Anda di halaman 1dari 25

Mahatma Gandhi

Mohandas Karamchand Gandhi

Mohandas Karamchand Gandhi, Difoto tahun 1930an

Lahir Meninggal

2 Oktober 1869 Porbandar, Kathiawar Agency, British India 30 Januari 1948 (umur 78) New Delhi, Union of India University College London Gerakan Kemerdekaan India Kongres Nasional India Hinduisme Kasturba Gandhi Harilal Manilal Ramdas Devdas Tanda tangan

Kewarganegaraan India Pendidikan Dikenal karena Partai Politik Agama Pasangan Anak

Mohandas Karamchand Gandhi (lahir di Porbandar, Gujarat, India, 2 Oktober 1869 meninggal di New Delhi, India, 30 Januari 1948 pada umur 78 tahun) (aksara Devanagari:

) juga dipanggil Mahatma Gandhi (bahasa Sansekerta: "jiwa agung") adalah seorang pemimpin spiritual dan politikus dari India. Pada masa kehidupan Gandhi, banyak negara yang merupakan koloni Britania Raya. Penduduk di koloni-koloni tersebut mendambakan kemerdekaan agar dapat memerintah negaranya sendiri. Gandhi adalah salah seorang yang paling penting yang terlibat dalam Gerakan Kemerdekaan India. Dia adalah aktivis yang tidak menggunakan kekerasan, yang mengusung gerakan kemerdekaan melalui aksi demonstrasi damai.

Biografi
Gandhi lahir pada 2 Oktober 1869 di negara bagian Gujarat di India. Beberapa dari anggota keluarganya bekerja pada pihak pemerintah. Saat remaja, Gandhi pindah ke Inggris untuk mempelajari hukum. Setelah dia menjadi pengacara, dia pergi ke Afrika Selatan, sebuah koloni Inggris, di mana dia mengalami diskriminasi ras yang dinamakan apartheid. Dia kemudian memutuskan untuk menjadi seorang aktivis politik agar dapat mengubah hukumhukum yang diskriminatif tersebut. Gandhi pun membentuk sebuah gerakan non-kekerasan. Ketika kembali ke India, dia membantu dalam proses kemerdekaan India dari jajahan Inggris; hal ini memberikan inspirasi bagi rakyat di koloni-koloni lainnya agar berjuang mendapatkan kemerdekaannya dan memecah Kemaharajaan Britania untuk kemudian membentuk Persemakmuran. Rakyat dari agama dan suku yang berbeda yang hidup di India kala itu yakin bahwa India perlu dipecah menjadi beberapa negara agar kelompok yang berbeda dapat mempunyai negara mereka sendiri. Banyak yang ingin agar para pemeluk agama Hindu dan Islam mempunyai negara sendiri. Gandhi adalah seorang Hindu namun dia menyukai pemikiranpemikiran dari agama-agama lain termasuk Islam dan Kristen. Dia percaya bahwa manusia dari segala agama harus mempunyai hak yang sama dan hidup bersama secara damai di dalam satu negara. Pada 1947, India menjadi merdeka dan pecah menjadi dua negara, India dan Pakistan. Hal ini tidak disetujui Gandhi. Prinsip Gandhi, satyagraha, sering diterjemahkan sebagai "jalan yang benar" atau "jalan menuju kebenaran", telah menginspirasi berbagai generasi aktivis-aktivis demokrasi dan antirasisme seperti Martin Luther King, Jr. dan Nelson Mandela. Gandhi sering mengatakan kalau nilai-nilai ajarannya sangat sederhana, yang berdasarkan kepercayaan Hindu tradisional: kebenaran (satya), dan non-kekerasan (ahimsa). Pada 30 Januari 1948, Gandhi dibunuh seorang lelaki Hindu yang marah kepada Gandhi karena ia terlalu memihak kepada Muslim.

[sunting] Warisan ajaran Gandhi di Indonesia

Selain tokoh-tokoh perjuangan anti kekerasan, keadilan dan perdamaian di tingkat dunia, di Indonesia pun ajaran Gandhi menemukan lahan yang subur. Ibu Gedong Bagoes Oka, misalnya, menemukan inspirasi perjuangannya di dalam ajaran Gandhi. Ia mendirikan Ashram Gandhi di Candi Dasa, Bali sebagai pusat pendidikan dan pengamalan ajaran-ajaran Gandhi tersebut.

Lain-lain

Petung Mahatma Gandhi (Jzef Gosawski, 1932) Gandhi tidak pernah menerima Penghargaan Perdamaian Nobel, meski dia dinominasikan lima kali antara 1937 dan 1948. Beberapa dekade kemudian, hal ini disesali secara umum oleh pihak Komite Nobel. Ketika Dalai Lama dianugerahi Penghargaan Nobel pada 1989, ketua umum Komite mengatakan bahwa ini merupakan "sebuah bentuk mengenang Mahatma Gandhi". Museum elektronik Nobel mempunyai artikel mengenai hal tersebut. [1] Sepanjang hidupnya, aktivitas Gandhi telah menarik berbagai komentar dan opini. Misalnya, sebagai penduduk Kerajaan Britania, Winston Churchill pernah berkata "Menyedihkan...melihat Mr. Gandhi, seorang pengacara Kuil Tengah yang menghasut, sekarang tampil sebagai seorang fakir yang tipenya umum di Timur, menaiki tangga Istana Viceregal dengan badan setengah-telanjang." Begitu juga dengan Albert Einstein yang berkomentar berikut mengenai Gandhi: "(Mungkin) para generasi berikut akan sulit mempercayai bahwa ada orang seperti ini yang pernah hidup di dunia ini." Karya Mahatma Gandhi tidak terlupakan oleh generasi berikutnya. Cucunya, Arun Gandhi dan Rajmohan Gandhi dan bahkan anak cucunya, Tushar Gandhi, adalah aktivis-aktivis sosio-politik yang terlibat dalam mempromosikan non-kekerasan di seluruh dunia. Kata kebajikan yang dikenang Mahatma Gandhi:

Cinta tidak pernah meminta, ia sentiasa memberi, cinta membawa penderitaan, tetapi tidak pernah berdendam, tak pernah membalas dendam. Di mana ada cinta di situ ada kehidupan; manakala kebencian membawa kepada kemusnahan. Jadilah kamu manusia yang pada kelahiranmu semua orang tertawa bahagia, tetapi hanya kamu sendiri yang menangis dan pada kematianmu semua orang menangis sedih, tetapi hanya kamu sendiri yang tersenyum.

Pranala luar

(Inggris) Yayasan GandhiServe/The GandhiServe Foundation Mahatma Gandhi Research and Media Service (Inggris) 100 foto Mahatma Gandhi terbaik (Inggris) Arsip elektronik resmi & Pusat Referensi Mahatma Gandhi (Inggris) Mahatma Gandhi dan keluarga Corea Family dari Chilaw Kunjungan Mahatma Gandhi ke Ceylon (Sri Lanka) pada 1927 (Inggris) mkgandhi.org (Inggris) Mani Bhavan Gandhi Sangrahalaya Gandhi Museum & Library Mani Bhavan adalah tempat Gandhi tinggal kapanpun dia berada di Mumbai antara 1917 and 1934. Dari sinilah Gandhi memulai gerakan Pengingkaran Sipil, Swadeshi, Khadi dan Khilafat nya. (Inggris) Yayasan Gandhi/The Gandhi Foundation (Inggris) Mitos dan Legenda mengenai Gandhi

