Anda di halaman 1dari 86

KS ITIGAR BHA PU RVA PR AN IDHAN A

SUTRA

Dibagikan secara cuma-cuma, tidak untuk diperjualbelikan


Not For Sale, Free Distribution
Buku KSITIGARBHA PURVA PRANIDHANA SUTRA

D A F TA R I S I

BAB 1 - ISTANA TRAYASTRIMSA VARGA RDDHIDHI JNANAM ( PERSAMUAN AGUNG DI


ISTANA SURGA TRAYASTRIMSA )......................................................................................3
BAB 2 - BADAN JELMAAN SANG BODHISATTVA KSITIGARBHA BERKUMPUL DI
PERSAMUAN ISTANA SURGA TRAYASTRIMSA..................................................................13
BAB 3 - BUDDHAMATRKA DEWI MAHA MAYA MENGAMATI KARMA MANUSIA BESERTA
SEBAB DAN AKIBAT-NYA...................................................................................................16
BAB 4 - HUKUM KARMA DAN SEBAB AKIBAT-NYA BAGI MAKHLUK-MAKHLUK
JAMBUDVIPA ( ALAM MANUSIA )...................................................................................21
BAB 5 - BERBAGAI BENTUK ALAM NERAKA SERTA NAMA-NYA......................................31
BAB 6 - SANJUNGAN DAN PUJIAN SANG TATHAGATA BUDDHA SAKYAMUNI................34
BAB 7 - MANFAAT BAGI YANG HIDUP DAN YANG TELAH MENINGGAL DUNIA..............43
BAB 8 - PUJIAN YAMARAJA BESERTA PARA PENGIKUT-NYA............................................49
BAB 9 - MANFAAT MENYEBUT NAMA BUDDHA.............................................................56
BAB 10 - PENJELASAN TENTANG JASA-JASA KEBAJIKAN DARI PARA DERMAWAN........62
BAB 11 - DEWA BUMI SANG PRTHIVI YANG MELINDUNGI DHARMA.............................67
BAB 12 - MANFAAT DARI MENDENGAR SERTA MEMBACA KSITIGARBHA SUTRA.......70
BAB 13 - AMANAT SANG BUDDHA KEPADA DEWA DAN MANUSIA................................80
Catatan :...........................................................................................................................86

~2~
Buku KSITIGARBHA PURVA PRANIDHANA SUTRA

BAB 1 -
ISTANA TRAYASTRIMSA VARGA RDDHIDHI JNANAM
( PERSAMUAN AGUNG DI ISTANA SURGA TRAYASTRIMSA )

Demikian yang ku-dengar,

Pada suatu waktu Sang Buddha berada di Surga Trayastrimsa untuk memberi
khotbah Dharma kepada Ibu-Nya. Sang Buddha ingin agar Ibu-Nya dapat terbebas dari
Triloka dan dilahirkan di Alam Buddha. Beliau memasuki Samadhi dan pada saat itu
vijnana-Nya ( kesadaran-Nya ) menjadi badan Dharmakaya pergi ke Surga Trayastrimsa.

Sewaktu Sang Buddha akan memberi khotbah Dharma kepada Ibu-Nya di Istana
Surga Trayastrimsa, datang-lah Para Buddha beserta Para Bodhisattva Mahasattva dari 10
penjuru jagad yang jumlah-nya sulit diperkirakan. Mereka ber-kumpul di Persamuan
Agung di Istana Surga Trayastrimsa dan dengan perasaan amat gembira serta dengan
khidmat mereka menyanjung dan memuji Jasa-jasa dan Kebajikan dari Buddha
Sakyamuni. Mereka juga mengagumi Buddha Sakyamuni yang ber-tekad berada di
Jambudvipa ( Alam Manusia ) atau Alam Saha Loka yang memiliki Panca Kasaya ( 5
macam kekeruhan ), tapi Beliau dapat menampilkan Maha Prajna ( Kebijaksanaan
Tertinggi ) serta Riddhi-Abhijnabala ( tenaga batin ) untuk menundukkan Para Umat yang
ber-hati keras, dan membimbing mereka hingga sadar serta dapat mengerti jalan yang
menuju Kebahagiaan dan dapat menghindari jalan yang menuju penderitaan.

***

Ketika Para Siswa atau Umat yang pernah di-bimbing oleh Sang Buddha ( yang telah
dilahirkan di berbagai Alam Surga ) mendengar Maha Guru-nya datang ke Istana Surga
Trayastrimsa, mereka semua mengirim wakil-nya atau datang sendiri guna memberi
penghormatan kepada Maha Guru-nya, untuk membalas budi-nya. Pada saat itu Sang
Buddha merasa amat gembira, Beliau tersenyum, dan mengeluarkan ratus-an ribu kot ( 1
koti = 10 juta ) Maha Rasmiprabha Mega, yaitu awan yang ber-cahaya yang amat terang
dari seluruh badan-Nya, dan jenis-nya berupa-rupa, seperti awan ber-cahaya yang Maha
Paripurna, awan ber-cahaya yang Maha Maitri, Maha Jnana, Maha Prajna, Maha
Samadhi, Maha Shri, Maha Punna, Maha Guna, Maha Sarana, Maha Stotra, serta awan-
awan indah dan sinar-sinar Buddha yang amat terang lain-nya. Banyak-nya sungguh tak
terhingga dan tak terkatakan.

Setelah awan-awan dan sinar-sinar itu berhenti keluar dari seluruh badan Sang
Buddha, lalu ter-dengar ber-macam-macam suara yang sangat merdu yang keluar dari
mulut Sang Buddha. Suara-suara yang merdu ini dapat membimbing semua Makhluk
hidup untuk mencapai penerangan, yaitu suara dari Dana Paramita Ghosa, dari Sila
Paramita Ghosa, Ksant Paramita Ghosa, Virya Paramita Ghosa, Dhyana Paramita Ghosa,
Prajna Paramita Ghosa, Maitri Ghosa, Karuna Ghosa, Upeksa Ghosa, Vimoksa Ghosa,
Anasvara Ghosa, Jnana Ghosa, Maha Jnana Ghosa, Maha Simhanada Ghosa, Garjita
Ghosa, Maha Garjita Ghosa, serta suara-suara lain-nya, banyak-nya tak terhitung !

~3~
Buku KSITIGARBHA PURVA PRANIDHANA SUTRA

Ketika suara-suara tersebut selesai di-kumandang-kan, datang-lah rombongan Para


Dewata, Naga, Hantu, dan Makhluk-makhluk Suci beserta rombongan-rombongan lain-
nya yang jumlah-nya banyak sekali. Mereka ada yang datang dari Alam Saha Loka ( Alam
Manusia ), Alam Surga Maha Raja Kajika, atau Surga Trayastrimsa Jurusan 33 Surga, dari
Surga Yama, Tusita, Nimmanarati, Paranimmitavasavartin, Surga Brahmakajika,
Brahmaparsadya, Brahmapurohita, Surga Mahabrahma, Parittabha, Apramanabha,
Abhasvara, Parittasubha, Apramanasubha, Subhakrtsna, Anabhraka, Punnaprasava,
Brhatphala, Avrha, Atapa, Sudrsa, Sudarsana, Akanistha, Mahamahesvara, hingga Surga
Naivasamjnanasamjnayatana, yaitu Surga yang Tertinggi dari Para Mulia, semua dari
mereka telah berkumpul di Persamuan Agung di Istana Surga Trayastrimsa tersebut.

Kemudian hadir juga rombongan Dewa Penguasa Laut, Dewa Sungai, Dewa Pohon,
Dewa Gunung, Dewa Bumi, Dewa Danau, Dewa Pertanian, Dewa Pe-ronda-an Siang,
Dewa Pe-ronda-an Malam, Dewa Angkasa, Dewa Langit, Dewa Minuman dan Makanan,
Dewa Penguasa Tumbuh-tumbuh-an, serta rombongan dari Para Makhluk Suci lain-nya.
Dan dari rombongan tersebut, baik yang datang dari Alam Saha Loka ( Alam Manusia )
atau datang dari Alam lain, semua-nya telah berkumpul di arena Persamuan Agung
tersebut.

Kemudian hadir pula rombongan dari Para Raja Setan, seperti Raja Setan Ber-mata
Kejam, Raja Setan Pengisap Darah, Raja Setan Pengisap Sari Mani, Raja Setan Pemakan
Janin dan Telur, Raja Setan Penyebar Penyakit, Raja Setan Penolak Tuba, serta Para Raja
Setan Pengasih Penyayang, Para Raja Setan Pemberi Rezeki kepada Umat Manusia, Para
Raja Setan Ber-budi Luhur, serta rombongan Para Raja Setan yang lain beserta Pengikut-
nya, jumlah-nya banyak sekali dan semua-nya telah berkumpul di arena Persamuan Agung
tersebut.

***

Pada saat itu Sang Buddha ber-sabda kepada Pangeran Dharma Manjusri
Bodhisattva Mahasattva, O Arya Manjusri yang Maha Bijak, bisa-kah Anda menghitung
jumlah dari Para Hadirin yang berada di dalam Persamuan Agung ini ?

Tidak mungkin, O Bhagava yang Termulia, jawab Sang Manjusri, Walaupun


dengan kepandaian serta Rddhi-Abhijnabala-Ku ( tenaga batin ), Aku tidak dapat
menghitung jumlah dari Para Hadirin ini, walaupun selama ribu-an kalpa ( waktu yang
panjang-nya tak terkira ) Aku menghitung-nya.

Sang Buddha ber-sabda kepada Bodhisattva Manjusri, Benar, jumlah-nya sungguh


sulit Kita ketahui, Aku pun telah menghitung-nya dengan Buddha-caksu-Ku ( mata Buddha
), namun, tetap tidak bisa Ku-ketahui berapa jumlah-nya. Tentu lebih sulit lagi bagi-mu.

***

~4~
Buku KSITIGARBHA PURVA PRANIDHANA SUTRA

Ketahui-lah, O Arya Manjusri. Kehadiran mereka itu merupakan suatu prestasi


tersendiri dari Bodhisattva Ksitigarbha. Sejak zaman dulu hingga sekarang Beliau terus
menjalankan tugas suci-Nya di Alam semesta tanpa berhenti, sehingga Para Makhluk, baik
yang telah di-selamat-kan oleh-Nya, maupun yang akan di-selamat-kan, juga yang belum
di-selamat-kan, atau dengan kata lain, baik yang telah mencapai penerangan, atau yang
akan mencapai penerangan, serta yang belum mencapai penerangan atau ke-Bodhi-an,
dapat memperoleh manfaat yang sangat besar jika mereka mengikuti Ajaran-Nya.

Sang Manjusri berkata, O Bhagava Yang Termulia, peristiwa yang mengagumkan ini
bagi-Ku tidak-lah menimbulkan keraguan, sebab sejak masa silam Aku telah
melaksanakan berbagai Karma Kusalamulena ( Perbuatan Kebajikan ), dan telah
memperoleh pengetahuan Avaranajnana ( Kebijaksanaan Tanpa Halangan ), maka Aku
akan merasa yakin sepenuh-nya terhadap uraian Sang Buddha. Namun bagi Para Sravaka
yang ber-pahala kecil, bagi Para Dewa, Naga, Asta Gatyah ( 8 Kelompok Makhluk ), serta
Para Umat Manusia dari masa yang akan datang, apabila mereka mendengar Sabda
Tathagata tentang peristiwa hari ini, mungkin mereka tidak dapat memahami-nya,
sehingga dapat menimbulkan keraguan dalam hati mereka. Apabila kita langsung
mengajarkan Dharma ini kepada mereka, mungkin mereka akan melakukan dosa
pemfitnahan. Demi untuk mencegah timbul-nya keraguan terhadap Sutra ini, maka kami
mohon agar Sang Buddha sudi menguraikan tentang prestasi tersendiri dari Bodhisattva
Ksitigarbha, serta saat Beliau melaksanakan Carya dan Bhavana ( menjalankan dan
mempraktekkan Dharma ) beserta Jasa-jasa dan Kebajikan yang pernah Beliau buat. Juga
tentang Maha Pranidhana-Nya, niat suci-Nya yang Maha Mulia, serta kunci keberhasilan-
Nya, yang membuat Beliau dapat membimbing sedemikian banyak Umat di Alam Semesta
ini.

***

Sang Buddha ber-sabda, O Arya Manjusri yang Maha Bijak, seandainya semua
tumbuhan, seperti rumput, pohon, hutan, rimba, padi, rami, bambu, kumpai, batu,
gunung, debu halus, yang berada di Dunia dalam Trisahasra-Mahasahasra, masing-
masing di-ubah menjadi Sungai Gangga, dan butir-an pasir yang berada di setiap Sungai
Gangga itu, tiap butir-nya dijadikan Alam Trisahasra-Mahasahasra, butir-an debu yang
berada di tiap Alam Trisahasra-Mahasahasra itu, tiap butir-nya dijadikan 1 kalpa, tumpuk-
an debu selama 1 kalpa itu tiap butir-nya dijadikan masa kalpa lagi, maka berapa kalpa
jumlah-nya akan sangat sukar sekali di-hitung, bukan ?

Namun, Jasa-jasa Bodhisattva Ksitigarbha sejak Beliau mencapai Dasa Bhumayah


ber-status se-tingkat dengan Buddha, hingga sekarang, lama-nya telah mencapai ribu-an
kali lipat daripada perumpamaan kita tadi. Apalagi sewaktu Beliau masih di Sravaka
Bhumi atau Pratyekabuddha Bhumi, waktu yang lama-nya juga tak terhitungkan, O Arya
Manjusri, ketahui-lah, baik kewibawaan maupun kesucian dari cita-cita dan Pranidhana
( tekad utama ) dari Bodhisattva ini sangat-lah agung dan sulit diperkirakan banyak-nya.

~5~
Buku KSITIGARBHA PURVA PRANIDHANA SUTRA

Maka itu, apabila terdapat Putra Putri yang ber-budi dari masa yang akan datang,
setelah mereka mendengar Nama Agung dari Bodhisattva ini, walaupun mereka hanya
memberi hormat atau memuji Jasa-Nya, atau memuliakan Nama-Nya, atau
mengadakan puja bakti, dengan dupa, gandha, bunga, dan sebagai-nya, atau membuat
rupa-Nya, baik dalam bentuk lukisan ber-warna maupun ber-bentuk ukiran, pahat-an,
dan sebagai-nya, maka Putra Putri yang ber-budi itu akan di-anugerahi kesempatan
yang amat cerah, yakni dilahirkan di Surga Trayastrimsa hingga ratus-an kali dan
selama-nya tidak akan dilahirkan lagi di Alam sengsara.

***

O Arya Manjusri yang Maha Bijak, sabda Sang Buddha, Dengar-kan-lah baik-baik,
sekarang Aku akan mulai menguraikan suatu Dharma yang penting tentang Bodhisattva
ini kepada kamu sekalian. Sudi-lah menguraikan-nya, O Bhagava yang Termulia. Kami
telah siap mendengarkan-nya, jawab Sang Bodhisattva Manjusri.

Ketahui-lah, O Arya Manjusri. Sulit di-hitung waktu-nya, yaitu ber-kalpa-kalpa


yang silam, Ksitigarbha Bodhisattva Mahasattva, merupakan Putra dari seorang Maha-
Grhapati ( Orangtua yang ber-jasa dan banyak memiliki harta benda ). Waktu itu,
terdapat seorang Buddha yang bernama Simhavikriditaparipurnacarya Tathagata. Beliau
sedang ber-tugas di Dunia pada waktu itu guna untuk menyelamatkan Para Umat yang
sengsara. Suatu hari, Putra Maha Grhapati datang ke Vihara-Nya dan melihat wajah atau
rupa Sang Tathagata yang demikian Agung dan menawan hati, lalu beliau ber-tanya
kepada Buddha Simhavikriditaparipurnacarya, O Lokanatha yang Termulia, katakan-lah,
Buddha pernah melaksanakan Dharma apa dan pernah ber-ikrar dengan kata-kata yang
bagaimana, sehingga dapat memiliki rupa yang sedemikian Agung dan menawan hati ?

O Putra-Ku yang ber-budi. Jika Anda ber-hasrat ingin memiliki se-sosok badan ber-
cahaya seperti Buddha, maka Anda harus menjalankan Pelaksanaan Bodhisattva, yaitu
ber-cita-cita untuk hidup Suci dan ber-niat menyelamatkan Umat yang sengsara, terus-
menerus tanpa berhenti.

***

Buddha Sakyamuni ber-sabda kepada Sang Manjusri, O Arya Manjusri, setelah


mendengar Sabda dari Buddha tersebut, Putra Maha Grhapati segera membangkitkan
Bodhicitta-Nya atau niat suci-Nya ! Beliau langsung ber-ikrar di depan Buddha
Simhavikriditaparipurnacarya dengan berkata, Mulai dari hari ini hingga masa
mendatang, dalam waktu yang ber-kalpa-kalpa Aku akan menyelamatkan Para Umat yang
ter-kena dosa berat yang sedang menderita di 6 Gat ( Alam Surga, Alam Asura, Alam
Manusia, Alam Neraka, Alam Hantu Kelaparan, Alam Binatang ) hingga mereka terbebas !
Dan Aku akan menggunakan berupa-rupa cara yang tepat untuk membimbing mereka,
agar dengan cepat mereka dapat membebaskan diri-nya dari belenggu kelahiran dan
kematian, serta dapat lahir di Negeri Buddha. Dan setelah semua-nya terlaksana, baru-
lah Aku akan mencapai Penerangan Sempurna dan menjadi Buddha!

~6~
Buku KSITIGARBHA PURVA PRANIDHANA SUTRA

Oleh karena itu, O Arya Manjusri, maka, Putra Maha Grhapati yang pernah ber-
ikrar di depan Buddha itu, hingga sekarang, meskipun lama-nya telah melewati ratus-an
ribu nayuta kot kalpa yang sulit di-hitung lama-nya, status Beliau masih Bodhisattva, dan
Beliau masih dengan tekad bulat menjalankan tugas-Nya di seluruh Alam Semesta.
Sebenarnya, Bodhisattva Ksitigarbha sudah lama sekali mencapai tingkat Buddha, tapi
Beliau sering sekali berada di Gat atau Alam Neraka, dan kelakuan-Nya tidak berbeda
dengan Bodhisattva Avalokiteshvara !

Ini-lah kisah tentang Ikrar Agung Bodhisattva Ksitigarbha yang Pertama.

**********

Kemudian, selang beberapa masa yang panjang, atau beberapa asankhyeya kalpa
yang silam, ada seorang Buddha yang sedang ber-tugas di Dunia ini. Beliau ber-nama
Buddha Padmasamadhisvararaja Tathagata, yang usia-nya mencapai empat juta kot
asankhyeya kalpa. Setelah masa periode Saddharma habis, menyusul masa periode
Dharma Serupa, pada saat itu terdapat seorang Putri Brahmana. Karena beliau banyak
menanam benih Kebajikan pada masa yang silam, maka beliau selalu di-puji oleh Orang-
orang di sekitar-nya. Di mana pun beliau berada, beliau selalu dilindungi oleh Para Dewa
Surga. Tetapi tabiat dan perilaku Ibu-nya amat buruk. Ibu-nya bukan saja menganut
Ajaran sesat, melainkan ia sama sekali tidak percaya pada Triratna, malahan ia berani
memfitnah Triratna ( Buddha, Dharma, Sangha ). Walaupun telah digunakan ber-macam-
macam cara oleh Putri-nya untuk merubah tabiat Ibu-nya agar ia dapat mencapai
pandangan yang benar, namun hasil-nya nihil.

Dan ber-selang tidak beberapa lama, Ibu-nya pun meninggal dunia dan vinnananya
atau Arwah-nya masuk ke Alam Neraka Avici. Kematian dari Ibu-nya benar-benar
membuat Putri Brahmana merasa amat ber-duka cita. Meskipun beliau belum bisa
mengetahui Ibu-nya lahir di Alam kesedihan yang mana, tapi ia mengerti tentang Hukum
Karma dan Hukum Sebab Akibat bagi seorang yang ber-pandangan keliru serta menganut
Ajaran sesat dan yang enggan menaruh perhatian terhadap Hukum Karma dan Hukum
Sebab-Musabab serta tidak percaya pada Dharma Ajaran dari Para Buddha, malahan
berani memfitnah Triratna.

Beliau merasa yakin bahwa Ibu-nya pasti di-tempat-kan di Alam kegelapan. Demi
untuk menyelamatkan Ibu-nya yang malang itu se-cepat mungkin, maka Sang Putri
Brahmana menjual rumah kediaman-nya beserta alat-alat perabotan rumah-nya.
Kemudian, dari hasil penjualan itu beliau membeli sejumlah banyak dupa, wangi-wangi-
an, ber-macam-macam bunga segar, serta ber-bagai alat puja-an lain-nya, kemudian
sajian-saji-an tersebut di-bawa ke tempat Ibadah serta Vihara-vihara yang telah lama

~7~
Buku KSITIGARBHA PURVA PRANIDHANA SUTRA

ditinggalkan oleh Para Umat di masa yang lampau, beliau mengadakan puja bakti secara
khidmat serta secara besar-besar-an kepada Para Buddha yang silam.

***

Saat Sang Putri Brahmana tiba di suatu Vihara, beliau melihat Buddha ruphang
( patung Buddha ) dari Tathagata Buddha Padmasamadhisvararaja di ruangan Vihara
tersebut, baik lukisan maupun ukiran dari kayu atau batu, semua kelihatan sangat Agung
dan megah, sehingga timbul rasa kagum dalam hati-nya, beliau pun merenung, O betapa
Agung-nya ! Buddha ini memiliki gelar Yang Maha Sadar, Beliau-lah yang memiliki
Sarvajnana ( Segala Kebijaksanaan Terluhur serta Maha Tahu ). Jika saja Beliau masih
berada di Dunia ini, aku akan memohon kepada Beliau untuk menunjukkan di Alam
mana-kah Ibu-ku ditempatkan setelah ia meninggal dunia, pasti-lah Buddha ini mau
memberitahu-ku.

O Arya Manjusri, Buddha Sakyamuni melanjutkan sabda-Nya, Pada saat Sang


Putri Brahmana sedang ber-sedih dan lama sekali beliau ber-diri di depan Buddha
ruphang tersebut, seluruh muka-nya dibasahi oleh air mata yang keluar terus-menerus,
tiba-tiba terdengar suara yang datang dari Langit, O Putri yang ber-budi, jangan-lah
engkau terlalu ber-sedih hati. Sekarang Aku akan menunjukkan kepada-mu, Alam mana
yang ditempati Ibu-mu.

Setelah mendengar suara tersebut, segera-lah Sang Putri Brahmana merangkupkan


ke-dua telapak tangan-nya lalu ber-anjali ke arah Langit seraya ber-kata, O Sang Maha
Kuasa, betapa besar Jasa dan Rahmat-Mu, mau menghilangkan penderitaan-ku ! Sejak
ditinggalkan oleh Ibu-ku hingga sekarang, siang dan malam aku selalu merindukan Ibu-ku
yang tersayang, yang telah hilang dari sisi-ku ! Namun di mana-kah beliau berada saat
ini ? Dan kepada siapa-kah dapat ku-tanyakan? Kemudian datang lagi suara dari Langit,
O Putri yang ber-budi, Aku bukan Sang Maha Kuasa atau Dewata, Aku adalah seorang
Buddha masa lampau yang bernama Tathagata Buddha Padmasamadhisvararaja, yang
sedang engkau puja dan anda renung. Karena kerinduan Sang Putri yang penuh belas
kasih telah melebihi kesedihan Umat-umat lain, maka Aku datang memberi bantuan
kepada-mu.

Putri Brahmana merasa sangat terharu setelah mendengar Sabda Buddha


tersebut, lalu ia pun menyembah dengan sekuat tenaga-nya, kemudian ia ter-jatuh lalu
pingsan. Setelah dia di-rawat oleh Pengikut-nya serta Para Viharawan, lama kemudian
beliau siuman kembali. Lalu beliau menengadah ke atas Langit lagi sambil ber-doa dan
ber-kata, Kasihani-lah aku, O Buddha Yang Termulia, katakan-lah segera di Alam mana-
kah Ibu-ku sekarang berada, sebab sejak Ibu-ku meninggal dunia, baik raga-ku maupun
batin-ku sudah hancur total, mungkin tidak lama lagi Kehidupan-ku pun akan berakhir.

***

~8~
Buku KSITIGARBHA PURVA PRANIDHANA SUTRA

Waktu itu, O Arya Manjusri, Sang Buddha melanjutkan Sabda-Nya, Tathagata


Buddha Padmasamadhisvararaja dengan menggunakan suara batin-Nya, Beliau
meyakinkan Sang Putri Brahmana, O Putri yang ber-budi, setelah puja bakti-mu ini
selesai, cepat-lah kembali ke rumah-mu. Kemudian duduk-lah ber-sila di dalam kamar
yang bersih dan pusat-kan pikiran-mu, lalu renungkan-lah Nama-Ku terus-menerus, pasti
anda dapat mengetahui di Alam mana Ibu-mu berada.

Setelah mendengar Sabda tersebut, Sang Putri Brahmana merasa sangat gembira
dan lega, ber-gegas beliau memberi hormat kepada Tathagata tersebut lalu beliau
kembali ke rumah-nya. Se-tiba di rumah-nya, Sang Putri Brahmana duduk ber-sila dan
dengan sepenuh hati beliau merenungkan Nama Buddha Padmasamadhisvararaja dengan
cara ber-meditasi selama satu hari satu malam tanpa berhenti.

***

Dalam samadhi-nya, Sang putri Brahmana merasa diri-nya berada di suatu tempat
yang asing yaitu pantai laut yang amat luas, air laut nampak men-didih dan ber-golak-
golak. Banyak binatang buas yang ber-badan baja ber-kejar-kejar-an di tengah laut. Di
sana juga terdapat ratus-an ribu Orang, Laki-laki dan Perempuan. Mereka timbul
tenggelam di dalam air laut itu, ada sebagian dari mereka di-mangsa oleh binatang buas
yang berada di dalam laut itu. Tak berapa lama, datang-lah berupa-rupa Setan Yaksa, ada
yang ber-tangan banyak, yang ber-mata banyak, ber-kaki banyak, ber-kepala banyak, atau
yang ber-taring se-tajam pedang. Mereka ber-bondong-bondong mengusir Orang yang
di-hukum itu menuju ke kelompok binatang buas di situ. Lalu Para Setan Yaksa beramai-
ramai menangkap Orang-orang tersebut, lalu menekuk kepala dan kaki mereka dan
menggulung-nya menjadi gumpalan, ada yang menarik tubuh Orang tersebut hingga
menjadi panjang sekali lalu mematahkan seluruh tulang-nya, atau menyobek-nyobek
daging-nya hingga mati, kemudian mayat-nya di-buang ke dalam laut. Tingkah laku
mereka yang demikian bengis itu sungguh sangat menakutkan sehingga tidak ada seorang
pun yang sanggup memandang-nya lama-lama. Namun Sang Putri Brahmana tersebut
tidak merasa takut sedikit pun. Apa sebab-nya ? Karena dia telah memuliakan Nama
Buddha Padmasamadhisvararaja dan telah di-adhistana-kan ( di-kuat-kan batin-nya ) oleh
Sang Tathagata tersebut.

Saat itu datang-lah seorang Raja Setan yang ber-nama Amagadha, menyambut
Sang Putri Brahmana dengan penuh sujud seraya berkata, Sadhu, Sadhu, Sadhu,
Bodhisattva yang Mulia ! Ada apa gerangan anda datang ke wilayah Alam ini ?

Memang ada keperluan sesuatu, O Raja Setan yang Budiman, apa nama Alam
ini ? Tanya Sang Putri Brahmana. Nama-nya Lautan Karma yang Pertama, letak-nya di
sebelah Barat dari pusat Maha Cakravada ( Gunung Kepungan Besi yang utama ), jawab
Raja Setan. Benar-kah di tengah-tengah Maha Cakravada terdapat Alam Neraka ?
Benar, Alam Neraka persis di tengah-tengah-nya.

***

~9~
Buku KSITIGARBHA PURVA PRANIDHANA SUTRA

Sang Putri ber-tanya lagi, O Raja Setan yang Budiman, katakan-lah, mengapa aku
dapat mengunjungi wilayah Neraka ini ? Seperti yang anda ketahui, O Bodhisattva yang
Mulia, jawab Sang Amagadha, semua Makhluk yang dapat mengunjungi ke wilayah
Alam Neraka ini, mereka harus memenuhi 1 dari 2 syarat sebagai berikut; 1) Orang
yang memiliki tenaga batin serta ber-citra penuh martabat; 2) Orang yang memiliki
dosa berat dari karma jahat. Jika salah satu tidak dipenuhi, siapa pun sulit datang ke
wilayah ini !

Sang putri bertanya kepada Sang Amagadha lagi, Apa sebab-nya air laut ini
mendidih terus-menerus ? Dan apa sebab-nya di permukaan air mendidih itu terdapat
sedemikian banyak Orang dan binatang buas ?

Sang Amagadha menjawab, Orang-orang tersebut datang dari Dunia Jambudvipa


( Alam Manusia ), mereka ber-dosa berat dan baru meninggal dunia. Tapi dalam waktu
49 hari tiada seorang pun dari Anggota Keluarga-nya yang membuat Jasa-jasa atau
Kebajikan untuk disalurkan kepada mereka, untuk menyelamatkan mereka. Karena
sewaktu mereka masih berada di Dunia, mereka enggan menanam benih Kebaikan,
maka, tanpa membawa suatu apa pun kecuali dosa berat-nya, kini mereka harus
menanggung akibat perbuatan-nya. Dan sesuai dengan Hukum Karma, mereka
diterjunkan ke Alam kesedihan. Mereka harus menyeberangi lautan yang ber-air men-
didih ini ke Alam Neraka, namun, sebelum tiba ke tempat-nya, mereka telah menjadi
korban di tengah-tengah lautan ini.

Di Jurusan Timur, kira-kira 100 yojana dari Lautan Pertama ini, terdapat satu
Lautan lagi yang kondisi-nya lebih menyedihkan jika dibandingkan dengan Laut Pertama
ini ! Dan di sebelah Timur Lautan ke-2, terdapat satu Lautan yang lebih menyedihkan lagi
dan hukuman-nya lebih berat beberapa kali lipat dari Lautan ke-2 ! Barang siapa yang
telah melanggar 3 macam dosa ter-jahat atau di-namai dosa Trikarma, yakni perbuatan
jahat yang dilakukan melalui jasmani atau akusala kayakarma, perkataan atau akusala
vaccikarma, dan pikiran atau akusala manokarma, maka mereka secara otomatis harus
menyeberangi Lautan tersebut untuk menuju ke Alam Neraka setelah kehidupan mereka
di Alam Manusia berakhir. Maka dari itu, ke-3 Lautan ini dinamakan Lautan Karma atau
Karmasagara, demikian sang Amagadha menjelaskan.

Selanjut-nya Sang Putri Brahmana ber-tanya lagi, Terletak di mana-kah Alam


Neraka itu ? Jawab Sang Amagadha, Di bawah ke-3 Lautan ini, dan jenis-nya serta
bentuk-nya berupa-rupa. Neraka yang besar jumlah-nya 18 buah, yang sedang 500 buah
dan hukuman-nya berat sekali. Sedangkan Neraka kecil, wah, banyak sekali, hingga ratus-
an ribu buah dan hukuman-nya juga sangat berat.

