Siwa (Dewanagari: ; IAST: iva) adalah salah satu dari tiga dewa utama
(Trimurti) dalam agama Hindu. Kedua dewa lainnya adalah Brahma dan Wisnu.
Dalam ajaran agama Hindu, Dewa Siwa adalah dewa pelebur, bertugas melebur
segala sesuatu yang sudah usang dan tidak layak berada di dunia fana lagi
sehingga harus dikembalikan kepada asalnya.
1. Karakteristik
Umat Hindu, khususnya umat Hindu di India, meyakini bahwa Dewa Siwa
memiliki ciri-ciri yang sesuai dengan karakternya, yakni:
Oleh umat Hindu Bali, Dewa Siwa dipuja di Pura Dalem, sebagai dewa yang
mengembalikan manusia dan makhluk hidup lainnya ke unsurnya, menjadi Panca
Maha Bhuta. Dalam pengider Dewata Nawa Sanga (Nawa Dewata), Dewa Siwa
menempati arah tengah dengan warna panca warna. Ia bersenjata padma dan
mengendarai lembu Nandini. Aksara sucinya I dan Ya. Ia dipuja di Pura Besakih.
Dalam tradisi Indonesia lainnya, kadangkala Dewa Siwa disebut dengan nama
Batara Guru. Adya / Siwa / Pusat / Segala Warna (Cahaya) = peleburan
kemanunggalan.
2. Putra
Menurut cerita-cerita keagamaan yang terdapat dalam kitab-kitab suci umat
Hindu, Dewa Siwa memiliki putra-putra yang lahir dengan sengaja ataupun tidak
disengaja. Beberapa putra Dewa Siwa tersebut yakni:
Dewa Ganesa
sifat pelopornya pada zaman Weda dan pra-Weda.[3] Ketenarannya naik dengan
cepat, dan ia dimasukkan di antara lima dewa utama dalam ajaran Smarta (sebuah
denominasi Hindu) pada abad ke-9. Sekte para pemujanya yang disebut Ganapatya,
(Sanskerta: ; gapatya), yang menganggap Ganesa sebagai dewa yang
utama, muncul selama periode itu.[4] Kitab utama yang didedikasikan untuk
Ganesa adalah Ganesapurana, Mudgalapurana, dan Ganapati Atharwashirsa.