Siddharta Gautama Pendiri Agama Buddha


11 Oct, 2008 Tokoh Dunia

Gautama Buddha nama aslinya Siddhartha pengasas Agama Buddha, salah satu dari agama terbesar di dunia. Merupakan Putra raja Kapilavastu, timur laut India yang bersempadan dengan Nepal. Siddhartha sendiri (marga Gautama dari suku Sakya) konon lahir di Lumbini yang kini termasuk wilayah negara Nepal. Kawin pada umur enam belas tahun dengan sepupunya yang sebaya. Dibesarkan di dalam istana mewah. Siddhartha tak suka dengan hidupnya yang mewah dan berasa tidak puas hati dengan keadaannya. Dari jendela istana yang gemerlapan dia menjenguk ke luar dan melihat orang-orang miskin, tidak cukup makan, atau tidak mampu makan sama sekali. Hari demi hari mengejar dia mengejar keperluan hidup yang sukar untuk dicapai. Sering merasa tak puas, waswas, gelisah, kecewa dan murung karena dihantui pelbagai penyakit yang setiap waktu menyeretnya ke kubur. Siddhartha berpikir, keadaan ini mesti diubah. Mesti wujud makna hidup dalam erti kata yang sesungguhnya, dan bukan sekedar kesenangan yang bersifat sementara yang senantiasa dibayangi dengan penderitaan dan kematian. Tatkala berumur dua puluh sembilan tahun, sesudah kelahiran putera pertamanya, Gautama mengambil keputusan dia mesti meninggalkan kehidupan istananya dan mengharnbakan diri untuk mencari kebenaran sejati. Beliau meninggalkan istana tanpa membawa anak-isteri, barang dan harta. langkah pertama, untuk sementara waktu, dia menuntut ilmu dari orangorang bijak yang ada saat itu dan sesudah merasa cukup memahami ilmu pengetahuan, dia sampai pada tingkat kesimpulan pemecahan masalah ketidakpuasan manusia. Umum beranggapan, bertapa itu jalan menuju kearifan sejati. Atas dasar anggapan itu Gautama mencuba menjadi seorang pertapa, bertahun-tahun puasa serta menahan nafsu sehebat-hebatnya. Akhirnya dia sedar berpuasa bukanlah sifat manusia normal dan berhenti bertapa. Akhirnya pada suatu malam, ketika dia sedang duduk di bawah sebuah pohon berdaun lebar dan berbuahkan semacarn bentuk buah pir yang sarat biji segala macam, maka berdatanganlah teka-teki masalah hidup seakan berjatuhan menimpanya. Semalaman suntuk Siddhartha merenung dalam-dalam dan ketika mentari merekah di ufuk timur dia tersentak dan berbarengan yakin bahwa terpecahkan sudah persoalan yang rumit dan dia pun mulai saat itu menyebut dirinya Buddha orang yang diberi penerangan. Pada saat itu umurnya mencapai tiga puluh lima tahun. Sisa umurnya yang empat puluh lima tahun dipergunakannya mengembara seluruh India bahagian utara, menyebarkan filosofi barunya di depan khalayak siapa saja yang sudi mendengarkan. Ketika dia meninggal dunia, tahun 483 sebelum Masehi, sudah ratusan ribu memeluk ajarannya. Meskipun ucapanucapannya masih belum ditulis orang tapi kata-katanya dihafal oleh banyak pengikutnya, diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Pokok ajaran Buddha dapat diringkas di dalam apa yang menurut istilah penganutnya Empat kebajikan kebenaran: i. ii. Kehidupan manusia itu pada dasarnya tidak bahagia; sebab-musabab ketidakbahagiaan ini adalah memikirkan kepentingan diri sendiri serta terbelenggu oleh nafsu;

iii.

pemikiran kepentingan diri sendiri dan nafsu dapat ditekan habis bilamana segala nafsu dan hasrat dapat ditiadakan, dalam ajaran Buddha disebut nirvana; keempat, menimbang benar, berpikir benar, berbicara benar, berbuat benar, cari nafkah benar, berusaha benar, mengingat benar, meditasi benar. Dapat ditarnbahkan Agama Buddha itu terbuka buat siapa saja, tak peduli dari ras apa pun dia, (ini yang membedakannya dengan Agama Hindu).

iv.

Beberapa saat sesudah Gautama wafat agama baru ini merambat pelan. Pada abad ke-3 sebelum Masehi, seorang kaisar India yang besar kuasa bernama Asoka menjadi pemeluk Agama Buddha. Berkat dukungannya, penyebaran Agama Buddha melesat deras, bukan saja di India tapi juga di Birma. Dari sini agarna itu menjalar ke seluruh Asia Tenggara, ke Malaysia dan Indonesia. Angin penyebaran pengaruh itu bukan cuma bertiup ke selatan melainkan juga ke utara, menerobos masuk Tibet, ke Afghanistan dan Asia Tengah. Tidak sampai situ. Dia mengambah Cina dan merenggut pengaruh yang bukan buatan besarnya dan dari sana menyeberang ke Jepang dan Korea. Sedangkan di India sendiri agama baru itu mulai menurun pengaruhnya sesudah sekitar tahun 500 Masehi malahan nyaris punah di tahun 1200. Sebaliknya di Cina dan di Jepang, Agama Buddha tetap bertahan sebagai agama pokok. Begitu pula di Tibet dan Asia Tenggara agama itu mengalami masa jayanya berabad-abad. Ajaran-ajaran Buddha tidak tertulis hingga berabad-abad sesudah wafatnya Gautama. Karena itu mudahlah dimaklumi mengapa Agama itu terpecah-pecah ke dalam pelbagai sekte. Dua cabang besar Agama Buddha adalah cabang Theravada-pengaruhnya terutama di Asia Tenggara dan menurut anggapan sebagian besar sarjana-sarjana Barat cabang inilah yang paling mendekati ajaran-ajaran Buddha yang asli-. Cabang lainnya adalah Mahayana, bobot pengaruhnya terletak di Tibet, Cina dan juga di Asia Tenggara secara umum. Buddha, selaku pendiri salah satu agama terbesar di dunia, jelas layak menduduki urutan tingkat hampir teratas dalam daftar buku ini. Karena jumlah pemeluk Agama Buddha tinggal 200 juta dibanding dengan pemeluk Agama Islam yang 500 juta banyaknya dan satu milyar pemeluk Agama Nasrani, dengan sendirinya pengaruh Buddha lebih kecil ketimbang Muhammad atau Isa. Akan tetapi, beda jumlah penganut -jika dijadikan ukuran yang keliwat ketat- bisa juga menyesatkan. Misalnya, matinya atau merosotnya Agama Buddha di India bukan merosot sembarang merosot melainkan karena Agama Hindu sudah menyerap banyak ajaran dan prinsip-prinsip Buddha ke dalam tubuhnya. Di Cina pun, sejumlah besar penduduk yang tidak lagi terang-terangan menyebut dirinya penganut Buddha dalam praktek kehidupan sehari-hari sebenarnya amat di pengaruhi oleh filosofi agama. Agama Buddha, jauh mengungguli baik Islam maupun Nasrani, punya anasir pacifis yang amat menonjol. Pandangan yang berpangkal pada tanpa kekerasan ini memainkan peranan penting dalam sejarah politik negara-negara berpenganut Buddha. Banyak orang bilang bila suatu saat kelak Isa turun kembali ke bumi dia akan melongo kaget melihat segala apa yang dilakukan orang atas namanya, dan akan cemas atas pertumpahan darah yang terjadi dalam pertentangan antar sekte yang saling berbeda pendapat yang samasama mengaku jadi pengikutnya. Begitu juga akan terjadi pada diri Buddha. Dia tak bisa

tidak akan ternganga-nganga menyaksikan begitu banyaknya sekte-sekte Agama Buddha yang bertumbuhan di mana-mana, saling berbeda satu sama lain walau semuanya mengaku pemeluk Buddha. Narnun, bagaimanapun semrawutnya sekte-sekte yang saling berbeda itu tidaklah sarnpai menimbulkan perang agama berdarah seperti terjadi di dunia Kristen Eropa. Dalam hubungan ini, paling sedikit berarti ajaran Buddha tampak jauh mendalam dihayati oleh pemeluknya ketimbang ajaran-ajaran Isa dalarn kaitan yang sama. Buddha dan Kong Hu-Cu kira-kira punya pengaruh setaraf terhadap dunia. Keduanya hidup di kurun waktu yang hampir bersamaan, dan jumlah pengikutnya pun tak jauh beda. Pilihan saya menempatkan nama Buddha lebih dulu daripada Kong Hu-Cu dalam urutan disandarkan atas dua pertimbangan: pertama, perkembangan Komunisme di Cina nyaris menyapu habis pengaruh Kong Hu -Cu, sedangkan tampaknya masa depan Buddha masih lebih banyak celah dan pengaruh ketimbang dalam Kong Hu-Cu; kedua, kegagalan ajaran Kong Hu-Cu menyebar luas ke luar batas Cina menunjukkan betapa erat taut bertautnya ajaran Kong HuCu dengan sikap dan tata cara jaman Cina lama. Sebaliknya, ajaran Buddha tak ada mengandung pernyataan ulangan atau mengunyah-ngunyah filosofi India terdahulu, dan Agama Buddha menyebar melangkah batas pekarangan negerinya -India- bersandarkan gagasan tulen Gautama serta jangkauan luas filosofinya. BUDDHA (563 SM 483 SM)

