Anda di halaman 1dari 15

TUGAS MATA KULIAH TATTWA II

Konsep Ketuhanan dalam Lontar Tutur Gong Besi

Dosen pengampu : Ida Made Windya.,S.Ag, M.Ag.

Oleh :
Kadek Andre Roy Nata (18.1.3.9.1.01)

Jurusan : Brahma Widya

Prodi : Teologi Hindu

SEKOLAH TINGGI AGAMA HINDU NEGERI


MPU KUTURAN SINGARAJA
SINGARAJA
2020
KATA PENGANTAR

OM SWASTIASTU

Rasa angayubagia penulis haturkan kehadapan Ida Sanghyang Widhi wasa,


Sanghyang Aji Saraswati, karena atas asung Kerta Wara Nugraha nya makalah yang
berjudul '' Konsep Ketuhanan dalam Lontar Tutur Gong Besi'' bisa diselesaikan tepat
pada waktunya. makalah ini disusun supaya bisa dijadikan referensi dalam
mempelajari mata kuliah Tattwa II serta diharapkan mahasiswa mampu memahami
dan menganalisis nilai-nilai ajaran agama Hindu pada kitab suci atau Lontar.
penulis menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan tulisan ini, sehingga
penulis berharap kritik dan saran dari para pembaca sehingga dapat memotivasi
penulis dalam menulis karya tulis selanjutnya.
semoga Makalah ini dapat memberi tuntunan dan manfaat bagi perkembangan
dunia pendidikan dalam memberikan pemahaman mengenai Konsep Ketuhanan dalm
Lontar Tutur Gong Besi.

OM SANTIH, SANTIH , SANTIH OM

SINGARAJA , 18 Maret 2020

Penyusun
Kadek Andre Roy Nata
DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar................................................................................. i
Daftar Isi............................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang masalah .......................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................... 2
1.3 Tujuan...................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Apa itu Lontar Tutur Gong Besi................................. 3
2.2 Bagaimana konsep ketuhanan dalam Lontar Gong Besi…..4
2.3 Bagaimana Implementasi Nilai-nilai Lontar Tutur Gong Besi
dalam kehidupan beragama Hindu di Bali................. 8

BAB III PENUTUP............................................................................. 11


3.1 Simpulan............................................................... 11
3.2 Saran.................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA........................................................ 12
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

agama Hindu merupakan salah satu dari beberapa agama yang ada di
Indonesia, yang di mana seperti yang kita tahu bahwa Weda merupakan sumber
utama ajaran agama Hindu. di dalam Weda sangat banyak bagian-bagiannya yang
menjelaskan tentang bagai aspek keagamaan. dan salah satu bagian tersebut Ialah
Tattwa, Tattwa  berasal dari kata “tat” berarti hakikat, kebenaran, kenyataan, dan
“twa” berarti yang bersifat (Sura, dkk. 2002:116). Jadi, tattwa berarti yang bersifat
kebenaran atau kebenaran mutlak . Apabila darsana merupakan pandangan tentang
kebenaran itu, maka tattwa adalah kebenaran itu sendiri. Dalam berbagai lontar
berbahasa Jawa Kuna, istilah tattwa menunjuk pada prinsip-prinsip kebenaran
tertinggi. Siwatattwa berbicara mengenai hakikat Siwa, Mayatattwa berbicara
mengenai hakikat maya,  dan seterusnya. Dalam tattwa inilah terkandung dogma
agama Hindu yang harus dipercaya tanpa perlu dipertanyakan lagi. Misalnya, Dewa
Wisnu, warnanya hitam, senjatanya Cakra, letaknya di utara, aksara sucinya “I”
adalah kebenaran yang tidak dapat dibantah. Tattwa  tidak memberikan ruang bagi
kritik rasional filsafat tentang kebenaran itu.

Tattwa agama Hindu di Indonesia merupakan hasil konstruksi dari ajaran


filosofis yang terkandung dalam kitab Weda, Upanisad, Sad Darsana,  Tantrayana,
Shiwa Siddhanta, ke dalam ajaran Siwatattwa.dan seperti yang kita ketahui sumber
ajaran Tattwa sangatlah beragam salah satunya ialah lontar.Lontar merupakan salah
satu bentuk kesusasteraan Hindu yang berkembang di Bali,dimana jika ini dikaji
lebih jauh, banyak nilai-nilai dalam Lontar yang masih relevan untuk diaplikasikan
dalam kehidupan beragama Hindu.salah satu lontar yang memuat ajaran tentang
Tattwa khususnya yang bercorak Siwatattwa yaitu Lontar Tutur Gong Besi.
Lontar Tutur Gong Besi atau yang lebih dikenal dengan Ketattwaning Gong
Besi merupakan lontar yang dimana secara spesifik membahas tentang konsep
ketuhanan dalam pandangan Siwaistik yang dijelaskan dalam bentuk narasi.

