Anda di halaman 1dari 11

10 Awatara Dalam Agama Hindu

 Dwi Pratama  15:29  Pilar Agama Hindu

1. Matsya Awatara

Di dalam Purana dikisahkan bahwa alam semesta ini pernah dilanda banjir yang sangat besar dan
dahsyat akibat adanya hujan selama tiga bulan terus menerus siang dan malam. Umat manusia
dan bumi beserta isinya nyaris tenggelam dan hanyut oleh dahsyatnya banjir yang melanda.
Melihat hal seperti itu, lalu Brahman, Sang Hyang Widhi menjelma atau lahir ke dunia dengan
mengambil bentuk sebagai seekor ikan bertanduk yang sangat besar. Ikan yang bernama Matsya
Avatara inilah yang menyelamatkan umat manusia dan dunia beserta isinya sehingga terhindar
dari kehancuran.

2.  Kurma Awatara


Kisah Kurma Avatara ini terdapat di dalam kitab Padma Purana.Dikisahkan para dewata dan para
raksasa berebut untuk mendapatkan tirta Amerta Sanjiwani yang berguna untuk menjadikan
hidup tidak bisa mati kalau sempat meminum tirta tersebut. Akibat lautan diaduk sedemikian
rupa, maka terjadilah gempa bumi yang sangat dahsyat yang nyaris menghancurkan bumi beserta
isinya. Melihat keadaan yang berbahaya seperti itu, lalu Brahman, Sang Hyang Widhi menjelma
turun ke bumi dengan mengambil bentuk sebagai seekor kura-kura raksasa yang bernama Kurma
Avatara. Kurma Avatara inilah yang dengan kekuatan penuh memikul bumi ketika mau hancur
akibat dari para Dewata dan raksasa mengaduk lautan untuk mendapatkan Tirta Amerta
Sanjiwani.

3.  Varaha Awatara


Dikisahkan dalam kitab Visnu Purana, pada suatu masa berkuasalah raksasa yang sangat sakti
bernama Hiraniaksa. Raksasa Raja ini tidak bisa mati oleh segala macam senjata, sangat sakti
tetapi sangat kejam terhadap umat manusia. Lalu Brahman, Sang Hyang Widhi kembali
menjelma menjadi seerkor babi hutan yang sangat besar bernama Varaha. Pada saat raksasa
Hiraniaka bermaksud untuk menghancurkan umat manusia, dunia dan berserta isinya, datanglah
Varaha Avatara yang menyelamatkan sehingga terhindar dari kehancuran.

4. Wamana Awatara
Vamana Avatara adalah penjelmaan Brahman dalam bentuk sebagai orang cebol atau pendek.
Dikisahkan raksasa yang berkuasa pada saat itu sangat kejam memperlakukan para resi dan para
pertapa di hutan. Semua fasilitas untuk melakukan persembahyangan dirusak oleh raksasa ini.
Maka datanglah orang cebol ini menghadap raja raksasa yang bernama Bali, lalu menantang
untuk adu kesaktian. Si Cebol meminta sebidang tanah seukuran tiga kali pajang dan lebar
tubuhnya. Raja Bali menyetujui, lalu dengan kesaktiannya yang luar biasa, Vamana yang cebol
ini dengan mudah menjatuhkan raja Bali, dengan jatuhnya raja yang lalim ini, umat manusia dan
alam semesta beserta isinya dapat diselamatkan dari kehancuran akibat kejahatan yang dilakukan
oleh raja raksasa yang bernama Bali.

5. Narasima Awatara
Narasima adalah manusia singa, dikatakan demikian karena memiliki tubuh berbentuk manusia
dan berkepala berbentuk singa yang sangat sakti. Di dalam Purana disebutkan seorang raja
bernama Hirania Kasipu telah selesai menjalankan tapa yang sangat keras. Akibat dari tapanya
yang disiplin dan keras, Raja Hirania Kasipu mendapatkan kekuatan yang tidak bisa mati oleh
binatang, manusia ataupun oleh kekuatan alam, seperti gempa bumi, dan angin topan. Hirania
Kasipu juga tidak bisa mati pada siang hari dan tidak juga bisa mati pada malam hari. Karena
merasa diri sakti dan tidak bisa mati, maka muncullah sikapnya yang sombong dan bertindak
sewenang-wenang terhadap rakyatnya.

