A. JUDUL PENELITIAN
PENGGUNAAN ALAT PERAGA ALAMIAH UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA KELAS IV
SDN KARANGASEM I TENTANG MATERI BAGIAN-BAGIAN TUMBUHAN PADA PEMBELAJARAN
ILMU PENGETAHUAN ALAM ( IPA )
B. BIDANG KAJIAN
Bidang Kajian dalam penelitian ini difokuskan pada permasalahan Penggunaan Alat Peraga Alamiah pada
Pembelajaran IPA
C. PENDAHULUAN
1.
Berdasarkan hasil analisis yang mengungkap berbagai penyebab munculnya masalah kekurangberhasilan pembelajaran IPA tersebut di atas, maka masalah yang menjadi fokus pebaikan itu dapat dirumuskan
sebagai berikut:
Bagaimana cara mengaktifkan, memotivasi, memusatkan perhatian, memberi
pertanyaan, membimbing diskusi, agar mampu meningkatkan pemahaman dan hasil belajar siswa kelas IV dalam
pelajaran IPA.
4. Pemecahan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, pemecahan masalah atau alternatif tindakan yang dapat dilakukan adalah
sebagai berikut:
-
guru memberi tugas secara individual yaitu, setiap siswa harus mencatat hasil diskusi pada buku catatan.
guru menjelaskan materi secara sistematis dengan memberikan pertanyaan atau balikan denga bahasa yang lugas,
serta menggunakan alat peraga/ ilustrasi.
guru mengawasi dan memperhatikan pada seluruh siswa, serta mengambil tindakan persuasif atau preventif..
guru memberi kesempatan pada siswa untuk berpikir, ketika melontarkan pertanyaan.
E. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan umum
Kegiatan
kebenaran penggunaan
penelitian
ini
secara
alat
umum
bertujuan
peraga
untuk
alamiah
mendeskripsikan
pada
dan
menemukan
pembelajaran
IPA dapat menjelaskan, memotivasi, memusatkan perhatian, serta membantu meningkatan pengetahuan dan
pemahaman siswa.
2.
Tujuan Khusus
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk :
Meningkatkan perhatian dan keterlibatan siswa keles IV dalam pembelajaran IPA , melalui penggunaan alat peraga
alamiah.
Membangkitkan motivasi siswa sehingga proses belajar mengajar pada pelajaran IPA akan lebih bermakna dan
bergairah.
Membiasakan belajar mandiri dan menemukan sendiri tujuan belajarnya melalui pengamatan terhadap alam sekitar
F.
MANFAAT PENELITIAN
Manfaat hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
a) Bagi guru yaitu dapat mengembangkan pengetahuan dan keterampilan serta membangkitkan rasa percaya diri
sehingga akan selalu bergairah dan bersemangat untuk memperbaiki pembelajarannya secara terus menerus.
b) Bagi
meningkatkan pemahaman
dalam
menyerap
materi
yang
dipelajari
sehingga proses dan hasil belajar pun akan lebih meningkat pula.
c) Bagi sekolah yaitu bermanfaat untuk membantu sekolah dalam mengembangkan dan menciptakan lembaga
pendidikan yang berkualitas yang akan menjadi percontohan atau model bagi sekolah sekolah,disamping akan
terlahir guru guru yang profesional berpengalaman dan menjadi kepercayaan orang tua masyarakat serta
pemerintah.
Penelitian tindakan kelas ini bermanfaat bagi guru yang mau memperbaiki pembelajarannya terutama pada pelajaran
IPA dengan penggunaan alat peraga alamiah. Penggunaan alat peraga alamiah yang menjadi inti penelitian ini
merupakan alat peraga/alat bantu pembelajaran IPA yang murah dan mudah yang dapat ditemukan di lingkungan
paling dekat di sekitar kita. Guru bisa memberi tugas kepada siswa untuk mempersiapkan dan mencari alat peraga
alamiah ini, sehingga siswa akan selalu terkait dengan apa yang dipelajari di sekolah dengan lingkungan yang
mereka lihat sehari-hari. Jika hal demikian selalu dibiasakan maka keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan
pembelajaran IPA akan mudah diwujudkan .Semoga!
G. KAJIAN PUSTAKA
A.
1.
Berbagai pendekatan yang dapat digunakan dalam pembelajaran IPA, antara lain pendekatan
lingkungan. Pendekatan lingkungan merupakan pendekatan yang memanfaatkan alam sekitar seperti halaman,
kebun, lapang rumput, semak semak, hutan, selokan, sungai, danau, pantai, laut, kawasan industri, dan lain
sebagainya
untuk
dijadikan
alat
peraga
ataupun
sumber
belajar.
Pengetahuan Alam dengan materi pokok Bagian- bagian tumbuhan dan fungsinya bagi tumbuhan itu sendiri,
dengan menggunakan alat peraga alamiah.
Siswa yang Jumlah siswa kelas IV SDN Karangasem I pada saat ini dilaksanakan yaitu sebanyak 36
orang, terdiri dari 20 orang siswa laki-laki dan 16 orang siswa perempuan. Kapasitas tempat duduk terdiri atas
18 meja dan 36 tempat duduk/ kursi. Tingkat kemampuan para siswa bervariasi ada yang kurang, ada yang sedang
dan ada pula beberapa orang di atas rata-rata. Dari data ulangan IPA pada tes jeda semester tahun 2010 yang baru
saja dilaksanakan tercatat siswa yang memiliki nilai di atas KKM yaitu 21 oarang atau 58,3% dari 36 orang siswa.
Siswa yang berada dibawah KKM ada 10 orang siswa atau 27,7% dan sisanya 14% memiliki nilai sama dengan
KKM, dimana KKM untu pelajaran IPA semester 1 di SDN Karangasem I yaitu 64,9. Selain itu ada 3 orang yang
seharusnya sudah duduk di kelas V mereka tinggal kelas sewaktu di kelas I atau kelas II. Selain sekolah SD siswa
Kelas IV ini juga bersekolah di Madrasah Diniyah (MD) pada sore hari.
B.
4. Refleksi
a) Siklus I
Siswa belum semuanya memperhatikan penjelasan guru ketika guru sedang menjelaskan, siswa juga
belum seluruhnya aktif dalam kerja kelompok/ diskusi, tercatat juga siswa kurang mengerti terhadap maksud kalimat
atau bahasa yang diucapkan guru. Hal ini disebabkan guru kurang menggunakan contoh/ ilustrasi dan penekanan
serta alat peraga yang menarik, guru juga tidak memberikan tugas secara individu dalam diskusi/ kerja kelompok,
juga guru kurang memberi penekanan-penekanan terhadap kata baru atau kata kunci yang menjadi permasalahan.
b) Siklus II
Siswa sudah mulai memperhatikan apa yang dijelaskan oleh guru, siswa juga mulai aktif berkomunikasi
dengan anggota kelompoknya dan mencatat hasil diskusi secara individual, tetapi para siswa kurang aktif ketika
diskusi klasikal atau menanggapi kelompok lain ketika presentasi di depan kelas. Namun ada perkembangan yang
lebih baik, siswa mulai mengerti bahasa yang dimaksud seperti, bagian-bagian, jenis-jenis, fungsi, bahwa kata-kata
tersebut mengandung arti dan maksud yang berbeda.
c) Siklus III
Siswa mulai menunjukkan perkembangan yang lebih baik dari pembelajaran sebelumnya. Siswa sudah aktif
memperhatikan penjelasan guru, aktif berdiskusi dan memahami kata kunci dalam pokok bahasan yang menjadi
tujuan pembelajarannya. Siswa lebih respon dalam diskusi kelas/ presentasi ataupun tanya jawab. Hal ini disebabkan
karena guru sudah menggunakan metode dan alat peraga yang sesuai , serta cara menjelaskan dan membimbing
diskusi kecil dengan lebih intensif. Walau pada tes akhir ada saja siswa yang mau menyontek dari temannya tapi
segera bisa diatasi dengan cara mendekati dan diberi teguran.
I.
NO
1
Hari/ tanggal
Sabtu, 16-10-2010
Siklus
I
Materi
Bagian-bagian tumbuhan dan fuingsinya
2
3
Rabu, 10-11-2010
Rabu, 08-12-2011
II
III
Jadwal Penelitian meliputi beberapa tahapan sebagaimana tertera dalam table di bawah ini !
Kegiatan
1.
2.
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
Oktober
1 2 3 4
Waktu
Nopember
1 2 3 4
Desember
1 2 3 4
A. Persiapan
Penyusunan Dasain
Revisi Desain
B. Pelaksanaan
Pembelajaran Awal
Tes Awal
Siklus 1
Tindakan 1
Siklus 2
Tindakan 2
Siklus 3
Tindakan 3
Tes Akhir
C. Pelaporan
Penyusunan laporan
Penyempurnaan laporan
Pengadaan & Distribusi
Laporan
J. BIAYA PENELITIAN
Diperkirakan penelitian ini akan menghabiskan biaya sebesar Rp. 400. 000.00, dengan perincian sebagai berikiut:
a)
Persiapan Kegiatan
Rp. 120.000.00
Biaya Rapat
Rp. 30.000.00
Menyusun Proposal
Rp. 25.000.00
Revisi Proposal
Rp. 30.000.00
Instrumen
Rp. 20.000.00
b)
Penjadwalan
Rp. 200.000.00
Rp. 40.000.00
Rp. 40.000.00
Pengumpulan refleksi
Melakukan Refleksi
Rp. 20.000.00
Lain-lain
Rp. 18.000.00
c)
Menyusun Laporan
Analisis data
Rp. 22.000.00
Rp. 20.000.00
Rp. 20.000.00
Logistik
Rp. 20.000.00
Rp. 20.000.00
Rp. 40.000.00
Rp. 80.000.00
Jumlah
Rp. 400.000.00
NO
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
L.
