Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH AGAMA BUDDHISME

Sejarah Kelahiran Sidharta Gautama

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 2

Abdi prayudha nurba (30500118041)

Gifa maya fitriani (30500118042)

Muhammad rafli (30500118043)

Khaerunnisa bakhtiar (30500118044)

Muhammad nur ikhsan (30500118045)

Andi muh. rafli alazizu (30500118046)

PRODI STUDI AGAMA-AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN FILSAFAT DAN POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kehadirat ALLAH SWT, yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya kepada kita semua, sehingga saya dapat menyelesaikan Tugas pada mata
kuliah Sejarah Asia Selatan , dan tidak lupa kami ucapkan shalawat beriringan salam kepada
Nabi MUHAMMAD SAW.

Saya ucapkan terima kasih kepada Dosen Prof. Dr. Hj. Syamsudduha Saleh, M.Ag
selaku dosen matakuliah Buddhisme serta kepada pihak pihak yang telah membantu
saya dalam menyelesaikan tugas ini

Saya menyadari dalam penyusunan makalah ini masih terdapat kesalahan, untuk itu,
kritik dan saran dari pembaca saya harapkan. Demi kesempurnaan di masa mendatang.

Gowa, 28 September 2020

Kelompok 2
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Agama Buddha adalah sebuah agama dan filsafat yang berasal dari anak benua India
dan meliputi beragam tradisi kepercayaan, dan praktik yang sebagian besar berdasarkan pada
ajaran yang dikaitkan dengan Siddhartha Gautama, yang secara umum dikenal sebagai Sang
Buddha (berarti “yang telah sadar” dalam bahasa Sanskerta dan Pali). Siddhartha Gautama
adalah anak lelaki seorang raja yang berkuasa di Kapilawastu, sebuah kota di timur laut
India, dekat perbatasan Nepal. Ia hidup dalam lingkungan kerajaan yang serba mewah,
namun ia merasa tidak nyaman karena banyak rakyat miskin yang terlantar. Pada usia 29
tahun Gautama memutuskan dirinya harus meninggalkan kehidupan yang dijalaninya saat itu
dan mengabdi sepenuhnya pada pencarian kebenaran. Dia pergi keluar istana dan menjadi
seorang pengembara papa. Untuk beberapa waktu ia belar kepada orang suci zaman itu, ia
juga mengikuti ajaran asketisisme, ia melakukan puasa-puasa berat selama bertahun-tahun.
Namun, akhirnya ia sadar bahwa penyiksaan terhadap tbuh hanya mengaburkan
pemikirannya. Dan ia meninggalkan ajaran ini serta kembali melakkan pengembaraannya.
Dalam kesendirian dia bergumul dengan masalah-masalah yang tak ia bisa pecahkan.
Akhirnya, pada, pada suatu malam, ketika duduk di bawah pohon ara raksaa, ia mendapatkan
pencerahan. Dan ia berhasil menemukan pemecahan masalah yang ia hadapi, sekarang
gautama telah menjadi seorang Buddha, seseorang “yang tercerahkan”.

Sidharta Gautama sebagai pendiri agama budha, merupakan kunci utama


perkembangan agama Budha. Dalam penulisan makalah ini penulis akan mendalami tentang
perjalanan hidup Sidharta Gautama. Mulai dari kelahiaran sampai Sidharta gautama mangkat.

B. Rumusan Masalah

Berangkat dari latar belakang diatas, dapat diambil rumusan masalah seabgai berikut.

1. Kelahiran Sidharta Gautama


2. Masa muda Sidharta Gautama
BAB II

PEMBAHASAN

A. KELAHIRAN SIDHARTA GAUTAMA

Mulai abad ke enam hingga abad ke 2SM, Keadaan India dapat dikatakan kacau.
Pada zaman itu terjadi krisis politik dengan masuknya bangsa-bangsa asing ke India, hingga
keamanan terganggu, misalnya penaklukan dari Persia pada awal abad ke enam SM oleh raja
Darius I dari Persia yang memasuki bagian Barat India dan menjadikannya salah satu bagian
dari propinsi Persia. Pada masa tersebut muncul pengelompokan strata masyakat yang disebut
dengan kasta. Kasta tersebut telah membuat jurang pemisah antara masyarakat dalam bentuk
perbedaaan tingkatan manusia. Kasta tersebut adalah Kasta Brahmana (para imam), kasta
ksatria (yang memerintah), kasta waisya (para pekerja), dan kasta sudra (rakyat jelata,
hamba).