Dengan demikian, umat manusia terancam oleh kejahatan yang dilakukan Raja Hirania Kasipu,
karena membahayakan keselamatan dunia beserta isinya, lalu Brahman turun ke bumi dan
menjelma menjadi manusia harimau yang bernama Narasima Murti. Dalam perang tanding
melawan Narasima Murti, Raja Hiraia Kasipu yang lalim dan kejam akhirnya tewas
mengenaskan dicakar oleh Narasima Murti pada saat sandi kala atau waktu menjelang malam di
bawah cucuran atap rumah. Setelah tewasnya Raja Hirania Kasipu, maka umat manusia, dunia
berserta isinya menjadi selamat terbebas dari keangkaramurkaan.

6.  Parasurama Awatara


Parasurama Avatara dikisahkan di dalam Brahma Purana. Dalam kisah ini disebutkan bahwa
Parasurama dilahirkan dalam keluarga Brahmana Yamadagini. Setelah dewasa dan selesai
berguru, Parasurama mendapatkan anugerah senjata berupa kapak yang sangat sakti. Dikisahkan
pada saat itu para ksatria banyak membuat onar. Mereka suka mengonsumsi berbagai macam
minuman keras, tidak menghormati wanita dan selalu mengganggu ketentraman masyarakat.
Hukum di masyarakat tersebut tidak berjalan dengan baik. Orang jahat dibebaskan atau dihukum
ringan, orang yang baik malahan dimasukkan ke penjara. Melihat keadaan yang demikian,
Brahman turun kembali ke bumi dalam bentuk manusia bersenjata kapak. Dengan kebijaksanaan
dan kesaktiannya, Parasurama dapat kembali menegakkan hukum dan keadilan di masyarakat.
Akhirnya umat manusia, dunia beserta isinya dapat diselamatkan dan terhindar dari kepunahan.
7.  Rama Awatara
Dalam epos Ramayana, disebutkan Raja Ayodya bernama Dasarata mempunyai putra bernama
Rama Deva dari istrinya yang bernama Devi Ekosalya. Pangeran Laksamana lahir dari istri yang
bernama Devi Sumitra. Pangeran Barata lahir dari istri yang bernama Devi Kakeyi. Rama Deva
diyakini sebagai penjelmaan Brahman, karena mempunyai kemampuan luar biasa di atas
kemampuan manusia pada umumnya. Rama Dewa berhasil membunuh Raja Alengka bernama
Rahwana yang bergelar Dasamuka. Rahwana adalah putra dari Bhagawan Waisrawa dengan Diah
Sukesi putri Raja Somali. Rahwana mencuri Devi Sinta istri Rama Deva, maka terjadilah perang
besar yang bernama Perang Ramayana. Dalam perang besar tersebut, Raja Alengka bernama
Rahwana itu tewas. Dengan tewasnya Raja Rahwana, maka kehancuran dunia beserta isinya
dapat dihindarkan.

8. Krisna Awatara
Di dalam Kitab Mahabarata, dikisahkan ada seorang raja yang sangat kejam bernama Kansa. Ia di
ramal oleh seorang Brahmana bahwa dirinya akan terbunuh oleh anak laki-laki dari pasangan
Vasudewa dengan Devi Devaki yang tidak lain adalah adik kandungnya sendiri, maka Vasudeva
dan Devi Devaki oleh Raja Kansa dimasukkan ke dalam penjara sampai akhirnya melahirkan
seorang anak bernama Krisna. Hujan turun lebat ketika Krisna kecil keluar dari penjara. Ia harus
melewati Sungai Gangga yang sedang dilanda banjir. Melihat hal itu seekor ular kobra besar
memberikan perlindungan kepadanya menjelang lewatnya Vasudewa. Dikisahkan Krisna sudah
dewasa, dalam perang tanding melawan Raja Kansa, Krisna dapat mengalahkan Raja Kansa
dengan mudah. Akhirnya dunia dapat diselamatkan oleh Avatara Krisna dari kelaliman Raja
Kansa.

