Anda di halaman 1dari 27

KORELASI SARAF-SARAF YANG BERHUBUNGAN DENGAN

GIGI
TUGAS ILMU SARAF (NEUROLOGI)
DR. dr. Saleh Al Mochdar, SpBS, MH.Kes

DISUSUN OLEH:
Raid Lutvi N.

2013-11-134

Ramadhani Kiranawati

2013-11-135

Ratih Dwi Lestari

2013-11-136

Ravenska Nathania

2013-11-137

Reni Putri Merlianti

2013-11-138

Rezha Aziz Darmawan

2013-11-139

Ridwanto Congga

2013-11-140

Rikka Endani

2013-11-141

Rini Annisa

2013-11-142

Risa Rahma Sabella

2013-11-143

Ryan Adrian Ibrahim

2013-11-144

Sabila Anina Waas

2013-11-145
KELAS C

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS PROF. DR MOESTOPO (BERAGAMA)
2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, 16 Maret 2016

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI... ii
BAB I PENDAHULUAN... 1
I.1. Latar Belakang.. 1
I.2. Rumusan Masalah. 1
BAB II PEMBAHASAN. 2
II.1. Anatomi Nervus Trigeminus 2
II.1.1. Nervus Oftalmikus.... 5
II.1.2. Nervus Maxillaris.. 7
II.1.3. Nervus Mandibularis. 9
II.2. Serabut-Serabut Nervus Trigeminus13
II.3. Nukleus-Nukleus Nervus Trigeminus. 13
II.4. Fisiologis Nervus Trigeminus. 15
II.5. Gangguan Nervus Trigeminus.15
II.5.1 Neuralgia Trigeminal.16
II.5.2 Gradenigo Syndrome.21
BAB III PENUTUP.22
III.1. Kesimpulan.22
DAFTAR PUSTAKA..23

BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Pada bagian rongga mulut khususnya gigi-geligi, terdapat satu cabang saraf
kranial yang menginervasi daerah rongga mulut. Cabang saraf kranial ini bernama
nervus trigeminus. Trigeminus adalah cabang saraf kranial ke-5 dan merupakan saraf
otak yang terbesar dan mengandung dua komponen yaitu: porsio mayor yang berisi
serabut sensorik dari wajah dan porsio minor yang berisi serabut motoris otot-otot
pengunyah.
Secara garis besar, nervus trigeminus berasal dari nukleus-nukleus batang otak
yang akan berjalan melalui ganglion trigeminus (ganglion semilunaris Gasseri yang
terletak di suatu cekungan/impression trigemini pada bagian rostral os petrosus, di
luar sinus kavernosus posterolateral) dan berakhir dalam tiga cabang yaitu:
(1) Nervus oftalmikus (n.V1) yang memasuki rongga tengkorak melalui fisura
orbitalis superior.
(2) Nervus maksilaris (n.V2) yang masuk melalui foramen rotundum.
(3) Nervus mandibularis (n.V3) yang masuk melalui foramen ovale.
I.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana anatomi dan fisiologi nervus trigeminus?
2. Apa saja kelainan yang biasa terjadi pada nervus trigeminus serta
penatalaksanaannya?

BAB II
1

PEMBAHASAN
II.1. ANATOMI NERVUS TRIGEMINUS
Nervus trigeminus merupakan nervus cranial terbesar, sensorik pada leher dan
kepala serta merupakan nervus motorik pada otot-otot pengunyahan.

Gambar 1. Nervus Trigeminus dan cabang-cabangnya serta daerah yang


dipersyarafinya. (Bryce DD, 2004,Trigeminal Neuralgia. http:// Facial-neuralgia.org/
conditions)
Nervus trigeminus muncul dari pons, dekat dengan batas sebelah atas dengan
radiks motorik kecil yang terletak di depan dan radiks sensorik besar yang terletak di
medial.
Nervus trigeminus dinamai saraf tiga serangkai sebab terdiri atas tiga cabang
(rami) utama yang menyatu pada ganglion Gasseri. Ketiga cabang tersebut adalah:
1. Nervus ophtalmicus, yang mensarafi dahi, mata, hidung, selaput otak, sinus
paranasalis dan sebagian dari selaput lendir hidung. Saraf ini memasuki rongga
tengkorak melalui fissura orbitalis superior.
2. Nervus maxillaries, yang mensarafi rahang atas serta gigi-gigi rahang atas, bibir
atas, pipi, palatum durum, sinus maxillaries dan selaput lendir hidung. Saraf ini
memasuki rongga tengkorak melalui foramen rotundum.

3. Nervus mandibularis, yang mensarafi rahang bawah, bibir bawah, mukosa pipi,
lidah, sebagian dari meatus accusticus externus, meatus accusticus internus dan
selaput otak. Saraf ini memasuki rongga tengkorak melalui foramen ovale.

Gambar 2. Percabangan N. Trigeminus (V)


(Sobotta. Atlas Anatomi Manusia. Bagian 1. Edisi 20. Jakarta. EGC. 1994; 78-02)
Ketiga nervi (rami) ini bertemu di ganglion semilunare Gasseri. Dalam
ganglion semilunar Gasseri terdapat sel-sel ganglion unipolar. Juluran aferen perifer
dari sel-sel unipolar ini lewat pada ketiga cabang utama dari nervus trigeminus itu.
Juluran aferen sentral dari sel-sel unipolar itu lewat di dalam porsio mayor N V yang
msuk ke pons. Setelah msuk ke dalam pons (di perbatasan 1/3 depan dengan 2/3
belakang pons), maka porsio mayor N V itu bercabang dua, yaitu:
a. Rami ascendens (pendek), yang bersinaps di nukleus sensibilis prinseps nervi
trigemini. Serabut-serabut ini menghantarkan rasa peraba.
b. Rami desendens (panjang), yang menjulur ke distal dan membentuk tractus spinalis
nervi trigemini. Tractus ini menjulur ke caudal, sampai di bagian atas dari medulla
spinalis cervicalis. Dalam perjalanan ke caudal ini, serabut tractus spinalis N V ini

melepaskan kolateral-kolateral untuk bersinaps dalam nuklei tracti spinalis nervi