Pangeran Siddharta dilahirkan pada tahun 563 SM di Taman Lumbini, saat Ratu
Maha Maya berdiri memegang dahan pohon sal. Pada saat ia lahir, dua arus kecil jatuh dari
langit, yang satu dingin sedangkan yang lainnya hangat. Arus tersebut membasuh tubuh
Siddhartha. Siddhartha lahir dalam keadaan bersih tanpa noda, berdiri tegak dan langsung
dapat melangkah ke arah utara, dan tempat yang dipijakinya ditumbuhi bunga teratai.

Oleh para pertapa di bawah pimpinan Asita Kaladewala, diramalkan bahwa Sang
Pangeran kelak akan menjadi seorang Chakrawartin (Maharaja Dunia) atau akan menjadi
seorang Buddha. Hanya pertapa Kondañña yang dengan tegas meramalkan bahwa Sang
Pangeran kelak akan menjadi Buddha. Mendengar ramalan tersebut Sri Baginda menjadi
cemas, karena apabila Sang Pangeran menjadi Buddha, tidak ada yang akan mewarisi tahta
kerajaannya. Oleh pertanyaan Sang Raja, para pertapa itu menjelaskan agar Sang Pangeran
jangan sampai melihat empat macam peristiwa. Bila tidak, ia akan menjadi pertapa dan
menjadi Buddha. Empat macam peristiwa itu adalah:

1. Orang tua,

2. Orang sakit,
3. Orang mati,

4. Seorang pertapa.

B. Masa dewasa Sidharta Gautama

Sidharta Gautama hidup dalam istana dengan segala kemewahan yang ada. Dia
hidup dengan semua kemewahan yang ada di dalam istana tanpa bisa kemana-mana. Karena
ayahnya Raja Sudhonada, tidak ingin anaknya melihat hal yang diramalkan oleh pertapa
Asita, yaitu: orang tua, orang sakit, orang mati, Seorang bikhuni/pertapa.

Pada suatu ketika, Sidharta Gautama ingin pergi ke taman lumbini di kapilavathu,
sang raja Sudhonada segera mempersiapkan segalanya, raja menyiapkan keberangkatan
anaknya sedemikian rupa supaya tidak melihat 4 macam peristiwa yang di sampaikan oleh
Asita. Dan semuanya pun berjalan dengan lancar, Sidharta Gautama hanya melihat khalayak
ramai yang berteriak-teriak gembira menyambut dirinya.

Namun, Pada suatu hari, ketika Siddhartha dalam perjalanan ke Taman, ia melihat
sebuah pondok buruk, di mana seorang tua sedang berjalan keluar. Orang tua itu berumur
kira-kira 80 tahun atau lebih. Dia kelihatan lemah dan berjalan dengan menggunakan
tongkat. Dia berjalan terhuyung- hayang di tepi jalan. Siddhartha mendapati orang itu
mempunyai rambut yanq sedikit dan hampir botak. Dia berambut putih, matanya kabur
seperti buta, kulitnya berkedut seperti kulit kayu, giginya tidak ada lagi dan badannya kurus
seperti lidi.

Setelah melihat keadaan orang tua itu, Siddhartha menanyakan kepada Channa,
pemandunya, "Siapa orang ini? Apa yang berlaku ke atas rambutnya, kulitnya, tulang dan
giginya?" "Orang itu ialah orang tua. Dia sudah hidup lama. Semasa muda, dia seperti kita."
Jawab Channa. "Adakah setiap orang akan menjadi tua seperti dia? Tidakkah ada cara untuk
mengelakkannya daripada berlaku?" tanya Siddhartha lagi. “Tuanku, semua orang akan
menjadi tua apabila sudah lama hidup. Tidak ada orang yang boleh mengelak daripada
menjadi tua.” Jawab Channa. Setelah mendenganr kata-kata Channa itu, Siddhartha merasa
sangat dukacita dan mengajak Chnna pulang ke istana dan tidak terus ke taman.