9. Buddha Awatara
Sang Buddha sebelumnya bernama Pangeran Sidharta Gautama.Beliau lahir dalam keluarga suku
Sakya yang sangat teguh menjalankan tradisi leluhur. Mereka lahir di dalam keluarga Hindu.
Ayahnya adalah seorang raja di Kerajaan Kapilawastu benama Raja Sodhodana. Sementara
Ibundanya adalah Dewi Maha Maya. Ketika baru lahir, Sidharta kecil sudah langsung dapat
berjalan tujuh langkah dan secara ajaib dari tanah bekas injakan kakinya muncul tumbuh bunga
teratai putih yang mengeluarkan bau harum semerbak. Akibat dari ramalan seorang Brahmana
sakti yang meramalkan Sidharta kelak akan menjadi Buddha, maka oleh Raja Sodhodana,
pangeran kecil ini dibuatkan tiga buah istana yang mewah agar ia hidup bergelimangan
kemewahan dan kelak hidupnya tidak menjadi Buddha. 
Namun, akibat melihat tiga peristiwa sederhana yang agung— melihat orang sakit, melihat orang
tua yang jalannya tertatih-tatih, dan melihat orang meninggal, lalu Sidharta Gautama
meninggalkan istana, istri, anak, keluarga dan rakyatnya pergi ke hutan Uruwela untuk mencari
penawar duka atau penderitaan. Penderitaan yang dimaksud adalah usia tua, kesakitan, dan
kematian. Setelah mencapai penerangan sempurna, Sidharta Gautama bergelar Buddha, yang
mengajarkan ajarannya ke seluruh dunia untuk menunjukkan jalan yang benar agar umat manusia
mencapai kebahagiaan dan terlepas dari penderitaan.

10. Kalki Awatara

Kalki Avatara adalah avatara yang belum lahir dan akan lahir ketika dunia sudah mencapai
puncak usia yang dikenal dengan istilah akhir zaman. Kalki Avatara dengan menunggang kuda
putih, bersenjatakan pedang dan pecut sakti berkeliling dunia menegakkan kebenaran sehingga
dunia terhindar dari kehancuran. Kalki Avatara diyakini dapat mengembalikan keadaan zaman
dari kacau balau menjadi zaman keemasan yang masyarakatnya hidup makmur, adil, dan
sejahtera.
10 Awatara dari zaman ke zaman

Awatara dalam agama Hindu adalah inkarnasi


dari Tuhan Yang Maha Esa maupun
manifestasinya. Tuhan Yang Maha Esa ataupun
manifestasinya turun ke dunia, mengambil suatu
bentuk dalam dunia material, guna
menyelamatkan dunia dari kehancuran dan
kejahatan, menegakkan dharma dan
menyelamatkan orang-orang yang melaksanakan
Dharma/Kebenaran.
Agama Hindu mengenal adanya Dasa Awatara
yang sangat terkenal di antara Awatara-Awatara
lainnya. Dasa Awatara adalah sepuluh Awatara
yang diyakini sebagai penjelmaan material
Dewa Wisnu dalam misi menyelamatkan dunia. Dari sepuluh Awatara, sembilan diantaranya
diyakini sudah pernah menyelamatkan dunia, sedangkan satu di antaranya, Awatara terakhir
(Kalki Awatara), masih menunggu waktu yang tepat (konon pada akhir Kali Yuga) untuk turun
ke dunia. Kisah-kisah Awatara tersebut terangkum dalam sebuah kitab yang disebut Purana.
Berikut 10 awatara dari zaman ke zaman.

1. Matsya Awatara, sang ikan, muncul saat Satya Yuga

Dalam ajaran agama Hindu, Matsya adalah


awatara Wisnu yang berwujud ikan raksasa. Dalam
bahasa Sanskerta, kata matsya sendiri berarti ikan.
Menurut mitologi Hindu, Matsya muncul pada masa
Satyayuga, pada masa pemerintahan Raja Satyabrata
(lebih dikenal sebagai Maharaja Waiwaswata Manu),
putra Wiwaswan, dewa matahari. Matsya turun ke dunia
untuk memberitahu Maharaja Manu mengenai bencana
air bah yang akan melanda bumi. Ia memerintahkan
Maharaja Manu untuk segera membuat bahtera besar.
Kisah dengan tema serupa juga dapat disimak dalam
kisah Nabi Nuh, yang konon membuat bahtera besar
untuk melindungi umatnya dari bencana air bah yang
melanda bumi. Kisah dengan tema yang sama juga ditemukan di beberapa negara, seperti kisah
dari penduduk asli Amerika dan dari Yunani.
2. Kurma Awatara, sang kura-kura, muncul saat Satya Yuga

