Anda di halaman 1dari 6

TEMPLATE PENULISAN

(Font Tulisan Keseluruhan adalah Times New Roman)

(Tulisan dibuat dalam 1 Kolom, Bentuk Word, Paragraf Justify dan Ukuran A4)

(Margin Kiri, Kanan, Atas, dan Bawah adalah 2.5 cm)

ISLAM SEBAGAI RELITAS SOSIAL DAN BUDAYA: DALAM PENDEKATAN


STUDI KEBUDAYAAN

Spasi 3

Nama Tarmidzi Prasetyo, Indah Mayangsari

Fakultas Agama Islam,Nama Fakultas, Universitas Ahmad DahlanNama Universitas

Tarmidzi1800031239@webmail.uad.ac.id Indah1800031214@webmail.uad.ac.id

Nama Fakultas, Nama Universitas

Corresponding Email

Abstrak

persoalan agama merupakan yang sangat mendasar terhadap kehidupan manusia. Karena agama
mengandung unsur keyakinan di dalam diri manusia tentan yang gaib sebagai kebenaran yang hakiki
ataukemutlakan. Dalam pandangan umum, agama dipahami memiliki peran yang besar dalam
kehidupan manusia, karena ia bertujuan mengatur kehidupan manusia menajdi lebih baik. Dari
berbagai telaah yang dilakukan, agama sebagai unsur keyakinan telah memebrikan suatu bentuk dan
intelektual mulia serta memiliki pegangan hidup. Oleh karena itu, dengan beragama manusia dapat
hidup di dalam masyarakat secara harmonis dan dinamis serta dapat menunjukkan manusia secara
bersama-sama.

Kata Kunci : sosial,budaya,agama


Abstract

The problem of liquid religion is very basic to human life. Because religion contains a
pointed in the human beings that are supernatural as the essence or the absolute. In the
general view, religion is understood to have a large role in human life, because he aims to
regulate the life of man to be better. From the various studies conducted, religion as a
pointed to realize the cause of a form and intellectual noble and has a grip on life. Therefore,
the human faith can live in a society harmoniously and dynamically and can the human
Products together.

Keywords: Social, cultural, religious

PENDAHULUAN

Ditinjau dari aspek sosiologis, kehidupan manusia berlangsung dalan suatu wadah
yang disebut “masyarakat”. Menurut teori fungsional, masyarakat merupakan suatu lembaga
sosial yang berada dalam keseimbangan, yang mempolakan kegiatan manusia berdasarkan
norma-norma yang dianut bersama sertadipandang sah dan mengikat peran serta manusia itu
sendiri. Lembaga-lembaga yang kompleks secara keseluruhan merupakan sistem sosial yang
saling berkaitan satu sama lain.

Islam sebagai agama memang banyak memberikan norma-norma aturan tentang


kehidupan dibandingkan dengan agama-agama lain. Bila dilihat kaitan islam dengan budaya,
paling tidak ada dua hal yang perlu diperjelas: Oslam sebagai konsepsi sosial budaya, dan
islam sebagai realitas budaya. Islam sebagai konsepsi budaya ini oleh para ahli sering disebut
dengan great tradition (tradisi besar), sedangkan islam sebagai realitas budaya disebut
dengan little tradition (tradisi kecil) atau local tradition (tradisi lokal) atau juga Islamicate
yang “islamik”, yang dipengaruhi Islam. Islam itu sesungguhnya lebih dari satu sistem agama
saja; Islam adalah satu kebudayaan yang lengkap.

PEMBAHASAN

Agama Islam Sebagai realitas sosial


Agama dalam bahasa Arab yaitu din, jamak dari adyan. Yang mengandung arti mengusai,
menundkkan, patuh, balasan, kebiasaan. Dalam kamus bahasa Indonesi Agama/ajaran adalah sistem
yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta
tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya. Sejalan
dengan itu, Sumardi juga mengemukakan bahwa agama adalah keprihatinan maha luhur dari manusia
yang terungkap selaku jawabnnya terhadap panggilan dari yang Maha Kuasa dan Maha Kekal.
Keprihatinan yangmaha luhur itu diungkapkan dalam hidup manusia, p ribadi atau kelompok
terhadap Tuhan, terhadap manusia dan terhadp alam semesta raya serta isinya.
Menurut bahasa sansekerta agama berasal dari ‘a’ yang artinya tidak dan “gama” ialah kacau.
Kedua kata tersebut jika disatukan maka akan mempunyai arti suatu perkara yang tidak kacau. Dari
berbagai definisi tentang agama yang dikemukakan oleh para ahli tersebut, penulis menyimpulkan
bahwa agama adalah suatu keprcayaan dan keyakinan yang mengatur seseorang untuk menjadi
pribadi yang lebih baik dalam bermunajat dengan Tuhan Yang Maha Esa tentunya, dan cara hidup
dengan masyarakat serta berhubungan dengan alam agar tidak kacau. Jadi fungsi agama dalam
pengertian ini yaitu dapat memelihara integrias dari seorang atau sekelompok orang agar hubungan
nya dengan sesama, alam sekitar, bahkan dengan Tuhannya tidak kacau.
Sehubungan dengan fungsi agama yang begitu besar dalam kehidupan masyarakat amaka
agama harus dipelajari. Dalam konteks ilmu pengetahuan, agama dapat dipelajari dalam berbagai
pendekatan, salah satunya pendekatan sosiologis. Akan tetapi makna agama yang dijelaskan dalam
sosiologi lebih kepada arti agama sebagai intuisi yang menjelaskan aspek tingkah laku para
pemeluknya tanpa menyinggung kedudukan agama sebagai dogma suci yang bersifat fitrah pada
manusia. Dengan kata lain, agama yang dipelajari dalam sosiologi bukanlah isi dari agama, tetapi
lebih pada agama sebagai instuisi, agama sebagai salah satu aspek dari tingkah laku kelompok serta
peranan yang dimainkannya dalam kehidupan masyarakat.

