Anda di halaman 1dari 41

SEJARAH MAHA SUKHAVATI VYUHA SUTRA

Demikian yang kudengar :


Pada suatu saat, Sang Buddha berdiam di Vihara yang terletak di gunung Grdhrakuta, dekat kota
Rajagrha di negeri Magadha. Beliau bersama-sama dengan 12.000 Maha Bhiksu-Sangha tengah
mengadakan Pesamuan Agung di Vihara tersebut. Para Arya yang telah memiliki 6 macam
Abhijna (tenaga batin) seperti:
Ajnatakaundinya, Asvajit, Vaspa, Mahanama , Bhadrajit, Yasodeva, Vimala, Subahu, Purna-
Maitrayaniputra, Uruvilva Kasyapa, Nadi Kasyapa, Gaya Kasyapa, Kumara Kasyapa, Maha
Kasyapa, Sariputra, Mahamaudgalyayana, Malikarsthilya, Mahakapphina, Mahacunda,
Aniruddha, Nandika, Kampila, Subhuti, Revata, Khadiravanika, Vakula, Svagata, Amogharaja,
Parayanika, Patka, Cullapatka, Nanda, Rahula, Ananda dan lain-lainnya seperti yang
berindentitas Sthavira.Hadir pula rombongan Bodhisattva Mahasattva yang telah menguasai
ajaran Mahayana pada masa ini yaitu masa yang disebut “Bhadra Kalpa”dan mereka itu ialah:
Bodhisattva Samantabhadra,
Bodhisattva Manjusri,
Bodhisattva Maitreya dan lain-lainnya.
 
Hadir pula Bodhisattva yang bergelar “Sodasa Satpurusa” (16 tokoh suci)
yang dipimpin oleh Arya Bhadrapala dan mereka itu ialah:
Bhadrapala, Ratnakara, Susarthavaha, Naradatta, Guhyagupta, Varunadatta, Indradatta,
Utaramati, Visesamati, Vardhamanamati, Amoghadarsin Susam Prasthita, Suvikrantavikramin,
Anupamamati, Suryagarbha, Dharanidhara.
Yang mana ke 16 tokoh suci di atas beserta tokoh-tokoh suci lain-lainnya pernah melakukan
“Pelaksanaan Bodhisattva Samantabhadra”; mereka juga senantiasa melaksanakan banyak
macam tekad utama dari para Bodhisattva Mahasattva yang terkemuka, dan mereka juga dapat
mempergunakan cara-cara untuk mengumpulkan berbagai jasa, kemudian disalurkan kepada para
makhluk di alam semesta. Mereka juga sering menjelajahi sepuluh semesta untuk
menyelamatkan para makhluk yang sengsara dengan memberi berbagai metode yang berguna;
mereka sering menerjunkan dirinya ke dalam lautan Buddha Dharma, cara-cara untuk
menyeberangkan dirinya ke “Pantai-Seberang” semua telah diperolehnya. Apabila telah tiba
saatnya mereka akan menjadi Buddha di pelbagai dunia Buddha.
 
Ketahuilah, langkah-langkah yang akan dialami oleh mereka, terutama apabila mereka telah
mengakhiri kehidupannya mereka harus bersemayam di Surga Tusita dulu, guna
mengkhotbahkan Saddharma (Dharma sejati nan luhur) kepada para makhluk luhur. Jika waktu
tugasnya telah selesai dan saatnya telah matang, barulah sang calon Buddha ini meninggalkan
istana Tusita dan terus dilahirkan di dunia yang dimaksudkan, melalui sebelah rusuk dari badan
ibunya.
 
Umpamanya, pada saat Maha Guru kita turun dari Surga Tusita, pernah Beliau turun dengan
peristiwa yang jarang ada, yang mengharukan seluruh semesta! Ketahuilah, saat “Sang Bayi”
baru mengunjungi ke dunia manusia. Ia pernah melangkahkan kakinya 7 tapak di atas bunga
teratai, dengan kaki yang sedemikian mungil dan lembut di depan ibunya. Demikian pula sinar
hidup yang keluar dari tubunya yang terang benderang, secepat kilat memancar ke 10 penjuru,
sehingga pada segala alam Buddha terasa ada 6 macam guncangan! Setelah Sang Bayi berjalan 7

1
tapak lantas ia menegakkan tubuhnya yang meliputi sinar itu dengan sikap amat perkasa seraya
mengucapkan kata-kata sebagai berikut:
 
artinya:
Akulah pemimpin dalam dunia ini!
Akulah yang tertua dalam dunia ini!
Akulah yang teragung dalam dunia ini!
Akulah yang dihormati oleh Raja Indra, Raja Brahmana;
juga yang dipuja oleh Dewa-dewa dan umat manusia!
 
Kemudian, beliau semakin dewasa dan Ia dapat mempertunjukan berbagai ketrampilan seperti:
Pandai ilmu Matematika, Kesusasteraan, disamping pandai mengendalikan kuda sambil
memanah; Beliau juga mampu menguasai dengan sangat mendalam seluruh Pancavidya dan
kitab-kitab Caturveda. Beliau sering berada di lapangan Taman Istana guna melakukan latihan
jasmani dan menguraikan kecakapan kepada pengikutNya.
Suatu saat Beliau tengah menampakkan diriNya di istana mewah yang demikian banyak
kebahagiaan diliputi bau sedap dan barang-barang indah; akan tetapi, tidak selang beberapa
waktu tiba-tiba sifat kemuliaanNya berubah menjadi sifat pendiam, bahkan amat sadar terhadap
segala peristiwa duniawi setelah Ia menyaksikan duniaNya yang demikian bahagia tetapi tidak
luput dari berbagai belenggu penderitaan seperti penyakit, usia tua, kematian, bencana-bencana
alam dan lain-lainnya. Sehingga Beliau bertekad mencari suatu “obat” atau Saddharma untuk
menghancurkan belenggu penderitaan tersebut.
 
Kemudian Beliau meninggalkan segala harta dan takhta singgasanaNya dan terus pergi ke dalam
hutan kemudian semua baju indah, beberapa jenis perhiasan yang berharga, sebuah mahkota
permata dan Keyuran-keyuran (untaian) mustika yang dikenakannya, serta seekor kuda Kanthaka
yang disayanginya dikirim kembali ke istanaNya; demikian pula rambut dan kumis dicukurNya’
habis, seluruh badan hanya dilindungi oleh jubah kasar saja! Sejak itu, Beliau tiap hari duduk
bersila di bawah pohon, kecuali waktu hendak buang air atau makan, guna melatih berbagai jenis
Vipasyana dan Samatha di dalam SamadhiNya. Beliau hidup bertapa di hutan Uruvilva, hingga
genap 6 tahun, akhirnya cita-cita agung beliau itu terwujud! Beliau memberitahukan kepada para
umat manusia yang berada di dunia yang sedang mengalami Pancakasaya (5 macam kekeruhan)
ini, baik lahir maupun batin sudah dicemari kekeruhan harus dibersihkan segera. Maka Beliau
memandikan diri di dalam arus emas atau Sungai Nairanjana, untunglah, setangkai dahan pohon
sengaja di tekankan ke muka sungai oleh para Dewata yakni Pelindung Dharma, barulah Beliau
mendapat kesempatan ke luar dari badanNya yang telah bersih itu dari dalam air. Saat Ia hendak
pergi ke tempat MandalaNya, terdapatlah banyak unggas-unggas yang berbulu aneka-warna
datang mengikuti, riang gembira. Terdapat juga berbagai Margasatwa datang menemaniNya.
Bahkan banyak tanda-tanda kebahagiaan yang jarang terlihat juga menampakkan diri di
depanNya guna memuji jasa-jasa Beliau yang demikian agung dan tak terhingga!
 
Setelah tiba di tempat MandalaNya Beliau menerima seberkas rumput halus dari seorang
dermawan yaitu pengembala Nanda dengan perasaan terharu, rumput tersebut lalu dihamparkan
di bawah pohon Bodhi-Indra. Di situlah Beliau duduk bersila dan seluruh tubuhNya terus
mengeluarkan sinar hidup yang amat terang benderang. Dengan cara ini Beliau memberitahu
kepada para Mara jahat yang berada di Maraloka. Kemudian datanglah pasukan-pasukan

2
Marakayika berbondong-bondong di sekeliling Mandala Beliau, mereka bermaksud hendak
mengadakan percobaan terhadap kesaktian Buddha yang baru itu. Akhirnya kalahlah para Mara
jahat di bawah kewibawaan Abhijnabala Buddha yang demikian hebat dari Beliau, sehingga
semua pasukan Mara di taklukkan oleh Maha Guru kita!
 
Kini Maha Guru kita telah memperoleh Dharma yang paling luhur, bahkan Beliau benar-benar
sudah mencapai Anuttara Samyaksambodhi, menjadi seorang Buddha di dunia Saha! Ketahuilah,
waktu kabar baik ini baru sampai di Surga, datanglah raja-raja seperti Raja Sakra Deva Indra,
Raja Brahmana dan sebagainya. Mereka turun dari Surga dengan maksud ingin memberi
penghormatan kepada Buddha baru ini, juga ingin memohon kepada Beliau untuk memutar roda
Dharma. Mereka ingin mengikuti langkah-langkah Buddha dengan mendemonstrasikan suara
Simhanada (laksana auman singa) dan belajar berbagai ketrampilan seperti membunyikan
gendang Dharma, meniup siput Dharma, memegang keris Dharma, memasang Dhvaja Dharma,
menggemuruhkan guruh Dharma, mengilatkan petir Dharma, mencurahkan hujan Dharma dan
menyedekahkan Dana Dharma, agar suara-suara dari Dharma luhur dapat membangkitkan
Bodhicitta para umat di semesta terus-menerus!
Pada saat sinar hidup Sang Buddha menjadi 6 macam guncangan hingga ke 10 penjuru alam
Buddha, loka Mara bahkan istana Mara pun tidak luput merasakan guncangan itu sehingga para
anak-buah Sang Mara pun tunduk semua atas kewibawaan Buddha! Akan tetapi, Beliau tak
segan-segan memberhentikan kesibukan duniawi; juga tak segan-segan merusakkan pelubang-
pelubang nafsu dan sebagainya. Meskipun kota DharmaNya tiada hari tanpa dijaga ketat, tapi
pintu DharmaNya tetap dibuka untuk para umat, guna membersihkan keringat-kotor dari para
umat agar lahir dan batinnya bisa suci murni seperti semula.
 
Kemudian disinari Buddha Dharma yang bercahaya kepada mereka semua, agar ajaran-ajaran
sejati ini dapat melimpah ke seluruh semesta hingga seluas-luasnya! Karena Beliau tak segan-
segan mengamalkan kebajikan sebanyak-banyaknya dan kemudian disalurkan lagi kepada para
simpatisan Dharma, maka saat Ia memohon sedekah di pelbagai negeri asing yang
dikunjungiNya itu; Ia selalu dihadiahi bermacam-macam makanan yang lezat. Ketahuilah
apabila Beliau akan mengkhotbahkan DharmaNya pastilah sikapNya selalu riang gembira.
Apalagi Beliau sering mengobati para umat yang tengah mengalami 3 macam Duhkha dengan
obat yang sangat berkhasiat yakni Dharma sejati. Demikian pula, apabila Beliau berada di depan
para pendengar Ia sering mengatur cara-cara untuk menimbun jasa-jasa, agar para suci cepat di-
vyakaranakan (wisudha) hingga setingkat dengan Bodhisattva, agar cepat mencapai
Samyaksambodhi, agar dapat mencontoh caranya ber-Pari Nirvana kepada para umat, agar dapat
memanfaatkan segala makhluk yang jumlahnya tak terhingga, agar mereka cepat menghilangkan
cela-celanya, dan banyak menanam benih kebajikan sehingga jasa-jasanya lengkap semua,
kemudian langsung menjelajahi pelbagai alam Buddha guna mengembangkan Buddha Dharma
di sepuluh penjuru dunia. Sungguh, Maha Guru kita bukan saja lahir dan batinNya telah suci
murni, akan tetapi ketrampilanNya pun sangat luar biasa, Beliau dapat Nirmita (menjelma) ke
dalam bermacam-macam rupa, baik berupa wanita maupun lelaki, kesemuanya menurut
keperluanNya!
 
Nah, ketahuilah! Para Bodhisattva, para Arya yang berada di arena Pasamuan Agung ini, semua
mempunyai status seperti Sang Buddha! Mereka rajin mempelajari bermacam-macam metode,
lalu dipahami, disintesa, dianalisa dan dilaksanakannya. Dharma-Dharma yang dialihkanNya

3
merupakan inti-sari sehingga banyak umat senang mengamalkannya. Mereka sering berada
dipelbagai negeri Buddha, di sanalah mereka tidak pandang bulu, kepada siapapun selalu sopan,
sikapnya tidak sombong sedikitpun. Hatinya senantiasa mengibakan hatinya kepada segala
makhluk apapun, agar semua dapat membebaskan belenggu penderitannya!
Lagipula, segala ajaran-ajaran tentang “Pelaksanaan Bodhisattva”pun dicapai oleh mereka
hingga puncak. Kini nama-nama Beliau telah diketahui oleh umum, maka para umat yang berada
di 10 penjuru banyak dibimbing oleh mereka. Dan mereka selalu disanjungi serta dilindungi oleh
para Buddha. Ilmu apa saja yang dipegang oleh para Buddha kini banyak yang berada di tangan
mereka. Segala usaha yang dirancang oleh para Maha Arya yang terkemuka itu dapat mereka
kerjakan dengan lancar.
 
Bahkan banyak komentar-komentar dari para Tathagata juga dilakukan sebagai tugas oleh
mereka. Mereka adalah Maha Guru yang sedang meneladani para Bodhisattva di masa yang akan
datang! Dan lagi, para Bodhisattva, para Arya tersebut, juga tidak segan-segan membimbing
siswanya menjalankan berbagai Samadhi serta pengetahuan “Prajna” yang sangat mendalam,
agar siswanya dapat memahami Dharmata (hakikat Dharma) dan Sattvarupam (jenis-jenis rupa
makhluk).
Mereka juga mengetahui di negara-negara mana terdapat umat-umat yang memuja para Buddha.
Mereka sering menjelmakan dirinya seperti sinar petir yang berkilat; mereka juga mencapai ilmu
Abhaya (tanpa ketakutan) dan macam-macam ilmu Maya (menjelma); maka mereka sering
merusak jala-jala Mara, membebaskan para korban yang tersesat di dalam jala tersebut. Kini
status mereka telah melampaui para Sravaka atau para Pratyekabuddha dan telah mencapai
Samadhi yang disebut Sunyata (kekosongan), Animitta (tanpa tanda atau kesan) dan Apranihita
(tanpa nafsu keinginan). Mereka sering mempergunakan metode yang sangat Upaya (berfasilitas,
praktis) untuk membujuk para si keras bahwa tingkat Buddha yang terdiri dari 3 Yana
(kendaraan) itu, pada hakikatnya hanya satu saja!
 
Apabila tugasnya sudah sempurna maka tibalah saatnya mereka akan mengakhiri kehidupannya
sebagai seorang manusia biasa, dan pada saat itu pula mereka akan memproklamasikan kepada
umum bahwa Ia telah mencapai Nirvana! Walaupun para tokoh suci tersebut telah memperoleh
Penerangan Agung, telah mencapaiNirvana, tapidalam pandangan mereka sama sekali tidak ada
sesuatu yang diperbuatnya, tidak ada sesuatu yang dimilikinya. Status mereka tanpa lahir tanpa
musnah! Akan tetapi, mereka telah mempunyai badan “Samata-dharmakaya” (badan Dharma
terseimbang), telah menguasairatusan ribu jenis Dharani (mantra) penting juga mencapai ratusan
ribu jenis Samadhi yang luhur. Pancaindra mereka demikian tajam, demikian supernormal.
Konsentrasi terhadap batinnya pun demikian tenang tanpa bergerak sedikitpun, sehingga
Vijnanannya (batinnya) tetap bertumpu di dalam Bodhisattva-Dharmakara serta menikmati suatu
Samadhi luhur yang disebut Samadhi Buddhavatamsaka. Dan lagi segala Sutra Buddha Dharma
dapat merekauraikan. Mereka selalu berada di kalam Samadhi-Mukha, makaitu, banyak Buddha
masa sekarang dapat terlihat olehnya! Hanya dengan sekilas merenung saja, Vijnana mereka
telah melayang dipelbagai alam semesta, baik alam yang dihuni oleh makhluk- makhluk
sengsara ataupun alam kenikmatan;
Makhluk-makhluk tersebut dapat ditolong dengan ketrampilan yang mereka miliki. Apalagi
mereka telah memiliki kecakapan Pratibhana (berlidah fasih) seperti Sang Buddha, dapat
menggunakan berbagai bahasa untuk mengajarkan Dharmanya kepada para makhluk yang
berbeda bangsa! Sungguh, ketrampilan dari para tokoh suci tersebut sejak jauh hari telah

4
melampaui segala umat di pelbagai dunia. Tetapi, betapa keibaan hati bahwa cita-cita mereka
tiada pengharapan yang lain kecuali dititikberatkan kepada usaha-usaha pembebasan makhluk
sengsara, hanya itu saja! Adapun waktu mereka menjalankan tugasnya belum pernah dengan
cara memaksa, segala tindakan hanya menurut kemampuan dan kemauan umat!
 
Oleh karena mereka adalah sahabat karib bagi para umat, maka mereka senantiasa memberi
pertolongan kepada para umat sengsara dengan cara sukarela. Dan tugas-tugas yang terpenting
yang dihayati oleh mereka adalah:
1. Mengusahakan pembebasan segala makhluk dari penderitaan;
2. Menerima dan mempertahankan Dharma luhur diwejangkan oleh para Tathagata, agar benih
Dharma luhur dapat dibiarkannya hingga selama-lamanya tanpa musnah!
 
Mereka sering menggerakkan hati penyayang dan sikap belas-kasihan terhadap segala makhluk,
mengajari dengan kata-kata yang mengandung makna Maitri-Karuna (welas-asih), mendidik
dengan kata-kata yang mengandung makna Maitri Karuna (welas-asih), mendidik dengan saran
Dharmacaksu agar makna-makna dan Dharma dapat menerangi mata umat. Lebih-lebih malahan
berani mengatur para umat untuk menyumbat jalan Tridusgati (3 alam kesedihan); Tapi pintu
Kusala (kebaikan) tetap dibukanya lebar-lebar. Kemudian mereka tak segan-segan mengalihkan
segala Dharma luhur yang sulit diperolehnya kepada para rakyat jelata!
Adapun sikap-sikap mereka tidak berbeda dengan seorang anak jujur yang mengabdi kepada
ayah dan bundanya. Segala keluhan yang datang dari para umat juga dianggapnya sebagai
urusannya juga. Jasa-jasa dan segala kebajikan yang mereka kumpulkan itu semuanya disalurkan
kepada para umat, untuk dijadikan perbekalan guna menyeberang ke “Pantai seberang”!
Perjuangan diri itu tidak akan sia-sia malahan dapat dibalas dengan anugerah dari para Tathagata
yang banyaknya akan berlipat ganda! Demikian pula, baik kebijaksanaannya, daya super-
normalnya maupun berbagai ketrampilan yang telah Adhisthana (dikuatkan) oleh para Tathagata,
banyaknya juga tak dapat diperkirakan!
 
Ketahuilah, di arena Pasamuan Agung yang sedang diresmikan oleh Sang Buddha Sakyamuni
ini, para Bodhisattva Mahasattva yang beridentitas seperti tersebut di atas itu, jumlahnya tak
dapat dihitung; semua ikut-serta di dalam Vihara. Pada saat itu, wajah Sang Buddha Sakyamuni
tampak berseri-seri seluruh pancainderaNya penuh semangat dan bercahaya sangat cemerlang,
sangat menonjol di depan Pasamuan Agung itu.
 
 
 
Kemudian, Arya Ananda bangkit dari tempat duduknya lalu merapikan jubahnya dengan cara
menampakkan pundak kanan, sambil merangkapkanke dua telapak tangannya lalu bernamaskara
di depan Sang Buddha seraya berkata:
“O, Bhagavan yang termulia! Hari ini suasana di dalam Pasamuan Agung ini sangat
mengharukan hati kami! Bahwa seluruh pancaindera dan wajah Buddha belum pernah kami lihat
berseri-seri hingga demikian!
Girang, terang serta cemerlang tidak berbeda dengan pancaran sinar cermin dari kaca murni, baik
di dalam maupun di luar pun demikian terangnya! Kewibawaan, kemuliaan pun demikian agung
hingga tak ada seorangpun yang dapat menandinginya! Juga tak ada seorang pun yang pernah

5
melihat wajah yang begitu rupawan seperti sekarang!”“O, Maha Arya! Namo Sarvajnaya!” Arya
Ananda melanjutkan pertanyaannya:
“Sungguh, di dalam pikiranku telah terbayang terus-menerus: Apakah hari ini Sang Bhagavan
yang terhormat memperoleh suatu Dharma yang terunik? Apakah hari ini Sang Bhagavan yang
adikuasa telah mencapai suatu ketrampilan luhur dari para Tathagata? Apakah hari ini Sang
Bhagavan yang memiliki Lokacaksu akan menjalankan tugasNya sebagai Sang Pedoman-Besar?
Apakah hari ini Sang Bhagavan yang perkasa telah memegangsuatu propaganda yang terunggul?
Atau hari ini Sang Bhagavan akan mengomentari Jasa-Jasa dari para Tathagata! Yah,betul! Para
Buddha baik yang sekarang maupun yang lampau ataupun yang akan datang, Mereka selalu
saling merenung satu sama yang lain. Apakah tidak mungkin Sang Bhagavan yang sekarang
sedang mengadakan perenungan terhadap para Buddha yang lampau? Sehingga seluruh panca
indera dan wajah Beliau berseri-seri! Bukankah suatu isyarat yang penuh rahasia yang telah,
diumumkan di depan para hadirin di dalam Pasamuan ini?”
 
