Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ADMINISTRASI PERSONALIA GURU DAN PEGAWAI

OLEH KELOMPOK 4:
1. ISMI FATIHATUL QAULIAH (E1R019074)
2. JIHAN FAHIRAH (E1R019076)
3. LULU LIWALIDYA (E1R019087)
4. MUH. MUHLAS (E1R019102)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2021
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul ”Administrasi Personalia Guru dan Pegawai ” tepat pada waktunya. Makalah ini
disusun untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah Administrasi
dan Manajemen.

Pada kesempatan ini, izinkan penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan terima
kasih kepada semua pihak yang dengan tulus dan ikhlas telah memberikan bantuan dan dorongan
kepada penulis dalam menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna baik bentuk, isi,
maupun teknik penyajiannya, oleh karena itu saran dan kritikan yang sifatnya membangun dari
berbagai pihak penulis terima dengan tangan terbuka serta sangat diharapkan.

Mataram, 28 Maret 2021

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………2

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………..3

BAB 1 PENDAHULUAN……………………………………………………………………….4

A. Latar Belakang……………………………………………………………...………………..5
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………...……………….5
C. Tujuan………………………………………………………………………………...………5

BAB II ISI………………………………………………………………………………………..6

A. Definisi Administrasi Personil Guru dan Kepegawaian……………………………………..6


B. Pengangkatan dan Penempatan Tenaga Guru dan Pegawai………………………………….6
C. Organisasi Profesi Guru ……………………………………………………………………..7
D. Masalah Kepegawaian dan Kesejahteraan Guru……………………………………………..8
E. Orientasi Bagi Guru Baru…………………………………………………………………….9
F. Konduite dan Penilaian Bagi Guru…………………………………………………….……10
G. In Service dan Upgrading Seorang Guru…………………………………………....………10

BAB III PENUTUP………………………………………………………………………...…...14

A. Kesimpulan………………………………………………………………………………….14
B. Saran ……………………………………………………………………………………..…14

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………...15

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kualitas program pendidikan tidak saja bergantung pada konsep-konsep program


yang cerdas tapi juga pada personil pengajar yang mempunyai kesanggupan dan
keinginan berprestasi. Tanpa personil yang cakap dan efektif, program pendidikan yang
dibangun diatas konsep-konsep yang cerdas serta dirancang dengan teliti pun dapat tidak
tidak berhasil. Pentinngnya kesanggupan personil pengajar dan pelaksanaan program
telah mendorong banyak kepala sekolah untuk menuntut tanggung jawab lebih besar
dalam seleksi, pengangkatan, dan pengembangan personil.

Dalam tradisi administrasi sekolah di Negara Indonesia, pada umumnya berlaku


kebiasaan bahwa kebutuhan akan personil edukatif, pengadaan, penempatan,
pengangkatan, serta pengembangan ditentukan dengan ketat oleh dinas pendidikan dan
kebudayaan provinsi. Belakangan ini ada kecenderungan untuk melibatkan kepala
sekolah lebih banyak dalam pendaftaran, seleksi dan pengusulan pengangkatan guru baru
maupun dalam penyusunan prosedur pemngembangan personil.

Menjadi tuntutan bagi kepala sekolah ikut memikul tanggung jawab akan
keberhasilan maupun kegagalan personil sekolah. Kesanggupan administratif yang lebih
tinggi dalam memperoleh dan memilih personil yang cakap dan dalam menciptakan
kesempatan untuk perkembangan personil secara kontinu adalahsangat esensial.
Berdasarkan paparan tersebut maka personil sekolah termasuk guru diharap memahami
benar tugas dan tanggung jawab agar dapat melaksanakan fungsinya dengan tepat dan
efektif. Serta mampu menyumbangkan keaktifan dalam perkembangan dunia pendidikan.

