Awatara dalam agama Hindu adalah inkarnasi dari Tuhan Yang Maha Esa maupun
manifestasinya. Tuhan Yang Maha Esa ataupun manifestasinya turun ke dunia, mengambil
suatu bentuk dalam dunia material, guna menyelamatkan dunia dari kehancuran dan
kejahatan, menegakkan dharma dan menyelamatkan orang-orang yang melaksanakan
Dharma/Kebenaran.
Agama Hindu mengenal adanya Dasa Awatara yang sangat terkenal di antara Awatara-
Awatara lainnya. Dasa Awatara adalah sepuluh Awatara yang diyakini sebagai penjelmaan
material Dewa Wisnu dalam misi menyelamatkan dunia. Dari sepuluh Awatara, sembilan
diantaranya diyakini sudah pernah menyelamatkan dunia, sedangkan satu di antaranya,
Awatara terakhir (Kalki Awatara), masih menunggu waktu yang tepat (konon pada akhir Kali
Yuga) untuk turun ke dunia. Kisah-kisah Awatara tersebut terangkum dalam sebuah kitab
yang disebut Purana. Berikut 10 Awatara dari zaman ke zaman :
6. Parasurama Awatara, sang Rama bersenjata kapak, muncul saat Treta Yuga
P
a
r
a
s
u
r
a
m
a
(
D
e
w
a
n
a
g
a
r
i
:
(
D
e
w
a
n
a
g
a
r
i
:
; IAST: ka; dibaca [kr]) adalah salah satu dewa yang dipuja oleh umat Hindu,
berwujud pria berkulit gelap atau biru tua, memakai dhoti kuning dan mahkota yang dihiasi
bulu merak. Dalam seni lukis dan arca, umumnya ia digambarkan sedang bermain seruling
sambil berdiri dengan kaki yang ditekuk ke samping. Legenda Hindu dalam kitab Purana dan
Mahabharata menyatakan bahwa ia adalah putra kedelapan Basudewa dan Dewaki,
bangsawan dari kerajaan Surasena, kerajaan mitologis di India Utara. Secara umum, ia dipuja
sebagai awatara (inkarnasi) Dewa Wisnu kedelapan di antara sepuluh awatara Wisnu. Dalam
beberapa tradisi perguruan Hindu, misalnya Gaudiy Waisnawa, ia dianggap sebagai
manifestasi dari kebenaran mutlak, atau perwujudan Tuhan itu sendiri, dan dalam tafsiran
Dalam agama Hindu, Gautama Buddha muncul dalam kitab Purana (Susastra Hindu) sebagai
awatara (inkarnasi) kesembilan di antara sepuluh awatara (Dasawatara) Dewa Wisnu. Dalam
Bhagawatapurana, Beliau disebut sebagai awatara kedua puluh empat di antara dua puluh
lima awatara Wisnu. Kata buddha berarti "Dia yang mendapat pencerahan" dan dapat
mengacu kepada Buddha lainnya selain Gautama Buddha, pendiri Buddhisme yang dikenal
pada masa sekarang.
Berbeda dengan ajaran Hindu, ajaran Gautama Buddha tidak menekankan keberadaan
"Tuhan sang Pencipta" sehingga agama Buddha termasuk bagian dari salah satu aliran
nstika (heterodoks; secara harfiah berarti "Itu tidak ada") menurut aliran-aliran agama
Dharma lainnya, seperti Dwaita. Namun beberapa aliran lainnya, seperti Adwaita, sangat
mirip dengan ajaran Buddhisme, baik bentuk maupun filsafatnya
a
j
a
r
a
n
a
g
a
m
a
H
i
n
d
u
,
K
a
l
k
i
(
D
e
w
Catursana atau Caturkumara adalah empat putra Brahma dalam kitab-kitab Purana dalam
agama Hindu, yang terdiri dari Sanaka, Sanatana, Sanandana dan Sanatkumara.
Mereka lahir dari pikiran Brahma. Mereka merupakan empat resi (orang suci) yang
bersumpah untuk membujang selamanya (brahmacarya), bertentangan dengan kehendak ayah
mereka.
Kitab Bhagawatapurana memasukkan Catursana ke dalam daftar dua belas Mahajana
(pemuja terbesar atau bhakta) yang meskipun jiwanya sudah bebas dan kekal semenjak lahir,
masih melakukan pelayanan kepada Wisnu dari keadaan mereka yang sudah tercerahkan.
Meskipun usia mereka sudah tua, legenda mengatakan bahwa mereka berkelana di alam
semesta dalam wujud anak kecil. Mereka memegang sejumlah peran penting dalam tradisi
spiritual Hindu, khususnya yang berhubungan dengan pemujaan Kresna dan Wisnu.
Narada
Narada (Dewanagari: ; IAST: Nrada) atau Narada Muni adalah seseorang yang
bijaksana dalam tradisi Hindu, yang memegang peranan penting dalam kisah-kisah Purana,
khususnya Bhagawatapurana. Narada digambarkan sebagai pendeta yang suka mengembara
dan memiliki kemampuan untuk mengunjungi planet-planet dan dunia yang jauh. Ia selalu
membawa alat musik yang dikenal sebagai tambura, yang pada mulanya dipakai oleh Narada
untuk mengantarkan lagu pujian, doa-doa, dan mantra-mantra sebagai rasa bakti terhadap
Dewa Wisnu atau Kresna. Dalam tradisi Waisnawa ia memiliki rasa hormat yang istimewa
dalam menyanyikan nama Hari dan Narayana dan proses pelayanan didasari rasa bakti yang
diperlihatkannya, dikenal sebagai bhakti yoga seperti yang dijelaskan dalam kitab yang
merujuk kepadanya, yang dikenal sebagai Narad Bhakti Sutra.
d
a
n
N
a
r
a
y
a
n
a
(
D
e
w
a
n
a
g
a
r
i
:
Kapila (Dewanagari: ; IAST: Kapila i) adalah orang suci Hindu yang dipercaya
sebagai salah satu pendiri aliran filsafat Samkhya. Ia memiliki peran penting dalam kitab
Bhagawatapurana, yang menampilkan versi teisme dalam ajaran filsafat Samkhya. Cerita
tradisional Hindu menyatakan bahwa ia merupakan keturunan Manu, cucu Brahma. Kitab
Bhagawadgita menggambarkan Kapila sebagai yogi pertapa dengan siddhi, atau kekuatan
spiritual, yang sangat tinggi.
Banyak detail tentang kehidupan Resi Kapila diceritakan dalam Buku 3 kitab
Bhagawatapurana, di mana disebutkan bahwa orang tua beliau adalah Kardama Muni dan
Dewahuti. Setelah ayahnya meninggalkan rumah, Kapila mengajari ibunya, Dewahuti tentang
filsafat yoga dan pemujaan yang taat kepada Wisnu, sehingga Dewahuti mampu mencapai
kebebasan (moksa). Ajaran Samkhya Kapila juga dituturkan oleh Kresna kepada Udawa
dalam Buku 11 kitab Bhagawatapurana, bagian tersebut juga dikenal sebagai
"Uddhawagita".
Dattatreya
Menurut kepercayaan umat Hindu, Dattatreya (Sanskerta: ; Datttrya)
adalah seorang dewa yang merupakan penjelmaan dari Trimurti (tiga dewa utama), yaitu
Brahma, Wisnu dan Siwa. Dattatreya lahir sebagai putera Resi Atri dan Anasuya. Nama
Dattatreya berasal dari kata datta dan atreya. Kata datta berarti "diberi", oleh karena Trimurti
telah memberikan perwujudan sebagai putera Atri dan Anasuya. Kata atreya secara harfiah
berarti "putra Atri".
Dalam tradisi Natha, Dattatreya dianggap sebagai awatara atau inkarnasi dari Dewa Siwa dan
sebagai Adi-Guru (guru pertama) dalam tradisi Adinath Sampradaya. Di India, Dattatreya
dipuja oleh berjuta-juta umat Hindu dan berbagai tradisi dilakukan untuk memuliakannya.
Yadnya
Yadnya (Dewanagari: ; IAST: Yaja) atau Yadnyeswara ("Penguasa Yadnya") adalah
salah satu awatara (inkarnasi) Wisnu dalam agama Hindu. Ia adalah penguasa seluruh
upacara dalam agama Hindu (yadnya). Ia menjabat sebagai Indra pada Manwantara pertama,
era Swayambu Manu.
Resaba
Dalam agama Hindu, Resaba (Sanskerta: ; abha) adalah salah satu awatara Wisnu
yang disebut dalam Purana. Menurut kitab Purana, ia merupakan putra Nabi dan Maru, dan
merupakan keturunan langsung dari Swayambu Manu, manusia pertama di dunia.
Resaba memiliki istri bernama Jayanti, putri Dewa Indra, dan menurunkan seratus putra.
Putranya yang tertua bernama Barata. Sebagai awatara Wisnu, Resaba mengajarkan ilmu
meditasi yang terbaik, bahkan ia mengajarkannya kepada orang yang sudah ahli dalam
bidang meditasi. Ia juga mengajarkan ilmu cara memimpin rakyat dan kebijaksanaan kepada
para putranya agar mereka tidak terjerat oleh ilusi dunia. Setelah Resaba wafat, Barata
menggantikannya.
Pertu
Dalam ajaran agama Hindu, Pertu (Sanskerta: ; P(ri)thu) adalah salah satu awatara
Wisnu Ia merupakan putra Wena. Ia menjadi suami Arcisa, dan bapak bagi Wijitaswa,
Haryaksa, Dumrakesa, Wreka dan Drawina. Menurut legenda, Pertu dikenal sebagai raja
yang agung dan bijaksana. Kejayaannya seperti Bharata. Kisahnya muncul dalam beberapa
kitab Purana, seperti misalnya Brahmapurana, Matsyapurana, dsb.
Dhanwantari
D
h
a
n
w
a
n
Menurut mitologi Hindu, Dhanwantari merupakan tabib/dokter India yang pertama dan salah
t
satu dokter bedah pertama di dunia. Dia melakukan penyembuhan secara alami dengan
a
sempurna dan dipercaya telah menemukan obat antiseptik dan obat pencegahan berbahan
r
garam yang ia sertakan ketika menyembuhkan seseorang.
i
(
Mohini
D
e
w
a
n
a
g
a
r
i
:
k
e
p
e
r
c
a
y
a
a
n
H
i
n
d
u
,
M
o
h
i
n
i
(
D
e
w
a
n
a
D
a
l
a
m
a
g
a
m
a
H
i
n
d
u
,
H
a
y
a
g
r
i
w
a
(
D
e
w
a
n
Dalam agama Hindu, Angsa (Dewanagari: ; IAST: hasa) adalah salah satu awatara
(inkarnasi) Wisnu yang disebut dalam kitab Bhagawatapurana. Angsa merupakan salah satu
awatara yang muncul pada zaman Satyayuga atau zaman kebajikan. Angsa muncul sebagai
awatara berwujud angsa yang memberi pengetahuan suci kepada Dewa Brahma dan para
putra Beliau (Catursana).