Anda di halaman 1dari 9

Wujud, isi, sifat dan

klasifikasi hukum

Oleh :
Santi Rima Melati, SH,
MH

1
HUKUM
hukum adalah salah satu macam
kaedah/norma yang mengatur hubungan antar
pribadi dalam masyarakat. Manusia sebagai
mahluk sosial dalam menjaga kelangsungan
hidupnya senantiasa tidak pernah bisa
menghindarkan diri dari jangkauan perangkat
aturan-aturan hukum. Dimana ada masyarakat
di situ ada hukum. Sudah barang tentu
kehidupan manusia dalam kenyataannya tidak
hanya diatur oleh kaedah hukum semata-
mata. Kaedah hukum hanyalah salah satu dari
berbagai kaedah yang lain

2
A. Wujud Hukum
1.Abstrak
2.konkrit
Dari sudut daya cakup maupun hierarki, hukum itu bersifat abstrak
(umum) dan konkrit atau individual. Menurut Hans Kelsen, tata
kaedah hukum dari suatu negara itu merupakan suatu sistem
kaedah-kaedah sederhana dapatlah diuraikan sebagai berikut :
tingkat paling bawah dari tata kaedah tersebut terdiri dari kaedah-
kaedah individual yang di bentuk oleh badan-badan pelaksana
hukum, khususnya pengadilan.Kaedah-kaedah individual tersebut
senantiasa tergantung dari undang-undang yang merupakan
kaedah-kaedah umum yang dibentuk oleh badan legislatif, dan
hukum kebiasaan yang merupakan tingkatan lebih tinggi. Undang-
undang dan hukum kebiasaan tersebut tergantung pada konstitusi
yang merupakan tingkat tertinggi dari tata kaedah hukum yang
dianggap sebagai suatu sistem kaedah-kaedah positif.

3 3
.
Hukum konkrit atau kaedah hukum Individual dapat dijelaskan dengan
beberapa contoh dibawah ini :

1.Seseorang telah melakukan perbuatan yang diancam oleh ketentuan hukum pidana
yang berlaku, misalnya mencuri.

contoh :
Melakukan pencurian diancam pidana oleh ketentuan pasal 362 KUHP. Jika orang
tersebut terbukti memenuhi unsur-unsur yang disebutkan dalam pasal yang
bersangkutan, maka hukuman dapat dijatuhkan oleh Pengadilan. Keputusan pengadilan
yang menjatuhkan hukuman terhadap orang tersebut merupakan hukum konkrit yang
khusus ditujukan kepada orang tertentu, yakni si pelaku. Hal ini berbeda dengan
ketentuan yang dipakai sebagai dasar untuk penjatuhan hukuman yang merupakan
hukum abstrak yang berlaku umum, artinya berlaku bagi siapa saja yang memenuhi
rumusan pasal tersebut.

2. Hukum konkrit tidak selalu berasal dari badan peradilan yang berupa
keputusan tertentu, tetapi dapat pula berasal dari badan pemerintahan (bestuur),
misalnya berbagai ijin yang dikeluarkan badan yang berwenang pada orang-
orang tertentu untuk dapat melakukan suatu kegiatan tertentu.

Contoh :
ijin yang dikeluarkan untuk melakukan impor/ekspor barang-barang tertentu, ijin
untuk mendirikan bangunan, ijin mengemudikan kendaraan bermotor dan berbagai ijin
yang lain. Berbag·ai ijin yang dikeluarkan oleh “bestuur” tersebut juga merupakan
kaidah-kaidah hukum konkrit/individual.
4
B. Isi dan sifat Hukum
Hukum jika ditinjau dari segi isinya dapat dikenal adanya tiga macam
kaedah. Ketiga macam kaedah tersebut adalah:
- Kaedah hukum yang mengandung atau berisikan perintah/suruhan
(“gebod”).
- Kaedah hukum yang mengandung atau berisikan larangan (“verbod”)
- Kaedah hukum yang mengandung atau berisikan kebolehan (“mogen”).

Dari ketiga macam kaedah hukum tersebut dapat diberi beberapa contoh
sebagai berikut :

1. Kaedah hukum yang berisikan perintah/suruhan yang terdapat dalam


hukum Tata Negara kita adalah ketentuan yang terdapat dalam pasal 22
ayat (1), (2), dan (3) Undang-undang Dasar 1945 yang berbunyi sebagai
berikut :
 Dalam hal-ikhwal kegentingan yang memaksa, Presiden berhak
menetapkan peraturan Pemerintah sebagai pengganti undang-undang.
 Peraturan Pemerintah itu harus mendapat persetujuan Dewan Perwakilan
Rakyat dalam persidangan yang berikut.
 Jika tidak dapat persetujuan, maka Peraturan Pemerintah itu harus
dicabut.
5 5
2. Kaedah hukum yang berisikan larangan. Kaedah ini dapat ditemukan dalam
pasal 8 dari UU No. 1 Tahun 1974 yang pada dasarnya menyatakan
bahwa suatu perkawinan dilarang dilangsungkan antar dua orang yang :
a. Berhubungan darah dalan garis keturunan ke bawah ataupun ke atas.
b. Berhubungan darah dalam garis keturunan menyamping yaitu antar
saudara, antara seseorang dengan saudara orang tua dan antar seseorang
dengan saudara neneknya.
3. Kaedah hukum yang berisikan kebolehan dapat dijumpai dalam pasal 29
ayat (1) Undang-undang No.1Tahun 1974; yang menyatakan bahwa pihak-
pihak yang menikah dapat mengadakan perjanjian tertulis yang disahkan
oleh Pegawai pencatat perkawinan pada waktu atau sebelum perkawinan
dilangsungkan asalkan tidak melanggar batas-batas hukum agama dan
kesusilaan.

Di samping pembedaan kaedah hukum menurut isinya, kaedah hukum dapat


pula dibedakan menurut sifatnya, yang dapat dikelompokkan ke dalam:
1) Kaedah-kaedah hukum yang bersifat imperatif (kaedah suruhan dan
larangan).
2) Kaedah-kaedah hukum yang bersifat fakultatif (kaedah kebolehan).

6 6
Klasifikasi Hukum

Klasifikasi hukum adalah penggolongan yg didasarkan pada berbagai


sudut pandangan dan ukuran (maatstavan), misalnya didasarkan pada
sumbernya, daerah kekuasaannya, dan kekuatan berlakunya.

Tujuan Klasifikasi Hukum


1.Dari segi nilai-nilai teoritis adalah untuk mencapai suatu pengertian
yg lebih baik
2.Dari segi praktis supaya lebih mudah menemukan dan menetapkan
hukum

7
8 Dasar Penggolongan Hukum yang
Lazim Digunakan
1. Sumbernya
2. Daerah kekuasaannya
3. Kekuatan Berlakunya
4. Isinya
5. Fungsi & Pemeliharaannya
6. Bentuknya
7. Wujudnya
8. Waktu Berlakunya 8
Hukum berdasarkan kekuasaannya :
a. Hukum nasional adalah hukum yg berlaku dalam wilayah negara tertentu
b. Hukum Internasional yaitu hukum yg berlaku di wilayah berbagai
negara.
c. Hukum Asing adalah hukum yg berlaku dinegara lain.
Hukum Menurut Bentuknya :
a. Hukum Tertulis
b. Hukum tidak tertulis (hukum kebiasaan)
Hukum Menurut Waktu Berlakunya
a. Ius Constitutum (Hukum Positif), yaitu hukum yg berlaku sekarang bagi
masy tertentu dlm suatu daerah bagi suatu

Anda mungkin juga menyukai