Anda di halaman 1dari 19

PENGEMBANGAN FILSAFAT HUKUM

DALAM PEMIKIRAN HUKUM DI INDONESIA

DOSEN PENGAMPU :

Dr. Hamrin, SH., MH., M.Si.

DISUSUN OLEH :

Lidya Ayu Ningrum / 203300516059

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS NASIONAL

2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya

sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul

“PENGEMBANGAN FILSAFAT HUKUM DALAM PEMIKIRAN HUKUM DI

INDONESIA” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah

ini adalah untuk memenuhi tugas bapak. Dr. Hamrin, SH., MH., M.Si. Pada mata kuliah

Filsafat Hukum. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi

para pembaca dan juga bagi penulis. Kami mengucapkan terimakasih kepada bapak Dr.

Hamrin, SH., MH., M.Si. Selaku dosen mata kuliah Filsafat Hukum yang telah

memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai

dengan bidang studi yang saya tekuni. Saya juga mengucapkan terimakasih kepada

semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat

menyelesaikan makalah ini. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca dan

penulis.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. 2


BAB I ............................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 4
A. Latar Belakang ................................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah............................................................................................ 6
C. Tujuan Penelitian ............................................................................................. 6
D. Manfaat Penelitian ........................................................................................... 6
BAB II ........................................................................................................................... 9
PEMBAHASAN ........................................................................................................... 9
A. Tujuan Filsafat Hukum dalam Pembentukan Hukum ................................ 9
B. Perkembangan Pemikiran Filsafat Hukum ................................................. 10
BAB III ....................................................................................................................... 17
PENUTUP ................................................................................................................... 17
A. Kesimpulan ..................................................................................................... 17
B. Saran ............................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 19

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Filsafat ilmu merupakan filsafat khusus yang membahas berbagai

macam hal yang berkenaan dengan ilmu pengetahuan. Sebagai filsafat, filsafat

ilmu berusaha membahas ilmu pengetahuan sebagai obyeknya secara rasional

(kritis, logis, dan sistematis), menyeluruh dan mendasar. Filsafat Ilmu berusaha

memperoleh pemahaman tentang ilmu pengetahuan secara jelas, benar dan

lengkap, serta mendasar untuk dapat menemukan kerangka pokok serta

unsurunsur hakiki yang kiranya menjadi ciri khas dari ilmu pengetahuan yang

sebenarnya, sehinga kita dapat menentukan identitas ilmu pengetahuan dengan

benar, dapat menentukan mana yang termasuk ilmu pengetahuan, dan mana

yang tidak termasuk dalam lingkup ilmu pengetahuan.

Dengan demikian Filsafat ilmu (sebagai pemikiran filosofis) tentu saja

semestinya juga mengemukakan sebanyak mungkin pertanyaan-pertanyaan dan

persoalan-persoalan tentang segala macam hal yang berkenaan dengan ilmu

pengetahuan. Ilmu pengetahuan tidak hanya dipahami atas dasar kebiasaan-

kebiasaan yang dilakukan serta atas dasar pandangan-pandangan yang tidak

dapat dipertanggungjawabkan, melainkan perlu dipahami atas dasar

pembahasan yang rasional (kritis, logis, dan sistematis), obyektif, menyeluruh

4
dan mendalam. Filsafat ilmu tidak membahas ilmu pengetahuan atas perkiraan-

perkiraan yang ada pada subyek, melainkan langsung mengarah pada ilmu

pengetahuan itu sendiri sebagai obyeknya. Filsafat ilmu tidak membatasi

pembahasannya hanya pada beberapa unsur serta hanya dari satu segi saja,

melainkan berusaha untuk membahasnya secara menyeluruh, sehingga

diperoleh pemahaman yang utuh. Filsafat ilmu tidak hanya membahas hal-hal

yang secara aksidental tampak di permukaan, melainkan perlu membahas

secara radikal (mendalam) untuk dapat memperoleh unsur-unsur hakiki yang

menjadi ciri khas dari ilmu pengetahuan.

Untuk dapat memahami filsafat hukum, tentu harus memahami filsafat

dan hukum. Filsafat diartikan sebagai ilmu yang membahas tentang persoalan-

persoalan yang belum terpecahkan oleh ilmu pengetahuan biasa karena ilmu

pengetahuan biasa itu tidak mampu menjawabnya. Sedangkan hukum itu

sendiri secara umum diartikan sebagai norma atau aturan-aturan yang mengatur

tingkah laku manusia yang berisi tentang nilai-nilai kehidupan manusia,

walaupun di luar norma hukum ada norma kesopanan, kesusilaan dan norma

agama Secara sederhana dapat dikatakan bahwa filsafat hukum adalah cabang

filsafat, yakni filsafat tingkah laku atau etika, yang mempelajari hakikat hukum.