***

~ 10 ~
Buku KSITIGARBHA PURVA PRANIDHANA SUTRA

Kemudian Putri Brahmana ber-kata, Ibu-ku baru saja meninggal dunia, tapi aku
sama sekali tidak tahu Arwah-nya berada di Alam yang mana ? Raja Setan ber-tanya,
Saat Ibu-mu masih berada di Dunia ( Alam Manusia ), beliau pernah bekerja sebagai
apa ?

Putri Brahmana men-jawab, Pekerjaan-nya biasa saja, tapi Ibu-ku ber-pandangan


sesat dan beliau pernah memfitnah Triratna ( Buddha, Dharma, dan Sangha ). Jika beliau
dinasehati, beliau hanya percaya sebentar saja kepada Triratna, setelah itu beliau berubah
lagi, beliau tidak bersedia menghormati Triratna. Kini, meskipun Ibu-ku belum lama
meninggal, tapi, di Alam mana-kah Ibu-ku dilahirkan, aku tidak tahu!

Siapa Nama Ibu-mu dan dari suku apa ? Tanya Raja Setan. Orangtua-ku adalah
Keturunan Kaum Brahmana. Ayah-ku ber-nama Silasudharsana dan Ibu-ku ber-nama
Vatri, jawab Putri Brahmana.

***

Setelah Sang Raja Setan Amagadha mendengar Nama Ibu-nya, lalu merangkupkan
ke-dua telapak tangan-nya seraya ber-kata, Pulang-lah sekarang, O Bodhisattva yang
Mulia ! Tinggal-kan Alam yang menyedihkan ini, kembali-lah ke tempat asal-mu, dan
mulai sekarang tak usah cemas dan sedih lagi, sebab 3 hari yang lalu, seorang yang di-
hukum di Neraka Avici bernama Vatri telah dilahirkan di Alam Surga, dan menurut kabar
dari Surga, Sang Vatri di-berkahi oleh Putri-nya yang amat menyayangi Orangtua-nya itu,
yang pernah mengadakan puja bakti di beberapa Taman Ibadah dan di berbagai Stupa
serta Vihara-vihara Buddha di Dunia-nya dengan Upacara yang sangat khidmat dan secara
besar-besar-an, termasuk Vihara serta Stupa dari Buddha Padmasamadhisvararaja itu pun
dipersembahi oleh-nya. Maka, kali ini bukan saja Ibu-nya terbebaskan dari Neraka Avici,
akan tetapi banyak Penghuni dari Neraka Avici pun ikut ber-gembira dan mereka semua
mendapat kesempatan bebas dari Alam kesedihan dan dilahirkan di Alam Surga. Setelah
Sang Amagadha selesai menjelaskan-nya, beliau bersikap anjali lagi lalu pergi.

Sang Putri Brahmana pun merasa diri-nya bagaikan Orang yang baru sadar dari
mimpi. Setelah ia mengakhiri samadhi-nya, hati-nya merasa amat riang gembira, karena
beliau telah mengetahui asal-usul dan sebab-musabab tersebut. Kemudian beliau
kembali lagi ke Vihara tersebut dan ber-ikrar di Stupa, tepat di depan patung Tathagata
Buddha Padmasamadhisvararaja, beliau berkata, Aku ber-janji, bahwa Aku ber-tekad
akan menggunakan ber-macam cara yang tepat untuk menyelamatkan segala Makhluk
yang ber-dosa, agar mereka semua dapat membebaskan diri-nya dari belenggu
kesengsaraan ! Dan tugas-Ku akan berlangsung terus hingga ber-kalpa-kalpa yang akan
datang. Apabila Penghuni Neraka belum kosong, Aku tidak akan mencapai Ke-Buddha-an
!

Sang Buddha Sakyamuni ber-sabda kepada Sang Manjusri, O Arya Manjusri, tahu-
kah Anda, yang disebut Raja Setan Amagadha itu, Beliau sekarang adalah Bodhisattva

~ 11 ~
Buku KSITIGARBHA PURVA PRANIDHANA SUTRA

Dravyasri. Dan yang disebut Putri Brahmana itu, Beliau sekarang adalah Bodhisattva
Ksitigarbha. Mereka sejak dahulu kala telah menjalankan tugas di 6 Gat atau di 6 Alam
Kehidupan, dan hingga sekarang pun Beliau masih terus menjalankan tugas-Nya tanpa
berhenti sekejab pun.

Ini-lah kisah tentang Ikrar Agung Ksitigarbha Bodhisattva yang Ke-dua.

**********

~ 12 ~
Buku KSITIGARBHA PURVA PRANIDHANA SUTRA

BAB 2 -
BADAN JELMAAN SANG BODHISATTVA KSITIGARBHA
BERKUMPUL DI
PERSAMUAN ISTANA SURGA TRAYASTRIMSA

Pada saat itu, di Persamuan Agung Istana Surga Trayastrimsa, telah hadir badan
jelma-an dari Sang Ksitigarbha yang selama ini ber-tugas di Kantor-kantor Neraka di
pelbagai Dunia yang banyak-nya hingga ratus-an ribu kot asankhyeya sulit diperkirakan.
Kini, mereka ber-kumpul ber-sama-sama dengan juta-an kot nayuta Umat Suci yang telah
bebas dari Duniawi, serta Para Makhluk hidup yang telah keluar dari berbagai Alam
sengsara yang telah di-berkati oleh Maha Rddhi Abhijnabala ( tenaga batin luhur ) dari
Buddha Sakyamuni, semua dari mereka membawa ber-macam-macam bunga-bunga
harum umtuk dipersembahkan kepada Buddha Sakyamuni. Dan Para Hadirin yang pernah
di-berkati oleh bimbingan Sang Ksitigarbha, kebanyakan dari mereka telah mencapai
Tingkat Gelar Avinivartaniya Anuttara Samyak Sambodhi. Tetapi sebelum mereka
mencapai Tingkat Kesucian ini, mereka senantiasa ber-putar terus dalam lingkaran
kelahiran dan kematian di 6 Gat tanpa berhenti semasa pun. Kini, mereka telah di-
berkahi Ke-Maha Belas Kasih-an ( Maha Karuna ) dan Niat Suci Utama ( Maha Pranidhana
) dari Bodhisattva Ksitigarbha, mereka semua telah mencapai Ke-Bodhi-an. Setiba-nya di
arena Persamuan Agung di Istana Surga Trayastrimsa, mereka semua merasa amat
gembira dan dengan penuh kasih mereka memuja Buddha Sakyamuni, mata mereka
terus-menerus memandang ke wajah Buddha Sakyamuni tanpa ber-gerak sekejab pun.

Kemudian Buddha Sakyamuni menjulurkan lengan-Nya yang ber-warna ke-emas-an


menjadi juta-an tangan emas, sambil meraba ubun-ubun kepala dari setiap jelma-an Sang
Ksitigarbha banyak-nya ratus-an ribu kot asankhyeya itu seraya ber-kata, O Maha Arya
Ksitigarbha yang ber-welas asih, ketahui-lah, sejak Aku ber-tugas di Alam Saha Loka yang
sedang mengalami Panca kasaya ( 5 kekeruhan ) ini, Aku ber-niat membimbing Para Umat
yang masih ber-tegar hati, hingga menjadi sadar dan kembali ke jalan yang benar.
Meskipun Aku telah lama be-kerja keras, namun masih ada sebagian Umat yang tetap
memiliki kelakuan yang tidak baik. Betapa menyedihkan ! Sungguh, pekerjaan-Ku ini
tidak berbeda dengan Anda. Anda pernah menjelmakan badan-Mu hingga demikian
banyak, namun, selaku seorang Buddha, Aku pun pernah menjelmakan badan-Ku hingga
ratus-an ribu kot, kemudian dengan berbagai cara yang tepat Aku menyelamatkan Para
Makhluk yang sengsara. Tentu saja Para Umat yang bijak, yang ber-indera tajam, dapat
memahami Ajaran-Ku. Demikian juga bagi yang banyak menanam Kebajikan pada masa
silam, mereka cepat sadar. Akan tetapi mereka yang ber-karma berat, ber-batin gelap,
membutuhkan waktu yang lama sekali untuk merubah pandangan-nya yang keliru, yang
telah lama sekali mereka miliki. Untuk Umat yang mempunyai karma berat dan yang
enggan men-taati Ajaran Para Buddha atau sama sekali tidak menghormati Buddha
Dharma, Umat yang sulit di-obati ini tetap Ku-selamatkan dengan badan jelmaan-Ku.
Demi untuk membimbing mereka, Aku selalu menjelmakan badan-Ku menjadi seorang
Lelaki atau Wanita, Dewa, Naga, Makhluk-makhluk Suci, Setan, bahkan Aku pernah
menjelmakan diri-Ku menjadi gunung, hutan, sungai, padang, sungai kecil, kolam, sumber
air, dan sebagai-nya agar dapat menolong Umat yang sengsara ! Kadangkala Aku juga

~ 13 ~
Buku KSITIGARBHA PURVA PRANIDHANA SUTRA

menjelmakan diri-Ku menjadi seorang Raja Indra, Raja Brahma, Raja Cakravartin, atau
seorang Kulapati, atau seorang Raja, Menteri, Pegawai Negara, atau seorang Bhiksu,
Bhiksuni, Upasaka, Upasika, Sravaka, Pratyeka Buddha, Arahat, atau Bodhisattva, dan
sebagai-nya, guna menyelamatkan Para Makhluk sengsara di seluruh Alam Semesta.
Maka itu, bukan hanya dengan tubuh Buddha saja Para Buddha menjalankan tugas-Nya !

***

O Maha Arya Ksitigarbha yang ber-welas asih, Sang Buddha melanjutkan Sabda-
Nya, Lihat-lah, Hadirin yang sebagian besar adalah berasal dari Makhluk-makhluk yang
ber-tegar hati, yang mana terus-menerus Aku membimbing-nya selama ber-kalpa-kalpa,
dan kini mereka semua telah ter-bebas dari belenggu. Tetapi masih ada Umat yang
terlibat karma berat dan enggan mentaati Ajaran-Ku, sehingga mereka harus
mempertanggungjawabkan perbuatan-nya sesuai dengan Hukum Karma.

O Maha Arya Ksitigarbha, tolong-lah, apabila Para Umat tersebut telah


diterjunkan ke Alam kesengsaraan dan sedang menjalani hukuman ter-berat. Engkau
semua harus mengingat nasihat yang Ku-ucap-kan ini sewaktu kita berada di Surga
Trayastrimsa, agar semua Makhluk hidup yang berada di Alam Manusia, hingga pada
masa Bodhisattva Maitreya lahir, semua-nya dapat dibebaskan dari belenggu
penderitaan, dan dapat memperoleh kesempatan untuk bertemu dengan Buddha,
semoga mereka semua dapat di-vyakarana ( di-visuddhi ) langsung oleh Buddha
Maitreya di masa yang akan datang.

***

Pada saat itu semua badan jelma-an sang Bodhisattva Ksitigarbha dari berbagai
Dunia sejak ber-kalpa-kalpa yang lalu semua-nya ber-satu kembali ke badan asal-nya, lalu
beliau memberi penghormatan kepada Buddha Sakyamuni dan dengan perasaan haru
serta dan air mata ber-linang, Bodhisattva Ksitigarbha berkata kepada Sang Buddha, O
Bhagava yang Termulia, atas bimbingan Sang Buddha-lah saya dapat mencapai Tingkat
Kesucian dan memiliki Kebijaksanaan. Saya tahu dalam waktu yang selang tidak berapa
lama lagi, Sang Bhagava akan meninggalkan Kami sekalian guna melakukan parinirvana,
karena segala kewajiban Sang Buddha telah selesai. Betapa sedih-nya, O Bhagava yang
Termulia. Sungguh, Aku senantiasa ter-kenang akan Jasa-jasa-Mu yang demikian Agung.
Dan Aku juga tidak akan lupa, sejak dahulu kala Aku selalu di-lindungi oleh Sang Bhagava
dan di-berkahi dengan Rddhi-Abhijnabala ( tenaga batin terluhur ), yang kekuatan-nya
luar biasa, sehingga sejauh ini, baik Kebijaksanaan-Ku maupun keterampilan-Ku menjadi
sedemikian luhur dan ajaib. Terutama berkat Sang Buddha Aku dapat menjelmakan
badan-Ku hingga sedemikian banyak dan semua badan jelmaan-Ku dapat ber-tugas di
ratus-an ribu kot Dunia. Bahkan setiap Dunia dapat Aku datangi dengan badan jelmaan-
Ku, dan setiap badan jelmaan-Ku mampu menyelamatkan ratusan ribu kot Umat,
mengajari mereka untuk yakin kepada Triratna, agar mereka dapat bebas dari
penderitaan lahir dan mati, dapat melaksanakan Dharma luhur hingga mencapai Nirvana.

~ 14 ~
Buku KSITIGARBHA PURVA PRANIDHANA SUTRA

O Bhagava yang Termulia, ketahui-lah, barang siapa yang dapat menganut


Buddha Dharma, dan dapat berbuat Jasa-jasa Kebaikan, walaupun Jasa-nya hanya se-
ujung rambut, atau hanya se-tetes air, atau bagai-kan se-butir pasir, bahkan hanya se-
kecil atom, Aku ber-tekad akan menolong mereka se-langkah demi se-langkah hingga
akhir-nya mereka mendapat kesempatan untuk bertemu dengan Buddha Maitreya di
masa yang akan datang !

***

Sekarang, kami dengan tulus ikhlas memohon Sang Bhagava untuk tidak
mengkhawatirkan Para Makhluk yang terlibat hukuman berat, baik yang berada di masa
sekarang ataupun di masa mendatang itu. Demikian-lah kata-kata itu di-ulangi 3 kali
oleh Sang Ksitigarbha di depan Buddha Sakyamuni.

Sadhu ! Sadhu ! Sadhu ! Cita-cita-Mu sedemikian luhur dan patut Ku-hargai !


Sang Buddha me-muji Sang Ksitigarbha, Aku ikut ber-gembira atas segala hasil kerja-Mu
yang sedemikian gemilang. Apabila kelak Anda telah men-sukses-kan niat suci utama-Mu
yang pernah Anda ikrar-kan pada masa yang silam itu, berarti kewajiban Agung-Mu sudah
selesai, dan Anda langsung dapat mencapai Anuttara Samyak Sambodhi dan menjadi
seorang Buddha baru, sambil menjalankan tugas Agung di suatu Dunia yang Anda
inginkan.

***********

~ 15 ~
Buku KSITIGARBHA PURVA PRANIDHANA SUTRA

BAB 3 -
BUDDHAMATRKA DEWI MAHA MAYA
MENGAMATI KARMA MANUSIA BESERTA SEBAB DAN AKIBAT-NYA

Sang Ibu Dewi Mahamaya ( Buddhamatrka atau Ibunda dari Buddha Sakyamuni )
bangkit dari tempat duduk-Nya, lalu merangkupkan ke-dua telapak tangan-nya memberi
hormat kepada Bodhisattva Ksitigarbha seraya ber-tanya, O Maha Arya yang ber-welas
asih, Saya ingin mengetahui tentang Hukum Karma yang berlaku bagi Para Makhluk dari
Dunia Jambudvipa ( Alam Manusia ), terutama Para Makhluk yang melakukan berbagai
jenis perbuatan buruk atau jahat dan akibat karma yang harus mereka terima.

O Maha Buddhamatrka yang Mulia, Sang Ksitigarbha men-jawab, Dunia dari


Para Makhluk hidup serta Alam-alam dari Para Buddha jumlah-nya banyak sekali sampai
ber-juta-juta. Dunia dari Makhluk hidup ada yang terdapat Neraka dan ada yang tidak
terdapat Neraka sama sekali, demikian juga Kaum Wanita, Sravaka, Pratekya Buddha,
termasuk Buddha Dharma, tidak terdapat di semua Alam Kehidupan.

Sang Ibu Dewi Mahamaya sekali lagi memohon kepada Bodhisattva Ksitigarbha, O
Maha Arya Ksitigarbha, aku ingin mengetahui tentang hukuman yang harus diterima oleh
Makhluk Jambudvipa ( Alam Manusia ), terutama bagi mereka yang telah melakukan
perbuatan jahat, pinta sang Ibu Mahamaya.

***

Dengar-kan-lah baik-baik, O Maha Buddhamatrka, Aku akan menguraikan-nya


secara singkat, Sabda sang Bodhisattva Ksitigarbha. Sudi-lah menerangkan-nya, kami
sekalian telah siap mendengarkan-nya, sahut Buddhamatrka Dewi Mahamaya.

Bodhisattva Ksitigarbha menguraikan-nya kepada Sang Ibu Dewi Mahamaya dengan


mengatakan, Hukuman terberat dari Neraka yang berlaku di Dunia Jambudvipa ( Alam
Manusia ) adalah sebagai berikut,

1,
Apabila terdapat seorang Anak durhaka yang tidak pernah mematuhi Orangtua-nya,
bahkan ia berani membunuh Orang tua-nya, maka Manusia yang ber-kelakuan buruk
ini, setelah ia meninggal akan diterjunkan ke Neraka Avici untuk menjalani hukuman-
nya hingga juta-an kalpa, sulit memperoleh kesempatan untuk keluar lagi.

~ 16 ~
Buku KSITIGARBHA PURVA PRANIDHANA SUTRA

2,
Apabila terdapat seorang Umat yang berani melukai badan Buddha, atau menghancurkan
patung Buddha dan Bodhisattva, serta berani memfitnah Triratna ( Buddha, Dharma, dan
Sangha ), atau tidak menghormati Kitab Suci Ajaran Para Buddha, maka hukuman-nya
sama, yaitu diterjunkan ke Neraka Avici.

3,
Apabila terdapat seorang Umat yang berani menyakiti Para Bhiksu, berani menodai
Bhiksuni, atau berani melakukan perbuatan asusila di Vihara, atau berani membunuh
Makhluk ber-nyawa di dalam Vihara, hukuman mereka adalah sama, yaitu diterjunkan ke
Neraka Avici.

4,
Apabila terdapat seorang Umat yang berani menyamar sebagai seorang Sramana
( Rohaniwan Rohaniwati ), tapi hati-nya bukan Sramana, dan ia memboroskan harta
benda yang dimiliki Sangha, menipu Para Penganut Agama yang ber-Sembahyang di
dalam Vihara, selalu melanggar Tata Tertib Vihara dan melakukan ber-macam-macam
karma jahat, hukuman yang akan mereka terima adalah sama, yaitu diterjunkan ke
Neraka Avici.

5,
Apabila terdapat Umat yang berani mencuri harta benda milik Sangha, seperti barang-
barang keperluan se-hari-hari, beras atau palawija, makanan atau minuman, jubah atau
pakaian, dan lain-lain-nya, walaupun hanya sedikit atau benda yang tidak berharga sekali
pun, namun di-peroleh dengan mencuri, maka hukuman bagi mereka tidak berbeda
dengan Nomor 1, yakni mereka harus diterjunkan ke Neraka Avici selama juta-an kalpa,
sulit mendapat kesempatan untuk keluar lagi.

Bodhisattva Ksitigarbha melanjutkan uraian-Nya, O Maha Buddhamatrka, barang


siapa yang terlibat dosa berat seperti yang Ku-urai-kan tadi, mereka harus diterjunkan di
Neraka Pancanantarya, atau disebut Neraka Avici, dan selama menjalani hukuman di
Neraka Avici, mereka harus menerima kesedihan dan kesakitan yang tanpa berhenti
sekejab pun. Betapa menyedihkan.

***

O Maha Arya Ksitigarbha, bagaimana-kah keadaan-nya di dalam Alam Neraka


Pancanantarya itu ? tanya Sang Ibu Dewi Mahamaya.

Bodhisattva Ksitigarbha men-jawab, Bentuk Neraka berupa-rupa, O


Buddhamatrka, dan semua-nya berada di dalam Gunung Maha Cakravada. Bentuk
Neraka yang besar jumlah-nya 18 buah, bentuk Neraka yang sedang 500 buah, dan setiap

~ 17 ~
Buku KSITIGARBHA PURVA PRANIDHANA SUTRA

Neraka masing-masing mempunyai Nama tersendiri. Sedangkan yang kecil jumlah-nya


banyak sekali, sampai juta-an buah dan nama-nya pun berbeda-beda juga !

Ketahui-lah, O Maha Buddhamatrka, Neraka Pancanantarya itu luas-nya kurang


lebih 80.000 yojana. Semua di-lengkapi dengan tembok besi, tinggi dari tembok
tersebut 10.000 yojana. Di dalam Neraka tersebut tidak ada tempat yang kosong,
semua-nya di-penuhi kobaran api yang dahsyat. Neraka ini di-bagi menjadi beberapa
jajaran ruangan, dan tiap jajaran masing-masing mempunyai Nama sendiri-sendiri. Di
antara-nya terdapat sebuah Neraka yang terbesar itu-lah Neraka Avici. Luas-nya 18.000
yojana, tembok-nya juga terbuat dari besi dan tinggi-nya 1.000 yojana. Kobaran api
yang menyala di dalam-nya sangat panas, api-nya men-jalar-jalar ke atas, kemudian
turun lagi ke dasar bawah, terus-menerus membakar tanpa berhenti sekejab pun.

Di dalam Neraka itu terdapat 84.000 ekor ular yang ber-tubuh besi dan di 4 sudut-
nya terdapat 4 ekor anjing, besar-nya bagai-kan gunung, tubuh-nya juga terbuat dari besi.
Binatang yang ber-tubuh besi ini semua dapat mengeluarkan api dari mulut-nya, sinar
mata-nya bagai-kan kilat, gigi-nya se-tajam pedang. Dan bulu di tubuh anjing besi itu
selalu menyala-nyala. Mereka saling ber-kejar-kejar-an di dalam tembok besi itu, atau
ber-lari-lari di dalam kobaran api dan melukai si Pembuat dosa. Mereka kadang-kadang
ber-lari ke Timur lalu kembali ke Barat, lari-nya sangat cepat, tak pernah berhenti sekejab
pun.

Di dalam Neraka tersebut terdapat ranjang besi yang penuh sesak, luas-nya 10.000
yojana. O Maha Buddhamatrka, betapa hebat-nya, apabila terdapat seorang Terhukum
ter-baring di atas ranjang besi itu, ia segera melihat diri-nya telah berada di setiap ranjang
besi yang jumlah-nya ribu-an. Demikian juga, apabila terdapat juta-an Orang yang harus
menjalani hukuman ber-baring di atas-nya, mereka lantas melihat tubuh mereka telah
berada di setiap ranjang tersebut juga. Mengapa demikian ? Itu tak lain karena mereka
telah berbuat dosa yang sedemikian banyak-nya.

Sang Ksitigarbha melanjutkan,Setelah si Pembuat dosa itu di-siksa oleh ular besi
dan anjing besi, datang lagi ribu-an Setan Yaksa dan Iblis-iblis yang sangat bengis, gigi
mereka seperti keris yang tajam, sinar mata-nya seperti kilat, kuku-nya sangat runcing
terbuat dari tembaga kuning. Mereka menangkap si Pembuat dosa dengan cakar-nya
yang runcing, lalu di-gigit hingga tewas. Terdapat juga Setan Yaksa yang memegang
tombak yang ujung-nya adalah pedang baja, lalu menusuk-nya ke tubuh Orang-orang
yang berdosa, sehingga mulut, hidung, perut, atau punggung dari Orang yang berdosa
tersebut ter-luka parah, kemudian Orang yang di-tusuk itu di-lempar ke atas dan di-biar-
kan jatuh ke bawah, terus-menerus ber-ulang-ulang kali hingga tewas. Ada juga Umat
yang berdosa yang ditaruh di atas ranjang besi yang panas membara.

Kemudian datang lagi se-kelompok burung garuda besi yang amat buas mematuki
mata si Pembuat dosa, dan ular yang ber-tubuh baja mem-belit leher si Pembuat dosa,
setelah itu seluruh sendi tulang si Pembuat dosa di-paku dengan paku panjang dan lidah-

~ 18 ~
Buku KSITIGARBHA PURVA PRANIDHANA SUTRA

nya di-cabut, lalu di-lindasi dengan bajak yang tajam, lalu usus dari si Pembuat dosa di-
cabut keluar dan di-iris-iris menjadi potongan, kemudian mulut-nya di-tuangi dengan
cairan tembaga yang melebur dan seluruh tubuh-nya di-baluti dengan besi yang panas.

Walaupun Orang tersebut telah mati di-siksa hingga ribu-an kali, apabila masa
hukuman-nya belum habis, begitu di-tiupi Angin Karma ia akan hidup kembali dan harus
menjalani hukuman-nya lagi, terus-menerus sampai juta-an kalpa, ia akan sulit
memperoleh peluang untuk keluar. Akan tetapi, semua Alam yang berada di dalam Tata
Surya, atau disebut 3 ribu Maha Sistem Dunia ( Trisahasra Mahasahasra Lokadhatu ) yang
di-pengaruhi proses kerusakan pada Periode Catur Kalpa. Saat Dunia tengah mengalami
kerusakan, Alam Neraka juga ikut rusak. Tapi, jika masa hukuman dari Para Umat yang
berdosa berat, yang sedang menjalani hukuman itu belum habis, maka mereka akan
dipindahkan ke Sistem Dunia lain, apabila Dunia dari sana pun mengalami kerusakan,
mereka akan di-kirim lagi ke jurusan yang lain, dan setelah Dunia dari mana ia berasal
telah terbentuk kembali, maka Umat yang berdosa itu akan dikembalikan ke Dunia yang
baru terbentuk tersebut. Demikian-lah tentang Neraka Pancanantarya serta hukuman
yang harus mereka terima.

***

O Maha Buddhamatrka, masih terdapat 5 perihal tentang Hukum Karma yang


berkaitan dengan Neraka Pancanantarya itu, yaitu ;

1,
Pada saat Orang yang berdosa menjalani hukuman-nya, baik siang maupun malam dalam
masa yang ber-kalpa-kalpa, mereka tak akan pernah mendapat peluang untuk
melepaskan lelah-nya se-detik pun, ini-lah yang disebut Anantarya ( arti-nya kewalahan
tanpa batas ).

2,
Di Neraka tersebut, berapa pun jumlah Penghuni-nya, walaupun hanya 1 Orang atau juta-
an Orang yang di-hukum, ruangan itu akan tetap terasa sesak dan padat, ini-lah
Anantarya.

3,
Tidak ada 1 pun dari si Terhukum yang dapat menghindar atau pun lolos dari suatu
hukuman, baik berupa siksa-an pedang tajam, tongkat berat, binatang ber-tubuh besi
seperti burung garuda besi, ular besi, serigala besi, anjing besi, dan sebagai-nya. Serta
menerima siksa-an lesung serta alu besi yang ter-bakar panas menumbuk tubuh dari
Orang yang berdosa, atau tubuh dari si Pembuat dosa di-lindas, di-gergaji, di-pahat, di-
kikir, atau di-iris-iris menjadi ber-keping-keping, atau dimasukkan ke dalam periuk besar
yang berisi air men-didih, atau tubuh si Terhukum di-balut dengan jaringan baja yang

~ 19 ~
Buku KSITIGARBHA PURVA PRANIDHANA SUTRA

panas, atau di-paksa menaiki keledai besi panas atau kuda besi yang panas, setelah itu si
Pembuat dosa akan di-bakar, di-kupas kulit-nya, kemudian di-sirami cairan besi yang
sedang me-lebur. Apabila Orang yang berdosa itu merasa lapar dan ber-teriak kelaparan,
ia akan diberi makanan yang berupa gumpalan besi yang membara dan di-paksa
menelan-nya sampai gumpalan besi itu jebol keluar dari perut-nya dalam keadaan yang
masih membara, menyebabkan usus dari Umat yang berdosa itu terbakar hangus dan
mengeluarkan darah terus-menerus. Dan hukuman tersebut harus dijalani-nya selama
ber-kalpa-kalpa terus-menerus tanpa berhenti sekejab pun sampai masa hukuman-nya
habis, ini-lah yang disebut Anantarya.

4,
Di Neraka tersebut tidak ada alasan untuk meringankan hukuman, baik itu Lelaki atau
Wanita, Orang Timur atau Selatan, Barat atau Utara, atau yang telah lanjut usia-nya atau
yang masih muda, ber-status Bangsawan ataupun Golongan rendah, baik Naga, Dewa,
Makhluk apa saja termasuk Setan dan lain-nya. Siapa saja yang ber-dosa berat, ia harus
menanggung hukuman-nya tanpa dibedakan, ini dinamakan Anantarya.

5,
Selama masa hukuman-nya belum habis, maka si Terhukum akan ber-ulang kali
mengalami kematian dan hidup kembali. Siang dan malam mereka terus-menerus
menjalani penderitaan ini tanpa berhenti se-detik pun, dan apabila masa hukuman-nya
telah habis, baru-lah ia dilahirkan di Alam lain, ini-lah yang dinamai Anantarya.

Sang Bodhisattva Ksitigarbha melanjutkan uraian-Nya, O Maha Buddhamatrka,


keadaan Neraka Pancanantarya sungguh banyak sekali, namun dalam Persamuan Agung
ini Aku hanya dapat menguraikan-nya secara singkat. Jika Engkau ingin Aku menguraikan
tentang semua alat-alat hukuman serta bentuk-bentuk penderitaan-nya secara lengkap,
mungkin hingga genap satu kalpa pun uraian-Ku belum selesai !

Setelah mendengar uraian tersebut, Sang Ibu Mahamaya merasa amat prihatin dan
sedih. Lalu Beliau segera ber-anjali kepada Bodhisattva Ksitigarbha dan kembali ke
tempat-Nya.

*********

~ 20 ~
Buku KSITIGARBHA PURVA PRANIDHANA SUTRA

BAB 4 -
HUKUM KARMA DAN SEBAB AKIBAT-NYA
BAGI
MAKHLUK-MAKHLUK JAMBUDVIPA
( ALAM MANUSIA )

Bodhisattva Mahasattva Ksitigarbha ber-kata kepada Sang Buddha, O Bhagava


yang Termulia, sungguh, atas berkah Maha Rddhi Abhijnabala Tathagata-lah, maka Aku
dapat menjelajahi juta-an kot Dunia atau Alam, dengan men-jelma-kan badan-Ku hingga
sedemikian banyak untuk membimbing Makhluk yang terlibat Hukum Karma. Apabila
tidak di-anugerahi oleh welas asih Sang Tathagata, tentu saja Saya tidak akan mampu
melakukan perubahan apa pun, terutama pada saat ini, Aku mendapat pesan dari Sang
Buddha, agar semua Makhluk yang berada di Sad Gatyah, yakni 6 Alam Kehidupan itu di-
bimbing semua-nya, supaya mereka dapat terbebas dari penderitaan Neraka, sampai
Sang Ajita ( Maitreya Bodhisattva ) menjadi Buddha. O Bhagava yang Termulia, tak usah
khawatir ! Aku akan melaksanakan tugas ini hingga sempurna !

