Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH STRATEGI PEMBELAJARAN

MATEMATIKA
(Group Investigation Cooperative Learning)

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 7
LAILA MAGHFIRA (E1R019079)
LALU ABDAL GAFFAR (E1R019080)
MIFTAHUL JANAH (E1R019098)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PROGRAM PENDIDIKAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS MATARAM

2020/2021
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .................................................................................................................................................... 2
BAB I ................................................................................................................................................................ 3
PEMBAHASAN ............................................................................................................................................... 3
A. Sejarah Group Investigation (GI) .......................................................................................................... 3
B. Teori Group Investigation ..................................................................................................................... 3
C. Tahap-tahap atau sintaks Group Invastigation ...................................................................................... 5
D. Implementasi Group Investigation ....................................................................................................... 8
E. Prinsip – Prinsip GI ............................................................................................................................... 9
F. Kelebihan dan Kekuragan GI ................................................................................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................................... 11
BAB I
PEMBAHASAN
A. Sejarah Group Investigation (GI)
Salah satu model pembelajaran yang mendukung keterlibatan siswa dalam kegiatan
belajar adalah model pembelajaran GI (Krismanto, 2003:6). Sudjana (Mudrika, 2007:15)
mengemukakan bahwa GI dikembangkan oleh Herbert Thelen sebagai upaya untuk
mengkombinasikan strategi mengajar yang berorientasi pada pengembangan proses
pengkajian akademis. Kemudian Joyce dan Weil (1980:230) menambahkan bahwa model
pembelajaran GI yang dikembangkan oleh Thelen yang bertolak dari pandangan John
Dewey dan Michaelis yang memberikan pernyataan bahwa pendidikan dalam masyarakat
demokrasi seyogyanya mengajarkan demokrasi langsung.
Selanjutnya Aisyah (2006:15) mengutarakan bahwa model pembelajaran GI
kemudian dikembangkan oleh Sharan dan sharen pada tahun 1970 di Israel. Sementara itu
Tsoi, Goh, dan Chia (Aisyah, 2006:11) menambahkan bahwa model pembelajaran GI
secara filosofis beranjak dari faradigma konstruktivis. Dimana belajar menurut pandangan
konstruktivis merupakan hasil konstruksi kognitif melalui kegiatan seseorang. Pandangan
penekanan bahwa pengetahuan kita adalah hasil pembentukan kita sendiri (Suparno, dalam
Trianto, 2007:28).
Model Pembelajaran Group Investigation (GI) Menurut Anwar (Aisyah, 2006:14)
secara harfiah investigasi diartikan sebagai penyelidikan dengan mencatat atau merekam
fakta-fakta, melakukan peninjauan dengan tujuan memperoleh jawaban atas pertanyaan-
pertanyaan tentang suatu peristiwa atau sifat. Selanjutnya Krismanto (2003:7)
mendefinisikan investigasi atau penyelidikan sebagai kegiatan pembelajaran yang
memberikan kemungkinan siswa untuk mengembangkan pemahaman siswa melalui
berbagai kegiatan dan hasil yang benar sesuai pengembangan yang dilalui siswa.
Model investigasi kelompok merupakan model pembelajaran yang melatih para
siswa berpartisipasi dalam pengembangan sistem sosial dan melalui pengalaman, secara
bertahap belajar bagaimana menerapkan metode ilmiah untuk meningkatkan kualitas
masyarakat. model ini merupakan bentuk pembelajaran yang mengkombinasikan dinamika
proses demokrasi dengan proses inquiry akademik. melalui negosiasi siswa-siswa belajar
pengetahuan akademik dan mereka terlibat dalam pemecahan masalah sosial. dengan
demikian kelas harus menjadi sebuah miniatur demokrasi yang menghadapi masalah-
masalah dan melalui pemecahan masalah, memperoleh pengetahuan dan menjadi sebuah
kelompok sosial yang lebih efektif.
