksisme nyeri analog dengan bangkitan dan
yang menarik adalah sering dapat dikontrol dengan obat-obatan anti kejang
(karbamazepin dan fenitoin).
Tampaknya sangat mungkin bahwa serangan nyeri mungkin menunjukkan
suatu cetusan 'aberrant' dari aktivitas neuronal yang mungkin dimulai dengan
memasukkan input melalui saraf kelima, berasal dari sepanjang traktus sentral
saraf kelima.
4. Patogenesis
Neuralgia trigeminal dapat terjadi akibat berbagai kondisi yang
melibatkan sistem persarafan trigeminus ipsilateral. Pada kebanyakan kasus,
tampaknya yang menjadi etiologi adalah adanya kompresi oleh salah satu
arteri di dekatnya yang mengalami pemanjangan seiring dengan perjalanan
17
usia, tepat pada pangkal tempat keluarnya saraf ini dari batang otak. Lima
sampai delapan persen kasus disebabkan oleh adanya tumor benigna pada
sudut serebelo-pontin seperti meningioma, tumor epidermoid, atau neurinoma
akustik. Kira-kira 2-3% kasus karena sklerosis multipel. Ada sebagian kasus
yang tidak diketahui sebabnya. Menurut Fromm, neuralgia trigeminal bisa
mempunyai penyebab perifer maupun sentral.
Sebagai contoh dikemukakan bahwa adanya iritasi kronis pada saraf
ini, apapun penyebabnya, bisa menimbulkan kegagalan pada inhibisi
segmental pada nukleus/ inti saraf ini yang menimbulkan produksi ectopic
action potential pada saraf trigeminal. Keadaan ini, yaitu discharge neuronal
yang berlebihan dan pengurangan inhibisi, mengakibatkan jalur sensorik yang
hiperaktif. Bila tidak terbendung akhirnya akan menimbulkan serangan nyeri.
Aksi potensial antidromik ini dirasakan oleh pasien sebagai serangan nyeri
trigerminal yang paroksismal. Stimulus yang sederhana pada daerah pencetus
mengakibatkan terjadinya serangan nyeri.
5.
Gambaran Klinis
Serangan neuralgia trigeminal dapat berlangsung dalam beberapa detik
sampai semenit. Beberapa orang merasakan sakit ringan, kadang terasa seperti
ditusuk. Sementara yang lain merasakan nyeri yang cukup kerap, berat, seperti
nyeri saat kena setrum listrik. Penderita neuralgia trigeminal yang berat
menggambarkan rasa sakitnya seperti ditembak, kena pukulan jab, atau ada
kawat di sepanjang wajahnya. Serangan ini hilang timbul dan bisa jadi dalam
sehari tidak ada rasa sakit. Namun, bisa juga sakit menyerang setiap hari atau
sepanjang minggu kemudian, tidak sakit lagi selama beberapa waktu.
Neuralgia trigeminal biasanya hanya terasa di satu sisi wajah, tetapi bisa juga
menyebar dengan pola yang lebih luas. Jarang sekali terasa di kedua sisi wajah
dlm waktu bersamaan.
6. Diagnosis
Kunci diagnosis adalah riwayat. Umumnya, pemeriksaan dan tes
neurologis (misalnya CT scan) tak begitu jelas. Faktor riwayat paling penting
adalah distribusi nyeri dan terjadinya 'serangan' nyeri dengan interval bebas
18
nyeri relatif lama. Nyeri mulai pada distribusi divisi 2 atau 3 saraf kelima,
akhirnya sering menyerang keduanya. Biasanya, serangan nyeri timbul
mendadak, sangat hebat, durasinya pendek (kurang dari satu menit), dan
dirasakan pada satu bagian dari saraf trigeminal, misalnya bagian rahang atau
sekitar pipi. Nyeri seringkali terpancing bila suatu daerah tertentu dirangsang
(trigger zone)
Trigger zones sering dijumpai di sekitar cuping hidung atau sudut
mulut. Yang unik dari trigger zone ini adalah rangsangannya harus berupa
sentuhan atau tekanan pada kulit atau rambut di daerah tersebut. Rangsang
dengan cara lain, misalnya dengan menggunakan panas, walaupun
menyebabkan nyeri pada tempat itu, tidak dapat memancing terjadinya
serangan neuralgi. Pemeriksaan neurologis pada neuralgia trigeminal hampir
selalu normal.
