PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam upaya mencari kebenaran masalah ketuhanan ada begitu banyak usaha
yang dilakukan oleh manusia. Salah satunya dengan filsafat kalam. Yaitu dengan
pendekatan filsafat dalam proses mencari kebenaran tentang masalah ketuhanan.
Dalam makalah ini kami akan membahas pengertian dan ruang lingkup filsafat
kalam.
A. Rumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan penjelasan megenai alasan mengapa pertanyaan
yang dikemukakakan dalam penulisan itu dipandang menarik, penting dan perlu
untuk di teliti. Rumusan masalah juga merupakan suatu usaha yang menyatakan
pertanyaan-pertanyaan penulis apa saja yang perlu dijawab atau dicari jalan
pemecahannya. Atau dengan kata lain merupakan pertanyaan yang lengkap dan rinci
mengenai ruang lingkup masalah dan rinci mengenai ruang lingkup masalah dan
pembahasan masalah.1
Berdasarkan latar belakang tersebut, ada beberapa masalah yang
dirumuskan oleh penulis. Berikut beberapa yang menjadi rumusan masalah :
1. Apa perbedaan antara penelitian teologi dan penelitian ilmu?
2. Apa persamaan antara penelitian teologi dan penelitian ilmu?
B. Tujuan dan Kegunaan
Adapun tujuan dari pelaksaan penulisan ini adalah untuk mengetahui dan
memperoleh gambaran bagaimana pengertian dan ruang lingkup filsafat kalam.
1. Untuk Menemukan pengertian dari filsafat kalam.
2. Untuk menemukan ruang lingkup filsafat kalam.
Sedangkan kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Secara Akademis, Makalah Ini Di Harapkan Mampu Memperkaya
Ilmu Pengetahuan , Khususnya Mengenai pengertian dan ruang lingkup
filsafat kalam
1
Husani Usman dan Purnomo, Metodologi Penelitian Sosial, (Bandung: Bumi Aksara, 2004),
h. 26.
2. kalam : adalah ilmu yang membahas tentang Allah: wujud-Nya, sifat-
sifat-Nya, kenabian, alam dan hubungannya dengan Tuhan dengan
makhluk-makhlukNya dengan menggunakan dalil-dalil akal.2
3. Filsafat Kalam adalah berpikir secara bebas, kritis, sistematis, radikal,
universal yang membahas tentang wujud Allah, sifat sifat-Nya,
kenabian, alam dan hubungannya dengan Tuhan dengan makhluk-
makhluk-Nya.
4. Ruang Lingkup filsafat kalam : batasan-batasan yang di cakup oleh
filsafat kalam.
D. Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian adalah salah satu komponen yang mempengaruhi
berhasilnya sebuah tulisan yang akan dicapai. Berikut saya paparkan metodologi
dalam penelitian saya.
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis
penelitian pustaka, observasi dan sebagainya untuk mengetahui bagaimana
hasil secara nyata. Adapun hasil yang akan diharapkan adanya nilai, teori dan
hasil yang berkualitas.
2. Tempat dan Waktu Penelitian
a. Tempat Penelitian
Penelitian selain dilakukan kajian pustaka yaitu mencari, menemukan, dan
menerjemahkan, kata perkata dari permasalahan yang akan dibahas.
b. Waktu Penelitian
Penelitian sudah mulai dilakukan sejak bulan Maret 2020.
2
Harun Nasution, Muhammad Abduh dan Teologi Rasional Mu’tazilah (Jakarta: UI Press,
1987), 28.
3. Subyek Penelitian
Suharsimi Arikunto menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan
subjek penelitian adalah suatu benda, hal atau orang tempat data variabel
penelitian melekat dan yang dipermasalahkan. Jadi, subjek merupakan sesuatu
yang posisinya sangat penting, karena pada subjek itulah terdapat data tentang
variabel yang diteliti dan diamati oleh peneliti. Pengambilan subyek penelitian
ini menggunakan teknik pengumpulan data, observasi dan analisa data.
a. Metode Pustaka
Pengumpulan data dengan menggunakan metode pustaka merupakan
metode pengumpulan data yang erat hubungannya dengan proses studi
pustaka yang berkaitan dengan objek yang akan di teliti.
b. Metode Obsevasi
Pengumpulan data dengan menggunkan observasi merupakan metode
pengumpulan data yang erat hubungannya dengan proses pengamatan.
