hasil penelitian. Kajian pustaka merupakan bagian yang berisikan tentang tesa
atau pernyataan kebenaran, pendapat , informasi, fakta, atau bentuk data lain yang
penelitian yang dilaksanakan ini, maka beberapa penelitian yang terkait dengan
peneliti yang telah diteliti. karena hasil penelitian tentang ajaran kalepasan
menurut lontar Tutur Brahmokta Widhisastra sampai saat ini belum ada, maka
peneliti menggunkan sumber acuan untuk mendukung hasil penelitian ini. Adapun
konsep Cetana dan Acetana yang kemudian Cetana dibagi menjadi tiga bagian
10
11
yaitu Paramasiwa Tattwa, Sadasiwa Tattwa, dan Siswa Tattwa, yang masing-
penelitian Ananda dengan penelitian ini adalah sama-sama mengkaji teks lontar.
Sehingga dapat dijadikan sebagai acuan oleh peneliti untuk menjabarkan ajaran
terletak pada teks lontar yang dikaji. Jika dalam penelitian Ananda mengkaji
Lontar Wrhaspati Tattwa, sedangkan penelitian yang akan dilakukan ini mengkaji
Widhisastra.
kalepasan melalui tiga tahapan yaitu tahap awal, tahap inti, tahap akhir. Tahap
awal terdiri dari atas enam tahapan yaitu tahap persiapan dan tahap penyucian.
kekuatan yang disebut ibu dan bapak, 2) cara mempersatukan dua kekuatan yang
dilakukan pada setiap saat. Tahapan inti terdiri dari delapan tahapan yakni, 1)
tahap penyatuan dua kekuatan yang disebut ibu dan bapak, 2) tahap keluar
Tiga ring Jaba, 7) penyatuan Badawang Nala dalam tubuh, 8) penyatuan Dewata
Nawa Sanga. Dan tahap akhir adalah mengembalikan fungsi-fungsi organ tubuh
ke posisi semula.
terletak pada teks lontar yang dikaji. Jika dalam penelitian Tagel mengkaji Lontar
Tutur Kamoksan Puspa Tanalum, sedangkan penelitian yang akan dilakukan ini
dalam Lontar Ganapati Tattwa” dinyatakan bahwa seseorang yang ingin menyatu
dengan Tuhan harus melakukan penyucian diri, belajar sastra-sastra suci sebagai
acuan bertingkah laku dalam masyarakat. Selalu mematuhi ajaran Agama serta
yang sama yaitu menjelaskan tentang ajaran kalepasan pada lontar yang ada di
13
Bali. Meskipun mempunyai objek kajian yang sama namun lontar yang dikaji
berbeda.
ini terletak pada lontar yang dikaji. Jika dalam penelitian Poniman mengkaji
Lontar Ganapati Tattwa, sedangkan penelitian yang akan dilakukan ini mengkaji
berbeda dengan analisis yang akan dilakukan penelitian ini yaitu menganalisis
Widhisastra.
bahwa naskah Siwagama memberikan nilai sradha dari satu ajaran yang diyakini
dan memberikan wawasan keyakinan yang ada. Konsep ketuhanan yang diajarkan
tindakan yang dimagsud adalah tindakan yang menuju Tuhan dengan cara
merupakan konsep ajaran Siwa, yang mana ajaran banyak diterapkan dalam
salah satu atau gabungan dari kedua ajaran tersebut dengan tekun maka dapat
terletak pada lontar yang dikaji. Jika dalam penelitian Nyana mengkaji lontar
Siwagama, sedangkan penelitian yang akan dilakukan ini mengkaji Lontar Tutur
Ketuhanan yang terdapat dalam Lontar Siwagama, berbeda dengan yang akan
dilakukan penelitian ini yaitu menganalisis ajaran Kalepasan dalam Lontar Tutur
Dalam Teks Lontar Tutur Kumaratatwa ( Kajian bentuk, Fungsi, dan Makna)”
kebenaran, hal itu disebabkan karena lontar ini mengandung ajaran Agama, susila,
terutama hal terakhir yang menjadi tujuan hidup manusia, yaitu kalepasan. Untuk
sangat perlu dipahami. Dalam lontar ini disebutkan bahwa kalepasan dapat
ini juga dijelaskan ada tiga jalan untuk mencapai kalepasan, yaitu 1) Wahya yaitu
moksa yang dicapai dengan jalan sabda, mantra, veda, 2) Dyatmika yaitu moksa
kamoksan, wiwata, tidak ada yang perlu dikerjakan, 3) Kamoksan Apinem yaitu
moksa yang dicapai dengan jalan graha, setelah matang dengan kehidupan
Perbedaan penelitian ini terletak pada lontar yang dikaji. Jika dalam
yang akan dilakukan ini mengkaji Lontar Tutur Brahmokta Widhisastra. Namun
Widhisastra.
