Anda di halaman 1dari 7

Nama : Siti romelah

Nim : 180710101102

Matkul : Hukum Lingkungan

Kelas : E

Bagian Pertama Penghantar Hukum Lingkungan

1. Yuris hukum lingkungan seperti H.,J..J. Leenen, Th.G. Drupsten, dan SITI
Sundari Rangkuti, menyatakan bahwa hukum lingkungan termasuk matakuliah
hukum fungsional (functionele rechtsvakken). Jelaskan pengertian dari pernyataan
tersebut?
Jawab:
Hukum lingkungan merupakan bagian hukum administrasi. Namun disamping itu,
hukum lingkungan mengandung pula aspek hukum perdata, pidana, pajak,
internasional serta tata ruang, sehingga tidak dapat digolongkan kedalam
pembidangan hukum klasik. Hukum lingkungan memiliki sifat terobosan dari
mata kuliah-mata kuliah hukum tradisional, sehingga digolongkan kedalam mata
kuliah hukum fungsional. Dengan demikian, dari segi substansi, pembidangan
hukum lingkungan terdiri atas: hukum lingkungan administratif, hukum
lingkungan keperdataan, hukum lingkungan kepidanaan, hukum lingkungan
perpajakan, hukum lingkungan internasional yang berkembang menjadi disiplin
ilmu hukum tersendiri serta hukum penataan ruang

INSTRUMEN HUKUM LINGKUNGAN SEBAGAI SARANA PENCEGAHAN


PENCEMARAN LINGKUNGAN Oleh : A’ an Efendi, SH, MH

Bagian Kedua Asas-Asas Umum Kebijaksanaan Lingkungan

2. Jelaskan pengertian dari masing-masing asas-asas umum kebijaksanaan lingkungan


tersebut?

Jawab:

a. Asas penanggulangan pada sumbernya (abatement at the source) merupakan sebuah


asas yang didalamnya memuat bagaimana cara untuk mengngelola lingkungan yang
dijadikan sebagai prioritas utama yaitu upaya dalam pencegahan atau upaya
preventif guna mencegah terjadinya pencemaran dan/atau perusakan lingkungan.
Upaya yang dilakukan dalam pencegahan tersebut dipandang lebih menguntungkan
dari pada upaya penanggulangan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan yang
telah diterapkan sebelumnya, sesuai dengan ungkapan: "mencegah lebih baik dari
pada mengobati". Asas penanggulangan pada sumbernya telah terwujud dalam
kewajiban perizinan bagi perbuatan-perbuatan tertentu dengan berbagai macam
persyaratannya yang berfungsi sebagai sarana untuk pencegahan ataupun
pencemaran lingkungan.
A'an Efendi,ASAS-ASAS UMUM KEBIJAKSANAAN LINGKUNGAN DALAM UNDANG-
UNDANG NO.32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN
LINGKUNGAN HIDUP (UUPPLH), Jurnal Yustika, volume 14, nomor 1, juli 2011, h.
27

b. Asas Sarana Praktis Yang Terbaik/Sarana Teknis Yang Terbaik (best practicable
means/best technical means= the Best Available Technology (BAT)="alara principle"
('as low as reasonably achieveable") Asas sarana praktis yang ter~ baik/sarana teknis
yang terbaik ('the best practicable mean "/"the best tecnical mean") sebuah asas yang
menekankan bahwa sarana yang telah diterapkan untuk menanggulangi pencemaran
dan kerusakan lingkungan merupakan suatu sarana yang dianggap praktis dan paling
efektif, sekaligus dilihat dari segi ekonomi sarana tersebut dapat diterima langsung
oleh masyarakat setempat. Asas sarana praktis yang terbaik/sarana yang teknis yang
terbaik juga menerapkan sebuah penggembangan teknologi yang bersih dan ramah
lingkungan , dengan dikembangkannya teknologi tersebut pencemaran dan kerusakan
lingkungan dapat terhindari. Disamping itu, dilihat dari sisi ekonomi juga dapat
menguntungkan bagi para pelaku usaha dan masyarakat sekitarnya.

Suparto Wijoyo, Refleksi Matarantai Pengaturan Hokum Pengelolaan Lingkungan Secara


Terpadu (Studi Kasus Pencemaran Udara), Op.Cit, h.l45.

c. Asas pencemar membayar, pada prinsipnya pencemaran membayar diterapkan guna


memberikan peringatan secara tegas untuk masyarakat setempat agar tidak
melakukan pencemaran dan kerusakan lingkungan. Peringatan yang dilakukan secara
tegas diantaranya yaitu dikenai biaya pajak atau pungutan, seperti misalnya : air
pollution fee, water pollution fee, dan lain-lain. Pada pasal 34 ayat (1) menetapkan
setiap perbuatan melanggar hukum berupa pencemaran dan/atau perusakan
lingkungan hidup yang menimbulkan kerugian pada orang lain atau lingkungan
hidup, mewajibkan penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan untuk membayar ganti
rugi dan atau melakukan tindakan tertentu. Pada pasal tersebut diwajibkan kepada
pencemar dan/atau perusak lingkungan untuk membayar ganti rugi pada korban
pencemaran lingkungan sebagaimana diterapkan pada pasal 34 ayat (1).

Siti Sundari Rangkuti, 2008, lnstrumen Hokum Pengelolaan Lingkungan, dimuat dalam
buku Dinamika Perkembangan Hokum Tata Negara dan Hokum Lingkungan, Edisi
Khusus, Kumpulan Tulisan Dalam Rangka Purnabakti Prof. Dr. Siti Sundari Rangkuti,
S.H., Airlangga University Press, Surabaya, h.97.

d. Asas cegat tangkal merupakan asas yang dikehendaki untuk terjaganya suatu
kompartemen atau wilayah tertentu atas terjadinya pencemaaran dan kerusakan
lingkungan. Pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh tidak terjaganya
lingkungan yang bersih, akibatnya akan menimbulkan berbagai masalah yang akan
mengancam kesehatan masyarakat setempat. Timbulnya pencemaran disuatu wilayah
tertentu harus diisolir agar tidak merembet kewilayah yang belum tercemar. Prinsip
cegat tangkal ini sangat didukung oleh masyarakat, karena selain dapat mengatasi
pencemaran lingkungan juga dapat mengatasi masalah peridustrian. Mengingat
bahwa sampai saat ini usaha perindustrian banyak menuai berbagai masalah, seperti
masalah pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh dampat negatif dari limbah
industri. Oleh karena itu prinsip cegat tangkal juga berupaya untuk mengatasi
dampak negative tersebut dengan cara ’’ tanggap dan tanggulangi’’.
Suparto Wijoyo, Refleksi Matarantai Pengaturan Hukum Pengelolaan Lingkungan Secara
Terpadu (Studi Kasus Pencemaran Udara), Op.Cit, h. 152.

e. Prinsip perbedaan regional (principle of regional differentiation) dengan


menggunakan prinsip perbedaan regional ini dapat diartikan bahwasannya didalam
pengelolaan lingkungan disetiap tempat itu berbeda. Pengelolaan lingkungan
dilakukan sesuai dengan situasi dan kondisi di tempat masing-masing penggelolaan.
Maka dari itu dilihat dari segi kenyataanya bahwa adanya ketidaksamaan dalam
proses pengelolaan lingkungan dari satu wilayah kewilayah yang lainnya. Penerapan
prinsip perbedaan regional didalam hukum lingkungan dapat dilihat dari pengelolaan
kualitas lingkungan melalui penetapan baku mutu lingkungan. Baku mutu lingkungan
sendiri merupakan suatu sarana atau upaya dalam pencegahan atau kerusakan
lingkungan. Didalam menentukan batu mutu harus disesuaikan dengan kondisi
masing-masing wilayah, dengan demikan penentuan baku mutu disetiap wilayah akan
berbeda sesuai dengan keadaan daerahnya.

Bagir Manan, 1997, Fungsi Peraturan Perundang-undangan, dalam Bagir Manan dan
Kuntana Magnar, Beberapa Masalab Hukum Tata Negara Indonesia, Edisi Revisi,
Alumni, Bandung, h.ll4-115.

f. Asas beban pembuktian terbalik, dengan adanya asas pembuktian terbalik maka dapat
diartikan bahwa: barang siapa yang melakukan kegiatan wajib untuk dapat
menunjukan bahwa kegiatannya tidak merugikan lingkungan setempat. Penerapan
beban pembuktian terbalik ini juga dikenal dinegara eropa maupun anglo-amerika.
Adapun alasan yang diterapkan didalam asas beban pembuktian terbalik yang
dilandasi oleh: pertumbuhan industri selain memberikan keuntungan bagi
indutriawan juga tidak terlepaskan oleh adanya dampak negative didalam kehidupan
social. Asas beban pembuktian terbalik juga menerapkan konsekuensi logis dari
pergeseran konsep yang tanggung gugatnya berdasarkan kesalahan tanggung gugat
mutlak. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan pembuktian kesalahan
tergugat, maka dikenalkan konsep tanggung gugat mutlak yang tidak perlu untuk
membuktikan kesalahan tergugat. Penerapan asas tanggung gugat mutlak biasanya
didampingi dengan adanya ketentuan tentang ’’beban pembuktian terbalik’’
(omkering der bewijslast), yaitu kewajiban untuk membayar asuransi dan penerapan
plafon (ceiling) yaitu batas maksimum ganti kerugian.

siti Sundari Rangkuti, Hukum Lingkungan dan Kebijaksanaan Lingkungan Nasional,


op.cit, h.l23.

3. Bagaimana penormaan dari masing-masing asas umum kebijaksanaan lingkungan


tersebut dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup?

Jawab :

a. pernomaan asas penanggulangan pada sumbernya, didalam asas penanggulangan pada


sumbernya terdapat kewajiban perizanan bagi perbuatan-perbuatan tertentu dengan
berbagai macam persyaratannya yang berfungsi sebagai sarana pencegahan pencemaran
lingkungan. Izin lingkungan ini sendiri merupakan sebuah instrument pencegahan
pencemaran lingkungan.

b. penormaan asas sarana praktis yang terbaik/sarana teknis yang terbaik, yaitu
merupakan pengelolaan lingkungan yang harus dilakukan dengan pengembangan
teknologi bersih dan ramah lingkungan. Dengan diterapkannya teknologi yang bersih dan
ramah lingkungan ini kemungkinan besar dapat terhindarkan dari pencemaran
lingkungan, dan disamping itu penerapan teknologi tersebut juga dapat memberikan
keuntungan bagi pelaku usaha dan atau kegiatan.

c. penormaan asas pencemar membayar, pada intinya setiap pencemar harus memikul
biaya pencemaran lingkungan yang ditimbulkan oleh kegiatan yang merugikan
lingkungan tersebut. Dengan diterapkannya prinsip pencemar membayar (polluter pays
principle) maka dikembangkan juga instrument ekonomik melalui pajak atau pungutan
(pollution charges) seperti misalnya: air pollution fee, water pollution fee, dan lai-lain,
yang tujuannya adalah unutk membiayai upaya-upaya pengendalian pencemaran
lingkungan.

d. penormaan asas cegat tangkal, kewajiban untuk menjaga wilayah dari pencemaran
lingkungan, serta menerapkan lingkungan yang bersih dan ramah lingkungan. Terjadinya
pencemaran lingkungan disuatu wilayah tertentu harus diisolir agar tidak merembet
kewilayah lain yang belum tercemar oleh limbah-limbah industri. Mengingat bahwa
dunia industri saat ini banyak menimbulkan masalah-masalah baru yang disebabkan oleh
dampak negative dari limbah industri. Prinsip cegat tangkal ini memiliki upaya atau cara
untuk mengatasi timbulnya limbah industri yaitu dengan cara ’’ tanggap dan
tanggulangi’’ yang lebih bersifat represif.

e. penormaan asas perbedaan regional, setiap wilayah memiliki situasi dan kondisi yang
berbeda didalam melakukan pengelolaan lingkungan hidup, maka dari itu penerapan
pengelolaan lingkungan disetiap wilayah berbeda-beda dan tidak bisa disamakan.
Penerapan asas perbedaan regional dalam lingkungan hidup dapat dilihat dari bagaimana
cara pengelolaan kualitas lingkungan melalui penetapan baku mutu lingkungan. Baku
mutu lingkungan sendiri merupakan sebuah sarana dalam pencegahan pencemaran
lingkungan. Baku mutu lingkungan diterapkan sesuai dengan wilayah masing-masing
daerah, dengan demikian penentuan baku mutu daerah satu dengan daerah yang lainnya
bisa saling berbeda sesuai dengan keadaan daerahnya.

f. penormaan asas beban pembuktian terbalik, didalam penormaan asas beban


pembuktian terbalik ditekankan bahwa: barang siapa yang melakukan kegiatan wajib
menunjukan bahwa kegiatannya tidak merugikan lingkungan atau memang merugikan.
Untuk mengatasi kesulitan didalam pembuktian kesalahan tergugat dikenalkan konsep
tanggunggugat mutlak yang tidak perlu membuktian kesalahan tergugat, tanggung gugat
timbul seketika pada saat terjadinya perubahan.

A'an Efendi,ASAS-ASAS UMUM KEBIJAKSANAAN LINGKUNGAN DALAM UNDANG-


UNDANG NO.32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN
LINGKUNGAN HIDUP (UUPPLH), Jurnal Yustika, volume 14, nomor 1, juli 2011, h.
27

Bagian Ketiga Kelembagaan dan Wewenang Pengelolaan lingkungan

4. Jelaskan pengertian tugas dan wewenang pemerintah dalam pengelolaan lingkungan


dilaksanakan dan /atau dikoordinasikan oleh menteri dan apa implikasi hukumnya
dalam kewenangan pengelolaan lingkungan pada tingkat pusat?

Jawab:
a.menetapkan kebijakan nasional;  
b. menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria; 
c. menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai RPPLH nasional; 
d. menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai KLHS;  
e. menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL;  
f. menyelenggarakan inventarisasi sumber daya alam nasional dan emisi gas rumah kaca; 
g. mengembangkan standar kerja sama; 
h. mengoordinasikan dan melaksanakan pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan hidup;  
i. menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai sumber daya alam hayati dan
nonhayati, keanekaragaman hayati, sumber daya genetik, dan keamanan hayati produk
rekayasa genetik; 
j. menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai pengendalian dampak perubahan
iklim dan perlindungan lapisan ozon; 
k. menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai B3, limbah, serta limbah B3; 
l. menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai perlindungan lingkungan laut; 
m. menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan hidup lintas batas negara; 
n. melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan nasional,
peraturan daerah, dan peraturan kepala daerah; 
o. melakukan pembinaan dan pengawasan ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau
kegiatan terhadap ketentuan perizinan lingkungan dan peraturan perundang- undangan;  
p. mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup;  
q. mengoordinasikan dan memfasilitasi kerja sama dan penyelesaian perselisihan
antardaerah serta penyelesaian sengketa;  
r. mengembangkan dan melaksanakan kebijakan pengelolaan pengaduan masyarakat;  
s. menetapkan standar pelayanan minimal; 
t. menetapkan kebijakan mengenai tata cara pengakuan keberadaan masyarakat hukum
adat, kearifan lokal, dan hak masyarakat hukum adat yang terkait dengan perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup;  
u. . mengelola informasi lingkungan hidup nasional; 
v. mengoordinasikan, mengembangkan, dan menyosialisasikan pemanfaatan teknologi
ramah lingkungan hidup; 
w. memberikan pendidikan, pelatihan, pembinaan, dan  penghargaan;  
x. mengembangkan sarana dan standar laboratorium lingkungan hidup; 
y. menerbitkan izin lingkungan;  
z. menetapkan wilayah ekoregion; dan  
aa.melakukan penegakan hukum lingkungan hidup.

Implikasinya adalah akan memberikan pengaruh yang berbeda kepada manusia, pejabat
dan apparat penegak hukum, karena mereka akan sadar bahwa mereka hanya dapat hidup
jika sumber hidup mereka ada dan terjaga kualitasnya. Pada gilirannya jika’ibu
kehidupan’(mother of life) mereka dirusak atau dicemari pasti akan terganggu pikiran
dan hati mereka dan akan berusaha sekuat tenaga untuk menghentikan sang
pembunuh/perusak/pencemar/sumber kehidupanya.

LAODE M. SYARIF., ANDRI G. WIBISANA, Hukum Lingkungan Teori, Legislasi dan


Studi Kasus,h.xvii

https://www.profauna.net/id/content/uu-no-32-tahun-2009-tentang-perlindungan-dan-
pengelolaan-lingkungan-hidup.
5. Bagaimanakah kelembagaan dan wewenang pengelolaan lingkungan di Belanda?

Jawab:

Penegakan hukum, yang sering disebut dengan law enforcement (Inggris) ataupun
rechtshandeling (Belanda), seringkali hanya dikaitkan dengan force sehingga hanya
bersangkutan dengan hukumpidana saja. Pikiran seperti ini diperkuat dengan kebiasaan
yang menyebut penegak hukum itu hanya polisi, jaksa dan hakim.Handhaving menurut
Notitie Handhaving Millieurecht, 1981 adalah pengawasan dan penerapan (atau dengan
ancaman) penggunaan instrument administrative, kepidanaan atau keperdataan dicapailah
penataan ketentuan hukum dan peraturan yang berlaku umum dan individual.

St. Munadjat Danusaputro, Hukum Lingkungan Buku I: Umum, Binacipta, Bandung,


1980, hal. 46.

Soerjono Soekanto, Faktor-faktor yang mempengaruhi Penegakan Hukum, Rajawali,


Jakarta, 1986, hal. 3.

6. Bagaimanakah kelembagaan dan wewenang pengelolaan lingkungan di jepang?

Jawab:

APCL Jepang mengatur persyaratan perizinan lingkungan untuk mengendalikan


pencemaran lingkungan pada Pasal 18-18.3 APCL tentang “Report of the Establishment
of Particulates Discharging Facility.16

Suparto Wijoyo: Persyaratan perizinan lingkungan dan arti pentingnya 107

8. Jelaskan apa yang dimaksud system perizinan perlindungan dan pengelolaan


lingkungan bersifat sektoral, apa kelemahannya dalam pengelolaan lingkungan,dan
bagaimana harus mengatasi kelemahan tersebut?

Jawab:

Sistem perizinan perlindungan dan pengelolaan lingkungan merupakan suatu konsep


keterpaduan perizinan di bidang lingkungan hidup, yang didalamnya mencangkup
seluruh peraturan perundang-undangan bidang lingkungan hidup yang seharusnya
sinkron. Hal ini merupakan langkah utama dalam menuju system perizinan terpadu pada
bidang lingkungan hidup di Indonesia. Namun pada saat ini, justru malah sebaliknya
yaitu untuk perizinan pada masing-masing sector seperti kehutanan, perkebunan dan
pertambangan diatur oleh UU tersendiri. Selain mempersoalkan tentang substansi system
perizinan, pengaturan masing-masing sector dalam UU tersediri semakin menumbuhkan
sikap ’’ego sektoral’’ dalam penyelenggaraan perizinan lingkungan. Di Indonesia,
undang-undang cenderung bersifat sektoral karena didalam draft RUU datang dari
kementerian masing-masing. Akibatnya undang-undang kehutanan adalah milik
kementerian kehutanan.