Saat Sang Buddha Sakyamuni habis mendengar perkataan Arya Ananda terperanjatlah Ia lalu
bersabda kepada Arya Ananda:
“O, Arya Ananda yang bijak! Apakah anda disuruh oleh para Dewata untuk menegur Buddha
atau sekedar hati sanubarimu didorong oleh kebijaksanaan-mu?”
“Bukan O, Bhagavan yang termulia!” Jawab Arya Ananda, “Bukan disuruh oleh para Dewata!
Cuma pada saat saya melihat wajah Sang Bhagavan di dalam hatiku, maka kutanyakan.”
 
Sabda Sang Buddha selanjutnya: “Sadhu! Sadhu! Sadhu! Tepat sekali pertanyaan anda, O, Arya
Ananda! Betul, anda telah mulai menggerakkan kebijaksanaanmu yang dalam! Anda juga
memiliki kecakapan Pratibhana
(berlidah fasih) yang baik, demi memperhatikan para makhluk sengsara anda memohon petunjuk
kepada Buddha. Ketahuilah O, Arya Ananda yang bijak! Para Tathagata sengaja memunculkan
dirinya di dunia maksudnya tiada lain hanya satu tujuan yakni, Mereka hendak melimpahkan
perasaan Maitri-Karuna yang Maha luhur di lingkungan Triloka; Mengembangkan Buddha
Dharma di alam semesta; Menyelamatkan para makhluk sengsara di pelbagai dunia, kemudian
dimanfaatkan dengan serbaguna oleh umat, agar mereka dapat membebaskan segala belenggu
penderitaan!”
 
“O, Arya Ananda yang bijak! Sungguh, kesempatan ini sulit ditemukan selama berjuta-jutaan
tahun! Kemunculan Sang Tathagata itu bagaikan sekuntum bunga Udumbara yang lama sekali
baru mekar! Maka tepat sekali pertanyaan yang timbul pada diri anda itu akan bermanfaat bagi
para Dewa dan manusia!
O, Arya Ananda! Ketahuilah, bahwa seorang Buddha yang telah mencapai Samyak-sambodhi,
kebijaksanaanNya; Daya supernormalNya serta ketrampilanNya semua telah mencapai titik
puncak dan keluhurannya tak dapat diperkirakan! Baik dari aspek manapun. Aspek memimpin,
mengatur, memandang ataupun khusus dari aspek mengungkap segala sesuatu, bagi mereka
tanpa halangan sedikitpun! Apalagi, mereka hanya dengan waktu sesekali santapan saja dapat
mempertahankan hidupNya hingga ratusan ribu Kalpa atau lebih!
Panca inderiaNya tetap tajam tanpa rusak; WajahNya berseri-seri seperti semula tanpa berubah
sedikitpun! Mengapa keawetan bisa hingga demikian? Sebab, baik bagi Samadhi maupun bagi
PrajnaNya semua telah melampaui tingkat yang teratas! Apalagi mereka telah bebas dari segala
sangkutan!”

6
“O, Arya Ananda yang bijak! Dengarlah baik-baik! Sekarang Aku akan berkhotbah tentang suatu
Dharma yang sangat berharga kepada kamu sekalian!”
“Mohon dikhotbahkan, O, Bhagavan yang termulia! Kami telah siap mendengar!” Jawab Arya
Ananda.
 
Saat itu, Sang Buddha Sakyamuni memberitahukan kepada Arya Ananda serta para hadirin:
“Pada dahulu kala lamanya adalah Asamkhyeya Kalpa yang sulit diperhitungkan! Pada masa itu
terdapat seorang Buddha yang bernama Dipankara Buddha muncul di dunia. Beliau pernah
menyelamatkan banyak
yang menderita, kemudian kesemuanya dibimbingNya hingga mencapai Kebuddhaan di negeri-
Nya! Setelah Buddha Dipankara Parinirvana O, Arya Ananda! Selang beberapa lama menyusul
lagi Buddha Pratapavat dan berturut-turut Buddha. Prabhakara, Candanagandha, Sumerukalpa,
Candana, Vimalanana, Anu-Palipta, Vimalaprabha, Nagabhibhu, Suryodana, Girirajaghosa,
Merukuta, Suvar-Naprabha, Iyotisprabha, Vaiduryanirbhasa, Brahmaghosa, Candabhibhu,
Turya-ghosa, Muktakusumapratimanditaprabha, Srikuta, Sagaravarabuddhivikri, Dita-Bhijna,
Varaprabha, Mahagandharajanirbhasa, Vyapagatakhilamalapratighosa, Surakuta, Rananjaha,
Mahagunadharabuddhipraptabhijna, Candrasuryajih-Mikarana, Uttaptavaiduryanirbhasa,
Cittadharabuddhisankusumitabhyudgata, Puspavativanarajasankusumitabhijna, Puspakara,
Udakacandra, Avidyandhaka-Ravidhvamsanakara, Lokendra, Muktacchatrapravatasadris, Tisya,
Dharmamati-vinanditaraja, Simhasagarakutavinanditaraja, Sagaramerucandra, Brahmasvara-
Nadabhinandita, Kusumasambhava, Praptasena, Candrabhanu, Merukuta, Can-Draprabha,
Vimalanetra, Girirajaghosesvara, Kusumaprabha, Kusumavrstyabhi-Prakirna, Ratnacandra,
Padmabimbyupasobhitta, Candanagandha, Ratnabhi-Bhasa, Nimi, Mahavyuha,
Vyapagatakhiladosa, Brahmaghosa, Saptaratnabhivrsta, Mahagunadhara,
Mahatamalapatracandana-Kardama, Kusumabhijna, Ajnanavidhvamsana, Kesarin,
Muktacchatra, Suvarnagarbha, Vaiduryagarbha, Mahaketu, Dhannaketu, Ratnaketu, Ratnasari,
Lokendra, Narendra, Karunika, Lokasundra, Brahmaketu, Dharmamati, Simha, Simhamati.
 
Menyusul Buddha Simhamati muncul lagi seorang Buddha yang Maha Sempurna di dunia yaitu,
Tathagata Sokesvararaja yang memiliki gelar Dasaha-Raguna:
Tathagata, Arhate, Samyaksambudha, Vidyacarana-Sampanna, Sugata, Lokavid, Anuttara,
Purusa-Damya-Sarathi, Sastadevamanusyanam dan Buddha-Lokanatha’ti. Saat Beliau tengah
mengembangkan Buddha Dharma kepada para umat di negeriNya!”
“Pada saat itu, terdapat seorang raja yang maha kuasa sedang mendapat kabar bahwa di dunianya
telah muncul seorang Buddha Baru tengah mengajari para umat dengan Dharma luhur. Hati raja
amat riang gembira setelah ia mendengar kabar baik itu, dengan segera ia membangkitkan
Kebodhicittaannya yang sangat mendalam dan ia ingin sekali akan mengikuti langkah-langkah
Buddha guna memanfaatkan rakyat-rakyatnya serta segala makhluk yang berada di semesta.
 
“Setelah raja tersebut mengambil putusannya yang demikian hebat ia segera meninggalkan
segala harta dan tahkta singasananya, langsung menjadikan seorang Sramana dengan nama
Dharmakara.
Ketahuilah O,Arya Ananda! Sang Sramana tersebut bukan saja berpendidikan demikian tinggi,
semangatnya demikian gagah-berani ia juga bercita-cita amat luhur agak lain dibandingkan
daripada siapapun yang berada di dunianya!”
 

7
“Kemudian.” Sang Buddha Sakyamuni meneruskan khotbahNya:
“Sang Sramana, Dharmakara terus menuju ke tempat Buddha Lokesvara-raja itu, dan menemui
Beliau di dalam ViharaNya. Di situlah Sang Sramana dengan sikap hormat berlutut di depan
Buddha Lokesvararaja dan memberi penghormatan kepada kedua kakiNya, lalu berdiri lagi dan
mengelilingi Sang Buddha tersebut sebanyak 3 kali. Selesai itu ia berlutut kembali di tempatnya
dan merangkapkan kedua telapak tangannya sambil mengucapkan pujian-pujian seperti berikut:
 
O, Lokanatha yang termulia!
WajahMu, semangatMu berseri-seri dan perkasa!
Sinar hidupMu-pun demikian cemerlang,
Tiada yang dapat diperbandingkanNya!
Sinar Siva, Sinar mutiara,
Sinar Bulan dan Sang Surya;
Sinar mereka demikian gelap,
Gala-galanya tersembunyi belahan dunia!
Sungguh, rupawanMu riang gembira,
Cantiknyapun melampaui insan di dunia!
Irama asala Samyak Sambuddha,
Berkumandang ke penjuru daerah.
Sila, Samadhi dan PrajnaNya,
Demikian Virya dan sempurna!
Kebajikan, kewibawaan siapapun kalah,
Keistimewaan ini, sungguh jarang ada!
Baik dalam praktek atau perenungan,
Buddha Dharma ta’ berbeda dengan Samudra!
Betapa sukar agar dapat sukses,
Dari puncak hingga ke dasar.
Raga, Dosa, Moha ketiga-tiganya,
Samasekali tak dimiliki Tathagata!
O, Nara-Simha yang perkasa!
SupernormalMu sungguh tak terhingga!
NamaMu, jasaMu setinggi Sumeru, KebijaksanaanMu,
kewibawaanMu telah menggemparkan Tiga ribu-Maha ribu Dunia!
Mohonlah aku dijadikan Buddha O, Lokanatha!
Supaya ketrampilanku sama dengan Dharmaraja.
Aku berjanji: Segala makhluk akan kuselamatkan,
Mereka pasti bebas semua!
Aku akan menghayati Dana-Paramita, Sila, Ksanti dan Virya.
Demikian pula dengan Dhyana, Tapi Prajna-lah yang terutama!
Aku berikrar mohon menjadi Buddha, Aku melimpahkan cita-luhurku ke semesta!
Segala kegemparan, ketakutan umat, Akan ku-tenteramkan secara total!
Seandainya dunia ini terdapat berjuta-juta Tathagata,
Muncul lagi para maha-Arya,
Banyaknya seperti pasir Gangga.
Kini setiap Buddha, Arya,
Akan dipujakan selengkap-lengkapnya!

8
Betapa besar jasa diperoleh,
Tapi, Aku cuma mementingkan Dharma!
Meskipun negeri Buddha bagaikan
Butiran pasir Sungai Gangga,
Dan dunia-dunia di tata-surya;
Banyaknya pun tak terhingga!
Akan tetapi, alam-alam tersebut,
Tetap akan ku-sinari dengan cahaya!
Karena Virya-Virya telah kucapai,
Maka, Daya-supernormalku mejadi sekian hebat!
Apabila, aku telah mencapai Kebuddhaan, Alam Buddha-ku akanterkemuka!
Rakyat-rakyatku pun demikian unik, takwa;
Mandala-ku juga termegah nan indah!
Apabila, Sang umat tiba di negeriku,
Penikmatan mereka tak berbeda dengan Nirvana.
Percayalah, aku akan memiliki belas kasihan,
Makhluk-makhluk apapun akan kuselamatkan!
Makhluk-makhluk yang datang dari 10 penjuru,
Menyenangkan alam yang tak bernoda!
Setelah mereka berada di negeriku,
Tetap merasa aman santosa.
Percayalah O, Lokanatha termulia!
Aku telah membangkitkan Bodhicitta.
Agar cita-citaku dapat terwujud, Maka, aku bersumpah di depan Buddha.
O, Tathagata di pelbagai Dunia! Prajna yang dimilikiMu Avarana.
Sudilah menyarankan kepada Lokesvararaja,
Agar menerima hatiku yang sekian setia!
Meskipun nasibku akan di neraka, Kawah penuh api dan Duhkha!
Tapi, aku tetap seperti semula,
Takkan menyesal, tak mundur selangkahpun!”Sang Buddha Sakyamuni selanjutnya bersabda
kepada Arya Ananda bahwa saat Sang Sramana Dharmakara mengakhiri bait-bait pujaannya, ia
berkata lagi: “O, Lokanatha yang termulia! Aku telah menggerakkan Bodhicittaku yang
demikian dalam dan luhur; Maksudku agar Sang Buddha Lokesravaraja sudi mengajar aku
dengan Dharma luhur dan berbagai metode-metode komplit. Aku akan mempraktekkannya
dengan kebulatan tekadku! Sebab aku berniat memperoleh suatu alam yang paling menakjubkan;
Paling indah dan suci murni diantara alam-alam Buddha diluar Triloka; Agar aku mendapat
kesempatan dijadikan seorang Buddha yang terunggul di alam itu! Demikian pula, aku berhasrat
ingin memusnahkan segala akar penderitaan serta tumimbal-lahir dan kematian dari para umat
hingga tuntas!”’
 
Sang Buddha Sakyamuni terus melanjutkansabdaNya kepada Arya Ananda:
“Pada waktu itu Sang Tathagata Lokesvararaja menjawab Sang Sramana Dharmakara: ‘O, Arya
Dharmakara yang bijak! Bagaimana caranya melaksanakan Dharma dan bagaimana caranya
mengindahkan alam Buddha, anda ‘kan sudah mengerti?’
‘Tidak O, Lokanatha yang termulia!’ Jawab Sang Dharmakara: ‘Hakikat-hakikat bagi Buddha
Dharma demikian luhur lagi sulit dipahami; Apalagi statusku masih sekian rendah lagi bingung!

9
Maka dari itu, aku memohon Sang Lokesvararaja sudi memberikan wejangan-wejangan yang
terluas tentang cara-cara melaksanakan Dharma guna membentuk satu alam suci seperti telah
dimiliki oleh para Tathagata itu! Yakinilah O, Lokanatha yang termulia! Aku bertekad akan
berpedoman kepada Sang Lokesvararaja, agar cita-citaku dapat sempurna secara cepat!’ Ketika
Buddha Lokesvararaja telah mengungkapkan bahwa kepintaran Sang Dharmakara sungguh luar
biasa dan juga berpandangan luas sekali.
 
Kemudian Beliau segera mendorongkan Bodhicitta Sang Sramana tersebut hingga puncak dan
diajariNya dengan bait demikian :
Seandainya, seorang bersemangat perkasa, Ia mengeringkanair Samudra; Setelah berkalpa-Kalpa
masa dikerjakan, Permata di dasar semua diperolehnya! Seandainya, anda berani berusaha,
Mempraktekkan Dharma dari masa ke masa; Cita-citamu semua akan terwujud, Apakah pahala
agung tak dapat anda peroleh?
Setelah bait-bait tersebut diucap, Sang Lokesvararaja langsung mengkhotbahkan Dharma secara
luas meliputi berbagai identitas-identitas dan ciri-ciri khas jumlah 210 Koti negeri Buddha
kepada Sang Bhiksu Dharmakara. Di antaranya seperti bermacam-macam Dewa, manusia dan
makhluk-makhluk lain, baik yang bersifat jujur maupun bersifat jahat, kesemuanya terdapat di
dunia yang berbeda-beda. Dan kondisi-kondisi dari dunia tersebutpun demikian pula, ada
berkwalitas halus tapi ada berkwalitas kasar; Kini, baik jelek, buruk ataupun damai, indah semua
dipertunjukkan oleh Sang Tathagata tersebut satu demi satu di depan Bhiksu Dharmakara, agar
dia dapat mengungkapkan dengan sukacitanya!”
“Ketahuilah O, Arya Ananda! Setelah Sang Bhiksu Dharmakara mendengar Khotbahan dan
menyaksikan dunia-dunia Buddha yang ditunjukkan oleh Sang Tathagata Lokesvararaja itu, cita-
cita luhur segera timbul di dalam hati sanubarinya. Sejak itu, baik lahir maupunbatin disucikan
sangat ketat, hingga segala tanpa nafsu duniawi yang melekat sedikitpun! Sungguh, perilakunya
yang terpuji itu tak ada seorang yang dapat menandinginya!
Apalagi, selama lima Kalpa pelaksanaannya terus menerus, tiada hari tanpa kerja keras!
Demikian pula maksudnya hanya satu yakni ingin mensukeskan Dharma luhur hingga
memperoleh suatu alam Buddha yang tersuci, terindah dan terbahagia!”
 
Sementara Arya Ananda tiba-tiba bertanya kepada Buddha Sakyamuni:
“Berapakah panjang hidupnya Buddha Lokesvararaja pada masa itu? O, Bhagavan yang
termulia! Sudilah diterangkannya!”
“Panjangnya 42 Kalpa.” Sabda Sang Buddha: “O, Arya Ananda! Ketahuilah, setelah Bhiksu
Dharmakara mempraktekkan Dharma luhur dan terus mengumpulkan pelaksanaan suci dari 210
Koti dunia Buddha yang khas; Selama 5 Kalpa demikian terus menerus tanpa henti-henti
akhirnya dapat dijadikannya satu alam Buddha yang demikian suci dan murni, demikian indah
dan megah! Setelah itu Sang Bhiksu baru kembali ke tempat Tathagata Lokesvararaja dan
memuja kaki Buddha, mengelilingi Buddha 3 kali, kemudian berlutut dan ber-Anjali lagi di
depan Buddha seraya berkata: ‘O, Lokanatha yang termulia! Berkat Tathagata aku selama 5
Kalpa mempraktekkanDharma terus menerus,segala “Pelaksanaan Suci” yang kukumpulkan dari
210 Koti dunia Buddha telah sukses lagi sempurna! Sekarang pantaslah aku mengaturkan beribu-
ribu terima-kasih kepada Tathagata Lokesvararaja yang termulia!’ Waktu Sang Lokesvararaja
mendengar laporan dari Bhiksu Dharmakara hatiNya amat girang gembira, lantas Beliau
bersabda kepada Sang Bhiksu: ‘O, Bhiksu yang terbijak!

10
Sudah tiba saatnya, sekarang anda harus mengadakan suatu pengumuman resmi kepada para
umat tentang suatu “Maha- Pranidhana” (tekad-utama) yang anda usahakan guna memanfaatkan
segala makhluk di alam semesta itu! Agar para simpatisan Dharma dapat bersama-sama ikut
gembira: Para Bodhisattva dapat menghayati metode-motode yang anda peroleh itu, supaya
segala usaha suci yang mereka kerjakan dapat sukses dan segala cita-cita agung yang dimiliki
merekapun dapat disempurnakan!’
 
 
Beribu-ribu terima kasih O, Lokanatha yang termulia!” Ucap Sang Bhiksu kepada Sang
Lokesvararaja: ‘Aku siap mengumumkan, sudi kiranya Lokanathaku dapat memperhatikan
keadaannya! Inilah “Maha-Pranidhana”-ku sebanyak 48 ikrar, dan bunyinya sebagai berikut:1.
Apabila aku telah menjadi Buddha, andaikata, jika masih terdapat Alam kesedihan seperti
Neraka, Setan kelaparan, Hewan-hewan dan sebagainya di negeriku, maka aku tak akan
mencapai Samyaksambuddha!
2. Apabila aku telah menjadi Buddha, para Dewa, manusia, yang berada di negeriku, andaikata
usianya telah habis dan mereka masih diterjunkan di 3alam Kesedihan, makaaku tak akan
mencapai Samyaksambuddha!
3. Apabila aku telah menjadi Buddha, para Dewa, manusia yang berada di negeriku, andaikata
semua badannya tidak berwarna emas sejati, maka aku tak akan mencapai Samyaksambuddha!
4. Apabila aku telah menjadi Buddha, para Dewa, manusia, yang berada di negeriku, andaikata
warna kulit dan jasmaninya tidak serupa, paras dari mereka juga berbeda-beda ada yang cantik
dan ada yang jelek, maka aku tak akan mencapai Samyaksambuddha!
5. Apabila aku telah menjadi Buddha, para Dewa, manusia yang berada di negeriku, andaikata
mereka tidak menguasai pengetahuan Purvanivasanu (daya yang dapat mengingat tumimbal-lahir
yang lampau), dan mereka hanya mengerti segala kejadian dari ratusan ribu Koti Nayuta Kalpa,
maka aku tak akan mencapai Samyaksambuddha!
6. Apabila aku telah menjadi Buddha, para Dewa, manusia, yang berada di negeriku, andaikata
mereka tidak memiliki caksu (mata batin) dan mereka hanya bisa melihat ratusan ribu Koti
Nayuta negeri-negeri Buddha, maka aku tak akan mencapai Samyaksambuddha!
7. Apabila aku telah menjadi Buddha, para Dewa, manusia, yang berada di negeriku, andaikata
mereka tidak memiliki Divyasrotra (telinga Surga) dan mereka hanya bisa mendengar khotbah-
khotbah dari ratusan ribu Koti Nayuta Buddha dan banyak ajaran Buddha mereka tidak mampu
menerima seluruhnya, maka aku tak akan mencapai Samyaksambuddha!
8. Apabila aku telah menjadi Buddha, para Dewa, manusia, yang berada di negeriku, andaikata
mereka tidak memiliki pengetahuan Paracittaj-nana (daya intuisi), mampu membaca pikiran
makhluk-makhluk lain dan mereka hanya bisa mengetahui pikiran semua makhluk dari ratusan
ribu Koti Nayuta negeri-negeri Buddha, maka aku tak akan mencapai Samyaksambuddha!
9. Apabila aku telah menjadi Buddha, para Dewa, manusia, yang berada di negeriku, andaikata
mereka tidak memiliki pengetahuan Rddhividhi (langkah Surga) dan mereka dalam selintas
merenung hanya dapat mengarungi ratusan ribu Koti Nayuta negeri-negeri Buddha saja, maka
aku tak akan mencapai Samyaksambuddha!
10. Apabila aku telah menjadi Buddha, para Dewa, manusia, yang berada di negeriku, andaikata
mereka belum memiliki pengetahuan Asra-vaksaya (daya mampu memusnahkan kekotoran
batin) dan mereka hanya memiliki ide-egois dan selalu memikirkan keperluan tubuh diri sendiri,
maka aku tak akan mencapai Samyaksambuddha!