4
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi administrasi personil guru dan kepegawaian?
2. Bagaimana pengangkatan dan penempatan tenaga guru dan pegawai?
3. Bagaimana organisasi profesi guru ?
4. Bagaimana masalah kepegawaian dan kesejahteraan guru?
5. Bagaimana orientasi bagi guru baru?
6. Bagaimana konduite dan penilaian bagi guru?
7. Bagaimana in service dan upgrading seorang guru?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi administrasi personil guru dan kepegawaian
2. Untuk mengetahui pengangkatan dan penempatan tenaga guru dan pegawai
3. Untuk mengetahui organisasi profesi guru
4. Untuk mengetahui masalah kepegawaian dan kesejahteraan guru
5. Untuk mengetahui orientasi bagi guru baru
6. Untuk mengetahui konduite dan penilaian bagi guru
7. Untuk mengetahui in service dan upgrading seorang guru

5
BAB II
ISI

A. Definisi Administrasi Personil Guru dan Kepegawaian


Administrasi personalia adalah administrasi yang menyelesaikan berbagai
masalah kepegawaian dalam suatu lembaga atau badan usaha. Menurut Arikunto definisi
administrasi personalia atau administrasi kepegawaian adalah proses penataan yang
berkaitan dengan masalah mendapatkan dan memakai tenaga kerja di sekolah secara efisien
agar tujuan sekolah tujuan sekolah yang telah ditetapkan sebelumnya dapat
tercapai(Arikunto, 1990).
Administrasi personal bertujuan untuk menggunakan tenaga kerja secara efisien
dan efektif agar tercapainya hasil yang maksimal, sehingga terwujudnya kesejahteraan dan
kebahagiaan pada seluruh tenaga kerja.

Ruang lingkup administrasi personalia adalah sebagai berikut :


1. Merencanakan pegawai
2. Mengadakan pegawai
3. Membiayai dan mengembangkan pegawai
4. Melakukan mutasi dan promosi
5. Menghentikan pegawai
6. Pensiun
7. Kesejahteraan pegawai
Berdasarkan ruang lingkup administrasi personalia , terdapat beberapa kegiatan dari
administrasi personalia yang dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Menyiapkan atau mengadakan pegawai, kegiatan ini dimulai dengan mempersiapkan
segala hal seperti mengadakan atau merekrut pegawai hingga para pegawai tersebut
berhenti karena pensiun, diberhentikan atau meninggal.
2. Menata, menempatkan atau mengangkat pegawai.
3. Mengatur kenaikan pangkat, ujian bagi kenaikan jabatan fungsional guru.
4. Membina pegawai negeri sipil
5. Melakukan pengembangan pegawai
6. Menilai pekerjaan para pegawai sipil

B. Pengangkatan dan Penempatan Tenaga Guru dan Pegawai


Tujuan pengangkatan dan penempatan tenaga guru dan pegawai adalah untuk
memenuhi kebutuhan atau formasi badan kependidikan, melancarkan tugas badan
kependidikan, mengembangkan wawasan dan keterampilan serta menambahkan
pengalaman kerja bagi guru dan pegawai tersebut. Ada beberapa faktor yang harus
diperhatikan ketika melakukan pengangkatan dan penempatan seorang guru dan pegawai
bagi seorang administrator, faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:

6
1. Kesesuaian tugas dengan kemampuan yang dimiliki oleh tenaga guru dan pegawai, hal
ini dapat dilihat dari beberpas aspek, seperti aspek gelar dan pengalaman kerja.
2. Formasi, artinya bahwa benar-benar diperlukan tambahan tenaga edukatif
3. Objektif, artinya dalam pelaksanaan pengangkatan dan penempatan tenaga guru tidak
menganut nepotisme dan kolusi
4. Memperhatikan analisa jabatan yang telah disusun agar sesuai dengan kualifikasi
maupun syarat yang telah ditentukan
Adapun prosedur pengangkatan dan penempatan tenaga guru secara umum adalah
sebagai berikut :
1. Pemberitahuan atau Pengunguman
Pemberitahuan ini dikakukan untuk memberitahukan kepada seluruh masyarakat yang
memenuhi kualifikasi melalui berbagai media
2. Pendaftaran
Pada tahap ini para pendaftar akan mengajukan permohonan dengan lampiran bahwa
pendaftar telah memenuhi syarat yang ditentukan.
3. Seleksi atau Penyaringan
Pada tahap ini para pendaftar akan diseleksi melalui dua proses yakni proses
penyaringan administrative dan test
4. Pengunguman
Pada tahap ini pihak penyelenggara akan mengungumkan peserta atau pendaftar yang
lulus dalam seleksi sesuai dengan ketentuan dan penempatan kerja.

C. Organisasi Profesi Guru

Guru mendapatkan hak untuk mendirikan sebuah organisasi profesi yang bersifat
independen yang bertujuan untuk mengajukan profesi, meningkatkan kompetensi, karier,
wawasan kependidikan, perlindungan profesi, kesejahteraan, dan pengabdian kepada
masyarakat, Berdasarkan UU Guru dan Dosen No.14 tahun 2005 Bab IV Bagian
Kesembilan pasal 41-44 ditetapkan bahwa organisasi profesi guru kewenangan
kewenangan:

1. Menetapkan dan menegakkan kode etik guru.


2. Memberikan bantuan hukum kepada guru.
3. Memberikan perlindungan profesi guru.
4. Melakukan pembinaan dan pengembangan profesi guru.
5. Memajukan pendidikan nasional.

7
D. Masalah Kepegawaian dan Kesejahteraan Guru
Untuk meningkatkan kegairahan bekerja dan menjamin hari tua, diselenggarakan
usaha peningkatan kesejahteraan Pegawai Negeri Sipil. Peningkatan kesejahteraan
tersebut harus diusahakan secara bertahap sesuai dengan kemampuan sehingga pada
akhirat Pegawai Negeri sipil dapat memusatkan komitmen untuk melaksanakan tugas
dan kewajibannya. Dalam rangka mewujudkan kesejahteraan tersebut dilakukan usaha-
usaha sebagai berikut :
1. Dana Kesejahteraan Pegawai Negeri.
2. Pemelihraan Kesehatan Pegawai Negeri.
3. Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri.
4. Bingkisan Hari Raya.
Secara khusus bagi guru telah mendapatkan perhatian yang lebih dari pegawai
negeri sipil lainnya . Sesuai dengan UU Guru dan Dosen No. 14 tahun 2005 Bab IV
Bagian Kedua pasal 14-19, Guru mendapatkan haknya untuk meningkatkan tingkat
kesejahteraannya sebagai berikut :
a. Penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum yang termasuk gaji pokok,
tunjangan yang melekat pada gaji, serta Tahap lain berupa tunjangan profesi,
tunjangan fungsional, tunjangan khusus, dan maslahat tambahan yang terkait
dengan tugasnya sebagai guru yang ditetapkan dengan penghargaan atas dasar
prestasi.
b. Guru yang diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
Pemerintah atau pemerintah daerah diberi gaji sesuai peraturan perundang-
undangan.
c. Guru yang diangkat oleh satuan pendidikan yang dikelola oleh masyarakat yang
diberi gaji berdasarkan perjanjian kerja atau kesepakatan kerja bersama.
d. Pemerintah memberikan tunjangan profesi yang dimaksud dalam kepada guru
yang telah memiliki sertifikat pendidik yang diangkat oleh penyelenggara
pendidikan dan / satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat.
e. Tunjangan profesi yang diberikan setara dengan 1 (satu) kali gaji pokok yang
diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau
pemerintah daerah pada tingkat, masa kerja, dan kualifikasi yang sama.

