Anda di halaman 1dari 3

1. Matsya awatara Matsya awatara artinya ikan.

Ida sang hyang widi dalam manipestasinya beliau sebagai dewa wisnu. pada masa permulaan ciptaan beliau, atas alam semesta, ternyata ciptaan beliau penuh di lindungi makhlukmakhluk air, dunia ini sampai dirupai oleh air. Dalam ajaran agama Hindu, adalah awatara Wisnu yang pertama, yang muncul pada masa Satyayuga, pada masa pemerintahan Raja Satyabrata (lebih dikenal sebagai Maharaja Waiwaswata Manu), putra Wiwaswan, dewa matahari. Matsya Awatara turun ke dunia untuk memberitahu Maharaja Manu mengenai bencana air bah yang akan melanda bumi. Ia memerintahkan Maharaja Manu untuk segera membuat bahtera besar. Oleh beberapa orang, karena temanya sama, kisah ini disamakan dengan kisah Nabi Nuh, yang konon membuat bahtera besar untuk melindungi umatnya dari bencana air bah yang melanda bumi. Kisah dengan tema yang sama juga ditemukan di beberapa negara, pada seperti suatu kisah hari, dari Vietnam dan saat dari Yunani. lebih Dalam dikenal

kitab Matsyapurana diceritakan,

Raja Satyabrata (yang

sebagai Waiwaswata Manu) mencuci tangan di sungai, seekor ikan kecil menghampiri tangannya dan sang raja tahu bahwa ikan itu meminta perlindungan. Akhirnya beliau memelihara ikan tersebut. Ia menyiapkan kolam kecil sebagai tempat tinggal ikan tersebut. Namun lambat laun ikan tersebut bertambah besar, hampir memenuhi seluruh kolam. Akhirnya beliau memindahkan ikan tersebut ke kolam yang lebih besar. Kejadian tersebut terus terjadi berulang-ulang sampai akhirnya beliau sadar bahwa ikan yang ia pelihara bukanlah ikan biasa. Akhirnya melalui upacara, diketahuilah bahwa ikan tersebut merupakan penjelmaan Dewa Wisnu.

2. Kurma awatara
Kurma awatara artinya kura-kura yang sangat besar. Di saat para dewa mencari tirta amerta. Gunung mandara di masukkan ke dalam samudra akibatnya air hamper menenggelamkan dunia dengan segala isinya saat itulah dewa wisnu menjadikan dirinya kurma raja. Dalam agama Hindu, Kurma adalah awatara (penjelmaan) kedua dewa Wisnu yang berwujud kura-kuraraksasa. Awatara ini muncul pada masa Satyayuga. Menurut kitab Adiparwa, kura-kura tersebut bernama Akupa. Menurut berbagai kitab Purana, Wisnu mengambil wujud seekor kura-kura (kurma) dan mengapung di lautan susu (Kserasagara atauKserarnawa). Di dasar laut tersebut konon terdapat harta karun dan tirta amerta yang dapat membuat peminumnya hidup abadi. ParaDewa dan Asura berlomba-lomba mendapatkannya. Untuk mangaduk laut tersebut, mereka membutuhkan alat dan sebuah gunung yang bernama Mandara digunakan untuk mengaduknya. Para Dewa dan para Asura mengikat gunung tersebut dengan naga Wasuki dan memutar gunung tersebut. Kurma menopang dasar gunung tersebut dengan tempurungnya. Dewa Indra memegang puncak gunung tersebut agar tidak terangkat ke atas. Setelah sekian lama tirta amerta berhasil didapat dan Dewa Wisnu mengambil alih. Kurma juga nama dari seorang resi, putra Gretsamada.

3. Waraha awatara
Sang hyang wisnu menjadikan diri beliau sebagai waraha atau babi hutan yang sangat besar menyelamatkan bumi dari keangkara murkaan oleh raksasa sakti yang bernana hiran yaksa. Waraha adalah awatara (penjelmaan) ketiga dari Dewa Wisnu yang berwujud babi hutan. Awatara ini muncul pada masa Satyayuga (zaman kebenaran). Kisah mengenai Waraha Awatara selengkapnya terdapat di dalam kitab Warahapurana dan Purana-Purana lainnya. Waraha Awatara dilukiskan sebagai babi hutan yang membawa planet bumi dengan kedua taringnya dan meletakkannya di atas hidung, di depan mata. Kadangkala dilukiskan sebagai manusia berkepala babi hutan, dengan dua taring menyangga bola dunia, bertangan empat, masing-masing membawa: cakra, terompet dari kulit kerang (sangkakala), teratai, dan gada.

Anda mungkin juga menyukai