Suatu varian neuralgia trigeminal yang dinamakan tic convulsive
ditandai dengan kontraksi sesisi dari otot muka yang disertai nyeri yang hebat.
Keadaan ini perlu dibedakan dengan gerak otot muka yang bisa menyertai
neuralgi biasa, yang dinamakan tic douloureux. Tic convulsive yang disertai
nyeri hebat lebih sering dijumpai di daerah sekitar mata dan lebih sering
dijumpai pada wanita.
7. Tatalaksana
Sebagian besar obat yang digunakan pada penyakit ini mempunyai
cukup banyak efek samping. Penyakit ini juga terutama menyerang mereka
yang sudah lanjut usia. Karena itu, pemilihan dan pemakaian obat harus
memperhatikan secara cermat kemungkinan timbulnya efek samping. Dasar
penggunaan obat pada terapi neuralgia trigeminal dan neuralgia saraf lain
adalah kemampuan obat untuk menghentikan hantaran impuls aferen yang
menimbulkan serangan nyeri.
1. Carbamazepine
Obat yang hingga kini dianggap merupakan pilihan pertama adalah
carbamazepine. Bila efektif maka obat ini sudah mulai tampak hasilnya
setelah 4 hingga 24 jam pemberian, kadang-kadang bahkan secara cukup
dramatis. Dosis awal adalah 3 x 100 hingga 200 mg. Bila toleransi pasien
19
terhadap obat ini baik, terapi dilanjutkan hingga beberapa minggu atau
bulan. Dosis hendaknya disesuaikan dengan respons pengurangan nyeri
yang dapat dirasakan oleh pasien. Dosis maksimal adalah 1200 mg/hari.
Karena diketahui bahwa pasien bisa mengalami remisi maka dosis dan
lama pengobatan bisa disesuaikan dengan kemungkinan ini. Bila terapi
berhasil dan pemantauan dari efek sampingnya negatif, maka obat ini
sebaiknya diteruskan hingga sedikitnya 6 bulan sebelum dicoba untuk
dikurangi. Bila nyeri menetap maka sebaiknya diperiksa kadar obat dalam
darah. Bila ternyata kadar sudah mencukupi sedangkan nyeri masih ada,
maka bisa dipertimbangkan untuk menambahkan obat lain, misalnya
baclofen. Dosis awal baclofen 10 mg/hari yang bertahap bisa dinaikkan
hingga 60 hingga 80 mg/hari.
2. Gabapentin
Gabapentinadalahsuatuantikonvulsanbaruyangterbuktidari
beberapaujicobasebagaiobatyangdapatdipertimbangkanuntuknyeri
neuropatik.ObatinimulaidipakaidiAmerikapada1994,sebagaiobat
antiepilepsi.Waldemanmenganjurkanpemberianobatinibila
carbamazepindanphenitoingagalmengendalikannyerinya.Dosisawal
300mg,malamhari,selama2hari.Bilatidakterjadiefeksampingyang
mengganggusepertipusing,ngantuk,gatal,danbingung,obatdinaikkan
dosisnyasetiap2haridengan300mghingganyerihilangatauhingga
tercapaidosis1800mg/hari.Carakerjagabapentindalammenghilangkan
nyerimasihbelumjelasbenar.Yangpastidapatdikemukakanadalah
bahwaobatinimeningkatkansintesisGABAdanmenghambatdegradasi
GABA.Karenaitu,pemberiangabapentinakanmeningkatkankadar
GABAdidalamotak.
II.5.2.Gradenigo syndrome
Sindrom gradenigo pertama kali diperkenalkan tahun 1907 oleh
Guisseppe Gradenigo. Sindrom ini terdiri dari trias gejala yaitu otore, nyeri
20
retroorbita dan parese nervus abdusen ipsilateral. Sindrom ini terjadi akibat
komplikasi otitis media karena inflamasi pada apek petrosus tulang temporal.
Otitis media supuratif kronik (OMSK) didefinisikan sebagai suatu
inflamasi kronis yang melibatkan mukosa telinga tengah dan sel sel mastoid
yang ditandai dengan otore persisten atau intermitten dengan membran
timpani yang perforasi dalam waktu lebih dari dua bulan. OMSK dengan
adanya kolesteatom digolongkan kepada OMSK tipe bahaya atau maligna
yang secara umum membutuhkan terapi pembedahan.