trigemini. Serabut-serabut ini menghantarkan rasa peraba, nyeri dan suhu.
Sel-sel unipolar dari serabut-serabut yang menghantarkan peraba propioseptik
terletak dalam nukleus mesenfalikus nervi trigemini. Nukleus mesenfalikus N V ini
adalah suatu nukleus yang unik. Ia merupakan satu-satunya nukleus di susunan saraf
pusat yang mengandung sel-sel unipolar. Sel-sel unipolar sebenarnya hanya terdapat
di dalam ganglia di luar sistem saraf pusat, misalnya dalam ganglia Gasseri. Sel-sel
unipolar nuklei mesenfali N V memiliki juluran perifer dan juluran sentral. Juluran
perifernya menuju ke otot-otot intrafusal muskulus mastikatorius. Juluran perifer selsel unipolar nukleus mesenfalikus N V ini lewat di porsio minor nervi trigemini.
Juluran sentralnya bersinaps di nukleus motorius nervi trigemini.
Dengan demikian maka terbentuklah suatu busur refleks, yaitu suatu refleks
monosinaptik dengan sel unipolar dalam nukleus mesenfalikus sebagai neuron aferen
dan motorneuron alfa di nukleus motorius N V sebagai neuron eferen.
Radiks motorik Serabut radiks motorik terdiri atas dua nuclei, yaitu superior
dan inferior. Nucleus superior mengandung sehelai sel yang menempati keseluruhan
panjang bagian lateral substansi grisea pada saluran serebral. Nukleus inferior atau
nucleus kepala terletak pada bagian atas pons, dekat dengan permukaan dorsal, dan
berdekatan dengan margin lateral garis fossa rhomboid. Serabut dari nucleus superior
yang merupakan radiks mesenfalikus turun melalui otak tangah dan memasuki pons
bersatu dengan serabut dari nucleus yang lebih bawah, dan radiks motorik terbentuk
melewati pons menuju tempat kemunculannya. Tidak terlalu diketahui apakah radiks
mesenfalikus itu motorik ataukah sensorik.
Radiks sensorik Serabut radiks sensorik terdiri atas sel-sel ganglion
semilunar yang terletak pada durameter dekat dengan apeks partis petrosa pada tulang
temporal. Setelah menuju ke belakang melewati sinus petrosa superior dan tentorium
cerebelli dan memasuki pons, radiks sensorik terbagi menjadi radiks superior dan
inferior. Radiks superior berakhir sebagian sebagai nucleus yang terletak pada pons
bagian lateral dari akar inferior dan sebagian lagi sebagai locus cruleus, radiks
inferior menurun melewati pons dan medulla oblongata dan berakhir di bagian bawah
substansi gelatinosa Rolando. Radiks inferior ini kadang-kadang dinamai radiks spinal
nervus. Medulasi dari serabut radiks sensorik dimulai sekitar bulan kelima kehidupan
fetus tetapi keseluruhan serabut tersebut tidak termedulasi sampai bulan ketiga
kelahiran.
4

Ganglion semilunar (semilunar ganglion [gasseri]; gasserian ganglion)


menempati cavitas (cavum Meckelli) pada duramater melapisi impressio trigemini
dekat dengan apeks partis petrosa os temporal. Bentuknya crecsentic atau seperti
bulan sabit dengan kekonvekan mengarah ke depan atau medial berhubungan dengan
arteri carotis interna dan sinus cavernous bagian posterior. Radiks motorik berjalan di
depan dan di medial akar sensorik dan melewati di bawah ganglion. Mereka keluar
dari cranium melewati foramen ovale dan kemudian setelah keluar dari foramen ini,
bergabung dengan nervus mandibularis. Nervus petrosus superficial mayor juga
terletak

di

bawah

ganglion

tersebut.

Ganglion pada bagian medial menerima serabut pleksus carotid simpatik. Dari
batasnya yang konveks yang berjalan ke depan dan lateral, tiga nervus besar
dipercabangkan yaitu nervus opthalmicus, maxillaris dan mandibularis. Nervus
opthalmicus dan maxillaris terdiri atas serabut-serabut sensorik dan nervus
mandibularis bersatu di luar cranium dengan akar motorik.
Ada empat ganglia kecil yang berhubungan dengan nervus trigeminus.
Ganglion ciliaris berhubungan dengan nervus opthalmicus, ganglion sphenopalatina
berhubungan dengan nervus maxillaris dan ganglion oticum dan ganglion
submaxillaris berhubungan dengan nervus mandibularis. Semua ganglia tersebut
menerima serabut sensorik dari nervus trigeminus dan serabut motorik dan simpatik
dari berbagai sumber, serabut ini disebut radiks ganglia.
II.1.1. NERVUS OFTALMIKUS (n. V1)
Saraf ini merupakan cabang pertama bersifat sensoris yang mempersarafi
bulbus, glandula lakrimalis, konjungtiva, kornea, badan ciliaris dan iris,
mukasovakum nasi, kulit hidung, palpebra, dahi, kulit kepala. Membentang ke
ventral didinding sinus lateral kavernosus di bawah n. okulamotorius dan
trochlearis. Menerima serabut simpatis dari pleksus corotikus internus serta
memberikan cabang romus tentori atau meningeus sebelum memasuki fisura
orbitalis. Cabang ini menghantarkan impuls protopatik dari bola mata serta ruang
orbita, kulit dahi sampai verteks. Impuls sekretomotorik dihantarkannya ke
glandula lakrimalis. Serabut-serabut dari dahi menyusun nervus frontalis dan
masuk ruang orbita melalui foramen supraorbitale.
Serabut-serabut dari bola mata dan rongga hidung bergabung menjadi
seberkas saraf yang dikenal sebagai nervus nasosiliaris. Berkas saraf yang menuju
5

ke glandula lakrimalis dikenal sebagai nervus lakrimalis. Ketiga berkas saraf


yaitu, nervus frontalis, nervus nasosiliaris dan nervus lakrimalis mendekati satu
dengan yang lain pada fisura orbitalis superior.