Penulis merasa tertarik umtuk mengkaji Lontar ini karena banyak nilai nilai
khususnya nilai ketuhanan yang sangat dekat dengan kehidupan beragama Hindu di
Bali dan harapan penulis semoga melalui karya ilmiah ini nilai-nilai yang terdapat
dalam Lontar Tutur Gong Besi bisa tetap terjaga di kehidupan masyarakat.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun masalah yang diangkat dalam penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut :

1.2.1 Apa itu Lontar Tutur Gong Besi?

1.2.2 Bagaimana Konsep Ketuhanan dalam Teks Lontar Tutur Gong Besi?

1.2.3 Bagaimana Implementasi Nilai-nilai Lontar Tutur Gong Besi dalam


kehidupan beragama Hindu di Bali?

1.3. Tujuan

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut :

1.3.1 Untuk mengetahui Apa itu Lontar Tutur Gong Besi.

1.3.2 Untuk mengetahui Bagaimana Konsep Ketuhanan dalam Lontar Tutur


Gong Besi.

1.3.3 Untuk Mengetahui Bagaimana Implementasi Nilai-nilai Lontar Tutur


Gong Besi dalam kehidupan beragama Hindu di Bali.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Lontar Tutur Gong Besi

Lontar Tutur Gong Besi atau disebut pula Ketattwaning Gong Wesi adalah
salah satu lontar dari sekian banyak lontar yang memuat ajaran tentang ajaran
Tattwa.jika dilihat dari isinya Lontar ini merupakan lontar yang bercorak Siwaistik
dimana terlihat dari adanya penyebuatan nama Bhatara Dalem.Dalam konsep agama
Hindu Bhatara Dalem adalah salah satu perwujudan atau manifestasi dari Siwa itu
sendiri. Hal inilah yang menjadi dasar mengapa Lontar Tutur Gong Besi dapat
dikategorikan ke dalam paham Siwaistik.

Sedangkan Jika dilihat dari segi Fisiknya Lontar ini terdiri dari enam halaman
ditulis dalam huruf/aksara Bali dan disajikan dengan Gaya Narasi atau Tutur.Lontar
Tutur merupakan jenis lontar dimana peristiwa ataupun ajaran ajaran agama disajikan
dalam bentuk bercerita ,bisa lewat percakapan antar tokoh (dialog) ataupun bercerita
secara mandiri (monolog)

Mengenai apa arti dari kata Gong Besi sampai saat ini penulis belum
menemukannya sama sekali ,selain disebabkan karena sulitnya sumber kajian Pustaka
juga disebabkan oleh kebiasaan leluhur kita dahulu yang menuliskan judul lontar
yang menggunakan kata kata kiasan (bahasa perumpamaan yang hanya bisa
dimengerti oleh sang pengawi/penulis)

Tetapi penulis mecoba untuk mengartikan judul Lontar ini berdasarkan


pemahaman/penalaran .menurut penulis jika diartikan secara etimologis nama Lontar
ini terdiri dari kata Gong dan Besi,Gong jika diartikan adalah alat musik tardisional
yang mengeluarkan suara, dalam hal ini jika dimaknai bermakna suara hati atau
keyakinan. Sedangkan kata Besi berarti sebuah unsur logam yang memiliki ciri keras
dan berwarna hitam.melalui dua kata ini setelah digabungkan kita dapat menarik
sebuah kesimpulan bahwa lontar Gong Besi berarti lontar yang bertujuan
memperkuat Sradha atau keyakinan dalam diri manusia (agar sekuat besi) khususnya
dalam pemeluk paham Siwa.