11
11. Apabila aku telah menjadi Buddha, para Dewa, manusia, yang berada di negeriku, andaikata
mereka tidak ditempatkan pada Samyaktve-niyatasi (hakikat mutlak untuk mencapai pahala yang
sesuai Sang Praktek Dharma) agar semua dapat mencapai Nirvana, maka aku tak akan mencapai
Samyaksambuddha!
12. Apabila aku telah menjadi Buddha, andaikata sinar hidupku terbatas sehingga tidak dapat
memancari ratusan ribu Koti Nayuta negeri-negeri Buddha, maka aku tak akan mencapai
Samyaksambuddha!
13. Apabila aku telah menjadi Buddha, andaikata masa hidupku terbatas, meskipun sampai
dengan ratusan ribu Koti Nayuta Kalpa, maka aku tak akan mencapai Samyaksambuddha!
14. Apabila aku telah menjadi Buddha, para Sravaka yang berada di negeriku, andaikata
jumlahnya dapat dihitung oleh para pratyeka-buddha yang berasal dari rakyat-rakyat di dunia
Trisahasra-Mahasahasra Lokadhatu hingga lamanya ratusan ribu Kalpa, mereka dapat mengerti
jumlahnya dan tidak salah hitung seorangpun, maka aku tak akan mencapai Samyaksambuddha!
15. Apabila aku telah menjadi Buddha, para Dewa, manusia, yang berada di negeriku, kehidupan
atau usianya tidak terbatas, kecuali atas kehendaknya mereka senang panjang atau pendek, jika
tidak demikian, maka aku tak akan mencapai Samyaksambuddha!
16. Apabila aku telah menjadi Buddha, para Dewa, manusia, yang berada di negeriku, andaikata
diantara kelakuan mereka terbukti kurang baik atau berdosa, maka aku tak akan mencapai
Samyaksambuddha!
17. Apabila aku telah menjadi Buddha, andaikata para Buddha yang berada di sepuluh penjuru
dunia jumlah tak terhingga tidak memuliakan namaku, maka aku tak akan mencapai
Samyaksambuddha!
18. Apabila aku telah menjadi Buddha, para makhluk yang berada di 10 penjuru dunia setelah
mendengar namaku lalu timbul keyakinan dengan riang gembira, ingin dilahirkan di negeriku
dengan cara merenung atau menyebut namaku (Namo Amitabha Buddhaya!), andaikata setelah
pelaksanaannya genap 10 kali tidak dilahirkan di negeriku, maka aku tak akan mencapai
Samyaksambuddha. Kecuali mereka telah memiliki dosa Pancanantarya (5 perbuatan durhaka)
dan pernah memfitnah Sad-Dharma dari para Tathagata.
19. Apabila aku telah menjadi Buddha, para makhluk yang berada di 10 penjuru dunia yang telah
membangkitkan Bodhicitta (bercita-cita ingin mencapai Kebuddhaan dan ingin menyelamatkan
para makhluk), telah mempraktekkan dan mengamalkan berbagai kebajikan dan Dharma, dengan
ini, mereka berjanji bertekad dilahirkan di negeriku. Pada saat mereka akan mengakhiri
kehidupannya, andaikata aku tidak bersama-sama dengan rombonganku mengelilinginya serta
menam-pakan diri di depan mereka, maka aku tak akan mencapai Samyaksambuddha! Supaya
aku menjadi perwira terunggul di Triloka!
20. Apabila aku telah menjadi Buddha, para makhluk yang berada di 10 penjuru dunia, setelah
mendengar namaku mengarahkan hatinya kepada negeriku dan menanam berbagai benih
kebajikan, kemudian jasa-jasanya di-Parinamanakan (disalurkan) di negeriku. Andaikata cita-
citanya tidak dipenuhi, maka aku tak akan mencapai Samyaksambuddha!
21. Apabila aku telah menjadi Buddha, para Dewa, manusia, yang berada di negeriku, andaikata
seluruh badannya tidak dilengkapi dengan Dvatrimsa-Maha-Purusa Laksana (32 macam tanda
fisik agung) seperti badan Buddha dan Bodhisattva, maka aku tak akan mencapai
Samyaksambuddha!
22. Apabila aku telah menjadi Buddha, maka para Bodhisattva yang telah lahir di negeriku yang
berasal dari pelbagai alam Buddha, semua memiliki identitas disebut Ekajatipratibaddha (hanya
satu kali menitis telah menjadi Buddha-pilih) kecuali:

12
 Jika mereka telah mempunyai cita-cita akan menjelmakan raganya secara bebas, kemudian
dengan badan Nirmitanya dilengkapi perisai-ikrar. Demi makhluk-makhluk sengsara mereka
akan menimbun jasa-jasa sebanyak-banyaknya untuk membebaskan segala umat dari belenggu
penderitaan dan cita-citanya ini akan tetap sukses;
 Jika mereka akan menjelajah ke pelbagai negeri Buddha, guna mempraktekkan Bodhisattva-
Carita (pelaksanaan tugas Bodhisattva) di sana, cita-citanya juga akan sukses;
 Jika mereka bermaksud ingin mengadakan kebhaktian untuk mengabdi para Buddha yang berada
di 10 penjuru dunia, ini juga akan tercapai;
 Jika mereka akan membimbing para umat yang banyaknya bagaikan butiran pasir Sungai
Gangga, agar umat-umat tersebut dapat menegakkan Saddharma teragung di dalam hatinya dan
dapat meningkatkan status mereka hingga melampaui BhumiBodhisattva yang setarap, agar
segala contoh-contoh tentang “Samantabhadra-Guna” dapat dihayati oleh para umat yang
dibimbingnya hingga sukses. Andaikata, keadaan mereka tidak demikian, maka aku tak akan
mencapai Samyaksambuddha!

23. Apabila aku telah menjadi Buddha, jika para Bodhisattva yang berada di negeriku, setelah
menerima Adhisthana (dikuatkan) tentang Rddhibala Buddha (tenaga gaib Buddha) dan hendak
mengabdi para Tathagata, andaikata mereka tidak dapat mengunjungi negeri-negeri Buddha yang
banyaknya ber-Koti-Koti Nayuta yang tak terhingga dengan waktu sekali santapan, maka aku tak
akan mencapai Samyaksambuddha!
24. Apabila aku telah menjadi Buddha, jika para Bodhisattva yang berada di negeriku itu, tiba di
depan para Buddha di pelbagai dunia dan mereka sedang menampilkan jasa-jasanya guna
menghasilkan bermacam-macam sajian agung serta alat-alat pujaan untuk mengabdi para
Buddha. Andaikata, segala niat yang dimaksudkan oleh mereka itu tidak muncul dengan
memuaskan, maka aku tak akan mencapai Samyaksambuddha!
25. Apabila aku telah menjadi Buddha, para Bodhisattva yang berada di negeriku itu, tidak
mampu berkhotbah tentang pengetahuan Sarvajna (segala pengetahuan Buddha) kepada
pengikutnya, maka aku tak akan mencapai Samyaksambuddha!
26. Apabila aku telah menjadi Buddha, para Bodhisattva yang berada di negeriku itu, tidak
memiliki badan Vajra-Narayana (badan sekuat seperti Narayana), maka aku tak akan mencapai
Samyaksambuddha!
27. Apabila aku telah menjadi Buddha, maka para Dewa, manusia, serta segala sesuatu yang
berada di negeriku itu, bukan saja bermutu suci murni, bercahaya dan indah rupawan, melainkan
juga bentuknya, jenisnya serta warnanyapun demikian unik. Baik umat-umat maupun benda-
benda semua demikian cantik, halus dan menakjubkan! Jumlah jenis-jenisnya pun sulit
diperhitungkan! Juga, terdapat banyak umat yang berbakat cerdas, bahkan memiliki Mata-batin.
Andaikata, mereka tak dapat mengamati jenis-jenis benda tersebut; Mereka tak dapat
menjelaskan namanya serta jumlahnya, maka aku tak akan mencapai Samyaksambuddha!
28. Apabila aku telah menjadi Buddha, jika para Bodhisattva yang berada di negeriku itu, karena
tidak banyak memiliki jasa sehingga tidak dapat melihat atau mengerti warna dan cahaya pohon
Bodhi dari Mandalanya; Bahkan tinggi pohon yang hanya 4 juta Yojana pun juga tidak terlihat
oleh mereka, maka aku tak akan mencapai Samyaksambuddha!
29. Apabila aku telah menjadi Buddha, jika para.Bodhisattva yang berada di negeriku itu, telah
menerimaajaran-ajaran Buddha seperti: Sutra-Sutra, Gatha-Gatha, Dharani penting, Vibhasa-
Vibhasa (keterangan-keterangan yang amat luas) dan sebagainya, tetapi mereka masih belum

13
memiliki ketrampilan tentang Prajna (kebijaksanaan) dan Pratibhana (berlidah fasih), maka aku
tak akan mencapai Samyaksambuddha!
30. Apabila aku telah menjadi Buddha, jika para Bodhisattva yang berada di negeriku itu hanya
memiliki ketrampilan Prajna dan Pratibhana yang terbatas, maka aku tak akan mencapai
Samyaksambuddha!
31. Apabila aku telah menjadi Buddha, bumi-bumi di negeriku itu akan tetap berkualitas mulus,
rapi dan bersih; Sinar hidupku tetap menembus segala alam Buddha di 10 penjuru dan jumlahnya
banyak sekali tak dapat diperkirakan, dan alam-alam tersebut tidak berbeda seperti wajah orang
yang dicerminkan pada kaca mengkilap, seluruhnya amat terang benderang. Andaikata tidak
demikian adanya, maka aku tak akan mencapai Samyaksambuddha!
32. Apabila aku telah menjadi Buddha, maka seluruh lingkungan di negeriku mulai dari
permukaan bumi terus ke angkasa terdapat banyak istana mustika yang mewah, gedung-gedung
tinggi, kolam-kolam yang penuh dengan air 8 budi jasa, bunga teratai yang bermacam-macam
warna, pohon-pohon dari 7 jenis mustika serta segala harta benda seperti terdapat di pelbagai
dunia. Dan benda-benda tersebut semua terbuat dari berbagai permata dan ribuan jenis
wewangian. Setiap bangunan dihiasi dengan amat teliti, indah, megah, halus dan menakjubkan!
Kemuliaannya melampaui alam-alam manusia atau Surga; Keharumannya meliputi 10 penjuru
dunia, sehingga para Bodhisattva yang berada di dunia itu setelah mencium harumnya lalu
melaksanakan Buddha-Carita (pelaksanaan tingkat Kebudhaan), andaikata tidak demikian
adanya, maka aku tak akan mencapai Samyaksambuddha!
33. Apabila aku telah menjadi Buddha, maka makhluk apa saja yang berada di 10 penjuru alam
Buddha tak terhingga serta sulit diperkirakan, bila badan mereka tersentuh oleh sinar hidupku,
baik hati (pikiran) maupun jiwa-raganya akan merasakan kehalusan, lembut dan tanda sifat yang
unik ini tetap melampauipara Dewata. Andaikata tidak demikian adanya, maka aku tak akan
mencapai Samyaksambuddha!
34. Apabila aku telah menjadi Buddha, maka makhluk apa saja yang berada di 10 penjuru alam
Buddha yang tak terhingga dan sulit diperkirakan, setelah mendengar namaku, andaikata mereka
tidak dapat memiliki Anutpatika-Dharma-Ksanti (menetap batin pada Nirvana) serta berbagai
Dharani penting, maka aku tak akan mencapai Samyaksambuddha!
35. Apabila aku telah menjadi Buddha, maka akan terdapat para wanita yang berada di 10
penjuru alam Buddha yang tak terhingga dan sulit diperkirakan, dimana setelah mendengar
namaku timbul keyakinan dan merasa amat riang gembira lantas membangkitkan Bodhicittanya.
Dan jika sejak itu mereka tidak senang akan tubuh wanitanya dan ingin menjelma menjadi tubuh
pria pada masa mendatang. Andaikata mereka masih tetap memiliki tubuh wanita dalam
kehidupan berikut, maka aku tak akan mencapai Samyaksambuddha!
36. Apabila aku telah menjadi Buddha, maka akan terdapat banyak Bodhisattva yang berada di
10 penjuru alam Buddha yang tak terhingga dan sulit diperkirakan, di mana setelah mereka
mendengar namaku,baik sekarang maupun di masa mendatang selalu menjalankan Sila-Sila
Brahma-Carita (mengendali nafsu indera, bebas dari perzinahan) hingga memperoleh
Kebuddaan. Andaikata tidak demikian, maka aku tak akan mencapai Samyaksambuddha!
37. Apabila aku telah menjadi Buddha, maka akan terdapat para Dewa, manusia, yang berada di
10 penjuru alam Buddha yang tak terhingga dan sulit diperkirakan, dimana setelah mendengar
namaku maka dengan sikap sangat khidmat memberi penghormatan kepadaku sambil
menimbulkan keyakinan dengan amat riang gembira, kemudian melaksanakan Bodhisattva-
Carita (memanfaatkan para umat serta diri sendiri agar sama-sama mencapai Kebuddhaan) dan

14
berkelakuan amat suci dan agung, sehingga selalu dimuliakan oleh para manusia dan para Dewa.
Andaikata tidak demikian, maka aku tak akan mencapai Samyaksambuddha!
38. Apabila aku telah menjadi Buddha, makajika para Dewa, manusia, yang berada di negeriku
menginginkan beberapa stel pakaian atau jubah, mereka akan menerimanya dan selintas
merenung pakaian lengkap serta jubah-jubah khusus untuk Dharma yang tertentu; Yang selalu
dipujikan oleh Sang Buddha itu, dimana semua akan berada di atas tubuhnya. Andaikata pakaian
yang mereka terima itu tidak sesuai kehendaknya atau bahannya belum jadi, harus dijahit, maka
aku tak akan mencapai Samyaksambuddha!
39. Apabila aku telah menjadi Buddha, jika para Dewa, manusia yang berada di negeriku tidak
dapat menikmati kebahagiaan yang sama besar dengan, para Bhiksu yang berstatus Asravaksaya
(segala kotoran batin dan penderitaan telah musnah), maka aku tak akan mencapai
Samyaksambuddha!
40. Apabila aku telah menjadi Buddha, maka para Bodsisattva yang berada di negeriku jika
bermaksud ingin melihat alam Buddha yang suci murni dan indah di 10 penjuru banyaknya yang
tak terhingga, biar pada saat apapun mereka dapat melihatnya melalui pohon-pohon mustika dan
jelasnya seolah-olah wajah seseorang tercermin pada kaca yang mengkilap, andaikata tidak
demikian, maka aku tak akan mencapai Samyaksambuddha!
41. Apabila aku telah menjadi Buddha, jika terdapat para Bodhisattva yang berada di pelbagai
dunia, dimana setelah mendengar namaku dan tinggal sedikit saat lagi mereka akan mencapai
Kebuddhaan, tapi pancainderanya atau organ-organ lain masih cacat atau fungsinya kurang
normal, maka aku tak akan mencapai Samyaksambuddha!
42. Apabila aku telah menjadi Buddha, dan terdapat para Bodhisattva yang berada di pelbagai
dunia, setelah mendengar namaku maka semua akan memiliki suatu Samadhi luhur yang disebut
Suvibhaktavati (terbebas segala ikatan) dan mereka hanya dengan sepintas pikir semua telah
berada di depan Buddha yang tak terhingga dan sulit diperkirakan mengadakan pemujaan, dan
saat itu mereka masih tetap didalam keadaan Samadhi pada semula belum diakhirinya.
Andaikata tidak demikian, maka aku tak akan mencapai Samyaksambuddha!
43. Apabila aku menjadi Buddha dan terdapat para Bodhisattva yang berada di pelbagai dunia,
setelah mendengar namaku, andaikata, demi suatu tugas penting mereka ingin dilahirkan di salah
satu anggota keluarga yang mulia saat ia telah tutup usianya, jika tidak dipenuhi keinginannya,
maka aku tak akan mencapai Samyaksambuddha!
44. Apabila aku telah menjadi Buddha, maka akan terdapat para Bodhisattva yang berada di
pelbagai dunia setelah mendengar namaku merasa amat riang gembira dan tekad melaksanakan
‘Bodhisattva-Carya’ yang terluhur hingga sukses, disamping mereka mengumpulkan jasa-jasa
yang teragung selengkap-lengkapnya guna perbekalan menyeberang ke Pantai-seberang.
Andaikata tidak demikian, maka aku tak akan mencapai Samyaksambuddha!
45. Apabila aku telah menjadi Buddha makaakan terdapat para Bodhisattva yang berada di
pelbagai dunia, setelah mendengar namaku semua akan memiliki suatu Samadhi lebih luhur
yakni Samantanugata (batin yang seimbang dan luas), dan dalam Samadhi itu mereka bisa
dengan Mata-batin melihat para Buddha yang banyaknya tak terhingga dan sulit diperkirakan;
Dan disamping itu dengan pelaksanaan Samadhi ini mereka mencapai Kebuddhaan. Andaikata
tidak demikian, maka aku tak akan mencapai Samyaksambuddha!
46. Apabila aku telah menjadi Buddha, para Bodhisattva yang berada di negeriku itu, bila ingin
mendengar khotbah Dharma biar pada waktu apapun tetap dapat ditangkap secara otomatis; Dan
suara dari khotbahan Dharma dikumandangkan melalui sinar, arus, jaring-jaring, pohon-pohon,

15
unggas-unggas dan sebagainya. Andaikata tidak demikian, maka aku tak akan mencapai
Samyaksambuddha!
47. Apabila aku telah menjadi Buddha, jika para Bodhisattva yang berada di pelbagai dunia
setelah mendengar namaku, tidak segera memiliki Avinivartaniya (memiliki status tanpa mundur
atau berpaling terhadap Kebodhian) dari Anuttara Samyaksambodhi itu, maka aku tak akan
mencapai Samyaksambuddha!
 
48. Apabila aku telah menjadi Buddha jika para Bodhisattva yang berada di pelbagai dunia,
setelah mendengar namaku tidak segera memiliki 3 jenis Dharma-Ksanti, atau hanya yang
pertama:
Ghosanugata- Dhar-ma-Ksanti (dengan suara dapat mengerti makna-makna Dharma); Atau
hanya yang kedua: Anulomiki Dharma-Ksanti (batinnya sangat halus dan lembut); Atau komplet
dengan yang ketiga: Anutpattika-Dharma-Ksanti (batinnya tetap di Nirvana atau dalam keadaan
tanpa lahir tanpa musnah); Demikian pula tentang Avinivartaniya yang berasal dari Dharma
luhur yang dipegang oleh para Buddha itu, maka aku tak akan mencapai Samyaksambuddha!”
 
 
 
“O, Arya Ananda yang terbijak!” Sang Buddha Sakyamuni bersabda kepada Arya Ananda serta
para hadirin:
“Ketahuilah, saat itu, ke 48 ikrar “Maha-Pranidhana” baru disampaikan kepada Tathagata
Lokesvararaja oleh Sang Bhiksu Dharmakara, Beliau mengucapkan Gatha-Gatha lagi kepada
Tathagata tersebut yang bunyinya sebagai berikut:
1. Kini, ikrar-utamaku telah tersusun semua, Pastilah, aku akan mencapai Penerangan Sempurna!
O, Lokanatha termulia! Seandainya cita-citaku tak terwujud, Maka aku tak akan mencapai
Samyaksambuddha!
2. Mulai Kalpa kini hingga Kalpa tak terhingga, Bila aku bukan Dermawan yang terkemuka;
Tidak suka melayani para miskin secara luas, Maka aku tak akan mencapai Samyaksambuddha!
3. Apabila aku telah menjadi Buddha, Namaku pasti meliputi 10 penjuru dunia! Seandainya,
sama sekali tak didengar oleh mereka, Maka aku tak akan mencapai Samyaksambuddha!
4. Aku terbebas dari nafsu indera, dari pandangan salah, Juga mempraktekkan Prajna serta
Brahmacariya. Cita-citaku hanya satu yakni menjadi Buddha termulia! Juga Maha guru dari para
Dewa, manusia!
5. Kini, tenaga gaibku telah dijadikan Mahaprabha (sinar terang), Sinar terang memancar ke
pelbagai dunia tak terhingga! Tiga kekotoran batin (ketamakan, kebencian & kebodohan) telah
musnah total, Cahayaku akan membantu umat untuk bebas dari sengsara!
6. Cahayaku akan membantu mereka membuka Mata-bijak, Cahayaku akan membantu mereka
melenyapkan buta, gulita. Kini, pelbagai jalan Kesedihan telah kututup secara rapat, Cahayaku
terus menerangi gerbang Kusala (kebaikan) untuk Sang Umat.
7. Kini, jasa-jasaku telah lengkap, usahakupun sempurna, Sinar kewibawaanku cemerlang di
seluruh penjuru dunia. Sinar Bulan serta Sang Surya bagai gerhana total, Sinar Siva juga
tertampak di ruang angkasa!
8. Aku akan membuka gedung-Dharma untuk Sang Umat, Aku akan mendanakan permata-jasa
secara luas; Aku akan meraung-raungkan Simhanada di depan perhimpunan terakhir, Aku akan
selalu mengkhotbahkan Dharma luhur kepada para pendengar!

