Anda di halaman 1dari 3

Nama : Isra Hasanah

NIM : 0401171002
Kelas : AFI VI A

Sosiologi Agama: Beberapa Diskursus Aktual


Prof. Dr. H.M. Ridwan Lubis, Sosiologi Agama Pada bab ke-3

Seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwa sosiologi agama dirumuskan


secara luas sebagai suatu bentuk studi tentang “interelasi dari agama dan
masyarakat serta bentuk-bentuk interaksi yang terjadi antar mereka. Anggapan
sosiolog bahwa dorongan, gagasan dan kelembagaan agama mempengaruhi, dan
sebaliknya juga dipengaruhi, oleh kekuatan sosial, organisasi, dan statifikasi sosial
adalah tepat. Ada beberapa diskursus dalam sosiologi agama yaitu:
a. Agama Sebagai Agent of Social Change

Berkaitan dengan perubahan sosial, salah satu objek kajian


sosiologi agama adalah ingin melihat bekerjanya agama dalam jehidupan
sosial, termasuk melihat fungsi agama yang ikut hadir menciptakan
perubahan sosial. Semakin kuat keyakinan seseorang kepada agamanya,
maka hal ini akan semakin mempengaruhinya. Menurut analisa saya, hal
ini benar adanya jika dilihat pada realita dalam kehidupan. Seseorang
dengan pemahaman agama yang baik bisa memberi pengaruh yang baik
terhadap lingkungan kehidupan sosialnya. Sebaliknya, seseorang yang
tidak begitu bagus keyakinannya terhadap agama yang dianutnya, bisa
memberi pengaruh buruk terhadap kehidupan lingkungan sosialnya.
Dalam pembentukan persaudaraan di dalam kehidupan sosial agama pun
sangat mempengaruhinya. Seperti yang terdapat dalam agama islam
manusia yang baik adalah yang paling memberi manfaat bagi manusia
lain” yang membuat pola persaudaan yang baik.
Jika ditarik lebih jauh kebelakang, agama sebagai pencipta
perubahan sosial memang benar adanya. Kita bisa menarik kembali pada
awal kelahiran Islam di jazirah Arab. Sebelum kehadiran Islam, kehidupan
masyarakat Arab saat itu sangat kacau, sangat memprihatikankan.
Masyarakat arab memang terkenal watak yang keras dan beringas, Ibnu
Khaldun dalam tulisannya berjudul Muqaddimah, ia menguraikan tentang
pengaruh lingkungan terhadap pembentukan karakter manusia, lingkungan
yang panas dan tandus inilah yang membentuk watak keras dan pantang
menyerah bagi masyarakat Arab. Selain itu dalam kehidupan sosial
masyarakat Arab pra-Islam terdapat adanya kelas dalam masyarakat.
Kaum bangsawan yang selalu di hormati, sebaliknya kaum bawahan
diasingkan dan diperlakukan sebagai budak.
Namun kehadiran islam di Jazirah Arab mengubah kehidupan
sosial disana secara bertahap. Masyarakat Arab yang awalnya memiliki
watak yang keras dan menyukai kebebesan serta suka berbuat seenaknya
berubah menjadi lebih teratur. Islam perlahan mengubah karakter
masyarakat Arab. Lalu kehadiran Islam juga menghapus kelas dalam
masyarakat Arab. Arab yang dahulu terdapat banyak perbudakan, perlahan
berubah. Banyak budak budak yang dibebaskan oleh orang orang yang
masuk Islam. Disini dapat kita lihat betapa besarnya pengaruh agama
terhadap perubahan sosial yang terjadi. Selain itu, motivasi dakwah
membuat para pemeluk islam saat itu mampu mengarngi padang pasir
selama berbulan-bulan dengan di landasi motivasi dakwah dan mencari
keridhoan Allah.