Dalam agama Hindu, Kurma adalah awatara


(penjelmaan) kedua dewa Wisnu yang berwujud
kura-kura raksasa. Awatara ini muncul pada masa
Satyayuga. Menurut kitab Adiparwa, kura-kura
tersebut bernama Akupa. Menurut berbagai
kitab Purana, Wisnu mengambil wujud seekor kura-
kura (kurma) dan mengapung di lautan susu
(Kserasagara atau Kserarnawa). Di dasar laut
tersebut konon terdapat harta karun dan
tirta amerta yang dapat membuat peminumnya
hidup abadi. Para Dewa dan Asura berlomba-lomba
mendapatkannya. Untuk mangaduk laut tersebut,
mereka membutuhkan alat dan sebuah gunung yang bernama Mandara digunakan untuk
mengaduknya. Para Dewa dan para Asura mengikat gunung tersebut dengan naga Wasuki dan
memutar gunung tersebut. Kurma menopang dasar gunung tersebut dengan tempurungnya. Dewa
Indra memegang puncak gunung tersebut agar tidak terangkat ke atas. Setelah sekian lama tirta
amerta berhasil didapat dan Dewa Wisnu mengambil alih. Kurma juga nama dari seorang resi,
putra Gretsamada.

3. Waraha Awatara, sang babi hutan, muncul saat Satya Yuga

Waraha adalah awatara (penjelmaan) ketiga


dari Dewa Wisnu yang berwujud babi hutan.
Awatara ini muncul pada masa Satyayuga (zaman
kebenaran). Kisah mengenai Waraha Awatara
selengkapnya terdapat di dalam
kitab Warahapurana dan Purana-Purana lainnya.
Menurut mitologi Hindu, pada zaman Satyayuga
(zaman kebenaran), ada seorang raksasa
bernama Hiranyaksa, adik raksasa Hiranyakasipu.
Keduanya merupakan kaum Detya (raksasa).
Hiranyaksa hendak menenggelamkan Pertiwi
(planet bumi) ke dalam "lautan kosmik," suatu
tempat antah berantah di ruang angkasa. Melihat
dunia akan mengalami kiamat, Wisnu menjelma menjadi babi hutan yang memiliki dua taring
panjang mencuat dengan tujuan menopang bumi yang dijatuhkan oleh Hiranyaksa. Usaha
penyelamatan yang dilakukan Waraha tidak berlangsung lancar karena dihadang oleh
Hiranyaksa. Maka terjadilah pertempuran sengit antara raksasa Hiranyaksa melawan Dewa
Wisnu. Konon pertarungan ini terjadi ribuan tahun yang lalu dan memakan waktu ribuan tahun
pula. Pada akhirnya, Dewa Wisnu yang menang. Setelah Beliau memenangkan pertarungan,
Beliau mengangkat bumi yang bulat seperti bola dengan dua taringnya yang panjang mencuat,
dari lautan kosmik, dan meletakkan kembali bumi pada orbitnya. Setelah itu, Dewa Wisnu
menikahi Dewi Pertiwi dalam wujud awatara tersebut.

4. Narasimha Awatara, manusia berkepala singa, muncul saat Satya Yuga

Narasinga adalah awatara (inkarnasi/penjelmaan)