Apa kelemahan dalam pengelolaan lingkungan?

Jawab : Kelemahannya adalah terjadinnya tumpang tindih diantaranya dan saling


menang-menangan, keinginan sinergis jauh dari jangkaun, pengelolaan sumberdaya alam
menunjukan menang kalah.

Bagaimana cara mengatasi kelemahan tersebut?


Jawab: Caranya yaitu melakukan pendekatan secara terpadu atau utuh yang harus
diterapkan oleh hukum untuk mengatur lingkungan hidup manusia secara tepat dan baik.
System pendekatan ini telah melandasi perkembangan hukum lingkungan diindonesia.
Lusiana Tijow, KEBIJAKAN HUKUM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI INDONESIA, (Fakultas Ilmu
Sosial Universitas Negeri Gorontalo, Gorontalo), h. 2.

7. Secara umum instrument yang digunakan dalam pengelolaan lingkungan meliputi


instrument sarana pengaturan langsung dan instrument ekonomik. Jelaskan pengertian
dari dua instrument pengelolaan lingkungan tersebut?

Jawab:

Hukum lingkungan berisi tentang kebijaksanaan lingkungan yang bertujuan untuk


mencegah pencemaran lingkungan. Sarana utama yang berfungsi sebagai sarana
pencegahan pencemaran lingkungan adalah pengaturan langsung dan instrumen
ekonomik.
A’ an Efendi, SH, MH, INSTRUMEN HUKUM LINGKUNGAN SEBAGAI SARANA PENCEGAHAN
PENCEMARAN LINGKUNGAN, h. 47.

9. Nama resmi Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 adalah Undang-Undang No. 32


Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Berikan kritikan
atas nama undang-undang tersebut (Perlindungan Lingkungan Hidup di bawah ini).

Jawab: Undang-Undang No. 32 Tahun 2009, merupakan Undang-Undang atau peraturan


yang sangat baik diterapkan dalam penyelenggaraan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup. Karena Undang-Undang tersebut selain untuk mengatur pengelolaan
lingkungan hidup juga memberikan upaya yang sangat sistematis dan terpadu untuk
mencengah terjadinya pencemaran lingkungan, seperti misalnnya perencanaan,
pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum.

https://referensi.elsam.or.id/2015/04/uu-nomor-32-tahun-2009-tentang-perlindungan-dan-
pengelolaan-lingkungan-hidup-2

10.Materi muatan dalam Pasal 92 (3) di atas tidak konssisten dengan apa yang ada dalam
Pasal 1 angka 27. Berikan analisis ketidakkonsistenan dua pasal dalam undang-undang
No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup tersebut?

Jawab:

Alasan ketidakkonsistenan dua pasal dalam UU No. 32 Tahun 2009 tentang PPLH adalah
menurut pasal 1 angka 27 bertentangan dengan pasaal 92 ayat (3) karena pasal 1 angka
27 memberikan pengertian tentang organisasi lingkungan hidup dengan menitik tekankan
pada tujuan dan kegiatannya berkaitan dengan lingkungan hidup. Namun ditentang pada
pasal 92 ayat 3 huruf b yang menyatakan bahwa dasarnya organisasi tersebut didirikan
untuk kepentingan pelestarian fungsi lingkungan hidup. Maka dari itu dapat dikatakan
kedua pasal dalam uu no 32 tahun 2009 ini tidak konsisten.

Anda mungkin juga menyukai