Anda di halaman 1dari 3

NAMA : Lidya Ayu Ningrum

NPM : 203300516059
MATA KULIAH : Hukum Lingkungan (R.01)

SOAL :
1. Terangkan garis besar hal-hal yang diatur dalam aspek keperdataan hukum lingkungan.
2. Terangkan perbedaan antara tanggungjawab berdasarkan kesalahan dengan tanggung
jawab mutlak.
3. Terangkan dasar-dasar untuk mengajukan gugatan kasus lingkungan
4. Terangkan dasar pengajuan gugatan oleh pemerintah dan pemerintah daerah dalam
kasus lingkungan hidup.
5. Terangkan perbedaan antara gugatan masyarakat (class action) dengan gugatan oleh
kelompok organisasi lingkungan hidup.

JAWABAN :
1. Aspek keperdataan tercantum dalam Pasal 87 sampai dengan Pasal 92 UUPPLH yang
mengatur tentang ganti rugi, sistem pertanggungjawaban terhadap perusak/pencemar
lingkungan, kompetensi pengajuan gugatan, dan hak masyarakat dan organisasi
lingkungan hidup untuk mengajukan gugatan. Dasar hukum yang digunakan dalam
penuntutan ganti kerugian lingkungan adalah ketentuan yang tercantum dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata Pasal 1243 dan Pasal 1365. Pasal 1243 berbunyi:
“Penggantian biaya, kerugian, dan bunga karena tak dipenuhinya suatu perikatan mulai
diwajibkan, bila debitur, walaupun telah dinyatakan lalai, tetap lalai untuk memenuhi
perikatan itu, atau jika sesuatu yang harus diberikan atau dilakukannya hanya dapat
diberikan atau dilakukannya dalam waktu yang melampaui tenggang waktu yang telah
ditentukan”. Pasal 1365 berbunyi: “Tiap perbuatan melanggar hukum dan membawa
kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang menimbulkan kerugian itu karena
kesalahannya untuk mengganti kerugian tersebut”.
2. Asas tanggung jawab berdasarkan kesalahan adalah sistem pertanggungjawaban
yang sudah sejak lama digunakan baik dalam hukunm perdata maupun dalam hukun
pidana. Dalam hukun perdata (Pasal 1365 BW) tanggung jawab berdasarkan kesalahan
(liability based on fault), beban pembuktian berada pada penderita atau pihak
penggugat. Penderita atau penggugat barulah memperoleh ganti kerugian bilamana ia
berhasil membuktikan adanya unsur kesalahan pada pihak tergugat. Beban pembuktian
ini diatur dalam Pasal 163 HIR dan Pasal 1865 KUH Perdata yang berbunyi: “Barang
siapa mengajukan peristiwa-peristiwa atas mana ia mendasarkan sesuatu hak,
diwajibkan membuktikan peristiwa-peristwa itu; sebaliknya barangsiapa mengajukan
peristiwa-peristiwa guna pembentukan hak orang lain, diwajibkan juga membuktikan
peristiwa-peristiwa itu”. Sedangkan Asas tanggung jawab mutlak dalam
peraturan perundang-undangan di Indonesia mulai diperkenalkan dalam Pasal 21
UULH sebagaimana diubah dengan Pasal 35 UUPLH dan Pasal 88 UUPPLH. Dalam
UUPPLH ditetapkan jenis kegiatan yang masuk kategori pertanggungjawaban mutlak
yakni usaha dan/atau kegiatan seseorang:
 menggunakan B3;
 menghasilkan dan/atau mengelola limbah B3; dan/atau
 menimbulkan ancaman serius terhadap lingkungan hidup.
3. Pengajuan gugatan kasus lingkungan hidup ini pada hakekatnya mengikuti ketentuan
hukum acara perdata namun beberapa di antaranya perlu mendapat perhatian khusus
yakni:
- Gugatan adalah menyangkut kasus pencemaran atau perusakan lingkungan;
- Gugatan diajukan oleh pihak yang kompeten; baik secara individual maupun secara
kelompok/perwakilan/ instansi pemerintah yang bertanggungjawab dalam
pengelolaan lingkungan hidup, atau melalui organisasi lingkungan hidup.
- Mengikuti ketentuan hukum acara perdata atau peraturan lainnya yang berlaku
secara khusus di bidang penyelesaian kasus lingkungan hidup.
4. Instansi pemerintah yang bertangungjawab dalam pengendalian dampak lingkungan di
pusat dan di daerah dapat mengajukan gugatan kepada pencemar dan/atau perusak
lingkungan. Tindakan pemerintah yang dimaksud tentu memiliki makna yang luas
termasuk mengambil tindakan tertentu sebagai langkah-langkah percepatan untuk
melakukan pencegahan dan penanggulangan termasuk perundingan dengan pihak
pelaku pencemar/perusak lingkungan untuk mempersoalkan kerugian negara dan/atau
biaya pemilihan lingkungan akibat adanya kerusakan ekosistem (ecological damage).
Ganti kerugian yang diperjuangkan dalam gugatan pemerintah dan pemerintah daerah
menurut penjelasan undang-undang ini adalah kerugian lingkungan hidup akibat
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan yang bersifat umum, jadi bukan sebagai
hak milik privat. Kerugian yang sifatnya individual atau privat akan digugat oleh
pihak-pihak yang merasa dirugikan sendiri. Selanjutnya, tindakan tertentu berbarengan
dengan gugatan ini yang dapat dilakukan pemerintah dan pemerintah daerah
dimaksudkan sebagai tindakan pencegahan dan penanggulangan pencemaran dan/atau
kerusakan serta pemulihan fungsi lingkungan hidup.
5. Berdasarkan Pasal 91 ayat (1) UUPPLH masyarakat berhak mengajukan gugatan
perwakilan kelompok untuk kepentingan dirinya dan/atau untuk kepentingan
masyarakat apabila mengalami kerugian akibat pencemaran dan/atau keruakan
lingkungan hidup. Pihak yang dapat mewakili masyarakat dalam jumlah besar (class
members) adalah kelompok kecil (class representatives) yang berasal dari kelompok
masyarakat yang berjumlah besar itu. Gugatan masyarakat ini juga sering disebut class
action (gugatan kelompok). Mengingat bahwa kelompok kecil ini kemungkinan kurang
memahami seluk beluk hukum acara perdata, kelompok ini bisa didampingi oleh
konsultan hukum; namun konsultan hukum ini tidak dapat bertindak sebagai anggota
masyarakat kelompok kecil yang mengajukan gugatan perwakilan. Bilamana
dipandang perlu, konsultan hukum dapat mengajukan gugatan atas nama kelompok
kecil dengan memberikan surat kuasa biasa yang telah diatur dalam Hukum Acara
Perdata.

Sedangkan Hak gugat organisasi lingkungan hidup (OLH) diatur dalam Pasal 92
UUPPLH. Ketentuan ini berbeda dengan class action. Gugatan oleh OLH tidak
diperkenankan melakukan tuntutan ganti kerugian, kecuali biaya atau pengeluaran riil
yang telah dilakukan berkenaan dengan kepentingan lingkungan hidup atau berkaitan
dengan gugatan. UUPPLH tidak menjelaskan secara rinci hal-hal apa sajakah yang
dapat digugat menurut pasal ini. Pada saat berlakunya UUPLH disebutkan dalam
penjelasan Pasal 38 ayat (2) bahwa:
“Gugatan yang diajukan oleh organisasi lingkungan hidup tidak dapat berupa tuntutan
untuk membayar ganti rugi, melainkan hanya terbatas gugatan lain, yaitu:
a. memohon kepada pengadilan agar seseorang diperintahkan untuk melakukan
tindakan tertentu yang bertujuan pelestarian fungsi lingkungan hidup;
b. menyatakan seseorang telah melakukan perbuatan melanggar hukum karena
mencemarkan atau merusak lingkungan hidup; dan
c. memerintahkan seseorang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan untuk membuat
atau memperbaiki unit pengolah limbah.

Anda mungkin juga menyukai