B. Teori Group Investigation
Penggunaan model pembelajaran yang tepat pada dasarnya bertujuan untuk
menciptakan kondisi pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat belajar secara aktif
dan menyenangkan sehingga siswa dapat meraih hasil belajar yang optimal. Salah satu tipe
model pembelajaran kooperatif yaitu model pembelajaran Group Investigation, seperti
terkesan dari namanya, Group Investigation sesuai untuk proyek-proyek studi yang
terintegrasi yang berhubungan dengan halhal semacam penguasaan, analisis, dan
mensistesiskan informasi sehubungan dengan upaya menyelesaikan masalah yang besifat
multi aspek. Tugas akademik haruslah menyediakan kesempatan bagi anggota kelompok
untuk memberikan berbagai macam kontribusi, dan tidak boleh dirancang hanya sekedar
untuk bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang bersifat faktual (siapa, apa, kapan dan
sebagainya). Group Investigation akan sangat ideal untuk mengajari tentang pelajaran
sejarah dan budaya dari sebuah negara.
Secara umum guru merancang sebuah topik yang cakupannya luas, dimana para
siswa selanjutnya membagi topik tersebut ke dalam subtopik. Sebagai bagian dari
investigasi, para siswa mencari informasi dari berbagai sumber baik didalam maupun di
luar kelas. Sumbersumber seperti buku, institusi, dan orang, menawarkan sederatan
gagasan, opini, data, solusi, ataupun posisi yang berkaitan dengan masalah yang sedang
dipelajari. Para siswa selanjutnya mengevaluasi dan mensistesikan informasi yang
disumbangkan oleh tiap anggota kelompok supaya dapat menghasilkan buah karya
kelompok. Selanjutnya hasil dari karya kelompok tersebut secara bergantian
dipresentasikan di kelas yang akan mendasari terjadinya diskusi antar kelompok, karena
setiap kelompok akan memperhatikan dan mengevaluasi presentasi setiap kelompok yang
tampil. Kegiatan ini yang akan menumbuhkan aktivitas para murid dalam mengikuti
pembelajaran. Beberapa peneliti pendidikan yang melakukan penelitian terhadap model
pembelajaran kooperatif menunjukkan efektivitas yang sangat tinggi bagi perolehan hasil
belajar siswa, baik dilihat dari pengaruhnya terhadap penguasaan materi pelajaran maupun
pengembangan dan pelatihan sikap serta keterampilan sosial yang sangat bermanfaat bagi
siswa dalam kehidupannya dimasyarakat. Model pembelajaran Group Investigation adalah
metode yang dikembangkan oleh Sharan dan Sharan (1976), lebih menekankan pada
pilihan dan kontrol siswa daripada menerapkan teknikteknik pengajaran di ruang kelas.
Dalam metode Group Investigation siswa diberi kontrol dan pilihan penuh untuk
merencanakan apa yang ingin dipelajari dan diinvestigasi. Pertama-tama siswa di
tempatkan dalam kelompok-kelompok kecil. Masing-masing kelompok diberi tugas atau
proyek yang berbeda. Dalam kelompoknya setiap anggota berdiskusi dan menentukan
informasi apa yang akan dikumpulkan, bagaimana mengolahnya, bagaimana menelitinya,
dan bagaimana menyajikan hasil penelitiannya di depan kelas. Semua anggota harus turut
andil dalam menentukan topik penelitian apa yang akan mereka ambil. Mereka pula yang
memutuskan sendiri pembagian kerjanya. Selama proses penelitian atau investigasi ini
mereka akan terlibat dalam aktivitas-aktivitas berpikir tinggi, seperti membuat sistesis,
ringkasan, hipotesis, kesimpulan, dan menyajikan laporan akhir (Huda,2011:123).
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam penggunaan model pembelajaran Group
Investigation ada 6 tahap.
Model Kooperatif Tipe Group Investigation merupakan salah satu tipe dari model
pembelajaran kooperatif yang menggabungkan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah
4-6 orang. Masing-masing anggota kelompok heterogen menurut tingkat prestasi, jenis
kelamin dan suku. Dalam pembelajaran tersebut peserta didik akan mengikuti beberapa
tahap yaitu Grouping, planning, investigation, organizing, presenting dan evaluating
(Sharan & Sharan, 1990).
