Anda di halaman 1dari 146

HUKUM ADAT

• DR. DOMINIKUS RATO, S.H., M.Si

• DOSEN FAKULTAS HUKUM UNEJ

• 2018
Kontrak Perkuliahan
A) Waktu : tepat waktu – pretest dan posttest
B) Evaluasi :
1. UTS = 30 %
2. UAS = 30 %
3. LAIN-LAIN = 10 %
4. QUIS = 10 %
5. TUGAS = POSTEST DAN PRETEST =
20 %
C) Sumber Baca
KOMPETENSI DASAR = AKHIR SEMESTER
• MAHASISWA MENGUASAI RUANG LINGKUP
SUBSTANSI HUKUM ADAT SEBAGAI LANDASAN
UNTUK PELAKSANAAN TUGAS PROFESI HUKUM DAN
PENELITIAN BIDANG HUKUM SERTA TUGAS-TUGAS
LAIN YANG RELEVAN DENGAN PROFESI HUKUM.
• STANDARD KOMPETENSI :
1. PENGERTIAN HUKUM ADAT
2. SEJARAH HUKUM ADAT
3. RUANG LINGKUP HUKUM ADAT
4. DASAR HUKUM BERLAKUNYA HUKUM ADAT
5. MASYARAKAT HUKUM ADAT & HAK ULAYAT
6. BIDANG-BIDANG HUKUM ADAT.
STANDARD KOMPETENSI = MATERI POKOK
• ADA 6 MATERI POKOK BAHASAN:
• DENGAN 10 SUBPOKOK BAHASAN
– MASING-MASING POKOK BAHASAN DAN SUBPOKOK BAHASAN
MERUPAKAN SATU KESATUAN SEHINGGA UNTUK MENGUASAI
MATERI DI BELAKANG SEBAIKNYA MENGUASAI DI DEPANNYA
• 10 SUBPOKOK BAHASAN:
• PENGERTIAN, TUJUAN, DAN MANFAAT
• KONSEP DASAR HUKUM ADAT
• SEJARAH HUKUM ADAT
• DASAR HUKUM BERLAKUNYA HUKUM ADAT
• BENTUK HUKUM ADAT
• SIFAT HUKUM ADAT
• KEKUATAN BERLAKUNYA HUKUM ADAT
• AZAS-AZAS HUKUM ADAT
• TUJUAN DAN FUNGSI HUKUM ADAT
• MASYARAKAT HUKUM ADAT
• BIDANG-BIDANG HUKUM ADAT
KONSEP-KONSEP DASAR HUKUM ADAT

• ADAT – ISTIADAT = KEBIASAAN (KEBUDAYAAN /


PERADABAN)
• HUKUM ADAT
• MASYARAKAT (HUKUM) ADAT
• HAK-HAK MASYARAKAT (HUKUM) ADAT
• HAK ULAYAT
• LEGAL CONCEQUENCE = KONSEKUENSI HUKUM
• FUNGSIONARIS HUKUM
• HARMONI
BAHAN BACAAN
1. DOMINIKUS RATO, 2009, PENGANTAR HUKUM ADAT.
JOGYAKARTA: LAKSBANG
2. ---------------, 2013, HUKUM ADAT: SUATU PENGANTAR.
SURABAYA: LBS
3. KRMH. SOERIPTO, 1972, HUKUM ADAT. JEMBER: FH.
UNEJ.
4. SUROJO WIGNJODIPURO, 1976, PENGANTAR DAN AZAS-
AZAS HUKUM ADAT. BANDUNG: ALUMNI
5. BUSHAR MUHAMMAD, 1978, PENGANTAR HUKUM ADAT.
BANDUNG: ALUMNI
6. TER HAAR, 1904, PENGANTAR DAN SUSUNAN HUKUM
ADAT. JAKARTA: PRADNJA PARAMITA.
7. SUPOMO, 1950, BAB-BAB TENTANG HUKUM ADAT.
JAKARTA: PRADNJA PARAMITA.
KONSEP HUKUM ADAT
• APAKAH HUKUM (ADAT) DAPAT
DIPISAHKAN DARI MASYARAKAT?
• APAKAH HUKUM ADAT SAMA DENGAN
ADATRECHT?
• APAKAH HUKUM ADAT SAMA DENGAN
HUKUM KEBIASAAN?
• APAKAH ADATRECHT SAMA DENGAN
HUKUM KEBIASAAN?
KONSEP-KONSEP DASAR HUKUM ADAT
• HUBUNGAN HUKUM DAN MASYARAKAT:
– Von savigny = hukum sebagai bagian yang
tidak terpisahkan dari masyarakat =
diibaratkan dengan jiwa dan raga;
masyarakat wadah dan hukum rohnya =
volkgeeist
– Cicero = ubi societas ibi ius = dimana ada
masyarakat disitu ada hukum
– Utrecht = hukum adalah gejala sosial
– Satjipto Rahardjo = hukum tidak dapat lepas
dari konteks sosial budayanya
• Anthony Allot = the ghoost law = hukum hantu
• The rule by law X The Rule of Law =
The rule of law = kekuasaan berdasarkan hukum atau
kekuasaan hukum
The rule by law = hukum sebagai alat kekuasaan
• Das recht wirdt nicht gemacht, es ist und wird mit dem
volk = hukum itu tidak dibuat, ia ada, hidup, tumbuh,
dan berkembang bersama masyarakat = volkgeest =
PUCHTA = murid dari VON SAVIGNY
• Paradigm shift = pergeseran paradigma = perubahan
pola pikir/falsafah
KONSEP
 A.H Post = “Es gibt kein volk der Erde, welches
nicht die Anfange eines Rechtes bessase”
(sekecil/sesederhana apapun masyarakatnya
hukum menjadi cerminnya, karena tidak ada suatu
masyarakat hidup tanpa hukum) = teori cermin.
 Van Apeldoorn = “Rechts is er over de gehele
wereld, overall waar een samenleving van mensen
ist.” Hukum mengatur lalu lintas hubungan antar
manusia, sekecil atau sesederhana apapun hokum
itu = teori gejala sosial
 Jeremi Bentham = the living law = hukum yang
hidup dalam masyarakat
• Kesimpulan = Hukum (Adat) Tidak Dapat Dipisahkan
Dengan/Dari Masyarakat
ADAT – ISTIADAT = KEBIASAAN
• APA ITU HUKUM ADAT?
A) MENURUT ETIMOLOGI = HUKUM ADAT TERDIRI
DARI HUKUM DAN ADAT SEBAGAI TERJEMAHAN
DARI ADATRECHT = SNOUCK HURGRONJE =
ABDUL GAFFAR = HUKUM ADAT
1) HUKUM = RECHT = IUS = BAIK TERTULIS
MAUPUN TIDAK TERTULIS. TERTULIS = LEGE
= UNDANG2; YURISPRUDENSI
2) HUKUM TIDAK TERTULIS = HUKUM KEBIASAAN
= GEWOONTE RECHT = KEBIASAAN –
KEBIASAAN DALAM MASYARAKAT
(PERDAGANGAN) = PASAL 1571, 1578, 1583,
1585, 1586 BW); (CONVENTION = KEBIASAAN
DALAM KETATANEGARAAN).
KONSEP DASAR
1) HUKUM ADAT TIDAK SAMA DENGAN HUKUM
KEBIASAAN. HUKUM ADAT = ADATRECHT,
SEDANGKAN HUKUM KEBIASAAN =
GEWOONTERECHT. HUKUM ADAT HUKUM ASLI
BANGSA INDONESIA; HUKUM KEBIASAAN BERADA DI
SELURUH MASYARAKAT DI DUNIA.
2) HUKUM ADAT = HUKUM ASLI BANGSA INDONESIA,
SEBAGIAN BESAR TIDAK TERTULIS, YANG BERASAL
DARI HUKUM MELAYU-POLYNESIA DAN DISANA-SINI
HUKUM AGAMA.
3) ETNIS MELAYU-POLYNESIA = PERPADUAN ETNIS
DEUTERO MELAYU (HINDIA BELAKANG = SRILANKA)
DENGAN PROTO MELAYU (UTARA, INDOCHINA)
PERBANDINGAN
ASPEK HUKUM ADAT ADATRECHT
BENTUK HUKUM TIDAK TERTULIS DIATUR DALAM
DALAM BENTUK PER- PASAL 131 JO 163
UNDANG2AN IS
SUBSTANSI HUKUM ASLI BANGSA HUKUM ORANG
MELAYU-POLYNESIA TIMUR ASING DAN
(PRIBUMI/BUMI PUTRA) PRIBUMI
DEFINISI HUKUM ADAT
B) MENURUT PARA SARJANA:
1) TER HAAR = 1930 = hukum adat lahir dari dan dipelihara oleh
keputusan-keputusan; keputusan para warga masyarakat,
terutama keputusan berwibawa dari kepala-kepala rakyat yang
membantu pelaksanaan perbuatan-perbuatan hukum; atau-
dalam hal pertentangan kepentingan – keputusan para hakim
yang bertugas mengadili sengketa, sepanjang keputusan-
keputusan itu – karena kewenangan atau kurang pengertian –
tidak bertentangan dengan keyakinan hukum rakyat, melainkan
senapas seirama dengan kesadaran = sosiologis tersebut,
diterima/diakui setidak-tidaknya ditoleransikan olehnya.
2) 1937 = hokum adat itu – dengan mengabaikan bagiannya yang
tertulis yang terdiri dari peraturan-peraturan desa, surat-surat
perintah raja – adalah keseluruhan peraturan yang menjelma
dalam keputusan-keputusan para Fungsionaris Hukum =
kepastian (dalam arti luas) yang mempunyai wibawa (macht,
authority) dan pengaruh serta yang dalam pelaksanaannya
berlaku serta merta (spontan) dan dipatuhi dengan sepenuh hati
= TEORI KEPUTUSAN = BESLISSINGENLEER = (AJARAN
TENTANG KEPUTUSAN)
PARADIGM SHIFT = PERGESERAN PARADIGMA
• Mengapa?

a) Sebelum tahun 1937 = ter Haar seorang akademisi, belum dipengaruhi


oleh politik

b) Penganut sosiologis

c) Sesudah 1937 = hakim – berorientasi pada kepentingan negara –


politik

d) Penganut positivisme

e) Perbedaan pada konsep = keyakinan hukum rakyat atau kesadaran


hukum

f) Kesadaran hukum = abstrak, tidak ada kepastian

g) Keputusan fungsionaris hukum = ada kepastian


DEFINISI HUKUM ADAT = TER HAAR, BZN
3) DEFINISI TER HAAR = TEORI KEPUTUSAN
(BESSLISSINGENLEER) = HUKUM ADAT ITU LAHIR DARI
KEPUTUSAN PARA FUNGSIONARIS HUKUM (TUAN
TANAH, KEPALA SUKU, KETUA ADAT, HAKIM ADAT) =
EXISTENSIAL MOMENT DARI HUKUM = SAAT LAHIRNYA
HUKUM
4) MENGAPA? = TER HAAR PENGANUT POSITIVISME
a) Definisi pertama, tahun 1930 dalam pidato yg berjudul
“Peradilan Landraad berdasarkan hokum tidak tertulis.”
b) Dan yang kedua yaitu pada orasi ilmiah pada tahun 1937.
Pidato orasinya itu berjudul “Hukum Adat Hindia Belanda di
dalam ilmu dan praktik dan pengajaran.” = ada perubahan.
• Artinya pandangan ter Haar itu mendalam dan
penuh perhatian dan pengertian, terbukti dari
kata-katanya bahwa setiap hakim wajib
mengambil keputusan menurut Hukum Adat,
wajib menyadari sedalam-dalamnya tentang
sistim/stelsel Hukum Adat, kenyataan social
serta tuntutan keadilan dan kemanusiaan untuk
dapat melakukan tugasnya dengan baik dan
benar.
• Jadi, ter Haar tidak melupakan hokum yang hidup
dalam kenyataan hidup sehari-hari dari masyarakat
hokum adat di Indonesia. Suatu kenyataan hidup yang
dilandasi oleh alam pikiran yang khas, yaitu
pandangan hidup atau pandangan dunia manusia
Indonesia tentang diri dan lingkungannya.