Sang Buddha ber-sabda kepada Sang Ksitigarbha, O Maha Arya Ksitigarbha, tahu-
kah Anda, bahwa semua Makhluk yang belum terbebas dari kesengsaraan itu memiliki
tabiat dan pikiran yang tak menentu. Mereka kadang-kadang melakukan perbuatan jahat
dan menciptakan karma buruk yang berat, tetapi kadang-kadang pula mereka melakukan
hal-hal yang baik yang menjadikan Kebajikan. Mereka mudah sekali di-pengaruhi oleh
Lingkungan-nya. Itu-lah sebab-nya, maka mereka terus ber-putar-putar di Panca Gatya ( 5
Alam penderitaan, yakni Alam Asura, Manusia, Neraka, Setan Lapar, dan Binatang ) hingga
ber-kalpa-kalpa mereka ter-sesat atau ter-halang oleh karma buruk. Sungguh, kelakuan
mereka persis seperti ikan-ikan yang senang ber-main di air sungai yang ter-pasang jala,
meskipun untuk sementara mereka dapat lolos dari jala tersebut, namun tidak beberapa
saat ber-selang, mereka ter-jala lagi. O Maha Arya Ksitigarbha, Para Umat yang identik
dengan ikan yang malang ini membuat perasaan-Ku sedih. Untung-lah kini Engkau
sanggup menyambung tugas-Ku dengan tekad seperti yang pernah Anda ikrar-kan pada
masa-masa yang silam, yakni ber-niat menolong Para Umat yang berdosa berat di Alam
Semesta. Apakah dengan kepastian ini, Aku masih perlu khawatir ?

Setelah Sang Buddha selesai ber-sabda, terdapat seorang Bodhisattva Mahasattva


yang ber-nama Dhyanasvararaja di Persamuan Agung itu. Beliau bangkit dari tempat-Nya
dan ber-anjali seraya ber-tanya, O Bhagava yang Termulia, sudi-lah menerangkan
kepada-Ku secara singkat, mengapa Sang Bhagava terus-menerus memuji Jasa-jasa dan
Kebajikan Sang Ksitigarbha ? Ikrar apa-kah yang pernah Beliau janjikan pada masa yang
silam ? Sang Buddha ber-sabda kepada Sang Dhyanasvararaja, Dengar-kan-lah baik-baik
dan perhati-kan-lah uraian-Ku ini, O Arya Dhyanasvararaja yang Budiman. Aku akan
mengisahkan-nya secara terperinci satu per satu.

***

~ 21 ~
Buku KSITIGARBHA PURVA PRANIDHANA SUTRA

Pada masa dahulu, yaitu pada asankhyeya nayuta kalpa yang silam, terdapat
seorang Buddha yang bernama Sarvajnasiddha Tathagata, yang memiliki 10 Gelar
Kesucian, yakni Tathagata, Arahat, Samyak Sambuddha, Vidyacarana Sampanna, Sugata.
Lokavidh, Anuttara, Purusadamyasarathi, Sasta-Devamanusyanam, Buddha Lokanathat.
Usia-nya 60.000 kalpa.

Sebelum Beliau meninggalkan rumah-Nya menjadi Sramana, Beliau adalah seorang


Raja, dan ber-sahabat dengan seorang Raja dari Negeri Tetangga-nya. Pada saat itu,
mereka ber-sama-sama melaksanakan Dasa Kusala ( 10 macam Kebajikan ) di Negeri
masing-masing guna untuk memakmurkan Rakyat-nya. Akan tetapi, Rakyat dari Negeri
Tetangga-nya enggan berbuat baik, bahkan melakukan karma jahat. Kemudian ke-dua
Raja tersebut mengadakan perundingan dan sama-sama mengambil keputusan dengan
sepakat menggunakan cara yang paling tepat untuk membimbing Rakyat mereka. Raja
yang pertama ber-ikrar ingin mencapai Ke-Buddha-an secepat mungkin, agar dapat
menyelamatkan Para Umat yang berdosa berat. Raja Tetangga-nya juga ber-ikrar ingin
menyelamatkan Para Umat yang berdosa berat yang sedang mengalami kesengsaraan itu,
dan ingin membimbing mereka untuk mencapai Ke-Bodhi-an, dan Beliau hanya akan
menjadi Buddha setelah ikrar-Nya tercapai.

Sang Buddha ber-sabda kepada Sang Dhyanasvararaja, Ketahui-lah, O Arya


Dhyanasvararaja, Raja yang pertama itu kini telah mencapai penerangan Agung dan
menjadi Buddha, Beliau adalah Sarvajnasiddha Tathagata. Sedangkan Raja Tetangga-nya
yang pernah ber-ikrar ingin menyelamatkan Para Makhluk yang berdosa berat serta yang
sedang mengalami kesengsaraan dan tidak akan menjadi Buddha sebelum niat-Nya
tercapai, Beliau adalah Bodhisattva Mahasattva Ksitigarbha.

Ini-lah kisah tentang Beliau yang Ke-tiga.

**********

Lagi, O Arya Dhyanasvararaja yang Budiman, pada masa dahulu kala, yaitu
asankhyeya kalpa yang silam, terdapat seorang Buddha yang lahir di Dunia ini, nama-nya
Suddhapadmanetra Tathagata, usia-nya 40.000 kalpa. Setelah memasuki Periode
Saddharma Pratrupaka, terdapat seorang Arahat, Beliau dengan Kebajikan-Nya
menyelamatkan Para Umat yang sengsara dan dengan menggunakan Dharma, Ajaran
Hukum Sebab-Akibat Beliau membimbing Para Umat.

Pada suatu hari ketika Sang Arahat tengah menjalankan tugas-Nya di suatu
daerah, Beliau bertemu dengan seorang Putri yang bernama Jyotinetra, beliau
menyediakan makanan dan minuman untuk memuja Sang Arahat tersebut. Setelah

~ 22 ~
Buku KSITIGARBHA PURVA PRANIDHANA SUTRA

selesai makan dan minum Sang Arahat ber-tanya kepada Sang Putri itu, O Sang Putri yang
ber-budi, Jasa-jasa Kebajikan yang Anda lakukan ini ingin disalurkan kepada siapa ?

Putri Jyotinetra menjawab, O Bhante, hari ini adalah hari peringatan tahun
kematian dari Ibu-ku, aku ingin mengamalkan Jasa-jasa Kebajikan ini untuk
menyelamatkan-nya. Sayang sekali, hingga sekarang ini aku sama sekali tidak tahu, di
Alam mana-kah Ibu-ku tumimbal lahir. Hal ini membuat aku amat sedih.

Setelah mendengar cerita-nya, lalu Sang Arahat ber-meditasi di suatu tempat yang
bersih, dengan Vipassana ( mengamati atau melihat dengan mata batin ). Di dalam
Samadhi-Nya, dengan jelas Beliau melihat Ibu dari Sang Putri tersebut sedang berada di
Alam kesengsaraan dan tengah menjalani hukuman di sana. Setelah Sang Arahat bangkit
dari Samadhi-Nya, Beliau segera ber-tanya kepada Sang Putri Jyotinetra, Sewaktu Ibu-mu
masih berada di Dunia, pekerjaan apa yang pernah ia buat, sehingga ia menerima
kesengsaraan berat di Alam kesedihan ? O Bhante, Ibu-ku pernah ber-kelakuan tidak
baik, ia terlalu gemar makan Anak ikan serta Anak bulus, di-goreng atau di-masak dengan
sayur, banyak-nya tidak kurang dari 10.000 nyawa ikan yang telah dibunuh-nya. O Bhante,
harus dengan cara apa-kah agar Ibu-ku dapat diselamatkan ? Kasihani-lah daku, O
Bhante, pinta Sang Jyotinetra.

***

Sang Arahat dengan perasaan welas asih memberitahu kepada Sang Putri tersebut
satu cara yang praktis, yaitu dengan menyebut Nama Buddha, Namo Suddhapadmanetra
Buddhaya, dengan sepenuh hati, dan di-samping itu juga membuat sebuah Buddha
ruphang ( patung Buddha ) untuk mengadakan puja bakti di rumah-nya, karena hal ini
sangat baik bagi yang telah meninggal atau pun yang masih berada di Dunia, ke-dua-dua-
nya akan mendapat perlindungan dari Sang Buddha.

Setelah Sang Putri Jyotinetra selesai mendengar Ajaran penting dari Sang Arahat,
beliau segera menjual segala barang yang di-sayangi-nya dan dari hasil penjualan tersebut
beliau mengundang seorang pelukis untuk melukis gambar Buddha Suddhapadmanetra,
kemudian di-puja-nya dengan khidmat, beliau terus-menerus memuliakan Nama Buddha
tersebut. Karena hati-nya merasa sangat terharu, beliau menangis di depan Altar Sang
Buddha dan dengan perasaan sujud beliau terus-menerus memandang gambar Buddha
tersebut hingga larut malam. Saat ia sedang tidur, tiba-tiba ia ber-mimpi di-datangi
seorang Buddha. Badan-Nya amat besar bagaikan Gunung Sumeru dan seluruh badan-
Nya ber-warna ke-emas-an memancarkan sinar yang amat terang seraya ber-sabda, O
Putri-Ku yang ber-budi, Anda tak usah bersedih. Tidak lama lagi Ibu-mu akan keluar dari
Alam sengsara dan beliau akan dilahirkan di rumah-mu, dan pada saat Sang Bayi yang
baru dilahirkan itu merasa kelaparan dan kedinginan, ia akan ber-bicara tentang asal-usul-
nya.

~ 23 ~
Buku KSITIGARBHA PURVA PRANIDHANA SUTRA

Tak selang beberapa lama, seorang Pramuwisma-nya yang sedang mengandung


itu melahirkan, dan Bayi Laki-laki yang baru lahir ke Dunia yang belum genap 3 hari itu
merasa amat lapar dan dingin. Sewaktu Bayi Pramuwisma itu melihat Sang Jyotinetra, ia
lantas menangis seraya ber-kata, O Anak-ku yang tersayang, Aku adalah Ibu-mu. Semua
perbuatan yang pernah aku lakukan semasa hidup-ku di Dunia harus di-tanggung oleh
diri-ku sendiri. Maka dari itu, aku telah diterjunkan ke Alam bawah, sejak aku meninggal
hingga baru-baru ini, terus-menerus aku masuk-keluar dari berbagai Alam Neraka besar
tanpa berhenti. Kini karena di-berkahi oleh Jasa-jasa dari Kebajikan-mu, aku baru
memperoleh kesempatan untuk dapat lahir kembali ke Alam Manusia, dengan status yang
sangat rendah dan usia-ku pun sangat pendek, yakni umur-ku hanya 13 tahun, kemudian
aku harus kembali lagi ke Alam sengsara. O Anak-ku yang tersayang, apa-kah engkau
dapat menyelamatkan Ibu-mu yang malang ini untuk bebas dari penderitaan ?

Setelah Sang Jyotinetra mendengar kata-kata yang diucapkan oleh Sang Bayi itu, ia
merasa yakin bahwa Bayi tersebut benar-benar adalah Ibu Kandung-nya. Karena Sang
Bayi itu telah di-kuat-kan batin-nya oleh Maha Daya Buddha, maka Bayi itu dapat ber-
bicara. Sang Jyotinetra merasa amat sedih dan dengan ter-isak-isak, lalu ia ber-tanya, O
Ibunda-ku yang tercinta, katakan-lah, karena dosa apa maka Ibu diterjunkan di Alam
kesedihan ?

Putra Pramuwisma men-jawab, O Anak-ku, karena sewaktu masih berada di


Dunia, Ibu-mu pernah terlibat 2 macam dosa berat, yakni dosa pembunuhan serta dosa
ucapan kasar atau pemfitnahan. Kalau saja tanpa Jasa-jasa dan Kebajikan-mu, pasti-lah
aku tak akan mendapat kesempatan untuk keluar sekejab pun.

Hukuman apa-kah yang pernah Ibunda jalani di dalam Alam Neraka itu ? tanya
Sang Putri. O Anak-ku, hukuman di Alam Neraka dan kesengsaraan-nya amat-lah
menyedihkan dan sulit untuk di-cerita-kan penderitaan-nya, apabila di-cerita-kan secara
luas, hingga ratus-an ribu tahun pun tak akan habis dijelaskan, jawab Ibu-nya.

Setelah Sang Putri mendengar kata-kata yang diucapkan Bayi itu, menangis-lah ia
ter-sedu-sedu, lalu ia mengarahkan pandangan-nya ke atas Langit seraya ber-kata,O Yang
Maha Kuasa, lindungi-lah Ibu-ku, agar Ibu-ku dapat terbebas dari Alam kesedihan untuk
selama-lama-nya. Bila usia Ibu-ku telah genap 13 tahun, semoga dosa-nya dapat di-
hapus-kan dan jangan di-terjun-kan lagi ke Alam sengsara.

Sang Putri ber-diam se-jenak, lalu beliau ber-ikrar, O Para Buddha yang berada di
10 Penjuru Semesta, kasihani-lah daku, dan terima-lah nadar utama-ku yang akan ku-
ikrar-kan ini. Apabila Ibu-ku dapat membebaskan diri-nya dari 3 hal ini, yakni mulai dari
sekarang ia tidak akan di-terjun-kan lagi ke 3 Alam sengsara jika umur-nya telah genap 13
tahun, ia tidak akan menjadi Kaum rendah, dan ia tidak akan terlahir lagi sebagai Wanita.

~ 24 ~
Buku KSITIGARBHA PURVA PRANIDHANA SUTRA

Kini aku berdiri di depan gambar Buddha Suddhapadmanetra dan aku ber-janji,
mulai dari sekarang hingga ratus-an ribu kot kalpa yang akan datang, aku akan
menyelamatkan semua Makhluk yang berdosa berat, yang sedang mengalami
kesengsaraan di 3 Alam kesedihan di pelbagai Dunia, aku akan menyelamatkan mereka,
hingga mereka bisa membebaskan diri-nya dari Alam Neraka, dari Alam Binatang, dan
Alam Setan Lapar. Aku akan membimbing mereka semua hingga mencapai Ke-Buddha-
an. Setelah semua-nya terlaksana, baru-lah hamba mencapai Anuttara Samyak
Sambuddha.

Sewaktu ikrar Sang Putri selesai, lantas ia mendengar suara gema dari Langit, yaitu
suara dari Sang Buddha Suddhapadmanetra Tathagata, O Putri Jyotinetra yang ber-budi,
perasaan-mu sungguh penuh belas kasihan. Demi menyelamatkan Ibu-mu, Anda ber-
tekad mengucapkan nadar utama yang demikian Agung. Dengan Jasa Kebajikan ini, mulai
sekarang, bila usia Ibu-mu telah genap 13 tahun, ia akan terbebas dari hukuman-nya dan
akan dilahirkan di suatu daerah menjadi Brahmacarin ( Orang yang ber-tekad melakukan
Kehidupan Suci ), umur-nya akan mencapai 100 tahun. Dan, setelah itu dia akan
dilahirkan di sebelah Timur, Alam Asokavijayasri, atau Sukhavati, Negeri Buddha
Amitabha. Umur-nya tidak dapat diperhitungkan dengan kalpa, dan di Alam sana dia
akan melaksanakan Dharma luhur hingga mencapai Ke-Bodhi-an. Kemudian dia akan
menjalankan tugas-nya di pelbagai Alam, Umat-umat dari Surga atau dari Dunia Manusia
yang akan di-selamat-kan oleh-nya, jumlah-nya akan seperti butir-an pasir di Sungai
Gangga,tidak dapat diperkirakan.

Sang Buddha ber-sabda kepada Sang Bodhisattva Dhyanasvararaja, O Maha


Arya, tahu-kah Anda, yang disebut Sang Arahat, yang pernah menyelamatkan Putri
Jyotinetra itu adalah Bodhisattva Akshayamati, dan yang pernah menjadi Ibu dari Sang
Putri Jyotinetra itu adalah Bodhisattva Vimuktika, dan Sang Putri Jyotinetra adalah
Bodhisattva Ksitigarbha.

***

Ketahui-lah, O Arya Dhyanasvararaja, budi pekerti Sang Ksitigarbha sejak dari


ber-kalpa-kalpa yang tak terkira lama-nya telah sedemikian Agung, penuh belas
kasihan, dan Beliau pernah ber-ikrar dengan nadar-nadar utama atau niat suci yang
banyak-nya bagai-kan butir-an pasir di Sungai Gangga. Beliau juga pernah
menyelamatkan Para Makhluk sengsara yang banyak-nya juga tak dapat diperkirakan !

Pada masa yang akan datang, apabila terdapat Pria atau Wanita yang enggan
berbuat karma baik, hanya senang berbuat karma yang jahat, dan tidak percaya akan
Hukum Sebab Akibat dan selalu melakukan hal-hal yang tak terpuji, seperti perbuatan
asusila, ber-dusta, ber-lidah dua, mengeluarkan ucapan yang kasar, berani memfitnah
Ajaran Buddha, dan sebagai-nya, maka Umat-umat yang demikian akan di-terjun-kan ke
Alam kesengsaraan setelah mereka meninggal dunia. Akan tetapi, apabila sebelum
meninggal, mereka dapat bertemu dengan seorang Suci ( Yang Arya ) atau Orang yang

~ 25 ~
Buku KSITIGARBHA PURVA PRANIDHANA SUTRA

bijaksana, yang mengajak mereka bertobat dan memohon perlindungan kepada


Bodhisattva Ksitigarbha, pasti-lah dosa yang dimiliki oleh Para Umat itu akan berubah
menjadi ringan atau musnah, dan mereka pun akan terbebas dari 3 Alam sengsara.

Seandainya Para Umat tersebut telah sadar dan ingin dengan sepenuh hati
memberi hormat kepada Bodhisattva Ksitigarbha, serta memuliakan Nama-Nya atau
selalu mengadakan puja bakti kepada-Nya dengan dupa, bunga, jubah, permata,
minuman, makanan, dan sebagai-nya, maka si Pemuja pada masa yang akan datang,
selama ratus-an ribu koti kalpa akan terus-menerus dilahirkan di Alam surga untuk
menikmati Kebahagiaan di sana. Apabila usia-nya di Surga telah habis, mereka akan
mendapat kesempatan dilahirkan kembali ke Alam Manusia dengan kedudukan sebagai
Bangsawan atau menjadi seorang Raja berkuasa, dan lama-nya hingga ribu-an kalpa
masa, bahkan di antara mereka banyak yang memiliki keterampilan bisa mengingat
kehidupan masa lampau, memahami Hukum Sebab Musabab dan asal-usul-nya di masa
silam.

***

O Arya Dhyanasvararaja, sungguh baik dan mulia Rddhi-Abhijnabala yang di-


miliki oleh Sang Ksitigarbha serta Jasa-jasa Luhur-Nya, yang mana tak akan habis di-
cerita-kan. Demi untuk menolong Para Umat, Beliau be-kerja keras terus-menerus
tanpa berhenti semasa pun ! Maka dari itu, Engkau beserta Para Bodhisattva harus
selalu mengingat Sutra ini se-dalam-dalam-nya, kemudian menyebarkan se-luas-luas-
nya kepada Para Umat Manusia.

Ini-lah kisah tentang Sang Ksitigarbha yang Ke-empat.

**********

Setelah Sang Bodhisattva Dhyanasvararaja selesai men-dengar kisah tersebut, Dia


ber-kata kepada Sang Buddha, O Bhagava yang Termulia, tak usah khawatir. Kami se-
Keluarga besar dari semua yang ber-status Bodhisattva Mahasattva pasti dapat
mewujudkan pesan Sang Buddha, dan akan menjunjung kewibawaan Buddha untuk
mengulang Sutra tersebut di Dunia Jambudvipa agar bisa di-manfaat-kan oleh semua
Umat Manusia. Setelah selesai, Sang Bodhisattva Dhyanasvararaja ber-anjali kepada
Sang Bhagava lalu kembali ke tempat duduk-Nya.

Pada saat itu Para Raja Catumaharajakajika yang datang dari ke-4 Jurusan Surga
ber-sama-sama bangkit dari tempat duduk-Nya, lalu merangkupkan ke-dua telapak

~ 26 ~
Buku KSITIGARBHA PURVA PRANIDHANA SUTRA

tangan-Nya sambil ber-tanya kepada Sang Buddha, O Bhagava yang Termulia, apa sebab-
nya Sang Bodhisattva Mahasattva Ksitigarbha sejak zaman dulu telah ber-ikrar dengan
niat suci utama-nya sampai sedemikian banyak, dan ber-maksud hendak membebaskan
Para Makhluk yang sengsara hingga tuntas, tapi mengapa masih banyak Makhluk-makhluk
yang belum bisa di-selamat-kan, dan mengapa Beliau masih terus ber-ikrar ?

Sang Buddha Sakyamuni ber-sabda kepada ke-4 Maharajakajika, Sadhu, Sadhu,


Sadhu ! O Maharajakajika yang Termulia, baik-lah, Aku sekarang akan mengisahkan
tentang hasil kerja Sang Ksitigarbha kepada Raja dan Para Hadirin sekalian, supaya Kalian
mengetahui, mengapa Sang Ksitigarbha selalu be-kerja keras di Dunia Jambudvipa Saha
Loka ( Alam Manusia ) dengan berbagai cara yang terampil untuk menyelamatkan Para
Makhluk yang sengsara agar dapat terbebas dari kelahiran dan kematian itu.
Terimakasih O Bhagava yang Termulia, Kami telah siap mendengarkan-nya.

***

Sang Buddha ber-sabda, Meskipun Sang Ksitigarbha sejak zaman dulu hingga
sekarang telah banyak ber-ikrar, namun Cita-cita Agung yang di-miliki Beliau belum bisa
terwujud semua-nya. Beliau selalu ber-pikir dengan hati yang iba, Jika Aku enggan
ber-tugas di pelbagai Alam Neraka, lalu siapa penggant-nya ? Maka itu Beliau ber-
ikrar, Apabila Neraka belum kosong, Aku tak akan menjadi Buddha !

Demikian pula, walau pun Makhluk-makhluk Jambudvipa telah banyak sekali


yang di-selamat-kan oleh-Nya hingga terbebas dari tumimbal lahir dan menjadi sadar,
bahkan banyak yang telah mencapai ke-Bodhi-an, akan tetapi, masih terdapat sebagian
besar Makhluk hidup yang dosa-nya seperti tanaman merambat, makin lama makin
men-jalar secara luas, sulit di-bebas-kan dalam waktu yang singkat. Maka dari itu
Beliau terus ber-ikrar dan ber-ikrar lagi. Dan terus bertugas di Alam Neraka. Dan terus-
menerus menggunakan ribu-an kot cara yang tepat untuk membimbing Para Makhluk
hidup yang berada di Dunia Jambudvipa atau Alam Manusia atau Saha Loka.

***

O Maharajakajika, seandai-nya ada Umat yang dengan sengaja melakukan


pembunuhan, Sang Ksitigarbha lantas memberitahu kepada mereka, bahwa perbuatan
jahat ini akan menerima balasan karma ber-usia pendek atau mati muda, atau kena
balasan karma yang berat-nya akan beberapa kali lipat pada masa mendatang, yang di-
balas oleh musuh-nya.

Bagi yang melakukan pencurian dan perampokan di-beritahu bahwa perbuatan


jahat ini akan ber-akibat tumimbal lahir di Keluarga yang miskin dan akan mengalami
banyak kesengsaraan di masa Kehidupan yang akan datang.

~ 27 ~
Buku KSITIGARBHA PURVA PRANIDHANA SUTRA

Bagi yang melakukan perbuatan asusila akan mendapat balasan karma dilahirkan di
Alam Binatang ber-jenis unggas seperti burung pipit, merpati, belibis, dan se-bangsa-nya.

Yang melakukan ucapan kasar akan ber-akibat Rumah Tangga-nya selalu bentrok
dan tidak harmonis.

Yang melakukan pem-fitnah-an akan mendapat balasan karma menjadi Orang bisu
atau menderita penyakit mulut yang menahun.

Yang senang marah atau mem-benci Orang lain akan ber-akibat ber-badan cacat
dan ber-paras jelek sekali.

Bagi yang ber-perangai kikir mendapat balasan karma apa yang di-ingin-kan-nya
sulit terwujud.

Yang terlalu serakah terhadap segala makanan dan minuman akan berakhir
kelaparan, kehausan, dan selalu menderita penyakit tenggorokan.

Yang melakukan per-buru-an menerima karma mati dalam ketakutan.

Yang durhaka terhadap Orangtua-nya akan ber-akibat terkena musibah bencana


alam.

Bagi yang membakar hutan menerima hukuman karma mati dalam kegilaan atau
kesesatan.

Yang senang meng-aniaya Anak Tiri-nya akan mendapatkan pembalasan dari


Anak Tiri-nya, yang berat-nya beberapa kali lipat pada masa mendatang.

Yang selalu melakukan penangkapan terhadap Anak Binatang atau unggas dengan
alat jala akan ber-akibat Sanak Saudara-nya terpisah jauh dan sulit ditemukan.

Yang mem-fitnah Triratna akan mendapat balasan karma menjadi buta, tuli, dan
bisu.

~ 28 ~
Buku KSITIGARBHA PURVA PRANIDHANA SUTRA

Yang menghina Buddha Dharma akan di-hukum di Alam sengsara ( Alam Neraka,
Alam Setan, dan Alam Binatang ).

Yang merusak dan mem-boros-kan barang-barang milik Sangha akan ber-akibat


diri-nya di-terjun-kan ke Alam Neraka hingga kot-an kalpa ( waktu yang lama sekali ).

Yang sengaja menodai Sang Suci atau mengotori Tempat Suci akan menerima
pembalasan di-terjun-kan ke Alam Binatang.

Bagi yang melakukan pembunuhan atau penyiksaan terhadap Binatang ber-nyawa


dengan air men-didih atau dengan kobar-an api atau dengan cara pem-bantai-an, pen-
jagal-an, akan mendapat balasan karma dengan cara yang sama oleh si Korban pada masa
yang akan datang.

Para Bhiksu yang melanggar sila makan atau sila lain-nya akan ber-akibat diri-nya
di-lahir-kan di Alam Binatang dan selalu menderita kelaparan.

Yang ber-tabiat suka memboroskan uang atau barang-barang berharga akan ber-
akibat pada masa yang akan datang selalu kehilangan benda yang di-sayangi.

Yang bersikap sombong atau egois akan menerima balasan karma diri-nya di-lahir-
kan di Golongan paling rendah.

Yang ber-lidah dua dan senang ber-tengkar akan di-lahir-kan menjadi Makhluk yang
tidak dapat ber-bicara atau menjadi seekor burung yang hanya pandai ber-kicau.

Yang ber-pandangan tidak benar atau sesat akan meng-akibat-kan diri-nya di-lahir-
kan di daerah terpencil.

Demikian-lah, Hukum Karma yang harus di-terima oleh Umat Manusia yang
berada di Dunia Jambudvipa. Bagi yang melakukan karma jahat melalui perbuatan,
perkataan, dan pikiran yang banyak-nya hingga juta-an macam akan mendapat balasan
karma yang jumlah-nya juga juta-an macam.

Meskipun karma Umat Manusia sedemikian banyak, tapi Sang Ksitigarbha tetap
dengan ulet terus berusaha dengan menggunakan berbagai cara yang tepat untuk
menyelamatkan dan mem-bimbing mereka hingga menjadi sadar dan mencapai
Kesucian.

~ 29 ~
Buku KSITIGARBHA PURVA PRANIDHANA SUTRA

O Maharajakajika, ketahui-lah, Para Makhluk yang berdosa berat dari


Jambudvipa yang enggan menerima Nasehat dari Bodhisattva Ksitigarbha atau Ajaran
dari Para Suci dan Para Tokoh Bijak, semua-nya harus menerima pembalasan karma
sesuai dengan perbuatan-nya di pelbagai Alam kesengsaraan, yaitu, walaupun setelah
mereka menerima pembalasan karma di Alam Manusia, mereka akan di-terjun-kan lagi
ke dalam Neraka hingga juta-an tahun lama-nya. Maka dari itu, Maharajakajika serta
Para Hadirin yang Ku-hargai, mulai dari sekarang Kalian harus membangkitkan perasaan
belas kasihan-mu untuk melindungi Para Umat serta Nusa dan Bangsa-nya, agar tetap
makmur, sejahtera, damai, serta aman dan tentram, supaya karma-karma jahat tidak
dilakukan oleh mereka.

Setelah mendengar Sabda Sang Buddha, ke-4 Maharajakajika merasa sangat sedih,
dan dengan wajah sendu Mereka memberi hormat kepada Buddha Sakyamuni, lalu
mereka kembali ke tempat-Nya.

*********

~ 30 ~
Buku KSITIGARBHA PURVA PRANIDHANA SUTRA

BAB 5 -
BERBAGAI BENTUK ALAM NERAKA SERTA NAMA-NYA

Bodhisattva Mahasattva Samantabhadra ber-kata kepada Sang Ksitigarbha, O


Maha Arya Ksitigarbha yang ber-welas asih, sudi-lah menerangkan kepada Kami tentang
Hukum Karma dan jenis-jenis Neraka serta tempat hukuman bagi Para Bhiksu-Bhiksuni,
Upasaka dan Upasika, serta Para Umat Manusia, baik yang berada di masa sekarang dan
di masa yang akan datang, agar mereka dapat mengetahui keadaan yang sedemikian
pahit tentang Alam Neraka beserta akibat dan Hukum Karma-nya.

Baik-lah, O Arya Samantabhadra Yang Mahacarya, sahut Sang Ksitigarbha,


Sekarang, berkat kewibawaan Sang Buddha, serta kekuatan dari cita-cita Yang Arya
Samantabhadra, Aku akan menguraikan jenis-jenis dan Nama-nama dari Neraka beserta
hukuman yang berlaku di Alam itu secara singkat, O Yang Mahacarya.

Di sebelah Timur dari Dunia Jambudvipa ini terdapat sebuah gunung besar yang
bernama Maha Cakravada. Di dalam gunung ini gelap sekali dan sulit di-tembusi
cahaya Bulan maupun Matahari. Di dalam-nya terdapat sebuah Neraka utama yang
Maha besar bernama Anantarya, dan di sebelah-nya juga terdapat sebuah Neraka Besar
yang ber-nama Avici, dan di sekitar-nya juga terdapat Neraka-neraka lain, seperti
Neraka Pojok-4, Pedang-Terbang, Panah-Api, Gunung-Berapit, Tembusan-Tombak,
Kereta-Baja, Ranjang-Baja, Kerbau-Baja, Jubah-Baja, Mata-Keris-1.000, Keledai-Baja,
Neraka Leburan-Tembaga, Neraka Peluk-Tiang-Api, Neraka Api-Menjalar, Bajak-Lidah,
Mengikir-Kepala, Membakar-Betis, Mematuk-Mata, Neraka Menelan-Gumpalan-Besi,
Neraka Saling-Bentrok, Kapak-Baja, Neraka Saling-Geram, dan Neraka-neraka lain-nya.

Sang Ksitigarbha berhenti se-jenak lalu ber-kata lagi, O Mahacarya, tahu-kah Anda,
Neraka-neraka yang berada di dalam Gunung Maha Cakravada ini banyak sekali, seperti
Neraka Berdengung, Mencabut-Lidah, Air-Berkotoran, Gembok-Tembaga, Gajah-Api,
Anjing-Api, Elang-Api, Kuda-Api, Kerbau-Api, Gunung-Api, Batu-Api, Ranjang-Api,
Pengupas-Kulit, Pengisap-Darah, Pembakar-Tangan, Neraka Pembakar-Kaki, Neraka
Balok-Api, Neraka Gergaji-Api, Neraka Penusuk-Tubuh, Rumah-Api, Rumah-Besi,
Serigala-Api, dan sebagai-nya.