Dalam pembelajaran model Group investigation guru dapat meningkatkan aktivitas
peserta didik sehingga dapat mendorong peserta didik untuk menyampaikan ide-ide mereka
dan juga dapat meningkatkan kemandirian peserta didik. Karena pada model Group
investigation peserta didik dilibatkan secara langsung mulai dari perencanaan dan peserta
didik melakukan berbagai investigasi untuk memahami materi. Dengan demikian pada
akhirnya akan dapat meningkatkan kemampuan serta hasil belajar mereka dalam hal ini
kemampuan pemahaman konsep matematika.Pada pembelajaran investigasi terdapat fase-
fase yang akan menggali aktivitas peserta didik dan mendorong kemandirian peserta didik
dalam belajar sedangkan Fraiser, et al (1989) mencatat banyak pendidik yang sependapat
bahwa perubahan suasana belajar sesuai dengan harapan peserta didik akan mempengaruhi
peningkatan hasil belajar peserta didik.
Pemahaman konsep sangat penting, karena dengan penguasaan konsep akan
memudahkan siswa dalam mempelajari matematika. Pada setiap pembelajaran diusahakan
lebih ditekankan pada penguasaan konsep agar siswa memiliki bekal dasar yang baik untuk
mencapai kemampuan dasar yang lain seperti penalaran, komunikasi, koneksi dan
pemecahan masalah. Penguasan konsep merupakan tingkatan hasil belajar siswa sehingga
dapat mendefinisikan atau menjelaskan sebagian atau mendefinisikan bahan pelajaran
dengan menggunakan kalimat sendiri. Dengan kemampuan siswa menjelaskan atau
mendefinisikan, maka siswa tersebut telah memahami konsep atau prinsip dari suatu
pelajaran meskipun penjelasan yang diberikan mempunyai susunan kalimat yang tidak
sama dengan konsep yang diberikan tetapi maksudnya sama.
C. Tahap-tahap atau sintaks Group Invastigation
Pelaksanaan langkah-langkah pembelajaran di atas tentunya harus berdasarkan
prinsip pengelolaan atau reaksi dari metode pembelajaran kooperatif model Group
Investigation. Dimana di dalam kelas yang menerapakan model GI, pengajar lebih berperan
sebagai konselor, konsultan, dan pemberi kritik yang bersahabat. Dalam kerangka ini
pengajar seyogyanya membimbing dan mengarahkan kelompok menjadi tiga tahap:
1. Tahap pemecahan masalah,
2. Tahap pengelolaan kelas,
3. Tahap pemaknaan secara perseorangan.
Tahap pemecahan masalah berkenaan dengan proses menjawab pertanyaan, apa
yang menjadi hakikat masalah, dan apa yang menjadi fokus masalah. Tahap pengelolaan
kelas berkenaan dengan proses menjawab pertanyaan, informasi apa yang saja yang
diperlukan, bagaimana mengorganisasikan kelompok untuk memperoleh informasi itu.
Sedangkan tahap pemaknaan perseorangan berkenaan dengan proses pengkajian bagaimana
kelompok menghayati kesimpulan yang dibuatnya, dan apa yeng membedakan seseorang
sebagai hasil dari mengikuti proses tersebut (Thelen dalam Winataputra, 2001: 37).
Kemudian ada beberapa Sintaks dalam model pembelajaran kooperatif tipe
Investigasi Kelompok antara lain:
a. Fase 1: Mengidentifikasi topik dan mengatur siswa ke dalam kelompok.
Kedua tugas yang disebut di atas urutannya dapat bervariasi, sesuai dengan situasi.