2.2. Konsep Ketuhanan dalam Lontar Tutur Gong Besi

ajaran ketuhanan dalam Lontar Gong besi berawal dari konsep Mpu Kuturan (
Abad 10-12), beliau mengintegrasikan sekte-sekte yang ada dan berkembang di Bali,
melalui konsep Trimurti( Brahma, Wisnu, Siwa). konsep Trimurti dalam wujud
palinggih Kemulan rong tiga setiap perumahan, pura Kahyangan Tiga di setiap desa
adat, dan pembangunan Pura kiduling Kreteg ( Brahma), Pura Batu madeg( Wisnu),
dan Pura Gelap ( Siwa), serta Padma tiga di Penataran Agung Besakih.

dalam Lontar tutur Gong besi yang menjadi Fokus utama ataupun hal yang
ditonjolkan Iyalah sebutan Batara dalem, disini dijelaskan bahwasannya Batara
dalem( Siwa) patut dipuja dengan penuh Bakti. dalam setiap pemujaannya, Ida
Betara dalem dapat dihadirkan ( Utpeti Puja), distanakan ( Stiti Puja), dan
dikembalikan ( pralina puja). untuk dapat memuja beliau secara tepat maka terlebih
dahulu harus diketahui nama-nama lain dari beliau, karena beliau memiliki banyak
nama sesuai dengan tempat ( Aran Manut Genah) yang ditempati beliau.

Jika ditelusuri lebih dalam, lontar Tutur Gong Besi ini mengambarakan ajaran
Ketuhanan dalam aspek Saguna Brahman.Saguna Brahman ialah salah satu aspek
ketuhanan yang dimana tuhan atau Brahman itu sendiri dapat digambarkan ,dapat
diketahui bagaimana rupa beliau dan yang menyebabkan hal itu terjadi karena Tuhan
sudah mulai terkena pengaruh maya.

Disini dijelaskan bahwa Ida Bhatara Dalem adalah Tryodasa Saksi .Tryodasa
Saksi adalah sebuatan Tuhan selaku saksi (Upasaksi) dalam kegiatan pelaksanaan
Panca Yadnya ,beliaulah yang diwujudkan dalam banten ,atau mantram pada saat
upacara berlangsung.beliau selaku Agni ,dewa yang agung ,api suci pemusnah segala
kekotoran sebagaimana disebutkan dalam Upanisad. Lebih jauh lagi menurut salah
satu pemangku yaitu Jro Mangku Dharma mengatakan bahwa Sang Hyang Triyodasa
Saksi adalah salah satu wujud Sinar dari Brahman ,dan Brahman lah selaku sumber
yang paling utama beliau akan ada dimana-mana dan meresapi seluruh ciptaanya (
Wyapi Wyapaka ta Sarwa Gata)

Tryodasa Saksi juga berarti Hening yang memiliki makna khusuk,


menyatunya antara Sabda,Bayu,dan Idep.Tryodasa Saksi dikatakan berwujud
Adhitya ( Matahari),Candra (Bulan), Anila (Angin), Agni (Api), Apah (Air), Akasa
( Langit), Pertiwi ( Tanah), Yama (Sabda), Ratri (Malam), Sandya ( Senja ), dan
Dwaya ( Semeng/Pagi). Hyang Tryodasa Saksi Berstana di Pura Puseh,kata Puseh
berasal dari kata Puser yang berarti Pusat.

kata pusat mengandung makna sebagai pusatnya kesejahteraan dunia yang


mendatangkan kemakmuran dan kebahagiaan bagi umat manusia, upacara-upacara
yang berhubungan dengan kesuburan dunia pasti dilaksanakan di Pura Puseh. Dewa
Wisnu sebagai Dewa pemelihara ciptaan Sang Hyang Widhi digambarkan dengan ciri
bertangan empat yang masing-masing memegang Cakra, sangka, dan buah atau
kuncup teratai. Wahana beliau adalah Garuda, sedangkan saktinya adalah seri atau
Laksmi( Dewi kesuburan).