O Mahacarya, di setiap Neraka, di dalam-nya terdapat lagi Neraka-neraka Kecil yang


jumlah-nya tidak menentu, ada yang satu, ada yang 2, ada yang 3, atau 4, bahkan hingga
ratus-an ribu pembagian-nya, dan Nama-nya juga berbeda-beda.

***

~ 31 ~
Buku KSITIGARBHA PURVA PRANIDHANA SUTRA

Sang Ksitigarbha melanjutkan Sabda-Nya, O Samantabhadra Yang Mahacarya,


Neraka-neraka tersebut di-sedia-kan khusus untuk Para Umat yang berani berbuat jahat
sewaktu mereka berada di Alam Manusia. Daya karma ini besar sekali, ke atas dapat
menandingi tinggi-nya Gunung Sumeru, ke bawah dapat menyamai dalam-nya Samudera,
dan dapat menghalangi jalan menuju Buddha Dharma. Oleh karena itu dosa mereka
amat sulit di-musnah-kan dalam waktu yang singkat. Maka dari itu, setiap Umat
Manusia harus selalu waspada akan karma-nya, jangan me-remeh-kan kesalahan kecil
yang di-anggap tidak membawa dosa. Setelah meninggal dunia, yang berbuat dosa
pasti akan di-balas dengan hukuman yang sesuai dengan perbuatan-nya, walaupun
kesalahan-nya hanya se-ujung rambut, itu pun tetap tak akan terlepas dari Hukum
Karma. Jika saat-nya tiba, hukuman tetap akan dilaksanakan, tak ada seorang pun yang
bisa meng-gantikan-nya, walaupun Ayah-nya atau pun Anak-nya sendiri, masing-masing
mempunyai karma-nya sendiri-sendiri, tak dapat saling meng-ganti-kan untuk
menerima hukuman.

O Mahacarya, sekarang Aku sedang di-anugerahi kewibawaan Buddha, dan dalam


kesempatan ini Aku akan terus menjelaskan tentang hukuman berat yang harus di-jalani
di dalam setiap Neraka kepada Kalian. Harap Maha Arya serta Para Hadirin sudi mem-
perhatikan-nya.

Bodhisattva Samantabhadra ber-kata kepada Sang Ksitigarbha, Telah lama Ku-


ketahui tentang Hukum Karma yang berlaku di Alam Triduggat ( 3 Alam Sengsara ). Maka
sudi-lah menerangkan-nya kepada Kami agar Para Umat Manusia yang sengaja melakukan
karma jahat pada masa Periode menjelang berakhir-nya Dharma akan menjadi sadar,
setelah mereka mengetahui atau mendengar Ajaran Buddha Dharma yang pernah di-urai-
kan oleh Sang Ksitigarbha ini, semoga mereka dapat dengan segera meng-amal-kan
Ajaran Buddha untuk membebaskan diri-nya dari belenggu kesengsaraan.

Sang Bodhisattva Ksitigarbha me-lanjut-kan, O Mahacarya, jenis hukuman yang


harus di-jalani di setiap Neraka banyak sekali, dan semua di-laksana-kan sesuai dengan
perbuatan jahat yang pernah dilakukan oleh Sang Umat se-masa hidup-nya di Dunia.

Seandainya Sang Umat pernah melakukan perbuatan jahat melalui perkataan,


maka lidah-nya harus di-cabut dan di-bajak hinga luka oleh kerbau baja.

Yang ber-hati jahat, jantung-nya akan di-keluar-kan dan di-makan oleh Sang Yaksa.

Yang melakukan perbuatan jahat melalui jasmani akan akan di-sedia-kan air men-
didih untuk me-masak tubuh-nya, atau si Terhukum di-suruh memeluk tiang panas yang
terbuat dari tembaga hingga tubuh-nya hangus.

***

~ 32 ~
Buku KSITIGARBHA PURVA PRANIDHANA SUTRA

Ada Neraka yang di-penuhi kobar-an api dan api-nya akan men-jalar ke tubuh si
Terhukum.

Ada Neraka yang penuh salju yang suhu-nya dingin sekali, Makhluk apa saja yang
masuk ke dalam-nya akan mati kedinginan.

Ada Neraka yang memiliki kolam yang penuh dengan kotoran ber-bau busuk dan air
tuba, dan si Pembuat dosa akan di-terjun-kan ke dalam-nya.

Ada Neraka yang mem-bolak-balik tubuh Orang yang berdosa, lalu di-tusuki dengan
tombak runcing.

Ada hukuman yang memukuli dada dan punggung si Pembuat dosa.

Ada hukuman mem-bakar tangan atau kaki si Pembuat dosa.

Ada Neraka yang menyediakan ular baja panas untuk mem-belit tubuh Umat yang
berdosa.

Ada Neraka yang menggunakan anjing besi untuk meng-gigit Umat yang berdosa
hingga tewas.

Ada Neraka yang menggunakan keledai baja dan kuda baja yang panas untuk di-
naiki si Pembuat dosa, hingga yang menaiki-nya merasa sengsara sekali dan akhir-nya
tewas di atas punggung binatang dari baja yang panas itu.

***

O Mahacarya, alat-alat hukuman yang di-guna-kan di Alam Neraka ini banyak


sekali, hingga ratus-an ribu jenis, dan bahan-nya semua terbuat dari tembaga, baja, batu,
dan api, dan di-buat khusus untuk Umat yang berdosa berat.

O Mahacarya, jika secara luas Aku menceritakan keadaan hukuman di dalam Alam
Neraka, hingga 1 kalpa pun tak kan habis diuraikan-nya, karena di setiap Neraka terdapat
hukuman atau penderitaan yang jumlah-nya ratus-an ribu macam, sedangkan Neraka-
neraka itu sedemikian banyak-nya. Kini Aku menerima kesaktian dari Sang Buddha
sehingga mendapat kesempatan untuk menjawab pertanyaan dari Yang Arya ( Suci ).
Demikian-lah penjelasan-Ku yang singkat sebagai jawaban atas pertanyaan dari

~ 33 ~
Buku KSITIGARBHA PURVA PRANIDHANA SUTRA

Bodhisattva Mahasattva Samantabhadra, apabila Ku-jelaskan secara lengkap semua


bentuk-bentuk dan keadaan Alam Neraka, mungkin hingga 1 kalpa pun Aku belum selesai
men-jelas-kan seluruh-nya.

**********

BAB 6 -
SANJUNGAN DAN PUJIAN SANG TATHAGATA BUDDHA SAKYAMUNI

Pada waktu itu, badan Buddha Sakyamuni tiba-tiba ber-sinar amat terang, kekuatan
dari cahaya yang di-pancar-kan tembus sampai ke Alam-alam Buddha lain yang banyak-
nya hingga juta-an koti bagai-kan butir-an pasir di Sungai Gangga. Kemudian sinar yang
amat terang benderang itu ber-ubah menjadi suara merdu yang mengumandangkan
nada-nada gembira, mem-beritahu-kan sesuatu kepada Para Bodhisattva Mahasattva
serta kepada Para Dewa, Naga, Makhluk Suci, Raja Setan, Kinnara, Makhluk yang bukan
Manusia, dan Umat lain-nya yang berada di seluruh Alam Buddha. Bunyi-nya,

Para Pendengar yang Budiman, hari ini Aku memuji Sang Bodhisattva
Mahasattva Ksitigarbha, yang telah menyalurkan cinta kasih serta kesaktian yang tidak
terperikan ke 10 Penjuru Dunia untuk menyelamatkan semua Makhluk hidup yang
menderita untuk mencapai kebebasan. Apabila Aku memasuki parinirvana, kamu
selaku Bodhisattva Mahasattva, atau Dewa, Naga, Makhluk-makhluk Suci, Raja Setan,
serta Umat lain-nya, dengan segala cara yang terampil hendak-nya memelihara dan
melindungi Sutra ini, agar Para Umat dapat meng-amalkan-nya untuk mencapai
Kebahagiaan Nirvana.

Setelah suara merdu yang ber-kumandang dengan nada gembira itu berhenti, Sang
Bodhisattva Mahasattva Samantavistara yang berada di Persamuan itu bangkit dari
tempat-Nya, dengan mengatupkan ke-dua telapak tangan-Nya, Beliau memberi hormat
kepada Sang Buddha seraya ber-kata, O Bhagava Yang Termulia, hari ini Sang Bhagava
dengan suara yang merdu dan nada yang gembira menyanjung dan memuji Jasa-jasa
luhur, kewibawaan, keterampilan, serta kekuatan suci yang di-miliki Sang Ksitigarbha di
Persamuan Agung ini. Saya mohon Sang Bhagava Yang Termulia sudi-lah meng-umum-
kan kepada Kami, dengan cara apa dan bagaimana, Sang Ksitigarbha mem-bimbing Para
Dewa, Manusia, untuk menanam benih Kebajikan yang dapat membuahkan hasil yang
gemilang, terutama kepada Para Umat yang berada pada masa menjelang berakhir-nya

~ 34 ~
Buku KSITIGARBHA PURVA PRANIDHANA SUTRA

Dharma, agar berkat khotbah Sang Buddha, ber-manfaat bagi Para Hadirin, serta Para
Dewa, Naga, ke-8 Kelompok Makhluk, dan Para Umat Manusia yang berada di masa yang
akan datang, juga dapat meng-amal-kan Jalan Kebajikan tersebut, serta menyanjung
Ajaran dari Para Buddha.

O Arya Samantavistara serta Hadirin sekalian, dengar-lah baik-baik, Sabda Sang


Buddha, Sekarang Aku akan menguraikan secara singkat dengan cara apa dan bagaimana
Sang Ksitigarbha mem-bimbing Para Dewa dan Manusia hingga memperoleh Kebajikan
Luhur dan mencapai Jalan Kebahagiaan.

Kami siap mendengarkan-nya, O Bhagava Yang Termulia, sahut Sang


Samantavistara.

***

Ketahui-lah, pada masa mendatang, apabila terdapat Putra Putri ber-budi, yang
setelah mendengar Nama Bodhisattva Mahasattva Ksitigarbha, lantas atas dasar
kesadaran dari hati sanubari-nya yang dalam beliau memberi hormat, memuji, dan
merenungkan Jasa-jasa Bodhisattva Ksitigarbha, dengan demikian maka si Pemuja
dapat me-musnah-kan dosa-nya sebanyak 30 kalpa !

O Arya Vistara, seandainya terdapat Para Putra-Putri ber-budi yang melukis


gambar Sang Bodhisattva Ksitigarbha atau membuat rupa-Nya dengan bahan-bahan
dari tanah liat, batu akik, atau dari logam-logam seperti emas, perak, tembaga,
perunggu, besi, dan sebagai-nya, kemudian di-pasang-kan di suatu tempat yang bersih,
untuk diadakan puja bakti pada waktu yang tertentu atau pada waktu siang atau
malam, maka si Pemuja tersebut akan mendapat kesempatan yang amat cerah, yakni,
ia akan di-lahir-kan di Surga Trayastrimsa sebanyak 100 kali ber-turut-turut setelah ia
meninggal dunia. Dan jika usia Surga-nya sudah habis, beliau masih dapat ber-
tumimbal lahir lagi ke Alam Manusia menjadi seorang Raja atau Bangsawan yang
sangat mulia, dan selama itu tak akan sekali pun di-terjun-kan ke Alam sengsara.

***

O Arya Vistara, seandainya terdapat Kaum Wanita yang tidak suka lahir sebagai
Wanita lagi pada masa yang akan datang, mereka dapat memuja gambar atau patung
Sang Ksitigarbha, dengan bunga, dupa, makanan-minuman, jubah, spanduk sutera,
panji-panji, uang logam kuno, permata, dan sebagai-nya ( sajian tak usah lengkap
semua, hanya menurut kemampuan si Pemuja ), beliau yang sering mengadakan puja
bakti di depan Bodhisattva Ksitigarbha, apabila Kehidupan-nya telah berakhir di Alam
Manusia, maka mereka akan di-lahir-kan di Alam Suci yang tak ada Wanita-nya, seperti
di Alam Sukhavati ( Alam Buddha Amitabha ) atau di-lahir-kan di Alam Suddhavaidurya

~ 35 ~
Buku KSITIGARBHA PURVA PRANIDHANA SUTRA

( Alam Buddha Bhaisajyaguru ). Atau tetap di-lahir-kan di Alam Manusia dengan tubuh
Pria dan selama juta-an kalpa ber-turut-turut, ter-kecuali jika mereka masih harus lahir
sebagai seorang Wanita untuk menjalankan tugas Suci di pelbagai Alam Semesta guna
untuk menyelamatkan Para Makhluk yang sengsara. O Arya Vistara, berkat Jasa-jasa
yang di-peroleh dari pemujaan Bodhisattva Mahasattva Ksitigarbha itu, maka selama
juta-an kalpa ia tidak akan lagi dilahirkan sebagai Wanita.

***

Lagi, O Arya Samantavistara, Sang Buddha melanjutkan Sabda-Nya, Apabila


ada Kaum Wanita yang tidak senang dengan paras-nya yang jelek, badan-nya yang
kurang sehat dan yang sering menderita penyakit. Maka, jika Umat tersebut ber-sedia
memberi hormat kepada lukisan atau patung Sang Ksitigarbha, walaupun hanya sekali
saja, maka di masa mendatang hingga ratus-an ribu kali ia di-lahir-kan, ia akan memiliki
paras yang cantik dan memiliki tubuh yang sehat. Tetapi apabila si Pemuja tidak jemu
dengan akan tubuh Wanita-nya, dia akan lahir selama juta-an kali dengan status
seorang Putri Raja atau menjadi Ratu, atau lahir sebagai seorang Putri dari Anggota
Keluarga Termulia seperti Putri Bangsawan, Menteri, Naigamabharyarupa, dan sebagai-
nya, baik paras-nya maupun tubuh-nya akan tetap segar bugar dan elok belia. Ini
semua tidak lain karena si Pemuja menghormati Sang Bodhisattva Ksitigarbha dengan
sepenuh hati, hingga diri-nya dapat menikmati Pahala besar dari Kebajikan yang di-
lakukan-nya.

***

Lagi, O Arya Vistara, seandainya Putra Putri yang ber-budi itu, senang dengan
menggunakan nyanyi-an dan tari-an rohani untuk memuji Jasa-jasa Ksitigarbha dan
dengan tulus Sang Umat menyediakan dupa, bunga, dan sebagai-nya, untuk
menyembah Beliau di depan gambar-Nya, atau mengajak Para Simpatisan, baik seorang
atau pun puluh-an, bahkan ratus-an, untuk ber-sama-sama mengadakan puja bakti
kepada Beliau, maka Sang Umat tersebut, baik di masa sekarang maupun di masa
mendatang, akan di-lindungi oleh ratus-an ribu Dewa yang ber-budi baik siang maupun
malam, dan sejak itu tidak akan ada musibah atau malapetaka yang menimpa-nya.

*****

Lagi, O Arya Vistara, Sang Buddha melanjutkan Sabda-Nya, Apabila terdapat


Umat Manusia yang ber-kelakuan jahat, atau Para Dewa, Setan, dan Makhluk culas
tidak ber-budi lain-nya, sewaktu mereka melihat Para Umat dengan tulus menyembah,
memuji, atau menghormati gambar atau patung Sang Bodhiattva Ksitigarbha, lalu
mereka mengejek, menyindir, dan menghina, bahwa persembahan ataupun
penghormatan dari Sang Umat tidak ada guna-nya, juga tidak dapat memperoleh Jasa,

~ 36 ~
Buku KSITIGARBHA PURVA PRANIDHANA SUTRA

dan sebagai-nya. Atau mereka berani menertawakan, serta melakukan pem-fitnah-an


dan mengajak Makhluk-makhluk lain ramai-ramai melakukan kejahatan yang tak
terpuji. Meskipun kejahatan yang di-lakukan-nya hanya sejenak saja, O Arya Vistara,
Para Umat Manusia atau Makhluk lain-nya, yang berani melakukan kejahatan seperti
itu, mereka akan di-tempat-kan di Neraka Avici selama 1.000 Buddha yang berada di
Periode Bhadrakalpa ini telah parinirvana, dan Periode Bhadrakalpa sudah berakhir,
selama waktu yang sebegitu lama itu, mereka harus menjalani siksa-an yang berat di
Alam Neraka Avici. Setelah itu, mereka akan di-lahir-kan lagi di Alam Setan Lapar, dan
sesudah selang masa 1.000 kalpa, mereka baru di-pindah-kan ke Alam Binatang, dan
setelah selang masa 1.000 kalpa lagi, mereka baru dapat lahir di Alam Manusia. Dan
meskipun mereka mendapat kesempatan untuk lahir kembali ke Alam Manusia dengan
status Golongan rendah dan menjadi Kaum miskin atau Umat yang menderita cacat
tubuh, tetapi karena batin mereka yang masih di-pengaruhi oleh berbagai karma jahat
yang telah dilakukan-nya pada masa silam sehingga tidak berapa lama mereka
dilahirkan sebagai Manusia, mereka di-terjun-kan lagi ke Alam kesengsaraan. Maka dari
itu, O Arya Vistara, pembalasan dari Hukum Karma bagi yang melakukan pem-fitnah-an
kepada Orang yang ber-Sembahyang adalah sedemikian berat, apalagi yang dengan
sengaja berusaha me-musnah-kan Buddha Dharma.

***

Lagi, O Arya Vistara, pada masa mendatang, apabila terdapat seorang Lelaki
atau Wanita, yang menderita penyakit parah yang menahun dan tidak sembuh-sembuh,
walaupun sudah sering di-obati, sehingga sepanjang hari beliau harus ber-baring terus
di atas ranjang, hidup-nya sangat merana, mati tidak bisa, hidup pun sengsara. Atau
terdapat seseorang yang setiap malam ber-mimpi buruk, se-olah-olah diri-nya selalu di-
ajak oleh Iblis jahat atau Arwah Sanak Saudara-nya ber-sama-sama pergi ke suatu
gunung yang amat curam, hingga beliau meng-gigil dan ber-keringat, atau setiap siang
dan malam beliau terus di-goda oleh Makhluk halus selama ber-tahun-tahun, hingga
badan-nya semakin lama semakin kurus, dan hanya bisa mengeluh dan me-rintih di
atas ranjang. Keadaan ini tak lain karena Arwah dari Para Musuh-nya telah lama
menunggu kedatangan Orang tersebut di Alam Yama Loka ( Alam dari Raja Neraka ),
agar Arwah dari Orang tersebut dapat di-adili atas kejahatan yang pernah di-lakukan-
nya, dengan demikian Para Arwah baru akan merasa puas, akan tetapi usia dari Orang
tersebut belum sampai waktu-nya, sehingga harus mengalami kesakitan atau
penyiksaan secara jasmani dulu. Sayang sekali, karena Manusia hanya memiliki mata
jasmani, sehingga tidak dapat melihat Arwah Musuh-nya yang sedang berada di sisi-
nya. O Arya Vistara, mengingat peristiwa yang luar biasa ini, seharusnya Para Bijaksana
menerangkan kepada Sang Umat, sehingga beliau mengetahui akan hal ini dan dapat
menjadi sadar se-cepat mungkin. Para Bijaksana juga harus membantu mereka dalam
membacakan Sutra ini dengan khidmat di depan gambar, lukisan, atau patung dari Para
Buddha atau Bodhisattva Mahasattva serta mem-bimbing mereka dalam menyediakan
benda-benda persembahan baik di dalam rumah, pekarangan, kebun, dan sebagai-nya
sebagai sajian Suci. Kemudian Sang Suci atau Sang Tokoh Bijaksana dapat ber-diri di
depan Orang sakit itu seraya berkata,

~ 37 ~
Buku KSITIGARBHA PURVA PRANIDHANA SUTRA

Namo Buddhaya ! Namo Sarva Bodhisattva Mahasattvaya ! Saya bernama A


mewakili B ( yang menderita penyakit ) men-dana-kan barang-barang yang amat Suci ini
di depan gambar Sang Buddha serta Para Bodhisattva Mahasattva dan juga di depan
Sutra Suci Sang Ksitigarbha, memohon agar segala karma buruk yang dimiliki si B itu
dapat di-ringan-kan atau di-musnah-kan oleh kekuatan Yang Maha Kuasa.

Atau dengan cara lain, yaitu memesan Keluarga B ( yang menderita itu ) agar
ber-doa di depan Buddha ruphang atau patung Bodhisattva serta membaca Sutra Suci
ini atau mengumpulkan dana untuk membuat patung Buddha, Bodhisattva, di Tempat
Ibadah, atau membangun Stupa, Vihara, atau menyalakan lampu di dalam Rumah Suci
atau di jalan yang gelap serta men-dana-kan sandang pangan kepada Para Anggota
Sangha. Ketahui-lah, Para Arya atau Para Tokoh Bijaksana boleh menggunakan cara apa
saja asalkan se-waktu membaca Pernyataan itu harus di-ucap-kan dengan suara cukup
keras di sisi Orang sakit itu, agar semua isi dari Pernyataan itu dapat di-dengar oleh-
nya, supaya Jasa-jasa yang di-amal-kan untuk-nya dapat diketahui-nya, dan dapat di-
ingat oleh vijnana-nya ( batin-nya ), bahwa berkat dengan Jasa Suci tersebut segala
karma buruk yang di-miliki-nya akan menjadi ringan atau musnah.

Dan apabila saat Sang Pasien meng-hembus-kan nafas-nya yang terakhir, Sang
Tokoh Bijaksana tetap harus melanjutkan pembacaan Pernyataan tersebut serta Sutra
Suci ini dengan nada yang agak tinggi. Arya Vistara, berkat Jasa-jasa Suci ini, Sang
Pasien tersebut akan ter-bebas dari dosa-dosa yang pernah di-buat di masa silam dan
masa kini. Bahkan dosa berat seperti 5 dosa durhaka pun dapat di-hapus-kan.
Selanjutnya, dia akan di-lahir-kan di suatu Alam yang sejahtera, dan pada waktu itu dia
akan mengetahui apa yang pernah di-alami-nya pada masa silam.

***

O Arya Vistara, seandainya Para Putra-Putri yang ber-budi telah mengetahui Sutra
Suci yang penting ini, dan mereka dapat menyalin, atau mencetak, dan menyebarkan-
nya, baik perorangan atau pun bersama, dan membuat patung Bodhisattva Ksitigarbha
dan memuja-Nya, pasti mereka akan di0anugerahi oleh Bodhisattva Mahasattva
Ksitigarbha dengan Pahala yang sangat Agung. Mereka bisa mencapai Ke-Buddha-an
se-cepat mungkin. Maka dari itu, O Arya Vistara, Anda berusaha-lah dengan cepat,
apabila Anda dapat ber-jumpa dengan Umat yang ber-budi yang menyayangi Sutra Suci
ini, memuji atau membaca Sutra Suci ini, Anda segera menggunakan berbagai cara yang
praktis untuk menguatkan batin-nya, agar mereka dapat mem-praktek-kan Dharma ini,
hingga dapat mengumpulkan ratus-an ribu kot Jasa pada masa sekarang dan pada
masa yang akan datang.

***

~ 38 ~
Buku KSITIGARBHA PURVA PRANIDHANA SUTRA

Sang Buddha melanjutkan Sabda-Nya, O Arya Samantavistara yang ber-budi, di


masa yang akan datang, apabila Para Umat di waktu tidur-nya sering ber-mimpi dan
melihat banyak Makhluk halus datang mengganggu mereka, merintih dengan suara
yang amat menyedihkan, atau menangis ter-sedu-sedu, mengeluh, atau menampakkan
bayangan-nya yang amat menakutkan, atau tubuh-nya meng-gigil terus-menerus.
Ketahui-lah, O Arya Vistara, itu bukan makhluk halus, melainkan itu adalah Arwah dari
Leluhur Sang Umat yang bersangkutan, mungkin itu adalah Orangtua-nya, Anak-nya,
Adik-Kakak-nya, Suami-Istri, atau Sanak-Saudara-nya pada beberapa Keturunan
kelahiran yang silam. Karena mereka terlibat dosa berat hingga sekarang mereka masih
di-tahan di pelbagai Alam kesedihan dan tidak dapat keluar, mereka tidak mempunyai
Pelindung untuk menyelamatkan diri-nya. Maka mereka terpaksa datang ke rumah
Sanak Saudara-nya untuk meminta bantuan agar mereka mendapat peluang untuk
membebaskan diri-nya dari penderitaan.

O Arya Samantavistara yang ber-budi, sayangi-lah dan tolong-lah mereka. Mulai


sekarang, Anda boleh dengan kewibawaan atau kepandaian-Mu membantu Sang Umat
tersebut, agar mereka mendapatkan manfaat dari membaca Sutra Suci ini. Dan Sang
Umat dapat mengadakan puja bakti dengan khidmat dan membaca Sutra ini selama 3
hari sebanyak 7 kali, jika situasi-nya mengizinkan beliau dapat mengundang Para Suci
atau Bhiksu Bhiksuni dari Sangha bersama-sama dengan Para Anggota dari Keluarga
Orang yang bersangkutan untuk mengadakan puja bakti, maka hasil-nya akan lebih
baik. Ketahui-lah, bahwa setelah Sutra Suci ini selesai di-baca, maka dengan Jasa
Kebajikan ini, Leluhur atau Arwah dari Sanak Saudara Sang Umat tersebut akan
terbebas dari Alam kesedihan. Dan sejak itu, mimpi buruk atau bayangan dari Makhluk
halus itu tidak akan pernah muncul lagi.

***

Ada lagi, O Arya Vistara, jika pada masa mendatang terdapat Umat dari Kaum
rendah, Budak, Pesuruh, Pramuwisma, dan sebagai-nya, yang merasa nasib-nya selalu
di-belenggu oleh kesengsaraan dan mereka ingin ber-tobat, dan ingin merubah nasib
mereka yang buruk itu, maka mereka harus dengan sepenuh hati memberi hormat
kepada ruphang Sang Bodhisattva Ksitigarbha, kemudian menyebut Nama Beliau
sebanyak-nya 10.000 kali selama 7 hari. Berkat dari Jasa-jasa Kebajikan ini, maka kelak
mereka akan di-lahir-kan kembali menjadi Anggota dari Keluarga yang Termulia tanpa
mengalami penderitaan di Alam kesengsaraan selama ratus-an ribu masa.

***

Lagi, O Arya Vistara, jika di masa yang akan datang apabila ada Para Umat
Jambudvipa baik dari Suku Ksatriya, Brahmana, maupun Grhapati atau Kulapati, serta
Suku Bangsa apa pun, seandainya mereka mendapat karunia seorang Bayi, mereka
dapat mengadakan Upacara yang sederhana, yaitu membaca Sutra ini, atau hanya
menyebut Nama Bodhisattva Ksitigarbha sebanyak 10.000 kali selama 7 hari sejak Bayi

~ 39 ~
Buku KSITIGARBHA PURVA PRANIDHANA SUTRA

tersebut lahir. Hal ini dapat dilakukan oleh Orangtua atau Wali-nya atau Pandita,
Bhiksu, atau Bhiksuni, maka berkat dari Jasa Suci ini Sang Bayi, baik Laki-laki maupun
Perempuan, akan jarang di-timpa musibah atau malapetaka. Demikian pula, hidup-nya
akan selalu bahagia dan usia-nya pun panjang.

***

Lagi, O Arya Vistara, ada 10 Hari Suci ( Dasa-upavasatha ), yaitu Tanggal 1, 8, 14,
15, 18, 23, 24, 28, 29, dan 30 dari Penanggalan Candra Sengkala ( Kalender Lunar ). Ke-
10 Hari Suci ini sangat berarti bagi Umat-umat yang berasal dari Jambudvipa ( Alam
Manusia ), karena segala perbuatan dari Sang Umat, baik yang bersifat Kebajikan,
seperti menjalankan sila vegetarian, melepas Makhluk hidup, membaca Sutra, ber-dana
untuk keperluan Vihara, atau menyumbang Kitab Suci, atau pun perbuatan yang tidak
baik seperti membunuh, mencuri, perbuatan asusila, ber-dusta, dan karma-karma lain-
nya akan di-kumpul-kan pada hari tersebut.

O Arya Vistara, mengingat peristiwa yang penting ini, Anda harus dengan iba
mengasihani Para Umat, terutama membimbing mereka untuk membaca Sutra ini pada
Hari Suci tersebut di depan gambar Buddha atau gambar Bodhisattva, boleh juga di
depan Para Pandita, Bhiksu, atau Bhiksuni, agar daerah-daerah dari ke-4 Jurusan, yakni
Timur, Selatan, Barat, dan Utara se-luas 1 yojana tak akan terjadi musibah atau
malapetaka yang membahayakan mereka. Demikian pula Para Anggota Keluarga-nya,
baik yang ber-usia tua atau pun yang masih muda, selama mereka berada di Lingkungan
itu, mereka akan merasa aman tentram, dan selama ribu-an tahun akan tetap terbebas
dari segala siksa-an Alam kesengsaraan.

***

O Arya Vistara, mohon beritahu-kan kepada Para Umat Jambudvipa, barang


siapa dapat membaca Sutra ini pada setiap 10 ( sepuluh ) Hari Suci itu, pasti-lah se-isi
Anggota Keluarga dari rumah-nya tidak akan tertimpa musibah atau penyakit parah,
selalu cukup sandang dan pangan, Kehidupan-nya pun amat sejahtera dan bahagia.

***

Maka dari itu, O Arya Samantavistara yang ber-budi, Anda harus mengenalkan
kepada Para Umat tentang Bodhisattva Ksitigarbha yang memiliki Rddhi-Abhijnabala
yang sedemikian kuat, serta kepandaian-Nya yang sedemikian luar biasa, dan
kewibawaan-Nya yang sedemikian luhur, yang memiliki Jasa-jasa juta-an kot, dan
dengan Jasa-jasa-Nya Beliau dapat menolong Makhluk yang sengsara yang banyak-nya
sulit diperkirakan.

~ 40 ~
Buku KSITIGARBHA PURVA PRANIDHANA SUTRA

***

O Arya Vistara, sungguh, Umat Jambudvipa sangat di-sayangi oleh Sang


Mahasattva ini, walaupun Sang Umat hanya mendengar nama-Nya 1 kali, atau hanya
melihat gambar-Nya saja, bahkan hanya mendengar 3 atau 5 kata dari Sutra-Nya,
ataupun hanya membaca 1 bait syair ( gatha ), maka pada masa sekarang ini juga
mereka akan memiliki Kehidupan yang aman tentram, dan di masa yang akan datang
mereka akan dilahirkan menjadi Anggota dari Keluarga yang termulia dengan rupa yang
tampan rupawan.