OMSK tipe bahaya memberikan gejala otore persisten, sekret yang
purulen dan berbau serta cenderung menimbulkan komplikasi yang berbahaya.
Komplikasi OMSK dibagi menjadi komplikasi intra temporal dan komplikasi
intrakranial. Komplikasi intratemporal antara lain mastoiditis yang dapat
berhubungan dengan abses subperiosteal dan abses leher dalam inferior
(Bezold), petrositis, labrinitis dan kelumpuhan nervus fasialis. Komplikasi
intrakranila antara lain abses ekstradural, tromboflebitis sinus lateralis, abses
otak, hidrosefalus otits, meningitis dan abses subdural.
Sindrom gradenigo pada petrositis akibat komplikasi OMSK
merupakan salah satu komplikasi intratemporal yang cukup jarang terjadi
Walaupun kasus ini jarang ditemukan namun sindrom gradenigo harus
ditangani segera karena dapat berakibat fatal. Neuroanatomi nervus abdusen
(N.VI) dan nervus trigeminus cabang oftalmika (N.V1) pada regio temporal
menjelaskan patofisiologi sindrom gradenigo pada petrosis akibat komplikasi
OMSK ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang tomografi komputer atau MRI. Pemeriksaan tomografi komputer
mastoid dan atau MRI sangat penting untuk membedakan inflamasi dengan
penyakit non inflamasi pada aspek petrosus tulang temporal. Penatalaksanaan
sindrom gradenigo pada petrositis akibat komplikasi OMSK meliputi terapi
konservatif dan operatif
BAB III
PENUTUP
21
III.1. KESIMPULAN
Nervus trigeminus merupakan saraf kranial yang menginervasi area di sekitar
rongga mulut. Terdapat tiga cabang nervus trigeminus, yaitu nervus oftalmikus (N.
V1), nervus maksilaris (N.V2) dan nervus mandibularis (N. V2). Pengetahuan
mengenai anatomi, patologi, patofisiologi, dan penjalaran dari saraf ini sangat
diperlukan karena gangguan pada saraf ini banyak ditemukan pada pasien. Selain itu,
pengetahuan mengenai saraf ini juga diperlukan sebagai pedoman anestesi lokal pada
perawatan di area rongga mulut.
Gangguan nervus trigeminus yang paling nyata adalah neuralgia trigeminal
atau tic douloureux yang menyebabkan nyeri singkat dan hebat sepanjang
percabangan saraf maksilaris dan mandibularis dari nervus trigeminus. Janeta (1981)
menemukan bahwa penyebab tersering dari neurolgia trigeminal dicetuskan oleh
pembuluh darah. Paling sering oleh arteri serebelaris superior yang melingkari radiks
saraf paling proksimal yang masih tak bermielin. Selain itu juga bisa gangguan nervus
trigeminus berupa tumor pada bagian fosa posterior, lesi ensefalitis akut di pons, dan
Gradenigo syndrome.
22
DAFTAR PUSTAKA
Mardjono Mahar., dan Sidharta Priguna. 2003. Neurologis Klinis Dasar. Jakarta: PT.
Dian Rakyat.
Netter, H Frank. 2013. Atlas Anatomi Manusia Edisi 5. Singapore: Elsevier Inc.
Purwanto. 2015. Head and Neck Anatomy For Dentistry. Jember : FKG Universitas
Jember.
Satyanegara. 2010. Ilmu Bedah Saraf Satyanegara. Ed. IV. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Stanley J. Nelson and Major M. Ash. Wheelers Dental Anatomy, Physiology, and
Occlusion. 9th Ed. Missouri : Saunders Elsevier. 2010:256-8
https://en.wikipedia.org/wiki/Pterygopalatine_ganglion (gambar maksilaris). Diakses
pada 29 April 2016.
http://library.usu.ac.id/download/fk/bedah-iskandar55.pdf Diakses pada 29 April
2016.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25272/3/Chapter%20II.pdf. Diakses
pada 30 April 2016.
http://zdravlje.eu/2010/05/11/neuralgija-nervus-trigeminusa/ (gambar nervus
trigeminus). Diakses pada 29 April 2016.
Guyton, A.C. and Hall, J.E. Textbook of Medical Physiology. 11 th ed. Philadelphia,
PA, USA. 2006
23
Trigeminal.
24