Gambar 2. Perlekatan otot dan saraf serta pembuluh darah yang memasuki orbita.

Percabangan nervus oftalmikus adalah sebagai berikut:


1. N. Lakrimalis
Merupakan cabang terkecil yang memasuki orbita melalui tepi lateral
fisura orbitalis superior, membentang pada tepi atas m. rectus lateralis bersama
a. lakrimalis. Menerima r. zigomatikus n. maksularis mengandung serabut
sekretori untuk glandula lakrimalis. Cabang ini mempersarafi bagian lateral
dari kelopak mata atas dan sebagian kecil kulit pada area di dekatnya.
2. N. Frontalis
Cabang ini merupakan cabang terbesar dari divisi n. oftalmikus,
memasuki rongga orbita melalui bagian FOS, terletak di atas otot dan
membentang di antara m. levator palpebral superior dan periosteum. Pada
pertengahan orbita bercabang menjadi dua yaitu n. supratochlearis dan n.
supraorbitalis. N. supraorbitalis mempersarafi konjungtiva dan kulit bagian
medial dari kelopak mata atas, serta kulit pada kening, sedangkan n.

supreorbitalis mempersarafi kelopak mata atas dan kulit sepanjang tulang


parietal sampai sutura lambdoidea.
3. N. Nasosiliaris
Cabang ini berjalan pada batas tengah dari atap orbita, bercabang ke
kavitas nasal dan berakhir pada kulit dari dasar hidung. Cabang ini terbagi
menjadi n. ethmoidal anterior dan n. external nasal. N. internal nasal (dari n.
ethmoidal anterior) mempersarafi membrane mukosa bagian anterior nasal
septum dan dinding lateral kavitas nasal. Ganglion saraf ini (cilliary)
mengandung serabut sensoris yang berjalan ke bola mata melalui short cilliary
nerves dan juga terdapat dua atau tiga long cilliary nerves yang mempersarafi
iris dan kornea. N. nasosiliaris menerima r. komunikan ganglion siliaris dan
mempercabangkan n. siliaris longus, n. infratrochlearis dan n. ethmoidalis
posterior. N. infratrochlearis mempersarafi kulit kantung lakrimal, n.
ethmoidalis posterior mempersarafi sinus ethmoidal dan sphenoidal, dan n.
eksternal nasal mempesarafi kulit apex hidung dan ala nasi.
II.1.2. NERVUS MAKSILARIS (n. V2)
Nervus maksilaris muncul dari ganglion trigeminus yang terletak di durameter
di sebelah lateral sinus kavernosus. Saraf ini berjalan melalui foramen rotundum
menuju fosa pterygopalatina (yang mana pada bagian ini bias dilakukan anestesi
blok dan penyuntikannya melalui insisura mandibulare). Kemudian, sebagai
nervus infraorbitalis nervus ini mencapai fisura orbitalis onferior. Nervus ini
berakhir di daerah wajah, setelah keluar dari foramen infraorbitale. Karena itu, di
dalam perjalanannya nervus maksilaris melalui bagian fosa kranii media, fosa
pterygolpalatina, orbita, dan wajah.
Percabangan nervus maksilaris adalah sebagai berikut:
1. Ramus meningealis, keluar pada fosa kranii media,
2. Ramus komunikans, dipercabangkan ke ganglion pterygopalatina
3. Ramus alveolaris superior posterior, keluar melalui fura pterygopalatina,
memasuki saluran yang terdapat pada bagian belakang maksila (foramen
alveolaris) dan mensuplai sinus maksilaris, bukal, gingiva, dan gigi-gigi
premolar dan molar. Nervus ini berperan serta membentuk pleksus dentalis
superior.
4. Nervus zigomatikus, masuk ke dalam orbita melalui fisura orbitalis
inferior dan mengadakan percabangan pada dinding orbita sebelah lateral

menjadi ramus zigomatikotemporalis, yang menembus os zigomatikus dan


menginervasi persarafan pada wajah.
5. Nervus infraorbitalis, merupakan terusan dari nervus maksilaris. Nervus
ini masuk ke orbita melalui fisura orbitalis inferior dan secara berturutturut melalui sulkus infraorbitalis, kanalis infraorbitalis, dan foramen
infraorbitalis. Ramus alveolaris superior timbul dari nervus infraorbitalis
di dalam kanalis infraorbitalis kemudia turun sepanjang dinding anterior
sinus maksilaris. Nervus ini ikut berperan serta dalam pembentukan
pleksus dentalis superior dan memberikan cabang-cabangnya ke gigi
caninus dan insisivus.
Cabang Maksilaris Menginervasi :
A. PALATUM
Membentuk atap mulut dan lantai cavum nasi, terdiri dari :
i.
Palatum Durum (Langit Keras)
o Terdapat tiga foramen:
a. Foramen incisivum pada bidang median ke arah anterior.
b. Foramina palatina major di bagian posterior, dan
c. Foramina palatina minor ke arah posterior
o Bagian depan palatum: N. Nasopalatinus (keluar dari foramen
incisivum), mempersarafi gigi anterior rahang atas.
o Bagian belakang palatum: N. Palatinus Majus (keluar dari
foramen palatina mayor), mempersarafi gigi premolar dan molar
ii.

rahang atas.
Palatum Mole (Langit Lunak)
o N. Palatinus Minus (keluar dari foramen palatina minus), mempersarafi
seluruh palatina mole.

B. PERSARAFAN DENTAL DAN GINGIVA RAHANG ATAS


i. Permukaan labial dan bukal :
a. Nervus alveolaris superior posterior, medius dan anterior.
b. Nervus alveolaris superior anterior, mempersarfi gingiva dan gigi
anterior.
c. Nervus alveolaris superior media, mempersarafi gingiva dan gigi
premolar dan molar I bagian mesial.
d. Nervus alveolaris superior posterior, mempersarafi gingiva dan gigi
molar I bagian distal, molar II dan molar III.
ii. Permukaan palatal :
- N. palatinus major dan nasopalatinus.
iii. Bagian depan palatum:
8

N. Nasopalatinus (keluar dari foramen incisivum), mempersarafi

gingiva dan gigi anterior rahang atas.


iv. Bagian belakang palatum:
- N. Palatinus Mayus (keluar dari

foramen

palatina

mayor),

mempersarafi gingiva dan gigi premolar dan molar rahang atas.