Dengan perkataan lain filsafat hukum adalah ilmu yang mempelajari hukum

secara filosofis. Jadi, obyek filsafat hukum adalah hukum, dan obyek tersebut

dikaji secara mendalam sampai kepada inti atau dasarnya, yang disebut dengan

hakikat.

5
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas penulis mengindentifikasi masalah

sebagai berikut :

1. Apa saja tujuan filsafat hukum dalam pembentukan hukum?

2. Bagaimana perkembangan pemikiran filsafat hukum?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas penulis mengindentifikasi tujuan

penelitian sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui tujuan filsafat hukum dalam pembentukan

hukum.

2. Untuk mengetahui perkembangan pemikiran filsafat hukum

D. Manfaat Penelitian

a) Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan pada studi ini adalah metode

kualitatif. Metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan

data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau

perilaku yang dapat diamati. Penelitian deskriptif adalah suatu metode

penelitian yang menggambarkan semua data atau keadaan subjek atau objek

penelitian kemudian dianalisis dan dibandingkan berdasarkan kenyataan

yang sedang berlangsung pada saat ini dan selanjutnya mencoba untuk

memberikan pemecahan masalahnya dan dapat memberikan informasi yang

6
mutakhir sehingga bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan serta

lebih banyak dapat diterapkan pada berbagai masalah. penelitian deskripsi

secara garis besar merupakan kegiatan penelitian yang hendak membuat

gambaran atau mencoba mencandra suatu peristiwa atau gejala secara

sistematis, faktual dengan penyusunan yang akurat.

A. Sumber Data

Sumber data menggunakan sumber data sekunder yang diambil dari

jurnal, buku, dan sumber lain yang mendukung. Data sekunder adalah

sumbernya berasal dari peneliti sebelumnya.

B. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara yang dapat

digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data, serta instrumen

pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti

dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi

sistematis dan lebih mudah. Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai

instrumen sekaligus sebagai pengumpul data. Prosedur yang di pakai dalam

pengumpulan data yaitu : Studi Pustaka

Menurut Martono (2011: 97) studi pustaka dilakukan untuk

memperkaya pengetahuan mengenai berbagai konsep yang akan digunakan

sebagai dasar atau pedoman dalam proses penelitian. Peneliti juga

menggunakan studi pustaka dalam teknik pengumpulan data. Studi pustaka

dalam teknik pengumpulan data ini merupakan jenis data sekunder yang

7
digunakan untuk membantu proses penelitian, yaitu dengan mengumpulkan

informasi yang terdapat dalam jurnal, buku-buku, maupun karya ilmiah pada

penelitian sebelumnya. Tujuan dari studi pustaka ini adalah untuk mencari

fakta dan mengetahui konsep metode yang digunakan.

8
BAB II

PEMBAHASAN

A. Tujuan Filsafat Hukum dalam Pembentukan Hukum

Filsafat ilmu bertujuan untuk membahtu memahami konsep dan teori

ilmu hukum dan membantu membangun teori ilmiah. Serta, seperti yang telah

dijelaskan diatas, filsafat membantu para ilmuan hukum untuk memahami

bahasa hukum, memberikan pemahaman tentang konsep hukum yang ada

dalam pikiran manusia dan memberikan bentuk kepada konsep-konsep tersebut

kedalam undang-undang dan peraturan tertulis. Selain itu, filsafat ilmu juga

berfungsi dalam proses manusia dalam mencari keadilan. Keadilan juga

merupakan dari tujuan adanya ilmu hukum. Proses reformasi menunjukkan

bahwa hukum harus ditegakkan demi terwujudnya supremasi hukum dalam

rangka menegakkan kebenaran dan keadilan sesuai dengan tujuan hukum:

Ketertiban, keamanan, ketentraman, kedamaian, kesejahteraan, kebenaran dan

keadilan.

Keadilan berkaitan erat dengan pendistribusian hak dan kewajiban, hak

yang bersifat mendasar sebagai anugerah Ilahi sesuai dengan hak asasinya yaitu

hak yang dimiliki seseorang sejak lahir dan tidak dapat diganggu gugat.

Keadilan merupakan salah satu tujuan sepanjang perjalanan sejarah filsafat

hukum. Keadilan adalah kehendak yang ajeg, tetap untuk memberikan kepada

9
siapapun sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan masyarakat dan

tuntutan jaman. Korelasi antara filsafat, hukum dan keadilan sangat erat, karena

terjadi tali temali antara kearifan, norma dan keseimbangan hak dan kewajiban.

