Prof. Subekti, SH :
Sistem hukum itu merupakan suatu susunan atau taatan yang
teratur, suatu keseluruhan yang terdiri dari atas bagian-bagian yang
berkaitan satu sama lain, tersusun menurut suatu rencana atau
pola, hasil dari suatu penulisan untuk mencapai suatu tujuan.
Sistem hukum Anglo Saxon
Sistem hukum Eropa continental
Sistem hukum Negara Sosialis
Sistem hukum Adat
Sistem hukum Islam
Sistem Hukum Anglo Saxon
Dalam hal putusan hakim sudah “out of date” maka hakim dapat
menetapkan putusan baru berdasarkan kepada nilai-nilai keadilan,
kebenaran dan akal sehat (common sense) yang dimilikinya.
Sistem Hukum Anglo Saxon
Dalam sistem juri hakim bertindak sebagai pejabat yang memeriksa dan
memutuskan hukumnya, sementara itu juri memeriksa peristiwa atau
kasusnya kemudian menentukan bersalah dan tidaknya terdakwa atau
pihak yang berperkara. Hal ini berarti bahwa hakim diikat oleh suatu “stare
decisis” atau “the binding force of precedent” yang berati bahwa
putusan hakim-hakim lain untuk mengikutinya pada perkara yang sejenis.
Namun demikian dalam hal belum ada putusan hakim yang sejenis atau
putusan pengadilan yang sudah ada tetapi sudah tidak sesuai dengan gerak
perkembangan zaman, maka hakim dapat menetapkan putusan baru
dengan nilai-nilai keadilan, kebenaran dan akal sehat (“common sense”)
serta dengan pertimbangan yang rasa penuh tanggung-jawab.
Penggunaan juri di dalam sistem ini berlaku baik untuk perkara perdata dan
juga perkara pidana. Juri dipilih dari komunitas warga masyarakat (tokoh-
tokoh masyarakat setempat) dan bukan ahli hukum atau sarjana hukum.
Sebelum melaksanakan tugasnya juri terlebih dahulu diambil sumpahnya
dan dipastikan bahwa para juri akan berlaku obyektif. Jumlah juri genap dan
pada umumnya 8 atau 12 orang dalam satu persidangan.
Sistem hukum ini juga mengenal pembagian berdasarkan hukum publik dan
hukum privat.
Sistem Hukum Eropa Kontinental
Sejarahnya sistem hukum ini berasal dari kodifikasi hukum yang berlaku
di kekaisaran Romawi pada masa pemerintahan Kaisar Justianus abad IV
sebelum masehi.
Prinsip utama yang menjadi dasar sistem hukum ini adalah bahwa “hukum
memperoleh kekuatan mengikat, karena diwujudkan di dalam peraturan-
peraturan yang berbentuk undang-undang dan tersusun secara sistematik
di dalam kodifikasi atau kompilasi tertentu”
Adanya prinsip ini didasarkan pemikiran bahwa nilai dari tujuan hukum
“kepastian hukum”. Untuk itu kepastian hukum hanya dapat diwujudkan
apabila tindakan-tindakan hukum manusia dalam pergaulan hidup diatur
dengan peraturan-peraturan hukum yang tertulis.
Sistem hukum ini mengenal dua bagian utama, yaitu hukum publik
dan hukum privat.
Sistem peradilan ini tidak mengenal sistem juri. Tugas dan tanggung-
jawab hakim disini adalah memeriksa langsung materi perkara,
menentukan bersalah tidaknya terdakwa atau pihak yang berpekara,
kemudian sekaligus menerapkan hukumannya.
Sistem Hukum Eropa Kontinetal
Metode berpikir hakim dilakukan secara “deduktif” yaitu berpikir dari yang
umum kepada yang khusus. Dalam hal ini hakim berpikir dari ketentuan
yang umum untuk diterapkan pada kasus in-konreto yang sedang diadili.
Contoh ketentuan hukum dalam peraturan Indonesia adalah kata-kata
“barangsiapa” yang berarti siapa saja berlaku secara umum bagi setiap
subjek hukum.
Dalam sistem ini juga menggunakan pula metode “subsumptie” dan metode
“sillogisme”. Subsumptie adalah suatu upaya memasukan peristiwa ke
dalam peraturannya yang banyak dilakukan dalam perkara pidana. Suatu
peristiwa hukum dicarikan rumusan peraturan perundang-undangan yang
dilanggar, seperti mencocokan sepatu dengan kaki pemakainnya.
Namun metode subsumptie ini agak sulit diterapkan pada perkara perdata,
karena banyak peraturan perdata yang tidak tertulis.
Perbedaan Common Law dan Civil Law
Perbedaan dari segi keterikatan pada alat bukti, yaitu pada hukum
acara pidana, hakim selain terikat pada alat-alat bukti yang sah, juga
harus yakin akan kesalahan terdakwa, atau dikenal dengan istilah
“beyond reasonable doubt” yang berarti “alasan yang tidak diragukan
lagi”. Pada hukum acara perdata, hakim hanya terikat pada alat-alat
bukti yang sah. Hal ini biasa disebut dengan istilah “preponderance of
evidence” yang bearti “pengaruh yang lebih besar dari alat bukti”
Perbedaan Hukum Acara (Common Law & Civil Law)
ANGLO SAXON
Mulai berkembang di Inggris pada abad 16
Sering disebut sebagai COMMON LAW
Berkembang diluar Inggris di Kanada, USA, dan bekas
koloni Inggris (negara persemakmuran/ common
wealth); spt: Australia, Malaysia, Singapore, India,
dll.
HUKUM ADAT