Observasi ini sebagai alat pengumpul data dengan menggali informasi
secara teliti dan seksama serta mencatat fenomena-fenomena (gejala-
gejala) yang dilihat dalam hubungan sebab akibat. Dalam penelitian
nantinya juga akan dilakukan langsung pengamatan yang benar-benar real
terjadi.
c. Analisa Data
Data-data yang telah terkumpul akan diidentifikasi dan diklasifikasi,
kemudian dianalisis untuk memperoleh gambaran tentang konteks.
E. Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah penulis serta dapat gambaran umum dalam melakukan
serta memahami penelitian ini, maka penulis akan menguraikan sitematikanya
sebagai berikut.
Bab I (pertama), PENDAHULUAN yang akan menghantarkan pada bab-bab
berikutnya, Bab ini menguraikan tentang, Latar Belakang Masalah, Rumusan
Masalah, Tujuan Dan Kegunaan, Batasan Istilah, Metodologi Penelitian, Serta
Sistematika Pembahasan.
Bab II (kedua), PEMBAHASAN, menguraikan tentang pengertian serta ruang
lingkup filsafat kalam.
Bab III (ketiga), PENUTUP, berisikan kesimpulan dan saran-saran yang di
peroleh dari hasil-hasil pembahasan, dengan berdasarkan kesimpulan yang telah di
ambil.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian filsafat
3
Amsal Bakhtiar. Filsafat Ilmu Edisi Revisi Cet. ke- 13. (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2016), h. 4.
4
Atang Abdul Hakim dan Beni Ahmad Saebani. Filsafat Umum Dari Metologi Sampai
Teofilosofi. (Bandung: Pustaka Setia, 2008), h. 14.
5
Bakhtiar, Filsafat Ilmu…, h. 4-5.
Istilah filsafat yang lebih tepat adalah falsafat yang berasal dari bahasa
Arab, kata filsafat sebenarnya bisa diterima dalam bahsa Indonesia. Sebab,
sebagian kata Arab yang diIndonesiakan mengalami perubahan dalam huruf
vokalnya, seperti masjid menjadi mesjid dan karámah menjadi keramat.
Karena itu, perubahan huruf a dan i dalam bahasa falsafah bisa ditolelir. Lagi
pula, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata filsafat menunjukkan
pengertian yang dimaksud, yaitu pengetahuan dan penyelidikan dengan akal
budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab, asal dan hukumnya.6
Pyhtagoras (572-497 SM) adaladh filsosf yang pertama kali
menggunakan bahasa filsafat, dia mengemukakakan bahwa manusia dapat
dibagai ke dalam tiga tipe: mereka yang mencintai kesenangan, mereka yang
mencintai kegiatan dan mereka yang mencintai kebijaksanaan. Tujuan
kebijaksanaan dalam pandangannya menyangkut kemajuan menuju
keselamatan dalam hal keagamaan.
Plato (427-347) mengatakan bahwa objek filsafat adalah penemuan
kenyataan dan kebenaran absolute (keduanya sama dalam pandangannya)
lewat “dialektika”. 7 sementara Aristoteles (384-332 SM), tokoh utana filosof
klasik, mengatakan bahwa filsafat meneylidiki sebab dan asas segala terdalam
dari wujud. Karena itu, ia menamakan filsafat dengan “teologi”. Aristoteles
sampai pada kesimpulan bahwa setiap gerak di alam ini digerakkan oleh yang
lain. Oleh karena itu, perlu menetapkan satu penggerak pertama yang
menyebabkan gerak itu, sedangkan dirinya sendiri tidak bergerak. Penggerak
pertama ini sama sekali lepas dari materi; sebab jikalau ia materi, maka ia
juga mempunyai potensi gerak.
6
Ibid,h. 5.
7
Dialektika ialah metode mencapai definisi bagi sebuah konsep dengan cara menguji cirri-
ciri umum yang ditemukan dalam sejumlah contoh, khusus dari konsep itu. Dialektika adalah metode
metafisika dan mendatangkan atay menghasilkan pengetahuan tertinggi. Lihat, Lorens Bagus, Kamus
Filsafat, h. 162-164.