Siddhartha pergi ke Taman pada kali kedua, kali ini baginda melalui bandar
Kapilavathu juga, tetapi keadaan bandar tidak seperti dahulu lagi. Orang-orang di Bandar itu
sibuk menjalankan kerja masing- masing. Di tepi jalan, putera Siddhartha ternampak seorang
lelaki yang sedang sakit. Dia sangat lemah dan dalam kesakitan. Badannya sangat kotor dan
berbau kerana dia muntah-muntah. Ada beberapa orang cuba mengusungnya, dan
beberapa orang pula mencoba meletakkannya di atas katil. Siddhartha bertanya kepada
Channa, "Mengapa dengan orang itu? Mengapa suaranya tidak seperti kita?" "Orang itu sakit
dan lemah." jawab Channa. Siddhartha bertanya lagi, "Mengapa dia sakit? Adakah cara untuk
mengelakkannya? Adakah setiap orang akan sakit? Adakah aku akan jatuh sakit juga?"
"Tuanku, setiap orang pasti jatuh sakit, termasuk tuanku. la tidak bisa dielakkan. Sakit bisa
menyebabkan seseorang itu mati." kata Channa. Setelah mendengar penerangan itu, Putera
Siddhartha mengajak Channa pulang saja ke istana tanpa meneruskan perjalanan ke Taman.
Siddhartha pulang dengan hati yang sedih dan muram.

Pada kali ketiga lawatan Siddhartha ke taman di Kapilavathu bersama Channa,


Siddhartha ternampak beberapa orang sedang mengusung seseorang yang terbaring dan
beberapa orang lagi mengikutinya sambil menangis. Tidak jauh dari tempat itu Siddhartha
melihat beberapa orang sedang menimbunkan kayu. Sesudah itu, mereka meletakkan usungan
itu di atas timbunan kayukayu tadi. Salah seorang daripada mereka menyalakan api.

"Channa, siapakah orang itu? Mrngapakah dia membiarkan orang lain


membakarnya?" tanya putera raja. "Dia sudah mati tidak tahu apa-apa lagi." jawab Channa.
"Mati? Ini dikatakan mati? Apakah setiap orang akan mati. Bisakah kita mengelak supaya
tidak mati? Apakah aku juga akan mati?" tanya Siddhartha lagi. "Ya, Tuanku! Setiap orang
akan mati. Tidak bisa dielakkan. Tuanku pun akan mangkat pada suatu hari nanti." Kata
Channa. Setelah mendengar kata-kata Channa, putera raja sangat terkejut dan tidak
terkata apa- apa lagi. Putera Siddhartha menganggapkan kematian adalah satu kejadian yang
menakutkan dan mengapa tidak ada orang yang bisa mengelak daripada mati. Putera raja
sangat susah hati dan terus pulang ke istana.

Setelah terlihat orang tua,orang sakit dan orang mati, kini Putera Siddhartha terlihat
pula seorang bhikkhu semasa kali keempat baginda ke bandar. Orang yang dilihat kali ini
ialah seorangyang memakal jubah berwarna oren, tidak berambut dan dalam keadaan yang
tenang dan gembira.Orang ini tidak kelihatan tua dan sakit. Putera raja melihatnya dengan
penuh kehairanan lalu bertanya kepada Channa."Siapakahdia? Di mana dia tinggal? Apa
kerjanya? Mengapa dia tidak bsrambut “Tuanku, dia adalah seorang bhikkhu, iaitu orang
yang telah meninggalkan keluarganyauntuk menjalani hidup sebagai orang alim. Dia tingqal
di kuil. Dia pergi dari rumah ke rumahuntuk mendapatkan. makanan. Dia sentiasa
menasihatkan orang lain untuk berbuat baik danmenunjukkan cara-cara untuk hidup
bahagia." jawab Channa. "Seorang bhikkhu sentiasa tenteram. Dia sentiasa melakukan
perkara yang baik. Dia tidamenyakiti orang lain serta baik hati kepada semua mahkluk."
jawab Channa lagi. Setelah mendengar kata-kata Channa, putera raja merasa sangat sukahati.
Orang yangdilihat kali ini tidak seperti sebelumnya. Baginda ingin menjadi seperti orang ini,
kerana hidupnyagembira dan aman, tidak seperti 3 orang yang dilihatnya terdahulu itu. Putera
Siddhartha inginmenjadi bhikkhu. Baginda pulang dengan hati yang gembira.