• MENURUT SUPOMO = hukum yang tidak tertulis di


dalam peraturan-peraturan legislative (unstatutory
law) meliputi peraturan-peraturan hidup yang
meskipun tidak ditetapkan oleh yang berwajib, toh
ditaati dan didukung oleh rakyat berdasarkan atas
keyakinan bahwa sahnya aturan-aturan tersebut
mempunyai kekuatan hokum.
DEFINISI HUKUM ADAT
• Guna menghindari salah pengertian, maka istilah
hokum adat ini dipakai sebagai sinonim dari hokum:
• HUKUM ADAT = UNSTATUTORY LAW = Hukum
yang tidak tertulis di dalam peraturan legislative
(undang-undang);
• HUKUM ADAT = CONVENTION = hokum yang hidup
sebagai konvensi di badan-badan hokum negara
(parlemen, dewan-dewan provinsi, dan sebagainya) =
hukum kebiasaan;
• HUKUM ADAT = JUDGE MADE LAW /
YURISPRUDENSI = hokum yang timbul karena
putusan-putusan hakim;
• HUKUM ADAT = CUSTOMARY LAW = hokum yang
hidup sebagai peraturan kebiasaan yang
DEFINISI SOEPOMO
• SOEPOMO = TEORI INTEGRASI = HUKUM ADAT MERUPAKAN
INTEGRASI DARI HUKUM-HUKUM TIDAK TERTULIS YAITU
UNSTATUTORY LAW, CONVENTION, JUDGE MADE LAW, DAN
CUSTOMARY LAW

• HUKUM ADAT = MEMPUNYAI ARTI YANG SANGAT LUAS.

• MENGAPA?

• SOEPOMO = MENGINTEGRASIKAN PANDANGAN ASLI YAITU HUKUM


ADAT (ADATRECHT = asli) DAN MENERIMA (MENGAKOMODASI)
HUKUM KEBIASAAN (GEWOONTERECHT = asing)

• DITOLAK = KARENA TERLALU LUAS

• MEMBINGUNGKAN
SOEPOMO
• HUKUM ADAT = HUKUM KEBIASAAN
• HUKUM ADAT = CONVENTION
• HUKUM ADAT = JURISPRUDENSI
• HUKUM ADAT = UNSTATUTORY LAW
SELAIN SOEPOMO
• HUKUM ADAT = CONVENTION
• HUKUM ADAT = KEBIASAAN
• MENURUT DJOJODIGOENO = hukum adat adalah hukum yang tidak bersumber kepada
peraturan-peraturan (hukum adat itu tidak bersumber dari peraturan perundang-
undangan yang dibuat oleh Lembaga Legislatif = undang-undang).

• Hukum adalah suatu karya masyarakat tertentu yang bertujuan untuk menata kehidupan
sosial menuju masyarakat yang adil dalam perilaku dan perbuatan orang dalam
perhubungan pamrihnya (bertujuan) serta kesejahteraan masyarakat itu sendiri yang
menjadi substratumnya (dasar/alasnya).

• Dalam definisi diatas ditemukan tiga komponen hukum yaitu:

– Karya masyarakat tertentu: menunjuk adanya hukum positif.

– Tujuan hukum menggambarkan tujuan masyarakatnya: tata/keteraturan, keadilan,


kesejahteraan masyarakat yang menjadi dasar/alasnya atau wadahnya.

– Hukum: menunjuk kepada segi perilaku dan perbuatan orang di dalam


perhubungan pamrihnya/zakelijk (tujuan) dalam hidup bermasyarakat.

• Hukum adat = ius constituendum; sebab begitu dilaksanakan hukum itu tinggal bekasnya
saja.
• Menurut Hazairin = hokum adat adalah keseluruhan lapangan hokum yang
mempunyai hubungan dengan kesusilaan, langsung ataupun tidak
langsung. Dengan demikian dalam sistim hokum yang sempurna tidak ada
tempat bagi sesuatu yang tidak selaras atau bertentangan dengan
kesusilaan. Analisis Hazairin ini memberi pemahaman kepada kita yang
agak lain dari biasanya:

• Pertama: Hazairin hendak menghilangkan garis pembatas antara hokum


dan kesusilaan. Menurut beliau tidak ada perbedaan yang hakiki antara
hokum adat dengan kesusilaan. Dengan kata lain bahwa segala macam
hokum yang ada, yaitu segala macam peraturan dalam hidup
kemasyarakatan yang mendapat pengakuan umum dalam masyarakat itu
bersumber dari kesusilaan;
• Kedua: norma kesusilaan = norma adat – diberikan pemeliharaannya
kepada kebebasan pribadi yang dibatasi dan diarahkan pada suatu
ancaman paksaan, yaitu hukuman, pidana, penguat hokum;

• Ketiga: faham Hazairin disesuaikan dengan faham rakyat, yaitu baik dalam

• arti (adat) sopan santun maupun dalam arti hokum.

Dengan demikian, semua hukum yang bertentangan dengan moral tidak


memiliki kekuatan memaksa. Jika pun ia memiliki kekuatan memaksa, maka
paksaannya itu tentu bersifat represif. Hukum yang demikian, adalah hukum
yang baik bukan hukum yang benar. Hukum yang benar adalah hukum yang
kekuatan berlakunya didasari oleh kesadaran, bukan paksaan.

* Hazairin = penganut aliran Naturalisme


• VAN VOLLENHOVEN = Hukum Adat adalah keseluruhan
aturan tingkah laku positif yang disatu pihak mempunyai sanksi
(oleh karena itu disebut hokum) dan di sisi lain dalam keadaan
tidak dikodifikasikan (oleh karena itu disebut Adat).

• Positif yaitu hic et nunc (disini dan saat ini = sedang berlaku
disini saat ini) artinya hokum yang sedang berlaku disini dan
saat ini atau dengan kata lain “hokum yang sedang berlaku di
suatu Negara tertentu pada saat tertentu.”

• Positif = pasti; hukum positif = hukum yang pasti

• Positif = ditempatkan pada tempat yang tepat = sesuai

• Sanksi adalah reaksi/konsekuensi NEGATIF dari pihak lain


atas pelanggaran suatu norma
• Kodifikasi adalah pembukuan / pengkitaban hukum secara sistimatis dari
suatu lapangan/bidang hokum tertentu sebagai kesatuan secara bulat,
lengkap dan tuntas.

• Bulat dan utuh artinya semua bagian diatur;

• lengkap artinya segala unsur-unsur juga diatur;

• tuntas artinya semua soal, hal atau kondisi yang mungkin timbul.

• Sistematis dan terstruktur artinya mengikuti suatu sistim tertentu yang pada
umumnya sudah terpola mengikuti model pembuatan hokum Eropa
Kontinental.

• Bagi Van Vollenhoven = hukum adat, walaupun tidak dikodifikasi, tetapi


ditaati, sehingga = positif
• Bellefroid memberikan pengertian bahwa hokum adat sebagai
peraturan-peraturan hidup yang meskipun tidak diundangkan oleh
penguasa toh ditaati oleh rakyat dengan keyakinan bahwa peraturan-
peraturan tersebut berlaku sebagai hokum.
• Soekanto memberikan pengertian bahwa hokum adat adalah
kompleks adat-adat yang kebanyakan tidak dikitabkan, tidak
dikodifikasikan dan bersifat paksaan, mempunyai sanksi, jadi
mempunyai akibat hokum.
• Menurut beliau bahwa hokum adat adalah suatu kompleks norma-
norma yang bersumber pada perasaan keadilan rakyat yang selalu
berkembang serta meliputi peraturan-peraturan tingkah laku manusia
dalam kehidupan sehari-hari dalam masyarakat, sebagian besar
tidak tertulis, senantiasa ditaati dan dihormati oleh rakyat, karena
mempunyai akibat hokum (sanksi).
• Bushar Muhammad = Hukum adat itu secara langsung selalu
membawa kita kepada dua keadaan yang justru merupakan sifat dan
pembawaan hokum adat yaitu binari oposisi/monodualisme:
• Tertulis dan tidak tertulis
• Pasti dan tidak pasti
• Menurut K.R.M.H. Soeripto, hokum adat adalah hokum asli Indonesia
yang sebagian besar tidak tertulis, yang mengatur segala tingkah laku
segi kehidupan orang Indonesia yang didasarkan atas Hukum Melayu
Polynesia (sekarang: hokum Indonesia asli) ditambah dengan disana
sini hokum agama.
• Menurut R. Van Dijk = adatrecht (hokum adat) itu adalah suatu terminology
untuk menunjukkan hokum yang tidak dikodifikasikan di kalangan orang
Indonesia asli (pribumi) dan di kalangan golongan Timur Asing (cina, Arab,
dan lain-lainnya). Kata ‘adat’ semula berasal dari terminology arab yang
berarti ‘kebiasaan’ tetapi kini telah diterima umum dalam semua bahasa di
Indonesia.
• Terminology ‘adat’ itu sekarang dimaksud sebagai manifestasi atau
pengejawantahan atau perwujudan kesusilaan di semua lapangan hidup
dan kehidupan.
• Jadi, semua aturan (rules) tentang tingkah laku macam apapun yang
dijalankan orang Indonesia, yang meliputi pula peraturan-peraturan hokum
yang mengatur hidup bersama dalam masyarakat. Untuk membedakan
antara aturan ini yang memiliki sanksi dengan aturan lain yang tidak
memiliki sanksi di depan kata adat dipasang kata ‘hukum’ sehingga menjadi
‘hukum adat.’
• Jadi, istilah hokum adat merupakan suatu istilah yang tepat untuk menyebut
• Dari pengertian yang dikemukakan oleh Van Dijk di atas, ada 4 hal
penting yang tersimpul di dalamnya, yaitu:
• segala bentuk kesusilaan dan kebiasaan orang Indonesia yang
menjadi perilaku sehari-hari antara satu sama lain disebut adat,
• adat itu terdiri dari 2 bagian yaitu:
– yang tidak mempunyai akibat hokum,
– yang mempunyai akibat hokum.
• antara 2 bagian tersebut tidak ada suatu pemisahan yang tegas,
• bagian yang menjadi hokum adat itu mengandung pengertian yang lebih
luas daripada pengertian “law = hukum” dalam hokum Barat tentang
hukum. Mengapa? Karena dalam hokum barat, keempat norma yaitu
norma agama, social kemasyarakatan, moral kesusilaan, dan hokum
saling terpisah satu sama lain. Sedangkan di dalam hokum adat
keempat norma itu tidak ada pemisahan yang tegas, satu sama lain
saling terkait secara holistic (utuh menyeluruh, terintegrasi). Keempat
norma itu mungkin dapat dibedakan satu sama lain, tetapi tidak dapat
dipisahkan. Itulah bedanya hokum adat dengan hokum eropa.
• MENURUT HASIL SEMINAR NASIONAL HUKUM
ADAT = Seminar Hukum Adat tanggal 15 – 17 Januari
1975 di Jogyakarta, bahwa hokum adat diartikan
hokum Indonesia asli, yang tidak tertulis
dalam bentuk perundang-undangan
Republik Indonesia, yang disana sini
mengandung unsur agama.
• Hukum Indonesia asli = hukum Melayu-Polynesia
• Tersebar = Nusantara – Indochina (formosa/ taiwan);
Pulau Paas (Paskah) – Madagaskar.
• Perpaduan Deuthero-melayu dengan Proto-melayu
• Deutero – Melayu = berasal dari Srilanka / India
• Proto – Melayu = berasal dari Indochina, Champa/
Kamboja
UU No. 6 Tahun 2014 ttg. Desa
• UUD NRI TAHUN 1945 PASAL 18 B AYAT (2) JO. PASAL 28 I
AYAT (3)
• PASAL 18 B AYAT (2) = PEMERINTAHAN = MASYARAKAT
HUKUM ADAT DAN HAK-HAK TRADISIONALNYA
• PASAL 28 I AYAT (3) = HAM = MASYARAKAT TRADISIONAL
DAN IDENTITAS BUDAYANYA
• PP. NO. 43 TAHUN 2015 YANG DIPERBAHARUI DENGAN
PP. NO. 47 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 43 TAHUN 2014
TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG
NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA
• PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 52
TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGAKUAN DAN
PERLINDUNGAN MASYARAKAT HUKUM ADAT
UU NO. 39 TAHUN 1999 TTG. HAM
• UUD NRI TAHUN 1945 PASAL 28 I AYAT (3)
identitas budaya dan hak-hak tradisional
dihormati selaras dengan perkembangan
jaman.
• Pasal 6 UU No.39 tahun 1999 = perlindungan
hak ulayat selama masih hidup, sesuai dengan
perkembangan zaman, dan peraturan peruu-an
• Van den Berg = receptio in complexio
• Snouck Hurgronje = receptio
• Hazairin = Receptio a contrario
• Otje Salman =
OBJEK KAJIAN HUKUM ADAT
A) SETIAP SISTIM HUKUM MEMPUNYAI OBJEK DAN SUBJEK KAJIAN, METHODE
PENELITIAN HUKUM ADAT