Wisnu yang turun ke dunia, berwujud manusia dengan
kepala singa, berkuku tajam seperti pedang, dan
memiliki banyak tangan yang memegang senjata.
Narasinga merupakan simbol dewa pelindung yang
melindungi setiap pemuja Wisnu jika terancam bahaya.
Menurut kitab Purana, pada menjelang akhir zaman
Satyayuga (zaman kebenaran), seorang raja asura
(raksasa) yang bernama Hiranyakasipu membenci
segala sesuatu yang berhubungan dengan Wisnu, dan
dia tidak senang apabila di kerajaannya ada orang yang
memuja Wisnu. Sebab bertahun-tahun yang lalu,
adiknya yang bernama Hiranyaksa dibunuh oleh
Waraha, awatara Wisnu. Agar menjadi sakti, ia melakukan tapa yang sangat berat, dan hanya
memusatkan pikirannya pada Dewa Brahma. Setelah Brahma berkenan untuk muncul dan
menanyakan permohonannya, Hiranyakasipu meminta agar ia diberi kehidupan abadi, tak akan
bisa mati dan tak akan bisa dibunuh. Namun Dewa Brahma menolak, dan menyuruhnya untuk
meminta permohonan lain. Akhirnya Hiranyakashipu meminta, bahwa ia tidak akan bisa dibunuh
oleh manusia, hewan ataupun dewa, tidak bisa dibunuh pada saat pagi, siang ataupun malam,
tidak bisa dibunuh di darat, air, api, ataupun udara, tidak bisa dibunuh di dalam ataupun di luar
rumah, dan tidak bisa dibunuh oleh segala macam senjata. Mendengar permohonan tersebut,
Dewa Brahma mengabulkannya.
5. Wamana Awatara, sang orang cebol, muncul saat Treta Yuga

Dalam agama Hindu, Wamana adalah awatara


Wisnu yang kelima, turun pada masa Tretayuga,
sebagai putra Aditi dan Kasyapa, seorang Brahmana. Ia
(Wisnu) turun ke dunia guna menegakkan kebenaran
dan memberi pelajaran kepada raja Bali (Mahabali,
seorang Asura, cucu dari Prahlada. Raja Bali telah
merebut surga dari kekuasaan Dewa Indra, karena itu
Wisnu turun tangan dan menjelma ke dunia, memberi
hukuman pada Raja Bali. Wamana awatara dilukiskan
sebagai Brahmana dengan raga anak kecil yang
membawa payung. Wamana Awatara merupakan
penjelmaan pertama Dewa Wisnu yang mengambil
bentuk manusia lengkap, meskipun berwujud
Brahmana mungil. Wamana kadang-kadang dikenal juga dengan sebutan "Upendra."

6. Parasurama Awatara, sang Rama bersenjata kapak, muncul saat Treta Yuga

Parasurama atau yang di Indonesia kadang disebut Ramaparasu, adalah nama seorang
tokoh Ciranjiwin (abadi) dalam ajaran agama Hindu.
Secara harfiah, namaParashurama bermakna "Rama
yang bersenjata kapak". Nama lainnya
adalah Bhargawa yang bermakna "keturunan
Maharesi Bregu". Ia sendiri dikenal sebagai awatara
Wisnu yang keenam dan hidup pada zaman
Tretayuga. Pada zaman ini banyak kaum kesatria
yang berperang satu sama lain sehingga
menyebabkan kekacauan di dunia. Maka, Wisnu
sebagai dewa pemelihara alam semesta lahir ke
dunia sebagai seorang brahmana berwujud angker,
yaitu Rama putra Jamadagni, untuk menumpas para
kesatria tersebut.

7. Rama Awatara, sang ksatria, muncul saat Treta Yuga


Dalam agama Hindu, Rama atau
Ramacandra adalah seorang raja
legendaris yang terkenal dari India yang
konon hidup pada zaman Tretayuga,
keturunan Dinasti Surya atau
Suryawangsa. Ia berasal dari Kerajaan
Kosala yang beribukota Ayodhya.
Menurut pandangan Hindu, ia merupakan
awatara Dewa Wisnu yang ketujuh yang
turun ke bumi pada zaman Tretayuga.
Sosok dan kisah kepahlawanannya yang
terkenal dituturkan dalam sebuah sastra
Hindu Kuno yang disebut Ramayana,
tersebar dari Asia Selatan sampai Asia
Tenggara. Terlahir sebagai putera sulung
dari pasangan Raja Dasarata dengan
Kosalya, ia dipandang sebagai Maryada Purushottama, yang artinya "Manusia Sempurna".
Setelah dewasa, Rama memenangkan sayembara dan beristerikan Dewi Sita, inkarnasi dari Dewi
Laksmi. Rama memiliki anak kembar, yaitu Kusa dan Lawa.