Setelah Dari Puseh beliau Hyang Tryodasa Saksi berstana di Pura Desa
dengan bergelar Sang Hyang Tri Upasedana. pura ini disebut dengan nama pura Desa
karena pura ini lazimnya ditempatkan di pusat desa yaitu pada salah satu sudut dari
catuspata ( Perempatan Agung) di Bali pura desa secara umum pasti memiliki sebuah
bangunan yang berwujud balai panjang yang disebut dengan Bale Agung, biasanya
segala upacara yang berkaitan dengan kehidupan desa khususnya bagi masyarakat
yang bermata pencaharian sebagai petani akan dilaksanakan di pura ini. misalnya
seperti upacara ngusaba desa, upacara pawintenan desa, serta tempat berkumpulnya
berbagai Lingga ataupun perwujudan Ida bhatara sebelum melasti.
Setelah berstana di Pura desa Kemudian beliau berstana di Bale Agung
dengan gelar Ida bhagawati. setelah berstana di Bali Agung Kemudian beliau
berstana di perempatan Agung ( catus Pata) dengan gelar ida Sanghyang catur
Bhuana. menurut kepercayaan Hindu perempatan Agung atau catus pata merupakan
simbol dari tapak dara, di mana ini melambangkan keharmonisan yang diwujudkan
dalam bentuk bertemunya ke-4 arah yang berbeda dalam satu titik. setelah beliau
berstana di perempatan Agung Kemudian beliau berstana di pertigaan dengan gelar
Ida Sang Hyang sapuh jagat, beliau bermanifestasi di sini selaku pembersih segala
kekotoran atau wabah penyakit. di sini nama beliau jika diartikan secara etimologi
terdiri atas kata ''Sapuh'' yang berarti membersihkan, dan'' jagat'' yang artinya alam
semesta atau bhuana Agung, menurut kepercayaan Hindu Bali pertigaan jalan
merupakan simbol dari Tri Kona yang merupakan 3 siklus kehidupan yang akan
dilalui oleh semua makhluk.

setelah berstana di pertigaan kemudian beliau berstana di kuburan dengan


gelar Batara Durga, beliau merupakan salah satu perwujudan dari Sakti Dewa Siwa
yaitu Dewi Uma. beliau dikutuk oleh Siwa menjadi seorang raksasa karena beliau
dinilai tidak setia. mengenai manifestasi Tuhan dalam bentuk Durga di daerah Bali
khususnya dulu pernah berkembang suatu Sekta atau aliran yang memuja Durga,
mereka ini lebih dikenal dengan aliran Bhairawa.

Setelah dari kuburan beliau kembali berstana di tempat pembakaran mayat


(Pemuhunan) beliau di sini bergelar Sanghyang bhairawi yaitu perwujudan
Kemarahan Dewa Siwa dengan kekuatannya untuk memusnahkan segala isi bhuana
Agung dan bhuana Alit dengan wujud Dewa Siwa berambut api. selanjutnya Setelah
dari tempat pembakaran mayat beliau berstana di Pemghuluning Setra dengan gelar
Sanghyang Prajapati, Sanghyang Prajapati adalah penghuni kuburan dan
perempatan Agung, Beliau juga disebut sebagai salah satu Dewa yang menguasai
berbagai jenis makhluk halus seperti wong samar,Memedi,Tonye, dan lain-lain.
sekembalinya beliau dari penghuluning Setra Kemudian beliau berstana di
Segara atau lautan dengan gelar Sanghyang mutering Buana. beliau di sini selaku
penguasa Samudra beserta isi di dalamnya, di dalam Purana Purana sebutan beliau
lebih dikenal dengan nama Sanghyang Baruna.

Setelah dari Segara Kemudian beliau berstana di angkasa menjadilah beliau


bergelar Sanghyang taskara Pati, beliau juga adalah suryapati, Sanghyang Surya
Pati dikenal dengan Dewa Indra adalah penguasa siang dan malam di jagat raya ini.
setelah beliau Dari Langit beliau kembali berstana di Gunung Agung, disana beliau
bergelar Sang Hyang Giri Putri, beliau dipuja sebagai penguasa gunung beserta
segala isinya seperti hutan, batu, pasir, dan sebagainya.

Setelah dari Gunung Agung beliau berstana Pada jurang dan sungai, saat
beliau di sini maka beliau bergelar Batari Gangga, Batari Gangga dalam teologi
Hindu dikenal sebagai dewinya penguasa sumber air berupa Pancuran, mata air, air
terjun, air danau, kolam, dan lain-lain. Setelah dari sungai beliau kembali berstana di
petak petak sawah, menjadilah beliau Batari Uma, kemudian berstana lah beliau di
lumbung, menjadi Dewi Sri, berstana beliau kembali diantara tempat beras,
menjadilah beliau Sanghyang trisuci, setelah beliau dari tempat beras Kemudian
beliau berstana di dapur, menjadilah beliau Sanghyang pawitra, Saraswati namanya.

setelah beliau dari dapur, kemudian berstana lah beliau di tungku, menjadilah
beliau Sanghyang Tri Amerta ( nasi, lauk pauk, air) setelah beliau dari tungku
Kemudian beliau berstana kembali di sanggar kamimitan atau Kawitan. berasal dari
akar kata wit yang artinya keturunan darah leluhur, jadi secara sederhana pengertian
karawitan adalah suatu tempat pemujaan yang didasarkan atas garis keturunan yang
sama.