Guru dapat terlebih dahulu mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok
kooperatif sebelum mengidentifikasi topik pembelajaran, atau sebaliknya terlebih dahulu
mengidentifikasi topik, baru kemudian mengorganisasikan siswa ke kelompok-
kelompok. Bergantung pada topik yang dipilih pada fase 1, maka adalah sangat penting
untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang dapat membangun kekompakan tim
(kelompok), sehingga terbentuk solidaritas dan kohesi antar anggotanya. Perlu dicatat
bahwa model pembelajaran kooperatif tipe group investigation ini merupakan sebuah
model pembelajaran yang kompleks, yang berbeda sama sekali dengan model
pembelajaran kooperatif lainnya, di mana tingkat kooperasi antar anggota kelompok
harus benarbenar baik dan efektif. Agar apa-apa yang dilakukan oleh kelompok
bermanfaat dan efektif, maka setiap anggota kelompok harus produktif dan mempunyai
hubungan kooperasi yang baik satu sama lain.
b. Fase 2: Merencanakan tugas yang akan dipelajari.
Selama fase perencanaan kelompok, siswa harus menentukan batasan/cakupan
penyelidikan mereka, mengevaluasi sumber daya yang mereka miliki, merencanakan
suatu aksi/tindakan, dan menugaskan /memberikan tanggung jawab yang berbeda
kepada setiap anggota kelompok. Pada model pembelajaran kooperatif yang lain,
perencanaan kelompok jauh lebih mudah dibanding perencanaan kelompok pada group
investigation. Bila semua anggota kelompok menyelidiki topik yang sama, tugas utama
mereka pada fase ini adalah menentukan bagaimana cara membagi informasi dasar yang
telah mereka miliki masing-masing. Jika anggota-anggota kelompok bertugas sendiri-
sendiri untuk menyelidiki sub-sub topik, maka keputusan penting pada fase perencanaan
ini adalah bagaimana mereka seharusnya berkoordinasi, dan membagi tugas siapa yang
akan bertanggungjawab terhadap informasi dasar, siapa yang mengumpulkan data, siapa
yang menganalisis, siapa yang mengkombinasikan subsub proyek menjadi suatu
keutuhan, serta siapa yang akan menulis laporan. Tugas-tugas demikian tentu amat rumit
dan tidak dapat dibagi secara tegas.
c. Fase 3: Melaksanakan Investigasi
Kelompok-kelompok yang telah terorganisasi dengan baik pada fase 2, dan topik
yang telah diidentifikasi pada fase 1, serta telah mempunyai rencana pemecahan masalah
selanjutnya siap memasuki fase 3. Pada fase ini setiap kelompok akan
mengimplementasikan penyelidikan/inkuiri. Biasanya fase 3 ini memerlukan waktu
lebih panjang dari fase lainnya. Setiap kelompok memerlukan banyak waktu untuk
mendesain prosedur pengambilan data, mengambil data, menganalisis, dan
mengevaluasi data, dan mengambil kesimpulan. Menjaga agar setiap kelompok dan
anggota-anggotanya bekerja secara efektif dan produktif, dapat saja sulit dilakukan
karena kadang-kadang setiap sub-proyek/proyek penyelidikan berbeda kebutuhan
waktunya. Laporan-laporan kemajuan setiap kelompok terhadap sub proyek/proyek
penyelidikan mereka sangat penting pada fase iniagar guru dapat mengkoordinasikan
usaha-usaha setiap kelompok dalam memecahkan masalah melalui penyelidikan mereka
masing-masing.
d. Fase 4: Menyiapkan laporan hasil
Saat siswa mengumpulkan informasi, maka informasi tersebut perlu dianalisis dan
dievaluasi. Guru dapat membantu proses ini dengan beberapa cara. Salah satunya adalah
dengan secara kontinyu memfokuskan perhatian setiap kelompok pada pertanyaan atau
masalah yang sedang diselidiki. Pada penyelidikan-penyelidikan yang panjang, siswa
dapat saja kehilangan arah terhadap fokus pembelajaran/studi mereka. Cara lain untuk
membantu siswa adalah dengan membantu mereka menganalisis hasil dengan meminta
mereka agar selalu membagi penemuanpenemuan mereka terhadap anggota-anggota
kelompoknya. Atau, guru dapat pula meminta siswa bereksperimen dengan berbagai
cara dalam memberikan display data, bentuk diagram, dan tabeltabel, sehingga setiap
anggota dapat memahami hubungan antar data yang telah mereka kumpulkan.