Sutan Takdir Alisjahbana berpendapat bahwa filsafat adalah berpikir
dengan insaf. Yang dimaksud dengan insaf adalah berpikir dengan teliti,
menurut aturan pasti. Sementara itu, Deng Fung Yu Lan, seorang filosof dari
dunia Timur, mendefinisikan filsafat adalah pikiran yang sistematis dan
refleksi tentang hidup. Sedangkan Harun Nasution mengatakan bahwa filsafat
adalah berpikir menurut tata tertib (logika) dengan bebas (tidak terikat pada
tadisi, dogma, dan agama) dan dengan sedalam-dalamnya, sehingga sampai ke
dasar-dasar persoalan.8
Uaraian di atas menunjukkan dengan jelas ciri dan karakteristik
berpikir secara filosofis. Intinya adalaah upaya secara sungguh-sungguh
dengan mengunakan akal pikiran sebagai alat utamanya untuk menemukan
hakikat segala sesuatu yang berhubungan dengan ilmu.9
Telah disebut di atas bahwa salah satu makna filsafat adalah
mengutamakan dan mencintai hikmah. Fuá Ifrámi al Bustáni mengartikan
hikmah dalam kitab momentalnya Munjib al-Thullab, secara etimologi yaitu
al-‘adl (memposisikan sesuatu pada porosnya), al-hilm (akal baligh/pemikiran
yang sempurna), al-falsafah (filsafat), dan secara terminology yaitu ungkapan
untuk pemikiran yang sesuai dengan kebenaran suatu pendapat yang valid.10
Ibnu Siná mengartikan kata hikmah dalam al-Thabi’yyat, Hikmah
ialah mencari kesempurnaan diri manusia dengan menggambarkan segala
urusan dan membenarkan segala hakikat baik yang bersifat teori maupun
praktik menurut kadar kemapuan manusia.11
Al-Syaybani mengatakan bahwa filsafat bukanlah hikmah itu sendiri,
melainkan cinta terhdap hikmah dan berusaha mendapatkannya, memusatkan
perhatian padanya dan mencari sikap positif terhadapnya. Selanjutnya beliau
menambahkan bahwa filsafat dapat pula berarti mencari hakikat sesuatu.
8
Bakhtiar, Filsafat Ilmu…, h. 9.
9
Ibid, h. 10.
10
Bakhtiar, Filsafat Ilmu…, h.10.
11
Ibid, h. 11.
B. Pengertian kalam
Menurut Ibn Khaldun, Ilmu kalam adalah ilmu yang berisi alasan-
alasan yang mempertahankan kepercayaan-kepercayaan iman dengan
menggunakan dalil-dalil pikiran dan berisi bantahan terhadap orang-orang
yang menyeleweng dari kepercayaan-kepercayaan aliran golongan salaf dan
ahli sunnah. Ada pula yang mengatakan bahwa ilmu kalam ialah ilmu yang
12
Adeng Muchtar G, Perkembangan ilmu kalam dari klasik hingga modern (Bandung:
Pustaka Setia, 2005).h. 19.
13
Salihun A. Nasir, Pemikiran Kalam (Teologi Islam) (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012),
h. 29.
membicarakan bagaimana menetapkan kepercayaan-kepercayaan keagamaan
dengan bukti-bukti yang meyakinkan. Di dalam Ilmu ini dibahas tentang cara
ma’rifat (mengetahui secara mendalam) tentang sifat-sifat Allah dan para
Rasul-Nya dengan menggunakan dalil-dalil yang pasti guna mencapai
kebahagian hidup abadi. Ilmu ini termasuk induk ilmu agama dan paling
utama bahkan paling mulia, karena berkaitan dengan dzat Allah dan dzat para
Rasul-Nya.
Menurut Ibnu Rusyd dalam bukunya metaphysics, sebagaimana di
kutip Wolfson, menjelaskan bahwa term kalam, yang secara literal bermakna
pembicaraan (speech) atau perkataan ( word), digunakan untuk
menerjemahkan kata logos dalam tradisi pemikiran filsafat Yunani. 14 Term
logos dalam bahasa Yunani mempunyai pengertian yang bervariasi yang
berarti perkataan (word), pikiran (reason), maupun argumentasi (argument).