Hukum tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat dan negara, materi hukum

digali, dibuat dari nilai-nilai yang terkandung dalam bumi pertiwi yang berupa

kesadaran dan cita hukum (rechtidee), cita moral, kemerdekaan individu dan

bangsa, perikemanusiaan, perdamaian, cita politik dan tujuan negara. Hukum

mencerminkan nilai hidup yang ada dalam masyarakat yang mempunyai

kekuatan berlaku secara yuridis, sosiologis dan filosofis. Tata rakit antara

filsafat, hukum dan keadilan, dengan filsafat sebagai induk ilmu (mother of

science), adalah untuk mencari jalan keluar dari belenggu kehidupan secara

rational dengan menggunakan hukum yang berlaku untuk mencapai keadilan

dalam hidupnya.

B. Perkembangan Pemikiran Filsafat Hukum

Filsafat hukum masa depan, tentu saja, tidak akan dan memang tidak

seharusnya melepaskan diri dari karakter keilmuannya sebagaimana telah

dikenal selama ini. Dan, ilmu hukum, sama seperti kebanyakan ilmu-ilmu

praktis lainnya, di masa depan diperkirakan bakal bertransformasi menjadi

makin pragmatis. Filsafat hukum masa depan akan menemukan perannya

dalam situasi dan kondisi yang sejalan dengan kehidupan masyarakat di era

digital. Oleh karena studi filsafat hukum berada di dunia pendidikan tinggi

10
hukum, maka filsafat hukum masa depan tidak terpisahkan dengan pendidikan

tinggi ilmu hukum masa depan tersebut. Hal ini sejalan dengan rekomendasi

yang disampaikan oleh Andrew Keen ketika ia membahas tentang lima

instrumen yang dapat digunakan untuk memperbaiki masa depan kita (five

tools for fixing the future). Lima instrumen yang dimaksud adalah: 1.

regulation, 2. competitive innovation, 3. social responsibility, 4. worker and

consumer choice, dan 5. education.

Lima instrumen itu dimulai dari aturan hukum sebagai alat paling

sederhana untuk dilakukan, tetapi ternyata diakhiri dengan pendidikan sebagai

alat paling menguras energi dan berjangka waktu panjang. Dengan kesadaran

tentang arti penting hukum dan pendidikan, maka uraian tentang filsafat hukum

masa depan dapat dimulai dari sebuah ragaan yang menggambarkan situasi dan

kondisi dari perkembangan ilmu di era digital. Filsafat hukum adalah cabang

filsafat sekaligus juga cabang dari disiplin hukum, maka pertemuan antara

filsafat dan ilmu hukum ada pada filsafat hukum itu. Tugas filsafat hukum,

dengan demikian, mengemban tugas yang diberikan oleh filsafat dan ilmu

hukum. Tugas itu adalah menerima limpahan masalah-masalah fundamental

dan marginal yang sudah tidak lagi dapat dijawab secara memuaskan oleh ilmu

hukum. Filsafat hukum sebagai metateori ilmu hukum atau meta-metateori

hukum positif mengemban tanggung jawab itu, dengan mencermati berbagai

tantangan dan peluang. Tantangan itu dapat dijawab dengan menyadari adanya

konteks penemuan dan konteks justifikasi yang dilakukan secara berkelanjutan.

11
Model yang disebut "kontekstualitas berkelanjutan" merupakan tawaran yang

layak dipertimbangkan sebagai gagasan bernalar hukum yang sesuai dengan

filsafat hukum masa depan dan masa depan filsafat hukum. Terlepas dari segala

tantangan yang ada, filsafat hukum berpeluang untuk makin berperan penting

memperkuat posisi seluruh bangunan disiplin hukum melalui iklim akademik

yang kolaboratif. Kolaborasi adalah ciri kajian ilmiah masa depan, sehingga

kajian-kajian sinergis lintas-disiplin harus lebih terbuka dilakukan. Dengan

demikian, filsafat hukum akan lebih mampu menjelaskan tentang bagaimana

hukum harus menjawab kebutuhan legitimasi dan memenuhi materi muatan

keadilan. Filsafat hukum akan selalu berkembang pada setiap generasi dan pada

setiap kajian-kajian disiplin ilmu lainnya, di karena kan filsafat hukum adalah

tonggak utama dari dasar segala disiplin ilmu yang mengkaji dari segala segi,

bentuk dan teroi-teori yang mendasar secara empiris, normatif yang kompleks.