NAMA
NIP
Diding Jaeludin,
S.Pd.
Enay, A.Ma.Pd
Yuhana, A.Ma.Pd
Kanaah, S.Pd.
Ahpad Ependi, S.Pd.
CASMAD
Siti Halimah S.Pd.I
Aef Syaeful B.
Yati Sumiati
Siti Arum R.
196206081982041004
GOLONGA
N
IV/a
195809161978032005
195506021983032001
196706261992022001
197006072007011008
196804032007011014
-
IV/a
IV/a
III/d
II/b
II/a
-
JABATAN
Kepala
Sekolah
Guru kls I
Guru PAI
Guru Kls VI
Guru Kls V
Guru Kls IV
Guru Kls III
Guru Penjas
Guru Kls II
Guru Kls 1
DAFTAR PUSTAKA
BP Dharma Bakti, (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) GBPP Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan
Alamn (IPA). Jakarta
Budi Wahyono, Nurachmandani, (2008). Ilmu Pengetahuan Alam Untuk SD/MI Kelas IV. Jakarta : Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional.
Eko Prabandari, Murwani Dewi, Kamari, (2007). Ilmu Pengetahuan Alam 4 untuk SD/MI Kelas IV. Jakarta: PT
Bumi Aksara.
Kuraesin, (2004). Belajar Sains 4. Dengan Orientasi Keterampilan Experimen untuk SD kelas IV. Bandung: PT
Sarana Pancakarsa
Maryati, Sukisyana, Sudibyo, Dede Yahya, (2004). Sains 4 Mengamati Alam Sekitar. Bandung: PT Sinergi Pustaka
Indonesia.
Nasution, (2007). Pendidikan IPA DI SD. Jakarta: Penerbit : Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.
Sri Anitah W, (2007) Strategi Pembelajaran. Jakarta : Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.
Surya, (2007). Kapita Selekta Kependidikan SD. Jakarta: pusat Penerbitan Universitas Terbuka.
Wardhani, Wihardit, (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka.
M.
-
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Instrumen Penelitian
Riwayat Hidup Tim Peneliti
Surat keterangan dll
tiga mata pelajaran yang mulai tahun ajaran 2009/2010 di masukkan dalam UASBN. Namun
kenyataannya sampai sekarang masih ada siswa yang kurang berminat terhadap Matematika
dan hasil belajar Matematikapun belum menunjukkan hasil yang optimal
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penggunaan peraga Tulang Napier
dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada operasi hitung perkalian bersusun. Metode
pada penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan bentuk kolaboratif yang melibatkan
peneliti yang juga sebagai kepala sekolah,dan teman sejawat (guru) ..
Penelitian ini dilaksanakan di kelas V SD Negeri 1 Tlingsing kecamatan Cawas pada
tahun pelajaran 2009/2010 dengan jumlah 29 siswa.Fokus penelitian ini adalah hasil belajar
matematika pada operasi hitung perkalian dan efektivitas penggunaan peraga tulang napier.
Penelitian Tindakan Kelas ini menggunakan dua siklus. Masing masing siklus terdiri dari
empat langkah yaitu perencanaan, tindakan,observasi dan refleksi.
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan,hal ini dibuktikan dengan hasil yang
di peroleh pada siklus I dan siklus II dengan SK / KD sama indikator berbeda dalam kategori
amat baik. Dengan melihat hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penelitian ini mampu
menjawab tujuan penelitian yaitu penggunaan peraga tulang napier dapat meningkatkan hasil
belajar matematika pada operasi hitung perkalian bersusun siswa kelas V SD Negeri 1
Tlingsing Kecamatan Cawas tahun 2009/2010.Data data lain yang berhubungan dengan
penelitian dan hasil kerja siswa sebagaimana dalam lampiran. Akhirnya peneliti menyarankan
kepada seluruh guru untuk kreatif dalam menyajikan pembelajaran terutama dalam
menggunakan alat peraga dan media yang menarik serta bervariasi sehingga dapat membawa
siswa dalam proses pembelajaran yang menyenangkan dan batas tuntas hasil belajar siswa
dapat tercapai.
kelas tinggi, banyak yang belum hafal perkalian dasar. Untuk mengerjakan perkalian dua angka
atau lebih mereka masih kesulitan. Kesulitan itu terlihat pada operasi hitung perkalian ketika
tes akhir pembelajaran matematika, untuk materi operasi hitung perkalian di kelas V SD Negeri
1 Tlingsing Kecamatan Cawas Kabupaten Klaten menunjukkan hasil yang kurang memuaskan.
Oleh sebab itu Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk Standar Kompetensi 1 dan Kompetensi
Dasar 3 belum tercapai karena nilai sebagian siswa masih di bawah KKM yaitu di bawah 60.
Masalah yang juga sering muncul adalah siswa dalam kondisi terpaksa harus menelan
dan menghafal secara mekanis apa-apa yang telah di sampaikan oleh guru, sehingga
menjadikan para siswa tidak memiliki keberanian untuk mengemukakan pendapat, tak kreatif
dan mandiri, apalagi untuk berfikir inovatif. Selain itu, pendekatan pembelajaran matematika
masih menggunakan pendekatan tradisional, yaitu duduk dengar catat dan hafal. Pembelajaran
jadi membosankan, tidak menarik dan hasilnya tidak memuaskan. Waktu untuk mengerjakan
soalpun terasa lebih lama, sehingga tidak semua soal dapat terjawab dengan cepat dan benar.
Mata Pelajaran Matematika pada diberikan kepada siswa kelas V SD pada semester
satu (I) untuk membekali siswa berpikir logis , analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta mampu
bekerja sama. Kompetensi tersebut diperlukan agar siswa dapat memiliki kemampuan
memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan
yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Untuk menguasai mata pelajaran matematika
secara baik, diperlukan pemahaman konsep dan prosedur (algoritma) secara baik pula.
Pemahaman konsep matematika tidak lahir dengan sendirinya, tetapi diproses melalui
tatanan kehidupan pembelajaran. Tatanan kehidupan pembelajaran di sekolah secara formal
yang paling dominan adalah pembelajaran. Berarti, praktik pembelajaran di sekolah idealnya
dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa. Akan tetapi, ada sinyalemen bahwa sebagian
praktik pembelajaran model pada pelajaran matematika belum secara serius dikembangkan
berdasarkan prinsip-prinsip yang sahih untuk memberikan peluang siswa belajar cerdas, kritis,
kreatif, dan memecahkan masalah. Sebagian besar praktik pengajaran di sekolah masih
menggunakan cara-cara lama yang dikembangkan dengan menggunakan intuisi, atau
berdasarkan pengalaman sejawat.
Mata Pelajaran Matematika tentang perkalian bilangan dilaksanakan semester gasal
tahun 2009/2010, sehingga belum tahu kesenjangannya. Namun kesenjangan tersebut dapat
diasumsikan relevan dengan kesenjangan yang ada pada mata pelajaran matematika yang
diupayakan guru kelas pada SD Negeri 1 Tlingsing Kecamatan Cawas Kabupaten Klaten.
Asumsi ini peneliti ambil, karena peneliti sekaligus sebagai kepala sekolah yang berkolaborasi
dengan guru kelas,guru kelas tersebut sama, materi ajar, sarana-prasarana dan lingkungan
sekolah serta karakteristik siswanya tidak jauh berbeda.
Mata Pelajaran matematika yang diupayakan guru kelas atau guru matematika belum
menunjukkan sebagai suatu proses peningkatan pemahaman konsep siswa. Proses
pembelajaran masih sebatas sebagai proses transfer of knowledge, bersifat verbalistik dan
cenderung bertumpu pada kepentingan guru dari bukan pada kebutuhan siswa yang lazim
disebut teacher centered. Hal ini didukung hasil pengamatan peneliti pada semester gasal
tahun sebelumnya, yaitu adanya kecenderungan guru dalam memilih dan menggunakan
metode mengajar bersifat spekulatif, yang berakibat kegiatan pengajaran kurang menarik, tidak
menantang, dan sulit mencapai target prestasi yang ditentukan (KKM). Berdasarkan hal
tersebut, peneliti menemukan kesenjangan-kesenjangan kemampuan pemahaman konsep
siswa.
B. Identifikasi Masalah
Dari kenyataan diatas, peneliti dengan bantuan teman sejawat untuk berkolaborasi yaitu
dengan guru kelas, bersama-sama mengidentifikasi masalah terhadap kekurangan-kekurangan
dalam pembelajaran matematika. Berdasarkan hasil refleksi terungkap masalah masalah
dalam pembelajaran, antara lain :
1.
Kurangnya pemahaman siswa terhadap konsep perkalian dua bilangan atau lebih dengan
teknik menyimpan
2.
Kurangnya alat peraga yang digunakan guru untuk menanamkan konsep perkalian
3.
1.
Peneliti hanya meneliti siswa kelas V SD Negeri 1 Tlingsing Kecamatan Cawas
Kabupaten Klaten, Semester I Tahun pelajaran 2009/2010 pada materi operasi hitung perkalian.
2.
Penelitian ini difokuskan pada upaya meningkatkan hasil belajar Matematika pada
operasi hitung perkalian dengan teknik menyimpan menggunakan peraga tulang napier.
3.