8
f. Pemerintah dan / atau pemerintah daerah memberikan tunjangan fungsionalitas
kepada guru yang diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
Pemerintah dan pemerintah daerah.
g. Pemerintah dan / atau pemerintah daerah memberikan subsidi tunjangan
fungsional kepada guru yang ditunjuk oleh satuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh masyarakat sesuai dengan peraturan yang berlaku-
undangan.
h. Pemerintah memberikan tunjangan khusus yang dimaksud dalam guru yang
diatur di daerah khusus.
i. Tunjangan khusus yang diberikan setara dengan 1 (satu) kali gaji pokok yang
diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau
pemerintah daerah pada tingkat, masa kerja, dan kualifikasi yang sama.
j. Guru yang diangkat oleh Pemerintah atau pemerintah daerah di daerah khusus,
berhak atas rumah dinas yang disediakan oleh pemerintah daerah sesuai dengan
kewenangan.
E. Orientasi Bagi Guru Baru

Pertemuan orientasi (orientation meeting) adalah salah satu bentuk pertemuan


yang bertujuan mengantar guru-guru memasuki suasana kerja yang baru. Demikian pula
terhadap guru-guru yang baru memangku jabatan baru dalam struktur organisasi
sekolah. Hal-hal yang disajikan dalam pertemuan orientasi ini antara lain:

a. Memberikan informasi perkenalan terhadap sistem kerja dari sekolah dengann


melalui percakapan bersama diselingi dengan diskusi bersama.
b. Proses dan mekanisme administrasi dan organisasi sekolah, penyajian seluruh
kegiatan dan situasi sekolah.
c. Tindak lanjut pertemuan ini biasanya diadakan diskusi, lokakarya, dan makan
bersama dan sebagainya, agar guru-guru baru itu tidak merasa asing tetapi merasa
diterima dalam kelompok guru lain
d. Memperkenalkan semua staf sekolah, tempat/ ruang kerja, tata-tertib sekolah dan
lain-lain sebagainya.

9
F. Konduite dan Penilaian Bagi Guru

Kepala sekolah mempunyai kewajiban membina guru dan karyawan yang berada
di sekolah. Membina dan mengawasi tugas yang diberikan kepada guru dan karyawan,
baik tugas-tugas edukatif maupun administratif dan sekaligus mengadakan penilaian
terhadap hasil pelaksanaan tugas mereka. Secara berkala dan sekurang-kurangnya tiap
akhir semester dilaksanakan penilaian mengenai pelaksanaan tugas guru.

Perancangan penilaian ini bukan hanya dimaksudkan untuk mempersiapkan


konduite ( kepatuhan terhadap tata tertib) untuk kepentingan naik pangkat, tetapi juga
dipergunakan untuk keperluan lain terutama untuk memperbaiki tugas guru dan
karyawan yang belum diselesaikan dengan baik serta memperbaiki kekurangannya.

Aspek yang dipertimbangkan dalam penilaian guru guna mewujudkan guru yang
memiliki dedikasi tinggi yang sanggup dan mampu melaksanakan tugas dengan baik
adalah:

1. Kemampuan kerja ( perencanaan RPP, kecakapan mengajar,


melaksanakan administrasi kelas)
2. Kerajinan
3. Kepatuhan disiplin kerja
4. Rasa tanggung jawab terhadap tugas Negara
5. Hubungan kerjasama
6. Kelakuan didalam dan diluar dinas
7. Prakarsa dan inisiatif
8. Kepemimpinan.

G. In Service Training dan Upgrading Tenaga Guru

Pada era tahun 1980-an hingga awal 1990-an, program pengembangan


profesionalisme guru di Indonesia dilakukan melalui program Pemantapan Kerja Guru
(PKG). Program ini merupakan program pengembangan profesionalisme guru terbesar di
dunia dengan sponsor Bank Dunia (Thair & Treagust, 2003) dan implementasi program
ini berupaya membekali pengetahuan dan keterampilan guru melalui in-service training

10
sekaligus on-service training. Program PKG diimplementasikan keterampilan guru
berbagai mata pelajaran dan dilaksanakan berbasis klaster (dua atau tiga kabupaten dalam
satu kelompok kegiatan).