***

Setelah mendengar Sabda Sang Buddha, Bodhisattva Samantavistara ber-sujud


kepada Buddha Sakyamuni seraya ber-kata, Sang Bhagava yang Termulia, sesungguh-nya,
sejak dahulu Aku telah mengenal Bodhisattva Mahasattva Ksitigarbha yang memiliki
Maha Pranidhana dan Maha Karunika ini, akan tetapi, agar Para Umat Manusia dapat
mengetahui betapa ber-manfaat atau ber-faedah-nya uraian dari Sutra ini, maka Aku
dengan sengaja ber-tanya, O Sang Bhagava, apa nama Sutra ini ? Dan dengan cara
apakah Aku harus menyebarkan Sutra Tersuci ini ?

Sang Buddha bersabda kepada Sang Samantavistara, Sutra ini mempunyai 3 nama;

1) Yang pertama adalah


Ksitigarbha Bodhisattva Purva Pranidhana Sutra
( Niat Suci Sang Ksitigarbha ).

2) Yang ke-2 adalah


Ksitigarbha Bodhisattva Purva Carya Sutra
( Pelaksanaan Dharma dari Sang Ksitigarbha ).

3) Yang ke-3 adalah


Ksitigarbha Bodhisattva Purva Sannahabala Sutra
( Kekuatan dari Niat Suci Sang Ksitigarbha ).

~ 41 ~
Buku KSITIGARBHA PURVA PRANIDHANA SUTRA

Akan tetapi, karena Bodhisattva Mahasattva Ksitigarbha sejak juta-an kalpa hingga
sekarang selalu ber-ikrar dengan Maha Pranidhana-Nya ( Niat Suci yang Maha Besar )
untuk menolong Para Makhluk yang berada di Alam Semesta, maka kamu sekalian harus
dengan tulus ikhlas mewujudkan cita-cita-Nya, terutama membantu Beliau
menyebarkan Sutra ini ke pelbagai Daerah, agar Para Umat memperoleh manfaat dari
Dharma ini.

Setelah Sang Samantavistara beserta Para Hadirin mendengar uraian dari Sang
Buddha ini, mereka semua ber-janji akan menyebarkan Sutra ini, dan dengan perasaan
gembira Sang Samantavistara ber-anjali kepada Sang Buddha dan kembali ke tempat
duduk-Nya.

**********

~ 42 ~
Buku KSITIGARBHA PURVA PRANIDHANA SUTRA

BAB 7 -
MANFAAT BAGI YANG HIDUP DAN YANG TELAH MENINGGAL DUNIA

Pada saat itu, Sang Bodhisattva Mahasattva Ksitigarbha ber-kata kepada Sang
Buddha, O Bhagava yang Termulia, menurut pendapat-Ku, Para Umat yang berasal dari
Dunia Jambudvipa ( Alam Manusia ) mudah sekali terlibat dosa yang dilakukan-nya
melalui pikiran, perkataan, dan perbuatan, walaupun mereka telah di-bimbing menjadi
baik, namun, selang tidak beberapa lama mereka menjadi buruk lagi. Terutama apabila
mereka di-goda oleh hal-hal jahat, dengan cepat sekali mereka ter-pengaruh. Kondisi
mereka bagaikan Orang yang di-bebani batu ber-jalan melintasi jalan ber-lumpur, semakin
ia melangkah semakin dalam kaki-nya ter-jerembab. Jika pada saat itu terdapat seorang
Bijaksana yang ber-sedia membantu meringankan beban batu ( dosa-nya ) itu sebagian
atau semua-nya, beruntung-lah dia !

Apabila, Tokoh yang Bijaksana itu memiliki kekuatan yang cukup dan ber-sedia
membantu Umat yang malang itu untuk keluar dari perjalanan ber-lumpur tersebut,
Beliau akan berkata, Perjalanan berat sudah terlewatkan, dan telah tiba ke jalan yang
rata, Anda harus tetap sadar dengan sepenuh hati agar tidak perlu menempuh jalan berat
yang lain lagi, karena mungkin tidak ada lagi Orang yang akan membantu Anda, sehingga
sulit bagi Anda untuk keluar dari jalan yang menyengsarakan itu.

***

Sang Ksitigarbha melanjutkan, O Bhagava yang Termulia, banyak sekali Umat


Manusia yang kondisi-nya demikian, mula-nya mereka hanya memiliki karma jahat se-
ujung rambut, akan tetapi, ber-selang tidak begitu lama, dosa mereka telah berkembang
pesat dan hukuman yang akan di-tanggung-nya menjadi berat. Karena hal-hal ini-lah
maka Aku sering meminta Para Umat agar menaruh perhatian terhadap Orang-orang,
baik Orangtua atau pun Saudara yang akan menghembus nafas-nya yang terakhir,
mereka harus mengadakan puja bakti dengan menyebut Nama Buddha atau
Bodhisattva serta berbuat Jasa Kebajikan, kemudian menyalurkan-nya kepada si
Almarhum sehingga Almarhum tidak akan mengalami perjalanan yang amat gelap.

Pada saat akan wafat, sedia-kan-lah satu tempat yang bersih dekat mayat
Almarhum, dan pasang-lah panji-panji, payung sutera, dan sebagai-nya di atas-nya,
nyalakan-lah beberapa lampu yang di-isi dengan minyak bersih dan di-letak-kan di atas
meja atau di atas peti-nya. Keluarga Almarhum boleh membaca Sutra Suci Ajaran Sang
Buddha dan menyediakan gambar Buddha serta gambar dari Para Arya dan di-gantung-
kan di tempat yang bersih. Kemudian si Pemuja atau Pandita, Bhiksu atau Bhiksuni,
dapat menyebut Nama-nama Buddha, Bodhisattva, serta Pratyeka Buddha di depan

~ 43 ~
Buku KSITIGARBHA PURVA PRANIDHANA SUTRA

gambar tersebut ( seperti Namo Amitabha Buddha, Namo Avalokiteshvara Bodhisattva,


Namo Mahasthamaprapta Bodhisattva, Namo Ksitigarbha Bodhisattva, dan lain-nya )
dengan suara yang jelas dan agak keras supaya setiap ucapan dari Nama Buddha atau
Bodhisattva terdengar oleh Arwah tersebut dan bisa di-ingat-nya terus.

***

Menurut Hukum Karma, segala perbuatan jahat dari Almarhum akan


membuahkan hasil yang setimpal, dengan kata lain, ia harus di-adili dengan Peraturan
tertentu, kemudian di-lahir-kan ke suatu Alam kesengsaraan untuk menjalani hukuman-
nya. Tetapi berkat Jasa-jasa yang di-amal-kan Keluarga-nya pada saat Almarhum akan
meninggal dunia atau setelah meninggal dunia, maka dosa-dosa yang dimiliki si
Almarhum akan musnah pada saat itu juga.

Seandai-nya ada di antara Anggota Keluarga-nya, atau Umat yang lain, ber-
sedia terus ber-Amal Kebajikan selama 49 hari sejak wafat-nya sang Almarhum, dan
Jasa Kebajikan yang berharga itu langsung disalurkan kepada si Almarhum, maka
Almarhum tdak akan dijatuhkan ke Alam sengsara, dan sebagai gant-nya, dia akan
menikmat Kebahagiaan di Surga atau di Alam Manusia terus-menerus. Di samping
itu, Keluarga-nya yang masih berada di Dunia juga memperoleh Pahala Keberuntungan
yang banyak.

***

Lebih penting lagi, O Bhagava yang Termulia, Sang Ksitigarbha melanjutkan,


Sekarang, di depan Buddha, Bodhisattva Mahasattva, Para Dewa, Naga, Kelompok
Makhluk Manusia atau yang bukan Manusia serta Para Hadirin sekalian, dengan tulus hati
Aku memberikan nasehat dan ber-pesan agar Para Umat yang berasal dari Dunia
Jambudvipa tidak melakukan penyembelihan Makhluk apa pun, dan tidak mengadakan
Upacara yang tidak layak, seperti mengundang atau menyembah Para Makhluk halus dan
Jin-jin yang ber-penghuni di tengah-tengah air atau di gunung mana pun untuk datang ke
rumah, dan menerima sajian dari penyembelihan Makhluk hidup itu.

Apabila ada Anggota Keluarga yang meninggal, kalau Umat mengadakan


Upacara dengan sajian hasil pembunuhan, hal itu sama sekali tidak memberikan
manfaat sedikit pun kepada si Almarhum, melainkan dosa Almarhum ber-tambah
berat. Walaupun Almarhum pernah ber-Amal Jasa se-waktu dia berada di Dunia, dan
dia pernah di-anugerahi oleh Para Arya lain-nya untuk mendapat kesempatan lahir di
Surga, namun, jika Keluarga-nya melakukan pembunuhan untuk di-persembah-kan
kepada Jin-jin, maka ia harus di-adili oleh Sang Kuasa atas Makhluk-makhluk yang di-
bunuh oleh Keluarga-nya itu, akibat dari hal itu, sang Almarhum tidak dapat dilahirkan
di Surga dalam waktu tertentu.

~ 44 ~
Buku KSITIGARBHA PURVA PRANIDHANA SUTRA

Apabila sang Almarhum sama sekali tidak pernah berbuat Jasa Kebajikan se-masa
hidup-nya, jika di-tambah lagi karma pembunuhan, pasti dia akan menanggung karma
itu di Alam kesengsaraan. Peristiwa itu persis seperti seseorang yang datang dari
tempat yang jauh dan sudah 3 hari beliau belum makan atau minum karena bekal-nya
habis dan pundak-nya sedang di-bebani ratus-an kilo barang, lalu beliau bertemu
dengan Anggota Keluarga-nya di tengah perjalanan dan mereka menambah lagi
beberapa barang di pundak-nya, sehingga kondisi-nya menjadi semakin buruk dan
gawat.

***

Sang Ksitgarbha melanjutkan dan meyakinkan Para Hadirin, O Bhagava yang


Termulia, akan tetapi, jika Umat Jambudvipa tersebut berbuat Kebaikan dengan ber-
pedoman kepada Ajaran Sang Buddha, meskipun Kebaikan itu hanya se-ujung rambut
atau se-tetes air, atau hanya se-butr pasir, bahkan se-halus debu, namun manfaat-nya
akan sedemikian besar dan sempurna.

***

Pada saat itu, di dalam Persamuan Agung di Istana Trayastrimsa terdapat seorang
Grhapati bernama Mahapratibhana, beliau telah lama mencapai Nirvana, akan tetapi
dengan tubuh jelma-an sebagai seorang Grhapati, Beliau selalu hadir di 10 Penjuru Alam
Buddha guna menyelamatkan Para Makhluk sengsara. Beliau bangkit dari tempat duduk-
Nya dan merangkupkan ke-dua telapak tangan ber-tanya kepada Bodhisattva Ksitigarbha,

O Arya Ksitigarbha yang Maha Welas Asih, jika ada Umat Jambudvipa yang telah
wafat, dan Anggota dari Keluarga-nya, baik yang tua atau yang muda, ada yang ber-hasrat
meng-Amal-kan berbagai sajian yang berharga seperti membuat panji, payung ber-tirai,
gambar Buddha, gambar Para Arya, nyala lampu, dan ber-doa menyebut Nama Buddha
atau Bodhisattva, membaca Sutra, dan sebagai-nya. Atau mereka menyediakan sandang
pangan melaksanakan Upavasatha untuk Para Bhiksu Sangha seperti ber-dana makanan-
minuman, jubah, perabot, dan sebagai-nya. Atau mereka terus menanam benih Kebaikan
( umpama-nya mereka ber-dana uang atau makanan dan baju untuk rumah yatim piatu,
Para Pengungsi yang ter-kena musibah, membangun Vihara, Stupa, mencetak Kitab Suci,
dan sebagai-nya ), kemudian Jasa ini di-salur-kan kepada sang Almarhum. Apa-kah
dengan Berkah dan Kebajikan yang dilakukan oleh Keluarga-nya, si Almarhum dapat
menikmati Pahala tersebut dan akan memperoleh kebebasan ?

O Grhapati yang Bijak, Sabda Sang Ksitigarbha, Baik sekali pertanyaan-Mu.


Sekarang berkat kewibawaan Sang Buddha dan demi kepentingan bagi semua Makhluk di
masa sekarang atau di masa yang akan datang, Aku akan men-jawab pertanyaan-Mu
secara singkat. O Grhapat, ketahui-lah, Para Umat dari masa apa pun, seandai-nya

~ 45 ~
Buku KSITIGARBHA PURVA PRANIDHANA SUTRA

pada detk-detk terakhir se-waktu mereka akan menghembuskan nafas-nya yang


terakhir, apabila mereka dapat mendengar Nama Buddha atau Bodhisattva, walaupun
hanya nama dari seorang Pacceka Buddha saja, si Almarhum, yang walaupun telah
memiliki dosa atau pun tdak, ia past dapat membebaskan diri-nya dari Alam
kesengsaraan.

Akan tetapi, O sang Grhapat yang Bijaksana, bagi Para Umat, baik Pria
maupun Wanita, yang se-waktu masih berada di Dunia enggan menanam benih
Kebaikan, melainkan senang melakukan karma jahat hingga dosa-nya banyak sekali,
meskipun Keluarga-nya banyak mengamalkan Jasa Kebaikan kepada sang Almarhum
setelah beliau meninggal dunia, maka jasa apa saja yang terdiri dari 7 bagian, sang
Almarhum hanya dapat menerima 1 bagian saja dan 6 bagian lain-nya akan di-nikmat
oleh Keluarga-nya yang berada di Dunia.

Maka dari itu, para Pria atau Wanita yang berada di masa sekarang atau di masa
mendatang harus sadar dan bijaksana, dan se-dini mungkin, dengan menggunakan
kesempatan yang amat berguna ini, selama masih sehat dan kuat, mempraktekkan
Dharma luhur untuk menyelamatkan diri dari penderitaan tumimbal lahir. Dan semua
hasil kebajikan yang dilakukan-nya akan di-nikmati oleh Umat itu sendiri tanpa meleset
sedikit pun.

***

Apabila sang Umat enggan sadar secara bijaksana terhadap peristiwa yang
penting ini, maka pada saat maut yang disebut Setan Anitya ( Hukum Ke-tidak-kekal-
an ) datang, maka Arwah dari sang Almarhum akan seperti Makhluk halus yang terbang
tanpa tujuan, karena mereka tidak mengerti dosa dan jasa yang pernah di-buat selama
masih hidup.

Kini, dalam waktu 49 hari sejak wafat, sang Almarhum akan merasa seperti Orang
tuli dan bisu, atau Orang yang sedang menderita penyakit jiwa yang di-terjun-kan di suatu
Alam yang asing. Atau, karena Hukum Karma, Arwah-nya harus jatuh ke Alam Yamaraja
( Raja Neraka ) untuk menunggu hukuman-nya. Saat keputusan-nya belum ditentukan
oleh Sang Kuasa, dan Arwah-nya belum dapat di-lahir-kan, maka saat itu kecemasan,
kemurungan, akan mempengaruhi perasaan Arwah si Almarhum. Terutama apabila
beliau di-lahir-kan di pelbagai Alam kesengsaraan. Ketahui-lah, saat si Almarhum sedang
di-landa kesedihan selama 7 minggu itu, dia selalu mengenang akan Keluarga-nya yang
telah di-tinggal-kan di Dunia. Maka pada waktu ini sangat-lah di-harap-kan agar Para
Umat dapat meng-Amal-kan Jasa-jasa se-banyak-banyak-nya untuk menyelamatkan si
Almarhum, agar beliau dapat dengan cepat keluar dari Alam sengsara.

Sebab, walaupun dia tadi-nya seorang yang kuat, tapi setelah menjadi Arwah
datang ke Akhirat dia tak dapat ber-buat apa-apa lagi. Setelah selang 49 hari ( kadang-

~ 46 ~
Buku KSITIGARBHA PURVA PRANIDHANA SUTRA

kadang tak pasti ), apabila vonis-nya selesai, si Almarhum harus menurut Hukum Karma-
nya di-hukum sesuai dengan perbuatan yang pernah di-lakukan-nya se-masa masih hidup
di Dunia. Apabila sang Umat benar-benar berdosa, berarti dia akan menerima
hukuman-nya di Alam Neraka hingga juta-an tahun dan sulit mem-bebas-kan diri lagi.
Terutama Orang yang telah berbuat dosa durhaka dari Pancanantarya ( 5 perbuatan
durhaka ). Pasti-lah Arwah-nya akan di-terjun-kan ke Neraka utama hingga ribu-an
kalpa, bahkan puluh-an ribu kalpa, sulit mendapat kesempatan untuk keluar.

Lalu Sang Ksitigarbha melanjutkan Sabda-Nya, Lagi, O Grhapati yang bijaksana,


kita harus tahu, bahwa Umat yang baru meninggal dunia, Keluarga-nya atau Sanak
Saudara-nya harus mengadakan puja bakt dengan cara men-dana-kan sandang
pangan bentuk Upacara Upavasatha di depan Orang suci, dengan Kebajikan ini mereka
dapat meringankan dosa Almarhum.

Tapi, sebelum Upacara-nya di-mulai, air yang digunakan untuk men-cuci beras,
sayur, dan makanan lain-nya tidak boleh mengotori Tempat Suci tersebut, dan saji-saji-
an, sebelum di-puja-kan pada gambar Buddha dan Para Arya, atau sebelum
dipersembahkan kepada Para Bhiksu Sangha atau Para Tokoh Bijaksana, tidak boleh di-
makan dulu-an oleh Anggota Keluarga-nya.

Apabila si Pemuja dengan sengaja melanggar Tata Krama atau kurang menaruh
perhatian terhadap hal ini, sehingga tempat dan suasana-nya kurang suci dan khidmat,
maka si Almarhum sulit menerima Jasa-jasa yang di-salur-kan oleh Keluarga-nya.
Upacara tersebut harus ber-jalan lancar hingga selesai, saji-an dan tempat-nya harus
tetap suci bersih seperti semula-nya. Demikian juga, puji-an terhadap gambar Buddha
dan Para Arya serta Para Bhiksu Bhiksuni Sangha, harus dilaksanakan dengan baik.

Apabila Upacara-nya berhasil dengan baik, maka si Almarhum akan menerima


Jasa tersebut se-banyak satu per tujuh.

Maka dari itu, O Sang Grhapati yang bijak, apabila Para Umat dari Dunia
Jambudvipa itu hendak meng-Amal-kan Jasa untuk Orangtua-nya atau Sanak Saudara-nya,
maka pada saat beliau akan menghembus nafas-nya yang terakhir, mereka harus dengan
perasaan tulus dan khidmat membuat Upacara Upavasatha atau puja bakti lain-nya. Jika
mereka dapat berbuat demikian, manfaat-nya baik bagi Orang yang telah meninggal atau
yang masih hidup akan sangat baik.

***

Ketika Sang Bodhisattva Ksitigarbha mengakhiri Sabda-Nya, terdapat juta-an kot


nayuta Makhluk Surga dan Bumi serta Para Raja Setan yang berasal dari Dunia
Jambudvipa, semua yang berada di arena Persamuan Agung di Istana Trayastrimsa itu

~ 47 ~
Buku KSITIGARBHA PURVA PRANIDHANA SUTRA

membangkitkan Bodhicitta-Nya ( ber-cita-cita melaksanakan Dharma dan ber-niat


menyelamatkan Makhluk sengsara ) se-dalam-dalam-nya. Kemudian Sang Grhapati
Mahapratibhana ber-anjali kepada Buddha Sakyamuni dan Sang Ksitigarbha, setelah itu
Beliau kembali ke tempat duduk-Nya.

**********

~ 48 ~
Buku KSITIGARBHA PURVA PRANIDHANA SUTRA

BAB 8 -
PUJIAN YAMARAJA BESERTA PARA PENGIKUT-NYA

Pada saat itu, terdapat rombongan Raja Setan yang di-pimpin Para Yamaraja yang
jumlah-nya banyak sekali, semua telah tiba di Istana Trayastrimsa. Nama-nama dari Raja
Setan tersebut adalah, Raja Setan Selaku Raja Kejahatan, Raja Setan Berupa-rupa
Kejahatan, Raja Setan Pertengkaran, Raja Setan Macan Putih, Raja Setan Macan Darah,
Raja Setan Macan Merah, Raja Setan Menyebar Petaka, Raja Setan Terbang, Raja Setan
Kilat Petir, Raja Setan Ber-gigi Serigala, Raja Setan 1.000 Mata, Raja Setan Khusus Penelan
Binatang, Raja Setan Pemikul Batu, Raja Setan Pengurus Pemborosan, Raja Setan
Pengurus Bencana, Raja Setan Pengurus Makanan, Raja Setan Pengurus Harta Benda, Raja
Setan Pengurus Ternak, Raja Setan Pengurus Unggas-unggas, Raja Setan Pengurus
Binatang, Raja Setan Pengurus Para Iblis, Raja Setan Pengurus Kelahiran, Raja Setan
Pengurus Nyawa, Raja Setan Pengurus Penyakit, Raja Setan Pengurus Kecelakaan, Raja
Setan Ber-mata 3, Raja Setan Ber-mata 4, Raja Setan Ber-mata 5, Raja Setan Kiris, Raja
Setan Maha Kiris, Raja Setan Kriksa, Raja Setan Maha Kriksa, Raja Setan Anotha, Raja
Setan Maha Anotha, dan Raja Setan lain-lain-nya. Setiap Raja Setan memimpin ratus-an
ribu Raja Setan Muda yang berasal dari Jambudvipa, semua mempunyai tugas dan
kedudukan masing-masing. Mereka semua bersama Yamaraja. Berkat kekuatan batin
Sang Buddha dan Ksitigarbha Bodhisattva, mereka dapat berada di Istana Trayastrimsa
untuk mendengar khotbah Sang Buddha dengan berdiri.

Saat itu, Sang Yamaraja ber-sujud kepada Sang Buddha seraya ber-kata, O Bhagava
yang Termulia, berkat kewibawaan Sang Buddha serta kekuatan Rddhi Abhijnabala Sang
Bodhisattva Ksitigarbha, kami dapat memperoleh kesempatan mengunjungi Istana
mewah di Surga Trayastrimsa. Sungguh besar manfaat-nya dan sungguh mem-bahagia-
kan, O Bhagava yang Termulia. Sekarang kami ingin menanyakan kepada Sang Buddha
suatu hal yang masih kami ragu-kan, sudi kira-nya Sang Bhagava menerangkan-nya
kepada Kami.

Sang Buddha ber-sabda kepada Sang Yamaraja, O Sang Yamaraja yang Terhormat,
baik sekali. Hal-hal apa-kah yang masih Engkau ragu-kan ? Sebut-kan-lah satu per satu,
tentu saja Aku bisa menjelaskan-nya kepada-Mu.

***

Pada waktu itu, Sang Raja dari Yama Loka itu ber-anjali kepada Sang Buddha serta
mengarahkan muka-Nya kepada Sang Ksitigarbha, lalu ber-kata, O Bhagava yang
Termulia, menurut kesimpulan yang Kami amati, selama ini Sang Bodhisattva Ksitigarbha
telah menggunakan ratus-an ribu jenis daya upaya yang praktis untuk menyelamatkan
Para Makhluk yang berdosa di 6 gatya Kehidupan, dan hingga sekarang pekerjaan-Nya
masih ber-jalan terus tanpa berhenti dan tanpa merasa lelah-letih sedikit pun ! Akan

~ 49 ~
Buku KSITIGARBHA PURVA PRANIDHANA SUTRA

tetapi, hal-hal yang terpuji ini masih tetap membingungkan Kami sekalian. Pada hakikat-
nya, Sang Bodhisattva telah menggunakan kekuatan-Nya yang demikian hebat untuk
menolong Makhluk hidup, namun betapa mengagetkan, Para Makhluk hidup yang baru
saja bebas dari dosa-nya, ber-selang tidak beberapa lama, mereka terjun lagi ke Alam
kesengsaraan ! O Bhagava yang Termulia, Ksitigarbha Bodhisattva jelas memiliki kesaktian
yang luar biasa dan tak terbayangkan, tetapi, mengapa Para Makhluk tidak dapat di-buat-
nya tetap berada di Jalan Kebaikan dan mencapai kebebasan ? Sudi-lah kira-nya Sang
Bhagava menerangkan-nya kepada Kami sekalian.

Sang Buddha ber-sabda kepada Sang Yamaraja, Sang Raja yang Terhormat,
maklumi-lah, Umat dari Jambudvipa ada sebagian yang memiliki pembawaan yang
sangat keras dan amat sulit untuk membina-nya untuk dapat menjadi seorang Penganut
Suci. Akan tetapi, Yang Maha Welas Asih Sang Mahasattva Ksitigarbha tersebut tetap
memperjuangkan pembebasan Makhluk sengsara dengan semangat yang tinggi serta
keuletan-Nya hingga juta-an kalpa. Para Umat satu demi satu di-selamatkan-Nya, agar
mereka dapat dengan cepat bebas dari dosa-nya. Termasuk Para Umat yang berdosa
berat yang berada di Alam Neraka, pekerjaan utama Beliau adalah mencabut akar-akar
karma dari sang Umat, kemudian memberitahu kepada-nya asal-usul karma yang di-
buat oleh Umat tersebut pada masa silam, supaya mereka dengan cepat dapat
membangkitkan kesadaran-nya. Tetapi karena segala tindak tanduk Manusia
cenderung pada kejahatan, oleh karena itu, mereka yang baru saja keluar dari Jalan
Kesengsaraan, tak selang beberapa lama mereka terjun lagi ke Alam tersebut. Karena
hal itu-lah Sang Bodhisattva Ksitigarbha selalu mengalami ke-susah-payah-an di tengah
perjuangan pembebasan Makhluk sengsara itu hingga sedemikian lama.

***

Sang Buddha melanjutkan Sabda-Nya, Ibarat-nya terdapat seorang yang tersesat


dan tidak mengerti tempat asal-nya ( yaitu jiwa Buddha yang di-miliki-nya ) dan sejauh itu
beliau terus mondar mandir di Jalan Penderitaan ( Alam sengsara ) dan di dalam
lingkungan-nya yang penuh sesak di-huni oleh berbagai Yaksa jahat ( 3 akar sifat
kejahatan; ketamakan, kebencian, kebodohan batin ), serta harimau, serigala, singa,
bengkarung ber-bisa, ular ber-bisa, dan kalajengking ber-sengat ( yaitu 10 macam
perbuatan jahat ). Maka jalan itu amat bahaya bagi Orang yang tersesat, dan tak lama ia
akan menjadi korban dan jatuh ke Alam penderitaan. Untung-lah datang seorang Arya
atau Tokoh Bijak yang ber-pengalaman, yang amat luhur, dapat mencegah racun-racun
dari Makhluk atau Satwa yang ber-bahaya tersebut, melihat si tersesat sedang berada di
jalan bahaya, maka ia dengan iba hati cepat me-nasehat-kan kepada-nya, Wahai, Putra-
Ku yang tersayang, apa sebab-nya Anda berani masuk ke jalan yang ber-bahaya ini ? Apa-
kah Anda benar-benar memiliki daya upaya yang sakti dan mampu melawan racun-racun
serta berani menaklukkan Para Margasatwa yang buas itu ? Setelah mendengar nasehat
dari Tokoh Bijak, si tersesat menjadi sadar bahwa ia berada di jalan yang ber-bahaya dan
ingin sekali dengan langkah cepat meninggalkan jalan penderitaan ( berarti Jalan Lahir
dan Mati ) itu. Kemudian sang Tokoh Bijak itu menyambut tangan-nya dan membimbing-
nya untuk keluar dari jalan tersebut, agar si tersesat tidak akan menjadi korban dan dapat

~ 50 ~
Buku KSITIGARBHA PURVA PRANIDHANA SUTRA

menyeberangkan diri-nya ke suatu jalan yang aman atau ke Pantai Sana untuk
menikmati Kebahagiaan.

Sang Tokoh Bijak kembali memberi nasehat, Wahai, si tersesat yang Ku-sayangi,
mulai dari hari ini hingga kapan saja, jangan lagi kembali ke jalan yang ber-bahaya ini.
Ketahui-lah, telah banyak Umat yang tersesat di jalan ini dan sulit mendapat kesempatan
untuk keluar dan akhir-nya menjadi korban yang malang. Setelah si tersesat mendengar
peringatan tersebut, beliau merasa amat terharu di dalam hati-nya. Se-waktu mereka
akan berpisah, sang Tokoh Bijak ber-kata lagi, Apabila Anda melihat Sanak Saudara-mu
atau Umat-umat yang lain, baik Pria maupun Wanita, mohon memberitahu kepada
mereka bahwa jalan ini amat ber-bahaya, siapa pun yang tersesat di Lingkungan ini pasti
akan menjadi korban. Tolong nasehati-lah Para Umat yang lain agar tidak terlibat pada
kematian yang percuma.

Ini-lah perumpamaan-Ku, O Sang Raja yang Terhormat, Sang Bodhisattva


Ksitigarbha tidak berbeda dengan sang Tokoh Bijak tadi. Beliau dengan iba hati dan Maha
belas kasihan, menyambut tangan sang Umat yang berdosa untuk keluar dari pelbagai
Alam kesengsaraan lalu di-lahir-kan ke Surga atau ke Alam Manusia. Ada sebagian besar
dari Para Umat yang berdosa yang telah sadar diri, dan setelah mereka terbebas dari
dosa-nya, mereka tidak akan terlibat lagi dalam kematian yang percuma itu. Keadaan-nya
sama seperti si tersesat tadi, walaupun ia pernah terjatuh ke dalam Lingkungan yang ber-
bahaya dan di-ancam oleh Para Makhluk jahat, tapi setelah tangan-nya di-tarik oleh sang
Tokoh Bijak, lantas ia sadar, lalu dengan langkah cepat ia meninggalkan tempat tersebut,
bahkan beliau dapat mengulangi nasehat-nasehat dari sang Tokoh Bijak tersebut kepada
Para Umat lain se-waktu ia melihat ada Umat yang akan masuk ke jalan ber-bahaya itu.
Dan di samping itu, ia juga selalu mengisahkan tentang apa yang pernah di-alami-nya
kepada Para Umat yang kurang waspada.

Akan tetapi, masih terdapat sebagian Umat yang memiliki dosa berat, meskipun
mereka sudah keluar dari jalan ber-bahaya tersebut, mungkin disebabkan pendirian-nya
yang kurang teguh, tak selang beberapa lama, mereka masuk kembali ke jalan yang ber-
bahaya tersebut, dan mereka sama sekali tidak mengingat lagi apa-kah jalan itu sudah
pernah di-lewati atau belum. Kemudian mereka tersesat lagi karena mereka ter-giur oleh
nafsu duniawi. Begitu-lah akhir-nya mereka menjadi korban dan harus menjalani
hukuman di Alam kesengsaraan lagi. Namun, Umat yang kurang kesadaran ini, masih
tetap di-selamat-kan oleh Sang Ksitigarbha dengan berbagai daya upaya yang tepat, agar
mereka dapat terbebas dari Alam kesengsaraan tersebut, dan dapat di-lahir-kan di Surga
atau Dunia Manusia. Tetapi apabila pendirian dan keyakinan mereka masih ber-goyah,
tidak teguh, atau karma-nya masih se-demikian berat, atau sama sekali tidak memiliki
kesadaran, walaupun sudah di-beri peringatan, maka Umat yang seperti ini selama ber-
juta-juta kalpa tetap harus berada di Alam Neraka.