16
9. Aku akan memuja para Tathagata yang termulia, Dengan jasa-jasaku serta kebajikanku yang
terlengkap! Baik tentang Pranidhana maupun Prajna, mudah-mudahan sukses semua,
10. Seperti para Tathagata memiliki pengetahuan Avaranajnana (pengetahuan tanpa halangan).
Yang lampau, sekarang, mendatang semua dipahani olehNya! O, Tathagataya! Kini kuserahkan
segala jasaku dengan khidmat, Supaya aku cepat beridentitas sesama Sang Lokesvararaja!
11. O, Lokanatha termulia! Seandainya cita-citaku terwujud, Guncangan akan meliputi setiap
“Tigaribu-Maharibu Dunia”! Dewa-Dewi penuh memadati di seluruh ruang angkasa, Demi
memuja aku, dihujani dengan bunga Mandarawa Surga!
 
Sang Buddha Sakyamuni bersabda kepada Arya Ananda: “O, Arya Ananda!
Saat Gatha-Gatha tersebut selesai diucapkan oleh Bhiksu Dharmakara, segeralah seluruh alam
merasa ada 6 macam guncangan dan bunga-bunga Mandarava Surga sebagai hujan salju
melayang-layang dari langit ke bawah dihamparkan ke muka bumi. Disamping itu suara-suara
merdu serta sedap di dengar terus menerus dikumandangkan oleh musik Surga juga dari langit,
kesemuanya memuji Sang Bhiksu Dharmakara:
O, Arya suci yang termulia!
Perjuangan anda tidak akan sia-sia!
Pastilah, anda mencapai Anuttara Samyaksambuddha!
Di suatu alam Buddha yang terbahagia!
“O, Arya Ananda! Sejak itu, Bhiksu Dharmakara dengan segenap tenaganya mempraktekkan
Dharma-Dharma luhur tanpa henti-hentinya, sehingga setiap Maha-Pranidhana-nya dapat
disempurnakan satu persatu. Sungguh, tiada keliru sedikit pun! Apalagi segala cita-citanya telah
melampauipara umat suci yang cuma cenderung kepada Nirvana beberapa kali lipat! O, Arya
Ananda! Bhiksu Dharmakara bukan saja berani mengucap 48 ikrar Maha-Pranidhana-nya di
depan Tathagata Lokesvararaja, bahkan Beliau juga pernah dengan cara demikian di dalam
ViharaNya terhadap perhimpunan besar yakni para Dewa, Mara, Brahmana, Naga, para Malaikat
serta ke 8 kelompok makhluk dan sebagainya.
Ketahuilah, sejak ikrar utamaNya diumumkan, Beliau terus mencurahkan segenap semangatNya
kepada negeriNya bagaimana dan harus dengan cara apa dapat mengindahkan, memegahkan
bumi alam Buddha, supaya negeriNya dapat dijadikan suatu alam Buddha yang paling bahagia
dan menakjubkan!”
“O, Arya Ananda! Ketahuilah,alam Buddha yang dibentuk oleh Sang Bhiksu Dharmakara itu,
bukan saja lingkungannya demikian lapang, demikian luas, terbesar, indah, megah dan demikian
menakjubkan, melainkan bagi pembangunan, pemukiman serta buminya tetap abadi, tanpa
kesudahan, tanpa runtuh atau berubah dan tetap remaja seperti semula! Akan tetapi,
meskipunalam BuddhaNya dapat dipertahankan hingga Asemkhyeya Kalpa yang tak terhingga
dan sulit diperkirakan! Namun, Sang Bhiksu Dharmakara tetap bertekad berjuang terus-menerus,
Beliau tekun mengumpulkan jasa-jasa yang setaraf dengan Bodhisattva lain hingga tak terbatas,
semua akan dipergunakan untuk para umat yang ingin dilahirkan di negeriNya. Adapun, saat
Beliau mempraktekkan “Bodhisattva-Carya” baik lahirNya maupun batinNya tetap suci murni,
perasaan dan pikiran Beliau terbebas dari nafsu, benci, dendam dan sebagainya. Beliau juga
terhindar dari 6 Ayatana yakni Rupa, Suara, Wangian, Citarasa, Sentuhan dan Ide. Beliau
memiliki daya kesabaran dan selalu tak menggubris segala kerugian diri. Beliau samasekali tidak
mengenal, ketamakan, kebencian dan kebodohan. Beliau senantiasa berada di dalam Samadhi
maka kebijaksana-anNya lancar tanpa halangan sedikitpun! Terhadap siapapun hatiNya tetap
jujur, tulus, tidak munafik; Manis, damai tampak mukaNya, demikian pula kata-kata-Nya pun

17
sedap didengar! Beliau juga tak segan-segan menjawab dengan terang bila ada teguran penting
terhadapNya!”
“Lagi, O, Arya Ananda! Kebulatan tekad dari Sang Bhiksu tersebut selalu berusaha dan
semangatNya pun demikian perkasa, sampai sejauh ini Dia tak kenal lelah atau mundur, agar
para makhluk dapat memperoleh manfaatnya Beliau khusus membimbing mereka dengan
Dharma sejati. Disamping itu Beliau mengajari mereka bagaimana memuja Tri-Ratna;
Bagaimana mengabdi kepada gurunya, orangtuanya dan Nusa-bangsa yang tercinta!, Beliau
sering dengan syarat-syarat dari berbagai “Pelaksanaan suci” yang telah diperindahkan, juga
telah dilengkapi itu, meneladani para umat supaya jasa-jasa yang diusahakan dapat
disempurnakan secara cepat. Demikian pula tentang pandangan umat-umat juga diarahkan ke
Trivimoksa yakni Sunyata (kekosongan), Animitta (tanpa tanda atau kesan) dan Apranihita
(tanpa nafsu keinginan).
Agar mereka memahami makna-makna“Dharmasmrti”: segala sesuatunya bercorak “Maya”
(fantasi) atau benda-benda jelmaan; Segala sesuatu tanpa cipta tanpa lahir. Lagi, Beliau juga
mendidik siswa-siswaNya menghindarkan segala ucapan kasar atau tidak benar; karena ucapan
tidak benar bisa merugikan diri atau orang lain dan kedua pihakpun turut menderita! Dan siswa-
siswa harus mempelajari atau mencapai berbagai bahasa yang baik, yang sopan, guna
memanfaatkan pendidikan diri dan orang lain, agar kedua belah pihakpun dapat meninggikan
pengetahuan dan Dharma masing-masing!”
“O, Arya Ananda! Ketahuilah, Sang Bhiksu Dharmakara sejak meninggalkan negaraNya, takhta
rajaNya, harta-harta dan seluruh keluargaNya ia langsung melaksanakan Sad-Paramita dengan
segenap tenagaNya, setelah ia berhasil Ia langsung mengajari para umat suci mempraktekkan
metode-metode yang pernah dilakukanNya. Yang penting setiap umat harus mengumpulkan
jasa-jasa selamanya sejak Asamkhyeya Kalpa, kemudian boleh menurut kehendaknya dilahirkan
di alam yang dimaksudkannya, di situlah permata apa saja tetap mereka peroleh guna
melancarkan kewajibannya!”
“O, Arya Ananda! Ketahuilah, selama ini telah banyak umat suci yang diangkat ke tingkat teratas
oleh Sang Bhiksu tersebut guna ditugasi berbagai kewajiban suci di negeriNya. Dan juga banyak
umat yang berjasa agung menurut kehendaknya telah dilahirkan di pelbagai dunia. Dan banyak
telah menjadi Grahapati, atau Kulapati, atau Jutawan, Bangsawan, Raja dan Ksatriya, Raja
Cakravartin, Raja Dewa, Raja Brahmana dan sebagainya! Umat-umat tersebut juga amat tekun
mengadakan kebhaktian kepada para Tathagata dengan alat pujaan dari “Catvarah-Pratyayah”
(pakaian, santapan, perlengkapan tidur dan obat-obatan). Sungguh. Jasajasa yang dikerjakan oleh
Sang Bhiksu tersebut sangat banyak dan sulit dikatakan! Maka, tidak heranlah! Hanya udara
yang keluar dari mulutNyalah yang harumnya telah melampaui keharuman bunga Utpala;
Apalagi, pori-pori dan seluruh badan-emasNya, harumnya tidak berbeda dengan wangi cendana!
Lebih-lebih harum badan cendana itu terus menerus melimpah ke pelbagai alam yang tak
terhingga!
Adapun, rupa yang dimiliki oleh Sang Bhiksupun demikian elok, cantik dan amat unik! Kedua
tanganNya selalu mengeluarkan berbagai permata yang berharga banyaknya juga tak terhingga.
Di negeriNya baik pakaian persantapan, maupun bunga-bungaan, dupaan, gandha-gandhaan,
ataupun payung iram dari sutera, panji-panji, bendera-bendera dan penghiasan-penghiasan yang
teragung, kesemuanya melampaui barang-barang dari para Dewata atau barang-barang dari para
manusia! Sungguh, di negeriNya segala sesuatunya demikian mudah, demikian bebas, hanya
menurut kehendaknya saja!”

18
“O, Bhagavan yang termulia!” Arya Ananda tiba-tiba bertanya pada Sang Buddha Sakyamuni:
“Apakah Sang Bhiksu Dharmakara sudah menjadi Buddha? Apakah Beliau sudah Parinirvana
atau belum? Dan di manakah Beliau berada pada masa sekarang? mohon dijelaskan!”
“O, Arya Ananda!” Sang Buddha melanjutkan sabdaNya: “Bhiksu Dharmakara O, Beliau telah
menjadi Buddha yakni Buddha Amitayus juga disebut Buddha Amitabha! Kini, Beliau berada di
Surga Barat, jaraknya kira-kira ratusan ribu Koti Buddhaksetra (alam Buddha) Terbahagia!”
 
“O, Sudah menjadi Buddha?” Arya Ananda tanya lagi: “Kapankah? Sudah berapa lamakah
Beliau mencapai Kebudhaan O, Bhagavan?” “Lamanya sudah 10 Kalpa!” Sabda Buddha
Sakyamuni:
“Ketahuilah O, Arya Ananda! Seluruh bumi dari alam Buddha Amitayus (Amitabha) bukan
tanah! Melainkan, bumiNya adalah kombinasi-kombinasi dari unsur-unsur Suvarna (emas),
Rupya (perak), Vaidurya (lazuardi), Sphatika (kristal), Pravada (bunga karang), Musaragalva
(indung mutiara) dan Asma-garbha (akik), jumlah 7 jenis permata yang bermutu tertinggi!
Demikian pula, lingkungan dari seluruh bumi amat lapang, luas, terbesar dan tanpa batas.
Permata-permata yang menjadi bumi itu semua disusun satu jenis demi satu jenis atau berganti-
ganti, sehingga sinar permata terus gemerlapan, kelihatan demikian indah, megah, jernih dan
menakjubkan!
Mutu permata tidak berbeda dengan permata Surga Paranirmitasvara! Baik kwalitasnya maupun
keindahannya telah melampaui mustika-mustika terunggul di pelbagai dunia di 10 penjuru! Lagi,
alam BuddhaNya tidak ada gunung Sumeru atau gunung Cakravada dan gunung-gunung lain;
Juga tidak ada laut biasa atau laut terbesar; Juga tidak ada sungai, selokan, ngarai atau lembah
dan sebagainya. Kesemuanya itu adalah penciptaan oleh daya Rddhibala Buddha Amitayus
(Amitabha)! Pada hakikatnya, apabila Sang umat ingin menyaksikan keadaannya atau ingin
memandangnya meliputi pegunungan atau lautan, danau, sungai dan sebagainya pasti dapat
dilihat atau dinikmati oleh mereka, asalkan Sang umat tekun melaksanakannya DharmaNya
hingga dirinya dilahirkan ke Pantai-seberang (Sukhavati arti- nya)!”
“Lagi O, Arya Ananda! Di alam Buddha Amitabha juga tiada “Alam Kesedihan” seperti Neraka,
Setan kelaparan, Hewan-hewan dan sebagainya! Di sana juga tiada 4 musim,makaitu baik waktu
disebut Semi, Kemarau maupun, Gugur, Dingin, tapi suhunya sama sekali tidak pernah berubah-
ubah, hingga penduduk yang berada di negeri tersebut tanpa merasa dingin atau panas, hanya
merasa dilingkungannya demikian segar dan nyaman baginya!”
 
 
Saat itu, Arya Ananda tanya lagi kepada Sang Buddha Sakyamuni: “O, Bhagavan yang termulia!
Bagaimanakah kalau alam Buddha Amitabha tidak mempunyai Gunung Sumeru, Surga-Surga
dari Catur-Maha Raja Kajika dan Surga Trayastrimsa akan bertempat di mana:”
 
Sang Buddha Sakyamuni bersabda kepada Arya Ananda:
“O, Arya Ananda! Jika menurut anggapan anda, Surga-Surga tersebut itu harus mempunyai
gunung Sumeru sebagai pesandaran; Akan tetapi, Surga Yama terus ke atas hingga Surga
Akanistha semua asalnya menyandar apa? Itu kata tiada pesandaran sama sekali!”
“Astaga!” Teriak Arya Ananda agak terperanjat: “Karma baik atau jahat, pasti ada buahnya!
Sungguh, makna itu tak mudah diperkirakan O, Bhagavan!”
 
“Betul O, Arya Ananda!” Sabda Sang Buddha lagi:

19
“Karma baik pasti diperoleh pahala agung; Karma jahat tetap kena hukuman, ini ‘Hukum-
Karma’! Apakah makna ini tak mudah diperkirakan oleh anda? Apalagi, Alam-alam Buddha
yang dimiliki oleh para Tathagata malahan lebih sulit diperkirakan oleh anda! Pada hakikatnya,
setiap umat dapat memiliki pahala terunggul; Dapat menikmati kebahagiaan teragung di atas
Buminya, semua adalah berkat dari kebajikan mereka. Apakah anda masih sangsi terhadap
makna-makna tersebut?”
 
“Tidak O, Bhagavan yang termulia!” Jawab Arya Ananda: “Aku sama sekali tidak akan sangsi
terhadap Dharma luhur yang dibabarkan oleh Maha Guru!
Cuma, aku khawatir para umat pada masa mendatang apalagi Dharma luhur telah didengar oleh
mereka, mungkin dipikiran mereka akan timbul keragu-raguan. Demi memberantas keragu-
raguan di dalam pikirannya, makaaku berniat menanyakan tentang maknanya kepada Sang
Buddha dan inilah maksudnya!”
 
Sang Buddha bersabda kepada Arya Ananda:
“O, Arya Ananda yang bijak! Ketahuilah, Buddha Amitayus atau Amitabha memiliki
kewibawaan serta sinar hidup sangat luhur dan paling terang! Sinar cahaya dari para Buddha
tidak dapat dibandingkan dengan Sinar Buddha Amitayus Dan sinar yang demikian terang dari
Buddha tersebut dapat menembus ratusan Koti bahkan ribu-ribuan Koti dunia Buddha yang
berada di 10 penjuru! Singkat kata, sinar hidup Buddha Amitayus dapat memancar hingga ke
negeri Buddha dibagian Timur yang banyaknya bagaikan butiran-butiran pasir di Sungai
Gangga! Demikian pula, di sebelah Selatan, di sebelah Barat, Utara, Timur-laut, Tenggara,
Barat-daya, Barat-laut, bagian atas dan bagian bawah sejumlah 10 penjuru dunia Buddha semua
terkena sinarNya!
 
Pancaran yang paling pendek adalah 7 kaki atau satu Yojana atau 2 Yojana, menjadi lagi 3, 4, 5,
Yojana.
Akan tetapi, daya terangnya dapat berlipat ganda dan memancar terus tanpa henti yakni mulai
dari satu Yojana, kemudian menjadi 2 Yojana, menjadi lagi 4 Yojana hingga 8, 16, 32 … dan
seterusnya hingga satu Buddhaksetra dan lebih jauh lagi! Maka dari itu, gelar dari Buddha
Amitayus disebut:
Amitabha (cahaya tak terbatas), Amitayus (kehidupanNya tak terbatas), Amitaprabha (terangNya
tak terhingga), Amitaprabhasa (memiliki cemerlang tak terhingga), Asamaptaprabha (cahayaNya
tak berakhir), Asangataprabha (cahayaNya tanpa melekat), Prabhasikhotsrstaprabha (cahayaNya
proses dari menyala), Sadivyamaniprabha (cahayaNya dari manikam Surga),
Apratmatarasmirajaprabha (cahaya dari Raja-sinar berpancar terus), Rajaniyaprabha (cahayaNya
terindah), Premaniyaprabha (cahayaNya yang tersayang), Pramodaniyaprabha (cahayaNya yang
tergembira), Sangamaniyaprabha, (cahayaNya yang terpesona), Uposaniyaprabha (cahayaNya
yang tersenang), Anibandhaniyaprabha (cahayaNya tanpa henti), Ativiryaprabha (cahayaNya
yang penuh kuasa), Atulyaprabha (cahayaNya yang tak terbanding),
Abhibhuyanarendrabhutrayendraprabha (cahayaNya melampaui segala cahaya dari para Raja
Indra di Surga), Srantasancayendusuryajihmikaranaprabha (cahayaNya melampaui cahaya Bulan
purnama serta cahaya Sang Surya),
Abhibhuyalokapalasakrabrahmasuddhavasamahesvarasarvadevajihmikaranaprabha (cahayaNya
melampaui sinar Lokapala, Sakra, Brahma, Suddha-vasa, Mahesvara dan segala cahaya Dewa
Jihmikarana).”

20
 
“Yang penting O, Arya Ananda!”Sang Sakyamuni melanjutkan sabdaNya:
“Barang siapa yang dapat kesempatan menemukan sinar hidup Buddha Amitayus yang demikian
terang benderang itu, ke 3 jenis ‘Kotoran’(ketamakan, kebencian dan kebodohan) yang pernah
dimilikinya lantas lenyap total! Baik lahir maupun batin dari mereka akan terasa lemah-lembut;
terasa halus budi dan bersemangat riang-gembira!
Demikian pula, jika para makhluk yang berada di “Tiga Alam Kesedihan” sedang menderita
berbagai sengsara, setelah mereka menemukan sinar tersebut, hilanglah segala belenggu-
belenggu apapun dalam sepintas! Dan apabila usia mereka telah habis segeralah bebas dari alam
kesedihan tersebut dan dilahirkan di dunia manusia atau Surga!”
“O, Arya Ananda! Ketahuilah, oleh karena sinar hidup Buddha Amitayus demikian terang
benderang, maka dunia-dunia dari para Buddha di 10 penjuru tak akan ada seorang Buddha pun
yang tidak mendengar nama Beliau bukan hanya aku yang menyanjungi Beliau di dunia
Sahaloka, para Buddha, para Sravaka, Pratyekabuddha, para Bodhisattva semuanya memuji jasa-
jasaNya! O, Arya Ananda! Ketahuilah, andaikata terdapat para umat yang berbudi setelah
mendengar jasa-jasa Beliau; Kewibawaan dan sinar hidup yang terang benderang dari Beliau,
lantas mengarahkan hatinya ke alam Buddha Amitayus, kemudian dengan sepenuh kebulatan
tekad memuliakan namaNya. Demikian pula, mereka di siang hari, malam hari atau di suatu
kesempatan dengan khidmat menceritakan tentang hal-hal Buddha Amitayus kepada para
makhluk, supaya makhluk-makhluk apapun dapat memperoleh manfaatNya. Maka, Sang umat
yang berbudi itu boleh menurut kehendaknya atau cita- citanya, agar dilahirkan di “Sukhavati”
yakni alam Buddha yang terbahagia! Dan kelakuan atau perbuatan yang terpuji dari Sang umat
tersebut akan selalu dipuji oleh para Bodhisattva serta para Sravaka, Pratyekabuddha dan lain-
lainnya! Saat Sang umat tersebut sedang mencapai Kebuddhaan, sinar hidup merekapun tidak
berbeda dengan Buddha Amitayus atau Amitabha. Dan para Buddha serta para Bodhisattva yang
berada di 10 penjuru dunia juga ikut bergembira, sehingga keadaannya seperti sekarang kalian
memuji Buddha Sakyamuni dengan hati riang gembira!”
 
“O, Arya Ananda Yang bijak!” Sang Buddha melanjutkan sabdaNya:
“Sungguh, Kewibawaan serta kecemerlangan Buddha Amitayus demikian agung dan
menakjubkan! Tentang cerita-cerita Beliau walau Aku mengisahkanNya setiap siang hari dan
setiap malam hari lamanya hingga satu Kalpa, cerita-ceritaNya mungkin sulit dihabiskannya!”
Sang Buddha Sakyamuni bersabda kepada Arya Ananda lagi:
“Lagi O, Arya Ananda! Tahukah anda, kehidupan Sang Buddha Amitayus panjangnya sungguh
tidak dapat diperhitungkan! Andaikata terdapat banyak makhluk yang berada di 10 penjuru dunia
dan semua telah mendapat tubuh manusia, mereka juga telah mempunyai identitas sebagai
Sravaka atau Pratyekabuddha. Jika semua dikumpulkan di suatu tempat dengan cara memusatkan
pikiran dan menggunakan segenap daya akalnya, bersama-sama menghitung usia Buddha
Amitayus lamanya hingga ratusan ribu Koti Kalpa. Akan tetapi, masa kehidupan dari Buddha
tersebut panjangnya yang pasti tidak akan diketahui oleh para penghitung! Demikian pula para
Bodhisattva, para Sravaka-Sangha serta para Dewa, manusia yang berada di negeri Buddha
Amitayus, kehidupan mereka pun tidak berbeda dengan Sang Buddha Amitayus. Dan
panjangnya usia mereka juga sulit diperhitungkan atau diumpamakan dengan perkataan yang
tepat! Adapun O, Arya Ananda! Jumlahnya para Bodhisattva, para Sravaka-Sangha serta semua
rakyatNya banyaknya juga tidak dapat diperkirakan! Para Arya yang berada di negeriNya semua
telah memiliki Abhijnana, Prajna, Samadhi luhur dan metode-metode lainnya; Mereka bebas

21
total tanpa halangan atau perekatan sedikitpun. Bahkan, banyak dikarenakan Rddhibalanya
demikian ampuh maka, segala bentuk dunia dapat diletakkan di dalam genggaman mereka!”
 
