Anda di halaman 1dari 10

10 AWATARA YANG TURUN KEDUNIA MENJELMA DENGAN UJUD MASING-

MASING

1. Matsya Awatara, sang ikan, muncul saat Satya Yuga

Dalam ajaran agama Hindu, Matsya (Dewanagari :मममममम; IAST: matsya) adalah
awatara Wisnu yang berwujud ikan raksasa. Dalam bahasa Sanskerta, kata matsya sendiri
berarti ikan. Menurut mitologi Hindu, Matsya muncul pada masa Satyayuga, pada masa
pemerintahan Raja Satyabrata (lebih dikenal sebagai Maharaja Waiwaswata Manu), putra
Wiwaswan, dewa matahari. Matsya turun ke dunia untuk memberitahu Maharaja Manu
mengenai bencana air bah yang akan melanda bumi. Ia memerintahkan Maharaja Manu untuk
segera membuat bahtera besar.
Kisah dengan tema serupa juga dapat disimak dalam kisah Nabi Nuh, yang konon membuat
bahtera besar untuk melindungi umatnya dari bencana air bah yang melanda bumi. Kisah
dengan tema yang sama juga ditemukan di beberapa negara, seperti kisah dari penduduk asli
Amerika dan dari Yunani.
2. Kurma Awatara, sang kura-kura, muncul saat Satya Yuga

Dalam agama Hindu, Kurma (Sanskerta: ममममम; Kurma) adalah awatara (penjelmaan)
kedua dewa Wisnu yang berwujud kura-kura raksasa. Awatara ini muncul pada masa
Satyayuga. Menurut kitab Adiparwa, kura-kura tersebut bernama Akupa.
Menurut berbagai kitab Purana, Wisnu mengambil wujud seekor kura-kura (kurma) dan
mengapung di lautan susu (Kserasagara atau Kserarnawa). Di dasar laut tersebut konon
terdapat harta karun dan tirta amerta yang dapat membuat peminumnya hidup abadi. Para
Dewa dan Asura berlomba-lomba mendapatkannya. Untuk mangaduk laut tersebut, mereka
membutuhkan alat dan sebuah gunung yang bernama Mandara digunakan untuk
mengaduknya. Para Dewa dan para Asura mengikat gunung tersebut dengan naga Wasuki
dan memutar gunung tersebut. Kurma menopang dasar gunung tersebut dengan
tempurungnya. Dewa Indra memegang puncak gunung tersebut agar tidak terangkat ke atas.
Setelah sekian lama tirta amerta berhasil didapat dan Dewa Wisnu mengambil alih.
Kurma juga nama dari seorang resi, putra Gretsamada.

3. Waraha Awatara, sang babi hutan, muncul saat Satya Yuga


Waraha (Sanskerta: ममममम; Varāha) adalah awatara (penjelmaan) ketiga dari Dewa
Wisnuyang berwujud babi hutan. Awatara ini muncul pada masa Satyayuga (zaman
kebenaran).Kisah mengenai Waraha Awatara selengkapnya terdapat di
dalamkitab Warahapurana dan Purana-Purana lainnya.
Menurut mitologi Hindu, pada zaman Satyayuga (zaman kebenaran), ada seorang raksasa
bernama Hiranyaksa, adik raksasa Hiranyakasipu. Keduanya merupakan kaum Detya
(raksasa). Hiranyaksa hendak menenggelamkan Pertiwi (planet bumi) ke dalam "lautan
kosmik," suatu tempat antah berantah di ruang angkasa.
Melihat dunia akan mengalami kiamat, Wisnu menjelma menjadi babi hutan yang memiliki
dua taring panjang mencuat dengan tujuan menopang bumi yang dijatuhkan oleh Hiranyaksa.
Usaha penyelamatan yang dilakukan Waraha tidak berlangsung lancar karena dihadang oleh
Hiranyaksa. Maka terjadilah pertempuran sengit antara raksasa Hiranyaksa melawan Dewa
Wisnu. Konon pertarungan ini terjadi ribuan tahun yang lalu dan memakan waktu ribuan
tahun pula. Pada akhirnya, Dewa Wisnu yang menang.