B) OBJEK HUKUM = NORMA

C) ISI NORMA = HAK DAN KEWAJIBAN DARI SUBJEK HUKUM

D) MENURUT HUKUM NEGARA (YANG DIPENGARUHI OLEH HUKUM EROPA)


SUBJEK HUKUM = ORANG – MANUSIA DAN BADAN HUKUM

E) OBJEK HUKUM ADAT = NORMA HUKUM ADAT

F) ISI NORMA HUKUM ADAT = HAK DAN KEWAJIBAN SUBJEK HUKUM ADAT

G) SUBJEK = MANUSIA – PERSONAL/PRIBADI DAN MASYARAKAT HUKUM ADAT

H) HAK = KEWENANGAN YANG DIBERIKAN OLEH HUKUM UNTUK MEMPUNYAI


DAN MENIKMATI OBJEK HAK

I) OBJEK HAK = BENDA – BENDA BERWUJUD DAN BENDA TIDAK BERWUJUD


OBJEK DAN SUBJEK HUKUM ADAT
• SUBJEK HUKUM ADAT =
A. MASYARAKAT HUKUM ADAT = KUMPULAN DARI PRIBADI-PRIBADI =
1. SOCIETY = MASYARAKAT = HUKUM KEBIASAAN
2. COMMUNITY = KOMUNITAS = HUKUM ADAT
B. PRIBADI / PERSONAL
• OBJEK HUKUM ADAT = NORMA
• A. HAK =
– HAK ASASI = SEJAK LAHIR
– HAK HUKUM = DIBERIKAN OLEH HUKUM (ADAT)
• HAK PERSONAL = HAK MILIK
• HAK KOMUNAL = HAK PAKAI
– HAK KOMUNAL = SOCIETY (MASYARAKAT)
– HAK KOLEKTIF = KOMUNITAS/COMMUNITY = MASY. HUKUM ADAT
• B. KEWAJIBAN
– KEWAJIBAN SEBAGAI PERSONAL
– KEWAJIBAN SEBAGAI ANGGOTA MASYARAKAT:
• ANGGOTA MASYARAKAT = KEWAJIBAN KOMUNAL
• ANGGOTA KOMUNITAS = KEWAJIBAN KOLEKTIF
METHODE
NO. DIMANA BAGAIMANA STRATEGI PENDEKATAN
1. MASYARAKAT HUKUM SURVEY OBSERVASI BUDAYA
ADAT = Teori dari Van LAPANGAN WAWANCARA SEJARAH
Vollenhoven DISKUSI SOSIOLOGIS
Hazairin
Madzhab: Realisme atau
Sosiologis

2. PUTUSAN HAKIM = STUDI KASUS STUDI KASUS


Teori ter Haar DOKUMEN
Madzhab: Sosiological- ANALISIS
yurisprudence KASUS

3. UNDANG-UNDANG = NORMATIF DOKUMEN UNDANG-


Teori Hans Kelsen UNDANG
Madhzab : Positivisme
Teori John Austin
Madhzab : Analitika –
Yurisprudence
Ruang Lingkup Hukum Adat
1. Pada masa lalu = Teritorial = ruang lingkup hukum adat
meliputi wilayah masyarakat hukum adat; cultur area = meliputi
wilayah yang luas mulai dari Nusantara (Indonesia, Selatan) –
Formosa/Indochina (Kamboja/Champa, Laos, Vietnam, Utara);
Pulau Paas (Paskah, Barat) Madagaskar (Timur)
2. Saat ini = territorial = hanya meliputi masyarakat hukum adat
yang berada di Indonesia. Secara kultural – keturunan Melayu
– Polynesia, Papua tidak termasuk = Keturunan Melanesia,
tetapi secara politik = Papua termasuk = Sabang – Merauke,
Sangier Talaud – Rote.
3. Secara substansi = holistik, terintegrasi. Hukum adat tidak
mengenal pemisahan antara: hukum publik – privat, hukum
materiel – formal, norma – norma (agama, moral, sosial, dan
hukum). Hukum adat meliputi semuanya itu secara holistik.
4. Pada masa lalu = bangsa Indonesia – Masyarakat Agraris
- Sebagai masyarakat agraris, maka hukum yang
berkenaan dengan tanah atau bumi menjadi
utama.
- Yang dimaksud tanah atau bumi meliputi:
daratan (gunung, bukit, goa, lembah, hutan,
padang, sungai, danau, laut, dsb.nya). Tidak
ada pemisahan antara: bumi – tanah
- Konsep hubungan antara manusia dengan
tanah atau bumi disebut empunya (bukan hak
milik). Tanah ‘empunya’ manusia, dan manusia
‘empunya’ bumi’
DASAR HUKUM BERLAKUNYA HUKUM ADAT
A. Fungsi Dasar Hukum Adalah Agar Hukum Itu Mempunyai
Kekuatan:
1) Mengikat
2) Memaksa
3) Berlaku
B. Dasar Hukum Berlakunya Hukum Adat Pada Masa Kolonial:
1) Algemene Bepalingen Van Wetgeving (A.B) = Ketentuan –
Ketentuan Umum Perundang-undangan) – Pasal 11 =
“Godsdienstige Wetten, Volksinstellingen En Gebruiken”
(Peraturan-peraturan Agama, Lembaga-lembaga Rakyat Dan
Kebiasaan-kebiasaan).
2) Regerings Reglement (R.R) 1854 Pasal 75 Ayat (3)
Menggunakan Istilah “Godsdienstige Wetten, Volksinstellingen
En Gebruiken” (Peraturan-peraturan Agama, Lembaga-lembaga
Rakyat Dan Kebiasaan-kebiasaan).
DALAM PERUNDANG-UNDANGAN ZAMAN PEM.
HINDIA BELANDA (LANJUTAN)
1) Dalam R.R 1854 pada Pasal 78 ayat (2) menggunakan
istilah : ” Godsdientige Wetten en Oude Herkomsten =
Peraturan-peraturan Agama dan Naluri-naluri)”
2) Dalam I.S (Indische Staatsregeling = Peraturan Hukum
Negara Belanda – semacam UUD bagi Pemerintahan
Hindia Belanda) Pasal 128 ayat (4) menggunakan istilah
“Instelingen Des Volks” (Lembaga-lembaga Rakyat).
3) Dalam I.S pada Pasal 131 ayat (2) sub b. berbunyi: “Met
Hunne Godsdientige Wetten en Gewoonten
Samenhangende Rechts-Regelen (Aturan-aturan Hukum
yang Berhubungan dengan Agama-agama dan Kebiasaan-
kebiasaan Mereka).
4) Staatsblad No. 1929 No. 221 jo. No. 487 sudah
menggunakan “Adatrecht.”
DALAM PERUNDANG-UNDANGAN ZAMAN PEM.
HINDIA BELANDA (LANJUTAN)
• Pada Zaman Kemerdekaan = Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945
• Zaman Orde Baru = Pasal II Aturan Peralihan Jo UU No. 5 Tahun
1960 ;Jo UU No. 5 Tahun 1967; Jo UU No. 14 Tahun 1970, UU No. 5
Tahun 1979
• Zaman Reformasi = UUD NRI Tahun 1945 Pasal 18b (2), 28 I (3), Jo
UU No. 32 TAHUN 2004; UU No. 6 Tahun 2014 Tentang DESA=
ADA DESA DAN DESA ADAT ATAU YANG DISEBUT
DENGAN NAMA LAIN
• ISTILAH DESA ADAT – Disetiap Daerah Berbeda-beda, Sehingga
Disebut Desa Atau Yang Disebut Dengan Nama Lain. Nama Lain –
Disesuaikan Dengan Istilah Di Setiap Masyarakat Hukum Adat.
• UU No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa
• PP No. 47 Tahun 2015
• Permendagri No. 52 Tahun 2014
ISTILAH HUKUM ADAT
B. DI KALANGAN ILMUWAN
1. Nederburgh – Wet en Adat.
2. Joynboll – Handleiding Tot de Kennis van de Mohammedaanse Wet.
3. Het Personenrecht Voor de Inlanders op Java en Madura (Hukum
Pribadi untuk Golongan Bumi Putera di Jawa dan Madura).
C. DI KALANGAN MASYARAKAT
1) Masyarakat Ngadhu-bhaga = adha (kebiasaan yang bersifat materi)
dan gua (kebiasaan yang bersifat spiritual)
2) Gayo = eudeut (kebiasaan yang mempunyai akibat hukum)
3) Minangkabau = lembaga/adat lembaga: adat nan teradat, adat yang
diadatkan, adat kebiasaan, dan hukum adat.
4) Karo = basa (kebiasaan yang terungkap dalam bentuk bicara =
ungkapan-ungkapan)
5) Jawa = adat-istiadat
6) Ambon = adat kebiasaan.
METODE MEMPELAJARAI HUKUM ADAT
• METODE : MEMAHAMI
• KARENA : BERSIFAT HOLISTIK (ANTARA NORMA-NORMA DALAM
MASYARAKAT TIDAK DAPAT DIPISAHKAN SATU SAMA LAIN.
BERBEDA DENGAN HUKUM EROPA ANTARA NORMA YANG SATU
DENGAN LAINNYA TERPISAH)
• HUKUM ADAT = BAGIAN DARI KULTUR/BUDAYA DAN PERADABAN
MANUSIA. OLEH KARENA ITU, ANTARA HUKUM ADAT DENGAN
BUDAYA/PERADABAN MASYARAKATNYA TIDAK DAPAT DIPISAHKAN
• HUKUM ADAT = BAGIAN DARI KEHIDUPAN SOSIAL MASYARAKAT =
PRODUK INTERAKSI MASYARAKAT, SEHINGGA KEBERLAKUAN
HUKUM ADAT TIDAK DAPAT DIPISAHKAN DARI KONTEKS SOSIAL-
BUDAYA MASYARAKAT PENDUKUNGNYA.
• MASYARAKAT ADAT = SUBJEKNYA / WADAHNYA; HUKUM ADAT JIWA
ATAU ROH/ SEMANGATNYA.
• OLEH KARENA ITU, HUKUM ADAT HARUS DICARI DALAM
MASYARAKAT, SEBAB HUKUM ADAT TIDAK DAPAT DIPISAHKAN
DENGAN MASYARAKAT PENDUKUNGNYA, IBARAT JIWA DAN RAGA.
METHODE HUKUM ADAT
A) HUKUM ITU DICARI DAN DITEMUKAN DIMANA = DI MASYARAKAT
B) MENGAPA DICARI DAN DITEMUKAN DI MASYARAKAT = HUKUM
TIDAK DIBUAT TETAPI IA HIDUP, TUMBUH, DAN BERKEMBANG
BERSAMA MASYARAKAT = VOLKGEEIST
C) Das recht wirdt nicht gemacht, es ist und wirdt mit dem volke =
PUCHTA
D) The law is not been logic, but experience = O. W. HOLMES
E) JIKA DI DALAM MASYARAKAT, BAGAIMANA CARA MENEMUKAN =
TERJUN LANGSUNG (SURVEY KE LAPANGAN) KE MASYARAKAT
F) APA METODENYA = WAWANCARA, DIALOG, DISKUSI = FGD (FOCUS
GROUP DISCUSSION = GESAH)
G) APA ALATNYA = CATATAN LAPANGAN SI PENELITI
H) APA METODE ANALISANYA = KUALITATIF / BAHASA
I) MENGAPA KUALITATIF = KUALITAS INFORMASI YANG DIUTAMAKAN
J) ALAT MENGANALISA = BAHASA DAN LOGIKA
K) LOGIKA SIAPA = LOGIKA MASYARAKAT ADAT/PEMILIK – LOGIKA
PENELITI = EMIC (FONEMIC) – ETIC (FONETIC)
NO DIMANA/KEMA METHODE STRATEGI
. NA
1 DALAM EMPIRIK -. OBSERVASI
MASYARAKAT - WAWANCARA
HUKUM ADAT - SEJARAH