Penelitian ini diharapkan terjadi peningkatan hasil belajar siswa.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka peneliti
dapat merumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut :
Apakah penggunanan peraga Tulang Napier dalam pembelajaran dapat meningkatkan
hasil belajar matematika pada operasi hitung perkalian siswa kelas V SD Negeri 1
Tlingsing Kecamatan Cawas Kabupaten Klaten tahun pelajaran 2009/2010?
E. Tujuan Penelitian
1.
Tujuan Umum
Tujuan umum Penelitian Tindakan Kelas ini adalah untuk meningkatkan
hasil belajar matematika pada operasi hitung perkalian.
2.
Tujuan Khusus
Tujuan khusus Penelitian Tindakan Kelas ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar
matematika pada operasi hitung perkalian dengan menggunakan peraga tulang napier
sehingga dihasilkan proses pembelajaran yang aktif, kreatif, menyenangkan dan pada akhirnya
dapat mencapai hasil pembelajaran tuntas.
F. Manfaat Penelitian
1.
Manfaat Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dalam dunia pendidikan
berupa gambaran mengenai sebuah teori yang menyatakan bahwa peningkatan hasil belajar
matematika pada operasi hitung perkalian dapat dilakukan dengan menggunakan peraga tulang
napier.
2.
Manfaat Praktis
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan sebagai berikut :
Bagi siswa
a.
1)
Agar siswa dapat meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal matematika terutama pada
indikator perkalian dua angka atau lebih dengan teknik menyimpan.
2)
3)
b.
1)
Dengan pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini peneliti memiliki pengetahuan, ketrampilan
dan pengalaman tentang Penelitian Tindakan Kelas.
2)
Peneliti mampu mendeteksi permasalahan yang ada di dalam proses pembelajaran, sekaligus
mencari alternatif pemecahan masalah yang tepat.
3)
Peneliti mampu memperbaiki proses pembelajaran di dalam kelas dalam rangka meningkatkan
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal matematika pada operasi hitung perkalian.
4)
c.
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai langkah awal untuk penelitian selanjutnya
Bagi Sekolah
1)
Sebagai masukan bagi guru SD dalam mengajarkan matematika pada operasi hitung
perkalian dengan teknik menyimpan.
2)
3)
Profesi
Guru
Mata
Pelajaran
,2008, Jurnal Pendidikan Widyatama , Jawa Tengah: Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan
,Permendiknas RI No 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar
Dan Menengah, Jakarta : CV Timur Putra Mandiri
, MatematikaWikipedia
Indonesia,Ensiklopedia
BerbahasaIndonesia,http:/www.wikipedia.com//G:\ Matematika.htm
Bebas
m, 1992, Work Shop Matematika, Jakarta: Depdikbud Bagian Proyek Penataran Guru SLTP setara D-III
ayah,2006, Proposal Upaya Peningkatan Kemampuan Menyelesaikan Soal Matematika Melalui Pembelajaran
Membaca Pemahaman Dan Menulis Karangan Dengan Gambar Seri, Wonosobo : tidak
diterbitkan
Hairudin,dkk,2007, Pembelajaran Bahasa Indonesia, Jakarta : Dirjen Dikti
Depdiknas
Handoko Tri, 2006, Terampil Matematika 5, Jakarta : Yudhistira,
HP Mulyadi,2006 ,Permasalahan Dalam Penelitian Tindakan Kelas, Semarang : LPMP
Kurniawati Ira, 2007, upaya meningkatkan hasil belajar matematika operasi hitung bilangan bulat melalui
pembelajaran dengan menggunakan peraga manik positif dan negatif, Wonosobo :tidak
diterbitkan
Slameto, 1999, Faktor-Faktor Yang Terkait Dengan Rendahnya Tingkat Pencapaian Hasil Belajar Matematika,
Salatiga : Satya Widya
Slameto,2003,Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Jakarta : Rineka Cipta
Slameto,2006, Pengembangan Karya Tulis Ilmiah, Salatiga: UKSW
Sobel Max A dan Maletsky Evan M, 2002, Mengajar Matematika: Sebuah buku sumber alat peraga,Aktiitas
dan Strategi, Jakarta : Erlangga
Sumantri Mulyani dan Permana Johar.2001.Strategi Belajar Mengajar,Bandung :Maulana
ABSTRAK
xxxxxxxxxxxxx, FMIPA, Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VI SD Negeri
Rajegwesi 02 Kecamatan Pagerbarang Kabupaten Tegal dalam Menentukan Volum Bangun
Ruang Melalui Penggunaan Alat Peraga Kubus Satuan.
Berdasarkan hasil belajar siswa dua tahun yang lalu yaitu tahun pelajaran 2003/2004 dan tahun
2004/2005 di SD Negeri Rajegwesi 02 pada pokok bahasan menentukan volum bangun ruang
rata-rata hasil belajar siswa masih rendah yaitu baru mencapai 5,6 dan 5,9. Hal itu merupakan
masalah bagi guru untuk meningkatkan hasil belajar pada pokok bahasan tersebut. Upaya yang
dilakukan melalui penggunaan alat peraga kubus satuan diharapkan mampu meningkatkan
hasil belajar pokok bahasan menentukan volum bangun ruang. Rumusan masalah yang
diajukan dalam skripsi ini berbunyi Apakah penggunaan alat peraga kubus satuan dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri Rajegwesi 02 Kecamatan Pagerbarang
Kabupaten Tegal dalam menentukan volum bangun ruang (balok dan kubus)? Tujuan penelitian
ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri Rajegwesi 02 Kecamatan
Pagerbarang Kabupaten Tegal dalam menentukan volum bangun ruang (balok dan kubus)
melalui penggunaan alat peraga kubus satuan. Manfaat penelitian ini bagi siswa adalah
meningkatnya hasil belajar pokok bahasan menentukan volum bangun ruang, bagi guru
meningkatnya kualitas pembelajaran dan bagi sekolah dapat memberikan kontribusi yang positif
bagi upaya peningkatan hasil belajar siswa.
Penelitian ini dengan penelitian tindakan kelas (PTK), dilaksanakan selama tiga siklus, metode
pengumpulan data penelitian ini menggunakan pengamatan dan tes. Subyek penelitian adalah
siswa kelas VI, indikator keberhasilan penelitian ini adalah jika rata-rata kelas telah meperoleh
nilai minimal.
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa hasil belajar siswa pada pokok bahasan menentukan
volum bangun ruang ( balok dan kubus) mencapai rata-rata 6,4 pada siklus I, 6,8 pada siklus II
dan 8,5 pada siklus III. Berdasarkan hasil tersebut, disimpukan bahwa penggunaan alat peraga
kubus satuan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan tersebut. Dari hasil
pengamatan juga dapat dilihat adanya peningkatan aktivitas dalam pembelajaran.
Saran, yang dapat disampaikan kepada guru kelas VI agar menggunakan alat peraga kubus
satuan dalam mengajarkan materi menentukan volum bangun ruang, dan siswa kelas VI
diharapkan berlatih dengan menggunakan alat peraga kubus satuan untuk mengerjakan soalsoal latihan menentukan volum bangun ruang sehingga memudahkan dalam menyelesaikan
soal tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurahman, Mulyono, Kesulitan Belajar Matematika, Jakarta: Gramedia
Depdikbud, 1994, GBPP Matematika SD, Jakarta: Depdikbud
Depdikbud, 1994 Kurikulum : Garis-Garis Besar Pengajaran Matematika, Jakarta : Penerbit
Depdikbud.
Erman Amti. 1992. Diagnistik Kesulitan Belajar Anak. Jakarta: Gramedia.
Hollands Roy. 1991. Kamus Matematika. Erlangga. Jakarta
Kasijan, 1984. Dasar-dasar Proses Pembelajaran.Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Lisnawati Simanjutak, 1999. Metode Mengajar Matematika I. Jakarta: Rineka Cipta
Poerwadarminta, 1988. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.
Rustiyah NK. 1995. Masalah-Masalah Keguruan. Jakarta: Bumi Aksara
Sardiman, 1998. Motivasi dan Interaksi Belajar. Jakarta: rajawali Pres
Suyitno Amin,dkk.2001. Matematika Sekolah 1. FMIPA UNNES. Semarang
Tim MKPBM,2001. Struktur Pengajaran Matematika, Semarang.
Tim MKDK IKIP Semarang. 1996. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: ILIP Pres.
UPI. 2001. Common Text Book Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, Bandung:
Jurusan MIPA UPI
Winarno Surahmad, 1981. Metodologi Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Winkel. 1998. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia
Widodo Supriyono, 1991. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta
ABSTRAK
., 200X.Upaya Meningkatkan Prestasi Dan Kualitas Belajar bahasa Indonesia Pada
Materi Berbicara dan Membaca Dengan Menerapkan Metode STAD dan Metode Role Playing
Pada Siswa Kelas .. Tahun Pelajaran 200X/200X
Kata Kunci: bahasa Indonesia, metode model STAD dan Role Playing
Berhasilnya tujuan pembelajaran ditentukan oleh banyak faktor diantaranya adalah
faktor guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar, karena guru secara langsung dapat
mempengaruhi, membina dan meningkatkan kecerdasan serta keterampilan siswa. Untuk
mengatasi permasalahan di atas dan guna mencapai tujuan pendidikan secara maksimal, peran
guru sangat penting dan diharapkan guru memiliki cara/model mengajar yang baik dan mampu
memilih model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan konsep-konsep mata pelajaran
yang akan disampaikan.
Permasalahan yang ingin dikaji dalam penelitian ini adalah: (a) Bagaimanakah
peningkatan prestasi belajar siswa dengan diterapkannya pembelajaran model STAD dan Role
Playing? (b) Bagaimanakah pengaruh metode pembelajaran model STAD dan Role Playing
terhadap motivasi belajar siswa?