Pada perkembangannya filsafat hukum di Indonesia, dalam

pembentukan hukum yang dibuat oleh negara, sudah pasti hukum memiliki

sebuah target atau pencapaian yang ingin dicapai dalam artian tidak ada satupun

suatu peraturan perundang-undangan yang dibentuk dengan tidak adanya

tujuan yang ingin dicapai oleh hukum. Untuk perkembangan filsafat hukum,

pembentukan suatu sistem hukum wajib berdasarkan dari nilai-nilai Pancasila

yang di mana kita tahu sejatinya Pancasila merupakan dasar dari pemikiran

bangsa Indonesia. Pengertian dan pembentukan hukum itu adalah merunutkan

peraturan-peraturan dasar yang berlaku bagi masyarakat. Dalam undang-

12
undang No.12 Tahun 2011 tentang pembentukan peraturan perundang-

undangan, telah diatur jenis hierarki pembentukan hukum di Indonesia. Dalam

pembentukan hukum di mana salah satu diantaranya membahas tentang teori

filsafat hukum. Susunan hierarki peraturan perundang-undangan yang ditata

kembali dianggap memang sudah sangat tepat, karena pada masa Orde Baru

yang pada awalnya berupaya memurnikan lagi falsafah Pancasila dan

pelaksanaan UUD 1945 dengan menyusun ulang kembali sumber tertib hukum

dan tata urut peraturan perundang-undangan, yang dalam kegiatannya selama

32 tahun belum membuahkan hasil untuk mambangun tatanan perundang-

undangan yang dapat dijadikan patokan bagi upaya memutuskan hasil akhir

bagi sistem perundang-undangan di masa depan. Filsafat hukum nasional

haruslah dikembangkan sehingga terbentuk falsafah hukum Pancasila.

Pancasila adalah dasar negara yang juga menjadi dasar falsafah hukum nasional

bersifat imperative yang menjadi pedoman penhyusunan pengembangan

falsafah hukum yang selaras dan bersangkut paut dengan nilai-nilai yang

terkandung dalam Pancasila itu sendiri. Yang mana setiap nilai dasar yang

terkandung dalam pancasila tersebut haruslah juga terdapat dalam sistem

pembentukan hukum di Indonesia nantinya dan juga mempengaruhi sistem

perkembangan hukum di Indonesia.

Di dalam pembenrtukan hukum di Indonesia filsafat hukum berperan

dalam membuat pembentukan hukum yang sangat diperlukan oleh rakyat

Indonesia. Filsafat hukum mengganti beberapa peraturan perundang-

13
perundangan mulai dari Tap XX/MPRS/1966 sampai tata urutan Peraturan

Perundang-undangan yang di dasari Undang-undang Republik Indonesia No.

12 Tahun 2011. Filsafat hukum dapat membimbing dan mewujudkan

kebutuhan-kebutuhan hukum sesuai dengan tingkat kemajuan pembangunan di

segala bidang, untuk itu sangat diperlukan untuk lebih mengkaji lebih

mendalam lagi filsafat hukum secara lebih spesifik oleh seluruh bangsa ini

terutama kepada para pemegang kekuasaan dan kepentingan di negara ini.

Dengan begitu kedepannya lebih mampu mengerti serta mengetahui kandungan

yang terdapat di dalam filsafat hukum baik, dari segi hukum itu sendiri atau

dampak positif bagi kehidupan bangsa ini. Filsafat hukum di Indonesia selalu

berkembang mengikuti perkembangan pola fikir masyarakat dan pendapat-

pendapat baru para ahli di Indonesia. Filsafat hukum di Indonesia berkembang

dengan seiringnya pola perilaku masyarakat yang berubah-ubah setiap

waktunya, sehingga membuat suatu kebutuhuan atas hukum untuk membuat

peraturan dasar yang akan mengatur ketertiban dan kenyamanan masyarakat

sesuai dengan kaidah-kaidah hukum yang ada. Indonesia memiliki Pancasila

sebagai dasar filosofis yang menjadi pedoman hidup berbangsa. Pancasila dapat

dikatakan sebagai dasar filsafat hukum sebab memenuhi kualifikasi untuk dapat

disebut sebagai sistem filsafat hukum yang mencakup beberapa hal yakni

adanya nilai kesatuan, keteraturan dan ketergantungan antara sila-sila, adanya

tujuan bersama antara Pancasila dengan UUD 1945, dan lain sebagainya.