2 DALAM KASUS - STUDI DOKUMEN


PUTUSAN - ANALISIS PUTUSAN
HAKIM

3. DALAM NORMATIF PENDEKATAN


PERUNDANG- UNDANG-UNDANG
UNDANGAN
BENTUK HUKUM ADAT
a. Bentuk hukum ada dua: tertulis dan tidak tertulis.
b. Istilah tertulis: Hukum diatur/dibuat dalam bentuk undang-
undang dan peraturan perundang-undangan.
c. Hukum tidak tertulis terdiri dari: hukum kebiasaan
(gewoonterecht) dan hukum adat (adatrecht).
d. Hukum adat ada 2 bentuk: tercatat dan tidak tercatat
e. Hukum kebiasaan berada dimanapun di dunia ini, sedangkan
hukum adat adalah khas Indonesia.
f. Bentuk hukum adat sekarang: sudah ada yang tertulis dalam
bentuk peraturan perundang-undangan, sedangkan
isi/materinya = sebagian besar tidak tertulis.
g. Istilah tertulis dalam hukum adat = hukum yang
dicatat/tercatat, surat perintah raja, keputusan kepala adat,
hasil penelitian, compendium
BENTUK TERTULIS = TERCATAT
Yang dimaksud tertulis adalah yang tercatat dalam beberapa
sumber:
1) Di Bali : awig-awig
2) Dharmawangsa = Çivaçasana
3) Kitab hukum Gajahmada = oleh Gajahmada
4) Adigama = Kanaka pengganti Gajahmada
5) Di Bali – Lombok = Kutaramanawa
6) Di Sumatera Selatan: Simbor Cahaya; kitab Pepadun
7) Di Sulawesi Selatan : Ammanna Gappa (Kitab Hukum Dagang
pada masyarakat Bugis/Mandar)
8) Di Cirebon : Pepakem Cirebon (bersumber dari Hukum Islam)
9) Surat Keputusan Raja (di beberapa Kraton: Solo, Jogya, Aceh,
Banten, Tidore, dll) dan Kitab Raja-raja zaman dahulu.
10) Hasil penelitian para sarjana
11) Kompendium
SIFAT HUKUM ADAT
A) Sifat hukum adat: monodualisme, binari oposisi, dwitunggalisme
B) Dilihat dari segi sanksi: paksaan dan sukarela.
Dilihat dari segi sanksi = hukum adat ada yang bersifat memaksa
dan ada yang bersifat sukarela,
Hukum adat memiliki sifat paksaan = sanksi = konsekuensi hukum.
Tujuan sanksi hukum adat = mengembalikan keseimbangan kosmos
= kohesi sosial (keeratan sosial). Terutama dalam hukum adat
delik/pidana adat.
Yang bersifat sukarela/tidak memaksa artinya boleh dikerjakan
boleh juga tidak dikerjakan. Terutama dalam hubungan personal.
B) Dilihat dari segi waktu: dinamis/elastis/plastis dan statis
Hukum adat memiliki sifat statis = seperti nilai dan azas. Bukan tidak
berubah, tetapi perubahannya sangat lamban.
Hukum adat juga memiliki sifat elastis/dinamikanya tinggi = cepat
berubah = norma dan perilaku. Jadi, jika dilihat dari uraian di atas,
hukum adat itu bersifat: Monodualisme/Binari opsisi /Dwitunggal.
Falsafah bangsa = monodualisme.
Jahat Baik
LANDASAN FILOSOFI MONODUALISME
A. Realitas ini selalu berpasangan
B. Harus ada keseimbangan, keselarasan, dan keserasian
C. Dominasi salah satu kategori akan merusak keseluruhan

Aspek Kategori Realitas


Manusia Laki-laki Perempuan , dst.nya
Alam Tinggi Rendah
Panas Dingin
Panjang Pendek
Keras Lembut
Baik Buruk
Indah Jelek, dst.nya
Hewan Jantan Betina
Listrik Positif Negatif, dst.nya
Karakter Hukum Adat
• Karakter umum = harmoni
• Selaras = laras : berkenaan dengan bunyi/
suara/musik: merdu – sumbang
• Seimbang = imbang berkenaan dengan hak dan
kewajiban: adil – fasik/lalim
• Serasi = berkenaan dengan warna: indah – buruk
• Karakter khusus = nilai-nilai universal:
– Magis – relijius atau relijiusitas
– Komunal (kebersamaan, kekeluargaan, kekitaan)
– Kontan = serta merta
– Konkrit = simbol-simbol = budaya tutur
Magis – relijius
a. Unsur yang khas dan membedakan antara hukum
adat – hukum kebiasaan
b. Unsur yang membedakan antara hukum adat –
hukum negara; ritual dalam hukum negara = proses;
sedangkan dalam hukum adat ialah ritual
c. Dari aspek anthropologi = percaya kepada: roh alam
semesta, roh leluhur, kekuatan gaib, kesaktian,
mantra-mantra = hukum adat = integrasi sosial
d. Makna ritual = menurut hukum adat:
1. Reliji = aktualisasi keyakinan = menghadirkan yang suci
2. Sosial = kohesi sosial
2. Ekonomi = saling membantu, tolong-menolong
3. Hukum = kesaksian dan legalitas
Komunalisme
a. Mengakui keberadaan masyarakat (society dan community)
sekaligus pribadi-pribadi (person/individu)
b. Kebersamaan, kekeluargaan = untuk memperkuat kohesi
sosial
c. Untuk memperkuat kohesi sosial = metode yang digunakan
untuk penyelesaian konflik = musyawarah untuk mencapai
mufakat
d. Individu = bagian dari masyarakat/komunitas
e. Komunitas = masyarakat hukum adat adalah subjek hukum
adat yang memiliki hak dan kewajiban
f. Hukum adat hanya ada dalam masyarakat hukum adat, di luar
masyarakat hukum adat adalah hukum adat masyarakat
hukum adat lainnya
Kontan
a. Langsung/spontan = jika melakukan suatu perbuatan
hukum terjadi secara langsung/spontan, tidak
dengan janji = janji adalah hutang (pacta sunt
servanda) yang wajib dibayar.
b. Dalam hukum adat tidak dikenal istilah kredit, seperti
kredit rumah, mobiel, motor.
c. Agar disebut kontan, maka simbol menjadi penting.
d. Contoh cincin, paningset
Riel
• Aktualisasi dari kontan adalah riel = nyata
dalam bentuk simbol-simbol
• Simbol = budaya tutur
• Bahasa tutur menjadi penting
• Kejujuran = bahasa nyata dengan perbuatan
LAHIRNYA HUKUM ADAT
• KAPAN LAHIRNYA HUKUM ADAT?
A. Secara sosiologis = hukum adat itu lahir bersamaan dengan lahirnya
masyarakat hukum adat (ubi societas ibi ius; volkgeeist). Oleh
karena itu, tidak dapat ditentukan kapan waktunya. Intinya adalah
jika ada masyarakat disitu ada hukum. Dengan demikian, kelahiran
hukum adat = lahirnya masyarakat hukum adat.
Das recht wirdt nicht gemacht, es ist und wirdt mit dem volk =
volkgeeist
B. Secara anthropologis = hukum adat lahir jika ada peradaban. Setiap
masyarakat di dunia memiliki peradaban, sekecil/sesederhana
apapun masyarakat itu, pasti memiliki peradaban/budaya dan cara
berpikir. Karena hukum adat lahir dari kebutuhan hukum yang nyata
dari masyarakat tentang keamanan, keselamatan, ketenteraman,
dan kesejahteraannya. Jadi, hukum dibutuhkan untuk mengatur,
melaksanakan, dan menyelesaikan sengketa = Van Vollenhoven –
teori kenyataan. Hukum adat sebagai aspek kebudayaan.
A. “Es gibt kein volk der Erde, welches nicht die
Anfange eines Rechtes bessase”
B. Menurut Ter Haar, bzn = teori keputusan.
Hukum adat lahir pada saat ada keputusan
fungsionaris hukum. Misalnya saat
menetapkan batas wilayah, pelanggaran delik
adat, penetapan hak atas sesuatu, dll. Saat
penetapan itulah = existensial moment dari
hukum.
Methode
Paradigma Dimana ? Bagaimana? Pendekatan
Alam =
Naturalisme Refleksi
a. Rasional Idea / Gagasan Tafsir, Falsafatis
b. Irrasional Dalam Kitab Suci Hermeneutika
c. Historikisme Budaya / Survey, Historis, Budaya
Peradaban Wawancara,
Dialog, Diskusi
d. Positivisme Undang-undang Normatif Undang-undang,
Kasus, Konsep
e. Realisme Perilaku Survey, Sosiologis,
Masyarakat Wawancara, Antropologis,
Observasi, Empirik
Diskusi
f. Sociological- Putusan Hakim Stdi kasus, Kasus, Studi
jurisprudence analisis kasus, Kasus, Analisis
pendekatan kasus Kasus
SAAT LAHIRNYA HUKUM ADAT
a. Berdasarkan teori kenyataan = Van Vollenhoven adalah
hukum adat itu lahir tidak ditentukan oleh teori tetapi oleh
kanyataan yang hidup dalam masyarakat. Jika anggota
masyarakat benar-benar menjalankan, melaksanakan,
mentaati, mendukung aturan-aturan yang hidup dalam
masyarakat itu, maka sejak saat itu hukum adat itu ada, hidup,
dan berkembang bersama masyarakat. Jadi, hukum adat itu
tidak dibuat tetapi ia hidup, tumbuh dan berkembang bersama
masyarakat (das recht wirdt nicht gemacht, es ist und wirdt mit
dem volke = Von Savigny).
b. Teori Keputusan = Ter Haar bahwa hukum adat itu lahir dan
ada sejak fungsionaris hukum menetapkan bahwa suatu
perbuatan itu bertentangan dengan norma hukum. Jika
fungsionaris hukum tidak mempertahankan, maka norma
hukum itu bukan norma hukum tetapi norma sosial. Dengan
demikian, menurut ter Haar keberadaan hukum adat
ditentukan oleh kasus dan kasus itu diselesaikan oleh hukum.
Unsur-unsur
• HANDARBENI = RASA IKU MEMILIKI
• HANGRUKEBI = RASA IKUT
MELINDUNGI
• HANG RASA WANI = OLEH KARENA
ITU, MEMILIKI RASA
TANGGUNGJAWAB UNTUK MEMBELA,
MELINDUNGI
TUJUAN MEMPELAJARI HUKUM ADAT