Sang Buddha Sakyamuni bersabda kepada Arya Ananda lagi:
“O, Arya Ananda! Tahukah anda, saat Sang Buddha Amitayus pertama kali mengadakan
Pasamuan Agung dengan para umat di negeriNya, hadirin-hadirin dari para Bodhisattva, para
Sravaka-Sangha serta umat-umat lainnya, jumlahnya sungguh sulit diperhitungkan dengan ilmu
Matematika! Andaikata, kepintaran seperti Sang Maha-Maudgalyayana dan banyaknya bukan
seorang malahan hingga ratusan ribu Koti orang atau disebut tak terhingga, semua dikumpulkan
di suatu tempat dan dalam waktu selama Asamkhyeya Kalpa atau hingga mereka semua
mencapai Nirvana masih bersama-sama menghitung jumlah hadirin tersebut. Akan tetapi,
mereka tidak mengetahui jumlahnya! Sungguh O, Arya Ananda! Jumlah hadirinNya pada waktu
itu boleh diumpamakan sebuah laut besar dan amat luas lagi dalam! Andaikata, sekarang terdapat
seseorang sedang memisahkan seluruh rambutnya, dan setiap rambut dipatahkan menjadi 100
bagian, setiap bagian rambutnya dikaitkan dengan air laut setetes O, Arya Ananda! Bagaimana
pikirmu? Berapakah airnya yang dikumpulkan dari seluruhnya rambut orang itu? Manakah yang
terbanyak jika dibandingkan dengan air laut besar yang tersebut di atas itu?”
 
“Aduhai!” mendengar pertanyaan Sang Buddha Arya Ananda agak terperanjat:
“O, Bhagavan yang termulia! menurut pendapatku jumlah air yang dikumpulkan oleh ratusan
ribu juta rambut orang itu dibandingkan sama dengan laut tersebut, kedua-duanya mungkin tak
dapat dihitung dengan alat penghitung atau diumpamakan dengan perkataan yang tepat!”
 
Kemudian Sang Buddha Sakyamuni bersabda kepada Arya Ananda:
“Maka dari itu O, Arya Ananda! seperti apa yang telah Aku katakan tadi, bahwa kepintaran akal
dari Sang Maha-Maudgalyayana hendak mengetahui jumlahnya hadirin-hadirin dari para
Bodhisattva serta para Sravaka-Sangha dan umat-umat lainnya yang semua pernah berkumpul di
arena Pesamuan Agung yang pertama di negeri Buddha Amitayus itu tidak mudah! Walaupun
mereka telah menggunakan waktu yang demikian banyak untuk menghitung jumlahnya hingga
ratusan ribu Koti Nayuta Kalpa! Hanya jumlah air tetesan yang dikumpulkan oleh rambut orang
saja yang dapat diketahui! Yang tidak dapat mereka ketahui adalah air laut besar yang amat luas
dan dalam itu!”
 
“Lagi O, Arya Ananda yang bijak!” Sang Buddha melanjutkan sabdaNya:
“Tahukah anda, seluruh bumi dari negeri Buddha Amitayus telah penuh dengan pohon yang
dijadikan oleh bahan-bahan dari 7 jenis mustika seperti emas, perak, lazuardi, kristal, bunga
karang berkilat, akik indah, indung mutiara dan sebagainya! Juga di antara pohon-pohonan
tersebut terdapat pepohonan yang berasal dari 2 jenis permata, ada dari 3 jenis permata atau dari
4, 5, 6 jenis hingga 7 jenis permata yang dikombinasikan menjadi satu pepohonan, atau ke 7
jenis permata dicampuri secara bergantian. Demikian pula, banyak pepohonan berwarna emas
tapi daunnya berwarna perak, dan bunganya, buahnya, juga berwarna perak; Atau pepohonannya
berwarna perak tapi daun, bunga dan buahnya berwarna emas; Atau pepohonannya berwarna
lazuardi tapi daun, bunga dan buahnya berwarna kristal; Atau pepohonannya berwarna hablur
bening tapi daun, bunga dan buahnya berwarna kristal; Atau pepohonannya berwarna hablur
bening tapi daun, bunga dan buahnya berwarna kristal; Atau pepohonannya seperti pohon bunga
karang tapi ia berdaun akik, berbunga akik, juga berbuah akik; Sedangkan pepohonannya seperti

22
akik indah tapi daunnya, bunganya hingga buah-buahnya semua seperti lazuardi! Lebih hebat
lagi, pepohonannya seperti indung mutiara dan, baik daun, bunga maupunbuah-buahan semua
berwarna 7 jenis sinar mustika yang amat menakjubkan!”
 
“Lagi O, Arya Ananda! Masih ada pepohonan lebih unik seperti pohon mustika berakar emas
tapi, batangnya perak, dahannya lazuardi, rantingnya kristal, daunnya bunga karang, bunganya
akik dan buahnya indung mutiara. Adapula, akarnya akik, bunganya indung mutiara dan buahnya
emas. Adapula, akarnya lazuardi, batangnya kristal, dahannya bunga karang, rantingnya akik,
daunnya indung mutiara, bunganya emas dan buahnya perak. Adalagi, akarnya kristal, batangnya
bunga karang, dahannya akik, rantingnya indung mutiara, daunnya emas, bunganya perak dan
buahnya lazuardi. Adapula, akarnya bunga karang, batangnya akik, dahannya indung mutiara,
rantingnya emas, daunnya perak, bunganya lazuardi dan buahnya krital. Adapula, akarnya akik,
batangnya indung mutiara, dahannya emas, rantingnya perak, daunnya lazuardi,
bunganya kristal dan buahnya persis batang bunga karang. Adapula, akarnya indung mutiara,
batangnya emas, dahannya perak, rantingnya lazuardi, daunnya kristal, bunganya berwarna
bunga karang dan buahnya berwarna akik indah.”
“Demikianlah O, Arya Ananda! Adapun setiap barisan pohon mustika tersebut dijajarkan satu
persatu, supaya setiap pohon menjadi batang terhadap batang, dahan terhadap dahan, daun
terhadap daun, Demikian pula, bunga-bunganya tetap berjajar-jajar dan buah-buahan pun
berjajar-jajar juga! Dan seluruh pohon mustika tersebut demikian subur, warnanya demikian
menarik, cahayanya demikian terang benderang! Apabila kita hendak menonton keseluruhannya
dengan sepintas kilas sungguh tak begitu mudah!”
“O, Arya Ananda! Tahukah anda, saat seluruh pohon mustika tersebut digerakkan angin sejuk
semilir yang datang pada waktu-waktu tertentu itu, terdapatlah 5 macam suara yang sangat
merdu dan sedap didengar terus menerus dikumandangkan di tengah-tengah pepohonan dan
iramanya demikian lembut dan selarasnya!”
“Lagi O, Arya Ananda! Tentang Pohon-Bodhi yang berada di tempat Mandala yang dimiliki
Buddha Amitayus itu, tingginya 4 juta Yojana, akar-akar yang di sekeliling pohon luasnya
mencapai 200 ribu Yojana! Ketahuilah, Pohon-Bodhi yang Maha besar ini juga diciptakan oleh
Sang Buddha Amitayus dengan berbagai permata. Malahan disengaja disertai dengan Raja
Permata seperti Candra-Mani, Sagaracakradhara-Mani dan sebagainya guna memegahkan
pohonNya dan MandalaNya! Dan, setiap ujung ranting yang dikeliling batang pohon itu semua
digantungkan dengan Keyura Mustika (untaian manikam), dan dapat memancar ratusan ribu
warna sinar dan warna sinarnya dapat berubah-ubah, amat terang benderang dapat memancar
pada jarak yang jauhnya tak terhingga! lagi, jaringan-jaringan mustika yang amat halus dan
bersinar dibentangkan selapis demi selapis di seluruh puncak pepohonan mustika. Banyak
bangunan mustika yang amat mewah dan indah berjajaran di atas jaringan mustikaitu. Apabila
rakyatnya perlu menggunakan beberapa buah bangunan mewah nan indah itu seketika
terwujud!”
“O, Arya Ananda! Ketahuilah, waktu pepohonan mustika tersebut digerakkan oleh angin sepoi-
sepoi, pohonnya bukan saja dapat mengumandangkan suara yang merdu melainkan pohonnya
dapat menyiarkan berbagai suara guna menerangkan ajaran “Saddharma” yang dibabarkan oleh
Sang Buddha Amitayus. Dan suara yang hebat itu tanpa henti terus bergema ke pelbagai dunia
Buddha di 10 penjuru, maka dari itu, para umat yang berbudi biar berada di dunia mana bila
suara tersebut telah didengarnya, pastilah mereka akan memperoleh berbagai jenis
“Dharmaksanti” luhur dan mereka tetap dengan status Avinivartaniya (tekad tanpa goyah dan

23
mundur) hingga mencapai Kebuddhaan! Setelah itu pancaindera mereka akan merasa luar biasa:
Pendengaran amat terang tanpa digangui apapun, mata dapat melihat segala warna benda di alam
Sukhavati, hidung dapat mencium segala keharuman di alam Sukhavati, lidah dapat merasa
segala santapan di alam Sukhavati, badan dapat menyentuh sinar hidup di alam Sukhavati dan
hatinyapun dapat menurut berbagai metode-metodeNya sehingga memperoleh Dharmaksanti
yang paling mendalam, dan tetap memiliki status Avinivartaniya! Karena Sang umat tersebut ke
6 inderanya telah suci bersih dan telah bebas dari segala penderitaan, maka mereka cepat
memperoleh Samyaksambodhi, cepat mencapai Kebuddhaan!”
 
 
 
“O, Arya Ananda yang bijak! Ketahuilah, apalagi para Dewa, manusia, yang lahir di alam
Sukhavati itu, setelah mereka melihat pepohonan mustika yang demikian menakjubkan,
segeralah mereka memperoleh 3 jenis “Dharmaksanti”:
1. Ghosanugata-Dharmaksanti (mendengar suara dapat sadar akan makna-makna Dharma
terluhur)
2. Anulomiki-Dharmaksanti (bila terhadap makna terluhur lahir dan batin akan merasa lemah-
lembut atau halus budi);
3. Anutpattika-Dharmaksanti (dapat menetapkan batinnya pada Nirvana dan memandang segala
sesuatu tanpa membeda-bedakan,tetap seimbang).”
O, Arya Ananda yang bijak! Ketahuilah, segala sesuatu berada di Alam Sukhavati yang
demikian indah, megah, suci murni serta demikian menakjubkan dan kesemuanya adalah berkat
daya kewibawaan, daya nadar-utama (janji untuk melakukan bakti dan bersyukur atas
kebahagiaan yang didapatkan), daya cita-cita yang sempurna, daya dari pengetahuan tak terbatas,
daya keteguhan dan daya sukses dari Sang Buddha Amitayus atau disebut Amitabha!”
 
Sang Buddha Sakyamuni bersabda kepada Arya Ananda:
“O, Arya Ananda yang bijak! Tahukah anda, raja-raja yang adikuasa dialam semesta ini, semua
memiliki ratusan ribu macam musik di negerinya masing-masing. Seandainya, suara musik yang
tersedap didengar adalah mulai Surga Raja Cakravartin hingga Surga yang keenam yaitu Surga
Paranirmitavasavartin, baik suara musik maupun nyanyi-nyanyian ataupun tari-tariannya, di
tingkat Surga makintinggi makin merdu dan makin sedap didengar!”
“Akan tetapi O, Arya Ananda! Walaupun musiknyademikian banyak sampai ratusan ribu macam
dan suaranya pun demikian merdu yang dimiliki oleh raja Surga keenam itu, bila diperlombakan
dengan satu macam suara yang dikumandangkan oleh pohon mustika yang dimiliki Buddha
Amitayus saja, kalahnya melampaui ribuan Koti berlipat-ganda! Ketahuilah, suara dari musik-
alamiah yang berada di alam Sukhavati itu tidak kurang dari ribuan macam, dan semua suaranya
adalah gema Dharma yang amat bermanfaat! Apalagi suara-suara yang dikumandangkan
demikian merdu, selaras, terang, damai dan sedap didengar! Oleh karena itu, apabila
dibandingkan dengan musik-musik yang berada di 10 penjuru dunia, tapi, suara pohon
mustikalah yang terkemuka!”
“Lagi, O, Arya Ananda yang bijak! Tentang bangunan-bangunan seperti Vihara, Asrama Sangha,
istana mewah, pagoda agung, gedung-gedung berteras tinggi dan sebagainya yang berada di alam
Sukhavati itu, kesemuanya dibangun dengan bahan 7 jenis permata yang paling berharga dan
dijadikan secara otomatis tanpa menggunakan tenaga manusia! Dan di puncak bangunan tersebut

24
dipasangkan tali bersilang yang dibuat dari bahan-bahan: Mutiara tulen, Candra-Mani dan
sebagainya sehingga kelihatan berkilauan dan amat menarik!”
 
“Lagi O, Arya Ananda yang bijak! Pada bangunan-bangunan yang demikian indah itu, baik di
dalam maupun di luar terdapat berbagai kolam Padma besar, diameternya juga berbeda-beda, ada
yang hanya 10 Yojana, ada 20 atau 30, atau hingga ratusan ribu Yojana juga ada. Kolam Padma
tersebut semua dipenuhi dengan air yang bersifat 8 Budi-jasa:
Murni, segar, manis, lunak-ringan, lembap-berkilat, tenang-damai, dapat menghilangkan haus,
lapar dan dapat bermanfaat bagi setiap tubuh makhluk dan sebagainya. Dan, bau air demikian
harum, tidak berbeda dengan sari embun Surga! Kondisi dari Kolam Padma itu juga amat unik:
Kolamnya yang dibuat dari emas didasari pasir perak;
Kolamnya yang dibuat dari perak didasari pasir emas.
Kolamnya yang dibuat dari kristal didasar pasir lazuardi;
Kolamnya yang dibuat dari lazuardi didasari pasir kristal.
Kolamnya yang dibuat dari bunga-karang didasari pasir ambar (Ambar atau amber adalah resin
pohon yang menjadi fosil dan dihargai karena warna serta kecantikannya) ;
Kolamnya yang dibuat dari ambar didasari pasir bunga karang.
Kolamnya yang dibuat dari indung mutiara didasari pasir akik indah;
Kolamnya yang dibuat dari akik indah didasari pasir indung mutiara.
Kolamnya yang dibuat dari mutiara-putih didasari pasir emas- merah;
Kolamnya yang dibuat dari emas-merah didasari pasir mutiara-putih.
 
Tapi, di antara kolam-kolam tersebut terdapat juga yang dibuat dari 2 macam permata atau 3
macam permata, atau hingga 7 macam permata. Dan, di sekeliling kolam tersebut banyak pohon-
pohon Candana yang sedang berbunga tumbuh di sana dan bunga Candana serta daun-daunnya
subur sekali, semua penuh-sesak hingga menutup seluruh pohonnya.
Wangi dari bunga Candana demikian semerbak terus melimpah ke seluruh alamNya. Lagi, di
tengah-tengah kolam Padma terdapat banyak Bunga-bunga seperti bunga Utpala Surga, bunga
Padma, bunga Kumuda, bunga Pundarika dan sebagainya. Semua beraneka-warna; Hijau
bersinar kehijau-hijauan; Kuning bersinar kekuning-kuningan; Merah bersinar kemerah-
merahan; Putih bersinar keputih-putihan dan yang khas bersinar aneka-warna. Dan, semua bunga
yang indah-indah itu beserta dedaunnya satu persatu tertempel di muka air kelihatan amat
menarik! Apabila para Bodhisattva, para Sravaka-Sangha serta makhluk-makhluklain ingin
mandi atau ingin berenang di dalam kolam Padma itu, dapat menuruti kehendaknya atau
kesenangannya. Andaikata, ada yang ingin air 8 Budi-jasa itu merendam ke dua kakinya, akan
segeralah airnya merendamkan ke dua kaki: Apabila mereka ingin air meninggi hingga ke
lututnya segeralah air merendam ke lututnya. Demikian pula, jika mereka ingin airnya merendam
sampai ke pinggang atau sampai ke lehernya, hanya dengan pikiran sepintas saja, air tersebut
telah sampai ke tempat yang dimaksukan mereka! Tanpa merasa kesulitan sedikitpun! Apabila
mereka ingin badannya disiram dengan air yang serbaguna itu, justru airnya akan bagaikan suatu
alat penyiram terus menerus menyiram air segar dan harus ke seluruh badannya! Setelah mandi
jika sang umat menghendaki airnya kembali pada semula, segeralah air tersebut kelihatan tidak
berbeda dengan sebelumnya! Adapun, bila merekaingin airnya panas, hanya dengan pikiran
sepintas saja airnya telah terasa panas; Apabila ingin airnya menjadi dingin, segeralah airnya
terasa dingin, kesemuanya dapat menuruti kemauan sang umat, betapa senang dan memuaskan!”.
 

25
“Ketahuilah O, Arya Ananda! Barang siapa yang pernah mandi di kolam Padma tersebut,
pastilah ia akan merasa badannya amat enak, sehat dan semangatnya demikian segar-bugar,
apalagi segala kekotoran batin hilang total! Lagi O, Arya Ananda! Air 8 Budi-jasa yang berada
di semua kolam Padma itu, kesemuanya demikian jernih, murni dan sulit diperlihatkan, hanya
terlihat butiran-butiran pasir dari berbagai permata bercahaya kilau-kemilau di dasar kolam,
walaupun kedalaman kolam demikian dalam hingga tak terhinggapun dapat terlihat dasarnya!
Lagi pula pada setiap kolam terdapat banyak saluran air seperti sungai permata yang terindah.
Air di dalam sungai indah itu dapat mengantar air dari kolam ke kolam lain, kemudian airnya
dapat mengalir dan kembali ke asal. Pergerakan alirnya tenang sekali tidak begitu cepat juga
tidak begitu lambat. Akan tetapi, aliran air itu selalu bersuara yang amat merdu; Suaranya dapat
mengumandangkan berbagai ajaran Buddha yang bermanfaat untuk para umat di negeri Buddha
tersebut, dan siapa pun dapat menangkapnya, cuma harus menurut bakat mereka masing-masing.
Maka dari itu, mereka ada yang mendengar suara yang menerangkan Buddha, ada yang
mendengar suara yang menerangkan Dharma, ada yang mendengar suara yang menerangkan
Sangha. Atau Suara-suara hanya menerangkan Aranyaka (tenang, kesunyian); Atau Suara-suara
yang menerangkan makna-makna Sunya, Anatman (kekosongan, tanpa keakuan); Atau
Suara-suara yang menerangkan Maha-Maitri, Maha-Karuna (cinta kasih yang terluhur dan balas-
kasihan yang terluhur); Atau Suara-suara yang menerangkan berbagai Paramita (ketentuan-
ketentuan bagi pelaksanaan Bodhisattva); Atau Suara-suara yang menerangkan Dasabalani (10
jenis tenaga Buddha); Atau Suara-suara yang menerangkan daya Abhaya (daya tanpa ketakutan);
Atau Suara-suara yang menerangkan Avenika-Dharma (Dharma tanpa berupa sama); Atau
Suara-suara yang menerangkan Sarva-Abhijna-Mati (Segala daya gaib dan kebjijaksanaan); Atau
Suara-suara yang menerangkan Anabhisamskara (tanpa perbuatan); Atau Suara-suara yang
menerangkan Abhava, Anirodha (cipta dan musnah); Atau Suara-suara yang menerangkan
Anutpattikadharmaksanti (menetapkan batinnya di Nirvana) hingga Suara-suara yang
menerangkan Abhisekabhumipratilambha (diwisuda secara kerajaan) dan sebagainya. Suara-
suara yang bermanfaat itu terdengar sesuai dengan bakat sipendengar agar setiap umat dapat
menerimasuatu Dharma luhur dengan hati riang gembira! Kemudian masing-masing boleh
menurut kemampuannya mengamalkan pelaksanaan suci batiniah; Melenyapkan segala nafsu
dan memahami makna-makna Nirvana adalah tanpa lahir tanpa musnah; Atau dengan kebulatan
tekad mempersandarkan dengan daya Abhaya (daya tanpa ketakutan).
Sang Triratna dan berbagai metode-metode penting; Atau belajar doktrin-doktrin yang
menerangkan jasa-jasa Buddha yang disebut Avenika-Buddhadharma; Atau menjejaki jalan-jalan
yang dilakukan oleh para tokoh bijak dan suci yaitu para Bodhisattva, para Sravaka-Sangha dan
lain-lainnya.”
“O, Arya Ananda yang bijak! Ketahuilah, di negeri Buddha Amitayus nama-nama dari 3 alam
sengsara sama sekali tidak ada, yang ada hanya suara alamiah yang sedap didengar dan riang
gembira. Maka itu, alam Buddha-Nya dinamakan: “Sukhavati” atau “Alam terbahagia”!”
“O, Arya Ananda yang bijak! Tahukah anda, para makhluk yang dilahirkan di negeriNya, semua
memiliki Rupakaya (badan) yang amat suci murni, semua memiliki suara yang demikian bagus,
mereka juga memiliki berbagai pengetahuan Rddhi-Abhijna (daya batin) dan berbagai kebajikan.
Lebih-lebih lagi, tentang istana mewah yang ditempati para umat suci, Jubah atau pakaian Surga
yang dikenakan para umat suci; Adapun segala makanan dan minuman lezat, bunga-bunga
wangi, dupa, gandha, hiasan-hiasan permata dan segala benda yang berada di negeri Buddha
Amitayus itu, kualitasnya tidak kalah bila dibandingkan dengan benda-benda yang dimiliki raja-
raja di Surga Keenam! Apabila waktu makan sudah tiba, didalam kamar makan mereka telah

26
siap beberapa jenis mangkok yang unik seperti mangkok emas, mangkok perak serta mangkok-
mangkok dari permata Vaidurya, Musaragalva, Asmagarbha, Pravada, Ambar, Candramani,
Muktika dan sebagainya. Dan, ratusan macam makanan yang lezat-lezat telah dipenuhi di dalam
kamar makan mereka, namun, tidak ada seorangpun yang makan. Mengapa demikian? Sebab
barang siapa telah melihat santapan itu, telah mencium bau yang sangat enak itu, dalam pikiran
mereka akan timbul perasaan demikian: “Aku sudah menikmati seluruh santapan yang ada,
walaupun aku belum melakukannya tapi sudah merasa kenyang dan merasa lahir dan batinku
demikian enak dan lemah-lembut!”
“Setelah waktu makan lewat, mangkok-mangkok serta makanan-makanan tadi pun lenyap total,
tapi, apabila waktu makan tiba lagi segalanya terwujud kembali seperti biasa! Dan tidak pernah
tertunda sekalipun!”
“Sungguh, O, Arya Ananda! Alam Buddha yang dimiliki oleh Buddha Amitayus itu demikian
suci murni, demikian aman tenteram, demikian bahagia dan menakjubkan! Singkat kata, segala
sesuatu yang berada di negeriNya kenikmatannya hampir sama dengan kenikmatannya Nirvana!”
“O, Arya Ananda yang bijak! Para Bodhisattva, para Sravaka-Sangha serta para Dewa, manusia,
yang lahir di alam Sukhavati itu, baik lahirnya maupun batinnya semua hampir serupa. Semua
memiliki pengetahuan Rddhi-Abhijna yang sakti, memiliki kebijaksanaan luhur. Cuma, demi
memenuhi permintaan para umat banyak yang datang dari dunia berbeda-beda, agar sesuai adat-
istiadat mereka, maka, nama-nama istilah seperti Dewa, manusia dan sebagainya masih tetap
dipakai di negeri Buddha tersebut tanpa dihapuskan!
Pada hakikatnya, mereka bukan beridentitas Dewa juga bukan beridentitas manusia, dan badan
mereka adalah badan ciptaan Alamiah yang paling unik lagi teguh, kekal. Demikian pula,
panjang hidup merekapun tiada terbatas! Lagi, rupa dari mereka juga demikian bagus dan
wajahnya berseri-seri, hingga kecantikannya melampaui para makhluk di pelbagai dunia!”
 