Gambar 3. Perjalanan nervus maksilaris (n. V2)

II.1.3. NERVUS MANDIBULARIS (n. V3)


Cabang awal yang menuju ke mandibula adalah nervus alveolar inferior.
Nervus alveolaris inferior terus berjalan melalui rongga pada mandibula di bawah
akar gigi molar sampai ke tingkat foramen mental. Cabang pada gigi ini tidaklah
merupakan sebuah cabang besar, tapi merupakan dua atau tiga cabang yang lebih
besar yang membentuk plexus dimana cabang pada inferior ini memasuki tiap
akar gigi.
Selain cabang tersebut, ada juga cabang lain yang berkontribusi pada
persarafan mandibula. Nervus buccal, meskipun distribusi utamanya pada
mukosa pipi, saraf ini juga memiliki cabang yang biasanya di distribusikan ke
area kecil pada gingiva buccal di area molar pertama. Namun, dalam beberapa
kasus, distribusi ini memanjang dari caninus sampai ke molar ketiga. Nervus
lingualis, karena terletak di dasar mulut, dan memiliki cabang mukosa pada
beberapa area mukosa lidah dan gingiva. Nervus mylohyoid, terkadang dapat
melanjutkan perjalanannya pada permukaan bawah otot mylohyoid dan memasuki
mandibula melalui foramen kecila pada kedua sisi midline. Pada beberapa

individu, nervus ini berkontribusi pada persarafan dari insisivus sentral dan
ligament periodontal.
N. mandibularis bersifat motoris dan sensoris. Saraf motoris n. mandibularis
menginervasi persarafan dari:
a.
Empat otot pengunyahan, tetapi tidak menuju m.buccinator
b.
Dua otot tensor (tympani dan palatina)
c.
M. mylohyoid
d.
Venter anterior m. Digastricus.
Sedangkan, saraf sensoris dari n.mandibularis menginervasi persarafan dari:
a.
Menuju gigi bawah dan gingiva
b.
Kedua permukaan bibir oleh n.mentalis
c. Menuju auricula dan regio temporal oleh n.auriculotemporalis yang
juga mengirimkan cabang ke meaus eksternus dan permukaan luar
membran tmpani dan membawa serat sekretoris dari ganglion otikum
d.

menuju glandula parotis


Membrane mukosa bucal oleh n.bucalis
e. Dua per tiga anterior lidah , dasar mulut dan gingival oleh n.lingualis
yang juga memberikan cabang menuju korda timpani.

Gambar 4. Percabangan nervus mandibularis.

Percabangan nervus mandibularis bagian anterior adalah sebagai


berikut:
1. N. Maseterikus dan N. pterigoideus lateralis, biasanya keluar bersamasama N. temporalis profundus posterior, melalui bagian horizontal lateral
fasial infra temporalis dari tulang spenoid dan kemudian terus kebagian

10

lateral dan bawah melalui insisura mandibula ke permukaan medial m.


masseter dan memberikan 1-2 hubungan untuk persendian rahang.
2. N. Temporalis profundi, biasanya 3 buah yaitu posterior, intermedius dan
anterior yang kadang-kadang timbul bersama dengan N. maseterikus.
Nervus ini mula-mula berjalan horizontal lateral seperti N. masentrikus
dan kemudian membelok vertikal keatas dan akhirnya terpencar
beranastomose dengan yang lain dalam m. temporalis.
3. N. Bukinatorius, berjalan kebawah, ke depan dan ke lateral. Nervus ini
berada diantara kedua kepala M. pterigoideus atau diantara kedua mm.
pterigoideus tiba diatas permukaan lateral m. bukinator dan disana ia
beranastomose dengan cabang bukalis N. fasialis. nervus ini memberikan
cabang-cabangnya melalui m. bukinator kepada membrana mukosa
daripada pipi, kekulit sudut mulut dan kulit yang menutupi m. bukinator.
ini adalah saraf sensoris yang asli.
Percabangan dari nervus mandibularis bagian posterior adalah sebagai
berikut:
1. N. Aurikulotemporalis, muncul agak di bawah foramnen ovale dari
pinggir posterior N. mandibularis. Nervus ini mula-mula berjalan ke
belakang dan agak ke bawah pada permukaan medial N. pterigoideus
eksternus dan prosesus kondiloideus mandibula di atas arteri maksilaris
interna, membengkok (melengkung) di sekeliling kolum prosesus
kondiloideus, mula-mula ke bagia lateral kemudian ke atas melalui
kelenjar parotis atau tertutup oleh kelenjar parotis di depan kartilago
akustikus eksternus dan akhirnya menuju bersama-sama dengan arteri
temporalis superfisialis, ke atas ke kulit pelipis, bergabung dengan
ganglion optikum dalam beberapa hubungan dengan membawa ke
jaringan sekret dari kelenjar parotis.
2. N. Lingualis, berjalan pada sisi medial dari M. pterigoideus eksternus dan
arteri maksilaris interna, kemudian diantara M. pterigoideus internus dan
ramus mandibularis, sedikit membelok, ke bawah dan ke depan melalui
11

bagian bawah M. miloparingeus dan di bawah membrana mukosa dasar


mulut, berjalan ke depan diatas M. milohioideus dan kelenjar
submaksilaris, mengelilingi duktus submaksilaris (Wartoni) sebelah lateral
dan kebawah, kemudian berpencar menjadi cabang-cabang terminalnya.
Diatas M. Pterigoideus bergabung dengan khorda timpani yang
menghampiri nervus ini dengan membuat sudut yang tajam dari belakang
dan atas. Nervus lingualis merupakan serabut-serabut sensoris yang asli
dan serabut-serabut perasa dari 2/3 anterior lidah dan juga menginervasi
bagian lingual mandibula.
3. N. alveolaris inferior, merupakan cabang terbesar, mula-mula melalui
permukaan medial dari M. pterigoideus eksternus dan dari arteri
maksilaris interna, kemudian diantara ramus mandibula dan M.
pterigoideus internus sedikit membelok kebawah menuju foramen
mandibula kemudian kebagian depan di dalam kanalis mandibula bersama
arteri dan vena. Nervus ini bercabang menjadi:
a. N. milohioideus, berasal dari N. alveolaris inferior tepat
sebelum masuk ke foramen mandibularis dan turun
kebawah dan kedepan didalam sulkus milohioideus
mandibula, mula-mula lateral dari m. pterigoideus internus,
kemudian

dibawah

M.