• Saling menghormati antar budaya: nilai,


azas dan norma hukum adat yang
pluralisme
• Pengembanan keilmuan ilmu hukum,
khususnya ilmu hukum adat
• Pengembangan keilmuan hukum
MANFAAT MEMPELAJARI HUKUM ADAT
• Ilmu untuk Ilmu (Pure sciense) :
a) Sumber inspirasi pembentukan hukum baru melalui
penelitian dan kajian
b) Sumber inspirasi pengembangan ilmu hukum
• Ilmu untuk Kemaslahatan (Kemasyarakatan) (applied
sciense)
a) Pedoman berperilaku/dasar berbuat
b) Memberikan perlindungan hukum bagi masyarakat
hukum adat
c) Memberikan dasar bagi fungsionaris dalam upaya
penyelesaian sengketa
DASAR BERLAKUNYA HUKUM ADAT
• SEBAGAI SEBUAH HUKUM = HUKUM ADAT ADALAH HUKUM POSITIF
• APA DASAR BERLAKUNYA? = Pasal II AB
• PADA ZAMAN PENJAJAHAN BELANDA = PASAL 131 JO 163 IS
(INDISCHE STAATSREGELING = PERATURAN PEMERINTAH BELANDA
UNTUK DAERAH JAJAHANNYA DI INDONESIA/INDISCHE =
NEDERLANDS INDIE) =
• PADA ZAMAN KEMERDEKAAN = PASAL II ATURAN PERALIHAN UUD
1945
• ZAMAN ORDE BARU = PASAL II ATURAN PERALIHAN JO UU NO. 5
TAHUN 1960 ;JO UU NO. 5 TAHUN 1967; JO UU NO. 14 TAHUN 1970, UU
NO. 5 TAHUN 1979
• ZAMAN REFORMASI = UUD NKRI TAHUN 1945 PASAL 18B (2), 28 I (3),
JO UU NO. 32 TAHUN 2004; UU No. 6 Tahun 2014 tentang DESA= ADA
DESA DAN DESA ADAT ATAU YANG DISEBUT DENGAN NAMA LAIN
• ISTILAH DESA ADAT – disetiap daerah berbeda-beda, sehingga disebut
Desa atau yang disebut dengan nama lain. Nama lain – disesuaikan dengan
istilah di setiap masyarakat hukum adat.
Hukum di Belanda
• Grondwet = UUD
• AB = Algemeene Bepalingen van Wetgeving (Pasal
11)
• R.R = Regeringsreglement (UU) – berlaku untuk
seluruh jajahan Belanda (Indonesia, Afrika, dan
Suriname) (Pasal 75 R.R Lama dan R.R Baru)
• I.S = Indische Staatsregeling – hanya berlaku khusus
Indonesia (Hindia Belanda) (Pasal 131 jo. 163 IS)

• Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945


• Pasal 18 B ayat (2) UUD NRI Tahun 1945, Pasal 28 I
ayat (3) UUD NRI Tahun 1945
SEJARAH HUKUM ADAT
A) SEJARAH HUKUM ADAT ADA 2 = 1) SEJARAH PENEMUAN DAN
PERKEMBANGAN HUKUM ADAT SERTA, 2) SEJARAH POLITIK HUKUM ADAT.
B) Sejarah penemuan hukum adat dibagi 3 periode: a) perintis penemuan hukum adat;
b) penemuan hukum adat; c) penemuan hukum adat sebagai ilmu
C) Buku: SEJARAH PENEMUAN (DE ONTDEKKING VAN HET ADATRECHT = VAN
VOLLENHOVEN) = SEJAK DITEMUKAN OLEH SNOUCK HURGRONJE HINGGA
DITEMUKAN SEBAGAI ILMU (ILMU HUKUM ADAT OLEH VAN VOLLENHOVEN)
Para Perintsi Penemuan Hukum Adat
1) William Marsden = telah melakukan penelitian sistimatis = the history of
Sumatera = pemerintahan, hukum adat dan adat-istiadat orang Sumatra
2) Herman Warner Muntinghe = 5 memory
3) Thomas Stamford Raffles = The history of Java, Substance of a Minutes
4) John Crawfurd = The history of East Indian Archipelago
5) Dirk van Hogendorp = Hukum tanah di Jawa
6) Jean Crietie Baud = konsep-konsep hukum adat
Penemu hukum adat 3 : Wilken, Liefrink, dan Snouck Hurgronje
Penemu ilmu hukum adat: van Vollenhoven
C) SEJARAH POLITIK HUKUM ADAT = SEJAK ZAMAN VOC HINGGA ZAMAN
KEMERDEKAAN SAAT INI.
D) Sejarah Hukum Adat sebagai ilmu
SEJARAH PENEMUAN II

A) Wilken = a) tidak melakukan kesalahan atas


pengertian hukum adat. Hukum adat adalah
hukum asli masarakat Indonesia. Hukum adat
tidak sama dengan hukum agama
b) metode : etnologi perbandingan
B) Liefrink = metode: a) adatrechtkring
(lingkungan hukum adat); b) buku: Bali en
Lombok
C) Ch. Snouck Hurgronje = a) menemukan istilah
adatrecht; b) buku: Atjehers dan Het Gajoland
Hubungan Hukum Adat - Agama
• Teori receptio in complexu = van den Berg
• Teori receptio = Ch. Snouck Hurgronje
• Teori receptio a contrario = Hazairin
• Teori Adaptasi = Otje Salman Soemadiningrat

• Salmon Keyser
• Rechtsgemeenschaap = masyrakat hukum adat
SEJARAH POLITIK HUKUM ADAT
1. Supomo dan Djokosutono membagi 5 periode sejarah politik hukum adat:
1. Masa VOC : 1602 – 1799; Tahun 1800 – 1808 = Jansens
2. Daendels : 1808 – 1811;
3. Rafles : 1811 – 1816;
4. Dewan Gubernur : 1816 - 1848
5. Gubernur :1848 – 1928;
Menurut Surojo Wignjodipuro: ditambah lagi
6. 1928 – 1945 (termasuk 1942 – Jepang);
7. 1945 – sekarang
Ad. 1. Masa VOC – Karakter VOC = Pedagang dan Pemerintah . Untuk kepentingan
dagang dan kelancaran pemerintahan, hukum yang digunakan = hukum Eropa,
hukum adat tidak digunakan. Voc menggunakan prinsip “di wilayah yang dikuasai
oleh VOC berlaku hukum VOC) = berdasarkan Hak Octrooi dari Ratu Belanda.
Prinsip ini hanyalah secara normatif, sedangkan secara empirik, hukum VOC tidak
dapat karena kesulitan transportasi/lalulintas. Hukum VOC hanya dapat
diberlakukan di Batavia (Betawi).
Karena tidak bisa, maka dikeluarkan Resolusi 21 Desember 1708 = Bupati
Priangan boleh mengadili penduduknya berdasarkan hukum anak negeri. (hukum
adat)
Ad. 2.Sesudah VOC bubar/bangkrut, maka sebagai
penggantinya: Aziatische Bezittingen en
Establissementen = Aziatische Raad (Pemerintah
Asia). VOC sebagai Perusahaan dan VOC sebagai
Lembaga Pemerintahan. Sebagai lembaga
pemerintahan disebut Bataafsche Republic
ibukotanya di Belanda.
Kitab hukumnya = Charter Tahun 1804 = dalam kitab
hukum ini hukum adat tidak diganggu gugat. Hukum
adat boleh berlaku, asalkan tidak bertentangan
dengan azas-azas hukum yang berlaku: tidak
bertentangan dengan moral.
Masa Daendels = 1808 - 1811
a. Hukum adat boleh digunakan, dengan syarat: a) tidak bertentangan
dengan Perintah Belanda; 2) tidak bertentangan dengan azas Keadilan dan
Kesusilaan; 3) tidak bertentangan kepentingan yang lebih besar. Misalnya,
penggunaan hukum adat seorang penjahat tidak dapat dihukum, maka
yang digunakan hukum Belanda, hukuman tidak sebanding dengan
perbuatan.
b. Sifat hukum yang digunakan Daendels bersifat ‘Jalan Tengah’ atau dengan
kata lain menurut Macay bahwa Daendels tidak melakukan perubahan
yang berarti terhadap hukum adat. Kelemahan Daendels – menyamakan
hukum adat = hukum Islam.
c. Lembaga peradilan dibagi 2: Landraad – untuk anak pribumi; dan RvJ
(Raad van Justitie) – untuk orang Belanda dan yang disamakan dengan
mereka.
d. Jika ada perbuatan jahat yang dilakukan orang Pribumi bersama-sama
dengan orang Belanda, maka RvJ yang berwenang mengadili.
Masa Rafles = 1811 - 1816
a. Sikap Rafles terhadap hukum sudah diperlihatkan dalam perilakunya ketika
sebelum menjadi Gubernur Jenderal, yaitu ketika ia memimpin Ekspedisi
Inggeris menyerbu Hindia Belanda untuk mengambil alih wilayah ini dari
kekuasaan Belanda, bahwa Rafles sangat membenci Feodalisme, sebab ia
hidup di zaman Liberalisme. Semua bangunan peninggalan Belanda
dihapus termasuk bangunan hukumnya = feudal barbarism, misalnya pajak
yang dibayar secara natura dan sistim perburuhan = harus dilenyapkan.
b. Oleh karena itu, sebelum memerintah dan melakukan perubahan, Rafles
melakukan penelitian/kajian tentang hukum, budaya, dan adat istiadat anak
negeri (Substance of a minute).
c. Gaya kepemimpinan Rafles – kepemimpinan yang demokratis dan
berdasarkan kemanusiaan, sebab Rafles hidup di zaman dimana
Humanisme sedang berkembang di Eropa, dan Rafles salah satu
pendukungnya.
d. Oleh gaya kepemimpinan yang demikian mendorong Rafles untuk
melindungi kepentingan rakyat dan melenyapkan pengaruh kepala-kepala
adat/suku yang bersifat faodal dan menghambat kekuasaannya.
e. Sikap ini dinilai sangat Nasionalis – yang justru membahayakan
kekuasaannya.
Tindakan Rafles
a. Membentuk Panitia Mackenzie = kolonel Mackenzie melakukan kajian
tentang sifat-sifat, hukum, adat-istiadat, dan budaya orang Jawa.
b. Tujuannya = pedoman bagi pemerintahan Rafles.
c. Rafles hanya seorang teorisi, sebab hasil kajian Mackenzie tidak pernah
digunakan.
d. Pandangan Rafles terhadap hukum adat – memandang rendah = hukum
adat lebih rendah dari hukum Eropa, padahal ia seorang humanis –
demokratis. Hal ini terlihat dari cara penguasa hukum adat/fungsionaris
hukum adat yang diberi wewenang oleh Belanda untuk mengadili perkara
anak pribumi, dikritik oleh Rafles, misalnya hukuman mati dalam hukum
adat terhadap pemerkosa.
e. Bagi anak negeri diberlakukan peradilan “Court of Justice” hal ini rupanya
Rafles takut jika orang Eropa diberlakukan hukum adat.
f. Bagi Rafles – hukum adat hanya cocok bagi orang pribumi, tidak dapat
diberlakukan terhadap orang Eropa.
g. Membentuk lembaga peradilan: Divicions Court dikepalai oleh Wedana
(Pembantu Bupati); Bopati’s Court dikepalai oleh Bupati; dan Residentie
Court dikepalai oleh Residen (Pembantu Gubernur); Court of Circuit
(Peradilan Keliling untuk tindak pidana anak pribumi).
Masa Pemerintahan Belanda
a. Dengan adanya Maklumat 19 Agustus 1816 kekuasan
berpindah dari Inggeris (Rafles) ke Belanda (John Fendall).

b. Maklumat itu didasarkan atas sebuah penelitian secara teliti


untuk menyesuaikan sistim pemerintah jajahan dengan daerah
jajahannya.

c. Pemerintahan di Hindia Belanda dipimpin oleh 3 orang


Gubernur Jenderal: Elout, Du Bus (Buyskens), dan Van der
Capellen = Commissie Generaal.
Peran Van Vollehoven
1. Penemu Ilmu Hukum Adat = peletak dasar ilmu hukum adat.
2. Pembela Hukum Adat = Pendekar Hukum Adat
3. Teori Kenyataan tentang Hukum Adat
4. Membagi 19 Wilayah Hukum Adat (Adatrechtskringen)

Teori Hub. Antara Hukum Adat – Hukum Agama


1. Receptio in complexu = Van den Berg
2. Receptio = Snouch Hurgronje dikembangkan oleh Van
Vollenhoven
3. Receptio a contrario = Hazairin
4. Adaptasi = Otje Salman
USAHA BELANDA MENGHAPUS HUKUM ADAT
a) Usaha I = Unifikasi = menyatukan hukum Indonesia (Hukum Adat dihapus)
dengan Hukum Belanda:
1) Azas Konkordansi atau Unifikasi Hukum = Penundukan Diri (1816 – 1848 ) :
transplantasi hukum (gagal) – eenheids beginsel ditolak oleh Scolten van Oudharlem
Anggota Raad Van State / DPA) dan Van der Vinne