***

~ 51 ~
Buku KSITIGARBHA PURVA PRANIDHANA SUTRA

Pada saat itu, Sang Raja Setan merangkupkan ke-dua telapak tangan-nya,
memberi hormat kepada Sang Buddha seraya ber-kata, O Bhagava yang Termulia,
kami selaku Pemimpin dari berbagai rombongan Setan, yang mana memiliki Anak
buah yang sangat banyak, yang semua-nya ber-tugas di Jambudvipa. Berhubung
karena akibat karma, Sanak Keluarga kami se-waktu ber-keliling di Alam Manusia lebih
banyak berbuat kejahatan daripada Kebajikan. Tetapi, se-waktu mereka melewat satu
rumah ke rumah lain-nya dalam satu Kota, atau dalam satu Kampung, baik di Desa,
kebun, pekarangan, dan sebagai-nya, apabila Para Setan melihat ada Pria atau Wanita
yang berbuat Kebaikan, walaupun hanya sedikit saja, terutama mereka yang
memasang panji, payung ber-trai di atas ruphang Buddha dan ruphang Para
Bodhisattva, walaupun hanya menyediakan sedikit persembahan, yaitu dupa, buah-
buah-an, bunga-bunga-an, yang di-letak-kan di atas Altar Buddha dan membaca Sutra
Ajaran Sang Buddha dan menyebut Nama Buddha atau Bodhisattva, atau pun hanya
membaca beberapa bait gatha ( syair ) yang ter-cantum-kan di dalam Kitab Suci Ajaran
Sang Buddha, maka Orang yang ber-budi ini akan selalu di-hormat oleh Para Setan,
dan mereka selalu di-pandang oleh Para Setan sebagai Para Buddha di masa lalu,
sekarang, dan yang akan datang. Dan kami selaku Raja Setan selalu memerintahkan
Anak buah kami yakni Setan-setan yang memiliki kekuatan beserta Para Dewa Bumi
untuk melindungi mereka dan mencegah hal-hal yang jahat dan ber-macam-macam
musibah penyakit-penyakit aneh yang parah, atau hal-hal yang kurang baik yang
dapat mengganggu Lingkungan mereka, untuk tdak terjadi, terutama yang dapat
menimpa Keluarga mereka.

Sang Buddha memuji Raja Setan, Sadhu, Sadhu, Sadhu ! Karena Kamu sekalian
beserta Para Raja dari Yama Loka bersedia melindungi Para Pria dan Wanita yang ber-
budi, Aku akan memohon kepada Raja Indra di Istana Trayastrimsa serta Raja Brahma di
Surga Brahmakajika agar dapat membantu Kalian, supaya tugas Kalian dapat ber-jalan
dengan lancar.

***

Setelah Sabda Sang Buddha selesai, di dalam Persamuan Agung tersebut terdapat
seorang Raja Setan yang bernama Raja Setan Pengurus Nyawa, ber-kata kepada Sang
Buddha, O Bhagava yang Termulia, berhubung karena akibat karma, kami ber-tugas
mengurus nyawa dari Para Umat Jambudvipa, baik kelahiran-nya maupun kematian-
nya, Aku-lah yang mengurus-nya. Sebenarnya, cita-cita-Ku hendak memberi manfaat
kepada Manusia, namun mereka enggan memperhatikan, atau enggan menerima
nasehat-Ku, sehingga mereka, terutama yang baru lahir maupun yang akan meninggal
dunia, tidak mendapat perlindungan dan keselamatan, sebab Para Umat dari
Jambudvipa, baik Pria maupun Wanita, se-waktu melihat sang Ibu yang mengandung
atau hendak melahirkan, mereka seharusnya banyak berbuat Kebaikan untuk
menambah suasana Kebajikan dalam Rumah Tangga-nya, sehingga Kehidupan mereka
menjadi lebih aman dan sentosa. Dengan melihat Para Umat berbuat Kebajikan, Para
Dewa Bumi merasa amat gembira dan senang memberi perlindungan kepada sang Ibu
dan Anak-nya, sehingga mereka beserta seluruh Keluarga-nya selalu dalam keadaan
sehat dan bahagia. Dan pada saat sang Bayi lahir ke Dunia, jangan-lah membunuh

~ 52 ~
Buku KSITIGARBHA PURVA PRANIDHANA SUTRA

Makhluk ber-nyawa dengan alasan untuk sang Ibu, atau di-jadi-kan hidangan untuk
mengundang Para Sanak Saudara untuk datang ke rumah-nya dan ber-pesta makan
daging dari hasil pembunuhan serta menikmati minuman keras, atau ber-main musik,
menari, dan menyanyi. Hal ini dapat mengakibatkan sang Bayi dan Ibu-nya tidak dapat
merasa aman dan tentram.

Mengapa perbuatan tersebut harus di-hindari ? Karena pada saat sang Ibu akan
melahirkan, atau sedang mengalami kesukaran dalam melahirkan, waktu itu Para Setan
jahat, jin-jin liar, serta Makhluk halus lain-nya datang ke rumah sang Umat, karena
mereka ingin me-minum darah kotor yang ber-bau itu. Apabila kedatangan mereka Aku
ketahui, maka Aku segera memerintah Para Dewa Bumi untuk melindungi sang Ibu dan
Bayi-nya, supaya mereka tetap selamat. Di samping itu, Keluarga-nya semestinya harus
ber-syukur serta banyak berbuat Jasa Kebajikan untuk ber-Terimakasih pada Para Dewa,
karena sang Bayi dan Ibu-nya, ke-dua-dua-nya telah di-selamat-kan oleh-Nya. Namun,
ada sebagian Umat yang tidak hanya melupakan budi ini, melainkan mereka berani
melakukan pembunuhan terhadap nyawa hewan, dan beramai-ramai beserta Para
Sanak Saudara ber-pesta pora me-makan daging Makhluk hidup dan mengganggu
ketentraman suasana Rumah Tangga. Hal ini tentu akan membahayakan nyawa sang
Bayi dan Ibu-nya, betapa menyedihkan !

***

Demikian juga, Para Umat dari Jambudvipa ( Alam Manusia ), pada saat mereka
akan meninggal dunia, baik yang berdosa berat atau tidak, semua-nya akan Ku-bantu,
agar mereka tidak akan di-terjun-kan ke Alam kesengsaraan. Apabila sang Umat suka
berbuat Kebaikan pada masa hidup-nya, dapat mempermudah tugas-Ku, pasti-lah si
Almarhum dapat membebaskan diri dari segala rintangan secara cepat. Seperti di-
ketahui, Para Umat se-waktu akan meninggal dunia, waktu itu akan datang ratus-an
ribu Iblis jahat atau Makhluk halus dari pelbagai Alam sengsara. Mereka men-jelma-
kan tubuh-nya menjadi seperti Ayah atau Ibu, atau Sanak Saudara dari si Almarhum,
dan dengan sikap amat akrab mereka menyambut Almarhum, agar si Almarhum
dengan cepat mengikuti mereka untuk di-terjun-kan ke Alam kesedihan. Jika si
Almarhum berdosa berat, maka dengan cepat beliau akan mengikuti Para Iblis jahat
tersebut ber-sama-sama untuk pergi ke Alam Neraka.

Mengapa si Almarhum se-demikian mudah di-perdaya-kan, O Bhagava yang


Termulia ? Sebab, pada saat sang Umat akan meninggal dunia kesadaran-nya amat
gelap dan beliau amat bingung, ia sama sekali tidak bisa membedakan hal mana yang
baik dan hal mana yang buruk, pikiran-nya keruh sekali. Bahkan mata dan telinga-nya
serta indera lain pun tidak ber-fungsi lagi, maka dia mudah sekali di-perdaya oleh Para
Iblis jahat. Pada saat itu, Keluarga-nya harus sadar dan cepat-cepat mengadakan puja
bakti secara khidmat dan mengundang Para Tokoh Suci, Pandita, atau Bhiksu, atau
Bhiksuni, dan sebagai-nya, untuk membaca Sutra dari Buddha Dharma, atau
memuliakan Nama Buddha dan Nama Bodhisattva, kemudian Jasa berharga ini di-salur-
kan kepada si Almarhum, pasti-lah sang Almarhum dapat bebas dari Alam

~ 53 ~
Buku KSITIGARBHA PURVA PRANIDHANA SUTRA

kesengsaraan, dan Para Iblis jahat, Para Makhluk halus lain-nya akan lenyap total dari
pandangan si Almarhum.

Yang terpenting, O Bhagava yang Termulia, baik Makhluk apa pun, pada saat
mereka akan meninggal dunia, seandai-nya mereka dapat mendengar Nama dari
seorang Buddha atau Nama dari seorang Bodhisattva, atau 1 bait gatha, atau perkataan
dari Sutra Mahayana, maka dengan Kebajikan ini, sang Umat, walaupun telah memiliki
dosa atau karma berat, pasti akan mendapat kebebasan, kecuali mereka yang
melakukan dosa dari 5 perbuatan durhaka dan dosa pembunuhan.

***

Sang Buddha ber-sabda kepada Raja Setan Pengurus Nyawa, O Raja Setan yang
ber-budi, sungguh, Anda adalah seorang Raja yang Maha Welas Asih. Anda berani ber-
janji kepada Para Umat, baik yang akan lahir atau yang akan meninggal dunia, bahwa
Anda ber-tekad melindungi mereka atau membantu mereka agar terbebas dari
kesengsaraan. Mudah-mudah-an usaha Anda dapat berhasil dengan baik. Dan jangan-lah
Anda menunda atau melupakan janji-Mu yang sedemikian Agung itu. Bila terdapat
seorang Wanita yang mengalami kesukaran dalam melahirkan dan beliau meninggal
dunia, usahakan-lah untuk membantu-nya juga.

Sang Raja Setan ber-kata kepada Sang Buddha, O Bhagava yang Termulia, mohon
Anda tak usah khawatir terhadap masalah ini. Aku sengaja men-jelma-kan diri-Ku hingga
se-demikian maksud-nya tiada lain, hanya satu, yaitu akan Ku-usaha-kan agar Para Umat
Jambudvipa, baik yang baru lahir atau yang akan meninggal dunia, agar keadaan-nya
tetap tenang, aman, dan bahagia. Seandai-nya Para Umat dapat menaruh perhatian dan
yakin terhadap nasehat yang Kami sampai-kan tersebut, pasti-lah mereka akan
memperoleh manfaat dan akan terbebas dari segala kesengsaraan.

***

Pada saat itu Sang Buddha mem-beritahu kepada Bodhisattva Ksitigarbha, O Sang
Ksitigarbha Yang Maha Welas Asih, ketahui-lah, Raja Setan yang bernama Pengurus
Nyawa ini, sejak Beliau memiliki identitas Raja Setan hampir ratus-an ribu masa Beliau
selalu menolong Para Makhluk yang sengsara. Karena perasaan Beliau dan cita-cita-Nya
yang se-demikian welas asih dan agung, maka Beliau dengan sengaja men-jelma-kan diri-
Nya menjadi seorang Raja Setan, padahal bukan ! Sesungguh-nya Beliau adalah seorang
Bodhisattva yang penuh welas asih, yang ber-niat menyelamatkan Umat dari penderitaan
dan kira-kira 170 kalpa lagi, Beliau akan menjadi seorang Buddha, dan gelar-Nya adalah
Animitta Tathagata, Nama kalpa-nya Sukham, Nama-nya di Alam Manusia adalah
Posadha dan usia-Nya panjang sekali sulit di-hitung dengan masa kalpa. O Sang
Ksitigarbha, demikian-lah tentang karir Raja Setan, yang hasil kerja-nya pun terlampau

~ 54 ~
Buku KSITIGARBHA PURVA PRANIDHANA SUTRA

banyak untuk di-terang-kan secara keseluruhan, terutama Para Umat Manusia serta Para
Dewa yang pernah di-selamat-kan oleh Beliau juga tak terhingga banyak-nya.

**********

~ 55 ~
Buku KSITIGARBHA PURVA PRANIDHANA SUTRA

BAB 9 -
MANFAAT MENYEBUT NAMA BUDDHA

Sang Bodhisattva Mahasattva Ksitigarbha ber-kata kepada Sang Buddha, O


Bhagava Yang Termulia ! Sekarang Aku ingin menguraikan suatu cara yang mudah dan
ber-manfaat untuk Para Umat di masa yang akan datang, agar mereka dapat me-
manfaatkan-nya pada saat kelahiran dan kematian yang mana selalu mereka alami dari
masa ke masa.

Sang Buddha ber-sabda pada Bodhisattva Ksitigarbha dengan ber-kata, O Arya


Ksitigarbha Yang Maha Welas Asih, benar, sekarang adalah waktu yang tepat untuk
menjelaskan-nya. Demi semua Makhluk yang berdosa, yang masih berada di 6 Alam
Kehidupan itu. Penjelasan-Mu dapat membantu Para Umat untuk dapat bebas dari
berbagai penderitaan. Uraikan-lah, O Arya Ksitigarbha. Beberapa saat lagi Aku akan
parinirvana, dan apabila cita-cita-Mu telah tercapai, Aku tidak akan khawatir lagi tentang
Para Umat yang berada di masa sekarang dan di masa mendatang.

Sang Bodhisattva Ksitigarbha ber-kata kepada Sang Buddha,


Cara yang mudah itu adalah dengan menyebut Nama Buddha .

***

O Bhagava, seperti yang di-ketahui, bahwa pada masa silam yang waktu-nya
telah mencapai asankhyeya kalpa itu, terdapat seorang Buddha muncul di Dunia,
Nama-nya ANANTAKAYA TATHAGATA. Apabila terdapat Para Pria atau Wanita, setelah
mendengar Nama Buddha tersebut, lalu bangkit rasa hormat di dalam hati sanubari-
nya, dan merenungkan Beliau dengan menyebut

NAMO ANANTAKAYA BUDDHAYA


maka Para Pria atau Wanita ber-budi itu dapat menghapus dosa jaramarana
( dosa dari kelahiran dan kematian setiap masa ) sebanyak 40 kalpa ! Dan jika mereka
dapat membuat atau melukis gambar Buddha tersebut untuk melakukan puja bakti di
rumah atau di ruang Ibadah, mereka akan memperoleh Jasa-jasa dan Kebajikan yang
teragung yang banyak-nya tak terhingga.

***

~ 56 ~
Buku KSITIGARBHA PURVA PRANIDHANA SUTRA

Ada lagi, O Bhagava Yang Termulia, Sang Ksitigarbha melanjutkan Sabda-Nya.


Pada masa dahulu kala yang lama-nya bagai-kan butir-an pasir di Sungai Gangga,
terdapat seorang Buddha yang datang ke Dunia, Beliau ber-Nama

RATNAKARA TATHAGATA
Seandai-nya Para Pria atau Wanita, setelah mendengar Nama Buddha tersebut
lantas bangkit dari hati sanubari-nya untuk berlindung kepada Beliau dan memuliakan
Nama-Nya, mereka dapat mencapai tingkat kesucian Anuttara Samyak Sambodhi.

***

Ada lagi, pada masa yang silam terdapat seorang Buddha yang ber-Nama
PADMAJINA TATHAGATA. Apabila Para Pria atau Wanita, yang setelah mendengar
Nama Beliau lalu terus mengingat-Nya di dalam hati-nya, maka Umat tersebut akan
mendapat kesempatan di-lahir-kan di Surga Sad Jhanadhatu selama ribu-an kali.
Terutama jika mereka dapat menyebut Nama-Nya

NAMO PADMAJINA BUDDHAYA


dengan sepenuh hati, mereka akan mencapai Ke-Buddha-an se-cepat mungkin.

***

Ada lagi, pada masa lampau yang lama-nya asankhyeya kalpa yang sulit
diperhitungkan, terdapat seorang Buddha yang bernama

SIMHANADA TATHAGATA
jika terdapat Para Pria atau Wanita, yang setelah mendengar Nama-Nya, lalu
timbul merenungkan-nya dan ber-hasrat ingin berlindung kepada Beliau, maka Umat
tersebut akan di-visuddhi atau di-berkahi oleh Para Buddha yang banyak-nya tak
terhingga pada masa mendatang.

***

~ 57 ~
Buku KSITIGARBHA PURVA PRANIDHANA SUTRA

Ada lagi, pada masa yang lampau, terdapat seorang Buddha yang bernama

KRAKUCHANDAH BUDDHA
Apabila terdapat Pria atau Wanita, yang setelah mendengar Nama Buddha
Krakuchandah itu, lalu dengan kebulatan hati memberi hormat dan memuji Nama
Beliau, maka Umat tersebut akan memperoleh kesempatan menjadi Raja Mahabrahma,
dan mereka akan di-visudhi atau di-berkahi di Persamuan 1.000 Buddha pada masa
Bhadrakalpa.

***

Ada lagi, pada masa yang lampau, ada seorang Buddha yang bernama VIPASYI
BUDDHA di Dunia ini. Seandai-nya, barang siapa yang pernah mendengar Nama
Buddha Vipasyi, dan mereka pernah merenung dan menyebut Nama-Nya

NAMO VIPASYI BUDDHAYA


mereka tidak akan di-terjun-kan di Alam kesengsaraan dan selalu di-lahir-kan di
Surga atau Dunia Manusia, serta akan menikmati Kebahagiaan yang tertinggi.

***

Ada lagi, pada masa yang lampau, ada seorang Buddha yang bernama
PRABUTHARATNA TATHAGATA, di Dunia. Seandai-nya barang siapa yang pernah
mendengar Nama Buddha ini, dan merenungkan-nya serta menyebut Nama-Nya,

NAMO PRABUTHARATNA BUDDHAYA


mereka tidak akan di-terjun-kan ke Alam kesengsaraan dan selalu di-lahir-kan di
Surga atau Dunia Manusia serta dapat menikmati Kebahagiaan.

***

~ 58 ~
Buku KSITIGARBHA PURVA PRANIDHANA SUTRA

Ada lagi, pada masa yang lalu yang waktu-nya bagai-kan jumlah butir-an pasir di
Sungai Gangga yang tak terkira lama-nya, terdapat seorang Buddha yang ber-Nama

RATNAKETU TATHAGATA
datang ke Dunia. Seumpama-nya terdapat Umat yang ber-budi, setelah
mendengar Nama-Nya lantas timbul rasa khidmat lalu memuliakan Jasa-jasa Beliau,
maka, jika saat-nya sudah tiba, mereka akan mencapai Tingkat Kesucian seperti yang
dimiliki oleh Para Arahat.

***

Ada lagi, pada masa asankhyeya kalpa yang silam, terdapat seorang Buddha
yang ber-Nama KASAYADHVAJA TATHAGATA, barang siapa yang telah mendengar Nama-
Nya, dosa dari tumimbal lahir dan kematian akan di-hapus hingga 100 kalpa, jika Para
Umat dapat memuliakan Nama-Nya dengan menyebut

NAMO KASAYADHVAJA TATHAGATA


beliau akan mencapai Ke-Bodhi-an se-cepat mungkin.

***

Ada lagi, pada masa yang lampau terdapat seorang Buddha yang ber-Nama

MAHABHIJNAGIRIRAJA TATHAGATA
Seumpama-nya Para Pria atau Wanita dapat mendengar dan meng-ingat-ingat
Nama-Nya tanpa lupa, maka mereka akan bertemu dengan Para Buddha yang jumlah-
nya banyak sekali untuk mem-bimbing mereka pada masa mendatang, sampai mereka
memperoleh kesadaran Bodhi atau Penerangan Agung.

***

~ 59 ~
Buku KSITIGARBHA PURVA PRANIDHANA SUTRA

Sang Bodhisattva Ksitigarbha me-lanjut-kan, O Bhagava, Buddha-Buddha yang


lampau, yang pernah ber-tugas di Alam Manusia banyak sekali jumlah-nya, seperti ;

SUDDHACANDRA BUDDHA

GIRIRAJA BUDDHA

SUMERURAJA BUDDHA

JNANABHIBHU BUDDHA

VIMALAKIRTIRAJA BUDDHA
PRAJNASIDDHI BUDDHA

ANUTTARA BUDDHA

MANJUGHOSA BUDDHA

CANDRAPARIPURNA BUDDHA

CANDRAMUKHA BUDDHA
Dan sebagai-nya.

***

~ 60 ~
Buku KSITIGARBHA PURVA PRANIDHANA SUTRA

O Bhagava Yang Termulia ! Apabila Para Umat yang berada di masa sekarang
atau masa mendatang, baik yang ber-status Dewa atau pun Manusia, baik Pria atau pun
Wanita, bila mereka dapat menyebut Nama dari seorang Buddha di antara Nama-nama
Para Buddha yang tersebut di atas, maka mereka akan memperoleh Jasa-jasa dan
Kebajikan yang sangat berharga. Terutama jika mereka dapat menyebut Nama-nama
dari semua Buddha. Dengan menyebut Nama-nama Para Buddha, Umat yang ber-Jasa
banyak ini, baik saat mereka lahir, atau meninggal dunia, pasti-lah tidak akan jatuh ke
Alam kesengsaraan, melainkan mereka akan menikmati hasil yang amat gemilang dan
bahagia !

***

Lagi, O Bhagava Yang Termulia. Seumpama-nya terdapat seseorang sedang


menderita penyakit parah, dan tak selang beberapa lama akan meninggal dunia, pada
saat itu, jika seluruh Anggota Keluarga-nya, atau bahkan hanya seorang saja, mereka
tidak lupa menyebut Nama Buddha dengan suara yang jelas dan ber-gema, maka segala
dosa dari si Almarhum akan musnah, kecuali 5 dosa durhaka. Akan tetapi, berkat di-
bantu lagi oleh Para Umat dalam melakukan pemuliaan Nama-nama Buddha, setelah si
Almarhum wafat, dosa berat itu ( 5 dosa durhaka ) juga dapat lenyap sedikit ! Apabila
si Almarhum se-waktu hidup ia selalu sadar akan Hukum Karma, rajin melaksanakan
apa yang tercantum di dalam Sutra Suci ini, maka dia bukan saja dapat memusnahkan
dosa yang berat, melainkan dia telah memperoleh Jasa-jasa dan Kebajikan yang
lengkap serta yang gemilang, dan banyak-nya sulit di-perkira-kan !

**********

~ 61 ~
Buku KSITIGARBHA PURVA PRANIDHANA SUTRA

BAB 10 -
PENJELASAN TENTANG
JASA-JASA KEBAJIKAN DARI PARA DERMAWAN

Bodhisattva Mahasattva Ksitigarbha bangkit dari tempat duduk-Nya dan ber-sujud


di hadapan Sang Buddha seraya ber-kata, O Bhagava Yang Termulia, mengapa Para
Umat Manusia yang telah meng-Amal-kan Jasa-nya dengan cara berdana, Pahala yang
mereka peroleh itu berlainan ? Misal-nya, ada yang dapat menikmati Kebahagiaan-nya
hanya satu kali saja se-masa hidup-nya, akan tetapi ada yang dapat menikmati
Kebahagiaan-nya sampai 10 kali masa hidup-nya, bahkan ada yang dapat menikmati-
nya sampai ratus-an kali atau ribu-an kali masa hidup-nya. Mengapa hasil yang mereka
peroleh sebegitu jauh perbedaan-nya ? Mohon kira-nya Sang Bhagava sudi
menerangkan-nya kepada kami tentang hal ini.

Sang Buddha ber-sabda kepada Bodhisattva Ksitigarbha, Bagus sekali, O


Bodhiattva Yang Maha Welas Asih, sekarang Saya akan menerangkan sebab dari segala
Jasa-jasa Kebajikan yang di-lakukan oleh Para Umat yang Dermawan yang berada di
Jambudvipa ( Alam Manusia ) itu kepada Engkau. Dengarkan-lah baik-baik, Aku akan
memulai-nya.

Sang Bodhisattva Ksitigarbha kemudian ber-kata kepada Sang Buddha, Katakan-


lah, O Bhagava, sungguh, Aku ingin mengetahui sebab-nya.

***

Sang Buddha ber-sabda kepada Bodhisattva Ksitgarbha, Sepert di-ketahui, di


Dunia Jambudvipa ini, terdapat banyak Raja-raja, Menteri-menteri, dan Para Pegawai
Negara, Para Maha Grhapat, Maha Ksatria, Maha Brahmana, dan sebagai-nya,
seandai-nya mereka bertemu dengan Para Umat yang ber-status rendah, Umat yang
miskin, dan yang ber-tubuh cacat, bisu, tuli, bodoh, buta, dan sebagai-nya, setelah
melihat keadaan Para Umat yang begitu menderita, maka pada saat itu juga sang Raja
atau Para Menteri dan lain-nya tmbul rasa welas asih-nya, dan dengan sikap yang
ramah dan tersenyum, mereka memberi sedekah atau dana yang berharga kepada
Para Umat yang miskin atau yang cacat melalui tangan-nya sendiri, dan dengan
ucapan yang lemah lembut mereka menghibur hat dari Para Umat yang miskin atau
yang cacat. Atau mereka dapat juga menyuruh Orang lain untuk mewakili mereka
dalam melakukan-nya. Dengan demikian, maka di dalam hat si Penerima dana akan
tmbul rasa kedamaian untuk berani hidup terus serta tdak putus asa. Dengan
demikian, maka Pahala yang akan diperoleh sang Raja atau Para Menteri dan lain-lain-
nya itu akan sama sepert Para Umat yang memuja Sang Buddha, yaitu Pahala yang
akan mereka miliki banyak-nya bagai-kan butr-an pasir di Sungai Gangga.

~ 62 ~
Buku KSITIGARBHA PURVA PRANIDHANA SUTRA

***

Mengapa hasil yang di-peroleh mereka bisa se-demikian gemilang ? Sebab, sang
Raja serta Para Pengikut-nya, se-waktu memberikan dana-nya khusus di-berikan kepada
Para Umat yang berasal dari Golongan rendah, Umat yang amat miskin serta Para Umat
yang ber-tubuh cacat yang menimbulkan rasa welas asih di dalam hati mereka, dan
mereka melakukan-nya dengan tekad bulat, maka mereka dapat memperoleh balasan
yang se-demikian Agung hingga ratus-an ribu masa Kelahiran-nya, mereka tetap
memiliki kekayaan yang terdiri dari 7 macam Permata utama, lengkap sandang
pangan.

***

Ada lagi, O Arya Ksitigarbha Yang Maha Welas Asih. Seandai-nya Para Raja dan
Pengikut-nya serta Para Brahmana di masa mendatang, jika mereka dapat membangun
serta merawat Vihara, Stupa, maupun rupang dari Buddha, Bodhisattva, Sravaka, dan
Pacceka Buddha, maka Para Raja ini akan di-lahir-kan di Surga Trayastrimsa menjadi
Raja Sakra, dan ia akan menikmati Kebahagiaan sampai 3 kalpa masa-nya. Apabila
sang Raja tersebut ber-sedia menyalurkan Jasa yang di-peroleh-nya tadi kepada Para
Makhluk hidup yang berada di seluruh Dharmadhatu atau Alam Semesta, maka beliau
akan menjadi Maha Brahma Raja selama 10 kalpa.

***

Ada lagi, O Arya Ksitigarbha, seandai-nya Para Raja dan Pengikut-nya, serta Para
Brahmana, apabila melihat Stupa, Kuil, atau Vihara, ataupun Ruphang, gambar atau
lukisan serta Sutra-sutra yang di-tinggal-kan oleh Para Buddha pada waktu yang sudah
silam lalu timbul rasa hormat dan dengan giat memperbaiki, memelihara, baik dengan
tenaga sendiri maupun ber-sama-sama dengan Orang lain yang jumlah-nya sampai
ratus-an, ribu-an Orang, yang menyertai-nya menjadi Donator, maka sang Raja tersebut
akan menjadi Raja atau Pemimpin-pemimpin dari pelbagai Daerah. Terutama, jika sang
Raja dan Para Simpatisan dapat menyalurkan Jasa-nya ke Alam Suci, maka mereka akan
memperoleh Pahala menjadi seorang Buddha. Ketahui-lah, Pahala dari Jasa-jasa yang
berharga seperti ini, yang se-demikian luhur dan mulia, tentu saja tak terkira lagi
jumlah-nya.

***

Ada lagi, O Arya Ksitigarbha, bahwa pada masa yang akan datang, jika terdapat
Para Raja serta Para Brahmana, dan lain-nya, apabila mereka melihat Orang yang
menderita penyakit parah, usia tua, atau Ibu-ibu yang sedang mengalami kesusahan

~ 63 ~
Buku KSITIGARBHA PURVA PRANIDHANA SUTRA

dalam melahirkan. Nah, pada saat itu, walaupun hanya melihat sepintas saja, tapi sang
Raja dan Pengikut-nya timbul rasa welas asih di dalam hati mereka terhadap si
penderita atau Ibu yang menderita kesusahan itu, dan mereka langsung memberikan
obat-obat-an serta ber-macam-macam sandang pangan, tempat tidur, dan perabot
rumah yag dibutuhkan oleh si Penderita agar dapat hidup tenang tentram tanpa
kekhawatiran apa pun. Ketahui-lah, Jasa-jasa seperti ini adalah yang Termulia dan
Teragung. Maka selama 100 kalpa masa-nya sang Raja dan Pengikut-nya akan menjadi
Sang Kuasa di Surga Suddhavasa selama 200 kalpa dan mereka pasti akan menjadi
Buddha, tak akan terjerumus ke Alam kesengsaraan untuk se-lama-lama-nya, bahkan
dalam ratus-an ribu kelahiran mereka tak kan merdengar suara kesedihan.

***

Ada lagi, O Arya Ksitigarbha. Pada masa yang akan datang, jika terdapat Para
Raja, Para Brahmana, dan lain-nya, dapat memberikan dana dengan cara seperti yang
telah Ku-urai tadi, bukan saja mereka akan dapat menikmati Kebahagiaan yang se-
demikian besar, dan bahkan lebih besar lagi, apabila Jasa-nya disalurkan kepada Para
Makhluk sengsara di Alam Semesta dalam jumlah yang banyak atau pun sedikit,
mereka pasti mendapat kesempatan mencapai Tingkat Ke-Buddha-an di masa yang
akan datang. Terutama mereka dapat menjadi Raja Cakravartin, Raja Sakra, Raja Maha
Brahma, dan sebagai-nya. Maka dari itu, melalui uraian ini, Sang Ksitigarbha telah
memberi dorongan kepada Para Umat agar mereka dapat melakukan hal-hal yang
seperti di atas, dengan demikian Para Umat semua dapat menjadi Buddha kelak.

***

Ada lagi, O Arya Ksitgarbha. Pada masa yang akan


datang, jika terdapat Para Putra Putri yang ber-budi yang
dapat menanam Kebajikan di bidang Buddha Dharma, yaitu
menyebarkan Ajaran dari Para Buddha. Sekali pun
Kebaikan-nya itu hanya se-ujung rambut atau se-halus debu,
namun buah yang di-panen-kan nant banyak-nya sungguh
sulit di-umpama-kan.

***

Ada lagi, O Arya Ksitigarbha. Pada masa yang akan datang, jika terdapat Para
Putra Putri yang ber-budi, yang dapat ber-dana untuk merawat ruphang atau gambar-
gambar dari Para Buddha, Para Bodhisattva, dan Para Pacceka Buddha, atau Raja
Cakravartin dan sebagai-nya, mereka akan memperoleh Kebahagiaan yang tak terbatas

~ 64 ~
Buku KSITIGARBHA PURVA PRANIDHANA SUTRA

dan selalu di-lahir-kan di Alam Surga atau Dunia Manusia untuk menikmati Pahala
mereka. Terutama jika Jasa-jasa yang di-peroleh mereka itu semua di-salur-kan kepada
Para Makhluk hidup yang masih terikat di Alam Semesta atau Dharmadhatu, maka
Pahala yang akan mereka peroleh nanti-nya besarnya sulit di-umpama-kan.

