PURANA WANGSA
BANDESA MANIK MAS
(TRAH KETAPANG DI BANJAR TELABAH SUKAWATI)
BAB I
Pendahuluan
Om awighnam astu namā śidyam.
Sembah pengaksama kami kehadapan Bhatara Hyang
Mami yang bergelar Ongkara Hradaya Namah Swaha,
Sunia Loka, Sida Loka Suara.
Ijinkankanlah hamba menceritakan segala masa lalu
yang telah tertulis dalam lepihan tembaga dan lontar
yang sudah suci menyatu dengan Hyang Widhi.
Om Bhur, Bhuwah, Swah
Semoga hamba tidak berdosa, tidak terikat usana,
semoga tidak alpaka dari penciptaan Sang Hyang
Purwa Tattwa, begitu juga dengan seketurunan hamba,
bebaskanlah hamba dari alpaka kehadapan Ida Hyang
Widhi, lara wigraha mala papa pataka, bisa terbebas
dari kutukan Sang Hyang Widhi, karena sudah
lancang mengisahkan masa lalu, sekarang dan masa
yang akan datang.
Semoga hamba juga menemukan kebahagiaan sekala
niskala atau lahir bathin, sempurna menemui panjang
BANDESA MANIK MAS TRAH KETAPANG DI BR TELABAH SUKAWATI GIANYAR I B BAJRA.11.2021
2
BAB II
AWAL DARI SEBUAH WANGSA
II.1. Catur Loka Pala.
Dalam berbagai sastra tua Hindu Bali, dalam
Mithologi yang tertuang dalam sastra-sastra klasik
Bali, disebutkan pada mulanya di Bali ada empat
gunung utama dikenal dengan nama Catur Loka Pala
yang mengelilingi pulau Bali dari 4 penjuru arah
angin, antara lain: Gunung Lempuyang di timur,
Gunung Andakasa di selatan, Gunung Manghu di sisi
utara dan Gunung Watukaru di sisi barat. Demikian
keberadaan gunung itu, yang pada hakikatnya sebagai
kunci penguat jagat Bali sejak jaman mithologi.
Dikisahkan Hyang Hari Bawana atau Dewa Wisnu
merasa sangat sulit menjaga Bali hanya dengan
kekuatan Sang Hyang Catur Loka Pala. Pada
kesempatan-kesempatan tertentu Pulau Bali oleng
kekanan dan kekiri seperti perahu tanpa kemudi di
tengah samudera. Dikisahkan Pulau Bali kadang
kadang bersatu menjadi satu daratan dan kadang
terpisah oleh samudera dengan pulau Lombok.
Kejadian yang berulang-ulang dan tanpa henti ini
mengetuk hati Hyang Tri Nayana atau Hyang Pasupati
menyaksikan Bali dan Lombok bagaikan pralaya atau
kiamat. Segera Beliau memotong puncak Gunung
BANDESA MANIK MAS TRAH KETAPANG DI BR TELABAH SUKAWATI GIANYAR I B BAJRA.11.2021
6
Hyang Aghni Hyang Hyang Dewi Hyang Hyang Hyang Manik Hyang Manik
Jaya Lem Putra Danuh Tugu Tumuwuh Gumawang Galang
puyang Jaya Ulun Danu Anda Watu karu Gunung Bratan Pejeng
Besakih Batur kasa
Mpu Dwijaksara
Mpu Jiwaksara
Patih Ulung
Pangeran Pangeran
Samaranatha Masnatha
Kyai Gusti Kyai Gusti Rare Kyai Gusti Kyai Gusti Kyai Gusti
Pasek Gelgel Angon Bandesa Mas Macan Gading Bandesa Kapal
BAB III
KYAI GEDE BANDESA MAS
DI BHUMI KETAPANG
BAB IV
KI GEDE TUGU
Kembali dikisahkan kini Ki Bandesa Taman di
Ketapang kini dikisahkan, beliau menurunkan 4 orang
putra, masing-masing bernama: Ki Gede Simpar, Ki
Gede Sulan, Ki Gede Bandega dan Ki Gede Tugu.
Pada masa istana Gelgel dikisahkan berada pada masa
kekuasaan Patih Agung Maruti, beliau memutuskan
untuk meninggalkan Ketapang bersama keluarga
menuju ke Guliang, selanjutnya ditempatkan sebelah
selatan istana Guliang.
IV.1. Ki Gede Tugu di Kara-Mas.
Kini dikisahkan putra keempat dari Ki Bandesa
Taman yang bernama Ki Gede Tugu diperintahkan
oleh I Gusti Undisan selaku Senopati perang Guliang
untuk melakukan pengintaian bersama dengan tidak
kurang dari 50 Orang dari berbagai trah ke wilayah
Kara-Mas. Dari Guliang mereka secara rahasia
menuju arah selatan melewati perkampungan Sidawa,
dan Sidan dan menembus hutan-hutan lebat disebelah
selatan Sidan. Tidak dikisahkan lebih jauh perjalanan
mereka menembus hutan dan desa-desa, mereka
sampai di Kara-Mas, selanjutnya menyebar masing-
masing membangun tempat tinggal menyamar sebagai
BANDESA MANIK MAS TRAH KETAPANG DI BR TELABAH SUKAWATI GIANYAR I B BAJRA.11.2021
45
Made Lues
I Nyoman Cekig
BAB V
PANUGRAHAN DAN BHISAMA
Segenap keturunan Bandesa Manik Mas yang sudah
menyatakan setia kepada leluhur patut mengetahui dan
melaksanakan berbagai bhisama leluhur diataranya:
V.1. Pura Bukcabe.