2.2 Konsep
dengan jalan memasukan sejumlah kejadian dalam suatu norma yang umum.
mengetahui sesuatu hal tertentu. Jika tidak ada konsep manusia tidak akan dapat
16
mengenali dan memahami sesuatu, serta tidak mungkin adanya pemahaman dan
penegasan tentang apa yang dialami manusia. Jika tidak adanya hal seperti itu
2.2.1 Kalepasan
Kalepasan berasal dari Jawa Kuna, yang berasal dari kata lepas yang
mendapat awalan ka- dan akhiran –an. Kata lepas yang berarti bebas, terlempar,
merupakan suatu abstraksi dari hasil pengindraan sehingga tersusun suatu langkah
atau tahapan guna mencapai suatu jalan untuk melepaskan atma dari raga,
sehingga tercapai suatu keadaan yang dimana tidak ada lagi keinginan. Kalepasan
yang dimagsudkann disini tidak lain adalah Moksa, dimana bersatunya Sang
yang daunnya dapat ditulisi; Borassus Flabellifer; 2. daun pohon lontar yang
digunakan orang untuk menulis cerita dsb; 3. naskah kuno yang tertulis pada daun
Kamus Jawa Kuno-Indonesia, lontar adalah daun palem yang disiapkan untuk
ditulis (Zoetmulder, 1995: 608). Kamus Bahasa Bali, lontar berasal dari kata ”rol-
17
tal artinya don-ental” (Simpen, 1985: 140). Sedangkan dalam Kalangwan, kata
lontar mengalami metathesis, adalah rontal, yaitu ron ”daun”, tal ”pohon”.
Dengan demikian istilah lontar berarti daun tal (palma), tetapi kata Jawa Kuno
tersebut tidak dipakai lagi (mungkin berasal dari bahasa Sansekerta ”tala”).
daun rontal inilah yang digunakan sebagai alat tulis-menulis. Umumnya rontal
biasanya digunakan dalam menulis kekawin, parwa, tutur, kidung, geguritan dan
sebagainya. Alat yang digunakan untuk menulis di atas rontar disebut pengutik
atau pengrupak, yang dibuat dari besi baja, pada bagiannya yang runcing harus
disimpulkan lontar adalah naskah kuno dari daun lontar yang bertuliskan huruf
(daya) ingatan, kesadaran, lubuk jiwa makhluk yang paling dalam ”budi yang
dalam” (tempat persatuan dengan Yang Mutlak), tradisi suci, smrti (sebagai lawan
śruti), teks berisi doktrin religi, doktrin religi (Zoetmulder, 1995: 1307).
Tutur adalah pelajaran dogmatis yang diteruskan kepada murid atau seseorang
18
yang memenuhi syarat. Bila dipandang demikian maka sastra yang dinamakan
sekala dan niskala. Tutur yang bersifat sekala yaitu menyangkut petuah dan
menjalani kehidupan. Sedangkan Tutur yang bersifat niskala adalah nasehat yang
dalam lontar ini ditulis dalam bentuk sloka dengan menggunakan bahasa
manfaat pranayama. Pranayama yang benar akan dapat membakar habis semua
orang terbebas dari penyakit. Orang yang bebas dari penyakit akan panjang umur.
Selain itu, lontar ini juga menjelaskan tentang Catur Dasaksara (empat belas
aksara).
