Nama Kelompok 1 :
1. I Made Aditya Arya Wardhana
(04)
(10)
3. Ilham Muhammad
(16)
4. Rizky Sudiantoro
(28)
(29)
(35)
X MIA 4
SMAN 7 DENPASAR
TAHUN AJARAN 2015/2016
Perang
Pandan
perang
pandan diawali dengan ritual upacara mengelilingi desa untuk memohon keselamatan, setelah itu perang pandan
dimulai dan kemudian ditutup persembahyangan di Pura setempat dilengkapi dengan menghaturkan tari Rejang.
Tradisi ini dilakukan sebagai penghormatan kepada dewa indra yang mana dalam sejarah tenganan
mengisahkan bahwa desa tenganan merupakan hadiah Setelah kemenangan Dewa Indra atas raja raksasa Maya
Denawa,maka Dewa bermaksud membuat persembahan dengan menyembelih seekor kuda bernama Onceswara.
Namun
kuda
itu
kemudian
melarikan
diri
karena
menolak
untuk
dikorbankan.
Dewa Indra kemudian memerintahkan sekelompok pasukan untuk mencarinya hingga ke Karangasem. Sayangnya,
pasukan Peneges ini hanya berhasil menemukannya dalam keadaan sudah menjadi bangkai. Dewa kemudian
memberi hadiah berupa lahan dengan batasan seluas bau bangkai itu masih tercium. Dengan cerdik, para anggota
pasukan kemudian memotong bangkai dan berlari ke segala arah untuk memperluas wilayah yang bisa dibaui sampai
akhirnya mereka diberi peringatan.
Jadilah kini wilayah yang secara administratif masuk Kecamatan Manggis, Karangasem, dan berjarak sekitar
70 kilometer dari Denpasar itu menjadi Desa Tenganan.
Peserta perang pandan memakai pakaian adat Tenganan yang bernama kain tenun Pegringsingan. Masyarakat
pria hanya menggunakan sarung atau disebut kamen, selendang atau disebut saput, dan ikat kepala atau udeng. Pria
tersebut tidak mengenakan baju alias bertelanjang dada.
Tradisi perang pandan, dilakukan dengan menggunakan pandan berduri sebagai alat atau senjata untuk
berperang. Pandan berduri yang digunakan adalah pandan yang sudah diikat sehingga berbentuk seperti gada. Peserta
perang pandan juga sebuah tameng. Tameng tersebut digunakan untuk melindungi diri dari serangan lawan. Tameng
yang digunakan pada perang pandan terbuat dari rotan yang dianyam. Perang pandan diiringi musik gamelan
seloding. Seloding adalah alat musik di daerah Tenganan yang hanya boleh dimainkan oleh orang yang disucikan.
Alat musik ini juga tidak sembarangan dimainkan, melainkan hanya pada acara tertentu saja. Alat tersebut memiliki
pantangan yang tidak boleh dilanggar yaitu tidak boleh menyentuh tanah.
E. Tari Penutup
Tari Rejang adalah tarian upacara keagamaan dari masyarakat Bali yang diperkirakan berasal dari zaman praHindu. Tarian ini merupakan persembahan suci untuk menyambut kedatangan dan menghibur para Dewa yang turun
dari Kahyangan ke Bumi. Di kalangan masyarakat Hindu-Bali tari Rejang dipentaskan dalam pelaksanaan upacara
Dewa Yadnya seperti odalan di pura-pura. Sementara itu, di kalangan masyarakat Tenganan, Asak, Bongaye, dan
lain-lainnya yang berada di Kabupaten Karangasem, tarian ini masih tetap dipentaskan untuk berbagai upacara adat
dan acara lainnya di lingkungan masyarakat setempat.
Berbeda dengan tari Sanghyang yang merupakan tarian dari para Dewa-Dewi dan rokh suci lainnya, dengan
memasuki tubuh penarinya, tari Rejang adalah persembahan suci untuk para Dewa-Dewa. Pada waktu upacara
odalan di pura-pura, melalui puja mantra dan sesaji para Dewa diundang untuk turun dari Kahyangan dan
bersemayam pada benda-benda suci seperti Pratima. Untuk menyambut dan menghibur kedatangan para dewa ini,
maka ditarikanlah tari Rejang. Melalui tarian ini warga masyarakat menyatakan rasa syukur dan terimakasih mereka
kepada para Dewa atas perkenannya turun ke Bumi.
Tari Rejang adalah sebuah tarian prosesi upacara yang ditarikan oleh sejumlah penari wanita. Para penari yang
pada umumnya bukan orang-orang yang propesional ini terdiri dari berbagai kelompok umur yaitu Tua, setengah
baya, dan muda. Dengan menari secara beriringan, berbaris ataupun melingkar di halaman pura. Tarian ini biasanya
dilakukan disekitar tempat suci atau pelinggih, dimana pertima-pertima itu ditempatkan. Para penari Rejang pada
umumnya memakai pakaian adat atau pakaian Upacara, dengan memakai hiasan bunga-bunga emas di kepalanya dan
hiasan-hiasan lainnya yang sesuai dengan kebiasaan desa masing-masing.
Dilihat dari perbendaharaan geraknya, tari Rejang dikatakan cukup sederhana, tempo gerakannyapun
cenderung pelan dengan kualitas yang mengalun. Gerak-gerak yang dominan dipakai dalam tari Rejang adalah
ngembat dan ngelikas atau gerakan kiri dan kanan yang dilakukan sambil melangkah kedepan secara perlahan.
Ketika menari, penari Rejang pada umumnya tidak berdialog atau menyanyi.
Di banyak desa, kelompok penari Rejang meliputi beberapa orang penuntun yang disebut Pamaret yang
biasanya dilakukan oleh para penari tua yang sudah pengalaman. Dimana para Pemaret selalu menari di barisan
paling depan daripada penari lainnya, biasanya yang mengikuti di belakangnya adalah kalangan remaja. Dimanamana penari Rejang terlebih dahulu disucikan dengan berbagai sesaji.
Tari Rejang pada umumnya diiringi dengan musik instrumental walaupun adapula yang diiringi musik vokal
(Tembang ataupun Kidung). Gamelan pengiring tari Rejang pada umumnya adalah gambelan gong (Kebyar) hanya
beberapa saja yang memakai gamelan lain seperti gamelan Selonding atau gambelan Gambang.
Berikut ini adalah beberapa jenis tari Rejang yang biasa dipentaskan:
Rejang Renteng
Rejang Bengkel
Rejang Ayodpadi
Rejang Galuh
Rejang Dewa
Rejang Palak
Rejang Membingin
Rejang Makitut
Rejang Haja
Rejang Negara
F. Kesimpulan
Perang pandan adalah salah satu tradisi yang ada di Desa Tenganan, Kecamatan Karangasem, Bali. Perang
pandan juga disebut dengan istilah makere-kere. Upacara perang pandan menjadi daya tarik bagi wisatawan, baik
wisatawan dalam negeri maupun wisatawan asing. Peran pandan merupakan salah satu tradisi yang dilakukan untuk
menghormati dewa Indra atau Dewa perang.Perang pandan merupakan bagian dari ritual Sasihh Sembah.Sasih
sembah ialah ritual terbesar yang ada di Desa Tenganan.