e. Fase 5: Mempresentasikan laporan akhir
Pada fase kelima ini Peserta didik mempresentasikan hasil kerjanya. Kelompok lain
tetap mengikuti. Maksudnya ada dua tujuan yang harus dilakukan. Pertama adalah
mendesiminasikan informasi; yang kedua mengajarkan kepada siswa bagaimana
mempresentasikan informasi dengan jelas dan dengan cara yang menarik. Format fase
terakhir ini dapat sangat bervariasi, misalnya: presentasi untuk seluruh kelas; presentasi
untuk sebagian kelas saja; presentasi dalam bentuk poster; demonstrasi; presentasi
melalui rekaman video; atau satasiun pusat belajar. Tugas siswa pada fase kelima ini
amat bergantung pada jenis informasi itu sendiri, jenis audiens, dan pembuatan
presentasi informasi secara menarik. Tugas-tugas pada fase kelima ini sangat berguna
bagi hidup mereka kelak ketika terjun langsung ke masyarakat, dan sering tidak
dipelajari pada kelas-kelas konvensional/tradisional.
f. Fase 6: Evaluasi
Evaluasi mencakup seluruh topik yang telah diselidiki dan dipresentasikan.
D. Implementasi Group Investigation
Implementasi dalam group investigation bisa dilakukan dengan Alat
peraga.Dimana dalam mengajar memegang peranan penting sebagai alat bantu untuk
menciptakan proses belajar mengajar yang efektif. Dalam pencapaian tujuan tersebut, alat
peraga pemegang peranan yang penting sebab dengan adanya alat peraga ini bahan dapat
dengan mudah dipahami oleh siswa.Dengan adanya model pembelajaran Group
Investigation (GI) berbantuan alat peraga yang memiliki 6 langkah pelaksanaan yaitu
memilih topik, perencanaan kooperatif, implementasi, analisis dan sintesis, presentasi hasil
akhir, evaluasi akan meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematika peserta
didik dengan pemberian tugas-tugas baik secara lisan maupun tulisan berupa kegiatan
kelompok penyelidikan yang aktif. Kemudian untuk sebagai contoh dari alat praga tersebut
bisa dilakukan dengan bantuan seperti neraca bilangan,papan berpaku (geoboard),jam
sudut,kerangka bangun ruang dan lain-lain.
Kemudian perlu diketahui alat peraga dalam pembelajaran adalah segala benda
yang dirancang sedemikian rupa dan sengaja dipersiapkan untuk digunakan sebagai media
dalam pembelajaran dengan maksud agar materi pelajaran yang disampaikan guru dapat
dengan mudah dimengerti oleh siswa.Menurut Ali (dalam Rostina, 2014) Alat peraga
adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyatakan pesan merangsang pikiran,
perasaan dan perhatian dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong proses
belajar.
E. Prinsip – Prinsip GI
Adapun prinsip-prinsip dalam pembelajaran group investigation, antara
lain:
a. Menguasai kemampuan kelompok
Kesuksesan implementasi dari group investigation sebelumnya menuntut pelatihan
dalam kemampuan komunikasi dan sosial.
b. Perencanaan kooperatif
Anggota kelompok mengambil bagian daam merencanakan berbagai dimensi dan
tuntutan dari proyek mereka. Bersama mereka menentukan apa yang mereka
ingin investigasikan sehubungan dengan upaya mereka menyelesaikan masalah
yang mereka hadapi, sumber apa yang mereka butuhkan, siapa melakukan apa,
dan bagaimana mereka akan menampilkan proyek mereka yang sudah selesai di
hadapan kelas.
c. Peran guru
Di dalam kelas yang melaksanakan proyek group investigation, guru bertindak
sebagai narasumber dan fasilitator. Guru tersebut berkeliling di antara
kelompokkelompok yang ada, untuk melihat bahwa mereka bisa mengelola tugasnya,
dan membantu tiap kesulitan yang mereka hadapi dalam interaksi kelompok, termasuk
masalah dalam kinerja terhadap tugas-tugas khusus yang berkaitan dengan proyek
pembelajaran.