Tujuan dari penelitian tindakan ini adalah: (a) Ingin mengetahui peningkatan prestasi
belajar siswa setelah diterapkannya pembelajaran model STAD dan Role Playing. (b) Ingin
mengetahui pengaruh motivasi belajar siswa setelah diterapkannya metode pembelajaran
model STAD dan Role Playing.
Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (action research) sebanyak tiga putaran.
Setiap putaran terdiri dari empat tahap yaitu: rancangan, kegiatan dan pengamatan, refleksi,
dan refisi. Sasaran penelitian ini adalah siswa kelas . Data
yang diperoleh berupa hasil tes formatif, lembar observasi kegiatan belajar mengajar.
Dari hasil analis didapatkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari
siklus I sampai siklus III yaitu, siklus I (68,18%), siklus II (77,27%), siklus III (86,36%).
Kesimpulan dari penelitian ini adalah metode model STAD dan Role Playing dapat
berpengaruh positif terhadap motivasi belajar Siswa ., serta metode
pembelajaran ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif pembelajaran bahasa Indonesia.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Negara Indonesia terdiri dari berbagai suku yang tinggal di beberapa pulau. Negara Indonesia
memiliki bahasa persatuan yaitu Bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia sebagai bahasa
persatuan sangat penting kedudukannya dalam kehidupan masyarakat. Oleh sebab itu, Bahasa
Indonesia diajarkan sejak kelas 1. Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi yang dijadikan
status sebagai bahasa persatuan sangat penting untuk diajarkan sejak anak-anak.
Bahasa Indonesia tidak akan terlepas dari kebudayaan bangsa Indonesia karena bahasa
Indonesia dijadikan alat berkomunikasi dengan berbagai suku di tanah air. Bahasa Indonesia
memang diajarkan sejak anak-anak, tetapi model pengajaran yang baik dan benar tidak banyak
dilakukan oleh seorang pengajar. Metode pengajaran bahasa Indonesia tidak dapat
menggunakan satu metode karena bahasa Indonesia sendiri yang bersifat dinamis. Bahasa
sendiri bukan sebagai ilmu tetapi sebagai keterampilan sehingga penggunaan metode yang
tepat perlu dilakukan.
Pada pembelajaran Bahasa Indonesia di tingkat sekolah dasar / madrasah ibtidaiyah sangat
mengandalkan penggunaan metode-metode yang aplikatif dan menarik. Pembelajaran yang
menarik akan memikat anak-anak untuk terus dan betah mempelajari Bahasa Indonesia
sebagai bahasa ke-2 setelah bahasa ibu. Apabila siswa sudah tertarik dengan pembelajaran
maka akan dengan mudah meningkatkan prestasi siswa dalam bidang bahasa. Di sebagian
siswa, pembelajaran Bahasa Indonesia sangat membosankan karena mereka sudah merasa
bisa dan penyampaian materi yang kurang menarik sehingga secara tidak langsung siswa
menjadi lemah dalam penangkapan materi tersebut. Penulis sebagai guru Bahasa Indonesia
sangat merasakan problem pembelajaran yang terjadi selama ini.
Penulis juga menemui kasus serupa ketika berada di daerah kabupaten yang terpencil sangat
kurang sekali penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Oleh sebab itu, penulis
berusaha melakukan perubahan-perubahan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di dalam
kelas. Salah satu perubahan yang dilakukan dengan menggunakan metode role play dan
metode STAD (student teams achievement division) dalam standart kompetensi berbicara dan
membaca. Dalam pembelajaran Menceritakan Kegemaran, dapat dilakukan dengan
menggunakan metode role play sehingga menjadikan siswa lebih aktif. Metode role play
memahami bahasa sebagai keterampilan berbicara secara langsung dengan berdasarkan
kehidupan siswa dalam masayarakat. Metode role play sangat cocok diterapkan ketika pengajar
melakukan pembelajaran berbicara dengan dibantu dengan kartu peran.
Pertama-tama, siswa dibagi dua kelompok dengan jumlah yang sama. Sebelumnya pengajar
menyediakan kartu peran dua macam yang berbeda warna sebanyak jumlah siswa. Dalam
kartu peran tersebut sudah diberi tanda atau tulisan siapa yang menjadi lawan bicaranya. Siswa
yang lain mencari pasangan bicaranya. Setelah menemukan, siswa yang mencari tersebut
berusaha untuk mengorek keterangan tentang kegemarannya dengan menggunakan
pertanyaan yang sudah disediakan di kartu perannya (boleh ditambah sendiri), tetapi siswa
yang diajak bicara diberi tahu supaya jangan menjawan secara langsung kegemaran dirinya.
Dengan kegiatan ini, siswa saling berusaha untuk mencari dan memainkan strategi untuk
mengetahui kegemaran teman bicaranya. Kegiatan ini dilakukan secara bergantian. Setelah
selesai melakukan kegiatan tersebut, pengajar memberikan pengarahan sekaligus bertanya
jawab tentang kegiatan yang sudah dilakukan. Siswa yang dapat mengetahui kegemaran lawan
bicaranya diberi penghargaan.
Dalam pembelajaran membaca dapat memakai metode STAD sebagai kegiatan memacu anakanak memahami bacaan dengan cara diskusi kelompok. Teori STAD (student teams
achievement division) merupakan metode yang menekankan kepada kerja sama kelompok
untuk menyelesaikan sebuah masalah. Dalam metode ini, siswa ditempatkan dalam tim belajar
beranggotakan empat atau lima orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi,
jenis kelamin, dan suku. Guru menyajikan pelajaran, siswa bekerja dalam tim mereka untuk
memastikan seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Saat belajar berkelompok,
siswa saling membantu untuk menuntaskan materi yang dipelajari. Guru memantau dan
mengelilingi tiap kelompok untuk melihat adanya kemungkinan siswa yang memerlukan
bantuan guru. Metode ini pun dibantu oleh metode pelatihan, penugasan, dan tanya jawab
sesuai satuan pelajaran sehingga ketuntasan materi dapat terwujud (Her World Indonesia edisi
Maret 2005, halaman 190 1).
Berdasarkan uraian di atas, judul yang diambil oleh peneliti dalam penelitian ini adalah Upaya
Meningkatkan Prestasi Dan Kualitas Belajar bahasa Indonesia Pada Materi Berbicara dan
Membaca Dengan Menerapkan Metode STAD dan Metode Role Playing Pada Siswa Kelas
Tahun Pelajaran 200X/200X
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu masalah sebagai
berikut:
1.
Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar siwa dengan diterapkannya pembelajaran
model STAD dan Role Playing?
2.
Bagaimanakah pengaruh metode pembelajaran model STAD dan Role Playing terhadap
motivasi belajar siswa?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk:
1.
Ingin mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkannya
pembelajaran model STAD dan Role Playing.
2.
Ingin mengetahui pengaruh motivasi belajar siswa setelah diterapkan pembelajaran
model STAD dan Role Playing.
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan pada permasalahan dalam penelitian tindakan yang berjudul
. yang dilakukan oleh peneliti, dapat dirumuskan hipotesis tindakan
sebagai berikut:
"Jika Proses Belajar Mengajar Siswa Kelas . menggunakan
metode. dalam menyampaikan materi pembelajaran, maka dimungkinkan minat
belajar dan hasil belajar siswa kelas akan lebih baik dibandingkan dengan
proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru sebelumnya".
D. Manfaat Penelitian
Penulis mengharapkan dengan hasil penelitian ini dapat:
1.
Memberikan informasi tentang metode pembelajaran yang sesuai dengan materi bahasa
Indonesia.
2.
Meningkatkan motivasi pada pelajaran bahasa Indonesia
3.
Mengembangkan metode pembelajaran yang sesuai dengan bidang studi bahasa
Indonesia.
E. Batasan Masalah
Karena keterbatasan waktu, maka diperlukan pembatasan masalah meliputi:
1.
Penelitian inihanya dikenakan pada siswa kelas tahun
pelajaran ...../......
2.
Penelitian ini dilakukan pada bulan September semester ganjil tahun pelajaran ...../......
3.
Materi yang disampaikan adalah pokok bahasan
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1997. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Berg, Euwe Vd. (1991). Miskonsepsi bahasa Indonesia dan Remidi Salatiga: Universitas Kristen Satya
Wacana.
Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Joyce, Bruce dan Weil, Marsh. 1972. Models of Teaching Model. Boston: A Liyn dan Bacon.
Masriyah. 1999. Analisis Butir Tes. Surabaya: Universitas Press.
Mukhlis, Abdul. (Ed). 2000. Penelitian Tindakan Kelas. Makalah Panitia Pelatihan Penulisan Karya
Ilmiah untuk Guru-guru se-Kabupaten Tuban.
Nur, Moh. 2001. Pemotivasian Siswa untuk Belajar. Surabaya. University Press. Universitas Negeri
Surabaya.
Soedjadi, dkk. 2000. Pedoman Penulisan dan Ujian Skripsi. Surabaya; Unesa Universitas Press.
Suryosubroto, B. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT. Rineksa Cipta.
Usman, Uzer. 2000. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Widoko. 2002. Metode Pembelajaran Konsep. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tujuan pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar (SD) sebagaimana yang
diamanatkan dalam kurikulum 1994 (Depdikbud, 1994: 9.6) adalah agar siswa dapat
menggunakan Matematika dan pola pikir Matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam
mempelajari berbagai ilmu pengetahuan secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur dan efektif.