8. Kresna Awatara, putra Wasudewa, muncul saat Dwapara Yuga

Kresna adalah salah satu dewa yang dipuja


oleh umat Hindu, berwujud pria berkulit gelap atau
biru tua, memakai dhoti kuning dan mahkota yang
dihiasi bulu merak. Dalam seni lukis dan arca,
umumnya ia digambarkan sedang bermain seruling
sambil berdiri dengan kaki yang ditekuk ke samping.
Legenda Hindu dalam kitab Purana  dan 
Mahabharata  menyatakan bahwa ia adalah putra
kedelapan Basudewa dan Dewaki, bangsawan dari
kerajaan Surasena, kerajaan mitologis di India Utara.
Secara umum, ia dipuja sebagai awatara (inkarnasi)
Dewa Wisnu kedelapan di antara sepuluh awatara
Wisnu. Dalam beberapa tradisi perguruan Hindu,
misalnya Gaudiy Waisnawa, ia dianggap sebagai
manifestasi dari kebenaran mutlak, atau perwujudan
Tuhan itu sendiri, dan dalam tafsiran kitab-kitab
yang mengatasnamakan Wisnu atau Kresna, misalnyaBhagawatapurana, ia dimuliakan sebagai
Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Dalam Bhagawatapurana, ia digambarkan sebagai sosok
penggembala muda yang mahir bermain seruling, sedangkan dalam wiracaritaMahabharata ia
dikenal sebagai sosok pemimpin yang bijaksana, sakti, dan berwibawa. Selain itu ia dikenal pula
sebagai tokoh yang memberikan ajaran filosofis, dan umat Hindu
meyakini Bhagawadgita sebagai kitab yang memuat kotbah Kresna kepada Arjuna tentang ilmu
rohani.
9. Buddha Awatara, pangeran Siddharta Gautama, muncul saat Kali Yuga

Dalam agama Hindu, Gautama Buddha muncul dalam kitab Purana  (Susastra Hindu)
sebagai awatara (inkarnasi) kesembilan di
antara sepuluh awatara (Dasawatara) Dewa
Wisnu. Dalam Bhagawatapurana, Beliau
disebut sebagai awatara kedua puluh empat di
antara dua puluh lima awatara Wisnu.
Kata buddha berarti "Dia yang mendapat
pencerahan" dan dapat mengacu kepada
Buddha lainnya selain Gautama Buddha,
pendiri Buddhisme yang dikenal pada masa
sekarang. Berbeda dengan ajaran Hindu,
ajaran Gautama Buddha tidak menekankan
keberadaan "Tuhan sang Pencipta" sehingga
agama Buddha termasuk bagian dari salah
satu aliran nāstika (heterodoks; secara harfiah
berarti "Itu tidak ada") menurut aliran-aliran
agama Dharma lainnya, seperti Dwaita. Namun beberapa aliran lainnya, seperti Adwaita,sangat
mirip dengan ajaran Buddhisme, baik bentuk maupun filsafatnya.

10. Kalki Awatara, sang pemusnah, muncul saat Kali Yuga

Dalam ajaran agama Hindu, Kalki juga


ditulis sebagai Kalkin dan Kalaki) adalah awatara
Wisnu kesepuluh sekaligus yang terakhir, yang
akan datang pada akhir zaman Kaliyuga (zaman
kegelapan dan kehancuran) saat ini. Nama kalki
seringkali dipakai sebagai metafora untuk
kekekalan dan waktu. Berbagai tradisi memiliki
berbagai kepercayaan dan pemikiran mengenai
kapan, bagaimana, di mana, dan mengapa Kalki
muncul. Penggambaran yang umum mengenai
Kalki yaitu Beliau adalah awatara yang
mengendarai kuda putih (beberapa sumber
mengatakan nama kudanya Devadatta [anugerah
Dewa] dan dilukiskan sebagai kuda bersayap). Kalki memiliki pedang berkilat yang digunakan
untuk memusnahkan kejahatan dan menghancurkan iblis Kali kemudian menegakkan kembali
dharma dan memulai zaman yang baru.

Anda mungkin juga menyukai