4. Narasimha Awatara, manusia berkepala singa, muncul saat Satya Yuga


Narasinga (Devanagari: मममममम ; disebut juga Narasingh, Nārasiṃha) adalah awatara
(inkarnasi/penjelmaan) Wisnu yang turun ke dunia, berwujud manusia dengan kepala singa,
berkuku tajam seperti pedang, dan memiliki banyak tangan yang memegang senjata.
Narasinga merupakan simbol dewa pelindung yang melindungi setiap pemuja Wisnu jika
terancam bahaya.
Menurut kitab Purana, pada menjelang akhir zaman Satyayuga (zaman kebenaran), seorang
raja asura (raksasa) yang bernama Hiranyakasipu membenci segala sesuatu yang
berhubungan dengan Wisnu, dan dia tidak senang apabila di kerajaannya ada orang yang
memuja Wisnu. Sebab bertahun-tahun yang lalu, adiknya yang bernama Hiranyaksa dibunuh
oleh Waraha, awatara Wisnu.
Agar menjadi sakti, ia melakukan tapa yang sangat berat, dan hanya memusatkan pikirannya
pada Dewa Brahma. Setelah Brahma berkenan untuk muncul dan menanyakan
permohonannya, Hiranyakasipu meminta agar ia diberi kehidupan abadi, tak akan bisa mati
dan tak akan bisa dibunuh.

5. Wamana Awatara, sang orang cebol, muncul saat Treta Yuga


Dalam agama Hindu, Wamana (Devanagari: मममम ; Vāmana) adalah awatara Wisnu yang
kelima, turun pada masa Tretayuga, sebagai putra Aditi dan Kasyapa, seorang Brahmana. Ia
(Wisnu) turun ke dunia guna menegakkan kebenaran dan memberi pelajaran kepada
raja Bali (Mahabali, seorang Asura, cucu dari Prahlada. Raja Bali telah merebut surga dari
kekuasaan Dewa Indra, karena itu Wisnu turun tangan dan menjelma ke dunia, memberi
hukuman pada Raja Bali. Wamana awatara dilukiskan sebagai Brahmana dengan raga anak
kecil yang membawa payung. Wamana Awatara merupakan penjelmaan pertama Dewa
Wisnu yang mengambil bentuk manusia lengkap, meskipun berwujud Brahmana mungil.
Wamana kadang-kadang dikenal juga dengan sebutan "Upendra."

6. Parasurama Awatara, sang Rama bersenjata kapak, muncul saat Treta Yuga
Parasurama (Dewanagari: ममममममममममममम; IAST: Parashurāma Bhārgava) atau
yang di Indonesia kadang disebut Ramaparasu, adalah nama seorang tokoh Ciranjiwin (abadi)
dalam ajaran agama Hindu. Secara harfiah, namaParashurama bermakna "Rama yang
bersenjata kapak". Nama lainnya adalah Bhargawa yang bermakna "keturunan Maharesi
Bregu". Ia sendiri dikenal sebagai awatara Wisnu yang keenam dan hidup pada zaman
Tretayuga. Pada zaman ini banyak kaum kesatria yang berperang satu sama lain sehingga
menyebabkan kekacauan di dunia. Maka, Wisnu sebagai dewa pemelihara alam semesta lahir
ke dunia sebagai seorang brahmana berwujud angker, yaitu Rama putra Jamadagni, untuk
menumpas para kesatria tersebut.

7. Rama Awatara, sang ksatria, muncul saat Treta Yuga


Dalam agama Hindu, Rama (Sanskerta: ममम; Rāma) atau Ramacandra (Sanskerta:
ममममममममम; Rāmacandra) adalah seorang raja legendaris yang terkenal dari India yang
konon hidup pada zaman Tretayuga, keturunan Dinasti Surya atau Suryawangsa. Ia berasal
dari Kerajaan Kosala yang beribukota Ayodhya. Menurut pandangan Hindu, ia merupakan
awatara Dewa Wisnu yang ketujuh yang turun ke bumi pada zaman Tretayuga. Sosok dan
kisah kepahlawanannya yang terkenal dituturkan dalam sebuah sastra Hindu Kuno yang
disebut Ramayana, tersebar dari Asia Selatan sampai Asia Tenggara. Terlahir sebagai putera
sulung dari pasangan Raja Dasarata dengan Kosalya, ia dipandang sebagai Maryada
Purushottama, yang artinya "Manusia Sempurna". Setelah dewasa, Rama memenangkan
sayembara dan beristerikan Dewi Sita, inkarnasi dari Dewi Laksmi. Rama memiliki anak
kembar, yaitu Kusa dan Lawa.