Tokugawa Ieyasu

Shogun Tokugawa Ieyasu Tokugawa Ieyasu ( ; lahir di Okazaki, 31 Januari 1543 meninggal di Shizuoka, 1 Juni 1616 pada umur 73 tahun; lahir dengan nama Matsudaira Takechiyo ) adalah seorang daimyo dan shogun di Jepang. Pendiri Keshogunan Tokugawa yang memerintah Jepang sejak menaklukkan Ishida Mitsunari dalam Pertempuran Sekigahara pada tahun 1600 hingga Restorasi Meiji pada tahun 1868. Bersama dengan Toyotomi Hideyoshi dan Oda Nobunaga, Ieyasu adalah salah satu dari tiga pemersatu Jepang pada periode

Sengoku. Ia memerintah dari tahun 1600 karena sepeninggalan Shogun Hideyoshi terjadi perebutan kekuasaan di antara para daimyo.daimyo Ieyasu akhirna berhasil merebut kekuasaan keshogunan.Perang saudara di antara para Daimyo memperubatkan kekuasaan keshoguna,terkenal dengan perang Sekighara.Ieyasu mendirikan dinasti shogun Tokugaw,Pemerintahannya dipusatkan di Edo.selama 264 tahun(1603-1868)dinasty Tokugawa berkuasa di jepang.Pemerintahanya dijalankan dengan cara diktator militer yang kejam.kekuasaany cenderung bersifat diktator militer yang kejam.kekuasaanya cenderung bersifat absolud seperti di dalam disiplin organisasi kemiliteran.

Biografi
Kehidupan Awal Ieyasu lahir di Istana Okazaki di wilayah Mikawa pada hari ke 26 bulan ke 12 dan tahun ke 11 tenbun, Kalender jepang. awalnya bernama Matsudaira Takechiyo, ia adalah anak dari Matsudaira Hirotada ( ), Daimyo Mikawa dari klan Matsudair, Ibunya bernama Odaikata (), putri seorang samurai Mizuno tadamasa. dua tahun kemudian, Odainokata di kirim kembali ke keluarganya dan tidak pernah kembali lagi. Klan Matsudaira terpecah pada tahun 1550; di satu sisi memilih mengikuti Klan Imagawa dan di sisi lain lebih memilih Klan Oda. Akibatnya, Ieyasu menghabiskan Awal Kehidupannya yang dalam bahaya karena Dampak dari perang Oda-Imagawa. perseteruan Klan matsudaira muncul akibat dari pembunuhan Kakek Ieyasu, Matsudaira Kiyoyasu. berbeda dari ayahnya yang disenangi oleh Klan Imagawa. tahun 1548, ketika Klan Oda menginvasi Mikawa, Hirotada meminta bantuan kepada Imagawa Yoshimoto, Daimyo Klan Imagawa, untuk mengusir Klan Oda dari Mikawa. Yoshimoto menyetujui untuk membantu dengan ketentuan Hirotada mengirim anaknya Takechiyo ke Sumpu sebagai sandera, Hirotada setuju. Oda Nobuhide, pemimpin Klan Oda, mempelajari tentang perjanjian ini dan menculik ieyasu dari Rombangan dalam perjalanannya ke Sumpu. saat itu Ieyasu baru berumur enam tahun. Nobuhide mengancam akan mengeksekusi Takechiyo/Ieyasu kecuali ayahnya memutuskan semua hubungan dengan klan Imagawa. Hirotada menjawab apabila mengkorbankan anaknya akan terjadi masalah serius dengan klan Imagawa. meskipun menolak, Nobuhide memilih untuk tidak membunuh Takechiyo melainkan menahannya selama tiga tahun di kuil manshoji, Nagoya. pada tahun 1549, ketika Takechiyo berumur tujuh tahun, ayahnya, Hirotada meninggal dunia. pada waktu yang hampir sama, Oda Nobuhide meninggal dunia karena wabah. kematiannya menjadi Pukulan berat bagi klan Oda. tentara di bawah Komando Imagawa, Sessai Taigen mengepung benteng yang menjadi tempat tinggal Daimyo baru Klan Oda, Oda Nobuhiro. dengan benteng yang akan jatuh, Sessai menawarkan pengepungan apabila Klan Oda tidak mau menyerah atau menyerahkan Takechiyo diambil sebagai sandera dan dibawa ke sumpu. disini ia mendapatkan kehidupan yang cukup baik sebagai sandera dan sekutu Imagawa yang berpotensi di masa depan.

Keshogunan Tokugawa
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Belum Diperiksa

Lambang keluarga (kamon) klan Tokugawa

Keshogunan Tokugawa ( Tokugawa bakufu?, 16031868) atau Keshogunan Edo (Edo bakufu) adalah pemerintahan diktator militer feodalisme di Jepang yang didirikan oleh Tokugawa Ieyasu dan secara turun temurun dipimpin oleh shogun keluarga Tokugawa. Dalam periode historis Jepang, masa pemerintahan Keshogunan Tokugawa disebut zaman Edo, karena ibu kota terletak di Edo yang sekarang disebut Tokyo. Keshogunan Tokugawa memerintah dari Istana Edo hingga Restorasi Meiji. Keshogunan Tokugawa adalah pemerintahan diktator militer ketiga dan terakhir di Jepang setelah Keshogunan Kamakura dan Keshogunan Muromachi. Keshogunan Tokugawa dimulai pada tanggal 24 Maret 1603 dengan pengangkatan Tokugawa Ieyasu sebagai Sei-i Taishgun dan berakhir ketika Tokugawa Yoshinobu mengembalikan kekuasaan ke tangan kaisar (Taisei Hkan) pada 9 November 1867. Pemerintahan keshogunan Tokugawa selama 264 tahun disebut sebagai zaman Edo atau zaman Tokugawa. Periode terakhir Keshogunan Tokugawa yang diwarnai dengan maraknya gerakan untuk menggulingkan keshogunan Tokugawa dikenal dengan sebutan Bakumatsu. Oda Nobunaga dan penerusnya Toyotomi Hideyoshi merupakan pemimpin Jepang di zaman Azuchi Momoyama yang berhasil mendirikan pemerintah pusat setelah berhasil mempersatukan provinsi-provinsi di zaman Sengoku. Setelah Pertempuran Sekigahara di tahun 1600, kekuasaan pemerintah pusat direbut oleh Tokugawa Ieyasu yang menyelesaikan proses pengambilalihan kekuasaan dan mendapat gelar Sei-i Taishgun di tahun 1603. Tokugawa Ieyasu sebetulnya tidak memenuhi syarat sebagai shogun karena bukan keturunan klan Minamoto. Agar syarat utama menjadi shogun terpenuhi, Ieyasu memalsukan garis keturunannya menjadi keturunan klan Minamoto agar bisa diangkat menjadi shogun. Keturunan Ieyasu secara turun-temurun menjadi shogun dan kepala pemerintahan sampai terjadinya Restorasi Meiji. Di masa Keshogunan Tokugawa, rakyat Jepang dibagi-bagi menurut sistem kelas berdasarkan pembagian kelas yang diciptakan Toyotomi Hideyoshi. Kelas samurai berada di hirarki paling atas, diikuti petani, pengrajin dan pedagang. Pemberontakan sering terjadi akibat pembagian sistem kelas yang kaku dan tidak memungkinkan orang untuk berpindah kelas. Pajak yang dikenakan terhadap petani selalu berjumlah tetap dengan tidak memperhitungkan inflasi. Samurai yang menguasai tanah harus menanggung akibatnya, karena jumlah pajak yang berhasil dikumpulkan semakin hari nilainya semakin berkurang.