Sang Buddha Sakyamuni bersabda kepada Arya Ananda:
“O, Arya Ananda! Umpamanya, terdapat para orang miskin, para pengemis dengan sengaja
diperintah untuk berdiri di sisi raja dunia yang berkuasa, Apakah wajah dari sang pengemis dan
raja dunia kedua-duanya akan sama-sama cantik?”
“Tidak mungkin O, Bhagavan yang termulia!” Jawab Arya Ananda: “Apabila, jika wajah si
pengemis dibandingkan dengan wajah Sang raja dunia yang Maha kuasa, jaraknya dari hasil
ukuran cantik dan jelek akan menjadi ratusan ribu Koti kali lipat atau sulit diperkirakan! Atau
sulit diperandaikan dengan perkataan yang tepat! Mengapa jaraknya bisa sedemikian jauh? Tidak
ada persoalan lain terkecuali para sang miskin, para pengemis dikarenakan pakaian di atas tubuh
mereka demikian compang-camping, sembarang makan dengan makanan yang kurang
mengandung gizi, bahkan mereka selalu diganggui cuaca yang tidak tentu, penyakit keras,
kelaparan, kehausan dan macam-macam kesengsaraan! Dan nasib mereka hingga demikian
buruk sebagian besar adalah pembawaan.
 
Seandainya mereka enggan menanam benih kebajikan pada masa silam; Mereka pernah memiliki
harta-harta setinggi gunung tapi mereka enggan berdana. Bahkan makin kaya makin bersifat
kikir. Mereka hanya cenderung tamak dan bernafsu merebut kekayaan orang untuk dijadikan hak
milik sendiri. Mereka sama sekali tidak percaya amal-jasa dapat menyelamatkan diri, hanya tahu
melakukan kejahatan hingga bertimbunlah Karma buruk sama banyaknya bagai sebuah gunung
yang tertinggi! Apabila, mereka telah meninggal dunia, harta-harta yang pernah direbut dengan
susah-payah, kemudian dikumpulkan, ditumbunkan menjadi miliknya itu, akan hilang setumpuk

27
demi setumpuk hingga kosong total. Dan semua akan pindah ke tangan lain hingga setetespun
tidak dapat dinikmatinya!
Betapa sedihnya, karena tidak ada sedikit kebajikan untuk mereka jadikan sandaran, maka,
setelah mereka mati terus meneruslah diterjunkan ke alam kesedihan langsung mengalami
kesengsaraan hingga berjuta-juta tahun di alam tersebut. Setelah masa hukuman Karmanya habis
barulah mereka dapat dilahirkan di dunia manusia dan beridentitas sebagai golongan miskin atau
menjadi para pengemis. Dan perangai pembawaan juga demikian rendah, jelek lagi bodoh! Akan
tetapi, pembawaan bagi Sang raja dunia yang Maha kuasa malah demikian pintar, demikian
berwibawa, citra mulia dan selalu dihormati oleh anak-buahnya terus menerus! Ini juga tidak ada
persoalan lain kecuali dipengaruhi oleh “Sebab-akibat”nya! Bahwa kehormatan yang dimiliki
oleh Sang raja adalah hasil Beliau di masa sebelum ditumimbal lahirkan di anggota keluarga raja
telah banyak beramal berbagai kebajikan, Beliau mulanya berbudi dan suka berdana, terhadap
siapapun tetap bersikap Maitri dan Karuna. Beliau selalu menepati janji dan tidak mau
merugikan orang lain, bahkan hanya tahu harus banyak membuat kebajikan untuk menyalurkan
kepada makhluk apapun! Beliau juga di masa silam tidak senang melanggar peraturan
pemerintah juga tidak senang bertengkar kepada siapapun. Maka dari itu, setelah Beliau
meninggal dunia lantas dilahirkan di Surga, menikmati buah kebajikan yang pernah ditanamkan
dengan jujur hati itu dialam kenikmatan. Apabila, hidup Surganya telah habis langsung
ditumimbal-lahirkan di anggota keluarga raja, menduduki takhta singgasana untuk memerintah
di suatu dunia dan dihormati rakyat-rakyatnya, makanannya, istananya serta kendaraannya
semuapun tidak akan kekurangan semacampun! Kesemuanya ini adalah berkat dari jasa-jasa
yang dikumpulkan pada masa silam, apabila tiba saatnya kepahalaan (buah) agung itu pasti dapat
dipanen serta dinikmati olehnya!
 
Betul atau tidak O, Bhagavan yang termulia!”
“Betul, O, Arya Ananda! Sabda Sang Buddha:
“Ungkapanmu tidak salah sedikitpun! Akan tetapi, walaupun kedudukan raja yang berada di
dunia demikian berwibawa serta bercitra mulia, berwajah demikian bagus, bila raja dunia itu
dibandingkan dengan raja Cakravartin, kalahlah raja dunia itu dan-keadaannya tidak berbeda
seperti seorang pengemis yang berada di sisinya! Lagi, walaupun wajah dari raja cakravartin
sedemikian berseri, dan kecantikannya selalu dipuji dengan nilai bernomor satu di semesta, tapi,
bila dibandingkan raja Trayastrimsa Ia akan kalah hingga ribuan koti kali lipat! Lagi, bila raja
Trayastrimsa dibandingkan dengan raja yang duduk di Surga akan kalah raturan ribu Koti kali
lipat! Singkat kata, apabila raja dari Surga keenam itu dibandingkan dengan para Bodhisattva,
para Sravaka-Sangha dan lain-lainnya yang berada di negeri Buddha Amitayus, yang semua
telah memiliki sinar hidup serta berwajah amat berseri itu, raja tersebut akan kalah hingga ribuan
juta Koti kali lipat atau banyaknya sulit diperkirakan!”
 
Sang Buddha Sakyamuni bersabda kepada Arya Ananda:
“O, Arya Ananda yang bijak! Tahukah anda, para Dewa, manusia dan makhluk-makhluk lain
yang berada di negeri Buddha Amitayus itu, semua demikian bahagia dan tanpa kekurangan
sesuatu pun! Bagi mereka biarpun benda apa saja apabila diperlukan, maka hanya dengan waktu
sepintas merenung barang yang diperlukannya itu telah berada di depan mereka seperti: Pakaian,
segala makanan dan minuman, bunga, Gandha, Keyura, payung iram-iram dari sutera, panji-
panji dan berbagai bendera hingga suara yang berirama merdu,perumahan-perumahan seperti
istana mewah, pagoda agung, gedung-gedung bertingkat tinggi dan sebagainya. Dan, benda-

28
benda tersebut baik bentuknya maupun warnanya, ataupun senang yang tinggi atau rendah,
panjang atau pendek; Atau perlu yang besar atau perlu yang kecil; Atau minta dibuatkan hanya
dengan satu macam permata atau 2 macam, 3 macam ataupun minta jumlah permatanya yang tak
terhingga, semua itu dapat menuruti hati peminta dan hanya dalam sepintas merenung saja pasti
dipenuhi! Apalagi di negeri Buddha tersebut banyak jubah berharga dan pakaian-pakaian indah
berhamburan merata di atas bumi kencanaNya, sehingga para Dewa, para manusia,berjalan di
atas pakaian-pakaian tersebut dengan riang gembira! Lagi O, Arya Ananda!
Jaringan- jaringan mustika yang jumlahnya tak terhingga dipasangkan di atas langit dan tali
jaringannya semua terbuat dari benang emas disertai butiran mutiara, malahan di tengah-tengah
tali emas ditempeli dengan ratusan ribu macam permata lain untuk mengindahkan perhiasannya!
Lagi, di sekeliling jaringan mustika itu semua digantungkan dengan bel mustika yang jumlahnya
banyak sekali dan semua bersinar berkilau-kilauan! Saat angin sejuk semilir bertiup ke seluruh
alam akan terasa segar, nyaman, halus, lembut dan tanpa merasa dingin atau panas. Angin
datangnya demikian merata tidak begitu cepat juga tidak begitu lambat! Setelah semua bel
mustika serta jutaan pepohonan mustika digerakkan oleh angin halus dan harum itu, maka benda
tersebut mengumandangkan berbagai jenis suara merdu yang menerangkan Dharma agung terus-
menerus tanpa henti-hentinya. Disamping itu angin harum yang amat sedap terasa mengandung
ribuan jenis suara merdu yang menerangkan Dharma agung terus-menerus hingga melimpah ke
seluruh alamNya. Pada waktu itu barang siapa yang telah mencium harumnya, akan segera
melenyapkan baik kekotoran lahir ataupun kegelapan batin mereka! Dan, apabila badan mereka
telah tersentuh oleh angin halus dan harum pasti akan timbul perasaan amat riang gembira,
sehingga perasaan mereka seperti seorang Bhiksu yang sedang berada di dalam Samadhi
“Nirodhasamapatti” tenang sekali!”
 
 
“Lagi O, Arya Ananda! Saat angin halus dan harum itu mengantarkan ribuan juta kuntum bunga
Mandarava Surga ke seluruh alam Sukhavati, kelihatan hebat sekali, semua bunga Mandarava
Surga ke seluruh alam Sukhavati, kelihatan hebat sekali, semua bunga menurut warnanya
sebagian demi sebagian berhamparan meratadi atas bumi kencana, hingga demikian teratur,
demikian rapi tidak ruwet sedikitpun! Bunga Mandarava yang semerbak harum baunya itu sangat
lembut dari ringan serta mengkilat. Karena jumlah bunga-bungaan terlalu banyak apabila orang
berjalan di atas bunga kakinya sering terjerumus ke bawah bunga kira-kira 4 inci dalamnya.
Akan tetapi, setelah kaki mereka dinaikan bunga-bungaan lantas merata kembali tanpa bekas
sedikitpun seperti sebelumnya! Apabila bunga tersebut telah dipakai oleh rakyat untuk memuja
para Tathagata di 10 penjuru, bumi kencana lantas retak dan sisa-sisa bunga semua dihabiskan di
dalam buminya, hingga bersih total tanpa ketinggalan sekuntumpun! Meskipun hilang semuanya
akan tetapi pada saatnya tiba angin bertiup lagi dengan bunga Mandarava Surga yang segar padat
kembali ke seluruh bumiNya. Singkat kata, bunga-bungaan datangnya 3 kali pada siang hari dan
3 kali setiap malam, tetap pada waktunya tanpa luput sekalipun!”
“Lagi O, Arya Ananda! Bunga-bungaan yang lebih menakjubkan adalah bunga Teratai yang
Maha besar itu, penuh padat di dalam kolam Padma, diparit saluran air, di bawah pepohonan
sehingga seluruh alam, semua besar-besar dan berwarna aneka-warna sehingga kelihatan hebat
sekali! Dan, setiap bunganya mempunyai daun kelopak yang banyaknya hingga ratusan ribu koti
dan sehelai demi sehelai mengelilingi mahkotanya. Semua bunga Teratai bersinar, dan
cahayanya memancarkan berbagai warna yang amat indah serta terang benderang. Yang hijau
bersinar hijau, putih bersinar putih, sawo, kuning, merah dan ungu bersinar aneka-warna amat

29
indah dan cemerlang! Sungguh, sinar cahayanya tidak akan kalah bila dibandingkan dengan sinar
Bulan dan Sang Surya! Dan, setiap Teratai mempunyai 36 ratus ribu Koti pancaran sinar, setiap
sinar terdapat 36 ratus ribu Koti Buddha Nirmita di tengah-tengahnya, semua berupa bagus,
berbadan emas, dapat memancarkan ratusan ribu jenis cahaya hingga 10 penjuru untuk
mengumandangkan “Saddharma” kepada para umat di pelbagai dunia. Maka dari itu, para
Buddha Nirmata pernah menempatkan banyak umat yang berbudi pada tingkat
Samyaksambodhi!”
 
 
Sang Buddha berkata kepada Ananda, "Makhluk hidup yang lahir di Tanah Buddha tersebut
semuanya pasti akan mencapai Nirvana. Itu karena di tempat tersebut tidak ada makhluk-
makhluk yang akan mengalami kondisi buruk atau yang tujuannya tidak pasti.
Semua Buddha, Tathagata di sepuluh penjuru yang jumlahnya sebanyak butiran pasir di Sungai
Gangga, semua bersama-sama memuji kebajikan unggul yang tak terbayangkan dari Amitayus.
Semua makhluk yang, setelah mendengar nama-Nya, bersuka cita dalam keyakinan, mengingat
beliau walau hanya sekali dan dengan tulus melimpahkan jasa kebajikan dari latihan berbudi
demi kelahiran di Tanah Buddha tersebut, bertekad untuk terlahir disana, akan terlahir disana dan
berdiam dalam keadaan tanpa-kemerosotan. Tetapi terkecuali mereka yang telah melakukan lima
perbuatan keji (garuka) dan menghina Dharma sejati.
(Tiga Tingkat, tingkat tinggi)
Sang Buddha berkata kepada Ananda, "Dewa dan manusia di sepuluh penjuru yang dengan tulus
berharap untuk lahir di Tanah Buddha tersebut dapat digolongkan menjadi tiga tingkatan. Syarat-
syarat bagi tingkat tinggi adalah mereka yang meninggalkan rumah dan membuang nafsu
duniawi untuk menjadi bhiksu/ni. Setelah membangkitkan aspirasi untuk mencapai pencerahan,
mereka dengan pikiran terpusat mengingat Amitayus dan melaksanakan praktek kebajikan,
bertekad untuk lahir di Tanah Buddha Amitayus. Ketika mereka menjelang kematian, Amitayus,
disertai dengan rombongan para makhluk suci, akan menampakkan diri di hadapan mereka.
Kemudian mereka akan mengikuti Buddha melayang ke alam Sukhavati, lalu dilahirkan dalam
bunga teratai yang Maha Besar yang berasal dari 7 mustika, dan memperoleh Avinivartaniya
hingga menjadi seorang Buddha terpilih (Ekajatipratibuddha). Sejak itu, baik Prajnanya atau
pengetahuannya pun demikian luhur, dalam dan penuh usaha! Ia juga memiliki Rddhi dan
Abhijna yang amat hebat, bila hendak menjelajah ke 10 penjuru dunia Buddha untuk memuja
para Tathagata pun bebas total tanpa halangan sedikitpun!”
“Maka O, Arya Ananda! Para umat yang berhasrat ingin melihat Buddha Amitayus pada masa
sekarang, mereka harus membangkitkan Bodhicittanya yang terluhur secepat mungkin, lalu
dengan kebulatan tekad mempraktekkan Dharma luhur yang diajari oleh para Tathagata. Dan
disampingnya banyak beramal jasa-jasa yang agung, kemudian di-Parinamanakan supaya dirinya
dilahirkan di alam Sukhavati untuk melihat Sang Buddha di sana. Jika para umat dapat
membulatkan ke 3 syarat tersebut, pasti segala cita-citanya akan terwujud hingga sempurna!”
 
(tingkat menengah)
Sang Buddha Sakyamuni bersabda kepada Arya Ananda: “O, Arya Ananda! Baiklah kita
melanjutkan tentang isi syarat-syarat dari tingkat menengah itu:
Para Dewa, manusia serta makhluk-makhluk lain yang berada di 10 penjuru dunia mereka yang
telah menggerakan hati sanubari berhasrat ingin agar dirinya dilahirkan di alam Sukhavati itu,
andaikata mereka tidak mendapat kesempatan untuk menjadi seorang suci seperti Sramana, tidak

30
mendapat kesempatan mengamalkan jasa-jasa agung hingga banyak, maka mereka terutama
harus menggerakkan Bodhicittanya dan sampai sekarang mereka harus masih memiliki tekad
melaksanakan perenungan Buddha atau memuliakan nama Buddha Amitayus (Amitabha) terus
menerus, dan selama ini tidak pernah dicampur-baurkan dengan Dharma sesat atau Agama lain?
Membuat kebajikan dengan sesuai kemampuan sendiri. Menjalankan berbagai Sila suci seperti
Pancasila, Astasila atau Sila lengkap dan sebagainya. Atau mendirikan Stupa atau Vihara disertai
rupang Buddha bersama-sama dengan para simpatisan Dharma. Jika lingkungan mengizinkan
penghidupannya boleh diarahkan seperti Sang Sramana. Disampingnya mereka boleh
menggantungkan hiasan-hiasan dari panji-panji sutera, patung iram-iram sutera atau menyalakan
lampu, menyebarkan bunga wangi dan membakar dupa dan sebagainya di depan rupang Buddha,
biar berada di rumah ataupun berada di Vihara. Kemudian sang umat boleh dengan jasa-jasa
yang dibuatnya disalurkan ke alam Sukhavati agar dirinya dapat dilahirkan di negeri Buddha
Amitayus.
Apabila sang umat tersebut akan meninggal dunia, Buddha Amitayus akan menjelmakan seorang
Buddha Nirmita yang berupa amat bagus dan seluruh badanNya memancarkan sinar emas amat
terang-benderang, kelihatannya tidak berbeda dengan Buddha yang asli! Kemudian Buddha
Nirmita bersama-sama rombonganNya menampakkan diri di depan sipemuja, segeralah sipemuja
yang bahagia itu disambut Buddha Nirmita dan para rombongan untuk dilahirkan di alam
Sukhavati. Dan duduk dengan identitas Avinivartaniya. Cuma, kebajikan dan kebijaksanaan
mereka agak rendah setingkat bila dibandingkan yang berstatus Tingkat-Pertama itu!”
 
(tingkat rendah)
Setelah Sang Buddha Sakyamuni membabarkan tentang syarat-syarat bagian menengah Beliau
bersabda kepada Arya Ananda lagi:
“O, Arya Ananda! yang bijak! Yang disebut syarat-syarat dari tingkat yang bagian rendah adalah
sebagai berikut:
Para Dewa, manusia serta makhluk-makhluk lain yang berada di 10 penjuru dunia, mereka yang
telah menggerakkan hati sanubari berhasrat ingin dirinya dilahirkan di alam Sukhavati.
Andaikata mereka tidak dapat kesempatan untuk membuat berbagai kebajikan, terutama mereka
harus membangkitkan Bodhicitta yang luhur, dan sampai sekarang masih tetap berbulat hati dan
yakin akan Buddha Amitayus atau Amitabha.
 