Realitas Sosial

Realitas sosial merupakan gabungan dari kata “realitas dan “sosial”. Secara etimologi kedua
kata ini berasal dari bahasa Inggris; “reality” yang berarti realitas, kenyataan atau dalam kenyataan;
dan “social” memiliki arti pertemuan silaturahmi, ramah tamah, senang sekali bergaul. Menurut
Soerjano Soekanto, ilmu-ilmu sosial adalah ilmu yang memilih masyarakat atau kehidupan sosial
masyarakat. Realitas sosial juga merupakan sustu peristiwa yang memang benar terjadi ditengah-
tengah masyarakat. Dan manusia dikatakan sebagai makhluk sosial dikarenakan pada diri manusia ada
dorongan untuk berhunungan (interaksi) dengan orang lain. Ada kebutuhan sosial (social need)
dengan orang lain. Manusia memiliki kebutuhan untuk mencari kawan atau teman.

Untuk menjaga keharmonisan hubungan sosial, maka pada setiap masyarakat mempunyai
nilai-nilai sosial yang mengatur tata nilai di dalam masyarakat tersebut. Termasuk di dalam nilai-nlai
sosial ini tata tata susila serta dat kebiasaan. Nilai-nilai sosial ini merupakan ukuran-ukuran di dalam
menilai tindakan dalam hubugan dengan orang lain. Oleh karena itu, tujuan nilai-nilai sosial ialah
untuk mengadakan tata atau ketertiban.tata ini hanya mungkin terwujud jika nilai-nilai sosal ini
mempunyai wadah untuk menegakkannya. Wadah dimaksudkan ialah sturuktur atau susunan
masyarakat.

Meskipun sudah emiliki nilai-nilai sosial, namun pada kenyataannya seringmuncul masalah-
masalah sosial di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Masalah sosial timbul dari kekurangan-
kekurangan dalam diri manusia atau kelompok sosial yang bersumber pada faktor ekonomis, bilogis,
psikologis, dan kebudayaan. Problem-problem yang berasal dari faktor ekonomis antara lain
kemiskinan, pengangguran, kejahatan dan sebagainya. Problem yang berasal dari faktor biologis
misalnya penyakit.problem dari faktor psiklogis timbul persoalan seperti penyakit syaraf dan bunuh
diri. Sementara persoalan yang menyangkut percerain, kejahatan, konflik sosial dan keagamaan
bersumber pada faktor budaya.

Sampai disini dapat di pahami bahwa yang dimaksudkan dengan “agama sebagai realitas
sosial” adalah bahwa agama merupakan sesuatu yang harus ada dan dibutuhkab oleh manusia.
Manusia membutuhkan agama, karena agama memiliki fungsi untuk membantu manusia menghadapi
berbagai macam persoalan kehidupan didunia ini.

Agama Sebagai Realitas Budaya Masyarakat

Dalam penyebaran agama islam, masyarakat biasanya menerima tiga bentuk penilaian
terhadap agama. Pertama, agama diterima sepenuhnya, kedua, agama diterima sebagai sebagian yang
disesuaikan dengan kebuthan seseorang atau kelompok orang. Ketiga, agama itu ditolak sama sekali.
Ketiga sikap penerimaan itu juga terjadi di di indonesia.

Pada umumnya agama yang masuk akan mengalami proses penyesuaian dengan budaya yang
telah adala. Ada kompromi niali atau simbol antar agama yang masuk dengan kebudayaan asal, yan
menghasilkan bentuk baru dan berbeda dengan agama atau budaya asal. Proses penyesuaian ini terjadi
begitu saja dalam setiap proses pemaknaan di tengah masyarakat.