Perselisihan soal pajak sering menyulut pertikaian antara petani kaya dan kalangan samurai yang terhormat tapi kurang makmur. Pertikaian sering memicu kerusuhan lokal hingga pemberontakan berskala besar yang umumnya dapat segera dipadamkan. Kelompok anti keshogunan Tokugawa justru semakin bertambah kuat setelah keshogunan Tokugawa mengambil kebijakan untuk bersekutu dengan kekuatan asing. Setelah kalah dalam Perang Boshin yang berpuncak pada Restorasi Meiji, keshogunan Tokugawa berhasil ditumbangkan persekutuan kaisar dengan sejumlah daimyo yang berpengaruh. Keshogunan Tokugawa secara resmi berakhir setelah shogun Tokugawa ke-15 yang bernama Tokugawa Yoshinobu mundur dan kekuasaan dikembalikan ke tangan kaisar (Taisei Hkan).

Daftar isi
[sembunyikan]

1 Pemerintahan o 1.1 Keshogunan dan wilayah han o 1.2 Hubungan shogun dan kaisar o 1.3 Perdagangan luar negeri 2 Lembaga pemerintahan o 2.1 Rj dan Wakadoshiyori o 2.2 metsuke dan Metsuke o 2.3 San-bugy o 2.4 Tenry, Gundai dan Daikan 3 Daftar shogun klan Tokugawa 4 Lihat pula 5 Pranala luar

[sunting] Pemerintahan
[sunting] Keshogunan dan wilayah han

Shogun Tokugawa Ieyasu

Sistem politik feodal Jepang di zaman Edo disebut Bakuhan Taisei (?), baku dalam "bakuhan" berarti "tenda" yang merupakan singkatan dari bakufu (pemerintah militer atau keshogunan). Dalam sistem Bakuhan taisei, daimyo menguasai daerah-daerah yang disebut han dan membagi-bagikan tanah kepada pengikutnya. Sebagai imbalannya, pengikut daimyo berjanji untuk setia dan mendukung daimyo secara militer. Kekuasaan pemerintah pusat berada di tangan shogun di Edo dan daimyo ditunjuk sebagai kepala pemerintahan di daerah. Daimyo memimpin provinsi sebagai wilayah berdaulat dan berhak menentukan sendiri sistem pemerintahan, sistem perpajakan, dan kebijakan dalam negeri. Sebagai imbalannya, daimyo wajib setia kepada shogun yang memegang kendali hubungan internasional dan keamanan dalam negeri. Shogun juga memiliki banyak provinsi dan berperan sebagai daimyo di provinsi yang dikuasainya. Keturunan keluarga Tokugawa disebar sebagai daimyo di seluruh pelosok Jepang untuk mengawasi daimyo lain agar tetap setia dan tidak bersekongkol melawan shogun. Keshogunan Tokogawa berhak menyita, menganeksasi, atau memindahtangankan wilayah di antara para daimyo. Sistem Sankin Kotai mewajibkan daimyo bertugas secara bergiliran mendampingi shogun menjalankan fungsi pemerintahan di Edo. Daimyo harus memiliki rumah kediaman sebagai tempat tinggal kedua sewaktu bertugas di Edo. Anggota keluarga daimyo harus tetap tinggal di Edo sebagai penjaga rumah sewaktu daimyo sedang pulang ke daerah, sekaligus sebagai sandera kalau daimyo bertindak di luar keinginan shogun. Daimyo dari keturunan klan Tokugawa dan daimyo yang secara turun temurun merupakan pengikut setia klan Tokugawa disebut Fudai Daimyo. Sedangkan daimyo yang baru setia kepada klan Tokugawa setelah bertekuk lutut dalam Pertempuran Sekigahara disebut Tozama Daimyo. Golongan yang selalu mendapat perlakuan khusus disebut Shimpan Daimyo, karena berasal tiga percabangan keluarga inti Tokugawa yang disebut Tokugawa Gosankei (Tiga keluarga terhormat Tokugawa) yang masing-masing dipimpin oleh putra Tokugawa Ieyasu:

Tokugawa Yoshinao, penguasa han Owari generasi pertama Tokugawa Yorinobu, penguasa han Kish generasi pertama Tokugawa Yorifusa, penguasa han Mito generasi pertama.

Lambang keluarga Tokugawa berupa Mitsuba Aoi (tiga helai daun Aoi) hanya boleh digunakan garis keturunan utama keluarga Tokugawa dan Tokugawa Gosankei. Putra-putra lain Tokugawa Ieyasu hanya diberi nama keluarga Matsuidara dan tidak mendapatkan nama keluarga Tokugawa. Di awal zaman Edo, keshogunan Tokugawa sangat kuatir terhadap Tozama Daimyo yang dianggap memiliki kesetiaan yang tipis terhadap klan Tokugawa. Berbagai macam strategi dirancang agar Tozama Daimyo tidak memberontak. Sanak keluarga klan Tokugawa sering dikawinkan dengan Tozama Daimyo, walaupun sebenarnya tujuan akhir keshogunan Tokugawa adalah memberantas habis semua Tozama Daimyo. Keshogunan Tokugawa justru akhirnya berhasil ditumbangkan Tozama Daimyo dari Satsuma, Choshu, Tosa, dan Hizen. Keshogunan Tokugawa memiliki sekitar 250 wilayah han yang jumlahnya turun naik sesuai keadaan politik. Peringkat wilayah han ditentukan pemerintah berdasarkan total penghasilan daerah dalam setahun berdasarkan unit koku. Penghasilan minimal yang ditetapkan shogun untuk seorang daimyo adalah 10.000 koku. Daimyo yang memegang wilayah makmur dan berpengaruh mempunyai penghasilan sekitar 1 juta koku.

[sunting] Hubungan shogun dan kaisar

Keshogunan Tokugawa menjalankan pemerintah pusat dari Edo, sedangkan penguasa sah Jepang dipegang kaisar Jepang yang berkedudukan di Kyoto. Kebijakan pemerintahan dikeluarkan istana kaisar di Kyoto dan diteruskan kepada klan Tokugawa. Sistem ini berlangsung sampai kekuasaan pemerintah dikembalikan kepada kaisar di zaman Restorasi Meiji. Keshogunan Tokugawa menugaskan perwakilan tetap di Kyoto yang disebut Kyto Shoshidai untuk berhubungan dengan kaisar, keluarga kaisar dan kalangan bangsawan.
[sunting] Perdagangan luar negeri

Kapal segel merah milik Jepang di tahun 1634

Pintu gerbang Sakurada di Istana Edo, pusat kekuasaan klan Tokugawa

Keshogunan Tokugawa mengeruk keuntungan besar dari monopoli perdagangan luar negeri dan hubungan internasional. Perdagangan dengan kapal asing dalam jumlah terbatas hanya diizinkan di Provinsi Satsuma dan daerah khusus Tsushima. Kapal-kapal Namban dari Portugal merupakan mitra dagang utama keshogunan Tokugawa yang diikuti jejaknya oleh kapal-kapal Belanda, Inggris dan Spanyol. Jepang berperan aktif dalam perdagangan luar negeri sejak tahun 1600. Pada tahun 1615, misi dagang dan kedutaan besar di bawah pimpinan Hasekura Tsunenaga melintasi Samudra

Pasifik ke Nueva Espana dengan menggunakan kapal perang Jepang bernama San Juan Bautista. Sampai dikeluarkannya kebijakan Sakoku di tahun 1635, shogun masih mengeluarkan izin bagi kapal-kapal Shuisen (Kapal Segel Merah) yang ingin berdagang dengan Asia. Setelah itu, perdagangan hanya diizinkan dengan kapal-kapal yang datang Tiongkok dan Belanda.