di dalam Lontar tutur Gong besi disebutkan Beliau bernama catur boga.
beliau berwujud laki-laki. berwujud wanita. kemudian berwujud kotor. dan menjelma
lah beliau menjadi seorang manusia dengan nama Sang Hyang tuduh, Sanghyang
tunggal, di sanggar Parahyangan istana beliau, saat beliau disana beliau digelari
Sang Hyang Atma. yang berstana di ruangan Kemulan sebelah kanan adalah ayahmu,
disebut dengan sang Paratma. yang berstana di ruangan sebelah kiri, itu adalah
ibumu, disebut dengan sang Siwatma. di ruangan tengah adalah dirimu.

Susudatma menjadi ibu dan bapak, keduanya itu berpulang ke dalem, menjadi
Sang Hyang tunggal, menyatakan Rasa. sa. artinya sakit, sa artinya sehat, sa artinya
sarira ( dirimu). itu adalah paramawisesa dari dalem Kawi, sehat dari dalem,
penyakit dari dalem, kematian juga dari dalem. dan segala yang ada baik dari bhuana
Alit dan bhuana Agung semuanya bersumber dari Ida bhatara dalem

habislah Ketatwaning dalem Kawi, rahasiakanlah ini, sangatlah jarang seorang


Pandita mengetahui asal mulanya Gong besi, maka tidaklah sempurna sang Pandita
jika tidak mengetahui tentang isi dari gong besi, ada Seratus Ribu orang, dua orang
pun tidak ada mengetahui, sepuluh ribu orang, satu orang pun belum tentu tahu
tentang ketuturan Gong besi namanya, inilah yang paling utama dan amat
dirahasiakan isi tattwanya ini.

2.3 Bagaimana Implementasi Nilai-nilai Lontar Tutur Gong Besi dalam


kehidupan beragama Hindu di Bali?

seperti yang dijelaskan tadi bahwa , Lontar tutur Gong besi merupakan salah
satu dari sekian banyak Lontar yang dijadikan sebagai referensi ataupun sumber
dalam pelaksanaan ajaran agama Hindu khususnya bagi umat Hindu di Bali.
meskipun cari Lontar ini sangatlah sederhana tetapi jika kita lihat secara seksama isi
dari Lontar ini sudah sangat banyak diaplikasikan dalam kehidupan beragama pada
masyarakat Bali. berikut beberapa contoh nilai-nilai yang terkandung dalam Lontar
tutur Gong besi sudah diaplikasikan dalam kehidupan beragama :

A. pembangunan Pura Kahyangan Tiga


pura Kahyangan Tiga merupakan salah satu jenis pura yang paling banyak ada
jenisnya di Bali, pura Kahyangan Tiga ini biasanya dibangun di setiap desa pakraman
atau adat. di dalam Lontar tutur Gong besi sudah sangat jelas dikatakan bahwa Ida
Bhatara Dalem selalu bermanifestasi dan di setiap tempat beliau bermanifestasi beliau
diberikan gelar berbeda-beda pula. dan dalam Lontar tutur Gong besi ini salah satu
sebutan beliau ialah Sanghyang Tri upasedana beliau berada di Pura desa, Sanghyang
mutering Buana saat beliau berada di lautan atau pura Segara. hal ini menunjukkan
bahwa Lontar tutur Gong besi Menjelaskan konsep Ketuhanan dalam aspek saguna
Brahman.

B. upacara ngusaba Nini

upacara ngusaba Nini merupakan salah satu upacara yang bertujuan untuk
mengucapkan rasa syukur ke hadapan Tuhan dalam wujudnya yaitu Batari Sri atas
melimpahnya hasil panen yang telah didapatkan. di dalam Lontar tutur Gong besi
beliau yakni Ida Bhatara Dalem, terus berpindah-pindah dan di setiap tempat yang
beliau tempati maka nama beliau pun akan berubah, salah satunya ialah saat beliau
berada di lumbung beliau bergelar Batari sri.