2) Azas Unifikasi = Penyatuan Hukum (1848 – 1927) :

a. Wichers (Presiden MA Belanda) – gagal (hukum adat terlalu sederhana – Pola pikir
sederhana)

b. Van der Putte (Menteri Jajahan Belanda) – gagal (perlu dilakukan kajian dulu)

c. Cremer (Menteri Jajahan) : - gagal (penduduknya pluralisme agama, budaya, adat)

d. Kuyper = gagal juga ditolak oleh Van Idsinga yang dipengaruhi oleh tulisan Van
Vollenhoven (untuk bangsa Indonesia jangan diberlakukan hukum untuk hakim)

e. Pemerintah Belanda = gagal juga karena ditentang oleh Van Vollenhoven

f. Cowan = gagal ditolak oleh Van Vollenhoven


GELDING/GELTUNG = KEBERLAKUAN HUKUM ADAT
• Gelding = Bahasa Belanda; Geltung = Bahasa Jerman =
Keberlakuan hukum / berlakunya hukum.
• Keberlakuan hukum artinya kemampuan hukum (norma)
untuk memaksa seseorang tunduk dan taat pada hukum.
• Ada dua theori : teori paksaan dan teori kehendak
• Teori paksaan = kemampuan hukum untuk memaksa
seseorang tunduk dan taat pada hukum secara fisik, represif
(paksaan fisik, misalnya: penjara, denda), coersion
• Teori kehendak = kemampuan hukum untuk memaksa
seseorang tunduk dan taat pada hukum karena orang
tersebut membutuhkan hukum, sehingga ia secara sukarela
tunduk pada hukum. Misalnya demi keamanan,
keselamatan, keyakinan bahwa dengan hukum ia akan
tenang, tenteram, aman, damai, selamat atau untung =
paksaan terhadap kesadaran = hegemoni.
BENTUK KEBERLAKUAN HUKUM
Ada 3 bentuk kekuatan berlakunya hukum = Sudikno
a) Kekuatan berlaku secara filosofis = kekuatan berlakunya
hukum karena ia bersumber pada falsafah hidup masyarakat
dimana hukum itu hidup, tumbuh, dan berkembang. Misalnya
hukum positif Indonesia yang bersumber dari Pancasila.
b) Kekuatan berlaku secara yuridis-normatif = kekuatan
berlakunya hukum karena ada dasar hukumnya dalam
peraturan perundang-undang. Jadi, berdasarkan bentuknya.
Misalnya UUPA, UU Perkawinan, UU Kesejahteraan Anak
c) Kekuatan berlaku secara sosiologis = kekuatan berlakunya
secara nyata. Artinya, nyata-nyata ditaati, dilaksanakan, dan
dipertahankan oleh anggota masyarakat sekalipun tidak
berbentuk undang-undang. Jadi, tidak bergantung pada
bentuk tetapi pada isi/materi. Kekuatan berlaku secara
sosiologis = kekuatan berlaku secara empirik = efektivitas.
TEBAL TIPISNYA KEKUATAN BERLAKU SECARA
MATERIEL/SOSIOLOGIS

Menurut ter Haar, tebal tipisnya kekuatan materiel sesuatu aturan


hokum adat adalah tergantung pada factor-faktor:
a) lebih atau kurang atau banyaknya (frequentie) penetapan-
penetapan yang serupa, yang memberikan stabilitas kepada
peraturan hokum yang diwujudkan oleh penetapan-penetapan
itu = faktor frekuensi.
b) Seberapa jauh keadaan social di dalam masyarakat yang
bersangkutan mengalami perubahan = faktor perubahan.
c) Seberapa jauh peraturan yang diwujudkan itu selaras dengan
sistim hokum adat yang berlaku = faktor keselarasan/
harmonisasi hukum.
d) Seberapa jauh peraturan itu selaras dengan syarat-syarat
kemanusiaan = faktor HAM.
• KEBERLAKUAN HUKUM ADAT:
A) SECARA FILOSOFIS = PANCASILA (HUKUM YANG
BERSUMBER PADA NILAI-NILAI PANCASILA: KETUHANAN
(RELIJIUSITAS), KEMANUSIAAN (HUMANISME),
PERSATUAN (NILAI NASIONALISME),
PERMUSYAWARATAN/PERWAKILAN (DEMOKRASI),
KEADILAN SOSIAL (SOSIALISME)
B) SECARA YURIDIS = HUKUM POSITIF (UUD NRI TAHUN
1945 PASAL II ATURAN PERALIHAN, PASAL 18 B ayat (2)
JO 28 I ayat (3), UUPA, UU PEMDA, YURISPRUDENSI; UU
No. 6 Tahun 2014 tentang Desa
C) SECARA EMPIRIK = NYATA-NYATA DILAKSANAKAN OLEH
ANGGOTA MASYARAKAT.
HUKUM YANG BENAR & TIDAK HANYA BAIK), KETIGA-
TIGANYA
HUBUNGAN NILAI, AZAS DAN NORMA HUKUM ADAT
NILAI

AZAS
Manusia
PERILAKU

NORMA

CARA KERJA NILAI – AZAS – NORMA DAN PERILAKU


Dominikus Rato
Realisme Hukum
• The law is not been logic, but experince = hukum tidak lahir dari
logika tetapi dari pengalaman (perilaku) = Oliver Wendel
Holmes
• Norma: hukum hanya ada dalam UU, di luar UU, tidak ada
hukum (legisme) – psl 11 AB
• Nilai: Hukum secara berjenjang berasal dari Grundnorm
(Indonesia: Pancasila) = Stuffenbau Theorie = Hans Kelsen
• Asas = the law as the command of the sovereignt = hukum
dibuat oleh mereka yang mempunyai kedaulatan
Kedaulatan
• The law is the command of the sovereign =
hukum adalah perintah dari mereka yang
memiliki kedaulatan
• Kedaulatan Tuhan = Naturalisme
• Kedaulatan Negara = Idealisme
• Kedaulatan Rakyat = Historiscisme, Realisme,
dan Sociological-Jurisprudence
• Kedaulatan Hukum = Legisme dan
Positivisme = the rule of law
PROSES TERJADINYA HUKUM ADAT
1) Teori Historis-kulturalisme dari Von Savigny dan
muridnya Puchta bahwa: das recht wirdt nicht
gemacht es ist und wird mit dem volke = hukum
itu tidak dibuat, tetapi ia ada, hidup, tumbuh dan
berkembang bersama masyarakat = volkgeeist,
2) Teori Sociological-jurisprudence dari O.W Holmes:
the law is not been logic, but experience (hukum
itu tidak lahir dari logika, tetapi dari pengalaman),
3) Dari kedua teori diatas = hukum itu terbentuk melalui
proses: pengalaman – nilai – azas – norma –
perilaku – pengalaman = dst.nya
1) Manusia ketika dalam kehidupan sehari-hari sering
menghadapi tantangan, hambatan, gangguan dan
sebagainya ketika berinteraksi baik dengan alam,
binatang liar, maupun sesama manusia, akan
membentuk pengalaman baik dan buruk.
2) Berdasarkan pengalaman-pengalaman yang baik
inilah yang terjadi selama bertahun-tahun
terbentuklah nilai melalui proses kristalisasi
(pengalaman yang baik mengkristal = kristalisasi
menjadi nilai = kebaikan, kesucian,
keberlangsungan, kebersamaan, saling mengasihi,
saling melindungi, tolong-menolong dst.nya
3) Nilai menjadi dasar/landasan sekaligus tujuan hidup
manusia.
4) Akan tetapi, nilai ini sangat luas, umum dan abstrak,
disisi lain sebagai tujuan nilai harus diwujudkan,
sehingga nilai tidak dapat langsung diaplikasikan.
5) Oleh karena itu, nilai merupakan dasar logika dari
azas. Nilai belum menjadi hukum, tetapi menjadi
sumber hukum.
6) Oleh karena itu, nilai harus diderivasi/ diturunkan dan
dipecah-pecah menjadi beberapa azas.
7) Azas berfungsi sebagai dasar logika dari norma =
azas hukum.
a) Nilai sangat umum dan luas, oleh karena itu
tidak dapat langsung diterapkan sebagai
pedoman berperilaku. Oleh karena itu ia
diderivasi ke dalam beberapa azas.
b) Azas juga masih sangat umum dan luas, oleh
karena itu masih sangat abstrak. Oleh karena
itu ia harus diderivasi kedalam beberapa
norma.
c) Azas tidak boleh bertentangan dengan nilai
d) Norma berfungsi sebagai pedoman, panduan
bagi setiap orang atau masyarakat untuk
berperilaku.
e) Perilaku ajeg = pengalaman = nilai
Membunuh = Pasal 340 KUHP
• Menembak
• Menusuk
• Menikam
• Meracuni
• Menombak
• Menyembelih
NILAI – NILAI UNIVERSAL DALAM HUKUM ADAT
A. NILAI MAGIS – RELIJIUS (RELIJIUSITAS): MAGIS = KERAHASIAANNYA
BELUM DIUNGKAPKAN, BUKAN BERARTI TIDAK LOGIS. LOGIKA YANG
DIGUNAKAN BUKAN LOGIKA DARI LUAR, TETAPI LOGIKA
MASYARAKAT DIMANA HUKUM ADAT ITU HIDUP.
1. PERCAYA KEPADA ROH LELUHUR
2. PERCAYA KEPADA KEKUATAN GHAIB
3. PERCAYA PADA KESAKTIAN
4. PERCAYA KEPADA TUHAN
B. NILAI KOMUNALISME = KOMUNAL = KEBERSAMAAN
1. RASA KEKELUARGAAN
2. RASA KEBERSAMAAN
3. MUSYAWARAH UNTUK MENCAPAI MUFAKAT
4. METODENYA = GOTONG ROYONG
C. NILAI KONTAN (LANGSUNG): JUJUR = KESESUAIAN ANTARA PIKIRAN,
PERKATAAN, DAN PERBUATAN = KONSISTEN
D. NILAI RIEL (NYATA)/KONGKRIT: SIMBOL-SIMBOL = SIMBOL KARENA
BUDAYA MASYARAKAT INDONESIA ADALAH BUDAYA TUTUR (BUKAN
BUDAYA TULIS)
• Manunggaling kawulo gusti =
• Kuwulo = Gusti

• Turnitin.com
• Class Id : 14702479
• Class name: socio-legal
SISA-SISA KEPERCAYAAN MASA LALU:
A) ANIMISME = PERCAYA BAHWA SEMUA BENDA DI DUNIA
INI MEMPUNYAI ROH
B) DINAMISME = PERCAYA BAHWA SEMUA BENDA DI
DUNIA INI MEMPUNYAI KEKUATAN/ENERGI
C) FETISJISME = PERCAYA BAHWA SEMUA BENDA DI
DUNIA INI MEMILIKI KEMAMPUAN UNTUK
MENYEMBUHKAN
D) SPIRITISME = PERCAYA BAHWA SEMUA BENDA DI
DUNIA INI MEMILIKI SEMANGAT KEHIDUPAN/SEMUA
BENDA ITU HIDUP
E) SYAMANISME = PERCAYA PADA ROH-ROH NENEK
MOYANG YANG DIKOMUNIKASIKAN MELALUI DUKUN /
PERANTARA ATAU SYAMAN.
F) ADAPTASI MANUSIA DENGAN ALAM SECARA LANGSUNG
MELALUI INTERPRETASI GEJALA ALAM. ALAM DAN
MANUSIA ADALAH TUNGGAL (MAKRO-MIKRO KOSMOS)
AZAS HUKUM
Satjipto Rahardjo:
a) azas hukum adalah unsur yang penting dan
pokok dari peraturan hukum.
b) Azas hukum berfungsi sebagai jantungnya
peraturan hukum karena ia merupakan
landasan yang paling luas bagi lahirnya
peraturan hukum, atau
c) Azas hokum adalah ratio legisnya peraturan
hukum.
d) Pada akhirnya peraturan – peraturan hukum
itu harus dapat dikembalikan kepada azas-
Eikema Hommes:
a) Azas hokum bukanlah norma hokum positif yang
konkrit, tetapi ia adalah dasar-dasar pikiran umum
atau petunjuk-petunjuk bagi hokum yang berlaku.
b) Azas hokum adalah dasar-dasar atau petunjuk arah
dalam pembentukan hokum positif.
Paul Scholten:
azas hokum adalah pikiran-pikiran dasar yang
terdapat di dalam dan dibalik sistim hokum masing-
masing yang dirumuskan dalam aturan-aturan
perundang-undangan dan putusan-putusan hakim,
yang berkenaan dengannya ketentuan-ketentuan
dan keputusan-keputusan individual serta dapat
dipandang sebagai penjabarannya.
Theo Huijbers:
a) azas hokum ialah prinsip-prinsip yang
dianggap menjadi dasar atau fundamen
hokum.
b) Azas-azas ini lahir dari nilai-nilai yang menjadi
titik tolak berpikir tentang hokum.
c) Azas-azas ini menjadi landasan dan acuan
dalam pembentukan undang-undang, bahkan
dalam melakukan interpretasi undang-undang
tersebut.
RECHTSGEMEENSCHAAP
• PERSEKUTUAN HUKUM
• MASYARAKAT HUKUM
• DALAM HUKUM ADAT = MASYARAKAT HUKUM
ADAT
• SIAPA?
• SEKELOMPOK MANUSIA YANG BERKUMPUL
SEBAGAI SATU KESATUAN, YANG MENDIAMI
SUATU WILAYAH TERTENTU, MEMPUNYAI
KEKAYAAN SENDIRI, MEMPUNYAI PENGURUS
SENDIRI, RASA KEBERSAMAAN
Menurut Huijbers azas hokum terdiri dari:
a. azas-azas hokum objektif: ada azas hukum
objektif yang bersifat moral (yang menjadi
landasan moral) dan azas-azas hokum objektif
yang bersifat rasional yaitu prinsip-prinsip
yang termasuk pengertian hokum dan aturan
hidup bersama yang rasional (masuk akal);
b. azas-azas hokum subjektif: ada azas hukum
subjektif yang bersifat moral dan ada azas
hukum subjektif yang bersifat rasional, yakni
hak-hak yang ada pada manusia dan yang
menjadi titik tolak pembentukan hokum.
AZAS: BENTUK DAN SIFATNYA