Dengan demikian, suatu agama yang masuk pada masyarakat tidak pernah biasa ditemukan
sebagaimana bentuk aslinya secara utuh, selalu ada pelenturan nilai-nilai (fluditas).pelanturan tersebut
membuat symbol budaya bermetamorfosis dalam maknanya yang baru. Pelenturan ini terjadi karena
manusia dan masyarakat bukan mesin fotocopy yang bisa dan mau menjiplak yang diterimanya,
secara sadar dan tidak sadar.
Kebudayaan yang berkembang dalam suatu masyarakat biasanya merupakan sumber acuan
bagi mereka dalam merespon berbagai perubahan. Sistem kebudayaan tersebut akan menyeleksi
perubahan di tolak atau diterima oleh masyarakat.

Logika yang sama berlaku ketika kita membahas perihal agama masyarakat. Setiap keyakinan
dan agama yang masuk akan diseleksi. Proses ini sebagai upaya memilah yang sesuai dan yang
berlainan dengan budaya yang berkembang di masyarakat, sebabnya adalah agama yang masuk
merupakan agama yang dikemas dalam bungkus budaya tempat agama itu berasal. Seperti masuknya
islam di indonesia yang syiarkan oleh orang Arab, india dan persia. Dalam hal ini terjadi antar
kebudayaan penyebar agama islam dengan kebudayaan penerima agama islam (budaya lokal). Islam
bisa diterima dengan mudah bisa jadi karena kemiripan karakter budaya agama islam dengan karakter
budaya lokal pada waktu itu.

Dalam kasus seperti ini dapat disimpulkan baha prnsip ajaran agama islam dapat
mengakomodasikn nilai-nilai budaya masyarakat lokal. Demikian juga budaya masyarakat lokal dapat
mengakomodasikan nilai-nilai ajaran islam, sehingga terjadi sinergi antar keduanya.

Plato dalam hal ini juga menulis tentang pentingnya agama sebagai landasan moral bagi
manusia. Menurutnya dalam upaya mengaktualisasikan diri, seseorang memerlukan panduan agama
sebagai landasan moral. Agama dalam konsep plato, tidak dapat dipisahkab dari dinamika kehidupan
manusia. Dengan kata lain, agama menunjukkan internaisasi agama dalam kehidupan baik secara
langsung atau tidak langsung mempengaruhi setiap tindakan yang dilakukannya.

METODE

Penelitian ini termask penelitian dengan pendekatan kualitatif yaitu dengan menggunakan
metode deskritif analisis. Metode kualitatif, merupakan suatu penelitian yang berorientasi pada
fenomena atau gejala yang bersifat alami. Data penelitian diambil dari bahan-bahan primer yakni
bersumber dari buku yang mendukung berkaitan ataupun bahan-bahan sekunder yakni literatur-
literatur, artikel sebagai documentary research.

Dalam menganalisis data peneliti mengambil interaktif model-model sebagi penyajiannya


aktivitas dalam analisis data meliputi reduksi data, penyajian data, serta penarikan kesimpulan data
verifikasi. Langkah-langkah redusi data pertama mlibatkan langkag-langkah editing,pengelompokkan,
dan meringkas data penyajian data meliputi langkah-langkah mengorganisasi data yakni menjalin data
yang satu dengan data yang lainnya sehingga seluruh data dianalisis benar-benar dilibatkan dalam satu
kesatuan. Penarikan dan pengujian kesimpulan peneliti pada dasarnya mengimplementasikan prinsip
induktif dengan mempertimbangkan pola-pola yang ada.

SIMPULAN

Islam sebagai konsepsi budaya ini oleh para ahli sering disebut dengan great
tradition (tradisi besar), sedangkan islam sebagai realitas budaya disebut dengan little
tradition (tradisi kecil) atau local tradition (tradisi lokal) atau juga Islamicate yang
“islamik”, yang dipengaruhi Islam. Islam itu sesungguhnya lebih dari satu sistem agama saja;
Islam adalah satu kebudayaan yang lengkap.

Kebudayaan yang berkembang dalam suatu masyarakat biasanya merupakan sumber acuan
bagi mereka dalam merespon berbagai perubahan. Sistem kebudayaan tersebut akan menyeleksi
perubahan di tolak atau diterima oleh masyarakat.

agama sebagai realitas sosial” adalah bahwa agama merupakan sesuatu yang harus ada dan
dibutuhkab oleh manusia. Manusia membutuhkan agama, karena agama memiliki fungsi untuk
membantu manusia menghadapi berbagai macam persoalan kehidupan didunia ini.

DAFTAR PUSTAKA

Sindung Haryanto, 2012, Spektrum Teori social dari Struktural Fungsional hingga
Posmodern, Yogyakarta, Ar Ruzz Media.

Abdullah Sany. Sosiologi dan perubahan masyarakat. Jakarta: Pustaka Jaya, 1995.

Elly M. Setiadi et al. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, Cet 1. Jakarta: Kencana, 2006.

Anda mungkin juga menyukai