Pembentukan hukum ataupun peraturan perundang-undangan di Indonesia

14
haruslah berdasarkan ataupun harus sesuai dengan Pancasila sebagai dasar

negara. Filsafat hukum berperan sebagai arah pembentukan hukum di Indonesia

dan juga sebagai hal yang sangat dibutuhkan di Indonesia. Dalam

Perkembangan filsafat hukum di Indonesia, filsafat hukum berpengaruh dalam

mengubah aspek pembentukan hukum dan undang-undang di Indonesia UU no

12 tahun 2011 tentang hierarki peraturan Perundang-undangan dijelaskan

beberapa hal segala peraturan tertulis yang berlakudi Indonesia. Segala hukum

yang dibentuk di Indonesia pada dasarnya mengacu kepada filsafat hukum yang

mana filsafat hukum itu sendiri juga berdasarkan kepada Pancasila sebagai

ideologi dari Indonesia, dan menjadi penentu berlakunya tata tertib hukum di

Indonesia.

Filsafat hukum sendiri mempengaruhi pola perkembangan hukum yang

ada di Indonesia yang berdasarkan kepada pola perilaku masyarakat guna

mencapai suatu kualitas hukum yang adil untuk seluruh rakyat Indonesia. Pada

perkembangannya di masa sekarang, filsafat hukum sendiri merupakan mata

kuliah wajib di dalam fakultas hukum yang dimaksudakan untuk mengisi

pemikiran dari mahasiswa yang hendak melangkah ke ranah hukum yang lebih

tinggi agar nanntinya pada saat dihadaplkan pada suatu masalah yang akan

menggoyang iman hukumnya, mahasiswa dapat menerapkan pola fikir dan

pendirian yang didapatkan dari mata kuliah filsafat hukum tersebut, dan tidak

luput juga peran filsafat hukum yang mengasah mahawiswa untuk lebih

15
menjadi seorang pribadi yang tak tergoyahkan kepada masalah yang kerap

datang seperti jual beli hukum yang belakangan sering terjadi di Indonesia.

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Filsafat hukum sebagai metateori ilmu hukum atau meta-metateori

hukum positif mengemban tanggung jawab itu, dengan mencermati berbagai

tantangan dan peluang. Tantangan itu dapat dijawab dengan menyadari adanya

konteks penemuan dan konteks justifikasi yang dilakukan secara berkelanjutan.

Model yang disebut "kontekstualitas berkelanjutan" merupakan tawaran yang

layak dipertimbangkan sebagai gagasan bernalar hukum yang sesuai dengan

filsafat hukum masa depan dan masa depan filsafat hukum. Terlepas dari segala

tantangan yang ada, filsafat hukum berpeluang untuk makin berperan penting

memperkuat posisi seluruh bangunan disiplin hukum melalui iklim akademik

yang kolaboratif. Kolaborasi adalah ciri kajian ilmiah masa depan, sehingga

kajian-kajian sinergis lintasdisiplin harus lebih terbuka dilakukan.

Dengan demikian, filsafat hukum akan lebih mampu menjelaskan

tentang bagaimana hukum harus menjawab kebutuhan legitimasi dan

memenuhi materi muatan keadilan. Filsafat hukum akan selalu berkembang

pada setiap generasi dan pada setiap kajian-kajian displin ilmu lain nya, di

karena kan filsafat hukum adalah tonggak utama dari dasar segalan dispilin

17
ilmu yang mengkaji dari sgala segi, bentuk dan teroi-teori yang mendasar

secara empiris, normatif yang kompleks.

B. Saran
Dalam makalah yang saya tulis, disarankan agar masyarakat dengan

mempelajari pokok-pokok aliran Filsafat Hukum dalam era modern ini

diharapkan dapat ditelusuri dinamika dari berbagai ragam pemikiran tentang

hukum. Lain daripada itu, akan dapat pula terkuak kompleksitas hukum dengan

beraneka sudut pandangnya. Dengan masyarakat memahami Filsafat hukum

maka dapat berupaya memecahkan persoalan, menciptakan hukum yang lebih

sempurna, serta membuktikan bahwa hukum mampu memberikan penyelesaian

persoalan-persoalan yang hidup dan berkembang di dalam masyarakat dengan

menggunakan sistim hukum yang berlaku suatu masa, disuatu tempat sebagai

Hukum Positif.

18
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, J. (2015). Refleksi Dan Relevansi Pemikiran Filsafat Hukum Bagi

Pengembangan Ilmu

Hukum. Jurnal Pemikiran Hukum Dan Hukum Islam, 6(1), 181–199.

Adelina Br Ginting, V., & Lisa Andriati, S. (2022). Implementasi Nilai-Nilai

Filsafat Hukum Dalam Pembentukan Hukum Di Indonesia. Jurnal Crepido, 4(1), 23–

29.

PERKEMBANGAN FILSAFAT HUKUM DI INDONESIA

https://osf.io/73h52/download.

19

Anda mungkin juga menyukai