Setelah melihat 4 peristiwa tersebut, Sidharta Gautama mulai merenungi peristiwa


tersebut. Dan ia bertekad akan menjadi seorang bikhuni. Setelah kelahiran putranya ia merasa
terbebani, antara menjadi bikhuni atau orang tua. Kemudian di membulatkan tekaad, dan
meninggalkan anak dan isterinya serta seluruh kemewahan yang ada di istana dan menjadi
bikhuni serta mulai melakukan pengembaraan.

C. Keluar dari istana dan melakukan pengembaraan

Setelah terkesan akan fakta derita, sengsara, Gautama merenungkan fakta ini, dan
memusatkan perhatian pada penemuan jalan untuk mengakhiri semua wujud penderitaan.
Oleh karena itu gautama mulai melakukan pengembaraannya menjadi seorang bikhuni.
Dalam perjalanan Gautama banyak belajar tentang konsep-konsep moral dan kebijaksanaan.
dua orang yang menjadi gurunya yaitu : alara kalama dan uddaka ramaputta.

Setelah bertahun-tahun menjalani disiplin dan melakukan ikhtiar-ikhtiar termasuk


penghayatan matiraga-matiraga berat, Gautama menemukan pemecahan masalahnya yaitu
antara lain :

a. Bukan dalam pemutlakan pemenuhan diri akan kenikmatan sebanyak mungkin


b. Bukan pula dalam matiraga yang berlebihan, manusia menemukan tuntunan dalam
mengatasi derita.

Maka yang diambil gauta adalah jalan tengah di antara 2 pandangan ini,yakni
disiplin diri dan kemurnian diri, memusat pada ikhtiar untuk menemukan sebab-sebab
penderitaan.
D. PENCERAHAN MENJADI SEORANG BUDHA DAN WAFATNYA

Pada hari bulan purnama, dalam bulan Mei (Hari Waisak) genaplah usia Gautama 35
tahun. Pada hari kelahiran Gautama inilah ia mencapai Pencerahan Sempurna, di bawah
pohon BODHI. Akhirnya melalui samadhi, Gautama dapat melihat kehidupanNya yang
lampau. Bodhisatta/ Gautama juga dapat melihat bagaimana sesuatu makhluk itu mati dan
wujud semula. Akhirnya, Bodhisatta mengetahui bagaimana caranya untuk mengatasi usia
tua, sakit dan mati. Bodhisatta juga mengetahui sebab berlakunya tua, sakit dan mati. Dari
saat itulah Bodhisatta menjadi BUDDHA (PENCERAHAN SEMPURNA).

Gautama menghabiskan masa selama satu tahun menuntut dengan guru-guru yang
bijaksana dan enam tahun menyeksa diri. Akhirnya Bodhisatta dapat menemui jalan
bagaimana hendak mengelakkan daripada 3 perkara laitu usia tua, sakit dan kematian. Beliau
memperoleh Pencerahan Sempurna melalui ketekunan usahaNya dan perbuatan-perbuatan
baikNya. Kita semua boleh menjadi Buddha jika kita tekun dan berusaha seperti
Siddhartha.

Tahun 483 SM Buddha Gautama wafat di Kusinara. Buddha gautama meninggal


bersamaan dengan hari kelahirannya.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Buddha merupakan sebuah sebutan atau gelar yang diberikankepada seseorang yang
telah mencapai Pencerahan (Enlightenment). Buddha sendiri tidak hanya satu. Namun secara
historis pada zaman ini hanya dikenal satu Buddha yaitu Buddha Gautama. Buddha Gautama
hidup di bagian utara India sekitar abad ke-6 SM. Nama pribadinya adalah Siddhartha
sedangkan Gautama adalah nama keluarganya.

Anda mungkin juga menyukai