[sunting] Lembaga pemerintahan


[sunting] Rj dan Wakadoshiyori

Menteri senior (rj) diangkat dari anggota keshogunan yang paling senior dan bertugas sebagai pengawas metsuke, machibugy, ongokubugy dan pejabat-pejabat tinggi lain. Tugas lain menteri senior adalah berhubungan dengan berbagai kalangan, seperti istana kaisar di Kyoto, kalangan bangsawan (kuge), daimyo, kuil Buddha dan Jinja, termasuk menghadiri berbagai macam rapat seperti rapat pembagian daerah. Keshogunan Tokugawa memiliki 4-5 menteri senior yang masing-masing bertugas sebulan penuh secara bergantian. Shogun meminta pertimbangan menteri senior jika ada persoalan penting yang harus diselesaikan. Pada perombakan birokrasi di tahun 1867, posisi menteri senior dihapus dan diganti dengan sistem kabinet, sehingga ada menteri dalam negeri, menteri keuangan, menteri luar negeri, menteri angkatan darat dan menteri angkatan laut. Pada prinsipnya, Fudai Daimyo yang memiliki wilayah kekuasaan minimal 50.000 koku memenuhi persyaratan untuk ditunjuk sebagai menteri senior. Walaupun demikian, pejabat menteri senior sering berasal dari birokrat yang dekat dengan shogun, seperti pejabat soba ynin, Kyoto shoshidai dan Osaka jdai. Shogun kadang kala menunjuk seorang menteri senior untuk mengisi posisi Tair (tetua atau penasehat). Pejabat Tair dibatasi hanya berasal dari klan Ii, Sakai, Doi dan Hotta, walaupun Yanagisawa Yoshiyasu pernah juga diangkat sebagai pengecualian. Ii Naosuke merupakan Tair yang paling terkenal, tapi tewas dibunuh pada tahun 1860 di luar pintu gerbang Sakurada, Istana Edo. Sebagai kelanjutan dari dewan rokuninsh (16331649) yang terdiri dari 6 anggota, keshogunan Tokugawa membentuk dewan wakadoshiyori yang berada persis di bawah posisi menteri senior (rj). Dewan wakadoshiyori terbentuk pada tahun 1662 dan terdiri dari 4 anggota. Tugas utama dewan wakadoshiyori adalah mengurusi hatamoto dan gokenin yang merupakan pengikut langsung shogun. Sebagian shogun juga mengangkat pejabat soba ynin yang bertugas sebagai perantara antara shogun dan rj. Posisi soba ynin menjadi sangat penting di masa shogun Tokugawa ke-5 yang bernama Tokugawa Tsunayoshi akibat salah seorang pejabat wakadoshiyori bernama Inaba Masayasu membunuh pejabat tair bernama Hotta Masatoshi. Shogun Tsunayoshi yang cemas akan keselamatan dirinya memindahkan kantor rj hingga jauh dari bangunan utama istana.

[sunting] metsuke dan Metsuke

Pejabat yang melapor kepada rj and wakadoshiyori disebut metsuke dan metsuke. Lima orang pejabat metsuke diberi tugas memata-matai para daimyo, kalangan bangsawan (kuge) dan istana kaisar agar segala usaha pemberontakan bisa diketahui sejak dini. Di awal zaman Edo, daimyo seperti Yagy Munefuyu pernah ditunjuk sebagai pejabat metsuke. Selanjutnya, jabatan metsuke cuma diisi oleh hatamoto yang berpenghasilan minimal 5.000 koku. Shogun sering menaikkan penghasilan metsuke menjadi 10.000 koku agar metsuke bisa dihargai dan berkedudukan sejajar dengan daimyo yang sedang diawasi. Pejabat metsuke juga menerima gelar kami, seperti Bizen-no-kami yang berarti penguasa provinsi Bizen. Sejalan dengan perkembangan waktu, fungsi pejabat metsuke berubah menjadi semacam kurir yang menyampaikan perintah dari keshogunan Tokugawa ke para daimyo. Pejabat metsuke juga diserahi tugas melangsungkan upacara seremonial di lingkungan Istana Edo. Pengawasan kehidupan beragama dan pengendalian senjata api merupakan tanggung jawab tambahan pejabat metsuke. Pejabat metsuke melapor kepada wakadoshiyori dan bertugas sebagai polisi militer bagi shogun. Tugasnya mengawasi ribuan hatamoto and gokenin yang berpusat di Edo. Masingmasing wilayah han juga memiliki metsuke yang berfungsi sebagai polisi militer bagi para samurai.
[sunting] San-bugy

Pelaksanaan pemerintahan dilakukan oleh san-bugy (tiga lembaga administrasi): jishabugy, kanjbugy dan machibugy. Pejabat jishabugy berstatus paling elit karena para pejabat selalu berhubungan dengan kuil Buddha (ji) dan kuil Shinto (sha) dan diberi hak penguasaan atas tanah. Pejabat jishabugy juga menerima pengaduan dari pemilik tanah di luar 8 provinsi Kanto. Pejabat jishabugy ditunjuk dari kalangan daimyo, dengan oka Tadasuke sebagai pengecualian. Pejabat kanjbugy yang terdiri dari 4 orang melapor langsung kepada rj. Tugasnya sebagai auditor keuangan keshogunan Tokugawa. Pejabat machibugy merupakan pelaksana pemerintahan tingkat lokal. Tugasnya merangkaprangkap sebagai walikota, kepala polisi, kepala pemadam kebakaran, dan hakim pengadilan pidana dan hukum perdata, tapi tidak bertanggung jawab terhadap samurai. Pejabat machibugy yang terdiri dari 2 orang (pernah juga sampai 3 orang) biasanya diambil dari hatamoto, bertugas bergantian selama satu bulan penuh. Tiga orang pejabat machibugy menjadi terkenal berkat film samurai (jidaigeki), pejabat bernama oka Tadasuke dan Tyama Kinshir (Tyama no Kinsan) selalu digambarkan sebagai pahlawan, sedangkan Torii Yz sebagai penjahat. Pejabat san-bugy merupakan anggota dari dewan yang disebut Hyjsho. Anggota dewan hyjsho bertanggung jawab dalam soal administrasi tenry, mengawasi gundai, daikan dan kura bugy. Selain itu, anggota dewan hyjsho juga hadir sewaktu diadakan dengar pendapat sehubungan dengan kasus yang melibatkan samurai.

[sunting] Tenry, Gundai dan Daikan

Shogun juga menguasai secara langsung tanah di berbagai daerah di Jepang. Tanah milik shogun disebut Bakufu Chokkatsuchi yang sejak zaman Meiji disebut sebagai Tenry. Shogun memiliki tanah yang sangat luas, mencakup daerah-daerah yang sudah sejak dulu merupakan wilayah kekuasaan Tokugawa Ieyasu, ditambah wilayah rampasan dari para daimyo yang kalah dalam Pertempuran Sekigahara, serta wilayah yang diperoleh dari pertempuran musim panas dan musim dingin di Osaka. Di akhir abad ke-17, seluruh wilayah kekuasaan Tokugawa bernilai 4 juta koku. Kota perdagangan seperti Nagasaki dan Osaka, berbagai lokasi pertambangan seperti tambang emas di Sado termasuk ke dalam wilayah kekuasaan langsung shogun. Wilayah kekuasaan shogun tidak dipimpin oleh daimyo melainkan oleh pelaksana pemerintahan yang memegang jabatan gundai, daikan, dan ongoku bugy. Kota-kota penting seperti Osaka, Kyoto and Sumpu dipimpin oleh machibugy, sedangkan kota pelabuhan Nagasaki dipimpin oleh Nagasaki bugy yang ditunjuk oleh shogun dari hatamoto yang sangat setia pada shogun.