Program PKG diidentifikasi mampu meningkatkan pengetahuan dan


keterampilan guru, karena program ini dilaksanakan selama enam bulan dan dilakukan
melalui tiga siklus. Dua bulan pertama partisipan untuk meningkatkan pengetahuan dan
PKG mendapatkan pemahaman mengenai konsep dan keterampilan pembelajaran melalui
aktivitas in-service training. Dua bulan yang kedua, keterampilannya dalam aktivitas on-
service training. Kemudian siklus ketiga, setelah mempraktikkan pengetahuannya melalui
proses pembelajaran di kelas, partisipan bertemu kembali dalam in-service training untuk
mengevaluasi berbagai kendala yang ditemui selama aktivitas on-service training.
Program ini dinilai berhasil, tetapi partisipan harus mempraktikkan pengetahuan dan
keterampilannya dalam aktivitas on-service training. Kemudian siklus ketiga, setelah
mempraktikkan pengetahuannya melalui proses pembelajaran di kelas, partisipan
bertemu kembali dalam in-service training untuk mengevaluasi berbagai kendala yang
ditemui selama aktivitas on-service training. Program ini dinilai berhasil, tetapi
sustainabilitas tidak dapat dipertahankan karena program ini memerlukan dana yang
sangat besar.

Selanjutnya sejak awal tahun 1993, program pengembangan profesionalisme


guru banyak dilakukan melalui program Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)
sebagai kelanjutan dari program PKG. Bedanya program ini tidak dibiayai lagi oleh Bank
Dunia, seluruh pembiayaan program diserahkan kepada setiap sekolah dan partisipan
program (Thair & Treagust, 2003). Dengan demikian, efektivitas program ini ditengarai
tidak berjalan seperti yang diharapkan, karena program ini tidak mengharuskan partisipan
melakukan aktivitas on- service training sebagai bagian dari implementasi program,
sehingga praktik pembelajaran yang dilakukan oleh guru, partisipan program, tidak dapat
dimonitor dan feedback tidak dapat diberikan. Untuk mengatasi hal ini administrasi
personalia dapat melakukan inservice training dan upgrading bagi seorang guru.

11
A. Training

Pengembangan profesionalisme guru saat ini dilakukan juga melalui


berbagai aktivitas, yaitu training (pendidikan dan pelatihan), program Musyawarah
Guru Mata Pelajaran (MGMP), lesson study, team teaching (mengajar secara tim),
action research dan sebagainya. Pada umumnya, program pengembangan
profesionalisme guru tersebut banyak membekali pengetahuan dan keterampilan guru
pada tataran teoretis dan belum banyak berfokus pada membekali pengetahuan dan
keterampilan guru pada tataran praktis. Schaetzel et al (2007) bahkan mengategorikan
berbagai program tersebut secara terpisah sebagai aktivitas pengembangan
profesionalisme guru konvensional, karena berbagai program tersebut biasanya
dilaksanakan dalam rentang waktu yang relatif singkat dan terjadi di luar kelas.
Senada dengan itu, Guskey (2000) menyatakan bahwa berbagai pengembangan
profesionalisme guru konvensional itu sering menyajikan materi program yang sering
tidak berhubungan dengan realitas pembelajaran di kelas, sehingga berbagai aktivitas
itu tidak memiliki dampak optimal terhadap praktik pembelajaran yang dilakukan
oleh guru. Karakteristik konvensional dari berbagai aktivitas tersebut juga dilihat dari
belum adanya aktivitas sebagai tindak lanjut dan feedback terhadap praktik
pembelajaran yang dilakukan oleh guru setelah berpartisipasi dalam berbagai
aktivitas pengembangan profesionalisme tersebut.