Keempat belas aksara itu memiliki kadar kesucian yang sama dan pahala
sorga dan kamoksan yang sama pula, karena keempat belas aksara itu adalah
merupakan badan Tuhan atau perwujudan Siwa yang disebut Catur Dasa Siwa
19
(empat belas Siwa), yang merupakan obyek kalepasan dalam arti untuk mencapai
kalepasan, maka keempat belas tempat Siwa itu bisa dituju sesuai dengan
Kata kajian berasal dari kata kaji, kemudian mendapat akhoran an menjadi
kajian. Kaji mengandung arti sidik (dengan pikiran), misalnya mengkaji dalam
1991: 378). Kajian dalam penelitian ini adalah teologi sehingga segalanya akan
didasari atas pemahaman teologi yang kebenarannya tidak bisa dibantahkan tetapi
perlu adanya suatu keyakinan atau iman khusus dan seterusnya akan digunakan
Kata Teologi berasal dari Theos yang artinya ‘Tuhan’ dan Logos yang
Tuhan. Ada banyak batasan atau defenisi teologi sebagaimana uraian berikut:
Teologi secara harfiah berarti teori atau studi tentang Tuhan. Dalam praktik istilah
didalamnya sudah mencakup semua pengertian Teologi yang sangat luas dan
dalam. Dalam susastra Hindu berbagai atribut penggambaran Tuhan Yang Maha
Esa yang berpribadi (Personal God) dan Tuhan Yang Maha Esa (Impersonal
God). Untuk kepentingan bhakti Tuhan Yang Maha Esa yang berpribadi menjadi
20
objek pemujaan umat hindu pada umumnya. Berdasarkan hal tersebut tradisi
mengkaji teologi telah menjadi tradisi Agama Hindu. Paradigma Intelek berbasis
kembali (Titib, 2005: 386) bukanlah hal yang baru. Theologi Hindu adalah ajaran
ketuhanan yang berdasarkan kitab suci Veda sebagai kitab suci Agama Hindu.
maka hal tersebut mengandung makna juga bahwa Veda bukanlah hanya buat
umat Agama Hindu saja, Veda adalah untuk seluruh umat manusia. Siapapun
Hindu.
2.3 Teori
merupakan jawaban yang bersifat teoritis dan sistematis. Oleh karena itu landasan
teori harus dipahami dalam suatu penulisan karya ilmiah. Teori-teori tersebut
(mengikuti aturan tertentu yang dapat menghubungkan secara dasar yang dapat
masalah yang akan diteliti. Dasar-dasar teori yang digunakan tentunya ada
kaitannya dengan permasalahan yang akan diteliti. Hal ini dimaksudkan agar
Adapun teori yang digunakan dalam penelitian yang akan dilakukan yaitu sebagai
berikut :
Religi merupakan salah satu bagian dari budaya atau dapat juga
dikatakan religi tersebut adalah salah satu unsur budaya. Kebudayaan terdiri dari 7
unsur pokok yakni; sistem religi dan upacara keagamaan, sistem dan organisasi
tradisional. Religi merupakan segala sistem tingkah laku manusia untuk mencapai
suatu maksud dengan cara menyadarkan diri pada kemauan dan kekuasaan
manusia yang bersifat religi itu terjadi karena: (1) Manusia mulai sadar akan
adanya konsep roh, (2) Manusia mengakui adanya berbagai gejala yang tak dapat
dijelaskan dengan akal, (3) Kegiatan manusia untuk menghadapi berbagai krisis
biasa yang dialami manusia dalam hidupnya, (5) Adanya getaran (yaitu emosi)
berupa rasa kesatuan yang timbul dalam jiwa manusia sebagai warga dari
2002 : 194-195).
Tylor. Menurutnya, kesadaran seperti itu terlalu kompleks bagi pikiran makhluk
manusia yang baru berada pada tingkat-tingkat awal dari kehidupannya. Ia juga
yang dianggap luar biasa dalam kehidupannya. Alam dianggap sebagai tempat
hal, dan peristiwa-peristiwa yang luar biasa itu dianggap sebagai akibat dari
dengan konsep manusia tentang sifat-sifat Tuhan, wujud alam gaib, terjadinya
alam semesta dan doktrin religi yang mengatur tingkah laku manusia. Di dalam
religi selalu akan ditemukan hal-hal yang tidak masuk akal dan selalu dijumpai
hal-hal diluar nalar dan kemampuan manusia. Hal-hal yang menakjubkan itulah
yang membuat manusia jadi terpesona dan timbul rasa ingin mengetahui apa yang
merupakan tugas prioritas sebagai suatu yang dikerjakan terlebih dahulu. Prinsip
membokar dan merupakan secara cermat, teliti, dan mendalam sampai kepada
aspek karya sastra dengan harapan secara bersama menghasilkan makna secara
menyeluruh.