F. Kelebihan dan Kekuragan GI
Dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe GI (Group Investigation)
pada mata pelajaran matematika, siswa tidak hanya mengharapkan penjelasan dari guru,
melainkan aktif mulai dari menemukan masalah sampai pada tahapan memecahkan
masalah secara berkelompok. Melalui keterlibatan siswa secara langsung dalam kegiatan
belajar mengajar diharapkan akan lebih menyenangkan siswa dan siswa akan lebih mudah
menguasai konsep-konsep dalam pelajaran matematika yang diajarkan sehingga penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe GI (Group Investigation) diharapkan dapat
meningkatkan kemampuan investigasi matematika.
Model pembelajaran kooperatif tipe GI sering dipandang sebagai model
pembelajaran kooperatif yang paling kompleks dan paling sulit untuk dilaksanakan dalam
pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif tipe GI ini melibatkan peserta didik sejak
perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui
investigasi. Model pembelajaran ini menuntut para peserta didik untuk memiliki
kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok
(group process skills).
Menurut Maesaroh (2005), model pembelajaran kooperatif Group Investigation
(GI) memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan yaitu sebagai berikut: Kelebihan Group
Investigation (GI) :
1. Pembelajaran berpusat pada peserta didik, sehingga peserta didik berperan aktif.
2. Pembelajaran yang dilakukan membuat suasana saling bekerjasama dan berinteraksi
antar peserta didik dalam kelompok tanpa memandang latar belakang, setiap peserta
didik dalam kelompok memadukan berbagai ide dan pendapat, saling berdiskusi dan
beragumentasi dalam memahami suatu pokok bahasan serta memecahkan suatu
permasalahan yang dihadapi kelompok.
3. Peserta didik dilatih untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi.
4. Melatih peserta didik untuk menumbuhkan kemampuan berpikir mandiri.
5. Dapat membangkitkan semangat peserta didik untuk memiliki keberanian dalam
mengemukakan pendapat dan berbagi informasi dengan teman lainnya dalam
membahas materi pembelajaran.
Sedangkan kekurangan Group Investigation (GI) adalah sebagai berikut:
1. Saat berdiskusi, cenderung didominasi oleh seseorang, sehingga mengakibatkan peserta
didik yang lain menjadi pasif.
2. Membutuhkan keaktifan anggota kelompok dalam melakukan penyelidikan atau
investigasi
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, A, M. (2014). EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROU


INVESTIGATION TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN INVESTIGASI
MATEMATIKA SISWA. Beta. Vol. 7 No. 1
Ayuwanti, I. (2016). MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA
MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP
INVESTIGATION DI SMK TUMA’NINAH YASIN METRO. Jurnal SAP Vol. 1 No. 2
Aunurrahman. (2009) Belajar dan Pembelajaran. Alfabeta: Jakarta. Hlm. 153.
Ella Pranata. 2016. Implementasi Model Pembelajaran Group Investigation (GI) Berbantuan
Alat Peraga untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika. Jurnal
Pendidikan Matematika Indonesia.Vol. 1 No. 1. Halaman 34-38

Indri Aprilia. 2015.PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP


INVESTIGATION (GI) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DALAM
PEMBELAJARAN BIOLOGI PADA MATERI EKOSISTEM DI KELAS VII\
SEMESTER II MTSN 1 PALANGKA RAYA TAHUN PELAJARAN 2014/2015.Jurnal
EduSains.Vol. 3 No. 2.Halaman 141-147
Prastika Pramudia. Maskun .Wakidi. 2016 . MODEL PEMBELAJARAN GROUP
INVESTIGATION DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH MA DARUL A’MAL
METRO. 21(3): 256-259. Uliya Nuhlal. 2014 Maret 21. PENINGKATAN PEMAHAMAN
KONSEP MATEMATIKA MATERI BANGUN DATAR DENGAN PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION DENGAN PENDEKATAN
SAINTIFIK DI SD. Kompas.Tunas Bangsa: 55-59
Winataputra, Udin, S. 2001. Model-model Pembelajaran Inovatif. Jakarta Pusat: Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Anda mungkin juga menyukai