Sehingga pengetahuan, pola pikir, sikap dan keterampilan yang diperoleh dari hasil belajar
Matematika diharapkan mampu membantu siswa dalam mengatasi berbagai permasalahan
kehidupan yang dihadapinya.
Dalam dunia pendidikan, Matematika dijadikan sebagai salah satu bidang studi yang
menduduki peranan penting. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya jam pelajaran Matematika
di sekolah dalam pelaksanaan pendidikan, pelajaran Matematika diberikan pada semua jenjang
pendidikan dari pendidikan dasar sampal pada tingkat perguruan tinggi.
bahwa kurikulum bidang studi Matematika mencakup tiga elemen (1) konsep, (2) keteramplian,
dan (3) pemecahan masalah. Untuk itulah diperlukan kemampuan penalaran dan keterampilan
kinerja siswa yang dapat dikembangkan melalui latihan dan belajar Matematika. Oleh karena itu
Matematika rnerupakan sarana yang sangat penting bagi manusia dalam memecahkan
masalah kehidupan sehari-hari.
Kenyataan di lapangan pada saat ini, meskipun Matematika merupakan pengetahuan
dasar yang erat hubungannya dengan kehidupan sehari-hari, namun pelajaran Matematika
salah satu pelajaran yang paling tidak disenangi bagi siswa. Matematika bagi sebagian siswa
dianggap sebagai pelajaran yang sulit dan rumit, sehingga kemampuan siswa dalam
pengetahuan dasar masih kurang. Oleh karena itu, ketidakmampuan sering menimbulkan
kejenuhan dan kesulitan belajar terutama di dalam menganalisis secara sederhana untuk
memecahkan masalah dalam bentuk soal cerita. Akibatiya prestasi belajar siswa cenderung
lebih rendah dengan mata pelajaran lainnya.
Bertolak dari kenyataan di atas, maka dapat dikatakan salah satu penyebab rendahnya
prestasi belajar Matematika adalah adanya pemilihan metode pembelajaran yang kurang
memberikan pernberdayaan dari potensi siswa dan karakteristik bidang studi itu sendiri, dalam
kegiatan pembelajaran lebih terpusat pada guru sehingga pembelajaran kurang bermakna yang
akhirnya tuiuan belajar belum optimal.
Salah satu bidang garapan pembelajaran Matematika yang memegang peranan penting
ialah pengetahuan konsep yang menunjuk pada pemahaman dasar dan keterampilan menunjuk
pada sesuatu yang dilakukan oleh siswa. Suatu jenis keterampilan Matematika adalah proses
menggunakan operasi dasar dalam penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian.
Keterampilan ini dapat dilihat dari kinerja siswa yang dapat berkembang dan ditingkatkan
melalui latihan. Pemecahan masalah adalah aplikasi dari konsep dan keteramplian. Dalam
pemecahan masalah biasanya melibatkan beberapa kombinasi konsep dan keterampilan dalam
suatu situasi baru atau situasi yang berbeda.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian-uraian latar belakang masalah di atas maka dapat diuraikan
rumusan masalah sebagai berikut: Apakah metode Kerja Kelompok dapat meningkatkan
prestasi belajar Matematika siswa Kelas V SDN 01 XXX tahun 2008/2009?
C. Tujuan Penclitian
Berdasarkan pada perumusan masalah di atas, maka tujuan perbaikan ini adalah untuk
membuktikan bahwa penggunaan metode Kerja Kelompok dapat meningkatkan belajar
Matematika Siswa Kelas V SDN 01 XXX tahun 2008/2009.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini sangat bermanfaat bagi guru sebagai peneliti, institusi maupun pendidikan
secara umum, sebagai berikut :
1.
Bagi peneliti : Meningkatkan kepekaan guru dalam melakukan tindakan kelas yang tepat dalam
pembelajaran sehingga pembelajaran mencapai tujuan yang diharapkan.
2.
Institusi : Meningkatkan mutu sekolah karena dengan meningkatnva mutu guru dan nilai siswa
berarti mutu sekolah secara otomatis terjadi peningkatan.
3.
a.
b.
DAFTAR PUSTAKA
Asmani Zainul, Agus Mulyana (2004). Tes dan Asesmen di SD. Jakarta : Universitas Terbuka.
Denny Setiawan (2004).Komputer dan Media Pembelajaran.Jakarta: Universitas Terbuka.
PROPOSAL
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
( PTK )
MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPA DENGAN METODE
PEMBELAJARAN DISCOVERY PADA SISWA KELAS V DI SDN PAGAK 04
KECAMATAN PAGAK KABUPATEN MALANG
TAHUN PELAJARAN 2007/2008
OLEH :
PEMBAYUN SEKARWIYATI, S.Pd.
NIP. 196005171981122005
DINAS PENDIDIKAN
UPTD TK/SD DAN PLS KECAMATAN PAGAK
SEKOLAH DASAR NEGERI PAGAK 04
KECAMATAN PAGAK
KABUPATEN MALANG
PROPOSALPENELITIAN TINDAKAN KELAS( PTK )
Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar IPA dengan Metode Pembelajaran
Discovery Pada Siswa Kelas V di SDN Pagak 04 Kecamatan Pagak Kabupaten Malang
Tahun
Pelajaran
2007/2008
A.
memilih model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan konsep-konsep mata
pelajaran yang akan disampaikan.
Untuk itu diperlukan suatu upaya dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dan
pengajaran salah satunya adalah dengan memilih strategi atau cara dalam
menyampaikan materi pelajaran agar diperoleh peningkatan prestasi belajar siswa
khususnya pelajaran IPA. Misalnya dengan mcmbimbing siswa untuk bersama-sama
terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan mampu membantu siswa berkembang
sesuai dengan taraf intelektualnya akan lebih menguatkan pemahaman siswa terhadap
konsepkonsep yang diajarkan. Pemahaman ini memerlukan minat dan motivasi. Tanpa
adanya minat menandakan bahwa siswa tidak mempunyai motivasi untuk belajar. Untuk
itu, guru harus memberikan suntikan dalam bentuk motivasi sehingga dengan bantuan
itu anak didik dapat keluar dari kesulitan belajar. Sehingga nilai rata-rata mata pelajaran
IPA yang diharapkan oleh guru adalah 90,00. Contoh Proposal PTK
Berdasarkan pengalaman penulis di lapangan, kegagalan dalam belajar rata-rata
dihadapi oleh sejumlah siswa yang tidak memiliki dorongan belajar. Sehingga nilai ratarata mata pelajaran IPA sangat rendah yaitu mencapai 50,00. Hal ini disebabkan karena
guru dalam proses belajar mengajar hanya menggunakan metode ceramah, tanpa
menggunakan alat peraga, dan materi pelajaran tidak disampaikan secara kronologis.
Untuk itu dibutuhkan suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru dengan upaya
membangkitkan motivasi belajar siswa, misalnya dengan membimbing siswa untuk
terlibat la.ngsung dalam kegiatan yang melibatkan siswa serta guru yang berperan
sebagai pembimbing untuk menemukan konsep IPA.
Motivasi tidak hanya menjadikan siswa terlibat dalam kegiatan akademik, motivasi juga
penting dalam menentukan seberapa jauh siswa akan belajar dari suatu kegiatan
pembelajaran atau seberapa jauh menyerap informasi yang disajikan kepada mereka.
Siswa yang termotivasi untuk belajar sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang
lebih tinggi dalam mempelajari materi itu, sehingga siswa itu akan meyerap dan
mengendapkan materi itu dengan lebih baik. Tugas penting guru adalah merencanakan
bagaimana guru mendukung motivasi siswa (Nur, 2001 : 3). Untuk itu sebagai seorang
guru disamping menguasai materi, juga diharapkan dapat menetapkan dan
melaksanakan penyajian materi yang sesuai kemampuan dan kesiapan anak, sehingga
menghasilkan penguasaan materi yang optimal bagi siswa.
Berdasarkan uraian tersebut di atas penulis mencoba menerapkan salah satu metode
pembelajaran,
yaitu
metode
pembelajaran
penemuan
(discovery)
untuk
mengungkapkan apakah dengan model penemuan (discovery) dapat meningkatkan
motivasi belajar dan prestasi belajar IPA. Penulis memilih metode pembelaja.an ini
mengkondisikan siswa untuk terbiasa menemukan, mencari, mendikusikan sesuatu
yang berkaitan dengan pengajaran. (Siadari, 2001: 4). Dalam metode pembelajaran
penemuan (discovery) siswa iebih aktif dalam memecahkan untuk menemukan sedang
guru berperan sebagai pembimbing atau memberikan petunjuk cara memecahkan
masalah itu.
Dari latar belakang tersebut di atas maka penulis dalam penelitian ini mengambil judul "
Meningkatkan Motivasi Dan Prestasi Belajar IPA dengan Metode Pembelajaran
Discovery Pada Siswa Kelas V Di SDN Pagak 04 Kecamatan Pagak Kabupaten Malang
Tahun Pelajaran 2007/2008 ".
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar helakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimanakah pengaruh metode pembelajaran discovery terhadap motivasi
belajar siswa mata pelajaran IPA pada siswa kelas V di SDN Pagak 04 di
Kecamatan Pagak Kabupaten Malang Tahun pelajaran 2007/2008?
2. Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar siswa dengan diterapkannya
pembelajaran discovery mata pelajaran IPA pada siswa kelas V di SDN Pagak 04
di Kecamatan Pagak Kabupaten Malang Tahun pelajaran 2007/2008?
C.
1.
2.
3.
4.