[sunting] Daftar shogun klan Tokugawa


1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. Tokugawa Ieyasu (15431616), berkuasa: 16031605 Tokugawa Hidetada (15791632), berkuasa: 16051623 Tokugawa Iemitsu (16041651), berkuasa: 16231651 Tokugawa Ietsuna (16411680), berkuasa: 16511680 Tokugawa Tsunayoshi (16461709), berkuasa: 16801709 Tokugawa Ienobu (16621712), berkuasa: 17091712 Tokugawa Ietsugu (17091716), berkuasa: 17131716 Tokugawa Yoshimune (16841751), berkuasa: 17161745 Tokugawa Ieshige (17111761), berkuasa: 17451760 Tokugawa Ieharu (17371786), berkuasa: 17601786 Tokugawa Ienari (17731841), berkuasa: 17871837 Tokugawa Ieyoshi (17931853), berkuasa: 18371853 Tokugawa Iesada (18241858), berkuasa: 18531858 Tokugawa Iemochi (18461866), berkuasa: 18581866 Tokugawa Yoshinobu (Keiki) (18371913), berkuasa: 18671868

Tokoh terkenal dalam keshogunan Tokugawa:


Tokugawa Mitsukuni dari Mito (Mito Komon) Tokugawa Nariaki dari Mito

Bakumatsu
Akhir Keshogunan Tokugawa Bakumatsu (?) adalah salah satu pembagian periode dalam sejarah Jepang yang merujuk kepada tahun-tahun terakhir zaman Edo menjelang runtuhnya Keshogunan Tokugawa. Periode ini dimulai dari peristiwa Kedatangan Kapal Hitam (1853) hingga Perang Boshin (1869). Dalam periode Bakumatsu terjadi peristiwa bersejarah berakhirnya kebijakan isolasi yang disebut sakoku dan masa transisi dari pemerintahan feodal Keshogunan Tokugawa ke Pemerintah Meiji. Walaupun tidak ada definisi yang pasti, awal periode Bakumatsu atau akhir Keshogunan Tokugawa biasanya merujuk kepada tahun kedatangan Kapal Hitam Angkatan Laut Amerika Serikat yang dipimpin Komodor Matthew C. Perry (1853) hingga keshogunan kehilangan kendali atas Jepang, dan shogun Tokugawa Yoshinobu mengembalikan kekuasaan kepada kaisar pada tahun 1867. Pada tahun berikutnya (1868), Kaisar Meiji naik tahta dan memulai era modernisasi yang disebut zaman Meiji. Secara garis besar ada dua faksi besar, faksi nasionalis yang pro-kekaisaran dan faksi keshogunan yang didukung kelompok samurai elit Shinsengumi. Walaupun demikian, masih ada faksi lain juga memanfaatkan tahun-tahun terakhir Keshogunan Tokugawa untuk mencari keuntungan politik.[1] Dua kekuatan besar yang mendorong runtuhnya Keshogunan Tokugawa adalah kalangan tozama daimyo yang tidak puas dengan Keshogunan Tokugawa dan sentimen anti-Barat yang muncul setelah kedatangan Komodor Perry. Kalangan tozama daimyo tersisih dari kekuasaan pemerintahan setelah dikalahkan dalam Pertempuran Sekigahara tahun 1600. Sentimen anti-Barat diungkap dalam slogan politik "Sonn ji" ("dukung kaisar, usir orang barbar"). Titik akhir Bakumatsu adalah Perang Boshin dan Pertempuran Toba-Fushimi yang berakhir dengan kekalahan pasukan pendukung keshogunan.[2]

Referensi
1. ^ Hillsborough, Romulus. Shinsengumi: The Shgun's Last Samurai Corps. North Clarendon, Vermont: Tuttle Publishing, 2005. 2. ^ Mark Ravina, Last Samurai: The Life and Battles of Saigo Takamori, John Wiley & Sons, 2004.

Maharaja Meiji
Daripada Wikipedia, ensiklopedia bebas.

Maharaja Meiji
Maharaja Jepun

3 Februari 1867 30 Julai 1912 3 Februari 1867 Pertabalan 3 November, 1852 Lahir 30 Julai, 1912 Mangkat Maharaja Kmei Pendahulu Maharaja Taish Pengganti Maharani Shken Pasangan Putera Raja Yoshihito Puteri Masako Puteri Fusako Anakanda Puteri Nobuko Puteri Toshiko Kerabat diraja Istana Diraja Jepun Maharaja Kmei Ayahanda Nakayama Yoshiko Bonda Pemerintahan

Maharaja Meiji ( Meiji-tenn?) (3 November 1852 30 Julai 1912) ialah Maharaja Jepun yang ke-122 menurut susunan pewarisan takhta tradisional, memerintah sejak 3 Februari 1867 sehingga hari kemangkatan baginda. Nama diri baginda ialah Mutsuhito (?). Sepertilah maharaja-maharaja sebelumnya, baginda dikenali dengan nama posthumus selepas mangkat. Selepas kemangkatan baginda bermulanya satu tradisi baru iaitu memberikan zaman pemerintahan mendiang maharaja kepada baginda setelah mangkat. Oleh sebab memerintah ketika zaman Meiji (Pemerintahan kesedaran), baginda kini dikenali sebagai Maharaja Meiji. Meskipun kadang-kadang dipanggil Mutsuhito atau Maharaja Mutsuhito di luar Jepun, maharaja-maharaja Jepun hanya digelar dengan nama posthumus mereka di Jepun. Penggunaan nama diri maharaja itu boleh dianggap kurang sopan. Ketika keputeraan baginda pada tahun 1852, Jepun merupakan sebuah negara yang terpencil, belum berindustri dan feudal yang didominasi Syogun Tokugawa dan daimyo yang memerintah lebih 250 kawasan terpencar di negara. Apabila baginda mangkat pada tahun

1912, Jepun sudah melalui revolusi politik, sosial, dan perindustrian dalam negara (Lihat Pemulihan Meiji) dan timbul sebagai salah sebuah kuasa besar di pentas dunia.

[sunting] Garis masa peristiwa-peristiwa sepanjang riwayat dan pemerintahan Maharaja Meiji
Riwayat dan pemerintahan Meiji mengundang banyak perubahan besar kepada masyarakat feudal Jepun. Berikut adalah garis masa peristiwa-peristiwa utama:

3 November 1852: Meiji (ketika itu dikenali sebagai Sachinomiya) dilahirkan oleh gundik diraja Nakayama Yoshiko bersama Maharaja Komei 1853: Searmada kapal di bawah pimpinan Laksamana Pertama Matthew Perry tiba di Jepun pada 8 Julai; dianggap sebagai "Pembukaan" Jepun. Kematian Syogun. 185455: Penandatanganan perjanjian bersama Amerika Syarikat oleh Bakufu. Akhir 1850-an1860-an: Gerakan "sonno-joi" menjadi giat sepenuhnya. 1858: Penandatanganan perjanjian bersama Belanda, Empayar Rusia dan Great Britain oleh Bakufu. 1860:
o o

Mac: Tairo Ii Naosuke, dibunuh. 11 November: Sachinomiya secara rasminya diisytiharkan Putera Raja dan dikurniakan nama diri Mutsuhito.

1862: Peristiwa Namamugi 186465: Serangan Shimonoseki oelh kapal-kapal British, Amerika, Perancis dan Belanda; disusuli pertelingkahan antara pihak syogun dan Choshu. 1866: Kematian Syogun, Tokugawa Iemochi pada 29 Ogos; pelantikan Tokugawa Yoshinobu sebagai Syogun. 1867:
o o o o o

4 Januari: Pemulihan rasmi pemerintahan diraja; tamatnya pemerintahan syogun Tokugawa setelah 265 tahun 31 Januari: Kemangkatan Maharaja Komei akibat penyakit cacar berdarah, penaikan takhta Mutsuhito secara tidak rasmi. 12 September: Pertabalan rasmi Maharaja Meiji. 23 Oktober: Nengo ditukar ke tahun pertama Meiji. 6 November: Ibu negara berpindah dari Kyoto ke Edo, dinamakan semula sebagai Tokyo.