milohioideus

dan

akhirnya

mensuplai venter anterior m. digastrikus.


b. Rami dentalis inferior dan rami ginggivalis inferior, yang
berjalan didalam kanalis mandibula dan masuk ke tiap-tiap
akar gigi yang akhirnya ke alveolus dan masuk ke gingiva,
mereka membentuk pleksus diatas N. mandibularis.
4. N. mentalis, adalah cabang yang terbesar meninggalkan kanalis mandibula
melalui foramen mentalis, ditutupi M. triangularis. Nervus ini membelah
menjadi rami mentalis, yang menerobos otot-otot tersebut pergi kekulit dagu
dan rami labialis inferior yang berjalan kebagian atas untuk kulit dan
membrana mukosa bibir bawah.

12

Porsio mayor (bagian sensorik) menggambarkan perjalanan sensorik n. V


mulai dari impuls yang diterima dari kulit daerah wajah dan dahi, mukosa mulut,
hidung dan sinus, gigi-geligi, maksila dan mandibula, sebagian durameter daerah fosa
anterior dan fosa media, bagian depan telinga luar, kanal auditorius dan membrane
timpani hingga mencapai nucleus-nukleusnya.
Pada impuls sensorik yang bersifat raba/taktil dan postural akan dihantarkan
menuju ke nukleus utama n. V. Sementara impuls sensorik yang bersifat nyeri bersifat
nyeri dan suhu akan dihantarkan ke nukleus traktus spinalis. Impuls proprioseptif
yang terutama dihantarkan oleh n. mandibularis (n. V3) akan pergi menuju ke sentral
melalui traktus mesensefali n. trigeminus dan berakhir pada nukleus mesensefalikus.
II.2. Serabut-serabut nervus trigeminus:
-

General somatic aferen (GSA)


o Ekteroseptif raba dan diskriminasi dengan badan sel di ganglion
trigeminal dan berakhir di inti pontis nervus trigeminus atau nukleus
pricipalis nervus trigeminus.
o Ekteroseptif nyeri dan suhu dengan badan sel di ganglion trigeminal
gasseri dan berakhir di nukleus spinalis nervus trigeminus.
o Propioseptif, rasa tekan dalam dan kinesia dengan badan sel di
ganglion trigeminal gasseri dan berakhir di nukleus masencephalic

nervus trigeminus.
Special visceral eferen (SVE)
Menginervasi otot yang berasal dari arkus brakhialis I dengan badan
sel di nukleus motoris nervus trigeminus yang terletak di tegmentum pontis, di
sebelah ventromedial bracium konjunctivum. Serabut motoris keluar dari sisi
lateral pons (portiominor) yang mengikuti cabang ketiga N. V.

II.3. NUKLEUS-NUKLEUS NERVUS TRIGEMINUS


Nukleus sensoris
-

Messencephalic Nucleus
Merupakan pita sel-sel unipolar yang terletak di samping akuaductus dan batas
rostal dari ventrikel IV. Processus-processus perifirnya memberi serabutserabut sensori untuk muscle, spindless, sedangkan processus centralnya
berjalan dalam tiga arah yaitu ke supratrigeminal nucleus, cerebellum dan,

talangus kontralatral.
Pontis Nucleus
13

Menerima informasi taktil dari kulit wajah. Nucleus ini merupakan persamaan
dari Nuc. Gracilis dan cuneatus di medulla dan terutama memproekksikan ke
-

lemniscus trigeminal kontralateral.


Spinal nucleus
Terletak di sepanjang modulla oblongata dan dibagi dalam tiga bagian yaitu :

pars oralis, pars intropolaris dan pars caudalis.


Nucleus Motoris
Nuc. Motoris nervus trigeminus yang terletak di tegmentum pontis, di sebelah
ventromedial bracium konjunctivum. Serabut motoris keluar dari sisi lateral

pons (patriominor) yang mengikuti cabang ketiga N.V.


Ganglion Trigeminale
Ganglion semilunare Gasseri terletak dalam cavum trigminale, bagian
durameter yang menutupi impressio trigminale, sebelah anterior pars petrosaos
temporalis. Ganglion ini berbentuk bulan sabit dengan konveksitasnya
menghadap ke depan lateral, permukaannya ditutupi oleh anyaman serabut
saraf.

Gambar 3. Percabangan nervus trigeminus.

II.4. FISIOLOGI NERVUS TRIGEMINUS


Fungsi nervus trigeminus dapat dinilai melalui pemeriksaan rasa suhu, nyeri
dan raba pada daerah inervasi N.V (daerah muka dan bagian ventral calvaria),
pemeriksaan reflex kornea, dan pemeriksaan fungsi otot-otot penguyah. Fungsi otot
pengunyah dapat diperiksa, misalnya dengan menyuruh penderita menutup kedua
14