Term kalam dengan meminjam istilahnya Wittgestein, adalah bagaikan a
family resemblance, maka tidaklah mengherankan jika istilah kalam pada saat
itu digunakan dalam konteks yang lebih umum, seperti diskusi tentang alam
diterjemahkan dengan al-kalam al-tabi’I (the physical kalam). Istilah Yunani
“teologi” diterjemahkan dengan ashab al-kalam al-ilahi atau al-mutakallimun
al-ilahiyyat. Demikian juga, misalnya, kita mengenal istilah-istilah the kalam
of Empedocles, maupun the kalam of Aristotle.
14
Muhammad In’am Esha, falsafah Kalam Sosial, ( Malang: UIN Maliki Press, 2010), h, 20.
terkendali dan alam pemikiran luar belum begitu nampak mempengaruhi
sikap dan pemikiran kaum muslimin. Disamping itu, Islam saat itu lebih
mengutamakan amal praktis daripada teori. Ilmu kalam terbukti sebagai
disiplin keilmuan pertama dalam Islam yang mengadopsi sistem pemikiran
filsafat Yunani. Oleh karena itu, sebelum ingin mengetahui lebih jauh
tentang filsafat, dalam konteks amal ubudiyah Islam, sebaiknya belajar
lebih dulu ilmu kalam. Pendapat demikian ini setidaknya bisa dirujuk dari
tahun kelahiran para filosof muslim semacam al Kindi , al Farabi, Ibnu Sina
dan lainnya yang lebih dahulu ada jika dibanding dengan para tokoh ilmu
kalam seperti Hasan Bashri (728 M.), Washil bin Atho' (131 H.), Amr bin
Ubaid (w. 143 H), Abu Hudzail al Allaf (185 H.), Ibrahim al Nadham (221
H.) dan tokoh-tokoh lainnya. Disamping itu juga usaha untuk memperluas
cakupannya hingga menyentuh aspek riil kehidupan sosial budaya
masyarakat perlu terus diaktualkan, sehingga orang benar-benar beragama,
dalam arti nilai agama menjadi ruh yang memberi spirit dalam setiap
aktivitas keseharian menawarkan pemikiran keislaman yang demikian
berarti memprioritaskan praksis daripada teori semata. Pemikiran ini tidak
memiliki kepentingan atas ideology/mazhab tertentu, tetapi hanya memiliki
kepentingan atas manusia itu sendiri yang tidak lain adalah alat untuk
perubahan sosial budaya.
15
Harun Nasution, Muhammad Abduh dan Teologi Rasional Mu’tazilah (Jakarta: UI Press,
1987), 28.
secara bebas, kritis, sistematis, radikal, universal yang membahas tentang
wujud Allah, sifat sifat-Nya, kenabian, alam dan hubungannya dengan Tuhan
dengan makhluk-makhluk-Nya. Bisa dikatakan bahwa dalam membahas
tentang Allah: wujud-Nya, sifat-sifat-Nya, kenabian, alam dan hubungannya
dengan Tuhan dengan makhluk-makhlukNya dalam kerangka filsafat, yaitu
kritis, sistematis, radikal dan universal.
a. Ilahiah
16
As-Syahrastani. al- Milal al-Nihal. ( tt: Bina Ilmu, 2009), h.43-44.
17
George C. Anawati.filsafat, Teologi dan Tasawuf.dalam H.I Back & N.J.G. Kapten,
Pandangan Barat Terhadap Literatur Hukum, Filosifi, Teologi dan Mistik Tradisi Islam (Jakarta: INIS,
1988), h. 55.
Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan Ilah
(Tuhan,Allah) seperti wujud Allah, nama-nama Allah dan sifat-sifat Allah,
af’al dan lain sebagainya ditinjau dari kajian falsafah.
b. Nubuwat
Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Nabi dan
Rasulullah, termasuk pembahasan tentang kitab-kitab Allah,mu’jizat. Karamat
dan lain sebagainya ditinjau dari kajian falsafah.
c. Ruhaniyah
Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan alam metafisik
seperti Malaikat, Jin, Iblis, Syetan, Roh, dan lain sebagainya di tinjaudari
kajian falsafah.
d. Sam’iyyat
Yaitu segala sesuatu yang hanya bisa diketahui lewat sam’i (dalil naqli berupa
Al-Qur’an dan sunnah) seperti alam barzakh, akhirat, azab kubur, tanda-tanda
kiamat, surga, neraka, dan lain sebagainya di tinjau dari kajian falsafah.