Senada dengan itu, Weber berpendapat bahwa agama dan


masyarakat terjadi saling mempengaruhi. Contoh paling jelas yang
diutarakanoleh weber adalah kapitalisme di Eropa. Berbeda dengan Marx
yang melihat sangat sedikit sumbangan agama bagi lahirnya institusi ini.
Weber melihat bahwa institusi agama sangat besar peranannya dalam
membentuk system perekonomian di Eropa.

b. Kelembagaan agama
Dalam diskursus tentang kelembagaan agama dijelaskan bahwa
perembangan dalam kehidupan masayarakt mempengaruhi kelembaan
agama juga. Hal ini disebabkan karena agama didapkan kepada
perkembangan pengalokasian bidang-bidang kehidupan. Perubahan ini
erat kaitannya dengan perkembangan pendidikan, kehakiman, pemerintah,
dan ekonomi. Dalam kaitan ini, kelembagaan agama pada tahap ini
didasarkan pada otoritas kepala para pemuka dalam menginterpretasikan
perilaku sosial. Dalam kasus di Indonesia, pemrintah masih tetap
mengharapkan pemimpin tradisional agar menjadi sumberreferensi bagi
masyarakatnya sehingga semua informasi tentang pembangunan
disalurkan sesuai dengan posisi mereka. Namun para aparat penyelenggara
pemerintah lupa bahwa para pemimpin tradisional ini tidak diingatkan
untuk segera melakukan upaya adaptasi dengan perekembangan baru.
Akibat keterlambatan dalam beradaptasi ini, para pemimpin
tradisional agama lebih memilih bersikap reaktif dalam memberikan
respon terdap perubahan. Dari yang telah dijelaskan dalam pembahasan
ini, dapat kita lihat bahwa jika pemimpin keagagamaan ini lambat dalam
beradaptasi bisa mngakibatkan beralihnya masyarakat, tuntutan
masyarakat berubah dari memprioritaskan nilai berubah kepada pencarian
hal-hal yang bersifat praktis sekalipun hanya memberi kepuasan sesaat.
Hal inilah yang menjadi alasan munculnya perilaku yang membolehkan
segala hal, pergaulan bebas, dan lain sebagainya. Disinilah seharusnya
pemrintah menunjukkan perannya yaitu dengan memberdayakan pemipin
lembaga keagamaan agar masyarakat tidak kehilangan pegangan dalam
melakukan tugas pembimbingan terhadap masyarakat. Jadi dari analisis
yang saya dapatkan bahwa agar tetap hidup, kelembagaan agama ini harus
mampu beradaptasi dengan cepat terhadap perekembangan dalam
kehidupan masyarakat.
c. Agama warga
Agama warga adalah sebutan untuk agama yang berada diluar
lembaga yang di kenal dan juga tidak tergabung dalam agama samawi dan
ardi. Rosseaulah adalah orang yang pertama kali nengangkat isu agama
ini. Analisis dari apa yang telah saya baca, agama warga ini timbul akibat
dari kritik terdahap agama, yang memandang agama hanya berfungsi
menjadi alat penindasan. Topik ini diangkat oleh Rosseaulah dari peristiwa
yang terjadi di Perancis. Waktu itu, terjadi sekularisasi besar-besaran.
Menjelang revolusi Prancis, dibawah gelombang sekularisasi, semangat
untuk membela Tanah air sebagai tindakan yang heroic berdasarkan
keyakinan keagamaan mulai terkikis. Atas kekhawatiran inilah
Rousseoulahmengajak orang orang untuk memikirkan suatu agama yang
bisa menyediakan kesetiaan tunggal terhadap negara. Agama warga ini
adalah system kepercayaan yang tidak hanya berdasarkan kepercayaan
kepada Tuhan, hari kemudian, pahala dan dosa, tetapi ia juga merasakan
suatu kesucian atau ketenangan seperti penghormatan terhadap bendera
negara.
Menurut agama sipil, agama agama resmi ternyata menawarkan
kkesetiaan ganda yang sering kali bersifat dikotomis, saling menegasikan
antara negara dan agama, yang mengakibatkan umat dan warga negara
sebagi dua kategori yang berlawanan. Hal ini tidak sepenuhnya salah, tapi
tidak sepenuhnya juga benar. Memang terkadang terdapat perbedaan
antara negara dengan agama agama resmi, namun dalam agama agama
resmi juga ada perintah untuk setia dan membela negara seperti yang ada
dalam ajaran Islam. Tidak selalu yang berbeda itu harus tercerai berai, bisa
saja yang berbeda saling berangkulan untuk saling melengkapi. Maka
dapat disimpulkan bahwa agama warga ini lahir karena
semakinterkikisnya semangat keagamaan, namun diwaktu yang bersamaan
dibutuhkan semangat untuk membela tanah air.

Anda mungkin juga menyukai