C. pemujaan terhadap roh Suci leluhur di pelinggih rong tiga atau Kamulan

sebelum datangnya agama Hindu di Bali, masyarakatnya sudah mengenal


sistem pemujaan salah satunya ialah kepercayaan terhadap roh Suci leluhur atau
dalam bahasa ilmiah disebut dengan kepercayaan animisme. dan sampai saat ini
kepercayaan mengenai roh Suci leluhur masih tetap eksis di Bali, bahkan oleh Mpu
Kuturan ajaran ini dikemas lebih kompleks lagi, pada masyarakat Hindu Bali di
dalam pemujaan kepada para dewa-dewa juga tidak melupakan pemujaan terhadap
roh Suci leluhur. Mpu Kuturan mewujudkan ajaran ini dalam bentuk pembangunan
pelinggih rong tiga atau Kemulan.

D. pembangunan bangunan suci atau pelinggih pada pertigaan jalan dan


perempatan jalan
Salah satu hal unik yang akan kita temukan di Bali yang berbeda dari daerah-
daerah lainnya Iyalah terletak pada konsep penempatan bangunan suci, di mana salah
satu kepercayaan masyarakat Bali yaitu pertigaan jalan dan perempatan jalan
dianggap merupakan tempat yang suci karena masyarakat Hindu Bali menganggap
bahwa di tempat itulah berbagai energi energi akan bertemu dan berkumpul menjadi
satu. karena atas dasar itulah masyarakat Hindu Bali membangun pelinggih di
pertigaan jalan dan perempatan jalan, dan secara tidak langsung ini merupakan
perwujudan penerapan nilai-nilai yang terkandung dalam Lontar Gong besi dalam
kehidupan.

E, pelaksanaan upacara Danu kertih, Samudra kertih, wanakerti, Atma Kartih

jika kita telusuri lebih dalam pada Lontar tutur Gong besi ajaran sad kertih
akan cukup terlihat Meskipun tidak secara jelas, Akan tetapi jika melihat dari struktur
teks Lontar tutur Gong besi yang di mana menguraikan tentang berpindah pindahnya
Batara dalem beserta berubahnya gelar-gelar beliau, tempat-tempat yang beliau
Linggihi merupakan tempat-tempat yang erat dan dekat dengan alam. dalam ajaran
sad kertih manusia diharapkan mampu menjaga ke 6 aspek yang ada di alam ini agar
tetap harmonis sehingga kehidupan bisa berlangsung dengan baik.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian secara kronologis mengenai Lontar Tutur Gong Besi dapat
disimpulkan sebagai berikut :

1. Lontar Tutur Gong Besi adalah salah satu lontar yang sangat penting dan sangat
tepat untuk digunakan sebagi refrensi di dalam pelaksanaan ajaran Agama
Hindu.secara umum lontar ini berpaham Siwaistik dimana yang menjadi fokus utama
dalam lontar ini ialah berbagai wujud manifestasi Ida Bhatara dalem pada berbagai
tempat beserta gelar-gelar beliau.

2. Konsep Ketuhanan dalam Lontar Tutur Gong Besi ialah menggambarkan konsep
ketuhanan dalam Aspek Saguna Brahman.dimana dijelaskan bahwa Ida Bhatara
Dalem berpindah-pindah ke tempat yang berbeda dengan gelar atau Swabawa yang
berbeda pula,inti dari ajaran ketuhanan dalam Lontar ini ialah semua hal yang ada di
Dunia ini bersumber dari Ida Bhatara Dalem.

3. Nilai-nilai yang terkandung dalam Lontar Tutur Gong Besi sesungguhnya sudah
sangat banyak diaplikasikan dalam kehidupan bermasyarakat Hindu di Bali
khususnya,nilai nilai tersebut diaplikasikan lewat pelaksanaan berbagai upacara
agama dan pembangunan berbagi tempat pemujaan.

3.2 Saran

penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pembaca agar
semoga kedepannya penulisan karya tulis berupa makalah dapat lebih ditingkatkan
dan juga penulis meminta maaf yang sebesar-besarnya apabila di dalam karya tulis ini
terdapat kata-kata ataupun kalimat yang kurang sesuai dan tidak berkenan di hati para
pembaca.

Daftar Pustaka

Gautama, Wayan Budha. 2002. Tutur Gong Besi . Surabaya : Paramita

Suryati, Ni Made. 2017. “ Teks Tutur Gong Besi Analisis Fungsi dan Makna”
( Skripsi Sarjana Universitas Udayana)

http://sejarahharirayahindu.blogspot.com/2012/06/lontar-tutur-gong-besi.html
diakses pada tanggal 1 April 2020

https://phdi.or.id/artikel/nilai-nilai-agama-hindu-dalam-tutur-gong-besi

diakses pada tanggal 28 Maret 2020

Anda mungkin juga menyukai