Walaupun hanya 10 kali saja mereka merenungkan:
“Namo Amitabha Buddhaya “. dan bercita-cita ingin dilahirkan di negeriNya. Atau, bila mereka
mendengar Dharma luhur yang dikhotbahkan oleh para tokoh suci, hatinya akan senang sekali
tanpa ragu sedikitpun terhadap Dharma tersebut; Kecuali, dirinya dikarenakan sesuatu
penderitaan maka ia hanya dapat satu kali saja melakukan perenungan “Namo Amitabha
Buddhaya”, dan mereka tetap bercita-cita ingin dilahirkan di alamNya. Maka apabila mereka
akan meninggal dunia ia dapat bertemu dengan Buddha Amitayus di dalam mimpinya. Dan, ia
juga dapat dilahirkan di alam Sukhavati; Hanya kebajikannya dan kebijaksanaannya lebih rendah
setingkat bila dibandingkan dengan tingkat bagian menengah itu!”
“Demikianlah tentang syarat-syarat dalam 3 tingkat itu, O, Arya Ananda!”
Sang Buddha Sakyamuni melanjutkan sabdaNya: “Sekarang akan kulanjutkan tentang wibawa
dan keterampilan Buddha tersebut.
Ketahuilah O, Arya Ananda! Sang Buddha Amitayus sungguh hebat! Para Tathagata yang
berada di 10 penjuru dunia yang jumlahnya tak terhingga, selalu menyanjung kewibawaan,

31
kebijaksanaan serta keterampilanNya yang demikian agung! Maka itu, Alam Sukhavati selalu
dikunjungi rombongan Bodhisattva yang jumlahnya sulit diperkirakan, semua datang dari negeri
Buddha sebelah Timur dari dunia ini banyaknya negeri bagaikan butiran pasir. Sungai Gangga!
Dan, maksud mereka adalah hendak mengadakan kebhaktian untuk memuja Buddha Amitayus di
alam Sukhavati dengan upacaranya terkhidmat; Kemudian mereka akan menggunakan
kesempatan ini untuk mendengar dan menerima Dharma luhur dari negeri Buddha tersebut, agar
dirinya dapat membantu Buddha Amitayus mengembangkan Buddha Dharma di alam semesta!
Dan, rombongan Bodhisattva bukan saja datang dari sebelah Timur, melainkan banyak juga
datang dari sebelah Selatan, Barat, Utara, Timur-laut, Tenggara, Barat-daya, Barat-laut, bagian
Atas dan bagian Bawah jumlahnya tak terhingga, kesemuanya datang berbondong-bondong lalu
berkumpul di Istana Sukhavati, dengan hati amat riang gembira terus mengadakan persembahan
di depan Buddha Amitayus. Suasananya demikian ramai dan meriahsungguh sulit dijelaskan
dengan perkataan yang tepat!”
 
Kemudian Sang Buddha Sakyamuni mengucapkan beberapa bait Gatha pujian:
Buddhaksetra (negeri Buddha) yang berada di sebelah Timur, Jumlahnya tak berbeda dengan
pasir di Sungai-Gangga, Bodhisattva datang dari berbagai Buddhaksetra, Mengunjungi
Sukhavati, menengok Buddha Amitabha! Di sebelah Selatan, Barat hingga Utara, Keempat pojok
serta Atas dan Bawah. Bodhisattva datang dari pelbagai Buddhaksetra, Mengunjungi Sukhavati,
menengok Buddha Amitabha! Rombongan yang demikian besar, para Bodhisattva, Dengan
sajian bunga Mandarava Surga; Permata, Dupa, Gandha, Jubah berharga. Mengunjungi
Sukhavati, memuja Buddha Amitabha! Musik Surga dimainkan para Arya, Suara nyanyian
sungguh sedap didengar! Nyanyiannya berjudul “Memuliakan Lokanatha Termulia”, Khusus
menghormati Sang Buddha Amitabha!
“O, Lokanatha Amitabha yang termulia! Memiliki Rddhi-Abhijna, menyelam lautan Dharma;
Melengkapi “Gunagarbha” yakni gudang-jasa, Tak seorangpun berani membandingkan Prajna-
Nya!” “Sinar hidupNya tak kalah dengan Matahari, Melenyapkan awan gelap tumimbal-lahir.
Demi menghormatiMu aku mengelilingi 3 kali. Di depanMu kulakukan Anjali sekali lagi.”
“Setelah kusaksikan Sukhavati yang demikian indah, Aku tertarik akan ketakjuban nan megah!
Lantas kubangkitkan Bodhicitta terluhur, Agar negeriku sama dengan alamNya!”
 
Sang Buddha Amitabha pada seketika, WajahNya berseri-seri tanda riang gembira; Tiba-tiba,
sinar gaib keluar dari mulutNya, Terangnya hingga ke sepuluh penjuru dunia. SinarNya kembali
terus mengelilingi badanNya, Setelah 3 kali hilang di puncak kepala; Dewa, manusia, yang
berada di negeriNya, Disamping menyaksikan ikut bergembira! Sang Bodhisattva Mahasattva
Avalokitesvara, Merapikan jubah, merangkapkan ke dua tanganNya; Menanyakan kepada Beliau
mengapa riang Gembira: “Katakanlah O, Lokanatha apa sebabnya!” Suara Sansekerta berguruh
seketika, Bagaikan 8 macam musik berbunyi serentak;
“O, Arya yang Maha Karunika! Sebab Aku akan meresmikan upacara “Vyakarana-
Boddhisattva”.
“Ketahuilah, para Satpurusa (tokoh suci) dari berbagai dunia, Aku telah mengerti cita-cita
mereka; Ingin dilahirkan disuatu “Alam Terbahagia”, Semua akan Ku wisudha menjadi
Buddha!”
 
“Pahamilah “Sarva-Dharma” yang dianggap syarat utama, Makna-makna Dharma: Mimpi,
fantasi dan suara. Yang penting ‘Nadar-utama’ anda telah sukses, Alam suci diciptakan anda

32
pasti sempurna!” “Kilat, Bayang, juga perlambang Dharma, Setelah paham cepat melaksanakan
“Bodhisattva-Cariya”!
Apabila jasa-utama anda telah lengkap, Anda akan Ku wisudha menjadi Buddha!”
“Mahirkanlah tentang Svabhava (inti-sarinya) dari “Sarva-Dharma”, Segala sesuatu: Sunya,
Anatman beserta artinya; Kepada Alam-suci dengan segenap tenaga, Alam-suci diciptakan anda
pasti sempurna!”
Para Tathagata menyarankan kepada para Bodhisattva: “Kunjungilah! Pujalah Sang Amitabha!
Senang menerima, senang melaksanakan DharmaNya, Pastilah, suatu Alam-suci cepat anda
perolehnya!”
“Ketahuilah, barang siapa tiba di negeriNya, Maka akan cepat memiliki daya Supernormal;
Cepat diwisudha oleh Buddha Amitabha, Cepat mencapai Samyaksambuddha!”
“Mengapa demikian? Karena berkat “Nadar-utama”Nya! Maka, namanya didengar, gerakkanlah
Bodhicitta! Anda tetap disambut ke Alam Sukhavati, Anda tetap memperoleh identitas
Avinivartaniya!”
Kini, banyak Bodhisattva ikut berikrar,
Agar Negerinya sama seperti negeri Amitabha;
Umat-umat yang merenungkannya dapat diselamatkan;
Nama harum akan melimpahi berbagai dunia!
Demi mengabdi akan para Tathagata,
Bodhisattva-Bodhisattva menjelajah seluruh Buddhaksetra;
Berangkat dengan khidmat, riang gembira,
Kembali dengan keterampilan mengindahkan alamnya!
Barang Siapa tanpa berbudi, tahukah anda?
Dia sulit mendengar Sutra Amitabha!
Yang dapat, yang telah suci-batin dengan Sila,
Pastilah mereka akan menemukan Saddharma!
Karena mereka pernah melihat Bhagavata,
Maka, mereka yakin kepada Saddharma!
Baik sikap mendengar maupun melaksanakan,
Hatinya demikian rendah serta bersukaria!
Tapi jika sombong, gelap batin dan malas,
Maka, makna Saddharma sulit dipercaya oleh mereka;
Kecuali masa lampau pernah melihat Buddha,
Makna luhur itu mungkin dapat disadarkannya!
Para Sravaka-Sangha bahkan para Bodhisattva,
Sulit memuncakkan citranya hingga sama-dengan Buddha;
Maka diumpamakan mata, disangkutkan buta,
Harus mengikuti jejak para bijak!
Pengetahuan Budha diumpamakan “Prajna-samudra”,
Luas,dalam, sulit mencapai ke dasarnya!
Maka, kedua Yana (Sravaka dan Bodhisattva) tidak mampu mengukur,
Hanyalah Buddha sendiri yang dapat memahaminya!
Seandainya terdapat banyak umat cerdas,
Semua telah mencapai Penerangan Sempurna.
Memiliki kesucian, kebijaksanaan, pengetahuan bagi Sunyata,
Mengukur “Prajna-Samudra”hingga ber-Koti Kalpa!

33
Walaupun dijelaskan segenap tenaga, hingga-Akhirnya usianya
belum akan mengerti betapa dalamnya! Sungguh, Prajna Buddha
tak terhingga, Maka, Beliau mampu menciptakan dunia!
Usia panjang sulit dimiliki manusia, Kedatangan Buddha sulit
ditemukan semasa! Apalagi keyakinan, kebijaksanaan bisa
dipersoalkan, Sungguh-sungguh belajarlah, kini tepat saatnya!
Seandainya, anda tidak lupa Dharma,
Anda pasti dimuliakan para Tathagata;
Maka, semoga para putra-putri berbudi,
Bangkitkanlah Bodhicitta luhur hingga ke puncak!
Walaupun kobaran-api telah berjajar di dunia,
Demi mendengar Dharma telah bertekad menelusurinya!
Akhirnya anda pasti mencapai Kebuddhaan,
Bebas dari belenggu tumimbal-lahir di Triloka!
 
 
Sang Buddha Sakyamuni bersabda kepada Arya Ananda: “O, Arya Ananda yang bijak! Para
Bodhisattva yang berada di negeri Buddha Amitayus, semua harus beridentitas
“Ekajatipratibuddha”. Kecuali jika mereka berjanji akan menanggungkan suatu kewajiban
penting yakni, demi para makhluk sengsara, mereka dengan Nadar-utama serta jasa-jasa agung
mengindahkan cita-citanya, membantu para makhluk membebaskan diri dari belenggu
penderitaan di alam semesta.”
“O, Arya Ananda! Para Sravaka yang berada di negeri Buddha tersebut, semua memiliki sinar
hidup dan sinarnya dapat memancar satu depa jauhnya, tapi, sinar hidup dari para Bodhisattva
jaraknya lebih jauh lagi, sinarnya dapat memancar hingga ratusan Yojana! Dan, di antara
Bodhisattva-Bodhisattva yang jumlahnya tak terhingga ini, terdapat dua Bodhisattva yang
bermartabat tertinggi, baik KewibawaanNya maupun sinar hidupNya, telah melimpahi
Trisahasra-Mahasahastra Lokadhatu atau juta-jutaan dunia!”
 
“Apa nama kedua Bodhisattva-Mahiasattva itu? O, Bhagavan yang termulia!
Sudi kiranya dikatakan!” Tanya Arya Ananda.
“Yang satu bernama Avalokistesvara dan yang satu bernama Mahasthamaprapta!” Sabda Sang
Buddha: “O, Arya Ananda! Tahukah ke dua Bodhisattva Mahasattva pada masa purvakala
mereka pernah mempraktekkan “Bodhisattva-Cariya” di dunia Saha ini, setelah mengakhiri
kehidupanNya Beliau baru dilahirkan di alam Sukhavati, kini sedang membantu Buddha
Amitayus mengembangkan Saddharma di alam semesta!”
“Lagi O, Arya Ananda yang bijak! Para Makhluk yang lahir dialam Sukhavati semua memiliki
“32 Tanda Fisik Agung” yang lengkap! Dan PrajnaNya, SiddhiNya, telah sempurna semua, juga
mereka tak segan-segan mendalami pengetahuan “Sarva-Dharma” hingga mencapai dasar-dasar
yang terutama. Mereka telah memiliki pengetahuan Rddhi-Abhijna yang tanpa halangan.
Demikian pula, indera-indera yang dimiliki merekapun demikian tajam tanpa cacat sedikitpun!
Ketahuilah paling tidak, para makhluk yang berakal-budi agak rendah itu, semua telah mencapai
2 jenis Dharma-Ksanti, apalagi yang berakal budi terluhur itu, semua telah mencapai Dharma-
Ksanti yang banyaknya sungguh sulit diperkirakan!
O, Arya Ananda! Tahukah anda, para Bodhisattva di negeriNya itu sungguh amat bahagia,
mereka sejak semula hingga ia menjadi Buddha tidak pernah terlibat Alam Kesedihan. Dirinya

34
demikian bebas dan dayaNya demikian supernormal! Semuanya telah memiliki pengetahuan
“Purvanivasanusmrtijnana”, maka segala perbuatan pada masa lampau bisa diketahui semua!
Kecuali yang sebagian Bodhisattva masih perlu dilahirkan di dunia-dunia yang tengah
mengalami “Panca Kasaya” (5 macam kekeruhan), tapi, keterampilan yang dimilikiNya masih
tetap sama dengan para Bodhisattva yang berada di negeri kita (dunia Saha) tanpa berbeda
sedikitpun!”
“Lagi O, Arya Ananda yang bijak!” Sang Buddha Sakyamuni melanjutkan sabdaNya: “Tahukah
anda, Para Bodhisattva di Sukhavati itu selalu menerima Adhisthana oleh Rdhibala Buddha
Amitayus. Andaikata mereka ingin mengunjungi para Buddha hanya dengan waktu sesekali
santapan saja, mereka telah menjelajah ke 10 penjuru dunia Buddha untuk mengadakan
kebhaktian memuja para Tathagata dengan upacara khidmat di negeriNya. Tentang sajian-sajian
serta alat-alat pujaan lain seperti Bunga wangi, Dupa, Gandha, Musik Surgawi, Tari-tarian
agama, Jubah berharga, Payung iram-iram dari sutera, berbagai jenis panji serta bendera dan
sebagainya. Sipemuja hanya tinggal merenung saja, semua sajian serta alat-alat pujaan yang
dimintanya segeralah terwujud didepan-nya. Dan benda-benda yang terwujud itu semua
berkualitas amat bagus, indah, halus sungguh sulit ditemukan di dunia kita! Apabila semua telah
lengkap sajian tersebut dipersembahkan kepada para Buddha, para Bodhisattva serta para
Sravaka-Sangha di negeri Buddha yang dikunjungiNya. Setelah upacara selesai sajian tersebut
semua diserahkan (atau dilontarkan) ke angkasa.
Hebatnya bukan main O, Arya Ananda! Hanya sepintas kilat semua lemparan telah menjelma
dijadikan sebuah payung bunga yang Maha besar di atas langit! Dan, bunganya terus memancar
sinar cahaya amat terang benderang, mengeluarkan bau harum yang melimpahi seluruh alam
semesta! Diameternya persis 400 Yojana, tapi payungnya terus membesar hingga beberapa juta
kali lipat bila dibandingkan dengan sebelumnya! Sehingga dapat menutupi Trisahasra-
Mahasahasra Loka-dhatu dunia! Kemudian bunganya sebagian demi sebagian menghilang di
angkasa hingga habis. Pada saat itu, para Bodhisattva semua merasa amat riang gembira. Mereka
bersama-sama memainkan musik Surgawi di ruang angkasa, dengan suara nyanyian amat merdu
dengan Gatha-Gatha Pujian memuliakan jasa-jasa Buddha. Kemudian mereka bersama-sama di
sekeliling Buddha mendengar khotbahnya. Saat belum tiba waktu makan siang mereka telah
melunasi segala kewajiban dan semua merasa badannya membumbung dari lantai terus ke langit.
Demikianlah, hanya sepintas kilat saja mereka telah kembali ke Tanah-airNya (alam
Sukhavati)!”
 
Sang Buddha Bersabda kepada Arya Ananda:
“O, Arya Ananda yang bijak! Setiap waktu Buddha Amitayus mengadakan pengkhotbahan
tentang Dharma luhur kepada para Bodhisattva, para Sravaka-Sangha dan para Dewa, manusia di
ruangan Vihara 7 mustika itu, suasananya demikian khidmat, meriah, sehingga semua pendengar
amat senang terhadap DharmaNya! Dan semua makna-makna terdalam dapat meresap ke dalam
hati mereka, sehingga banyak yang dapat mencapai Samyaksambuddha. Lebih hebat lagi, saat
pelajaran mereka sedang mulai di ruangan tersebut, angin sejuk semilir tiba-tiba menghembus
dari 4 jurusan menggerakkan pohon-pohon 7 mustika, tatkala kira-kira ada 500 jenis suara yang
amat merdu terus bergema di seluruh alamNya.
Bunga-bunga Mandarava Surga yang harum juga diantarkan angin semilir sekali demi sekali
tanpa henti bertumpukkan di atas bumi kencana guna memuja Buddha. Adapun Dewa-Dewa dari
Surga lain juga datang berbondong-bondong ke alam Sukhavati dengan ratusan ribu macam
bunga Surga serta ratusan ribu macam musik Surga, nyanyian dan tari-tarian untuk menyembah

35
Buddha Amitayus serta para Bodhisattva, para Sravaka di negeriNya. Setelah rombongan dewa
tiba di alam Sukhavati pertama, mereka menyebarkan bunga dari atas langit ke sekeliling Sang
Buddha dan memainkan musik Surga serta menarikan tari-tarian di angkasa, lalu berbaris
memasuki ruangan Vihara, memberikan penghormatan kepada Buddha Amitayus. Mereka
sebaris demi sebaris keluar-masuk, datang pergi. Kendati keadaan demikian ramai, demikian
sibuk akan tetapi, ketertiban tetap disiplin, teratur tanpa rusuh sedikitpun! Bahkan semua
pengunjung hanya merasa riang gembira dan semua memperoleh hasil yang terunggul dari
khotbah Buddha!”
 
Sang Buddha Sakyamuni bersabda kepada Ananda:
“O, Arya Ananda yang bijak! Sekarang aku hendak menjelaskan tentang ketrampilan-
ketrampilan yang telah dicapai oleh para Bodhisattva yang lahir di negeri Buddha Amitayus itu
kepada kamu sekalian! ketahuilah, para Bodhisattva memiliki perasaan Maitri-Karuna, senang
membabarkan Saddharma kepada pengikutNya. Ajaran-ajaran yang dipergunakan untuk sarana
pendidikan semua menurut kebijaksanaan dan kemampuan sang umat. Meskipun daya
penerimaan dari para didikan tidak sama atau lemah sekali, tetapi tak seorangpun yang
ditolakNya atau ditinggalkanNya! Dan para Bodhisattva baik lahir maupun batin-Nya tetap suci
murni, Maka segala sesuatu yang berada di negeriNya walaupun bentuknya demikian menarik
dapat mempesonakan orang, tapi mereka tidak bermaksud memilikinya. HatiNya tanpa
keterikatan! CitraNya, pikiranNya, perilakuNya, demikian terang dan bersih tanpa terikat sedikit
apapun. Dan, tiap-tiap orang dianggap sedharma, tidak pandang bulu; Tidak ada perebutan juga
tidak ada peristiwa perkara pidana! mereka hanya memiliki perasaan belas kasihan, murah-hati
serta ramah-tamah untuk memberi manfaat kepada para umat; Mengatur para umat supaya tidak
memiliki perilaku yang tak terpuji seperti benci, suka marah, murka, geram, gelap mata, keruh
batin, lalai, malas dan sebagainya; Sang umat harus memiliki perasaan sama-rata atau pandangan
seimbang dan bersemangat usaha, ketenangan batin, tekad berjuang, cinta Dharma, rajin
mempraktekkan Dharma dan tekad memusnahkan segala penderitaan Klesa; Tekad
membebaskan segala idea yang meliputi tentang alam kesedihan! Para Bodhisattva telah sukses
dari pelaksanaan “Bodhisattva-Cariya”, telah mengumpulkan jasa-jasa yang terlengkap, banyak
tak terhingga! Mereka telah mencapai sesuatu Samadhi terluhur; Mereka telah memiliki 6
macam pengetahuan Abhijna; Mereka dengan sepenuh hati mencurahkan kepada Sapta-
Bodhyanga (7 Bagian Kesadaran) dan berbagai Saddharma tertinggi dari ajaran Tathagata. Lagi,
tentang Mata-JasmaniNya demikian jernih, penglihatan-Nya terang dan luar-biasa; Mata-
BatinNya dapat melihat pada jarak yang hingga tiada terbatas; Mata-DharmaNya dapat
menganalisa makna-makna Dharma luhur hingga mencapai Kebudhaan; Mata-
KebijaksanaanNya dapat melihat intisari dari Doktrin-doktrin terdalam dan dengan metode yang
berfasilitas menyelamatkan para umat untuk menyeberang ke Pantai-Seberang; Mereka juga
memiliki Mata-Buddha sehingga segala Dharmata atau Dharma-Dhatu dapat disadarkan,
dicerapkan, kemudian mereka dengan Prajna-Avarana (kebijaksanaan tanpa halangan)
mengadakan Mimbar-Dharma mengkhotbahkan Saddharma kepada para umat : Bahwa ‘Segala-
sesuatu’ yang bernada di Triloka semua bercorak Sunyata, semua tidak kekal! Kecuali hanya
Buddha Dharmalah yang hingga jutaan Kalpa masih tetap kekal di dalam hati sang umat! Oleh
karena itu, barang siapa sadar kepada Buddha Dharma, harus bertekad mempraktekkan Buddha
Dharma kemudian mencapai kelancaran teknis Pratibhana, agar Saddharma yang amat
bermanfaat itu dapat diantarkan ke tangan orang lain lagi; Agar semua orang dapat ikut