Pada saat peresmian Pura Pule dan Bukcabe di Mas
ada bhisama dari Ki Pangeran Mas: Bahwa pura
Bukcabe patut disiwi atau diupacara sesuai dengan
tuntunan oleh semua keturunan Sang Brahmana
Wangsa dan semua keturunan Ki Pangeran Mas.
Apabila ada kemudian turun-turunan Sang Brahmana
dan Ki Pangeran Mas tidak ingat dengan
persembahyangannya terhadap Pura Pule dan
Bukcabe, seluruh keluarga Pangeran Mas tidak
mendapat selamat, surut kebijaksanaannya, anak
cucunya putus, berlaku durhaka dan menyalahi tata
susila, tidak putus-putusnya dirundung kemalangan,
karena tidak menuruti ucapan piagam-piagam.
Demikianlah amanat Ki Pangeran Mas kepada anak
cucunya.
V.2. Anugerah Ida Pedanda Dwijendra kepada I
Pasek dan I Bendesa Mas, yaitu: Pada waktu mati
kemudian, boleh memakai trilaksana, menggunung
BANDESA MANIK MAS TRAH KETAPANG DI BR TELABAH SUKAWATI GIANYAR I B BAJRA.11.2021
102
Mantra :
“Ong Pancaksara tri aksara ya namah swaha,
Ong Phat”.
Sekar bang, mantra :
“Om ksama swamam mahadewa, sarwa prani
hitangkaram, mamocah sarwa papebyah, pala
ya swa sada siwa”.
Sekar kuning, mantra :
“Papoham papo karmaham.papatma papa
sambawah………
…….. trahinam sarwa pape byah. Kenascid
mama raksantu”.
Raris ketisang toya cendanane, wija sinambeh,
mantra:
“Ksantawiya kayiko dosah, ksantawya wacika
mama, ksantawya manaso dosah, tat pramadat
keswamam swamam. Hinaksaram lima padam,
hina mantra tatewanca, hina bakti hina widhi,
sada siwa namostute. Om mantra hinam kriya
hinam, bakti hinam maheswaram, tat pujinta
mahadewam, paripurna tad astume. Om ksama
swamam jagatnata, sarwa prani hitangkaram,
sarwa karya midandehi, pranamami
BANDESA MANIK MAS TRAH KETAPANG DI BR TELABAH SUKAWATI GIANYAR I B BAJRA.11.2021
107
BAB VI
PENUTUP
Banyak hal yang sudah terjadi di Bali, ada masa
bersuka, ada pula masa bersedih, itu adalah samudra
sejarah. Ibaratkan aliran sungai yang panjang, pada
awalnya di hulu sungai jernih dan segar, tetapi setelah
memasuki pertengahan sungai akan tercampur dengan
beberapa jenis kotoran, membuat air menjadi sedikit
berwarna, tetapi aliran sungai tak mau berhenti, akan
terus mengalir, membawa air ke Loloan, perbatasan
antara sungai dan samudra, dimana suatu keadaan
akan membuat air menjadi tenang, mulai
mengendapkan segala kekotoran yang dibawanya,
sebelum kemudian memasuki gerbang samudra yang
luas. Air berubah menjadi asin.
Tetapi perlu kita ingat setelah air bersatu disamudra
aliran tidak berhenti, riak dan gelombang, pasang dan
surut menyertai perjalanan sang air. Suka tidak suka,
rela tidak rela kehidupan terus berjalan, demikianpun
air. Masa lalu amat penting, masa sekarang berarti,
masa depan bermakna. Semuanya berkaitan, terjalin
menjadi suatu jalinan yang tak terpisahkan.
Demikianlah sedikit cerita yang bisa kami sampaikan
dalam buku ini tentang perjalanan suci kehidupan
yang dilakukan oleh Para Petilik keturunan Bandesa
BANDESA MANIK MAS TRAH KETAPANG DI BR TELABAH SUKAWATI GIANYAR I B BAJRA.11.2021
120
Daftar Pustaka
• Babad Dalem Koleksi: I Dewa Gde Puja. Jero
Kanginan, Sidemen, Karangasem.
• Babad Dalem editor Drs I Wayan warna Dkk,
tahun 1986. Lontar bertahun 1840, tulisan Ida
Bagus Nyoman, Giriya Pidada.
• Babad Dalem, Druwen Ida Cokorda Gede Agung,
Puri Kaleran Sukawati , tahun 1981.
• Babad Pasek, I Gusti Bagus Sugriwa tahun 1956.
• 3 cakep lontar tua milik sentana Mas yang tinggal
di Taman Kaja Ubud.
• Babad Brahmana Siwa, milik Penulis
• Babad Mengwi Nomor/ kode : Va. 1340/12,
Gedong Kirtya Singaraja.
• Babad Mengwi Buleleng Nomor/ kode :
Va.1135/10, Gedong Kirtya Singaraja.
• The Spell Of Power oleh Henk Sculte Nordholt
tahun 2006. Diterjemahkan oleh Ida Bagus Putra
Yadnya
• Het voorspel der vestiging van de Nederlandsche
macht op Bali en Lombok Cornelis Lekkerkerker -
tahun 1923
• Hindoe-recht in Indonesie Teunis Cornelis
Lekkerkerker, Amsterdam: J . H Bussy, tahun
1918. Milik Perpustakaan Universitas Gajah mada.
• Monografi pulau Bali I Gusti Gde Raka, Bagian
Publikasi , Pusat Djawatan Pertanian Rakjat , 1955
• P . V . van Stein Callenfels
BANDESA MANIK MAS TRAH KETAPANG DI BR TELABAH SUKAWATI GIANYAR I B BAJRA.11.2021
122
DOKUMENTASI FOTO