AZAS HUKUM SIFAT

Moral
OBJEKTIF
Rasional
BENTUK
Moral
SUBJEKTIF
Rasional
Azas objektif moral: Harta Asal kembali ke asal.
Azas objektif rasional: suami adalah garwa = sigar ing nyawa bagi isteri, demikian juga
sebaliknya; isteri = sigar ing nyawa bagi suami.
Azas subjektif moral: harta gono gini dibagi dua sama rata.
Azas subjektif rasional: harta benda (termasuk hak ulayat) = hak tradisional berdasarkan
Pasal 18 B ayat (2) UUD NRI Tahun 1945. harta benda tidak berwujud bagi masyarakat
adat = identitas budaya {Pasal 28 I ayat (3) UUD NRI Tahun 1945}
Contoh-1: nilai kejujuran
a) azasnya = pacta sunt servanda – janji adalah
hutang yang wajib ditepati
b) Norma = pasal 1313 BW dstnya
c) Azas hukum adat = janji wajib dipenuhi
d) Norma = jangan menipu, jangan bohong,
Contoh-2: nilai kesederajadan
a) Azasnya: harta asal kembali ke asal, harta
gono gini dibagi dua sama rata.
b) Norma : yurisprudensi hukum adat tentang
pembagian harta perkawinan jika terjadi
perceraian
AZAS HUKUM EROPA

1) azas presumption of innocence : praduga tak


bersalah
2) Azas nullum delictum nulla poena sine lege previa
lege poenalli : legalitas
3) Azas in dubio pro reo : suatu azas yang mengatakan
bahwa dalam keraguan diberlakukan ketentuan yang
paling menguntungkan terdakwa.
4) Azas similia similibus yaitu azas yang mengatakan
bahwa perkara yang sejenis atau sama harus
diputuskan serupa.
5) Azas lex superiori derogat lex inferiori = hukum yang
lebih tinggi mengabaikan hukum yang lebih rendah.
5) Azas pacta sunt servanda : azas yang mengatakan
bahwa perjanjian yang sudah disepakati berlaku
sebagai undang-undang bagi para pihak yang
bersangkutan.
6) Azas geen straaf zonder schuld artinya tiada
hukuman tanpa kesalahan.
7) Azas nebis in idem yaitu perkara yang sama (subjek
dan objek perkara yang sama) dilarang untuk
diajukan ke pengadilan untuk kedua kalinya (diputus
untuk kedua kalinya).
8) Azas hukum adat: harta asal kembali ke asal, harta
gono gini dibagi dua sama rata.
9) Janda berhak atas harta asal almarhum suaminya
selama anak-anak belum dewasa dan selama ia
belum kawin lagi.
MASYARAKAT HUKUM ADAT
adhatlaw community
Van Vollenhoven = sebelum mempelajari, mengkaji, meneliti, dan
mengerti hukum adat adalah pertama dan utama dipahami dan
dimengerti adalah masyarakat hukum adatnya.
Sebab masyarakat hukum adat itu adalah subjek (pemangku)
hukum adat, dan masyarakat hukum adat itu berfungsi sebagai
denah atau bingkai yang membedakan masyarakat hukum adat
yang satu dengan masyarakat hukum adat lainnya.
Apa yang membedakan Jawa – Madura?
Masyarakat Jawa itu masyarakat hukum adat? = tidak! Siapa
yang menjadi masyarakat hukum adat. Osing? Tidak! Yang
menjadi masyarakat hukum adat Tengger: Ngadisari, Sukosari.
Osing: Aliyan, Kemiren. Bali: Tnganan-Pagringsingan, Tabanan.
Batak: Toba (Singarimbun, Samosir).
MASYARAKAT HUKUM ADAT/PERSEKUTUAN HUKUM =
RECHTSGEMEENSCHAAP
• APA/SIAPA?, DIMANA DIATUR?

• APA DASAR PEMBENTUKNYA?

• APA FUNGSINYA?

• MENGAPA PENTING DIBAHAS?

• APA UNSUR-UNSURNYA?

APA/SIAPA MASYARAKAT HUKUM ADAT?

MASYARAKAT HUKUM ADAT ADALAH SEKELOMPOK MANUSIA (KOMUNITAS


SOSIAL) YANG BERSATU (TERIKAT) OLEH KARENA KESAMAAN DARAH
DAN/ATAU DAERAH, YANG MENDIAMI SUATU WILAYAH TERTENTU, MEMPUNYAI
HARTA KEKAYAAN SENDIRI (BERWUJUD MAUPUN TIDAK BERWUJUD), MEMILIKI
PENGURUS SENDIRI YANG BERSIFAT OTONOM, MEMILIKI TATA NILAI SENDIRI,
DAN TIDAK ADA KEINGINAN UNTUK MEMBUBARKAN DIRI.
6 UNSUR
1) ADA KOMUNITAS ORANG/MANUSIA
2) PERASAAN YANG SAMA : KARENA ADA KESAMAAN DARAH
(GENEOLOGIS) DAN/ATAU DAERAH (TERRITORIAL)
3) MEMPUNYAI HARTA KEKAYAAN (MATERIEL DAN IMMATERIEL)
4) MEMPUNYAI PENGURUS (FUNGSIONARIS HUKUM) YANG BERSIFAT
OTONOM (MANDIRI)
5) MEMILIKI TATA NILAI (TERMASUK HUKUM ADAT)
6) TIDAK KEINGINAN UNTUK MEMBUBARKAN DIRI.
Ad. 1 KOMUNITAS BERBEDA DENGAN SOCIETY = KOMUNITAS = ADA
IKATAN BATIN = KESADARAN KOLEKTIF, KEKELUARGAAN DAN
GOTONG ROYONG
Ad. 2. MERASA BERSATU KARENA ADA IKATAN BATIN YAKNI KESAMAAN
DARAH/KETURU-NAN/LELUHUR ATAU DAERAH (DESA DI JAWA,
BALI, MADURA) ATAU GABUNGAN KEDUANYA (NTT, PAPUA,
SULAWESI). KESAMAAN DARAH = GENEOLOGIS; KESAMAAN
WILAYAH = TERRITORIAL;
TERITORIAL – GENEOLOGI = TERITORIALNYA LEBIH DOMINAN;
GENEOLOGIS – TERITORIAL = GENEOLOGISNYA LEBIH DOMINAN
UNSUR-UNSUR
Ad. 3) Harta benda: Berwujud (materiel goederen) dan harta tidak berwujud
(immateriel goederen). Berujud: tanah, gunung, bukit, lembah, hutan,
sungai, danau, pantai, goa, rumah, lambang, huruf, alat musik, pakaian
tradisional, tenunan/batik, tari-tarian, kesenian, ukiran/pahat, bangunan, dan
senjata. Benda tidak berwujud: nama baik, kehormatan, simbol, lagu-
lagu/tembang, gelar, bahasa, folklor (mitos/mitologi, dongeng).
Ad. 4) Pengurus yang bersifat otonom: struktur organisasi, ada ketua adat,
kepala suku, kepala keamanan, kepala pengairan, penjaga perbatasan,
Ad. 5) Memiliki Tata Nilai sendiri: Hukum adat, Adat-istiadat, Bahasa, Kesenian,
Kepercayaan, kebudayaan/peradaban, Simbol-simbol (yang disebut
pranata) dan Lembaga yaitu struktur yang bertugas/berfungsi menjalankan
pranata-pranata itu.
Ad. 6) Tidak ada keinginan untuk membubarkan diri. Orang yang berkeinginan
untuk membubarkan diri dianggap sebagai pengkhianat dan dibuang
(persona nonrata = dibuang).
UNSUR PEMBENTUK
1) DARAH – GENEOLOGIS:
A) PATRILINEAL: MASYARAKAT TERSUSUN BERDASARKAN GARIS
KETURUNAN/SILSILAH BAPA ASAL = JUJUR (MAS KAWIN)
B) MATRILINEAL: MASYARAKAT TERSUSUN BERDASARKAN GARIS
SILSILAH IBU ASAL; MINANGKABAU
C) PARENTAL: MASYARAKAT TERSUSUN BERDASARKAN SILSILAH
AYAH DAN IBU BERSAMA-SAMA: JAWA, MANADO, DAYAK
D) ALTENEREND: MASYARAKAT TERSUSUN BERDASARKAN GARIS
BAPAK ATAU IBU SECARA BERGANTIAN: KERINCI, NGADA,
ATAMBUA
2) DAERAH – TERRITORIAL:
A) DORPSGEMEENSCHAAP: PERSEKUTUAN DESA
B) STREEKGEMEENSCHAAP: PERSERIKATAN WILAYAH
C) DORPENBOND: PERSERIKATAN DESA
3) GABUNGAN KEDUANYA:
A) GENEOLOGIS-TERRITORIAL
B) TERRITORIAL-GENEOLOGIS
GENEOLOGIS
A) Patrilineal: keturunan yang ditarik menurut garis bapa (laki-
laki). Contoh: Batak, Timor, Bali, Minahasa. Cirikhas: marga
atau fam (familie). Mis. Ginting, Manuhutu, Da Gomes
B) Matrilineal: keturunan yang ditarik menurut garis ibu
(perempuan). Contoh: Minangkabau. Cirikhas: Suku (buah
perut) = ibu asal (yang dijadikan nama suku).
C) Parental: keturunan yang ditarik menurut garis bapa-ibu.
Contoh: Jawa.
D) Altenerend (beralih-alih) keturunan yang ditarik menurut garis
bapa atau garis ibu, secara bergantian tergantung pada
jujuran yang diserahkan oleh kerabat suami kepada kerabat
isteri. Contoh: Kerinci, Ngadhu-bhaga, Atambua
Dasarnya: Jujur = sejumlah/seperangkat harta benda materiel
yang diserahkan oleh kerabat suami kepada kerabat isteri.
Fungsi: sebagai pengganti posisi isteri (anak perempuan) yang
pindah ke kerabat suami
TERRITORIAL = WILAYAH
• ADA 3: dorpsgemeenschaap; streekgemeenschap; dorpenbond
A. Dorpsgemeenschaap = Perserikatan desa = dalam satu wilayah
terdapat beberapa desa dan membentuk sebuah wilayah; satu
desa = satu keturunan/darah. Yang mengikat mereka adalah
kesamaan tempat tinggal.
B. Streekgemeenschaap = Pesekutuan wilayah = beberapa wilayah
bergabung membentuk satu desa. Satu wilayah terdiri dari
beberapa keluarga, satu keluarga = satu keturunan darah. Yang
mengikat mereka = kesamaan tempat wilayah.
C. Dorpenbond = Persekutuan desa = satu wilayah hanya satu desa =
satu desa = satu keturunan yang tinggal di beberapa kampung.
Yang mengikat mereka = desa tempat tinggal.
D. Territorial – geneologis = dalam satu kawasan terdiri dari beberapa
keluarga yang bersifat geneologis. Yang mengikat mereka tempat
tinggal
E. Geneologis – territorial = dalam satu wilayah terdapat beberapa
kampung, dalam satu kampung berdiam beberapa keluarga.
Contoh: NTT, Papua, Sulawesi
DASAR MASYARAKAT HUKUM ADAT
• Dasar pembentukannya:
– Geneologis = dasar pembentukannya = kesamaan darah,
karena berasal dari satu bapak/ibu asal = keturunan, suku
– Territorial = dasar pembentukannya = daerah, tempat
tinggal, karena memiliki kesamaan tempat tinggal,
kesamaan nasib dalam satu perjuangan
– Territorial – geneologis = dasar pembentukannya =
kesamaan wilayah atau tempat tinggal, tetapi juga
kesamaan darah, sebab di beberapa kampung didiami oleh
mereka yang memiliki kesamaan darah = suku
– Geneologis – territorial = dasar pembentukannya =
kesamaan keturunan, namun mereka bertempat tinggal
terpisah-pisah di beberapa kampung, tetapi masih dalam
satu kawasan/wilayah.
FUNGSI MASYARAKAT HUKUM ADAT
• Masyarakat hukum adat atau persekutuan hukum = berfungsi
sebagai: a) denah atau bingkai = membedakan masyarakat
hukum adat yang satu dengan masyarakat hukum adat yang
lain, dengan segala hak dan kewajibannya; b) subjek hukum
adat.
• Sebab masing-masing masyarakat hukum adat itu, memiliki:
organisasi sendiri, kekayaan sendiri, tata nilai sendiri, dan
perasaan kebersamaan/kesadaran kolektif yang berbeda satu
dengan lainnya.
• Terutama berkenaan dengan: hukum adat dan hak kolektif (hak
ulayat).
• Masing-masing masyarakat hukum adat memiliki: hukum adat
yang berfungsi sebagai ‘pedoman’ berperilaku, dan tata nilai
sebagai pedoman bermasyarakat.
MENGAPA PENTING DIBAHAS?
• Hukum adat = hanya hidup dalam suatu
masyarakat hukum adat
• Tanpa masyarakat hukum adat = tidak ada
hukum adat, yang ada hanya tata nilai seperti
adat-istiadat/kebiasaan
• Hukum adat hanya ada dalam masyarakat
hukum adat = masyarakat hukum adat sebagai
subjek hukum; harta benda dan tata nilai
sebagai objek hak dari masyarakat hukum adat
• Tata nilai: bahasa, kesenian (suara, musik, tari,
ukir/pahat, lukis, tenun, batik), kepercayaan
Hak ulayat
• Hak masyarakat hukum adat : berlapis
satu dan berlapis dua
– Hak milik pribadi
– Hak komunal:
• Hak komunal = hak masyarakat adat teriritorial
• Hak kolektif = hak masyarakat hukum adat
geneologis
Hak komunal = hak pakai, hak menikmati hasil

Sistim: matok galeng gilir wong


matok galeng matok wong
• Dasar pembentukanhukum masyarakat hukum adat =
geneologi, teritorial, teritorial – geneologi, geneologis
– teritorial
• Dasar hukum masyarakat hukum adat = pasal 18 B
ayat (2) UUD NRI Tahun 1945 – U.U. No. 6 Tahun
2014 tentang Desa – P.P;
• Pasal 28 I ayat (3) – UU No. 39 Tahun 1999 ttg. HAM
• Dasar Hukum Hak Ulayat = UU No. 5 Tahun 1960 =
Pasal 33 UUD NRI 1945 – UU No. 2 Tahun 2012 ttg
Tanah Untuk Kepentingan Umum
• UUD NRI Tahun 1945 = pasal 18 B ayat (2)
MASYARAKAT HUKUM ADAT
A) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 52 Tahun 2014
Tentang Pedoman Pengakuan Dan Perlindungan Masyarakat
Hukum Adat

B) Pasal 1 Angka 1 : Masyarakat Hukum Adat adalah Warga


Negara Indonesia yang memiliki karakteristik khas, hidup
berkelompok secara harmonis sesuai hukum adatnya, memiliki
ikatan pada asal usul leluhur dan atau kesamaan tempat
tinggal, terdapat hubungan yang kuat dengan tanah dan
lingkungan hidup, serta adanya sistem nilai yang menentukan
pranata ekonomi, politik, sosial, budaya, hukum dan
memanfaatkan satu wilayah tertentu secara turun temurun.
UNSUR MASYARAKAT HUKUM ADAT

A) Warga Negara Indonesia yang memiliki karakteristik khas

B) hidup berkelompok secara harmonis sesuai hukum adatnya

C) memiliki ikatan pada asal usul leluhur dan atau kesamaan


tempat tinggal

D) terdapat hubungan yang kuat dengan tanah dan lingkungan


hidup, serta

E) adanya sistem nilai yang menentukan pranata ekonomi, politik,


sosial, budaya, hukum dan

F) memanfaatkan satu wilayah tertentu secara turun temurun.


PENGAKUAN DAN PERLINDUNGAN

A) Pengakuan Dan Perlindungan Dilakukan Oleh Gubernur Dan


Bupati/Wali Kota (Pasal 2)

B) Dalam Rangka Pengakuan Dan Perlindungan Dibentuk Panitia


Masyarakat Hukum Adat Kabupaten/Kota (Pasal 3 ayat 1).

C) Pengakuan dan perlindungan sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 2 dilakukan melalui tahapan:

a. identifikasi Masyarakat Hukum Adat;

b. verifikasi dan validasi Masyarakat Hukum Adat; dan

c. penetapan Masyarakat Hukum Adat.


IDENTIFIKASI

1) Identifikasi sebagaimana dimaksud pada Pasal 5 ayat (1)


dilakukan dengan mencermati:

a. sejarah Masyarakat Hukum Adat;

b. wilayah Adat;

c. hukum Adat;

d. harta kekayaan dan/atau benda-benda adat; dan

e. kelembagaan/sistem pemerintahan adat.

2) Hasil identifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)


dilakukan verifikasi dan validasi oleh Panitia Masyarakat
Hukum Adat kabupaten/kota.
TUJUAN DAN MANFAAT MEMPELAJARI
HUKUM ADAT
• UNSUR ILMU:
– A. ONTOLOGI ILMU = SUBSTANSI ILMU – OBJEK KAJIAN (APA ITU)
– B. EPISTEMOLOGI ILMJU = METODE KAJIAN (BAGAIMANA)
– C. AKSIOLOGI ILMU = TUJUAN DAN MANFAAT (UNTUK APA ATAU
MENGAPA)
TUJUAN :
A) ILMU UNTUK ILMU (PURE SCIENSE) – ILMU MURNI: KONSEP, TEORI,
DOKTRIN
B) ILMU UNTUK KESEJAHTERAAN UMAT MANUSIA –APPLIED SCIENSE
– MANFAAT = HUKUM ADAT – PEDOMAN : 15 MANFAAT
C) MANFAAT:
A) INTEGRASI
B) PERLINDUNGAN
C) KETERTIBAN
D) KEAMANAN,
E) KESELAMATAN,
F) PEMBAHARUAN, DB.NYA
• Hukum Adat adalah hukum yang benar-
benar hidup dalam kesadaran hati nurani
masyarakat dan tercermin dalam pola-pola
tindakan mereka sesuai dengan adat
istiadatnya dan pola-pola sosial
budayanya yang tidak bertentangan
dengan kepentingan nasional
• Hukum Adat adalah hukum yang ------------
dalam kesadaran hati nurani masyarakat dan
tercermin dalam ------------ tindakan mereka
sesuai dengan adat istiadatnya dan pola-pola
sosial budayanya yang tidak bertentangan ------
----------
a. Isilah …… dengan kata yg tepat
b. Dimana ditemukan? atau
c. Oleh siapa?
• Isilah --------------- dengan kata yang tepat
sebagaimana aslinya.
“Hukum Adat adalah aturan atau ------------- yang
hidup dalam masyarakat hukum adat,
mengatur, mengikat dan ---------------, serta
mempunyai sanksi”
• Dimana diatur?
• Oleh siapa?
• UU No. 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi
Papua, yang diundangkan dalam LN. 135 Tahun 2001 tanggal
21 November 2001, Pasal 1 huruf q menyatakan
bahwa “Hukum Adat adalah aturan atau norma
tidak tertulis yang hidup dalam masyarakat hukum
adat, mengatur, mengikat dan dipertahankan,
serta mempunyai sanksi.”
Posttest
a) Ter Haar melakukan paradigm shift pada
tahun 1937. Mengapa?
b) Teori Integrasi dari Soepomo ditolak oleh para
sarjana hukum adat Indonesia. Mengapa?
c) Mengapa teori yang dikemukakan oleh Van
Vollenhoven itu disebut teori realitas?

Nama:
NIM:
Kelas:
Pretest = kelas C
a) Hukum adat berasal dari kata “adatrecht” = benarkah
hukum adat sama dengan adatrecht?
b) Apakah Hukum Adat = hukum kebiasaan?
c) Jelaskan!

Nama:
Nim:
Kelas:
Waktu : 10 menit
Mulai: 13.34 – 13.44
PRETEST = D
A) Mengapa Ter Haar melakukan perubahan
terhadap pendapatnya sendiri?
B) Mengapa teori Supomo kurang diterima oleh
kalangan ilmuwan hukum adat?

Nama :
NIM:
Kelas:
WAKTU: 15 MENIT
POSTTEST
• APAKAH OBJEK KAJIAN HUKUM ADAT?
• ADA BERAPA MACAM HAK DALAM HUKUM ADAT?

• NAMA:
• NIM:
• KELAS:
• WAKTU: 5 MENIT
Pretest = kelas D
a. Mengapa Snouck Hurgronje memberi
nama ‘adatrecht’ kepada hukum asli
bangsa Indonesia?
b. Apakah adatrecht = hukum adat?
Jelaskan

Nama:
Nim :
Kelas:
Waktu: 10 menit
POSTEST
A) APAKAH ARTI DARI KATA ‘POSITIF’
MENURUT VAN VOLLENHOVEN
B) MENGAPA TEORI INTEGRASI SOEPOMO
DITOLAK

C) NAMA:
D) NIM:
E) KELAS:
F) WAKTU: 5 MENIT
Pretest = kelas B
• Dimana hukum adat ditemukan? Mengapa?
• Siapa yang bertanggungjawab terhadap
pengembanan hukum adat? Mengapa?

• Nama:
• Nim:
• Kelas:
• Waktu: 10 menit
Posttest
• Bagaimanakah caranya anda menemukan
hukum adat?
• Apakah hukum adat itu hanya ditemukan di
dalam masyarakat hukum adat?

• Nama:
NIM:
Kelas:
• Waktu : 10 menit
PRETEST = KELAS C
A. APAKAH YANG MENJADI OBJEK KAJIAN HUKUM ADAT?
B. DIMANA HUKUM ADAT DITEMUKAN ATAU KEMANA
HUKUM ADAT ITU DICARI? MENGAPA?
C. SIAPAKAH YANG BERTANGGUNGJAWAB TERHADAP
PELESTARIAN HUKUM ADAT? MENGAPA?

NAMA :
NIM :
KELAS:
WAKTU: 15 MENIT
Pretest Kelas D
• Apa manfaat mempelajari hukum adat?

• Nama:
• NIM:
• Kelas:
• Waktu: 5 menit
• Materi UTS
– Pengertian-pengertian hukum adat
– Ruang lingkup hukum adat
– Metode kajian hukum adat
– Tujuan dan manfaat
– Dasar hukum berlakunya hukum adat
– Sejarah hukum adat

Anda mungkin juga menyukai