8. Kresna Awatara, putra Wasudewa, muncul saat Dwapara Yuga


Kresna (Dewanagari: ममममम; IAST: kṛṣṇa; dibaca [ˈkr̩ʂɳə]) adalah salah satu dewa yang
dipuja oleh umat Hindu, berwujud pria berkulit gelap atau biru tua, memakai dhoti kuning
dan mahkota yang dihiasi bulu merak. Dalam seni lukis dan arca, umumnya ia digambarkan
sedang bermain seruling sambil berdiri dengan kaki yang ditekuk ke samping. Legenda
Hindu dalam kitab Purana dan Mahabharata menyatakan bahwa ia adalah putra kedelapan
Basudewa dan Dewaki, bangsawan dari kerajaan Surasena, kerajaan mitologis di India Utara.
Secara umum, ia dipuja sebagai awatara (inkarnasi) Dewa Wisnu kedelapan di antara sepuluh
awatara Wisnu. Dalam beberapa tradisi perguruan Hindu, misalnya Gaudiy Waisnawa, ia
dianggap sebagai manifestasi dari kebenaran mutlak, atau perwujudan Tuhan itu sendiri, dan
dalam tafsiran kitab-kitab yang mengatasnamakan Wisnu atau Kresna,
misalnyaBhagawatapurana, ia dimuliakan sebagai Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa.
Dalam Bhagawatapurana, ia digambarkan sebagai sosok penggembala muda yang mahir
bermain seruling, sedangkan dalam wiracaritaMahabharata ia dikenal sebagai sosok
pemimpin yang bijaksana, sakti, dan berwibawa. Selain itu ia dikenal pula sebagai tokoh
yang memberikan ajaran filosofis, dan umat Hindu meyakini Bhagawadgita sebagai kitab
yang memuat kotbah Kresna kepada Arjuna tentang ilmu rohani.

9. Buddha Awatara, pangeran Siddharta Gautama, muncul saat Kali Yuga


Dalam agama Hindu, Gautama Buddha muncul dalam kitab Purana (Susastra Hindu) sebagai
awatara (inkarnasi) kesembilan di antara sepuluh awatara (Dasawatara) Dewa Wisnu.
Dalam Bhagawatapurana, Beliau disebut sebagai awatara kedua puluh empat di antara dua
puluh lima awatara Wisnu. Kata buddha berarti "Dia yang mendapat pencerahan" dan dapat
mengacu kepada Buddha lainnya selain Gautama Buddha, pendiri Buddhisme yang dikenal
pada masa sekarang.
Berbeda dengan ajaran Hindu, ajaran Gautama Buddha tidak menekankan keberadaan
"Tuhan sang Pencipta" sehingga agama Buddha termasuk bagian dari salah satu
aliran nāstika (heterodoks; secara harfiah berarti "Itu tidak ada") menurut aliran-aliran agama
Dharma lainnya, seperti Dwaita. Namun beberapa aliran lainnya, seperti Adwaita,sangat
mirip dengan ajaran Buddhisme, baik bentuk maupun filsafatnya

10. Kalki Awatara, sang pemusnah, muncul saat Kali Yuga


Dalam ajaran agama Hindu, Kalki (Dewanagari: ममममम; IAST: Kalki; juga ditulis sebagai
Kalkin dan Kalaki) adalah awatara Wisnu kesepuluh sekaligus yang terakhir, yang akan
datang pada akhir zaman Kaliyuga (zaman kegelapan dan kehancuran) saat ini. Nama kalki
seringkali dipakai sebagai metafora untuk kekekalan dan waktu. Berbagai tradisi memiliki
berbagai kepercayaan dan pemikiran mengenai kapan, bagaimana, di mana, dan mengapa
Kalki muncul. Penggambaran yang umum mengenai Kalki yaitu Beliau adalah awatara yang
mengendarai kuda putih (beberapa sumber mengatakan nama kudanya Devadatta [anugerah
Dewa] dan dilukiskan sebagai kuda bersayap). Kalki memiliki pedang berkilat yang
digunakan untuk memusnahkan kejahatan dan menghancurkan iblis Kali kemudian
menegakkan kembali dharma dan memulai zaman yang baru.

Anda mungkin juga menyukai