5.
G. Definisi Operasional
Variabel Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap judul penelitian ini, maka perlu
didefinisikan hal-hal sebagai berikut:
1.
Metode
pembelajaran
penemuan
(discovery)
adalah
:
Suatu cara mengajar yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui
tukar pendapat, dengan diskusi, seminar, membaca sendiri dan mencoba sendiri. Agar
anak dapat belaiar sendiri
2.
Motivasi
belajar
adalah:
Suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk
memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri
individu yang mendorong tingkah. lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai
tujuan tertentu.
3.
Prestasi
belajar
adalah:
Hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau dalam bentuk skor, setelah siswa
mengikuti pelajaran.
H.
Kajian Pustaka
a.
Teknik penemuan adalah terjemahan dari discovery. Menurut Sund discovery adalah
proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip.
Yang dimaksudkan dengan proses mental tersebut antara lain ialah: mengamati,
mencerna, mengerti, menggolong-golongkan, manbuat dugaan, menjelaskan,
mengukur membuat kesimpulan dan sebainya. Suatu konsep misalnya: segi tiga, pans,
demokrasi dan sebagainya, sedang yang dimaksud dengan prisnsip antara lain ialah:
logam apabila dipanaskan akan mengembang. Dalam teknik ini siswa dibiarkan
menemukan sendiri atau mengalami proses mental itu sendiri, guru hanya
membimbing dan memberikan instruksi.
Dr. J. Richard dan asistennya mencoba self-learning siswa (belajar sendiri) itu,
sehingga situasi belajar mengajar berpindah dari situasi teacher learning menjadi
situasi student dominated learning. Dengan menggunakan discovery learning, ialah
suatu cara meng~ajar yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui
tukar pendapat, dengan diskusi, seminar, membaca sendiri dan mencoba sendiri. Agar
anak dapat belajar sendiri.
Penggunaan teknik discovery ini guru berusaha meningkatkan aktivitas siswa dalam
proses belajar mengajar. Maka teknik ini memiliki keuntungan sebagai berikut:
Teknik ini mampu membantu siswa untuk mengembangkan, memperbanyak
kesiapan, serta penguasaan keterampilan dalam proses kognitif/pengenalan siswa.
Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi individual sehingga
dapat kokoh/mendalam tertinggal dalam jiwa siswa tersebut. Dapat membangkitkan
kegairahan belajar mengajar para siswa.
Teknik ini mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang
dan maju sesuai dengankernampuannya masing-masing.
Mampu mengarahkan cara siswa belajar, sehingga lebih memiliki motivasi yang
kuat untuk belajar lebih giat.
Membantu siswa untuk memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri
sendiri dengan proses penemuan sendiri.
Strategi itu berpusat pada siswa tidak pada guru. Guru hanya sebagai teman belajar
saja, membantu bila diperlukan.
Walalupun demikian baiknya teknik ini toh masih ada pula kelemahan yang perlu
diperhatikan ialah:
Pada siswa harus ada kesiapan dan kematangan mental untuk cara belajar ini.
Siswa harus berani dan berkeinginan untuk mengetahui keadaan sekitarnya dengan
baik.
Bila kelas terlalu besar penggunaan teknik ini akan kurang berhasil.
Bagi guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencaan dan pengajaran
tradisional mungkin akan sangat kecewa bila diganti dengan teknik penemuan.
Dengan teknik ini ada yang berpendapat bahwa proses mental ini ada yang
berpendapat bahwa proses mental ini terlalu mementingkan proses pengertian saja,
kurang memperhatikan perkembangan/pembentukan sikap dan keterampilan bagi
siswa.
Teknik ini mungkin tidak memberikan kesempatan untuk berpikir secara kreatif.
b Motivasi Belajar Contoh Proposal PTK
Pengertian
Motivasi
Motivasi adalah daya dalarn diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan
sesuatu, atau keadaan seseorang atau organisme yang menyebabkan-kesiapan
kesiapannya untuk memulai serangkaian tingkah laku atau perbuatan. Sedangkan
motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau
tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan
kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu
dalam mencapai tujuan tertentu (Usman, 2000: 28).
Sedangkan menurut Djamarah (2002: 114) motivasi adalah suatu pendorong yang
rnengubah energi dalam diri seseorang kedalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai
tujuan tertentu. :Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan sebab seseorang
yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar tidak akan mungkin melakukan aktivitas
belajar. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Nur (2001: 3) bahwa siswa yang
termotivasi dalam belajar sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi
dalam mempelajari materi itu, sehingga siswa itu akan menyerap dan mengendapkan
materi itu dengan lebih baik.
Jadi motivasi adalah suatu kondisi yang mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu
dalam mencapai tujuan tertentu.
Macam-macam Motivasi
Menurut jenisnya motivasi dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Motivasi Intrinsik
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat dari dalam individu, apakah karena adanya
ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan kondisi yang demikian
akhirnya ia mau melakukan sesuatu atau belajar (Usman, 2000: 29).
Sedangkan menurut Djamarah (2002: 115), motivasi instrinsik adalah motif-motif yang
menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri
individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
Menurut Winata (dalam Erriniati, 1994: ]05) ada beberapa strategi dalam mengaiar
untuk membangun motivasi intrins.k. Strategi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Mengaitkan tujuan belajar dengan tujuan siswa.
2. Memberikan kebebasan dalam memperluas materi pelajaran sebatas yang
pokok.
3. Memberikan banyak waktu ekstra bagi siswa untuk mengerjakan tugas dan
memanfaatkan surnber belajar di sekolah.
4. Sesekali memberikan penghargaan pada siswa atas pekerjaannya.
5. Meminta siswa untuk menjeiaskan hasil pekerjaannya.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi instrinsik adalah motivasi yang
timbul dari dalam individu yang berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar.
Seseorang yang merniliki motivasi intrinsik dalam darinya maka secara sadar akan
melakukan suatu kegiatan yang tidak memerlukan motivasi dari luar dirinya.
2. Motivasi Ekstrinsik
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena
adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan kondisi yang
demikian akhirnya ia mau melakukan sesuatu atau belajar. Misalnya seseorang mau
belajar karena ia disuruh oleh orang tuanya agar mendapat peringkat pertama di
kelasnya (Usman, 2000: 29).
Sedangkan menurut Djamarah (2002: 117), motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari
motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena
adanya perangsang dari luar.
Beberapa cara membangkitkan motivasi ekstrinsik dalam menumbuhkan motivasi
instrinsik antata lain:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Dari uraian di atas diketahui bahwa motivsi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul dari
luar individu yang berfungsinya karena adanya perangsang dari luar, misalnya adanya
persaingan, untuk mencapai nilai yang tinggi, dan lain sebagainya.
c.
Belajar dapat membawa suatu perubahan pada individu yang belajar. Perubahan ini
merupakan pengalaman tingkah laku dari yang kurang baik menjadi lebih baik.
Pengalaman dalam belajar merupakan pengalaman yang dituju pada hasil yang akan
dicapai siswa dalam proses belajar di sekolah. Menurut Poerwodarminto (1991: 768),
prestasi belajar adalah hasil yang dicapai (dilakukan, dekerjakan), dalam hal ini prestasi
belajar merupakan hasil pekerjaan, hasil penciptaan oleh seseorang yang diperoleh
dengan ketelitian kerja serta perjuangan yang membutuhkan pikiran. Contoh Proposal
PTK
Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan bahwa prestasi belajar yang dicapai oleh
siswa dengan melibatkan seluruh potensi yang dimilikinya setelah siswa itu melakukan
kegiatan belajar. Pencapaian hasil belajar tersebut dapat diketahui dengan
mengadakan penilaian tes hasil belajar. Penilaian diadakan untuk rnengetahui sejauh
mana siswa telah berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru. Di samping itu
guru dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar
di sekolah.
Sejalan dengan prestasi belajar, maka dapat diartikan bahwa prestasi belajar IPA
adalah nilai yang dipreoleh siswa setelah melibatkan secara langsung/aktif seluruh
potensi yang dimilikinya baik aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan
psikomotor (keterampilan) dalam proses belajar mengajar IPA.
d.
Hubungan Motivasi dan Prestasi Belajar Terhadap Metode Pembelajaran
Penemuan (Discovery)
Motivasi adalah suatu kondisi yang mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu dalam
mencapai tujuan tertetntu. Siswa yang termotivasi untuk belajar sesuatu akan
menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari materi itu, sehingga
siswa itu akan menyerap dan mengendapkan materi itu dengan lebih baik (Nur, 2001:
3). Sedangkan prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa dengan melibatkan
seluruh pctensi yang dimilikinya setelah siswa itu melakukan kegiatan belajar.
Sedangkan metode pembelajaran penemuan (discovery) adalah suatu metode
pembelajaran yarg memberikan kesempatan dan menuntut siswa terlibat secara aktif di
dalam mencapai tujuan pembelajaran dengan menberikan informasi singkat (Siadari,
2001: 7). Pengetahuan yang diperoleh dengan belajar penemuan (discovery) akan
bertahan lama, mempunyai efek transfer yang lebih baik dan meningkatkan siswa dan
kemampuan berfikir secara bebas. Secara umum belajar penemuan (discovery) ini
melatih keterampilan kognitif untuk menemukan dan memecahkan masalah tanpa
pertolongan orang lain. Selain itu, belajar penemuan membangkitkan keingintahuan
siswa, memberi motivasi untuk bekerja sampai menemukan jawaban (Syafi'udin, 2002:
19).
Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa dengan adanya motivasi dalam
pembelajaran model penemuan (discovery) tersebut maka hasil-hasil belajar akan
menjadi optimal. Makin tepat motivasi yang diberikan, akan makin berhasil pula
pelajaran itu. Dengan motivasi yang tinggi maka intensitas usaha belajar siswa akan
tinggi pula. Jadi motivasi akan senantiasa menentukan intesitas usaha belajar siswa.
Hasil ini akan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
I.
Metode Penelitian
a.
Jenis Penelitianti
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas(PTK) yang bersifat reflektif,
partisipatif, kolaboratif, dan spiral, bertujuan untuk melakukan perbaikan perbaikan
terhadap sistim, cara kerja, proses, isi, dan kompetensi atau situasi pembelajaran. PTK
yaitu suatu kegaitan menguji cobakan suatu id eke dalam praktik atau situasi nyata
dalam harapan kegiatan tersebut mampu memperbaiki dan meningkatkan kualitas
proses belajar mengajar ( Riyanto, 2001)
b.
Kehadiran Peneliti
Pada penelitian ini, peneliti sebagai guru dan merencanakan kegiatan berikut :
1. Menyusun angket untuk pembelajaran dan menyusun rencana program
pembelajaran
2. Mengumpulkan data dengan cara mengamati kegiatan pembelajaran dan
wawancara untuk mengetahui proses pembelajaran yangdilakukan oleh guru kelas
3. Melaksanakan rencana program pembelajaran yang telah dibuat
4. Melaporkan hasil penelitian
c.
Lokasi
Penelitian
Penelitian dilaksanakan di.
d. Data dan sumber
1. Data dalam penelitian ini adalah kemampuan berfikir siswa yang diperoleh
dengan mengamati munculnya pertanyaan dan jawaban yang muncul selama
diskusi berlangsung dan diklasifikasikan menjadi C1 C 6. Data untuk hasil
penelian diperoleh berdasarkan nilai ulangan harian (test).
2. Sumber data penelitian adalah siswa kelas. Sebagai obyek penelitian
e. Prosedur pengumpulan data
Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik sebagai
berikut :
1.
Wawancara
Wawancara awal dilakukan pada guru dan siswa untuk menentukan tindakan.
Wawancara dilakukan untuk mengetahui kondisi awal siswa
2.
Angket
Angket merupakan data penunjang yang digunakan untuk mengumpulkan informasi
terkait dengan respon atau tanggapan siswa terhadap penerapan pembelajaran
kooperatif
3.
Observasi
Observasi dilaksanakan untuk memperoleh data kemampuan berpikir siswa yang terdiri
dari beberapa deskriptor yang ada selama pembelajaran berlangsung. Observasi ini
dilakukan dengan menggunakan lembar observasi yang telah disusun. Obsevasi
dilakukan oleh 3 orang observer.
4.
Test
Test dilaksanakan setiap akhir siklus, hal ini dimaksudkan untuk mengukur hasil yang
diperoleh siswa setelah pemberian tindakan. Test tersebut berbentuk multiple choise
agar banyak materi tercakup
5.
Catatan
lapangan
Catatan lapangan digunakan sebagai pelengkap data penelitian sehingga diharapkan
semua data yang tidak termasuk dalam observasi dapat dikumpulkan pada penelitian
ini
f. Analisis data
1. Kemampuan Berfikir
Kualitas pertanyaan dan jawaban siswa dianalisis dengan rubric. Kemudian untuk
mengetahui peningkatan skor kemampuan berfikir, pertanyaan dan janwaban yang
telah dinilai dengan rubric pada siklus I dibandingkan dengan pertanyaan dan jawaban
yang telah dinilai dengan rubric pada siklus II.
Rumus untuk mencari skor klasikal kemampuan bertanya siswa
Skor riil X 4
Skor maks
Keterangan:
Skor
riil
:
skor
total
yang
diperoleh
siswa
Skor
maksimal
:
Skor
total
yang
seharusnya
diperoleh
siswa
4
: Skor maksimal dari tiap jawaban( pedoman penskoran lihat lampiran )
2. Hasil Belajar
Hasil belajar pada aspek kognetif dari hasil test dianalisis dengan teknik analisis
evaluasi untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa.
Caranya adalah dengan menganalisis hasil test formatif dengan menggunakan criteria
ketuntasan belajar. Secam Aswirara individu, siswa dianggap telah belajar tuntas
apabila daya serapnya mencapai 65 %, Secara kelompok dainggap tuntas jika telah
belajar apabila mencapai 85 % dari jumlah siswa yang mencapai daya serap minimal
65 % (Dedikbud 2000 dalam Aswirda 2007)
g.
2.
Pelaksanaan Tindakan
Melaksanakan kegiatan sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat.
Dalam pelaksanaan penelitian guru menjadi fasilitator selama pembelajaran, siswa
dibimbing untuk belajar IPA secara kooperatif learning dengan modelAdapun
langkah langkah yang dilakukan adalah(sesuaikan dengan scenario pembelajaran)
Kegiatan penutup
Di akhir pelaksanaan pembelajaran pada tiap siklus, guru memberikan test secara
tertulis untuk mengevalausi hasil belajar siswa selama proses pembelajaran
berlangsung.
3.
Observasi
Pengamatan dilakukan selama proses proses pembelajaran berlangsung dan
hendaknya pengamat melakukan kolaborasi dalam pelaksanaannya.
4.
Refleksi
Pada tahap ini dilakukan analisis data yang telah diperoleh. Hasil analisis data yang
telah ada dipergunakan untuk melakukan evaluasi terhadap proses dan hasil yang ingin
dicapai.
Refleksi daimaksudkan sebagai upaya untuk mengkaji apa yang telah atau belum
terjadi, apa yang dihasilkan,kenapa hal itu terjadi dan apa yang perlu dilakukan
selanjutnya. Hasil refleksi digunakan untuk menetapkan langkah selanjutnya dalam
upaya unttuk menghasilkan perbaikan pada siklus II
Silus
II
Kegiatan pada siklus dua pada dasarnya sama dengan pada siklus I hanya saja
perencanaan kegiatan mendasarkan pada hasil refleksi pada siklus I sehingga lebih
mengarah pada perbaikan pada pelaksanaan siklus I.
DAFTAR RUJUKAN Contoh Proposal PTK
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka
Dimyati dan Mujiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
PROPOSAL
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
( PTK )
MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPA DENGAN METODE
PEMBELAJARAN DISCOVERY PADA SISWA KELAS V DI SDN PAGAK 04
KECAMATAN PAGAK KABUPATEN MALANG
TAHUN PELAJARAN 2007/2008
OLEH :
PEMBAYUN SEKARWIYATI, S.Pd.
NIP. 196005171981122005
DINAS PENDIDIKAN
UPTD TK/SD DAN PLS KECAMATAN PAGAK
SEKOLAH DASAR NEGERI PAGAK 04
KECAMATAN PAGAK
KABUPATEN MALANG
PROPOSALPENELITIAN TINDAKAN KELAS( PTK )
Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar IPA dengan Metode Pembelajaran
Discovery Pada Siswa Kelas V di SDN Pagak 04 Kecamatan Pagak Kabupaten Malang
Tahun
Pelajaran
2007/2008
A.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar helakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimanakah pengaruh metode pembelajaran discovery terhadap motivasi
belajar siswa mata pelajaran IPA pada siswa kelas V di SDN Pagak 04 di
Kecamatan Pagak Kabupaten Malang Tahun pelajaran 2007/2008?
2.
C.
1.
Metode
pembelajaran
penemuan
(discovery)
adalah
:
Suatu cara mengajar yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui
tukar pendapat, dengan diskusi, seminar, membaca sendiri dan mencoba sendiri. Agar
anak dapat belaiar sendiri
2.
Motivasi
belajar
adalah:
Suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk
memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri
individu yang mendorong tingkah. lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai
tujuan tertentu.
3.
Prestasi
belajar
adalah:
Hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau dalam bentuk skor, setelah siswa
mengikuti pelajaran.
H.
Kajian Pustaka
a.
Teknik penemuan adalah terjemahan dari discovery. Menurut Sund discovery adalah
proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip.
Yang dimaksudkan dengan proses mental tersebut antara lain ialah: mengamati,
mencerna, mengerti, menggolong-golongkan, manbuat dugaan, menjelaskan,
mengukur membuat kesimpulan dan sebainya. Suatu konsep misalnya: segi tiga, pans,
demokrasi dan sebagainya, sedang yang dimaksud dengan prisnsip antara lain ialah:
logam apabila dipanaskan akan mengembang. Dalam teknik ini siswa dibiarkan
menemukan sendiri atau mengalami proses mental itu sendiri, guru hanya
membimbing dan memberikan instruksi.
Dr. J. Richard dan asistennya mencoba self-learning siswa (belajar sendiri) itu,
sehingga situasi belajar mengajar berpindah dari situasi teacher learning menjadi
situasi student dominated learning. Dengan menggunakan discovery learning, ialah
suatu cara meng~ajar yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui
tukar pendapat, dengan diskusi, seminar, membaca sendiri dan mencoba sendiri. Agar
anak dapat belajar sendiri.
Penggunaan teknik discovery ini guru berusaha meningkatkan aktivitas siswa dalam
proses belajar mengajar. Maka teknik ini memiliki keuntungan sebagai berikut:
Teknik ini mampu membantu siswa untuk mengembangkan, memperbanyak
kesiapan, serta penguasaan keterampilan dalam proses kognitif/pengenalan siswa.
Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi individual sehingga
dapat kokoh/mendalam tertinggal dalam jiwa siswa tersebut. Dapat membangkitkan
kegairahan belajar mengajar para siswa.
