Anda di halaman 1dari 4

DEWA SIWA

Siwa (Dewanagari: ; IAST: iva) adalah salah satu dari tiga dewa utama
(Trimurti) dalam agama Hindu. Kedua dewa lainnya adalah Brahma dan Wisnu.
Dalam ajaran agama Hindu, Dewa Siwa adalah dewa pelebur, bertugas melebur
segala sesuatu yang sudah usang dan tidak layak berada di dunia fana lagi
sehingga harus dikembalikan kepada asalnya.
1. Karakteristik
Umat Hindu, khususnya umat Hindu di India, meyakini bahwa Dewa Siwa
memiliki ciri-ciri yang sesuai dengan karakternya, yakni:

Bertangan empat, masing-masing membawa: trisula, cemara, tasbih/genitri,


kendi
Bermata tiga (tri netra)
Pada hiasan kepalanya terdapat ardha chandra (bulan sabit)
Ikat pinggang dari kulit harimau
Hiasan di leher dari ular kobra
Kendaraannya lembu Nandini
Pasangan : Dewi Sati, Dewi Parwati, Dewi Uma, Dewi Durga, Dewi Kali

Oleh umat Hindu Bali, Dewa Siwa dipuja di Pura Dalem, sebagai dewa yang
mengembalikan manusia dan makhluk hidup lainnya ke unsurnya, menjadi Panca
Maha Bhuta. Dalam pengider Dewata Nawa Sanga (Nawa Dewata), Dewa Siwa
menempati arah tengah dengan warna panca warna. Ia bersenjata padma dan
mengendarai lembu Nandini. Aksara sucinya I dan Ya. Ia dipuja di Pura Besakih.
Dalam tradisi Indonesia lainnya, kadangkala Dewa Siwa disebut dengan nama
Batara Guru. Adya / Siwa / Pusat / Segala Warna (Cahaya) = peleburan
kemanunggalan.

2. Putra
Menurut cerita-cerita keagamaan yang terdapat dalam kitab-kitab suci umat
Hindu, Dewa Siwa memiliki putra-putra yang lahir dengan sengaja ataupun tidak
disengaja. Beberapa putra Dewa Siwa tersebut yakni:

Dewa Kumara (Kartikeya)

Kartikeya (Dewanagari: ; IAST: Krtikeya) (Tamil: ) (disebut


juga Skanda, Murugan, dan Kumara) adalah Dewa Hindu yang terkenal di kalangan
orang Tamil di negara bagian Tamil Nadu di India, dan Sri Lanka. Dia juga dikenal
dengan berbagai nama, seperti misalnya Murugan, Kumara, Shanmukha, Skanda
dan Subramaniam. Dia merupakan Dewa perang dan pelindung negeri Tamil.
Kartikeya digambarkan sebagai dewa berparas muda, mengendarai burung
merak dan bersenjata tombak. Mitologi Hindu mengatakan bahwa ia adalah putra
dari Dewa Agni karena disebut Agnibhuh. Satapatha Brahmana menyatakan ia
sebagai putra dari Rudra dan ia merupakan wujud kesembilan dari Agni. Beberapa
legenda menyebutkan bahwa ia adalah putra Dewa Siwa.
Kartikeya memiliki hubungan yang sangat dekat dengan Ganesa dan Dewi Parwati.

Dewa Ganesa

Ganesa (Dewanagari: ; IAST: Ganea; Tentang suara ini dengarkan


(bantuaninfo)) adalah salah satu dewa terkenal dalam agama Hindu dan banyak
dipuja oleh umat Hindu, yang memiliki gelar sebagai Dewa pengetahuan dan
kecerdasan, Dewa pelindung, Dewa penolak bala/bencana dan Dewa kebijaksanaan.
Lukisan dan patungnya banyak ditemukan di berbagai penjuru India; termasuk
Nepal, Tibet dan Asia Tenggara. Dalam relief, patung dan lukisan, ia sering
digambarkan berkepala gajah, berlengan empat dan berbadan gemuk. Ia dikenal
pula dengan nama Ganapati, Winayaka dan Pilleyar. Dalam tradisi pewayangan, ia
disebut Bhatara Gana, dan dianggap merupakan salah satu putra Bhatara Guru
(Siwa). Berbagai sekte dalam agama Hindu memujanya tanpa memedulikan
golongan. Pemujaan terhadap Ganesa amat luas hingga menjalar ke umat Jaina,
Buddha, dan di luar India.[1]
Meskipun ia dikenal memiliki banyak atribut, kepalanya yang berbentuk gajah
membuatnya mudah untuk dikenali. Ganesa masyhur sebagai "Pengusir segala
rintangan" dan lebih umum dikenal sebagai "Dewa saat memulai pekerjaan" dan
"Dewa segala rintangan" (Wignesa, Wigneswara), "Pelindung seni dan ilmu
pengetahuan", dan "Dewa kecerdasan dan kebijaksanaan". Ia dihormati saat
memulai suatu upacara dan dipanggil sebagai pelindung/pemantau tulisan saat
keperluan menulis dalam upacara.[2] Beberapa kitab mengandung anekdot mistis
yang dihubungkan dengan kelahirannya dan menjelaskan ciri-cirinya yang tertentu.
Ganesa muncul sebagai dewa tertentu dengan wujud yang khas pada abad
ke-4 sampai abad ke-5 Masehi, selama periode Gupta, meskipun ia mewarisi sifat-

sifat pelopornya pada zaman Weda dan pra-Weda.[3] Ketenarannya naik dengan
cepat, dan ia dimasukkan di antara lima dewa utama dalam ajaran Smarta (sebuah
denominasi Hindu) pada abad ke-9. Sekte para pemujanya yang disebut Ganapatya,
(Sanskerta: ; gapatya), yang menganggap Ganesa sebagai dewa yang
utama, muncul selama periode itu.[4] Kitab utama yang didedikasikan untuk
Ganesa adalah Ganesapurana, Mudgalapurana, dan Ganapati Atharwashirsa.

Anda mungkin juga menyukai