Anda di halaman 1dari 9

Pembahasan

A. Aliran Yogacara

Secara tradisional aliran ini dianggap berasal dari ajaran Maitreyanatha


(270­350 Masehi) yang terdapat dalam Lankavatara Sutra, Samdhinirmocana
Sutra, Mahayana Sraddhotpada Sastra Asvaghosa dan lain­lain. Terdapat dua
tokoh terkenal dari ajaran ini yaitu Asanga murid Maitreyanatha dan Vasubandhu
(adik Asanga). Kedua kakak beradik inilah yang mensistematiskan filsafat
Yogacara.

Asanga dan Vasubandhu adalah dua bersaudara yang hidup pada abad ke­4
serta merupakan pemikir Agama Buddha yang kreatif, yang membawa pemikiran
filsafat klasik dalam Agama Buddha. Asanga dan Vasubandu dilahirkan di
Pusurapura di negeri Gandhara serta berasal dari keluarga Brahmana
Kausa­likagotara.

Asanga merupakan tokoh yang menarik dan berpengaruh dalam


perkembangan Mahayana. Karya­karyanya yang terkenal diantaranya: Mahayana
Sutralankara, Yogacarabhumi sastra, Mahayana Samparigraha Sastra dan
Madhyanya Vibhanga. Karya­karya itu dibaktikan pada penguraian­penguraian
tentang ajaran­ajaran khas Mahayana yang membedakannya dari Hinayana, dan
tentang kedudukan Yogacara.

Vasubandhu adiknya semula tergolong dalam majab Sarvastivada yang


berhasil diyakinkan olek kakaknya Asanga untuk berbalik kepaham Mahayana.
Selain menulis komentar atas beberapa karya kakanya, Vasubandhu juga
menghasilkan beberapa karya penting untuk membabarkan ajaran­ajaran
Mahayana., terutama dari sudut pandang Yogacara.

Pokok ajaran Yogacara yang menonjol adalah sistem Samparigraha


(she­Lun­tsung) yang terdapat dalam karya Asanga Mahayana­samparigraha dan
dikomentari oleh Vasubandhu. Karya ini merupakan karya pertama dan yang
paling luas membabarkan ciri khas ajaran aliran Yogacara yang bersifat idealisme.

Dalam kitab Mahayana­samparigraha tersebut juga menguraikan tentang


sepuluh corak khusus Mahayana, yakni:

1. Alaya­vijnana; gudang kesadaran

2. Vijnana­mantra; ideasi semata

3. Pencapaian wawasan mengenai ideasi semta

4. Enam paramita

5. Dasabhumi; sepuluh tahapan spiritual

6. Sila; moralitas

7. Samadhi; meditasi

8. Prajna; kebajikan

9. Avikalpa­jhana; pengetahuan yang tak membeda­bedakan

10. Trikaya; tiga puluh Buddha.

Disamping menerima kesepuluh corak khas Mahayana, terdapat empat


doktrin utama yang dainut oleh aliran Yogacara, yaitu:

1. Vijnaptimatrata; bahwa realitas atau eksistensi adalah kesadaran


semata.

2. Alayavijnana; gudang kesadaran.

3. Tiga jenis ada­pada­dirinya­sendiri atau Svabhava.


Dalam ajaran Yogacara realitas adalah kesadaran, dan hal itu akan
berujung pada kesadaran murni. Menjelaskan masalah ini, Yogacara
mengemukakan tentang Alayavijnana sebagai gudang kesadaran, dan
Pravrtti­vijnana yakni bahwa kesadaran itu sifatnya berkembang atau evolusi
kesadaran.

Setiap tindakan manusia menghasilkan akibat, dan akibat ini dikenal


sebagai vasana atau endapan, yang terus akan menyimpan seturut dengan adanya
tindakan yang menjadikan alaya­vijnana terendap jejak­jejak atau gudang
kesadaran. Dalam alaya­vijnana terendap jejak­jejak pikiran, perbuatan berbagai
benih karma masa lampau.

Selanjutnya benih­benih tersebut atau endapan tersebut yang secara


potensial berkembang menjadi sentuhan, kegiatan mental, persepsi, dan kehendak
yang berhubungan dengan lima­skandas. Kemudian ideasi, kesadaran pikiran
berkembang menghadapi batin terhadap dunia luar. Kemudian timbullah
kesadaran akibat sentuhan panca­skandas dengan obyek­obyek.