***

Ada lagi, O Arya Ksitgarbha. Pada masa yang akan datang, apabila terdapat
Para Putra Putri yang ber-budi yang mendapat kesempatan membaca Sutra
Mahayana, atau mendengar satu gatha atau satu perkataan dari Sutra Suci, lalu
tmbul rasa hormat untuk memuji atau menghargai Sutra tersebut. Atau pun Sutra
tersebut di-perbanyak lalu di-sebar-luas-kan kepada Umat yang lain serta di-rawat di
dalam rumah-nya sendiri, maka Orang yang ber-budi ini akan memperoleh Pahala
yang terunggul dan banyak-nya luar biasa dan tak terbayangkan. Apabila Jasa-nya
langsung di-salur-kan kepada Para Makhluk di Alam Semesta, ketahui-lah, Pahala serta
Kebahagiaan-nya lebih sulit di-andai-kan lagi.

***

Lagi, O Arya Ksitigarbha. Pada masa yang akan datang, apabila terdapat Para
Putra Putri yang ber-budi sewaktu mereka melihat Stupa, Kuil, Vihara, atau
menemukan Sutra-sutra Mahayana dan sebagai-nya, khusus yang kondisi-nya masih
utuh atau masih baru, maka harus di-puja, di-pelihara, atau di-hormati dengan cara ber-
sujud. Jika kondisi-nya sudah agak lama atau sudah rusak seharus-nya di-perbaiki
supaya utuh kembali. Pekerjaan ini boleh di-kerja-kan sendiri bila mampu, atau ber-
gabung dengan Para Simpatisan ber-sama-sama mengumpulkan dana untuk mencetak
yang baru atau memperbaiki yang sudah rusak itu.

Dan apabila terdapat Sutra-sutra yang sudah ratus-an atau ribu-an tahun lama-
nya yang halaman-nya sudah banyak yang lepas serta huruf-nya telah banyak yang
hilang atau tidak kelihatan, Sutra itu harus di-tulisi kembali, kemudian di-susun
kembali, atau di-cetak se-banyak mungkin dan di-bagi-kan kepada Umat yang cinta
Dharma di pelbagai Daerah.

Ketahui-lah, Putra Putri yang ber-budi itu akan mendapat kesempatan yang
cerah, yaitu akan menjadi Raja Kecil atau Pemimpin Daerah yang terkemuka, dan
selama 30 kali masa kelahiran-nya, setelah berakhir-nya kehidupan pada masa ini. Jika
pekerjaan yang mulia ini hanya di-kerja-kan oleh sang Danapat ( Orang yang berdana
atau Donatur ) sendiri saja, maka ia akan menjadi seorang Raja Cakravartin yang selalu
bergabung dengan Para Raja Kecil atau Pemimpin dari berbagai Daerah dalam
menjalankan tugas mereka hingga berhasil.

~ 65 ~
Buku KSITIGARBHA PURVA PRANIDHANA SUTRA

***

Ada lagi, O Arya Ksitigarbha. Pada masa yang akan datang, apabila Para Putra
Putri ber-budi dalam Kehidupan-nya pernah melakukan Kebajikan berdana atau hanya
memuja atau memperbaiki Stupa, Kuil, Vihara, atau mencetak Sutra-sutra yang di-
waris-kan oleh Para Buddha untuk Para Umat. Maka ketahui-lah, bahwa akar Kebaikan-
nya, walau pun hanya se-ujung rambut, se-halus debu, se-butir pasir, atau hanya se-
tetes air, namun Jasa, yang walau pun hanya sedikit itu, apabila di-salur-kan kepada
semua Makhluk sengsara yang berada di Semesta atau Dharmadhatu, mereka akan
menikmati Pahala-nya hingga ratus-an ribu masa.

Akan tetapi apabila Jasa-nya hanya di-salur-kan kepada Sanak Saudara atau
Keluarga-nya sendiri atau hanya buat si Pemuja sendiri saja, maka Pahala yang di-
terima lama-nya hanya 3 masa saja.

Tetapi apabila si Pembuat Jasa-jasa Kebajikan bersedia melimpahkan Jasa-jasa


Kebajikan-nya kepada semua Makhluk hidup di Alam Semesta atau Dharmadhatu,
boleh di-umpama-kan dengan kata-kata demikian, Dana-nya hanya satu, tapi Pahala-
nya akan ber-buah 10.000, maka itu, jangan-lah melepas Pahala yang Maha besar
dengan hanya mendapatkan Pahala yang kecil. Demikian-lah, Yang Arya Ksitigarbha,
Hukum Sebab Akibat dari Pahala berdana itu sangat menakjubkan.

**********

~ 66 ~
Buku KSITIGARBHA PURVA PRANIDHANA SUTRA

BAB 11 -
DEWA BUMI SANG PRTHIVI YANG MELINDUNGI DHARMA

Dewa Bumi Sang Prthivi ber-kata kepada Sang Buddha, O Bhagava Yang
Termulia. Sejak zaman dulu hingga sekarang Aku selalu memberi hormat atau memuja
Para Bodhisattva Mahasattva yang jumlah-nya banyak sekali, sulit di-sebut-kan lagi.
Mereka semua memiliki Rddhi Abhijna serta Maha Prajna dan Maha Jnana, demikian
pula Makhluk-makhluk yang telah di-selamat-kan oleh Mereka pun sudah banyak
sekali. Akan tetapi, jika kita menitikberatkan pada Niat Suci Utama yang pernah
Mereka ucapkan, menurut hasil penelitian-Ku, yang pernah ber-ikrar terhadap Maha
Pranidhana ( Nadar Utama yang terbesar ) yang Terluhur dan yang terbanyak hanya-lah
Sang Bodhisattva Mahasattva Ksitigarbha seorang saja.

O Bhagava Yang Termulia. Sungguh, Bodhisattva Ksitigarbha-lah yang paling akrab


dengan Umat-umat dari Jambudvipa, begitu pula Sang Manjusri, Sang Samantabhadra,
Sang Avalokiteshvara, serta Sang Maitreya, tidak berbeda dengan Bodhisattva Mahasattva
Ksitigarbha, yaitu mereka sering datang ke Dunia Manusia dengan ribu-an badan jelma-
an, muncul di 6 gatya untuk menyelamatkan Para Makhluk sengsara, tetapi dalam hal
ikrar ini, tentu saja Mereka mempunyai batas-batas tertentu. Karena, Sang Ksitigarbha
sejak Beliau menjalankan tugas-Nya di 6 gatya dalam membimbing segala Umat yang
sengsara, sesuai dengan ikrar-Nya, yang pernah Beliau janji-kan, yaitu Maha Pranidhana
yang di-ucap-kan-Nya, yang mana banyak-nya sudah seperti butir-an pasir di Sungai
Gangga dan lama-nya juga sudah juta-an kot kalpa tanpa ada batasan-nya.

O Bhagava Yang Termulia, perlu-lah di-ketahui oleh Para Umat Manusia yang
berada di masa sekarang atau di masa mendatang, apabila mereka dapat menyediakan
satu tempat yang bersih di sebelah selatan, kemudian dengan bahan bangunan, baik dari
tanah, batu, bambu, atau pun kayu, membuat satu kamar yang ber-altar, kemudian
menyediakan gambar Sang Ksitigarbha atau ruphang-Nya, yang terbuat dari emas atau
perak, tembaga, besi, atau yang lain-nya, dan di-letak-kan di atas Altar tersebut, kemudian
membakar dupa, menyalakan lilin atau lampu, serta menaburkan bunga atau we-wangi-
an dan saji-saji-an lain untuk memuja ruphang-Nya, sambil memuliakan Nama-Nya serta
Jasa-jasa-Nya, dengan menyebut

NAMO KSITIGARBHA BODHISATTVAYA


maka, dalam Lingkungan dan pemukiman dari si Pemuja tersebut akan
mendapatkan 10 keuntungan sebagai berikut ;

1) Tanah atau kebun-nya menjadi subur.

2) Si Pemuja akan selalu sehat sentosa, Rumah Tangga-nya pun aman


tentram.

~ 67 ~
Buku KSITIGARBHA PURVA PRANIDHANA SUTRA

3) Leluhur-nya atau Almarhum dari Orangtua-nya akan di-lahir-kan di Alam


Surga.

4) Si Pemuja dan Keluarga-nya akan panjang usia.

5) Hasil dari usaha apa pun akan menjadi lancar dan memuaskan.

6) Terhindar dari musibah air atau banjir dan kebakaran.

7) Terhindar dari kerugian atau pemborosan dari keuangan, sandang pangan


selalu mencukupi.

8) Tidak ada mimpi buruk yang mengganggu.

9) Selalu di-lindungi oleh Para Dewa Bumi dan Dewa Surga.

10) Selalu bertemu dan di-bantu oleh Para Arya dan Para Tokoh Bijak hingga si
Pemuja dengan mudah mencapai Tingkat Ke-Bodhi-an ( Tingkat Kesucian ).

O Bhagava Yang Termulia. Pada masa yang akan datang atau pada masa sekarang,
jika Para Umat dapat membuat Altar Bodhisattva Ksitigarbha dan rajin mengadakan puja
bakti di depan ruphang-Nya. Maka dengan mudah sekali si Pemuja memperoleh 10
keuntungan yang tersebut di atas.

***

Sungguh, O Bhagava, Sang Prthivi ( Dewa Bumi me-lanjut-kan kata-Nya, Pada


masa yang akan datang, jika terdapat Para Putra Putri yang ber-budi, setelah mereka
menyediakan Sutra Suci ini serta gambar atau patung Bodhisattva Ksitigarbha di dalam
rumah-nya, dan dengan rajin mengadakan puja bakti kepada Beliau serta dengan tulus
membaca Sutra-Nya, maka, baik siang hari maupun malam hari, Aku tetap mengunjungi
rumah si Pemuja, dan dengan kekuatan daya gaib-Ku untuk melindungi Umat-umat
yang ber-bakti itu, agar Kehidupan-nya sama sekali tidak mendapat musibah dari air,
api, atau perampokan. Dengan demikian maka musibah berat atau pun musibah kecil
dan hal-hal yang tidak di-ingin-kan-nya akan musnah.

Sang Buddha ber-sabda kepada Sang Dewa Bumi Prthivi, O Sang Dewa Bumi yang
Terhormat, benar pendapat-Mu, tidak keliru sedikit pun. Dan Engkau benar-benar telah
memiliki Rddhi Abhijnabala ( tenaga daya gaib batin ) yang se-demikian kuat. Tentu saja,
kekuatan yang dimiliki Para Dewa yang lain tidak dapat di-banding-kan dengan yang
Engkau miliki. Apa sebab-nya ? Karena se-jauh ini, seluruh Bumi yang berada di
Jambudvipa dapat di-lindungi oleh kekuatan-Mu, dan Makhluk-makhluk apa pun selalu
di-bantu oleh Engkau juga. Ada pun tumbuh-tumbuh-an, seperti rumput, pohon, pasir,
batu, padi, rami, bambu, kumpai, palawija, logam, permata, dan yang lain-lain-nya yang
berada di Bumi Jambudvipa ini, berkat kekuatan-Mu, semua-nya menjadi subur dan

~ 68 ~
Buku KSITIGARBHA PURVA PRANIDHANA SUTRA

makmur serta sejahtera. Terutama Engkau sering kali menyanjung dan memuji Jasa-jasa
dan Kebajikan dari Sang Ksitigarbha. Sungguh, Jasa-jasa-Mu, kewibawaan-Mu,
keterampilan-Mu, dan kekuatan-Mu, telah melampaui Para Dewa yang lain se-banyak
ratus-an ribu kali.

Mudah-mudah-an Engkau selalu menggunakan kewibawaan-Mu dan daya batin-


Mu untuk melindungi Para Putra Putri yang ber-budi, yang rajin memuja Sang
Ksitigarbha, yang rajin membaca Sutra-Nya dan juga yang ber-tekad mempraktekkan
cara-cara yang tercantum di dalam Sutra Sang Ksitigarbha ini. Supaya karma buruk atau
malapetaka dan hal-hal yang tidak di-ingin-kan oleh sang Umat tidak di-dengar oleh
telinga-nya atau menimpa-nya.

Ketahui-lah, bahwa Para Putra Putri ber-budi itu, bukan saja selalu di-perhatikan
oleh Sang Ksitigarbha melainkan Para Pelindung Dharma serta Para Dewata yang
berada di pelbagai Alam Surga juga selalu datang membantu tugas Sang Ksitigarbha
dalam melindungi Umat yang ber-budi itu. Mengapa demikian ? Sebab Para Umat
yang dengan kebulatan hati ber-tekad memuja Sang Ksitigarbha dan ber-tekad
menghayati Dharma-Nya, dengan sendiri-nya akan terbebas dari lautan penderitaan
dan mencapai Kebahagiaan Nirvana. Itu-lah sebab-nya mereka perlu di-lindungi.

**********

~ 69 ~
Buku KSITIGARBHA PURVA PRANIDHANA SUTRA

BAB 12 -
MANFAAT DARI MENDENGAR SERTA MEMBACA KSITIGARBHA SUTRA

Pada saat itu, di bagian atas kepala Buddha Sakyamuni tiba-tiba mengeluarkan
ratus-an ribu kot Maha Urnasaprabha yakni ber-jenis-jenis sinar, berupa rambut yang
ber-cahaya dan ber-warna, warna-nya berupa
Sinar Putih dan Maha Sinar Putih,
Sinar Bahagia dan Maha Sinar Bahagia,
Sinar Mutiara dan Maha Sinar Mutiara,
Sinar Lembayung dan Maha Sinar Lembayung,
Sinar Nila dan Maha Sinar Nila,
Sinar Biru dan Maha Sinar Biru,
Sinar Merah dan Maha Sinar Merah,
Sinar Hijau dan Maha Sinar Hijau,
Sinar Emas dan Maha Sinar Emas,
Sinar Awan Bahagia dan Maha Sinar Awan Bahagia,
Sinar Roda 1.000 dan Maha Sinar Roda 1.000,
Sinar Roda Permata dan Maha Sinar Roda Permata,
Sinar Roda Surya dan Maha Sinar Roda Surya,
Sinar Roda Chandra dan Maha Sinar Roda Chandra,
Sinar Istana Surga dan Maha Sinar Istana Surga,
Sinar Sagara Megha dan Maha Sinar Sagara Megha,
serta sinar-sinar yang lain-nya.

Setelah sinar tersebut ber-henti keluar dari bagian atas kepala Sang Buddha
Sakyamuni, kemudian di-susul dengan suara merdu yang bunyi-nya amat harmonis
langsung mengumandangkan kabar baik kepada Para Hadirin serta Para Dewa, Naga, ke-8
Kelompok Makhluk, baik Manusia maupun Makhluk yang bukan Manusia.

***

O Hadirin yang Ku-hargai, dengar-kan-lah, hari ini Aku berada di Persamuan Agung
di Istana Surga Trayastrimsa untuk menyanjung dan memuji Sang Bodhisattva
Mahasattva Ksitigarbha, yang selalu menyampaikan cara yang terampil serta usaha-
usaha ber-faedah lain-nya yang tak terbayangkan dari Buddha Dharma kepada Para Dewa
dan Manusia, agar Para Umat memperoleh manfaat dan kemudian dapat mencapai hasil
yang Agung, yang sulit disebut Luhur-nya. Bahkan Beliau mengajarkan cara
Vikramaryahetu ( Memuliakan Nama Buddha ) yang mana sangat ber-manfaat bagi
Umat-Nya, agar Umat-Nya dapat meninggikan Tingkat Kesucian-nya se-Tingkat Dasa
Bhumaya ( Tingkat Teragung atau Tingkat Sesama Buddha ) serta dapat memahami
Dharma dan selama-nya tidak akan mundur dari Jalan Anuttara Samyak Sambodhi.

~ 70 ~
Buku KSITIGARBHA PURVA PRANIDHANA SUTRA

Pada saat Sabda Sang Buddha baru ber-kumandang sampai di sini, tiba-tiba
seorang Bodhisattva Mahasattva yang ber-Nama Avalokiteshvara bangkit dari tempat-
Nya, lalu ber-sujud dengan ke-dua telapak tangan kepada Sang Buddha seraya ber-kata,
O Bhagava Yang Termulia, sudi-lah kira-nya menjelaskan kepada kami tentang manfaat
serta Pahala yang akan di-miliki dalam memuja Bodhisattva Mahasattva Ksitigarbha yang
Maha Maitri Karuna, yang senantiasa dengan rasa welas asih-nya menolong Makhluk
yang sengsara, yang selalu men-jelma-kan diri-Nya hingga juta-an badan, untuk ber-tugas
di juta-an Dunia, yang memiliki segala Jasa yang lengkap, yang memiliki kewibawaan,
keterampilan, dan kebijaksanaan Luhur nan Agung itu. Dan baru saja, Aku mengetahui
dari suara yang di-kumandang-kan oleh Sang Buddha, bahwa Sang Buddha tadi ber-sama-
sama dengan Para Buddha yang berada di 10 Penjuru Dunia dengan suara yang se-laras
menyanjung dan memuji Bodhisattva Mahasattva Ksitigarbha. Sungguh, O Bhagava, Jasa-
jasa yang di-miliki oleh Sang Bodhisattva Mahasattva Ksitigarbha ini se-demikian Luhur
dan banyak, apabila Kita memohon agar Para Buddha yang lampau, Para Buddha di masa
sekarang, serta Para Buddha di masa mendatang ber-sama-sama menyebut Jasa-Nya
secara satu per satu mungkin tidak akan habis penyebutan-nya untuk se-lama-lama-nya.

***

O Bhagava, se-waktu Persamuan Agung ini di-resmi-kan oleh-Mu, bukan-kah Sang


Bhagava pernah mengabarkan ingin ber-sama-sama Para Hadirin menyanjung dan
memuji Jasa Ksitigarbha ? Sekarang, demi memberi manfaat kepada Para Makhluk yang
berada di masa sekarang atau di masa mendatang, sudi-lah di-beritahu Pahala apa yang
akan mereka miliki apabila mereka memuja Sang Ksitigarbha, terutama kepada Himpunan
yang besar ini, agar Para Dewa, Naga, dan ke-8 Kelompok Makhluk hidup mendapat suatu
kesempatan yang cerah untuk memuja Beliau dan langsung di-anugerahi oleh Rahmat
Beliau.

Sang Buddha ber-sabda kepada Sang Bodhisattva Avalokiteshvara, O Arya


Avalokiteshvara Yang Maha Karunika. Betapa pula keadaan serta kedudukan Anda tidak
berbeda dengan Sang Ksitigarbha, demikian pula, hubungan Anda dengan segala Makhluk
Jambudvipa ( Alam Manusia ). Engkau selalu menolong Makhluk-makhluk di Dunia Saha
Loka itu, sehingga tercipta-nya hubungan yang erat dan akrab, baik Para Dewa maupun
Para Naga, baik Para Pria atau Wanita dari Umat Manusia, atau pun Para Setan dan
sebagai-nya, serta Para Makhluk yang ber-nasib malang yang masih berada di 6 gatya
kesengsaraan itu. Bila mana mereka mendengar Nama Anda atau melihat ruphang Anda,
mereka ingin sekali memuji Jasa-jasa Anda. Nah, Umat-umat yang telah bangkit budi-
setia-nya terhadap Anda itu semua-nya tidak akan mundur dari Jalan Anuttara Samyak
Sambodhi, mereka akan selalu mendapat kesempatan di-lahir-kan di Surga untuk
menikmati Pahala yang pernah di-anugerahi oleh-Mu. Serta ada juga Para Umat, yang
apabila saat-nya telah tiba, akan di-visuddhi oleh Para Buddha di masa mendatang.

O Arya Avalokiteshvara, Anda-lah yang paling penyayang dan suka menolong Para
Makhluk sengsara serta Para Dewa, Naga, ke-8 Kelompok Makhluk dan Umat-umat lain-
nya. Baik-lah, sekarang Aku akan menguraikan tentang manfaat dan Pahala yang amat

~ 71 ~
Buku KSITIGARBHA PURVA PRANIDHANA SUTRA

Luhur yang akan di-peroleh Para Umat dalam memuja Bodhisattva Ksitigarbha kepada
kamu sekalian, sudi kira-nya Anda sekalian mendengarkan penjelasan-Ku ini, Aku akan
memulai-nya.

Kira-nya sudi di-urai-kan, O Bhagava Yang Termulia. Kami sekalian telah siap
mendengarkan-nya, sahut Sang Avalokiteshvara.

***

Sang Buddha ber-sabda kepada Sang Bodhisattva Mahasattva Avalokiteshvara, O


Arya Avalokiteshvara Yang Maha Karunika. Ketahui-lah, baik pada masa sekarang atau
masa mendatang di pelbagai Dunia apabila terdapat Para Dewa dan Manusia, di-karena-
kan usia Surga atau kenikmatan Kebahagiaan Surga telah habis, begitu pula pancalabha-
nya atau ke-5 macam keburukan telah ber-wujud semua ( jubah-nya kotor, rambut-nya
kering, dan sinar badan-nya gelap, ketiak-nya ber-keringat, badan-nya ber-bau tidak
sedap, serta duduk-nya tidak bisa tenang ), atau akan jatuh ke Alam kesengsaraan, saat
itu, apabila Para Dewa dan Manusia baik Pria maupun Wanita, jika mereka mempunyai
kesempatan melihat gambar atau ruphang Sang Ksitigarbha, atau hanya mendengar
Nama Beliau, dan mereka langsung membangkitkan hati sanubari-nya, lalu memberi
hormat kepada Beliau, maka kondisi dari Para Dewa dan Manusia yang malang itu lantas
berubah. Yaitu usia mereka akan ber-tambah panjang dan Para Dewa dapat menikmati
Kebahagiaan Surga atau lain-nya seperti semula-nya. Dan mereka tidak akan di-jatuh-kan
di Alam kesedihan, atau di-kenai hukuman berat. Apabila Sang Dewa dan Manusia yang
telah bebas dari kesengsaraan itu dapat terus membangkitkan iman-nya se-dalam-dalam-
nya serta sering dengan dupa, wangi-an, bunga, jubah, makanan, dan minuman, berbagai
permata, untaian manikam dan sajian lain-nya untuk mengadakan puja bakti kepada Sang
Ksitigarbha, maka Jasa dan Kebajikan yang akan di-peroleh sang Pemuja banyak-nya
sungguh sulit di-sebut-kan lagi.

***

Ada lagi, O Arya Avalokiteshvara. Pada masa sekarang atau masa mendatang,
apabila terdapat Para Makhluk yang menghuni di 6 gatya ( Alam Dewa, Alam Asura,
Alam Manusia, Alam Neraka, Alam Setan, dan Alam Binatang ) di pelbagai Dunia itu,
seandai-nya saat Kehidupan mereka akan berakhir, mereka dapat mendengar Nama
Sang Ksitigarbha dan dapat di-ingat betul oleh indera telinga serta pikiran-nya, maka
Umat tersebut pasti tidak akan mengalami penderitaan di 3 Alam kesengsaraan ( Alam
Neraka, Alam Setan Kelaparan, dan Alam Binatang ). Apalagi jika saat ia akan
meninggal dunia, Anak-nya, atau Keluarga-nya, segera membuat sebuah ruphang atau
lukisan dari Sang Ksitigarbha dengan menggunakan harta benda dari si Almarhum,
maka si Almarhum akan cepat di-lahir-kan di Surga atau Dunia Manusia, tanpa
rintangan apa pun yang akan menghalangi-nya.

~ 72 ~
Buku KSITIGARBHA PURVA PRANIDHANA SUTRA

***

Atau Umat tersebut sudah lama menderita penyakit parah tapi belum juga tiba
ajal-nya, kini beliau dapat mendengar dan melihat, bahwa Keluarga-nya sedang
menggunakan harta benda-nya untuk membuat atau melukis gambar Sang Ksitigarbha,
maka dengan Kebajikan ini si Penderita tersebut, yang walaupun di-sebab-kan akibat
karma beliau harus mengalami penyakit berat, namun berkat Jalan Kesucian yang di-
perbuat-nya itu, penyakit parah yang di-alami-nya akan ber-angsur-angsur sembuh
kembali dan umur-nya akan ber-tambah panjang. Tapi, apabila si Penderita tersebut
masa hidup-nya telah habis dan kemudian beliau harus menghembus nafas-nya yang
terakhir, dan apabila se-masa hidup-nya beliau pernah berbuat kejahatan, dan akibat
dari perbuatan-nya beliau harus di-lahir-kan di Alam kesengsaraan, tetapi kini, berkat
Jasa Kesucian dari membuat atau melukis gambar Sang Ksitigarbha, maka si Almarhum
tersebut akan di-lahir-kan di Alam Surga untuk menikmati Kebahagiaan-nya, dan segala
karma buruk yang di-miliki-nya akan musnah.

***

Ada lagi, O Arya Avalokiteshvara. Pada masa yang akan datang, apabila terdapat
Para Pria atau Wanita, pada saat mereka masih Bayi yang sedang menyusu, atau yang
baru ber-umur 3 tahun, atau 5 tahun, atau masih di bawah 10 tahun, tapi Orangtua-nya
atau Adik-Kakak-nya telah meninggal dunia, kini setelah Dewasa beliau selalu merindukan
Orangtua-nya atau Adik-Kakak-nya. Namun, di tempat mana-kah, dan di Alam mana-kah
mereka berada, beliau sama sekali tidak mengetahui-nya.

Akan tetapi, jika si Perindu ber-sedia membuat atau melukis gambar Sang
Ksitigarbha atau se-waktu mendengar Nama Bodhisattva Ksitigarbha lalu bangkit hati
sanubari-nya untuk mengadakan puja bakti genap selama 1 hari, atau 2, 3, 4, hingga 7
hari tanpa goyah keyakinan-nya, maka sejak itu, Para Almarhum dari Keluarga si Perindu,
walaupun mereka berdosa berat dan harus menjalani hukuman-nya selama ber-kalpa-
kalpa, kini berkat si Perindu telah membuat Jasa yang se-demikian Agung, maka Para
Almarhum tersebut, baik Orangtua-nya maupun Kakak-nya akan segera terlepas dari Alam
kesengsaraan, lalu di-lahir-kan di Alam Surga untuk menikmati Kebahagiaan. Dan
seandai-nya si Almarhum sudah lama di-lahir-kan di Alam Surga atau Dunia Manusia
karena berkat karma baik yang pernah di-perbuat si Almarhum sendiri pada masa hidup-
nya, kini karena di-tambahi lagi Jasa Kebajikan yang di-lakukan oleh si Perindu, yang
disebut Ariyahetu ( Penghubung Agung ), maka semakin ber-tambah-lah Jasa Kebajikan
serta Kebahagiaan-nya.

Jika si Perindu bersedia dengan sepenuh hati memuja Sang Ksitigarbha selama 7
hari penuh terus-menerus menyebut Nama Bodhisattva Ksitigarbha genap 10.000 kali,
maka Sang Bodhisattva Ksitigarbha akan men-jelma menjadi sebuah badan yang Maha
Besar yang disebut Anantayakaya untuk menemui dan mengabarkan kepada si Perindu
tentang tempat atau Alam di mana si Almarhum itu di-lahir-kan.

~ 73 ~
Buku KSITIGARBHA PURVA PRANIDHANA SUTRA

Atau Beliau dengan menggunakan daya Maha Rddhi Abhijnabala-Nya ( tenaga


batin ) datang ke dalam mimpi si Perindu dan mengajak si Perindu untuk melihat
Keluarga-nya, yang telah di-lahir-kan di pelbagai Alam itu. Jika Umat tersebut setelah
menyaksikan Keluarga-nya, dan dengan rajin beliau ber-sedia menyebut Nama
Bodhisattva Ksitigarbha sebanyak 1.000 kali dalam 1 hari hingga genap sampai 1.000 hari,
maka ia akan selalu di-lindungi oleh Para Dewa Bumi hingga batas Kehidupan-nya di
Dunia. Dan pada saat sekarang ini juga keadaan-nya akan menjadi amat sejahtera,
sandang pangan-nya selalu berlebihan. Ia akan jarang di-timpa kesengsaraan atau
menderita penyakit parah dan hal-hal yang tidak di-ingin-kan-nya sama sekali tidak akan
mendekati pintu rumah-nya, apalagi menimpa diri-nya. Karena rajin menghayati Dharma,
maka akhir-nya ia mendapat kesempatan di-tahbis-kan oleh Sang Bodhisattva
Ksitigarbha.

***

Ada lagi, O Arya Avalokiteshvara, Sang Buddha me-lanjut-kan, Pada masa yang
akan datang, apabila terdapat Para Putra Putri yang ber-budi yang ber-hasrat ingin mem-
bangkit-kan Bodhicitta-nya untuk menjadikan diri-nya sebagai Penyelamat dari segala
Makhluk yang sengsara, ingin mencapai Pahala dari Anuttara Samyak Sambodhi, ingin
mem-bebas-kan diri-nya dari Triloka dan di-lahir-kan di Alam Buddha, maka mereka harus
melakukan hal ini, yakni, Baik di depan ruphang Sang Ksitigarbha, maupun hanya dengan
menyebut Nama-Nya, lalu dengan sepenuh hati menyatakan berlindung kepada-Nya, atau
menyediakan dupa, we-wangi-an, bunga, jubah, permata, makanan, dan minuman, untuk
mengadakan puja bakti kepada Beliau, maka cita-cita dari Umat yang ber-budi itu akan
cepat tercapai, dalam memperoleh inti Dharma tanpa halangan apa pun.

***

Ada lagi, O Arya Avalokiteshvara. Pada masa yang akan datang, apabila terdapat
Para Putra Putri yang ber-budi yang ber-hasrat ingin mewujudkan cita-cita-nya pada masa
sekarang atau pada masa mendatang, atau mereka ingin menyukseskan ratus-an ribu kot
jenis tugas-nya pada masa sekarang atau pada masa mendatang, kemudian mereka ber-
tekad menyatakan ber-lindung kepada Sang Ksitigarbha dan memuja ruphang-Nya,
dengan memuliakan Jasa Sang Ksitigarbha dan Nama-Nya, maka cita-cita yang di-miliki
oleh Putra Putri ber-budi itu akan terwujud, dan pekerjaan apa pun yang di-kerja-kan
pasti berhasil. Atau mereka dengan tulus memohon bantuan dari Sang Ksitigarbha Yang
Maha Welas Asih, agar mereka dapat dengan cepat terbebas dari 6 Alam kesengsaraan.
Permohonan seperti ini pun dapat di-kabul-kan oleh Beliau, asalkan si Pemuja rajin terus
menjalankan Dharma-nya tanpa berhenti, lalu Bodhisattva Ksitigarbha akan melakukan
pen-tahbis-an saat sang Umat tersebut sedang tidur.