Teknik ini mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang
dan maju sesuai dengankernampuannya masing-masing.
Mampu mengarahkan cara siswa belajar, sehingga lebih memiliki motivasi yang
kuat untuk belajar lebih giat.
Sedangkan menurut Djamarah (2002: 115), motivasi instrinsik adalah motif-motif yang
menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri
individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
Menurut Winata (dalam Erriniati, 1994: ]05) ada beberapa strategi dalam mengaiar
untuk membangun motivasi intrins.k. Strategi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Mengaitkan tujuan belajar dengan tujuan siswa.
2. Memberikan kebebasan dalam memperluas materi pelajaran sebatas yang
pokok.
3. Memberikan banyak waktu ekstra bagi siswa untuk mengerjakan tugas dan
memanfaatkan surnber belajar di sekolah.
4. Sesekali memberikan penghargaan pada siswa atas pekerjaannya.
5. Meminta siswa untuk menjeiaskan hasil pekerjaannya.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi instrinsik adalah motivasi yang
timbul dari dalam individu yang berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar.
Seseorang yang merniliki motivasi intrinsik dalam darinya maka secara sadar akan
melakukan suatu kegiatan yang tidak memerlukan motivasi dari luar dirinya.
2. Motivasi Ekstrinsik
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena
adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan kondisi yang
demikian akhirnya ia mau melakukan sesuatu atau belajar. Misalnya seseorang mau
belajar karena ia disuruh oleh orang tuanya agar mendapat peringkat pertama di
kelasnya (Usman, 2000: 29).
Sedangkan menurut Djamarah (2002: 117), motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari
motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena
adanya perangsang dari luar.
Beberapa cara membangkitkan motivasi ekstrinsik dalam menumbuhkan motivasi
instrinsik antata lain:
1. Kompetisi (persaingan): guru berusaha menciptakan persaingan di antara
siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil
prestasi yang telah dicapai sebelumnya dan mengatasi prestasi orang lain.
2. Pace Making (membuat tujuan sementara atu dekat): Pada awal kegiatan belajar
mengajar guru, hendaknya terlebih dahulu menyampaikan kepada siswa TPK yang
akan dicapai sehingga dengan demikian siswa berusaha untuk mencapai TPK
tersebut.
3. Tujuan yang jelas: Motif mendorong individu untuk mencapai tujuan. Makin jelas
tujuan, makin besar ni]ai tujuan bagi individu yang bersangkutan dan makin besar
pula motivasi dalam melakuakan sesuatu perbuatan.
4. Kesempurnaan untuk sukses: Kesuksesan dapat menimbulkan rasa puas,
kesenangan dan kepercayaan terhadap diri sendiri, sedangkan kegagalan akan
membawa efek yang sebaliknya. Dengan demikian, guru hendaknya banyak
Belajar dapat membawa suatu perubahan pada individu yang belajar. Perubahan ini
merupakan pengalaman tingkah laku dari yang kurang baik menjadi lebih baik.
Pengalaman dalam belajar merupakan pengalaman yang dituju pada hasil yang akan
dicapai siswa dalam proses belajar di sekolah. Menurut Poerwodarminto (1991: 768),
prestasi belajar adalah hasil yang dicapai (dilakukan, dekerjakan), dalam hal ini prestasi
belajar merupakan hasil pekerjaan, hasil penciptaan oleh seseorang yang diperoleh
dengan ketelitian kerja serta perjuangan yang membutuhkan pikiran. Contoh Proposal
PTK
Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan bahwa prestasi belajar yang dicapai oleh
siswa dengan melibatkan seluruh potensi yang dimilikinya setelah siswa itu melakukan
kegiatan belajar. Pencapaian hasil belajar tersebut dapat diketahui dengan
mengadakan penilaian tes hasil belajar. Penilaian diadakan untuk rnengetahui sejauh
mana siswa telah berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru. Di samping itu
guru dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar
di sekolah.
Sejalan dengan prestasi belajar, maka dapat diartikan bahwa prestasi belajar IPA
adalah nilai yang dipreoleh siswa setelah melibatkan secara langsung/aktif seluruh
potensi yang dimilikinya baik aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan
psikomotor (keterampilan) dalam proses belajar mengajar IPA.
d.
Hubungan Motivasi dan Prestasi Belajar Terhadap Metode Pembelajaran
Penemuan (Discovery)
Motivasi adalah suatu kondisi yang mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu dalam
mencapai tujuan tertetntu. Siswa yang termotivasi untuk belajar sesuatu akan
menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari materi itu, sehingga
siswa itu akan menyerap dan mengendapkan materi itu dengan lebih baik (Nur, 2001:
3). Sedangkan prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa dengan melibatkan
seluruh pctensi yang dimilikinya setelah siswa itu melakukan kegiatan belajar.
Sedangkan metode pembelajaran penemuan (discovery) adalah suatu metode
pembelajaran yarg memberikan kesempatan dan menuntut siswa terlibat secara aktif di
dalam mencapai tujuan pembelajaran dengan menberikan informasi singkat (Siadari,
2001: 7). Pengetahuan yang diperoleh dengan belajar penemuan (discovery) akan
bertahan lama, mempunyai efek transfer yang lebih baik dan meningkatkan siswa dan
kemampuan berfikir secara bebas. Secara umum belajar penemuan (discovery) ini
melatih keterampilan kognitif untuk menemukan dan memecahkan masalah tanpa
pertolongan orang lain. Selain itu, belajar penemuan membangkitkan keingintahuan
siswa, memberi motivasi untuk bekerja sampai menemukan jawaban (Syafi'udin, 2002:
19).
Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa dengan adanya motivasi dalam
pembelajaran model penemuan (discovery) tersebut maka hasil-hasil belajar akan
menjadi optimal. Makin tepat motivasi yang diberikan, akan makin berhasil pula
pelajaran itu. Dengan motivasi yang tinggi maka intensitas usaha belajar siswa akan
tinggi pula. Jadi motivasi akan senantiasa menentukan intesitas usaha belajar siswa.
Hasil ini akan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
I.
Metode Penelitian
a.
Jenis Penelitianti
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas(PTK) yang bersifat reflektif,
partisipatif, kolaboratif, dan spiral, bertujuan untuk melakukan perbaikan perbaikan
terhadap sistim, cara kerja, proses, isi, dan kompetensi atau situasi pembelajaran. PTK
yaitu suatu kegaitan menguji cobakan suatu id eke dalam praktik atau situasi nyata
dalam harapan kegiatan tersebut mampu memperbaiki dan meningkatkan kualitas
proses belajar mengajar ( Riyanto, 2001)
b.
Kehadiran Peneliti
Pada penelitian ini, peneliti sebagai guru dan merencanakan kegiatan berikut :
1. Menyusun angket untuk pembelajaran dan menyusun rencana program
pembelajaran
2. Mengumpulkan data dengan cara mengamati kegiatan pembelajaran dan
wawancara untuk mengetahui proses pembelajaran yangdilakukan oleh guru kelas
3. Melaksanakan rencana program pembelajaran yang telah dibuat
4. Melaporkan hasil penelitian
c.
Lokasi
Penelitian
Penelitian dilaksanakan di.
d. Data dan sumber
1. Data dalam penelitian ini adalah kemampuan berfikir siswa yang diperoleh
dengan mengamati munculnya pertanyaan dan jawaban yang muncul selama
Caranya adalah dengan menganalisis hasil test formatif dengan menggunakan criteria
ketuntasan belajar. Secam Aswirara individu, siswa dianggap telah belajar tuntas
apabila daya serapnya mencapai 65 %, Secara kelompok dainggap tuntas jika telah
belajar apabila mencapai 85 % dari jumlah siswa yang mencapai daya serap minimal
65 % (Dedikbud 2000 dalam Aswirda 2007)
g.
2.
Pelaksanaan Tindakan
Melaksanakan kegiatan sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat.
Dalam pelaksanaan penelitian guru menjadi fasilitator selama pembelajaran, siswa
dibimbing untuk belajar IPA secara kooperatif learning dengan modelAdapun
langkah langkah yang dilakukan adalah(sesuaikan dengan scenario pembelajaran)
Kegiatan penutup
Di akhir pelaksanaan pembelajaran pada tiap siklus, guru memberikan test secara
tertulis untuk mengevalausi hasil belajar siswa selama proses pembelajaran
berlangsung.
3.
Observasi
Pengamatan dilakukan selama proses proses pembelajaran berlangsung dan
hendaknya pengamat melakukan kolaborasi dalam pelaksanaannya.
4.
Refleksi
Pada tahap ini dilakukan analisis data yang telah diperoleh. Hasil analisis data yang
telah ada dipergunakan untuk melakukan evaluasi terhadap proses dan hasil yang ingin
dicapai.
Refleksi daimaksudkan sebagai upaya untuk mengkaji apa yang telah atau belum
terjadi, apa yang dihasilkan,kenapa hal itu terjadi dan apa yang perlu dilakukan
selanjutnya. Hasil refleksi digunakan untuk menetapkan langkah selanjutnya dalam
upaya unttuk menghasilkan perbaikan pada siklus II
Silus
II
Kegiatan pada siklus dua pada dasarnya sama dengan pada siklus I hanya saja
perencanaan kegiatan mendasarkan pada hasil refleksi pada siklus I sehingga lebih
mengarah pada perbaikan pada pelaksanaan siklus I.
DAFTAR RUJUKAN Contoh Proposal PTK
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka
Dimyati dan Mujiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta