Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH

DEWASA AYU PAWIWAHAN

OLEH :

KOMANG SUKRADI

1901001010065

PRODI PENDIDIKAN AGAMA HINDU

SEKOLAH TINGGI AGAMA HINDU

BHATARA GURU KENDARI


DEWASA AYU PAWIWAHAN

Melangkah ke pelaminan adalah impian sebagian besar orang setelah yakin dengan
pasangannya. Pernikahan tak sekadar menyatukan dua insan, tetapi juga untuk melanjutkan
keturunan yang berkualitas. Karenanya, proses pernikahan amat sakral dan harus dilaksanakan di
hari yang sangat baik.

1. Pernikahan harus memiliki tujuan yang baik

Ilustrasi pernikahan adat Bali. (IDN Times/Diantari Putri)

Menurut Marayana, yang pertama harus diresapi adalah tujuan dari menikah. Menikah
atau pawiwahan dalam Bahasa Bali bertujuan untuk mendapatkan keturunan yang suputra (Anak
yang baik dan berbudi luhur). Jadi, menikah bukan sekadar untuk memuaskan nafsu saja. Karena
itu jika seseorang ingin berumah tangga, maka tujuan menikahnya harus betul-betul dipahami.

“Esensi pawiwahan itu adalah menumbuhkan keturunan suputra. Kasus berbedanya dengan
mencari bibit ternak, hari baiknya gampang menghitung. Setiap 6 hari sekali yakni
pertemuan wewaran pasah dan paniron, tidak ribet cari perhitungan hari baiknya. Tapi ini
mencari bibit manusia (Keturunan). Jadi cara, tempat dan waktu amat disakralkan,” ungkap
tokoh asal Kabupaten Buleleng ketika diwawancara IDN Times.

2. Untuk mencapai tujuan pernikahan yang diinginkan harus memenuhi beberapa ungsur

Suksesnya seseorang mencapai tujuan pernikahan harus berlandaskan beberapa unsur. Yaitu tahu
tujuan yang akan dicapai, punya kemampuan untuk melaksanakan tujuan itu, tempat yang baik
untuk melaksanakan tujuan itu, waktu pelaksanaan yang tepat untuk melaksanakan tujuan itu,
dan sastra yang dipakai untuk melaksanakan tujuan tersebut.

“Cara menikah juga harus diperhatikan. Ada beberapa pernikahan yang dihindari dalam tata cara
pernikahan Bali seperti pernikahan dilakukan karena menculik paksa wanita, memperkosa,
kemudian membuat bingung pasangan dengan caranya membuatnya mabuk. Pernikahan harus
didasari dengan cara dan niat yang baik,” kata Marayana.

3. Cara melakukan penghitungan hari baik pernikahan

Ilustrasi Kalender (IDN Times/Arief Rahmat)

Seperti yang sudah dijelaskan di atas, suksesnya seseorang mencapai tujuan pernikahan adalah
memperhitungkan hari baik. Untuk mencari hari baik pernikahan, menurut Marayana ada
beberapa unsur yang harus diperhatikan dalam kalender Saka Bali. Yaitu:
Berdasarkan wewaran, hari yang baik untuk menikah adalah hari Senin, Rabu, Kamis, dan Jumat

Berdasarkan pawukon, wuku yang seharusnya dihindari yakni Rangda Tiga dan Uncal Balung.
Rangda Tiga harus dihindari karena diyakini bisa cerai dan menjadi janda atau duda hingga tiga
kali. Wuku yang termasuk Rangda Tiga antara lain Wariga, Warigadean, Pujut, Pahang,
Menail, dan Prangbakat. Sedangkan Uncal Balung diyakini bahtera rumah tangga akan menemui
sengsara seumpama tulang yang dihancurkan. Uncal Balung dimulai dari seminggu sebelum
Galungan (Rabu Pon Wuku Sungsang) hingga 35 hari depan bertemu Rabu Kliwon Wuku
Pahang

Berdasarkan pinanggal, yang baik diambil untuk hari baik menikah antara lain pinanggal 1, 2, 3,
5, 7, 10, dan 13

Berdasarkan sasih, sangat baik melaksanakan pernikahan pada sasih Ketiga (Sekitar bulan
Agustus atau September), sasih Kapat (Sekitar bulan September atau Oktober), sasih Kalima
(Sekitar bulan Oktober atau November), sasih Kapitu (Sekitar bulan Desember atau Januari), dan
sasih Kadasa (Sekitar bulan Maret atau April)

Menghindari Ingkel Wong dan Wuku Wayang

Tidak melaksanakan pernikahan saat Hari Raya Keagamaan.

Berdasarkan referensi lain, hari baik menikah juga memerhatikan beberapa pertemuan waktu
lainnya. Seperti menghindari juga Was Penganten yakni hari-hari tertentu seperti Minggu
Kliwon dan Jumat Pon Wuku Tolu, Minggu Umanis dan Sabtu Wuku Pahing Wuku
Menail, serta Minggu Pon dan Sabtu Wage Wuku Dukut.

4. Tanggal yang direkomendasikan untuk hari baik menikah tahun 20

Jika sudah memenuhi empat unsur yang disebutkan di atas, Marayana memberikan rekomendasi
tanggal baik menikah tahun 2022. Berikut ini tanggalnya:

Tanggal 7 Maret 2022, dengan penghitungan sebagai berikut:

 Hari Senin (Dianggap baik)


 Wuku Kelawu (Dianggap baik)
 Pinanggal 5 (Dianggap baik)
 Sasih Kedasa (Dianggap baik)
 Ingkel Manuk (Dianggap baik)

Tanggal 3 November 2022, dengan penghitungan unsur sebagai berikut:

 Hari Kamis (Dianggap baik)


 Wuku Landep (Dianggap baik)
 Pinanggal 10 (Dianggap baik)
 Sasih Kelima (Dianggap baik)
 Ingkel Sato (Dianggap baik)

“Saya cukup selektif dalam memberikan penghitungan hari baik menikah ini. Sebab sekali lagi,
menikah itu tujuannya mulia untuk menurunkan keturunan yang suputra. Jadi untuk mencari
bibit manusia (Keturunan) yang baik, cara, tempat dan waktunya harus diperhatikan,” jelasnya

Anda mungkin juga menyukai