***

~ 74 ~
Buku KSITIGARBHA PURVA PRANIDHANA SUTRA

Ada lagi, O Arya Avalokiteshvara. Pada masa yang akan datang, apabila terdapat
Para Putra Putri yang ber-budi, mereka amat suka pada Sutra-sutra Mahayana, serta
mereka ber-janji akan meng-kaji Sutra tersebut hingga lancar, supaya dapat meng-hafal
makna-makna-nya. Mereka me-minta Para Guru Dharma untuk mengajari-nya agar dapat
dengan cepat memahami Dharma tersebut. Namun hasil-nya nihil, apa sebab-nya ?
Karena semua Dharma yang mereka pelajari tidak dapat di-ingat ! Meskipun mereka
belajar dengan rajin dan telah me-makan waktu yang lama, mereka masih belum bisa
memahami atau menulis makna-makna dari Sutra yang di-pelajari-nya dan sama sekali
tidak dapat di-ingat di dalam hati-nya. Mengapa terjadi hal yang demikian ? Sebab sang
Umat tersebut kebijaksanaan-nya masih di-halangi oleh karma buruk yang silam dan amat
sukar di-hapus-kan-nya, sehingga ia sama sekali tidak memiliki peluang untuk menghayati
Sutra terpenting itu. Betapa menyedihkan.

Akan tetapi, apabila mereka menyadari-nya, dan mendapat kesempatan untuk


mendengar Nama Agung dari Sang Ksitigarbha atau dapat melihat ruphang-Nya,
kemudian langsung tergerak hati sanubari-nya dan secara tulus ikhlas lalu sang Umat
men-cerita-kan isi hati-nya kepada Bodhisattva Ksitigarbha apa yang pernah mereka alami
serta kegagalan yang di-hadapi-nya, dan memohon kepada Beliau agar cita-cita mereka
dalam mencapai penerangan dapat terwujud. Selain itu, Umat dapat memuja Beliau
dengan dupa, we-wangi-an, bunga, jubah, makanan dan minuman, serta berbagai saji-an
lain-nya, dan pada saat pemujaan kepada Bodhisattva Ksitigarbha akan di-mulai, sang
Umat menyediakan se-gelas air bersih di Altar-Nya. Setelah selang 1 hari 1 malam, baru-
lah air tersebut di-minum dengan me-rangkup-kan ke-dua telapak tangan dan
menghadap ke arah Selatan. Ketahui-lah, pada saat air suci itu akan di-minum oleh si
Pemuja, beliau harus ber-sikap dengan khidmat, dan setelah air tersebut di-minum, Umat
tersebut harus menghindari 5 jenis sayur yang ber-bau beserta daging dan alkohol, juga
di-larang melakukan perbuatan asusila, dusta, dan pembunuhan selama 7 hari 7 malam
atau 7 x 3 hari ( 21 hari ). Nah, Para Putra Putri ber-budi ini akan bertemu dengan
Anantayakaya yang di-jelma-kan oleh Sang Ksitigarbha di waktu tidur-nya serta
menerima Upacara dari Abhisecani ( pen-tahbis-an atau visuddhi ) beserta air suci-Nya,
setelah mereka bangun dari tidur-nya, mereka akan merasa indera-nya menjadi tajam dan
luar biasa. Sejak itu, Sutra-sutra apa saja yang di-dengar atau di-baca-nya, tidak akan lupa
lagi, baik 1 suku kata atau se-bait gatha pun.

***

Lagi, O Arya Avalokiteshvara. Pada masa yang akan datang, jika terdapat Umat
Manusia yang selalu mengalami kekurangan sandang pangan, meskipun mereka giat
berjuang dalam Kehidupan-nya, atau segala usaha yang mereka kerja-kan sampai
membanting tulang pun jarang berhasil dan diri-nya sendiri atau Anggota Keluarga-nya
sering di-timpa malapetaka hingga Rumah Tangga mereka tidak aman tentram, atau
Anggota Keluarga-nya banyak ter-cerai berai, atau badan-nya sendiri sering mengalami
berbagai musibah, atau sering merasa ketakutan di waktu tidur, hingga batin-nya tidak
merasa tenang.

~ 75 ~
Buku KSITIGARBHA PURVA PRANIDHANA SUTRA

Ketahui-lah, hal-hal yang amat tragis ini, juga di-sebab-kan karma buruk yang
berasal dari masa silam dan amat sukar di-hapus-kan. Yang dapat membantu mereka
untuk me-lenyap-kan karma buruk itu adalah apabila mereka dapat mendengar Nama
atau melihat ruphang dari Bodhisattva Mahasattva Ksitigarbha, kemudian ber-tekad
membangkitkan hati sanubari-nya dan dengan tulus ikhlas beliau memberi hormat
kepada Bodhisattva Ksitigarbha serta menyebut Nama-Nya,

Namo Ksitigarbha Bodhisattvaya.


Setelah penyebutan-nya genap sampai 10.000 kali, hal-hal yang tragis itu pasti akan
lenyap secara ber-angsur-angsur sampai total. Dan sejak itu, Rumah Tangga mereka
akan aman tentram, usaha apa pun yang di-jalan-kan akan berhasil dengan lancar,
sandang pangan cukup dan selalu ber-lebih-lebih-an, mimpi buruk sama sekali tak
pernah terjadi lagi, dan mereka akan merasa suasana dalam Kehidupan-nya menjadi se-
demikian tenang dan nyaman.

***

Lagi, O Arya Avalokiteshvara. Pada masa yang akan datang, apabila terdapat
Para Putra Putri yang ber-budi, di-sebab-kan harus mengejar mata pencaharian, atau
karena sedang menjalankan tugas dari Atasan ataupun urusan pribadi, atau karena
menerima kabar duka cita atau kelahiran yang berasal dari Keluarga-nya dan meminta
ia untuk segera pulang, atau di-sebab-kan sesuatu masalah pribadi yang amat penting
yang harus di-urus sendiri. Maka Umat tersebut ter-paksa harus berangkat dan
melewati suatu jalan di dalam hutan rimba atau harus mengarungi sebuah sungai atau
laut, dan apabila pada saat ia sedang di tengah perjalanan beliau menemukan banjir,
atau terhalang suatu ngarai atau jurang. Ketahui-lah, demi keamanan dalam
menempuh perjalanan, sang Umat tersebut sebelum berangkat dapat ber-doa dulu,
mereka dapat menyebut Nama Bodhisattva Ksitigarbha dengan suara yang jelas atau
tanpa keluar suara sebanyak 10.000 kali atau menurut kemampuan-nya. Dengan
demikian, biar pun mereka sedang berada dalam perjalanan yang sangat berbahaya, ia
tidak akan mendapat suatu halangan apa pun yang dapat mengganggu-nya. Karena
mereka telah di-lindungi oleh Para Dewa Bumi yang ber-budi, baik sedang berjalan, ber-
istirahat, maupun sedang makan atau pun waktu tidur, beliau tetap aman sentosa.
Meskipun saat mereka sedang berada di dalam hutan rimba atau secara tiba-tiba di-
serang oleh berbagai jenis binatang buas, seperti harimau, serigala, singa, dan sebagai-
nya, atau akan di-racuni oleh Orang jahat, semua itu tidak akan mampu melukai-nya.

***

Sang Buddha ber-sabda kepada Sang Bodhisattva Mahasattva Avalokiteshvara,


Sungguh, O Arya Avalokiteshvara, Bodhisattva Mahasattva Ksitigarbha yang se-demikian

~ 76 ~
Buku KSITIGARBHA PURVA PRANIDHANA SUTRA

hebat ini sangat-lah ber-manfaat bagi Para Umat Jambudvipa, dan amat erat hubungan-
nya dengan semua Makhluk hidup yang berada di Alam Semesta dan Umat Manusia yang
yakin terhadap-Nya akan memperoleh manfaat yang sangat besar. Jika Anda
menginginkan Aku mengisahkan tentang manfaat dari menghormati dan menjalankan
Dharma yang di-ajar-kan Bodhisattva Ksitigarbha secara lengkap, mungkin uraian-Ku
hingga ratus-an ribu kalpa pun tidak akan habis di-urai-kan. Maka dari itu, O Arya
Avalokiteshvara Yang Maha Karunika, mudah-mudah-an Anda sudi menggunakan welas
asih-Mu serta Maha Rddhi Abhijnabala-Mu yang dalam untuk menyebarkan Dharma ini
ke seluruh Alam Saha Loka, agar segala Makhluk memperoleh keberkatan-Nya serta
dapat menikmati Kebahagiaan yang datang dari Dharma ini, yang mana Pahala-nya dapat
di-nikmati hingga ratus-an ribu kalpa.

***

Pada waktu itu Sang Buddha mengucapkan beberapa bait gatha, yang ber-bunyi;

1)
Kekuatan batin dari Sang Ksitigarbha sungguh luar biasa
Mengisahkan-nya hingga juta-an kalpa pun tak kunjung habis
Mendengar, melihat, dan menghormat-Nya walau pun hanya se-saat saja
Manfaat-nya bagi Para Dewa dan Manusia tak terbatas

2)
Baik Pria, Wanita, maupun Para Dewa, Naga, dan Makhluk Surga
Yang akan ter-jerumus ke Alam sengsara karena saat-nya tiba
Berkat ber-lindung kepada Ksitigarbha Bodhisattva dengan se-tulus hati
Usia-nya akan ber-tambah, karma berat-nya pun lenyap atau musnah

3)
Se-masa kecil kehilangan cinta kasih Ayah Bunda
Entah mereka berada di Alam mana
Kakak Adik serta Sanak Keluarga
Sejak lahir tak mengenal satu sama lain
Dengan melukis gambar Ksitigarbha Bodhisattva
Menghormat, memuja-Nya dengan se-tulus hati
3 atau 7 hari terus-menerus me-mulia-kan Nama-Nya
( dengan menyebut NAMO KSITIGARBHA BODHISATTVAYA MAHASATTVAYA)
Beliau akan menampakkan tubuh Anantayakaya
Menunjukkan tempat di mana Sanak Keluarga-nya berada

4)
Sekali pun telah ter-jerumus ke Alam sengsara

~ 77 ~
Buku KSITIGARBHA PURVA PRANIDHANA SUTRA

Dapat di-tolong-Nya untuk ter-bebas dari derita


Jika saja setia, percaya, teguh, tak ter-goyah-kan
Bodhisattva Ksitigarbha dapat menunjukkan tempat
di mana Sanak Keluarga-nya berada
Sekali pun telah ter-jerumus ke Alam sengsara
Dapat di-tolong-Nya untuk ter-bebas dari derita
Jika saja Umat setia, percaya, teguh tak ter-goyah-kan
Kelak pasti akan ter-catat sebagai calon Buddha

5)
Jika ingin mencapai Anuttara Samyak Sambodhi
Hingga ter-bebas-kan dari penderitaan Triloka
Setelah tumbuh Bodhicitta-nya
Hormat dan puja-lah dulu Ksitigarbha Bodhisattva
Segala cita-cita sang Umat akan segera terkabul
Tiada lagi karma penghalang menuju Kesadaran Agung

6)
Ada Orang ber-hasrat meng-kaji Sutra Mahayana
Ingin menyeberangkan Umat ke Pantai Surga
Meskipun tekad ini besar tak ter-peri-kan
Setiap meng-hafal Sutra tak dapat mengingat-nya
waktu terbuang percuma
Karena karma buruk di masa lampau belum ter-hapus
Tak dapat mengingat sebuah Gatha atau se-patah Sutra
Lakukan-lah puja bakti kepada Ksitigarbha Bodhisattva
Dengan dupa, bunga, jubah, makanan, minuman,
serta barang berharga lain-nya, serta
Letakkan se-cawan air bersih di Altar Ksitigarbha Bodhisattva
Setelah 1 hari 1 malam kemudian minum-lah air itu dengan khidmat
Setelah itu pantang makan daging, minum alkohol, ber-dusta, dan melakukan
perbuatan asusila
21 hari dan seterus-nya jangan membunuh Makhluk apa pun
Sepenuh hati merenungkan Ksitigarbha Bodhisattva
( dengan menyebut NAMO KSITIGARBHA BODHISATTVAYA MAHASATTVAYA )
Dalam mimpi sang Umat akan ber-jumpa Ksitigarbha Bodhisattva Anantayakaya
Setelah bangun dari mimpi ke-6 indra sang Umat menjadi jernih dan suci
Sutra, dari Buddha Dharma ter-tanam ke dalam sanubari-nya secara abadi
Daya Prabhava Ksitigarbha tidak ter-lukis-kan
Dapat membuat Orang menjadi bijak dan bestari

7)
Umat yang menderita miskin merana lagi ber-penyakit
Atau kediaman-nya buruk sekali
Anggota Keluarga-nya pergi meninggalkan-nya
Atau selalu ketakutan di dalam mimpi

~ 78 ~
Buku KSITIGARBHA PURVA PRANIDHANA SUTRA

Dan mengalami kegagalan keuangan


Puja-lah Sang Ksitigarbha sepenuh hati
Ber-angsur penderitaan akan lenyap sama sekali
Mimpi yang buruk tak kan mengganggu lagi
Sandang pangan cukup dan selalu di-lindungi Makhluk Suci yang ber-budi

8)
Jika harus mendaki gunung menuruni lembah
Masuk ke hutan rimba, mengarungi lautan luas
Bertemu satwa buas dan di-hadang Orang jahat
Atau di-datangi Setan, Iblis, serta badai ganas
Apabila menghadapi segala rintangan dan ber-bagai penderitaan
Ingat-lah Ksitigarbha Bodhisattva sebelum berangkat
Puja-lah Beliau dengan tulus ikhlas penuh khidmat
Meskipun berada dalam kesulitan maha luar biasa
Se-kejab sirna lenyap semua berkat Buddha Dharma

9)
Dengar-lah baik-baik O Arya Avalokiteshvara
Daya Prabhava ( tenaga batin ) Ksitigarbha Bodhisattva tak ter-peri-kan
Menyelamatkan Umat Manusia tak ter-bilang-kan
Juta-an kalpa di-kisah-kan tidak akan habis
Sebar-kan-lah Maha Pranidhana ( Niat Suci atau Janji ) Bodhisattva Ksitigarbha
ke seluruh Alam Semesta

10)
Bila terdapat Umat yang dapat mendengar Nama-Nya
Melihat ruphang-Nya, memuja-Nya dengan dupa, bunga, pangan, dan jubah,
Sang Umat akan menikmati Pahala-nya hingga juta-an masa
Bila Jasa-jasa pemujaan di-salur-kan kepada Makhluk hidup
di seluruh Alam Semesta
Akan ter-bebas-kan dari penderitaan kelahiran dan kematian
Mencapai tepi-an Nirvana menjadi Buddha

11)
Oleh karena itu, Yang Arya Avalokiteshvara
Ketahui-lah Ksitigarbha Bodhisattva demikian Maha Welas Asih-nya
Demikian besar tekad-Nya, daya batin-Nya tidak ter-lukis-kan
Sampai-kan ini semua kepada Makhluk hidup
yang berada di berbagai Dunia
yang banyak-nya bagai-kan butir-an pasir Sungai Gangga
Agar mereka semua mengetahui dan percaya se-dalam-dalam-nya
Sehingga memperoleh Kebahagiaan Dharma yang sejati

~ 79 ~
Buku KSITIGARBHA PURVA PRANIDHANA SUTRA

**********

BAB 13 -
AMANAT SANG BUDDHA KEPADA DEWA DAN MANUSIA

Pada saat itu Sang Buddha mengulurkan tangan-Nya yang ber-warna emas untuk
menyentuh dan meraba bagian atas dari kepala Sang Ksitigarbha sambil ber-sabda,
Betapa bahagia-nya, O Arya Ksitigarbha Yang Maha Welas Asih. Daya batin-Mu sangat
luar biasa, welas asih-Mu tak ter-peri-kan, kebijaksanaan-Mu tak ter-lukis-kan, dan
keterampilan-Mu tak ter-tandingi. Para Buddha di 10 Penjuru Dunia semua-nya memuji
dan menyanjung daya Kebajikan yang Engkau miliki, sekali pun Kami men-cerita-kan-nya
hingga juta-an kalpa pun tidak kunjung habis.

O Arya Ksitigarbha, Sang Buddha melanjutkan Sabda-Nya, Betapa penting-nya, O


Sang Maha Welas Asih, ingat-lah se-dalam-dalam-nya bahwa hari ini Aku sengaja hadir di
depan ratus-an ribu kot Hadirin dari Himpunan besar yang meliputi Para Buddha, Para
Bodhisattva Mahasattva, Para Dewa, Naga, ke-8 Kelompok Makhluk serta Umat-umat lain-
nya di Alam Persamuan Agung di Istana Surga Trayastrimsa ini, Aku dengan perasaan
sangat berat ber-pesan serta menyampaikan kewajiban penting kepada Engkau, yakni
Tugas Penting untuk mem-bimbing Para Dewa dan Manusia serta segala Makhluk hidup
baik yang berada di Alam Surga atau pun di Alam sengsara, terutama mereka yang belum
ter-bebas dari Triloka, yang masih ber-mukim di Alam Neraka Berapi, agar mendapat
kesempatan untuk keluar dari tempat kesengsaraan-nya dan tidak akan di-terjun-kan ke
Alam kesedihan lagi, karena tempat itu sangat-lah menderita. Meskipun mereka hanya
mengalami penderitaan di Alam tersebut se-hari se-malam saja, terutama Para Umat
yang berdosa berat, yang harus men-jalan-kan hukuman-nya di Neraka Pancanantarya
atau Avici, yang lama-nya sampai juta-an kalpa dan sukar mendapat kesempatan untuk
mengeluarkan diri-nya jika tidak ada Umat yang memberi manfaat doa kepada mereka, O
betapa menyedihkan.

O Arya Ksitigarbha, ketahui-lah, Para Umat yang berasal dari Jambudvipa itu, baik
minat-nya maupun pikiran-nya dan tabiat-nya tidak ada kepastian. Terutama masih
terdapat sebagian besar dari Para Umat yang cenderung melakukan perbuatan buruk
atau jahat. Meskipun mereka pernah di-bimbing oleh Para Tokoh Suci hingga ter-gerak
budi-nya, namun kebanyakan dari mereka hanya ber-tahan se-kejab saja lalu merosot lagi.
Jika mereka bertemu dengan Lingkungan yang jahat, maka benih yang buruk mudah

~ 80 ~
Buku KSITIGARBHA PURVA PRANIDHANA SUTRA

sekali tumbuh menjadi subur. Maka dari itu, sejak jauh dari masa ini Aku pernah men-
jelma-kan diri-Ku menjadi juta-an Buddha atau bentuk Makhluk yang lain, kemudian
menurut sifat sang Umat atau perangai-nya Aku memberi bimbingan kepada mereka
untuk menyelamatkan mereka, supaya mereka terbebas dari penderitaan se-cepat
mungkin.

***

O Arya Ksitigarbha, hari ini dalam suasana yang demikian khidmat dan cerah serta
dengan penuh keyakinan, Aku ber-pesan lagi kepada Anda, bahwa pada masa yang akan
datang, apabila terdapat Para Dewa atau pun Manusia serta Para Putra Putri yang ber-
budi, jika mereka pernah mengembangkan budi-nya di bidang Buddha Dharma, biar pun
Kebaikan-nya hanya se-helai rambut, se-halus debu, bahkan se-kecil se-butir pasir, atau
hanya se-tetes air, Engkau harus menggunakan daya Ke-bodhi-an-Mu yang Luhur itu
untuk me-lindungi-nya serta mendorong mereka agar dapat meng-gerak-kan hati
sanubari-nya se-dalam mungkin, untuk mem-praktek-kan Dharma Luhur dengan cara se-
langkah demi s-elangkah hingga mencapai puncak Kesucian, serta memberi dukungan
kepada mereka agar Kegiatan Suci mereka ini tidak akan mundur atau menghilang.

***

Lagi, O Arya Ksitigarbha, pada masa yang akan datang, apabila terdapat Para Dewa
atau Para Umat Manusia, di-karena-kan saat akibat karma-nya telah tiba, dan mereka
mulai jatuh ke Alam kesedihan atau sedang menuju ambang Pintu Neraka, seandai-nya,
saat itu mereka ter-ingat atau dapat menyebut Nama dari seorang Buddha, atau Nama
dari seorang Bodhisattva, atau mereka masih dapat meng-hafal-kan 1 suku kata, atau 1
bait gatha dari Sutra Mahayana, maka Umat tersebut harus di-selamat-kan oleh kekuatan
kesucian-Mu. Atau di-beri ber-bagai cara yang mudah, agar mereka dapat dengan cepat
mem-bebas-kan diri-nya dari Jalan Kesengsaraan dan keluar dari ambang Pintu Neraka.
Dan pada waktu itu juga, Engkau dapat mem-perlihat-kan badan Anantayakaya-Mu di
Alam itu guna membuka Pintu Neraka dan mem-bebas-kan Para Penderita dari siksa-an
Neraka, kemudian Umat yang telah di-selamat-kan oleh-Mu itu di-bimbing agar dapat di-
lahir-kan di Surga atau Dunia Manusia untuk menikmati Kebajikan-nya. Apabila sudah
tepat saat-nya, berikan-lah Dharma Luhur kepada mereka, agar mereka semua dapat
mencapai Ke-bodhi-an-nya.

***

Pada waktu itu juga Sang Buddha meng-ucap-kan 4 bait gatha kepada Bodhisattva
Ksitigarbha,

Para Dewa dan manusia yang ada pada saat ini dan pada masa mendatang
Ku-serah-kan kepada-Mu dengan penuh keyakinan

~ 81 ~
Buku KSITIGARBHA PURVA PRANIDHANA SUTRA

Selamat-kan-lah mereka dengan Maha-Prabhava ( Kekuatan Batin yang Maha


Besar )
Dan jangan ada 1 pun Umat yang ter-jerumus ke Alam kesengsaraan

Saat itu, Sang Bodhisattva Mahasattva Ksitigarbha ber-anjali dengan me-rangkup-


kan ke-dua telapak tangan-Nya seraya ber-kata, Hal itu tak usah-lah di-khawatir-kan, O
Bhagava Yang Termulia. Bagi Para Umat ber-budi yang berada pada masa mendatang,
asal-kan mereka ber-tekad meng-hayati Buddha Dharma walaupun hanya sekali saja
mereka pernah merasa yakin dan hormat terhadap Buddha Dharma, Aku akan
menggunakan ratus-an ribu jenis cara yang sesuai dengan kondisi-nya untuk
menyelamatkan mereka, mem-bebas-kan mereka dari penderitaan. Tentu akan lebih baik
lagi jika mereka dapat mendengar atau membaca Sutra Mahayana dan langsung mem-
bangkit-kan Bodhicitta-nya serta ber-hasrat mem-praktek-kan Dharma dalam Kehidupan-
nya, pasti mereka tidak akan mundur dari Jalan Anuttara Samyak Sambodhi, dan segala
cita-cita luhur mereka akan mencapai kesempurnaan.

***

Ketika perkataan Sang Ksitigarbha sampai di sini, tiba-tiba seorang Bodhisattva


ber-Nama Akasagarbha bangkit dari tempat duduk-Nya, lalu ber-sujud kepada Sang
Buddha sambil ber-kata, O Bhagava Yang Termulia, sejak Saya mengikuti Himpunan
Terbesar di Persamuan Agung ini, Saya telah mendengar Sang Bhagava menyanjung dan
memuji kewibawaan dan kekuatan kesucian yang amat menakjubkan yang di-miliki
oleh Sang Bodhisattva Mahasattva Ksitigarbha, maka pada kesempatan ini Saya ingin
ber-tanya, apabila Para Putra Putri ber-budi yang berada di masa mendatang serta Para
Dewa, Naga, dan Makhluk-makhluk lain-nya, yang mendapat kesempatan untuk
mendengar Nama Sang Ksitigarbha, meng-kaji Sutra Beliau, memberi hormat kepada
Beliau, serta mengadakan puja bakti terhadap ruphang Beliau, dengan melakukan
Kebajikan ini, manfaat apa-kah yang akan mereka peroleh ? Mohon sudi kira-nya
Bhagava Yang Termulia ber-sedia meng-urai-kan-nya kepada Kami sekalian serta kepada
Para Umat yang ber-budi baik di masa sekarang dan di masa mendatang.

Sang Buddha ber-sabda kepada Bodhisattva Mahasattva Akasagarbha, Dengar-


kan-lah baik-baik O Arya Akasagarbha Yang Terhormat. Manfaat-nya banyak sekali, dan
sekarang Aku akan menerangkan-nya satu per satu kepada-Mu sekalian.

***

Ketahui-lah, apabila Para Putra Putri ber-budi yang berada di masa mendatang,
bila mana mereka melihat gambar Sang Ksitigarbha, serta mendengar Sutra-Nya, atau
pun membaca Sutra-Nya, serta langsung mem-praktek-kan Ajaran-Nya, di samping itu
mereka juga selalu memuja Beliau dengan dupa, bunga, pangan, jubah, permata, dan

~ 82 ~
Buku KSITIGARBHA PURVA PRANIDHANA SUTRA

sebagai-nya, serta rela memberikan dana untuk membangun Vihara, atau hanya me-
letak-kan ruphang-Nya di dalam rumah-nya sendiri, atau hanya memberi hormat
kepada Beliau, atau hanya memuji Jasa-Nya dengan menyebut Nama-Nya, maka Para
Putra Putri yang ber-budi tersebut akan memperoleh 28 macam manfaat, yakni

1) Selalu di-lindungi oleh Para Dewa, Naga, Asta Gatyah, dan hidup-nya
selalu selamat sentosa.

2) Pahala dan Kebajikan-nya semakin ber-tambah.

3) Terkumpul benih Kebajikan atas keyakinan-nya terhadap Buddha Dharma.

4) Tidak akan mundur dari Jalan mencapai Kesucian Anuttara Samyak


Sambodhi.

5) Memiliki sandang pangan yang cukup.

6) Terhindar dari segala macam musibah dan wabah penyakit.

7) Terhindar dari bencana banjir dan kebakaran.

8) Terbebas dari pencurian dan perampokan.

9) Selalu di-hormati Orang.

10) Selalu mendapat dukungan dan bantuan dari Para Dewa Dewi dari Alam
Surga dan Para Raja Setan yang ber-budi.

11) Apabila beliau adalah seorang Wanita, akan dapat ter-lahir sebagai seorang
Pria pada Kehidupan yang akan datang.

12) Dan apabila ingin ter-lahir sebagai seorang Wanita, mereka akan menjadi
Putri Raja atau Putri dari Para Pejabat atau Pembesar yang mulia.

13) Memiliki paras muka yang cantik dan di mana-mana di-sukai Orang.

14) Selalu mendapat kesempatan untuk di-lahir-kan di Alam Surga.

15) Akan terlahir sebagai Raja atau Kepala Negara.

16) Dapat mengetahui Kehidupan pada masa yang lampau.

17) Cita-cita-nya selalu tercapai.

18) Keluarga-nya selalu aman, tentram, dan bahagia.

19) Semua malapetaka lenyap.

~ 83 ~
Buku KSITIGARBHA PURVA PRANIDHANA SUTRA

20) Tehindar dari 3 Alam kesengsaraan.

21) Apa yang di-kerja-kan selalu berhasil.

22) Selalu tidur nyenyak.

23) Leluhur-nya ikut ter-bebas dari belenggu penderitaan.

24) Jika Para Leluhur-nya juga pernah me-nanam Kebajikan, hal ini dapat
membantu-nya untuk lahir di Alam Surga.

25) Mendapat pujian dari Para Suciwan.

26) Memiliki pikiran yang cerdas, tangkas, cekatan, dan tajam.

27) Memiliki jiwa yang welas asih.

28) Akhir-nya akan mencapai tingkat Ke-Buddha-an.

***

Sang Buddha kemudian melanjutkan Sabda-Nya, Lagi, O Arya Akasagarbha.


Apabila Para Dewa, Naga, Dewa Bumi, Dewa Surga, Para Raja Setan dan Pengikut-nya,
baik yang berada di masa sekarang atau pun pada masa mendatang, setelah mereka
mendengar Nama Sang Ksitigarbha lalu mereka memberi hormat kepada ruphang
Beliau atau pun mereka mendapat kesempatan mendengar Dharma atau Sutra tentang
Maha Purva Pranidhana ( Janji Bodhisattva ) serta Tugas Suci Sang Ksitigarbha, dan
dengan segera mereka ter-gerak hati-nya, kemudian meng-hormat kepada Beliau
dengan tulus sambil memuji Jasa-jasa Beliau, maka mereka akan memperoleh 7 macam
manfaat sebagai berikut ;

1) Status mereka akan cepat naik ke Tingkat Alam Suci.

2) Karma buruk yang di-miliki segera lenyap.

3) Selalu di-lindungi oleh Para Buddha.

4) Bodhicitta-nya tidak akan mundur sedikit pun.

5) Kekuatan dan kebijaksanaan-nya makin ber-tambah.

6) Dapat memiliki kekuatan batin.

7) Kelak pasti akan mencapai Tingkat Buddha.

~ 84 ~
Buku KSITIGARBHA PURVA PRANIDHANA SUTRA

***

Para Hadirin dari Himpunan Agung yang ter-diri dari juta-an Para Buddha,
Bodhisattva Mahasattva, Dewa, Naga, ke-8 Kelompok Makhluk, serta Umat-umat lain-nya,
setelah mendengar Buddha Sakyamuni menyanjung dan memuji tentang kewibawaan,
kebijaksanaan, yang se-demikian Mulia dan Luhur, yang mana di-miliki oleh Sang
Bodhisattva Mahasattva Ksitigarbha, maka dengan se-laras mereka meng-ucap-kan,
Adbhuta, Adbhuta, Adbhuta ! ( Luar biasa sekali, sangat luar biasa, hal ini belum pernah
terjadi 3 x )

Pada saat itu, bunga mandarava Surga yang amat harum serta jubah Surga,
manikam Surga, dan keyura Dewata ( untaian manikam ) yang banyak-nya bagai-kan hujan
terus-menerus memadati seluruh Istana Surga Trayastrimsa, sebagai persembahan
kepada Sang Buddha Sakyamuni dan kepada Bodhisattva Ksitigarbha, dan juga sebagai
tanda Terimakasih yang mendalam atas Jasa-jasa Sang Buddha Sakyamuni yang telah
memberikan khotbah yang tak ternilai manfaat-nya, dan juga sebagai tanda
Penghormatan yang se-tinggi-tinggi-nya kepada Ksatria Sejati Bodhisattva Mahasattva
Ksitigarbha.

Kemudian Para Hadirin ber-sama-sama memberi hormat kepada Buddha


Sakyamuni dan Bodhisattva Ksitigarbha dengan mengatupkan ke-dua telapak tangan
mereka, dan dengan perasaan bahagia mereka kembali ke tempat masing-masing.

**********

~ 85 ~
Buku KSITIGARBHA PURVA PRANIDHANA SUTRA

Sumber :
Text asli versi Mandarin disusun Dharma Master Yau Cin
Versi Bahasa Indonesia disusun Dr. Leini Lee ( Sukhavati Education Centre, Medan )

Catatan :
Jika Diri Sendiri tdak membaca, mohon diberikan kepada Orang Lain untuk dibaca.

Kebaikan Jasa pasti tak terhingga besar-nya,


dan akan menambah Bintang Terang ke dalam Rumah.

Diperbanyak Oleh :

~ 86 ~

Anda mungkin juga menyukai