rahangnya dengan rapat, sehingga gigi-gigi pada rahang bawah menekan pada gigigigi rahang atas, sementara m. masseter dan m. temporalis dapat dipalpasi dengan
mudah.
Pada kerusakkan unilateral neuron motor atas, m. masticatores tidak
mengalami gangguan fungsi, oleh karena nucleus motorius N.V menerima fibrae
corticonucleares dari kedua belah cortex cerebri.
Sebagai tambahan terhadap fungsi cutaneous, cabang maxillaris dan
mandibularis penting pada kedokteran gigi. Nervus maxillaris memberikan inervasi
sensorik ke gigi maxillaris, palatum, dan gingiva. Variasi nervus yang memberikan
persarafan ke gigi diteruskan ke alveolaris, ke soket dimana gigi tersebut berasal dari
nervus alveolaris superior ke gigi maxillaris berasal dari cabang maxillaris nervus
trigeminus. Nervus alveolaris inferior ke gigi mandibularis berasal dari cabang
mandibularis nervus trigeminus.
II.5. Gangguan Nervus Trigeminus
Kelainan yang dapat menimbulkan gangguan pada nervus trigeminus antara
lain : Tumor pada bagian fosa posterior dapat menyebabkan kehilangan reflek kornea,
dan rasa baal pada wajah sebagai tanda-tanda dini.
Gangguan nervus trigeminus yang paling nyata adalah neuralgia trigeminal
atau tic douloureux yang menyebabkan nyeri singkat dan hebat sepanjang
percabangan saraf maksilaris dan mandibularis dari nervus trigeminus. Janeta (1981)
menemukan bahwa penyebab tersering dari neurolgia trigeminal dicetuskan oleh
pembuluh darah. Paling sering oleh arteri serebelaris superior yang melingkari radiks
saraf paling proksimal yang masih tak bermielin.
Kelainan berapa lesi ensefalitis akut di pons dapat menimbulkan gangguan
berupa trismus, yaitu spasme tonik dari otot-otot pengunyah. Karena tegangan
abnormal yang kuat pada otot ini mungkin pasien tidak bisa membuka mulutnya.
Selain itu juga terdapat Gradenigo syndrome dengan gejala klinis berupa nyeri
pada daerah yang dipersyarafi oleh nervus opthalmicus yang disertai dengan
ipsilateral abducens palsy. Sindrom gradenigo sering terjadi pada petrositis yang
merupakan salah satu komplikasi yang jarang pada otitis media supuratif kronis.
II.5.1. Neuralgia Trigeminal

15

Neuralgia trigeminal merupakan suatu keluhan serangan nyeri wajah satu sisi
yang berulang. Disebut trigeminal neuralgia, karena nyeri di wajah ini terjadi pada
satu atau lebih saraf dari tiga cabang saraf trigeminal. Saraf yang cukup besar ini
terletak di otak dan membawa sensasi dari wajah ke otak. Rasa nyeri disebabkan oleh
terganggunya fungsi saraf trigeminal sesuai dengan daerah distribusi persarafan salah
satu cabang saraf trigeminal yang diakibatkan oleh berbagai penyebab.
Serangan neuralgia trigeminal dapat berlangsung dalam beberapa detik sampai
semenit. Beberapa orang merasakan sakit ringan, kadang terasa seperti ditusuk.
Sementara yang lain merasakan nyeri yang cukup kerap, berat, seperti nyeri saat kena
setrum listrik.
1. Epidemiologi
Prevalensi penyakit ini diperkirakan sekitar 107.5 pada pria dan 200.2
pada wanita per satu juta populasi. Penyakit ini lebih sering terjadi pada sisi
kanan wajah dibandingkan dengan sisi kiri (rasio 3:2), dan merupakan
penyakit pada kelompok usia dewasa (dekade enam sampai tujuh). Hanya 10
% kasus yang terjadi sebelum usia empat puluh tahun.
Sumber lain menyebutkan, penyakit ini lebih umum dijumpai pada
mereka yang berusia di atas 50 tahun, meskipun terdapat pula penderita
berusia muda dan anak-anak.
Neuralgia trigeminal merupakan penyakit yang relatif jarang, tetapi
sangat mengganggu kenyamanan hidup penderita, namun sebenarnya
pemberian obat untuk mengatasi trigeminal neuralgia biasanya cukup efektif.
Obat ini akan memblokade sinyal nyeri yang dikirim ke otak, sehingga nyeri
berkurang, hanya saja banyak orang yang tidak mengetahui dan
menyalahartikan neuralgia trigeminal sebagai nyeri yang ditimbulkan karena
kelainan pada gigi, sehingga pengobatan yang dilakukan tidaklah tuntas

2. Klasifikasi
Neuralgia Trigeminal (NT) dapat dibedakan menjadi:
1. NT Tipikal
2. NT Atipikal
3. NT karena Sklerosis Multipel
16

4. NT Sekunder
5. NT Paska Trauma
6. Failed Neuralgia Trigeminal
Bentuk-bentuk neuralgia ini harus dibedakan dari nyeri wajah idiopatik
(atipikal) serta kelainan lain yang menyebabkan nyeri kranio-fasial.

3. Etiologi
Mekanisme patofisiologis yang mendasari NT belum begitu pasti,
walau sudah sangat banyak penelitian dilakukan. Kesimpulan Wilkins, semua
teori tentang mekanisme harus konsisten dengan:
1. Sifat nyeri yang paroksismal, dengan interval bebas nyeri yang lama.
2. Umumnya ada stimulus 'trigger' yang dibawa melalui aferen berdiameter besar
(bukan serabut nyeri) dan sering melalui divisi saraf kelima diluar divisi untuk
nyeri.
3. Kenyataan bahwa suatu lesi kecil atau parsial pada ganglion gasserian atau
akar saraf sering menghilangkan nyeri.
4. Terjadinya NT pada pasien yang mempunyai kelainan demielinasi sentral.
Kenyataan ini tampaknya memastikan bahwa etiologinya adalah
sentral dibanding saraf tepi. Paroksisme nyeri analog dengan bangkitan dan
yang menarik adalah sering dapat dikontrol dengan obat-obatan anti kejang
(karbamazepin dan fenitoin).
Tampaknya sangat mungkin bahwa serangan nyeri mungkin menunjukkan
suatu cetusan 'aberrant' dari aktivitas neuronal yang mungkin dimulai dengan
memasukkan input melalui saraf kelima, berasal dari sepanjang traktus sentral
saraf kelima.

4. Patogenesis
Neuralgia trigeminal dapat terjadi akibat berbagai kondisi yang
melibatkan sistem persarafan trigeminus ipsilateral. Pada kebanyakan kasus,
tampaknya yang menjadi etiologi adalah adanya kompresi oleh salah satu
arteri di dekatnya yang mengalami pemanjangan seiring dengan perjalanan
17

usia, tepat pada pangkal tempat keluarnya saraf ini dari batang otak. Lima
sampai delapan persen kasus disebabkan oleh adanya tumor benigna pada
sudut serebelo-pontin seperti meningioma, tumor epidermoid, atau neurinoma
akustik. Kira-kira 2-3% kasus karena sklerosis multipel. Ada sebagian kasus
yang tidak diketahui sebabnya. Menurut Fromm, neuralgia trigeminal bisa
mempunyai penyebab perifer maupun sentral.
Sebagai contoh dikemukakan bahwa adanya iritasi kronis pada saraf
ini, apapun penyebabnya, bisa menimbulkan kegagalan pada inhibisi
segmental pada nukleus/ inti saraf ini yang menimbulkan produksi ectopic
action potential pada saraf trigeminal. Keadaan ini, yaitu discharge neuronal
yang berlebihan dan pengurangan inhibisi, mengakibatkan jalur sensorik yang
hiperaktif. Bila tidak terbendung akhirnya akan menimbulkan serangan nyeri.
Aksi potensial antidromik ini dirasakan oleh pasien sebagai serangan nyeri
trigerminal yang paroksismal. Stimulus yang sederhana pada daerah pencetus
mengakibatkan terjadinya serangan nyeri.
5.

Gambaran Klinis
Serangan neuralgia trigeminal dapat berlangsung dalam beberapa detik
sampai semenit. Beberapa orang merasakan sakit ringan, kadang terasa seperti
ditusuk. Sementara yang lain merasakan nyeri yang cukup kerap, berat, seperti
nyeri saat kena setrum listrik. Penderita neuralgia trigeminal yang berat
menggambarkan rasa sakitnya seperti ditembak, kena pukulan jab, atau ada
kawat di sepanjang wajahnya. Serangan ini hilang timbul dan bisa jadi dalam
sehari tidak ada rasa sakit. Namun, bisa juga sakit menyerang setiap hari atau
sepanjang minggu kemudian, tidak sakit lagi selama beberapa waktu.
Neuralgia trigeminal biasanya hanya terasa di satu sisi wajah, tetapi bisa juga
menyebar dengan pola yang lebih luas. Jarang sekali terasa di kedua sisi wajah
dlm waktu bersamaan.

6. Diagnosis
Kunci diagnosis adalah riwayat. Umumnya, pemeriksaan dan tes
neurologis (misalnya CT scan) tak begitu jelas. Faktor riwayat paling penting
adalah distribusi nyeri dan terjadinya 'serangan' nyeri dengan interval bebas
18

nyeri relatif lama. Nyeri mulai pada distribusi divisi 2 atau 3 saraf kelima,
akhirnya sering menyerang keduanya. Biasanya, serangan nyeri timbul
mendadak, sangat hebat, durasinya pendek (kurang dari satu menit), dan
dirasakan pada satu bagian dari saraf trigeminal, misalnya bagian rahang atau
sekitar pipi. Nyeri seringkali terpancing bila suatu daerah tertentu dirangsang
(trigger zone)
Trigger zones sering dijumpai di sekitar cuping hidung atau sudut
mulut. Yang unik dari trigger zone ini adalah rangsangannya harus berupa
sentuhan atau tekanan pada kulit atau rambut di daerah tersebut. Rangsang
dengan cara lain, misalnya dengan menggunakan panas, walaupun
menyebabkan nyeri pada tempat itu, tidak dapat memancing terjadinya
serangan neuralgi. Pemeriksaan neurologis pada neuralgia trigeminal hampir
selalu normal.
Suatu varian neuralgia trigeminal yang dinamakan tic convulsive
ditandai dengan kontraksi sesisi dari otot muka yang disertai nyeri yang hebat.
Keadaan ini perlu dibedakan dengan gerak otot muka yang bisa menyertai
neuralgi biasa, yang dinamakan tic douloureux. Tic convulsive yang disertai
nyeri hebat lebih sering dijumpai di daerah sekitar mata dan lebih sering
dijumpai pada wanita.
7. Tatalaksana
Sebagian besar obat yang digunakan pada penyakit ini mempunyai
cukup banyak efek samping. Penyakit ini juga terutama menyerang mereka
yang sudah lanjut usia. Karena itu, pemilihan dan pemakaian obat harus
memperhatikan secara cermat kemungkinan timbulnya efek samping. Dasar
penggunaan obat pada terapi neuralgia trigeminal dan neuralgia saraf lain
adalah kemampuan obat untuk menghentikan hantaran impuls aferen yang
menimbulkan serangan nyeri.
1. Carbamazepine
Obat yang hingga kini dianggap merupakan pilihan pertama adalah
carbamazepine. Bila efektif maka obat ini sudah mulai tampak hasilnya
setelah 4 hingga 24 jam pemberian, kadang-kadang bahkan secara cukup
dramatis. Dosis awal adalah 3 x 100 hingga 200 mg. Bila toleransi pasien
19

terhadap obat ini baik, terapi dilanjutkan hingga beberapa minggu atau
bulan. Dosis hendaknya disesuaikan dengan respons pengurangan nyeri
yang dapat dirasakan oleh pasien. Dosis maksimal adalah 1200 mg/hari.
Karena diketahui bahwa pasien bisa mengalami remisi maka dosis dan
lama pengobatan bisa disesuaikan dengan kemungkinan ini. Bila terapi
berhasil dan pemantauan dari efek sampingnya negatif, maka obat ini
sebaiknya diteruskan hingga sedikitnya 6 bulan sebelum dicoba untuk
dikurangi. Bila nyeri menetap maka sebaiknya diperiksa kadar obat dalam
darah. Bila ternyata kadar sudah mencukupi sedangkan nyeri masih ada,
maka bisa dipertimbangkan untuk menambahkan obat lain, misalnya
baclofen. Dosis awal baclofen 10 mg/hari yang bertahap bisa dinaikkan
hingga 60 hingga 80 mg/hari.
2. Gabapentin

Gabapentinadalahsuatuantikonvulsanbaruyangterbuktidari

beberapaujicobasebagaiobatyangdapatdipertimbangkanuntuknyeri
neuropatik.ObatinimulaidipakaidiAmerikapada1994,sebagaiobat
antiepilepsi.Waldemanmenganjurkanpemberianobatinibila
carbamazepindanphenitoingagalmengendalikannyerinya.Dosisawal
300mg,malamhari,selama2hari.Bilatidakterjadiefeksampingyang
mengganggusepertipusing,ngantuk,gatal,danbingung,obatdinaikkan
dosisnyasetiap2haridengan300mghingganyerihilangatauhingga
tercapaidosis1800mg/hari.Carakerjagabapentindalammenghilangkan
nyerimasihbelumjelasbenar.Yangpastidapatdikemukakanadalah
bahwaobatinimeningkatkansintesisGABAdanmenghambatdegradasi
GABA.Karenaitu,pemberiangabapentinakanmeningkatkankadar
GABAdidalamotak.