Alaya­vijnana perlu disucikan dari dualitas subyek­obyek, dan


paham­paham kekhayalan yang palsu kedalam keadaannya yang murni, yakni
kedemikian (tathata), kebuddhaan yang tidak membedakan. Proses pemurnian
terjadi melalui perkembangan, evolusi (pravrtti­vijnana) hingga menjadi
kesadaran­murni­hening­bening (amala­vijnana).

Untuk berkembang menjadi kesadran murni, yogacara mengemukakan


tentang tiga pengetahuan di dalam pengenalan terhadap Svabhava, yakni:

a. Parinispanna; svabhava di kenal sebagai realitas absolut,


pengetahuan absolut.

b. Paratantra; atau realitas yang relatif, pengetahuan relatif.


c. Parikalpita; svabhava dikenal semata­mata sebagai ilusi,
pengetahuan ilusif.

Aliran yogacara di sebut juga Vijnanavada (Wei­shih­tsung) yang secara


khusus menganalisis objek­objek mental dan fenomena. Secara filosofis aliran ini
tergolong dalam idealisme di mana kesadaran subjektif ditekankan dengan
beranggapan bahwa realitas adalah kesadaran itu sendiri. Dalam aliran Vijnanvada
ini juga dikemukakan adanya lima kelompok dan seratus dharma (elements of
existence) yang terdiri dari:

1. Kelompok pertama; terdiri dari 8 citta dharma, kesadaran

2. Kelompok kedua; terdiri dari 51 caitasika dharma, fungsi­fungsi


mental

3. Kelompok ketiga; 11 rupa dharma, unsur­unsur bentuk­rupa

4. Kelompok empat; 24 citta viprayukta­sankhara

5. Kelompok kelima; 6 asankrta dharma.

Aliran Yogacara ini juga dan berkembang di jepang oleh Dosho (620­700)
yang belajar di Tiongkok di bawah bimbingan Hsuan­tsang selama lebih dari
sepuluh tahun, tinggal di dalam kamar yang sama dengan Kuei­chi, murid dan
pewaris pertama Hsuan­tsang. Sekembalinya ke neginya, Dosho mulai
menyebarkan aliran Yogacara sistem Fa­hsiang di Vihara Gango­ji. Siswanya
yang pertama adalah Gyogi (677­748 Masehi).

B. Aliran Vinaya/Lii Chung/Ritsusyu


Sekte atau aliran Vinaya didirikan di Tiongkok pada waktu dynasti T’ang abad
ke­6 M oleh bhiksu Tao Hsuan. Sesuai dengan namanya, sekte ini lebih
menitikberatkan pada Kitab­kitab Vinaya. Sejak agama Budhha masuk ke
Tiongkok (abad ke­I Masehi) sampai dengan abad ke­4 Masehi, belum semua
kitab Vinaya ada secara lengkap sebagai pedoman bagi para bhiksu di Tiongkok.
Bhiksu Fa Hsien pergi ke India melalui jalan darat dengan berjalan kaki dan
kembali ke Tiongkok melalui Sri Langka dengan kapal laut (399­414 Masehi)
untuk mengambil Kitab­kitab Vinaya.

1. Pada sekte Vinaya terdapat apa yang disebut Catuh Vinaya She Fen Lii
yaitu Empat Sumber Vinaya atau disiplin, yaitu:

a) Mahasanghika Vinaya (Ta Seng Che Lii) terjemahan


Buddhabandra (405 M) dalam bahasa Mandarin sebanyak 40
jilid (chuan).

b) Sarvastivada Vinaya (SeTh’ung Lii) terjemahan Punyatara


(404­406 M) dalam bahasa Mandarin sebanyak 61 jilid (chuan).

c) Dharmagupta Vinaya (She Fen Lii) terjemahan Buddhayasa


(405 M) dalam bahasa Mandarin sebanyak 60 jilid (chuan).

d) MahisasakaVinaya (U Pu Lii) terjemahan Buddhajiva (423 M)


dalam bahasa Mandarin sebanyak 30 jilid (chuan).