intrinsik: dalam keseluruhan itu setiap bagian dan unsur memainkan peranan yang
hakiki, sebaliknya unsur dan bagian mendapat makna seluruhnya dari makna
yang terkait dalam teks Lontar Tutur Brahmokta Widhisastra, sehingga dapat
24
Brahmokta Widhisastra.
kaya dan komplek. Agak dengan susah payah kita mencari pengertian yang
“pembebasan”. Arti yang utuh dan integral bagi istilah “pembebasan” diberikan
oleh Gutierreaz (1973), Ronaldo Munoz (1974), dan Leonardo Boff (1974)
matrik “pembebasan” ada tiga macam pembebasan yang berkaitan satu sama lain,
yaitu :
manusia masuk dalam persekutuan dengan Tuhan dan semua manusia (Gutierrez),
25
dalam sejarah yang kongkret yang ditandai oleh salib Kristus sebagai salib cinta
yang mengalahkan kuasa dosa yang terjelma dalam situasi kekerasan (Galilea).
Ajaran Hindu juga mengenal pembebasan diri dari dosa dengan kelahiran
dengan Tuhan (Brahman). Maka dari itu dalam teori ini akan digunakan untuk
mengkaji rumusan masalah dari penelitian ini yang mengenai ajaran Kalepasan
dapat dibagi ke dalam bentuk pembebasan dari segala sistem yang menindas, dan
artian pembebasan tersebut adalah sebuah kemerdekaan yang dalam artian bebas
dari segala hal yakni terlepas dari beban kehidupan dan tidak lagi terikat oleh
pencapaian dalam kehidupan yang tidak terikat lagi oleh duniawi yaitu
kebahagian lahir dan bhatin dan menyatunya atman dengan Tuhan. Maka dari itu
teori ini sangat cocok untuk membedah masalah dalam penelitian ini tentang
kalepasan.
26
AGAMA HINDU
VEDA
SUSASTRA HINDU
TUTUR BRAHMOKTA
WIDHISASTRA
MOKSARTHAM
JAGADHITAYA CA ITI
DHARMA
Gambar 2.1
Model Penelitian
27
Keterangan :
Veda merupakan kitab suci agama Hindu yang sekaligus menjadi sumber
pokok ajaran agama Hindu. Veda sebagai sastra suci utama bagi umat Hindu,
wahyu langsung dari Brahman melalui para Maharsi dan ajarannya disebarkan
melalui tradisi lisan turun-temurun (pada masa turunnya Veda, manusia belum
Selain itu, kita mengenal kitab-kitab tantri, yang memuat aneka cerita
yang sarat pesan moral. Karya-karya tersebut kini dapat kita jumpai dalam bentuk
buku, baik dalam aksara Bali maupun aksara Latin. Kakawin, kidung, serta pupuh
yang kita kenal dewasa ini sangat berperan penting tatkala melaksanakan upacara
agama. Dalam kegiatan ritual agama Hindu di Bali, dikenal adanya pancaswara,
yang salah satunya adalah suara kidung atau lagu-lagu rohani. Lagu-lagu rohani
Sejak dahulu di Bali sudah banyak ada karya sastra Agama yang dijiwai
dari Agama Hindu. Sastra Hindu kebanyakan ditulis dalam bahasa Sanskerta.
Kata “sastra”, berakar dari kata Shastra yang merujuk pada ilmu pengetahuan
secara umum yang tidak lekang oleh waktu. Sastra Hindu dibagi atas dua bagian
28
besar yaitu Śruti — yang di dengar (wahyu) dan Smrti — yang di ingat (tradisi,
bukan wahyu). Beberapa sastra yang ada salah satunya adalah Siwatattwa.
Siwatattwa terdiri dari beberapa lontar seperti Bhuana Kosa, Ganapati Tattwa,
Sang Hyang Mahajnana, Tattwa Jnana, Jnana Shidhanta, wrhaspati tattwa, Tutur
Adanya beberapa lontar di atas tersebut dalam penelitian ini, diambil salah
satu lontar yaitu Lontar Tutur Brahmokta Widhisastra, yang kemudian akan
diteliti dari tiga sudut, yaitu Konsep Ketuhana, Proses Kalepasan, dan Ajaran