36
memusnahkan penderitaan Klesanya; Agar mereka cepat dilahirkan di alam Tathagata guna
menerima serta mencapai hakekat-hakekat yang terluhur dariNya!”
“Lagi, setelah para Bodhisattva paham betul tentang Duhkha, Samudaya, Nirodha, Marga,
Sabda, Ghosa, Upaya dan hakekat-hakekat lain, maka mereka tidak akan tertarik oleh perkataan
duniawi, kecuali Abhidharma, Vinaya dan Sutra- Sutra yang diuraikan Tathagata serta segala
perbuatan Kusalamulani serta kepahalaan Samyaksambuddha! Mereka paham bahwa “Segala-
sesuatu” akan musnah pada waktu tertentu. Maka, mereka bertekad mengatasi Ke-dua Sesam ( =
sisa, masih memiliki badan yang menderita) yakni: Sesam dari penderitaan tubuh serta Sesam
dari penderitaan batin hingga tuntas! Oleh karena itu mereka tidak’segan-segan menuntut
Dharma yang tertinggi. Tekadnya bulat dan giat tanpa ragu sesuatu apapun! Setelah mereka
menjadi seorang yang beridentitas Maha- Karuna, ia tetap mengabdikan diri kepada para umat
sengsara. Meskipun para sengsara berada di tempat terpencil, sekian jauh, kondisinya sekian
buruk dan terperosok serta sulit dilindungi; Tapi iba-hatiNya tetap dilimpahkan kepada yang
sedang mengalami sengsara seperti itu! Lagi, Tujuan mereka hanya ‘Ekayana’ (hanya satu Yana
atau kendaraan besar tiada dua atau tiga jenis Yananya) yakni menuntut kepahalaan Buddha
yang teragung. Dan, demi memperoleh pahala agung ini, merekabertekad menyeberang diri ke
Pantai-Seberang. Demikian pula, segala jala-jala sesat semua diputuskan dengan ke-bijakanNya;
Segala metode-metode dari Buddha Dharma semua dikompletkan dan dimiliki mereka. Sungguh,
pengetahuan mereka tidak berbeda dengan Samudra dan SamadhiNya juga tidak berbeda dengan
Sumeru-raja! Sinar PrajnaNya demikian terang benderang hingga melampaui sinar Bulan dan
Sang Surya!
Doktrin-doktrin bagi Vidya juga sempurna semua. Jasa-jasa yang dikumpulkan oleh
merekasemua suci bersih bagaikan cahaya gunung salju, tanpa noda sedikitpun! Akan tetapi, hati
mereka serta kewibawaanNya biarpun terhadap siapa tetap sesama sifat Sang Bumi, tanpa
memandang kotor atau bersih, cantik atau jelek. Demikian juga, hati mereka serta
kewibawaanNya tetap seperti Air suci yang dapat membersihkan kekotoran duniawi. Dan tetap
seperti api kobaran yang dapat menghabiskan segala bahan bakar yang berasal dari penderitaan
Klesa. Tetap seperti angin kuat melintasi seluruh semesta tanpa halangan. Juga seperti angkasa
terhadap apapun tanpa merekat. Tetap seperti bunga Teratai biar tumbuh di lumpur tapi tidak
berlumpur. Seperti kendaraan besar (Mahayana) dapat mengangkut rombongan umat keluar dari
penderitaan tumimbal-lahir.
Seperti lapisan awan yang mengkilatkan petir, menggemuruhkan guruh guna membangkitkan
para sesat. Seperti hujan lebat menghujani air sari embun guna menyegarkan para makhluk yang
kehausan. Seperti gunung Vajra (intan) yang tidak tergoyahkan oleh para Mara, para pengajar
sesat. Seperti raja Brahma memiliki berbagai perbuatan baik yang teragung. Seperti pohon
Grodha yang meneduhkan orang yang ingin dilindungi. Seperti bunga Utpala sulit ditemukan.
Seperti Sang Garuda dapat mengalahkan para penjahat dengan gagah beraninya. Seperti burung
air dapat menyelam ke dalam air sehingga mangsanya sulit bersembunyi. Seperti kerbau kuat
hingga tak seorangpun dapat mengalahkannya. Seperti raja gajah dapat mengatur para gajah Uar
menjadi pengikutnya. Seperti raja singa walau terhadap binatang buaspun tak merasa takut.
 
Tahukah O, Arya Ananda! Kelapangan dadaNya tidak berbeda dengan angkasa, apa sebabnya?
Karena mereka telah memiliki perasaan Maha-Karunika (welas-asih); Dan bila diejek oleh para
pemenang, tapi batin mereka tetap tenang seperti semula, apa sebabnya? Karena perasaan benci
yang dimilikiNya telah musnah! Mereka hanya ingin memperoleh Dharma luhur, hanya ingin
mengadakan pengkhotbahan kepada para umat secara luas. Walaupun pekerjaan mereka

37
demikian berat, tapi mereka tanpa merasa badanNya lelah-payah! Bahkan selalu dengan segenap
tenagaNya memukul gendang Dharma; Memasang bendera Dharma; Memancari cahaya
kebijakan bagaikan sinar matahari agar para gelap batin dapat melenyapkan kebodohannya
secepat mungkin! Mereka selalu menghayati ‘Enam Penghormatan Sangha’ yakni Penghormatan
tentang raga, tentang ucapan, pikiran, Sila, kemanfaatan dan pandangan. Disamping itu, mereka
selalu mengadakan Dharma-Dana dan semangat mereka demikian giat, penuh usaha serta riang
gembira tanpa perasaan lesu-lelah. Ketahuilah, mereka adalah suatu Pelita-dunia yang amat
cemerlang;
Mereka adalah sebuah ladang sumber kebahagiaan yang bermanfaat. Mereka selalu menjadi guru
pedoman yang terkemuka, tapi kepada siswaNya pandanganNya sama-rata tidak peduli karib
atau benci! Mereka hanya mengarahkan ke jalan benar dan lurus, jalannya tidak bersimpang dua
atau tiga! Demi menenteramkan rencana hati sang umat, mereka berani mencabut berbagai
‘Duri-nafsu’ di tuduh sang umat! Karena mereka memiliki kebijaksanaan serta jasa-jasa agung
demikian banyak, maka perilakuNya selalu dimuliakan oleh para simpatisan Dharma!”
“Lagi, O, Arya Ananda yang bijak! Tahukah anda, para Bodhisattva bukan saja Tri-KarmaNya
(3 macam perbuatan buruk), Tri-KincanaNya (3 macam halangan) yang pernah dimiliki itu kini
telah musnah total, maka, tidak ada halangan yang menyangkut bahkan sering dengan ke enam
keterampilan Abhijna menjelajah ke seluruh semesta! Lagi O, Arya Ananda! Mereka bukan
hanya berpengetahuan Abhijna melainkan berbagai ‘Daya-utama’ telah dimiliki oleh mereka
seperti daya tentang Hetubala (daya penyebab), tentang Pratyayabala (daya hubungan penyebab),
Asayabala (daya ideal), Pranidhanabala (daya nadar), Upayabala (daya fasilitas), Nityabala (daya
kekal), Kusalabala (daya dari perbuatan baik), Samadhibala (konsentrasi), Prajnabala (daya
kebijaksanaan luhur), Bahussatobala (daya karena banyak mendengar), Damabala, Silabala,
Ksantibala (daya kesabaran), Viryabala (daya usaha), Dhyanabala (daya meditasi), Prajna-
Paramitabala (daya menyeberang dengan Prajna), Samyak-smrtibala (daya merenung yang
benar), Samathabala (daya ketenangan batin), Sad-Abhijnabala (daya 6 macam gaib batin),
Tisro-Vidyabala (daya dari 3 macam cemerlang), Abhicarakabala (daya pengatur) dan
sebagainya, telah lengkap semua tanpa kurang sesuatupun! Lagi, badanNya, warnaNya dan
wajahNyapun demikian cantik dan indah; Jasa-jasaNya demikian lengkap dan keterampilan
Pratibhanapun demikian lancar! Sungguh, jarang ada orang yang patut dibandingkan dengan
mereka!
Apalagi, mereka sering mengadakan kebhaktian untuk memuja para Tathagata dengan khidmat
dan banyaknya tak terhingga, maka dari itu, perilakuNya selalu dihargai oleh para Tathagata!
Kini, mereka telah mensukseskan berbagai Paramita tingkat Bodhisattva, juga telah mencapai
berbagai Samadhi luhur seperti: Sunyata,Animitta, Apranihita, Anutpanna, Aniruddha dan
sebagainya. Apabila kedudukan mereka dibandingkan dengan kedudukan para Sravaka, para
Pratyekabuddha akan jauh beberapa kali lipat!”
 
 
“O, Arya Ananda yang bijak! Demikian banyak dan sulit diperkirakan kepahalaan agung yang
dihasilkan oleh para Bodhisattva di alam Sukhavati!”
“O, Arya Ananda! Ketahuilah, apa yang Kuuraikan tadi sebenarnya hanya sebuah cerita singkat,
apabila Dharma tersebut dijelaskan secara luas, meskipun Kuuraikan hingga ratusan ribu Kalpa,
khotbahan ini sulit habisnya!”
 
Selanjutnya, Sang Buddha Sakyamuni bersabda kepada Bodhisattva Maitreya serta para hadirin :

38
“O, Arya Ajita yang berbudi! Sungguh, para Bodhisattva, para Sravaka-Sangha yang berada di
negeri Buddha Amitayus itu, baik citraNya, jasa-jasaNya maupun kebijaksanaanNya juga
keterampilanNya pun demikian luhur, agung sulit dikatakan! Apalagi, keadaan alam Sukhavati
juga demikian megah, indah, tenteram, bahagia dan suci bersih!
 
Kesemuanya ini patut diberi perhatian, mengapa umat manusia di dunia Sahaloka (dunia
penderitaan) enggan mempraktekkan Dharma luhur dengan sepenuh hati? Enggan
mengumpulkan jasa-jasa hingga sebanyak-banyaknya? Agar dirinya tidak akan merekat ke atas
dan tidak diterjunkan ke bawah, justru dirinya dapat mencapai Prajna hingga tak terbatas! O,
Arya Ajita! Sungguh, waktu bagi segala makhluk demikian penting, apalagi pendek sekali,
maka, anda harus berusaha mengatur waktunya dengan cermat serta seksama, agar segala
pelaksanaan Dharma dapat menghasilkan buahnya yang amat bermanfaat, dapat membebaskan
diri dari sengsara dilahirkan di alam bahagia!
Andaikata metode-metode berfasilitas untuk ‘Merenung atau Memuliakan nama Buddha
Amitabha’ itu dapat anda laksanakan dengan bulat hati, pasti anda dapat melintasi ke-lima
“Alam Kesedihan” dengan jasa-jasa yang anda peroleh itu! Tahukah anda, seketika jalan-jajan
Alam- Kesedihan akan tertutup secara otomatis dan jalan menuju ke negeri Buddha Amitayus
tidak menolak siapapun juga, tidak ditegur dari manapun ia datang!
Malahan, halnya setelah diketahui oleh Beliau, Ia dengan perasaan sangat riang gembira datang
menyambut anda! O, Arya Ajita! Mengapa anda enggan meninggalkan segala duniawi secepat
mungkin untuk mengamalkan berbagai kebajikan? Di Pantai-Seberang bukanlah baik
penghidupan anda maupun usia anda dapat mencapai hingga Asamkhyeya Kalpa yang tak
terbatas! Tapi O, Arya Ajita! Betapa sedihnya! Bahwa pandangan dari para umat demikian
pendek dan selama hidup di dunia Sahaloka mereka hanya ingin saling merebut hal-hal yang
tidak berarti. Malahan, demi keperluan sehari-hari rela menjadi korban di dalam penderitaan!
Mereka biarpun kedudukannya dari kaum termulia atau dari golongan terhina; jutawan atau
orang miskin, tua-muda, pria wanita semua hanya cenderung akan harta benda. Yang sudah
memiliki atau yang tidak memiliki sesuatupun ikut kuatir. Sungguh, bagi mereka tidak ada hari
tanpa melibatkan kekuatiran bahkan kebingungan, kemurungan, berangan-angan, kecemasan dan
sebagainya. Karena pikiran mereka bergerak terus-menerus dan diarahkan kejurusan yang keliru,
maka batinnya .terganggu terus sulit ditenangkan!
Lebih-lebih lagi, setelah memiliki ladang luas malah semakin kuatir tanahnya mengerut;
Memiliki gedung yang luas kuatir gedungnya musnah. Kalau mempunyai ternak, hewan-hewan,
kuda, kerbau, pesuruh pria, pramuwisma, harta benda, sandang-pangan, alat-perkakas,
perabotan-perabotan dan sebagainya, pikiran mereka akan lebih kacau-balau lagi! Karena
kekuatirannya terlalu berlebihan, apabila terhadap benda-benda tersebut hatinya tetap demikian:
Berpikir-pikir sampai berulang-ulang, nafasnya akan terengah-engah, selalu terkenang-kenang,
terkejut… Apalagi saat didatangi musibah seperti kebakaran, banjir, perampok musuh, penagih
sehingga harta bendanya makin lama makin melenyap, akhirnya kosong total! Oleh karena itu,
kekuatirannya makin lama makin parah dan tetap menjangkau ke dalam hatinya tanpa melepas!
Akan tetapi, merekatidak akan sadar, hatinya tetap demikian tegar, kepalanya tetap demikian
keras dan tidak berani membuang sedikit tempo untuk menganalisa apa sebab hingga demikian?
Hanya duduk dengan kebingungan, akhirnya matilah dalam keadaan sedih dan tanpa sesuatu apa
pun yang dapat ikut pergi! Sunggguh, penderitaan ini bukan saja dialami para awam melainkan
para termulia, sang kaya dan orang-orang terpandang pun tidak luput darinya! Malahan, kadang-
kadang situasinya lebih jelek, tidak berbeda seperti penyakit demam selesma, amat sakit rasanya!

39
Adapun para miskin serba kurang tidak mempunyai harta-benda, tak memiliki sawah juga tak
memiliki rumah, apalagi tentang ternak hewan, kuda, kerbau, uang, pangan, pakaian dan
perabotan dan sebagainya! Tapi, mereka tidak akan lupa kalau hendak memilikinya harus
memperjuangkannya dengan segenap tenaga dalam susah-payah. Saat sesuatu harta benda telah
diperoleh ingin sesuatu lagi, demikianlah hingga segala-galanya cukup serta lengkap semua.
Akan tetapi, karena kebanyakan harta-benda berlimpah-limpah di rumahnya, maka, sejak itu
mereka melupakan kesusah-payahan dan memboroskan harta-bendanya. Setelah harta-bendanya
habis mereka mulai membanting-tulang lagi, tapi sia-sia belaka usaha mereka gagal semua! Kini,
mereka mulai putus-asa baik lahir maupunbatin menjadidemikian kusut! Duduk tak merasa
tenang, berdiri lebih merasa berguncang, keadaannya persis penyakit demam selesma, amat sakit
rasanya!
Akhirnya matilah mereka dalam keadaan sedih. Karena mereka pada waktu hidup enggan
membuat kebaikan, enggan menimbun jasa-jasa dan enggan mempraktekkan Dharma, setelah
wafat tidak ada bekal sedikitpun untuk perjalanannya yang demikian panjang dan sukar!
Apalagi, akibat jalan yang sedih atau jalan bahagia akan dilintasinya, mereka tidak bisa diketahui
sama sekali, hanyalah Yang Mahaesa yang tahu ke alam mana mereka pergi!”
“O, Arya Ajita yang berbudi! Sudilah mengantarkan kata-kataku ini kepada para umat manusia
atau makhluk lain yang Kusayangi! Agar setiap orang yang berada di sahaloka dan makhluk-
makhluk di semesta dapat memperoleh manfaat bila mereka menganggap perlu! Dan kini, para
umat manusia yang perlu dibimbing oleh anda terutama adalah para anak dengan orang tuanya,
adik sama kakaknya, suami-istri, anggota keluarga, setiap suku bangsa serta para tamu yang
datang dari pelbagai negara. Anda boleh pesan pada mereka: Syukurlah, kalian ini dapat hidup
serumah, sekeluarga, satu tanah-air serta satu dunia! Betapa bahagia! Patut, kalian harus saling
menghormati, saling menyayangi serta saling memanfaatkan satu sama yang lain. Janganlah
menimbulkan perasaan benci atau memusuhi orang lain! Yang punya boleh menurut
kemampuannya membantu yang tidak punya serta para korban yang sangat perlu diselamatkan.
Sifat-sifat seperti Lobha (tamak) dan Matsarya (kikir) boleh dianggap suatu sikap terjelek bagi
umat manusia! Terhadap siapapun Vaca (bicara) dan Rupa (sikap jasmani) harus sopan-santun
serta ramah-tamah, tanpa melawan tata-krama! Lagi jika terdapat pertengkaran kecil yang
dianggap tidak serius tapi enggan berdamai atau dibubarkan, hingga kemarahannya tetap dimiliki
ke dua pihak. Walaupun hal-hal itu pada masa ini belum menjadi persoalan besar, akan tetapi,
jika dipanjangkan hingga masa mendatang kegawatannya akan bertambah beberapa ribu kali
lipat dan sikap permusuhan dari mereka pun lebih mendalam lagi! Mengapa demikian? Ini
adalah akibat dari Hukum-Karma! Karena sebagian besar umat manusia di dunia Sahaloka
senang saling ber-Vihimsa (menyakiti), bila tidak cepat meleraikan racun dari kemarahan akan
mengganggu batin mereka dan bibit kebencian akan berbenih di kebun Alayavijnana, amat sulit
dilepaskan! Demikian pula, kedua orang yang bermusuhan itu tetap dilahirkan pada masa yang
sama, tempat yang sama, maka tiba waktunya dendam mereka matang dan terus bertambah
hingga ke puncak, apabila tidak dileraikan hingga tuntas!”
 
“O, Arya Ajita yang berbudi! Tahukah anda, dunia Sahaloka yang penuh Kama (nafsu indera),
Chanda (kepuasan, keinginan) ini, meskipun masyarakat umat manusia demikian ramai, sibuk,
akan tetapi, bila ditinjaukan kelahiran dan kematian dari seseorang keadaannya sungguh amat
menyedihkan! Mereka datang hanya sendiri pergi pun sendiri, tiada seorangpun yang menemani
juga tiada seorangpun datang menyambutnya!

40
Seandainya saat mereka tiba di alam kesedihan karena dosanya terlalu berat masa hukumannya
hingga jutaan Kalpa. Walau pun saat ia masih berada di rumahnya, baik anak, saudara maupun
harta benda jumlahnya tak terhingga! Tapi, seorang anak ataupun seorang saudara tidak dapat
menggantinya, apalagi mohon diringankan belenggu hukuman dengan harta bendanya!”
“O, Arya Ajita! Yang berkelakuan baik tetap dilahirkan di Surga bahagia; Yang berkelakuan
jahat tetap dilahirkan di alam sengsara! Walaupun mereka belum mulai berangkat jalannya telah
terbuka secara luas menunggu kedatangan mereka. Sesudah mereka berada di alam masing-
masing sulit dilihat oleh para umat yang hanya memiliki mata-jasmani! Karena mereka belum
pernah melaksanakan Dharma, belum bisa membebaskan dirinya keluar dari Triloka, maka, baik
yang berkelakuan baik maupun jahat tetap ditumimbal-lahirkan di alam masingmasing dan
masanya panjang sekali, jalannya juga gelap sekali. Adapun para sanak saudara yang
ditinggalkan itu mempunyai jalan masing-masing yang tidak sama, maka, kapan mereka dapat
bertemu lagi sungguh sulit diketahui!
 
O, Arya Ajita! Sekarang kalian dapat hidup dengan Buddha pada satu masa, hidup dengan para
umat manusia yang satu nusa, sedunia. Betapa bahagia! Mengapa anda masih enggan
meninggalkan segala keduniawian anda? mempergunakan masa keemasan, keremajaan,
membangkitkan Bodhicitta anda? Agar dapat mengumpulkan jasa-jasa agung yang banyak;
Mempraktekkan Dharma luhur supaya dapat bebaskan diri dari belenggu kesengsaraan,
dilahirkan di negeri Buddha yang berusia Asamkhyeya Kalpa tak terhingga? Apa sebabnya anda
enggan mencari Marga (Jalan Kebuddhaan) teragung untuk mengatasi tumimbal-lahir anda?
Hendak menunggu hingga kapan? Apakah masih ada kesenangan yang memikat anda? O, Arya
Ajita! Sungguh, umat manusia masih banyak sekali yang enggan menjadi orang yang sadar dan
memiliki kebijaksanaan. Mereka masih ragu bahwa kalau mengamalkan jasa akan memperoleh
kepahalaan agung; Kebulatan tekad mempraktekkan Dharma luhur dapat membebaskan diri dari
belenggu sengsara. Bahkan ada yang tidak percaya bahwa seseorang yang telah meninggal akan
dilahirkan di suatu alam menurut Karmanya (perbuatan baik atau jahat); Juga ada yang tidak
percaya kalau seseorang suka mendanakan harta bendanya kepada orang sengsara, meskipun
jumlahnya tidak banyak ia akan dianugrahi kebahagiaan yang tak terhingga! Atau mereka sama-
sekali tidak mau menaruh kepercayaannya tentang Akibat’ yang datang dari perbuatan baik atau
Karma jahat! Karena mereka demikian tegar hati dan tidak ada kebijaksanaan akhirnya
tenggelamlah mereka ke dalam lautan sengsara!
Betapa sedihnya! Akan tetapi, setelah selang beberapa lama dan sedikit demi sedikit mereka bisa
merasa pandangannya keliru malah bisa melihat bahwa ‘Sebab-akibat’ itu pada dasarnya ada
sehingga hatinya menyesal sekali, namun waktu sudah tidak mengizinkan mereka untuk berpikir
lebih banyak lagi karena hukuma

41

Anda mungkin juga menyukai