Akhir 1860-an1881: Zaman pemberontakan dan pembunuhan di Jepun. 1869

o o

11 Januari: Perkahwinan Meiji ke Ichijo Haruko yang mulai saat itu bergelar Maharani Shoken. 4 September: Meiji menyambut Duke Edinburgh.

1871: Pemansuhan kawasan han diisytiharkan. 1873: Istana Edo ranap akibat kebakaran; maharaja berpindah ke Istana Akasaka. Putera-puteri sulung baginda lahir tanpa nyawa. 1877: Pemberontakan Satsuma 1878: Pembunuhan Okubo Toshimichi. 31 Ogos 1879: Kelahiran Putera Yoshihito, putera tunggal Meiji yang bakal menjadi Maharaja Taisho.

Perlembagaan Meiji
Perlembagaan Empayar Jepun (Bahasa Jepun: Tulisan Kyjitai: Tulisan Shinjitai: Rumi: Dai-Nippon Teikoku Kenp), lebih dikenali sebagai Perlembagaan Imperial atau Meiji, merupakan undang-undang tertinggi Empayar Jepun dari 29 November 1890 sehingga 2 May 1947. Diperbuat selepas Pemulihan Meiji, ia memperkenalkan sejenis sistem raja berpelembagaan berdasarkan model Prussia, di mana Maharaja Jepun adalah suatu pemerintah aktif dan punyai kuasa politik yang meluas, tetapi berkongsikannya dengan dewan diet. Selepas pemulihan Meiji yang memulihkan kuasa politik secara terus kepada maharaja pada kali pertama dalam lebih seribu tahun, Jepun mengalami suatu tempoh reformasi politik dan sosial yang menyeluruh, dengan dasar pembaratan yang bertujuan memajukan Jepun ke status yang sama dengan negara-negara di Barat. Kesan daripada Perlembagaan ini adalah pembukaan kerajaan berparlimen yang pertama di Asia.[1] Perlembagaan Meiji memperlihatkan pengehadan pada kuasa-kuasa cabang eksekutif dan kemutlakan maharaja. Ia juga mewujudkan kehakiman bebas. Akan tetapi ia amat kabur dalam perkataan-perkataan yang digunakan, dan pada banyak tempat bertentangan dengan dirinya sendiri. Pemimpin-pemimpin kerajaan dan parti politik dibiarkan menafsir sama ada Perlembagaan Meiji boleh digunakan untuk menjustifikasikan pemerintahan kuku besi atau liberal-demokratik. Inilah perbezaan pendapat ketara yang wujud pada ketika era zaman empayar Jepun. Perlembagaan Meiji digunakan sebagai model untuk Perlembagaan Habsyah 1931 oleh golongan intelek Tekle Hawariat Tekle Mariyam di Habsyah. Inilah antara sebab golongan cendakiawan Habsyah yang mempunyai hubungan dengan Tekle Hawariat dikenali sebagai "Pengjepun".[2] Selepas kekalahan Jepun dan pendudukannya pada pengakhiran Perang Dunia Kedua, Perlembagaan Meiji digantikan dengan perlembagaan baru yang berpandukan demokrasi liberal Barat.

Isi kandungan
[sorokkan]

1 Sejarah o 1.1 Penggubalan o 1.2 Penguatkuasaan 2 Peruntukan utama o 2.1 Struktur o 2.2 Kedaulatan maharaja o 2.3 Hak dan tanggunjawab rakyat o 2.4 Organ-organ kerajaan 3 Pindaan 4 Galeri 5 Nota 6 Rujukan dan bacaan selanjutnya

Sejarah
Sebelum terpakainya Perlembagaan Meiji, Jepun pada dasarnya suatu negara tidak berperlembagaan. Pada akhir tempoh Asuka dan awal tempoh Nara, sistem perundangan dan berperlembagaan berdasarkan model China yang dikenali sebagai ritsury berkuatkuasa; ia menghuraikan suatu kerajaan yang berdasarkan bureaukrasi meritokrasi tersusun dan secara teori rasional, dengan berpandukan kekuasaan maharaja Jepun sebagai tonggaknya, dan didirikan menurut modal-modal China. Dalam teori, kanun ritsury terakhir, Kanun Yr yang diperkuatkuasakan pada tahun 752, masih berkuatkuasa pada masa Pemulihan Meiji, Akan tetapi dalam keadaan realiti, sistem kerajaan ritsury menjadi tidak lebih dari kata-kata sahaja kerana pada awal tempoh Heian pada abad ke 10 dan ke 11, perkembangan yang menjadi sistem pemerintahan shogun Kamakura pada tahun 1185 bermula. Kedudukankedudukan tinggi dalam sistem ritsury tertinggal sebagai gelaran tinggi tanpanya kuasa yang bererti, dan maharaja dipernyahkuasakan dan diketepikan sebagai satu tanda simbolik yang 'bertahkta, tetapi tidak memerintah' (pada dasar suatu "tuhan yang hidup" tidak patut merendahkan martabatnya dengan perihal kerajaan di dunia). Cadangan perlembagaan bertulis telah menjadi subjek debat yang hangat dalam dan luar kerajaan semenjak bermulanya pemerintahan Meiji. Oligarki Meiji yang konservatif melihat demokrasi dan kerepublikan dengan sangsi dan rasa takut perubahan, serta mahukan perubahan beransur-ansur tetapi Gerakan Kebebasan dan Hak Rakyat menuntut dewan kebangsaan yang dipilih mengikut lunas dekorasi dan penguatkuasaan satu perlembagaan.
Penggubalan

Pada 21 Oktober 1881, Ito Hirobumi dipilih mengetuai suatu bureau kerajaan untuk menyelidik sistem-sistem kerajaan berperlembagaan dan pada 1882, Ito mengetuai delegasi ke luar negara untuk melihat dan mengkaji pelbagai sistem secara langsung. Perlembagaan Amerika Syarikat ditolak disebabkan terlalu liberal, dan sistem Great Britain pula disifatkan tidak stabil dan memberikan terlalu banyak kuasa pada Parlimen. Sistem Perancis dan

Sepanyol disifatkan despotik. Struktur Empayar Jerman dan Prusia akhirnya yang menarik perhatian delegasi berkenaan. Majlis Negara digantikan pada tahun 1885 oleh satu kabinet yang diketuai Ito sebagai Perdana Menteri. Kedudukan Canselor, Menteri Kiri, dan Menteri Kanan, yang wujud semenjak abad ke tujuh, dihapuskan. Penggantian mereka adalah majlis Privi yang ditubuskan pada tahun 1888 untuk menimbangkan perlembagaan yang bakal dirangkakan, dan menasihati Maharaja. Jawatankuasa penggubalan termasuk Inoue Kowashi, Kaneko Kentaro, Ito Miyoji dan Iwakura Tomomi, termasuk beberapa penasihat-penasihat luar, seperti cendakiawan Jerman Rudolf von Gneist dan Lorenz von Stein. Isu utama adalah timbangan antara kedaulatan diraja yang terletak dalam mahajara, dan satu perundangan berwakil yang dipilih rakyat yang akan mengehadkan kuasa diraja itu. Selepas beberapa percubaan pada 1886-1888, versi terakhir dihantar ke Maharaja pada April 1888, Perlembagaan Meiji digubal secara rahsia oleh jawatankuasa, tanpa debat umum, dan dipakai dengan referandum.
[sunting] Penguatkuasaan

Perlembagaan baru kemudian mendapat perkenan Maharaja Meiji pada 11 Februari 1889 dan berkuatkuasa pada 29 November 1890.[3] Diet imperial pertama, satu dewan berwakil baru, bersidang pada hari Perlembagaan Meiji berkuatkuasa.[1] Struktur organisasi Diet melihat kedua-dua pengaruh Prussia dan British, dengan kemasukan Dewan Peers (yang menerupai Herrenhaus Prussia dan House of Lords British), dan Suara daripada Tahkta yang diberikan oleh Maharaja pada hari Pembukaan. Babak kedua perlembagaan yang menyenaraikan hakhak dan tanggungjawab rakyat, meyerupai rencana-rencana sama dalam kedua-dua perlembagaan Eropah dan Amerika Utara.