II.5.2.Gradenigo syndrome
Sindrom gradenigo pertama kali diperkenalkan tahun 1907 oleh
Guisseppe Gradenigo. Sindrom ini terdiri dari trias gejala yaitu otore, nyeri

20

retroorbita dan parese nervus abdusen ipsilateral. Sindrom ini terjadi akibat
komplikasi otitis media karena inflamasi pada apek petrosus tulang temporal.
Otitis media supuratif kronik (OMSK) didefinisikan sebagai suatu
inflamasi kronis yang melibatkan mukosa telinga tengah dan sel sel mastoid
yang ditandai dengan otore persisten atau intermitten dengan membran
timpani yang perforasi dalam waktu lebih dari dua bulan. OMSK dengan
adanya kolesteatom digolongkan kepada OMSK tipe bahaya atau maligna
yang secara umum membutuhkan terapi pembedahan.
OMSK tipe bahaya memberikan gejala otore persisten, sekret yang
purulen dan berbau serta cenderung menimbulkan komplikasi yang berbahaya.
Komplikasi OMSK dibagi menjadi komplikasi intra temporal dan komplikasi
intrakranial. Komplikasi intratemporal antara lain mastoiditis yang dapat
berhubungan dengan abses subperiosteal dan abses leher dalam inferior
(Bezold), petrositis, labrinitis dan kelumpuhan nervus fasialis. Komplikasi
intrakranila antara lain abses ekstradural, tromboflebitis sinus lateralis, abses
otak, hidrosefalus otits, meningitis dan abses subdural.
Sindrom gradenigo pada petrositis akibat komplikasi OMSK
merupakan salah satu komplikasi intratemporal yang cukup jarang terjadi
Walaupun kasus ini jarang ditemukan namun sindrom gradenigo harus
ditangani segera karena dapat berakibat fatal. Neuroanatomi nervus abdusen
(N.VI) dan nervus trigeminus cabang oftalmika (N.V1) pada regio temporal
menjelaskan patofisiologi sindrom gradenigo pada petrosis akibat komplikasi
OMSK ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang tomografi komputer atau MRI. Pemeriksaan tomografi komputer
mastoid dan atau MRI sangat penting untuk membedakan inflamasi dengan
penyakit non inflamasi pada aspek petrosus tulang temporal. Penatalaksanaan
sindrom gradenigo pada petrositis akibat komplikasi OMSK meliputi terapi
konservatif dan operatif

BAB III
PENUTUP
21

III.1. KESIMPULAN
Nervus trigeminus merupakan saraf kranial yang menginervasi area di sekitar
rongga mulut. Terdapat tiga cabang nervus trigeminus, yaitu nervus oftalmikus (N.
V1), nervus maksilaris (N.V2) dan nervus mandibularis (N. V2). Pengetahuan
mengenai anatomi, patologi, patofisiologi, dan penjalaran dari saraf ini sangat
diperlukan karena gangguan pada saraf ini banyak ditemukan pada pasien. Selain itu,
pengetahuan mengenai saraf ini juga diperlukan sebagai pedoman anestesi lokal pada
perawatan di area rongga mulut.
Gangguan nervus trigeminus yang paling nyata adalah neuralgia trigeminal
atau tic douloureux yang menyebabkan nyeri singkat dan hebat sepanjang
percabangan saraf maksilaris dan mandibularis dari nervus trigeminus. Janeta (1981)
menemukan bahwa penyebab tersering dari neurolgia trigeminal dicetuskan oleh
pembuluh darah. Paling sering oleh arteri serebelaris superior yang melingkari radiks
saraf paling proksimal yang masih tak bermielin. Selain itu juga bisa gangguan nervus
trigeminus berupa tumor pada bagian fosa posterior, lesi ensefalitis akut di pons, dan
Gradenigo syndrome.

22

DAFTAR PUSTAKA

Mardjono Mahar., dan Sidharta Priguna. 2003. Neurologis Klinis Dasar. Jakarta: PT.
Dian Rakyat.
Netter, H Frank. 2013. Atlas Anatomi Manusia Edisi 5. Singapore: Elsevier Inc.
Purwanto. 2015. Head and Neck Anatomy For Dentistry. Jember : FKG Universitas
Jember.
Satyanegara. 2010. Ilmu Bedah Saraf Satyanegara. Ed. IV. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Stanley J. Nelson and Major M. Ash. Wheelers Dental Anatomy, Physiology, and
Occlusion. 9th Ed. Missouri : Saunders Elsevier. 2010:256-8
https://en.wikipedia.org/wiki/Pterygopalatine_ganglion (gambar maksilaris). Diakses
pada 29 April 2016.
http://library.usu.ac.id/download/fk/bedah-iskandar55.pdf Diakses pada 29 April
2016.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25272/3/Chapter%20II.pdf. Diakses
pada 30 April 2016.
http://zdravlje.eu/2010/05/11/neuralgija-nervus-trigeminusa/ (gambar nervus
trigeminus). Diakses pada 29 April 2016.
Guyton, A.C. and Hall, J.E. Textbook of Medical Physiology. 11 th ed. Philadelphia,
PA, USA. 2006
23

Bryce DD, 2004, Trigeminal Neuralgia. http:// Facial-neuralgia.org/ conditions


Neuralgia
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/8156

Trigeminal.

24

Anda mungkin juga menyukai