Anda di halaman 1dari 4

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 1

Nama Mahasiswa : Ania Ghina Salsabila

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 044160628

Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4210/Hukum Lingkungan

Kode/Nama UPBJJ : 17/Jambi

Masa Ujian : 2021/22.1 (2021.2)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN


KEBUDAYAAN UNIVERSITAS TERBUKA
1. Berdasarkan kasus di atas:

a. Jelaskan apa yang dimaksud prinsip pencemar membayar?

Jawaban :

Pencemar membayar adalah bahwa setiap penanggung jawab yang usaha dan/atau
kegiatannya menimbulkan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup wajib
menanggung biaya pemulihan lingkungan.

b. Dalam kasus tersebut apakah pelaku / penanggungjawab usaha dapat dikenakan


kewajiban pencemar membayar? Berikan dasar hukumnya!

Jawaban :

Ya pelaku / penanggungjawab usaha dapat dikenakan kewajiban pencemar


membayar karena dari kasus tersebut, gundukan tanah yang diduga limbah bahan
beracun dan berbahaya (B3) ditemukan di sejumlah titik di kawasan Marunda sejak
beberapa bulan terakhir. Limbah itu diduga berjenis spent bleaching earth (SBE) dari
industri minyak sawit yang berfungsi menjernihkan cairan minyak goreng.

Dalam Undang-Undang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPPLH),


ketentuan pertanggunjawaban atas pencemaran lingkungan hidup ,diatur dalam
pasal 87 ayat 1, dimana setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang
melakukan perbuatan melanggar hukum berupa pencemaran dan/atau perusakan
lingkungan hidup yang menimbulkan kerugian pada orang lain atau lingkungan hidup
wajib membayar ganti rugi dan/atau melakukan tindakan tertentu.

c. Analisislah kaitan antara prinsip pencemar membayar dengan pertanggungjawaban


mutlak dalam Pasal 88 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009!

Jawaban :

Pasal 88 UUPPLH mengatur tentang tanggung jawab mutlak (strict liability) bagi setiap
orang yang tindakan, usaha, dan/atau kegiatan menggunakan B3, menghasilkan
dan/atau mengelola limbah B3, dan/atau yang menimbulkan ancaman serius
terhadap lingkungan hidup bertanggung jawab mutlak atas kerugian yang terjadi
tanpa perlu pembuktian unsur kesalahan. Dalam penjelasan Pasal 88 UUPPLH
diuraikan pengertian tanggung jawab mutlak sebagai berikut: “bertanggung jawab
mutlak” atau strict liability adalah unsur kesalahan tidak perlu dibuktikan oleh pihak
penggugat sebagai dasar pembayaran ganti rugi. Ketentuan ayat ini merupakan lex
specialis dalam gugatan tentang perbuatan melanggar hukum pada umumnya.
Besarnya nilai ganti rugi yang dapat dibebankan terhadap pencemar atau perusak
lingkungan hidup menurut Pasal ini dapat ditetapkan sampai batas tertentu. Yang
dimaksud dengan “sampai batas waktu tertentu” adalah jika menurut penetapan
peraturan perundangundangan ditentukan keharusan asuransi bagi usaha dan/atau
kegiatan yang bersangkutan atau telah tersedia dana lingkungan hidup”.

2. Berdasarkan kasus di atas

a. Jelaskanlah apa yang dimaksud asas partisipatif dalam pengelolan dan perlindungan
lingkungan hidup!

Jawaban :
Penerapan asas partisipasi (asas partisipatif) menjadi dalam Undang-Undang Nomor
32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan dan Perlindungan Lingkungan Hidup setelah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja, justru
semakin mengurangi keterlibatan publik.
Yang dimaksud dengan “asas partisipatif” adalah bahwa setiap anggota masyarakat
didorong untuk berperan aktif dalam proses pengambilan keputusan dan pelaksanaan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, baik secara langsung maupun tidak
langsung.

b. Jelaskan kapan dan bagaimana partsipasi masyarakat dalam yang berkaitan dengan
AMDAL? Jelaskan dengan dasar hukumnya

Jawaban :
Keputusan yang dimaksud dalam asas ini, salah satunya adalah Amdal. Ada tiga kata
kunci terkait Amdal dan partisipasi publik.
Pada issu apa saja publik dilibatkan. Mengacu pada UU PPLH, maka publik dilibatkan
dalam hal:
Penyusunan Amdal (Pasal 26 UU PPLH)
Keanggotaan Komisi Penilai Amdal (Pasal 30 ayat (1) UU PPLH)
Pengajuan keberatan atas Amdal (Pasal 26 ayat (4) UU PPLH)
Dalam UU Ciptaker, area pelibatan masyarakat menjadi berkurang karena kategori
masyarakat dalam penyusunan Amdal dibatasi, Komisi Penilai Amdal dihapus, dan
pengajuan keberatan Amdal juga dihapus.  
Siapa saja yang dilibatkan? Masyarakat yang dimaksud dalam penyusunan Amdal,
yaitu :

a. yang terkena dampak;


b. pemerhati lingkungan hidup; dan/atau
c. yang terpengaruh atas segala bentuk keputusan dalam proses amdal (Pasal 26 ayat
(3) UU PPLH).

Demikian pula, masyarakat yang dimaksud dalam Komisi Penilai Amdal yaitu wakil dari
masyarakat yang berpotensi terkena dampak; dan organisasi lingkungan hidup (Pasal
30 ayat (1) UU PPLH). Dalam UU Ciptaker, ayat ini diubah.  Masyarakat yang dimaksud
dalam penyusunan Amdal, yaitu masyarakat yang dimaksud adalah masyarakat yang
terkena dampak langsung terhadap rencana usaha dan/atau kegiatan.
Bagaimana keterbukaan informasi? Penyusunan Amdal dalam UU PPLH menyebutkan
bahwa pelibatan masyarakat harus dilakukan berdasarkan prinsip pemberian
informasi yang transparan dan lengkap serta diberitahukan sebelum kegiatan
dilaksanakan (Pasal 26 ayat (2) UU PPLH)). Jadi, ada tiga poin terkait informasi Amdal,
yaitu: transparan, lengkap, dan sebelum pelaksanaan kegiatan. Dalam UU Ciptaker,
ayat ini dihapus.

Anda mungkin juga menyukai