Peruntukan utama
[sunting] Struktur

Perlembagaan Meiji terdiri daripada 76 perkara dalam tujuh babak, bersama berjumlah sebanyak 2,500 perkataan. Ia juga lazimnya dicetak bersama Mukadimahnya, Pengakuan Bersumpah Imperial di Istana Imperial, dan Penulisan Semula Imperial pada Perkenanan Perlembagaan yang bersama membentuk lagi 1,000 patah perkataan.[4] Tujuk babak-babak adalah:

I. Maharaja (1-17) II. Hak dan Tanggungjawab Rakyat (18-32) III. Diet Imperial (33-54) IV. Menteri-Menteri Negara dan Majlis Privi (55-56) V. Kehakiman (57-61) VI. Kewangan (62-72) VII. Peraturan-peraturan lanjutan (73-76)

Kedaulatan maharaja

Tidak seperti waris modennya, Perlembagaan Meiji didasarkan prinsip bahawa kedaulatan adalah milik Maharaja, melalui aliran nenek moyangnya yang suci "tidak terputus buat sekian lamanya", tidak kepada rakyat. Perkara 4 mengatakan bahawa "Maharaja adalah ketua empayar, dengan kedaulatan termasuk di dalamnya". Maharaja secara nominal menggabungkan dalam dirinya kesemua cabang pentadbiran, perundangan dan kehakiman kerajaan, akan tetapi dengan "persetujian Diet". Undang-undang dan keadilan yang ditadbir mahkamah "dengan nama Maharaja". Peruntukan Perlembagaan berbeza-beza mengenai sama ada Perlembagaan sendiri atau Maharaja yang punyai kuasa tertinggi. Meskipun Perkara 4 megikat Maharaja supaya menggunakan kuasanya "mengikut lunas Perlembagaan ini", Perkara 3 mengatakan bahawa Maharaja adalah suci dan tidak boleh dinodai. Akan tetapi Perkara 55 mengesahkan bahawa perintah-perintah Maharaja (termasuk Ordinan Diraja, Edik, Pengskriptan semula, dll.) tidak ada kuatkuasa perundangan dengan sendirinya tetapi perlukan tandatangan Menteri Negara, pada masa yang sama, menteri-menteri ini dipiluh dan disingkirkan oleh Maharaja sahaja, dan bukan Perdana Menteri atau Diet.
Hak dan tanggunjawab rakyat

Tanggungjawab: Perlembagaan mensyariatkan tanggunjawab rakyat Jepun untuk meneggakkan Perlembagaan (mukadimah), membayar cukai (Perkara 21) dan berkhidmat dalam ketenteraan sekiranya diperlukan (Perkara 20). Hak: Perlembagaan memberi beberapa hak yang rakyat boleh mengguna hanya apabila undang-undang tidak mencampurinya. Ini termasuk hak untuk: o Kebebasan bergerak (Perkara 22). o Tidak menjadi mangsa pencarian dalam rumah (Perkara 25). o Perhubungan sulit (Perkara 26). o Pemilikan persendirian (Perkara 27). o Kebebasan bersuara, berkumpul dan penglibatan (Perkara 29). Hak-hak yang tidak banyak bersyarat: o Hak untuk "dilantik ke jabatan-jabatan kerajaan atau ketenteraan secara saksama" (Perkara 19). o 'Prosidur' proses adil (Perkara 23). o Hak diadili di hadapan hakim (Perkara 24). o Kebebasan beragama (Perkara 28 "dalam lingkungan yang tidak mengancam pada keamanan dan keselamatan dan tidak bercanggah dengan tanggunjawab sebagai rakyat"). o Hak menuntut dari kerajaan (Article 30).

Organ-organ kerajaan

Batu bersurat Yokohama

Maharaja Jepun punyai hak untuk mentadbir, dan melantik dan menyinkirkan kesemua pegawai kerajaan. Maharaja Jepun juga punyai hak untuk menistiharkan perperangan, keamanan, menandatangani persetujuan antarabangsa, membubarkan dewan bawahan Diet, dan membuat Ordinan Diraja apabila Diet tidak bersidang. Paling penting, komander Tentera Diraja Jepun dan Tentera Laut Diraja Jepun dipegang terus oleh Maharaja, dan bukannya Diet. Perlembagaan Jepun juga memperuntukkan kabinet menteri-menteri negara yang bertanggungjawab pada Maharaja, bukan Diet, dan pada penubuhan Majlis Privi. Tidak disebut dalam Perlembagaan adalah golongan genro yang terdiri daripada orang-orang yang dekat dengan Maharaja yang punyai pengaruh besar. Di bawah Perlembagaan Meiji, suatu perundangan diwujudkan dengan dua Dewan. Dewan atasan, atau Dewan Peers terdiri daripada ahli keluarga diraja, bangsawan berwaris dan ahli yang dilantik oleh Maharaja. Dewan Bawahan, atau Dewan Rakyat dipilih oleh rakyat lelaki yang punyai harta. Penggubalan undang-undang dikongsi bersama Diet, dan kedua-dua Maharaja dan Diet harus bersetuju sebelum rang boleh menjadi undang-undang. Pada masa yang sama, Diet juga diberikan kuasa untuk memulakan perundangan, meluluskan kesemua undang-undang dan meluluskan belanjawan.

Pindaan
Pindaan pada Perlembagaan diperuntukkan dalam Perkara 73. Ini meletakkan bahawa untuk meminda, cadangan harus diberikan pada Diet oleh Maharaja, dengan cara perintah diraja atau penulisan semula. Untuk diluluskan oleh Diet, satu pindaan barus dipersetujui dua pertiga semua ahli-ahli semua dewan-dewan Diet. Apabila ia diluluskan oleh Diet satu pindaan kemudian diperkenankan menjadi undang-undang oleh Maharaja, yang punyai hak mutlak untuk menolaknya. Tiada pindaan boleh dilakukan pada masa darurat. Meskipun begini, tiada pindaan yang dilakukan pada masa Perlembagaan ini diperkenalkan sehnggalah tahun 1947, dengan kekalahan Jepun, satu Perlembagaan baru diperkenalkan dan pengenalannya mengikut lunas-lunas Perkara 73.

Galeri

Jyu () - "Kata-kata Maharaja" (1)

Jyu () - "Kata-kata Maharaja" (2)

Gyomei Gyoji () - "Kata-kata Maharaja" (3): Tandatangan dan Meterai

Honbun () - teks

Nota
1. 1.0 1.1 Arnold, Edwin. "Asia's First Parliament; Sir Edwin Arnold Describes the Step in Japan," New York Times. 26 January 1891. 2. Bahru Zewde, A History of Modern Ethiopia: 1855-1991, second edition (Oxford: James Currey, 2001), p. 110 3. "Old and Modern Japan; The BIrth of Constitutional Government. After Centuries of Exclusiveness, the Japanese Adopt Western Forms of Law," New York Times. 13 February 1890. 4. "Japan's Present Crisis and Her Constitution; The Mikado's Ministers Will Be Held Responsible by the People for the Peace Treaty -- Marquis Ito May Be Able to Save Baron Komura," New York Times. 3 September 1905.

Rujukan

Akamatsu, Paul. Meiji 1868: Revolution and Counter-Revolution in Japan. Trans. Miriam Kochan. New York: Harper & Row, 1972. Akita, George. Foundations of constitutional government in modern Japan, 1868-1900. Cambridge, Harvard University Press, 1967 Beasley, W. G. The Meiji Restoration. Stanford: Stanford University Press, 1972. Beasley, W. G. The Rise of Modern Japan: Political, Economic and Social Change Since 1850. St. Martin's Press, New York 1995. Craig, Albert M. Chsh in the Meiji Restoration. Cambridge: Harvard University Press, 1961. Jansen, Marius B. and Gilbert Rozman, eds. Japan in Transition: From Tokugawa to Meiji. Princeton: Princeton University Press, 1986. Jansen, Marius B. The Making of Modern Japan. Cambridge: The Belknap Press of Harvard University Press, 2000.

Anda mungkin juga menyukai