Program pendidikan dan pelatihan (Diklat) atau training merupakan sebuah


program pengembangan profesionalisme yang paling popular dan sering diikuti oleh
guru-guru dalam rangka meningkatkan profesionalismenya. Program melibatkan
narasumber yang bertugas menyampaikan gagasan dan keahliannya melalui berbagai
aktivitas kolaboratif yang diikuti oleh sejumlah guru sebagai partisipan program.
Format diklat ini biasanya melibatkan berbagai aktivitas, misalnya presentasi dan
diskusi kelompok, workshop, demonstrasi, simulasi kegiatan belajar mengajar, dan
micro teaching. Dari berbagai aktivitas tersebut, guru diharapkan dapat saling belajar
dan bertukar pengalaman dan di akhir kegiatan guru-guru diharapkan mampu
mengubah kinerjanya menjadi lebih baik.

12
B. Upgrading
Salah satu tujuan program pengembangan profesionalisme guru adalah untuk
mengembangkan pengetahuan guru mengenai subtansi mata pelajaran yang diampu dan
juga meningkatkan keterampilan guru dalam mengelola proses pembelajaran yang
dilakukan. Terjadinya pengembangan dan peningkatan pengetahuan dan keterampilan itu
akan mengarahkan guru lebih mampu untuk mempersiapkan dan melakukan sebuah
proses pembelajaran yang lebih efektif. Pengembangan profesionalisme guru dapat
dilakukan melalui aktivitas yang menekankan pada kinerja guru secara individual
maupun kolaborasi antarguru. Selanjutnya, Gajda & Koliba (2008) menyatakan bahwa
program pengembangan profesionalisme yang menekankan pada aktivitas kolaborasi
antarguru merupakan media yang paling penting dan efektif guna mencapai substansi
perbaikan sekolah dan hasil belajar peserta didik.

13
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan
Administrasi personalia adalah administrasi yang menyelesaikan berbagai
masalah kepegawaian dalam suatu lembaga atau badan usaha. Administrasi personal
bertujuan untuk menggunakan tenaga kerja secara efisien dan efektif agar tercapainya hasil
yang maksimal, sehingga terwujudnya kesejahteraan dan kebahagiaan pada seluruh tenaga
kerja. Kesejahteraan tenaga kerja khususnya tenaga kependidikan dapat dilakukan melalui
beberapa usaha, yakni Peningkatan Kesejahteraan Pegawai Negeri Sipil, orientasi bagi guru
baru, konduite dan penilaian bagi guru dan in service training serta upgrading tenaga guru.
Administrasi personil bertugas mengatur hal tersebut agar terciptabya kesejahteraan bagi
seluruh komponen badan kependidikan.

2. Saran
Seorang administratif dalam memilih personil sangat memperhatikan kecakapan dan
kesanggupan, hal ini bertujuan untuk menciptakan kesempatan perkembangan personil dan
badan kependidikan secara kontinu. Oleh karena itu personil sekolah termasuk guru diharap
memahami benar tugas dan tanggung jawab agar dapat melaksanakan fungsinya dengan
tepat dan efektif serta mampu menyumbangkan keaktifannya dalam perkembangan dunia
pendidikan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Indrawan., I, Dkk. Manajemen Personalia Dan Kearsipan Sekolah. Klaten: Lakeisha.


Slameto. (2020). Model, Program, Evaluasi Beserta Tren Supervisi Pendidikan. Pasuruan: Qiara
Media.
Soetjipto, dan Raflis Kosasi. 1994. Profesi Keguruan. Jakarta: Rineka Cipta
Sukarman, Purba, dkk. (2021). Administrasi Supervisi Pendidikan. Medan: Yayasan Kita
Menulis.
Sumardi (2016). Pengembangan Profesionalisme Guru Berbasis MGMP. Yogyakarta:
Deepublish.

15

Anda mungkin juga menyukai