Susunan dari Vinaya tersebut terdiri dari 250 pasal sebagai berikut:

1. Parajika 4 Pasal

2. Sanghavasesa 13 Pasal

3. Aniyata 2 Pasal

4. Naihsargika­prayascittika 30 Pasal

5. Prayascitta 90 Pasal
6. Pratidesaniya 4 Pasal

7. Siksakaraniya 100 Pasal

8. Adhykarana­Samadha 7 Pasal

Selain itu berdasarkan Brahmajala Sutra Mahayana (Fan Wang Ching)


dikenal juga Boddhisatva­Sila (Fhu Sa Chie/Po Sat Kai) terjemahan Kumarajiva
tahun 406 M sebagai kitab pedoman utama yang terdiri dari 58 Pasal, meliputi:

1. Garukapatti 10 Pasal

2. Lahukapatti 48 Pasal

Salah satu ciri dari Boddhisatva­Sila adalah harus Vegetarian (Cia­Cia).


Pengertian dari Vinaya itu sendiri bukan berarti orang harus terikat pada kalimat
Vinaya; tetapi yang terpenting adalah penghayatan terhadap jiwa atau semangat
Vinaya itu sendiri. Bagi umat awam dianjurkan untuk menerapkan Panca­Sila
pada kehidupan sehari­hari yakni: Tidak membunuh, Mencuri, Berzinah,
Berbihong, dan Tidak melakukan perbuatan melemahkan kesadaran, mksalnya:
minum narkotik, judi, dll.

Pratimoksa dalam aliran Mahayana adalah berdasarkan Dharmagupta


Vinaya (She Fen Lu) berisikan 250 pasal, dan disebut juga Vinaya Empat Bagian
(She Fe Lu). Sedangkan peraturan Boddhisatva Sila berdasarkan Brahmajala
Sutra berisikan 58 pasal. Sekte Vinaya ini juga berkembang sampai ke Jepang dan
Korea. Tahun 754, Bhiksu Ch’ien datang ke Nara­jepang mengajarkan Vinaya
kepada para bhiksu Jepang. Sekte Vinaya ini adalah aliran Mahayana yang
didirikan di Tiongkok.

Kesimpulan

Yogacara merupakan sebuah aliran Mahayana yang berasal dari ajaran


ajaran Maitreyanatha (270­350 Masehi), dimana terdapat dua tokoh terkenal dari
ajaran ini yaitu Asanga murid Maitreyanatha dan Vasubandhu (adik Asanga).
Kedua kakak beradik inilah yang mensistematiskan filsafat Yogacara. Aliran
yogacara di sebut juga Vijnanavada (Wei­shih­tsung) yang secara khusus
menganalisis objek­objek mental dan fenomena.

Pokok ajaran Yogacara yang menonjol adalah sistem Samparigraha


(she­Lun­tsung) yang terdapat dalam karya Asanga Mahayana­samparigraha dan
dikomentari oleh Vasubandhu. Karya ini merupakan karya pertama dan yang
paling luas membabarkan ciri khas ajaran aliran Yogacara yang bersifat idealisme.

Sedangkan Sekte atau aliran Vinaya didirikan di Tiongkok pada waktu


dynasti T’ang abad ke­6 M oleh bhiksu Tao Hsuan. Sesuai dengan namanya, sekte
ini lebih menitikberatkan pada Kitab­kitab Vinaya.
Saran

Setelah kita mengetahui sejarah bagaimana perkembangan aliran­aliran


agama Buddha khususnya pada aliran Mahayana, selain untuk menambah
pengetahuan dan mereview bagaimana sejarah perkembangan aliran­aliran agama
Buddha khususnya aliran Mahayana untuk itu kita sebagai generasi muda
hendanya bagaimana kita bisa melestarikan ajaran Buddha agar tetap lestari dan
selalu melangkah dijalan Dhamma
Daftar Pustaka

v Ming, Chau. 1985. Mahayana. Jakarta: Akademis Buddhis Nalanda.

v Ming, Chau, dan Dhammasukha Jo Priastana. 1993. Materi Pokok


Mahayana II. Jakarta: Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat
Hindu Dan Buddha Universitas Terbuka.

v Priastana, Dhammasukha Jo. 1999. Pokok­Pokok Dasar Mahayana.


Jakarta: Yayasan Yasodhara Puteri.

v Sujarjaya, Wawan. 2003. Sejarah Perkembanga Agama Buddha.


Jakarta: Cv. Dewi Kayana Abadi.

v Tani, Suwarto. 1995. Buddha Dharma Mahayana. Jakarta: Majelis


Agama Buddha Mahayana.

Anda mungkin juga menyukai