Anda di halaman 1dari 21

Kapita Selekta Hukum Perdata B

Makalah Gugatan Sederhana

Disusun oleh:
Kelompok 8:

1. Amalia Muthy Afifa (1806219545)


2. Atika Rizka Fajrina (1806139140)
3. Bagas Yurisditya (1706047883)
4. Dede Sulaiman (1806139203)
5. Dina Riantika (1806139222)
6. Fairuz Rana Indrayanti (1806219412)
7. Gariel Kristiadi (1806220295)
8. Muhammad Iqbal Fadhilah Syahputra (1806219526)
9. Muhammad Lingga (1806219192)
10. Rafi Aulia Ibrahim (1806220692)
11. Randhika Pratama (1806219835)
12. Sheliah Sylvania Patty (1806219564)
13. Sultan Falah Basyah (1806219002)

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS INDONESIA


DEPOK
2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Banyaknya perkara yang masuk akhir-akhir ini menimbulkan beberapa masalah,


terutama yang berkaitan dengan keterbatasan hakim sebagai sumber daya manusia.
Meningkatkan perkara, baik secara kualitas dan kuantitas, menyebabkan perkara menumpuk
sehingga penyelesaian sengketa menjadi lambat. Permasalahan tersebut tertera dalam cetak
biru (Blue Print) Pembaharuan Peradilan Mahkamah Agung 2010-2035, bahwa terdapat
beberapa hal yang menjadi fokus perhatian untuk perbaikan lembaga peradilan yang
dikarenakan: Lamanya proses berperkara; Kurangnya pemahaman pencari keadilan dan
pengguna pengadilan mengenai prosedur, dokumen dan persyaratan yang diperlukan;
Minimnya kepercayaan masyarakat terhadap lembaga peradilan. 1
Permasalahan yang timbul akibat keterbatasan sumber daya dalam penanganan kasus
sengketa merupakan urgensi diperlukannya terobosan baru dalam hukum acara perdata.
Adanya terobosan baru diharapkan dapat menyelesaikan dengan cepat dan tepat sehingga
biaya yang dikeluarkan minimal dan dapat memberikan hasil penyelesaian yang dapat
diterima oleh berbagai pihak. Sejalan dengan hal tersebut di atas, kekurangan pada sistem
penyelesaian sengketa perdata di Indonesia juga dicermati oleh pemerintah. Hal ini dapat
dilihat di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2014–2019 melalui Peraturan
Presiden Nomor 2 Tahun 2015 di dalam Buku I Agenda Pembangunan Nasional, angka 6.4.1
sub angka 4 dinyatakan bahwa sasaran rencana pembangunan dalam bidang hukum adalah
melaksanakan Reformasi Sistem Hukum Perdata yang Mudah dan Cepat. 2
Berkaitan dengan dengan hal tersebut, karena masih berlarut-larutnya penyelesaian
suatu sengketa perdata, maka Mahkamah Agung mengeluarkan Peraturan Mahkamah Agung
Nomor 2 Tahun 2015 Tentang Tata Cara Penyelesaian Gugatan Sederhana. Dalam
konsiderans PERMA ini dikatakan bahwa penyelesaian perkara perdata berdasarkan aturan
mengenai hukum acara perdata yang ada, dilakukan dengan pemeriksaan tanpa membedakan

1
Anita Afriana, “Penerapan Acara Singkat dan Acara Cepat dalam Penyelesaian Sengketa Perdata di
Pengadilan: Suatu Tinjauan Politik Hukum Acara Perdata”, Jurnal Hukum Acara Perdata ADHAPER, 1 (2015),
hlm. 33.
2
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional,
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015 – 2019, Buku I : Agenda Pembangunan Nasional,
(Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, 2014), hlm.
120.
lebih lanjut nilai objek dan gugatan serta sederhana tidaknya pembuktian, sehingga untuk
penyelesaian perkara sederhana memerlukan waktu yang lama. Pada dasarnya Peraturan
Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2015 mengatur tata cara penyelesaian perkara perdata di
pengadilan. Namun ada beberapa hal yang menjadi pembeda dari pada hukum acara perdata
biasa diantaranya ialah gugatan hanya dapat diajukan terhadap perkara cidera janji dan
perbuatan melawan hukum dengan batasan nilai gugatan dibawah 200 juta Rupiah, penggugat
dan tergugat harus berdomisili dalam yurisdiksi pengadilan yang sama. Perkara yang
menyangkut dengan sengketa atas tanah serta perkara yang harus diselesaikan di pengadilan
khusus tidak bisa diajukan gugatan sederhana.
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengertian dan pengaturan mengenai Gugatan Sederhana dalam


sistem peradilan perdata?
2. Adakah perbedaan gugatan sederhana dibandingkan dengan gugatan biasa?
3. Adakah perbedaan ketentuan gugatan sederhana yang ada di Perma No. 2 Tahun
2015 dengan ketentuan yang ada di Perma No. 4 Tahun 2019?
BAB II

ISI

A. Pengertian dan Pengaturan mengenai Gugatan Sederhana di Indonesia

Kebutuhan masyarakat akan penyelesaian sengketa yang cepat dan murah khususnya
dalam sengketa bisnis yang nilai gugatannya kecil menghasilkan suatu mekanisme
penyelesaian sengketa yang disebut “gugatan sederhana” atau “small claims court”.3 Black’s
Law Dictionary mendefinisikan small claims court sebagai suatu pengadilan yang bersifat
informal (prosedur yang terpisah dari prosedur pengadilan biasa) dengan pemeriksaan yang
cepat untuk mengambil putusan atas tuntutan ganti kerugian atau utang piutang yang nilai
gugatannya kecil. Penerapan gugatan sederhana di Indonesia didasarkan pada small claims
court di Amerika Serikat yang pertama kali muncul pada awal abad ke-20 karena proses
peradilan perdata secara formal sangat kompleks, rumit, dan mahal. 4 Sehingga, pengusaha kecil
atau orang berpenghasilan kecil tidak dapat menggunakan peradilan tersebut untuk
mengajukan gugatan ke pengadilan. Di Amerika Serikat, mekanisme ini meliputi lima
komponen utama5, yakni:

A. pengurangan biaya pengadilan;


B. penyederhanaan proses permohonan/pengajuan gugatan;
C. prosedur penyelesaian sebagian besar diserahkan kepada kebijaksanaan hakim
pengadilan, dengan pembuktian yang sederhana;
D. hakim dan panitera pengadilan diharapkan dapat membantu pihak yang berperkara baik
dalam persiapan pengajuan gugatan dan pemeriksaan perkara di pengadilan, sehingga
tidak diperlukan perwakilan oleh pengacara; dan
E. hakim diberi kewenangan untuk memerintahkan pembayaran secara langsung atau
melalui angsuran.

Di Indonesia, mekanisme gugatan sederhana merupakan realisasi dari ketentuan Pasal


2 ayat (4) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, yang

3
Nevey Varida Ariani, “Gugatan Sederhana dalam Sistem Peradilan di Indonesia (Small Claim
Lawsuit in Indonesian Justice System)”, Jurnal Penelitian Hukum DE JURE Vol. 18 No. 3 (September 2018):
382.
4
Arman Tjoneng, “Gugatan Sederhana sebagai Terobosan Mahkamah Agung dalam Menyelesaikan
Penumpukan Perkara di Pengadilan dan Permasalahannya”, Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi Vol. 8 No. 2
(April 2017): 97.
5
Ibid., hlm. 97.
menetapkan bahwa pemeriksaan perkara, termasuk perkara perdata, dilaksanakan berdasarkan
asas sederhana, cepat dan biaya ringan. Pemeriksaan dan penyelesaian secara sederhana artinya
dilakukan dengan cara efisien dan efektif. Proses peradilan yang cepat artinya dilaksanakan
dengan memperhatikan efisiensi waktu sehingga nasib para pihak yang berperkara lebih pasti.
Asas cepat meliputi cepat dalam proses, cepat dalam hasil, dan cepat dalam evaluasi terhadap
kinerja dan tingkat produktivitas institusi peradilan. 6 Biaya ringan adalah biaya perkara yang
terjangkau oleh masyarakat. 7 Hasil penyelesaian yang diperoleh dari proses peradilan dengan
mekanime gugatan sederhana berupa putusan hakim yang mempunyai kekuatan mengikat. 8

Definisi penyelesaian gugatan sederhana diatur dalam Peraturan Mahkamah Agung


Nomor 4 Tahun 2019 yakni tata cara pemeriksaan di persidangan terhadap gugatan perdata
dengan nilai gugatan materiil paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) yang
diselesaikan dengan tata cara dan pembuktiannya sederhana. Dalam penyelesaian gugatan
sederhana, terdapat dua jenis perkara yang tidak bisa diselesaikan. Pertama, perkara yang
penyelesaian sengketanya dilakukan melalui pengadilan khusus dan kedua, perkara sengketa
hak atas tanah. Maka dalam sistem ini dikenal suatu “dismissal process”, yang mana hakim
dalam sidang pendahuluan berwenang menilai dan menentukan apakah suatu perkara masuk
kriteria gugatan sederhana atau bukan. 9 Jika hakim berpendapat bukan, maka dikeluarkan suatu
penetapan bahwa perkara tidak berlanjut. Secara garis besar dapat diuraikan jenis perkara yang
dapat diselesaikan melalui gugatan sederhana, yakni perkara perdata yang nilai ekonomi
gugatannya relatif kecil, tidak memerlukan proses administrasi perkara dan pembuktian yang
kompleks serta dapat diselesaikan dengan hukum acara singkat/sederhana. 10 Contoh perkara
demikian antara lain meliputi sengketa konsumen, utang-piutang, jual beli barang, klaim
kerusakan barang, sengketa UMKM, dan sengketa-sengketa lain yang timbul akibat hubungan
kontraktual.

B. Perbandingan Gugatan Sederhana dengan Gugatan Perdata Biasa


a. Nilai gugatan

6
Nevey Varida Ariani, “Gugatan Sederhana,” hlm. 384.
7
Indonesia, Undang-Undang tentang Kekuasaan Kehakiman, UU No. 48 Tahun 2009, LN No. 157
Tahun 2009, TLN No. 5076, Ps.2 ayat (4).
8
Efa Laela Fakhriah, “Mekanisme Small Claims Court Dalam Mewujudkan Tercapainya Peradilan
Sederhana, Cepat, dan Biaya Ringan”, MIMBAR HUKUM Vol. 25 No. 2 (Juni 2013): 266.
9
Nevey Varida Ariani, “Gugatan Sederhana,” hlm. 383.
10
Efa Laela Fakhriah, “Mekanisme Small Claims Court,” hlm. 268.
Merujuk kepada definisi Penyelesaian Gugatan Sederhana berdasarkan
Peraturan Mahkamah Agung Nomor 4 Tahun 2019, pembeda utama antara
gugatan sederhana dengan gugatan perdata biasa adalah bahwa batas maksimal
nilai gugatan dalam gugatan sederhana senilai Rp500.000.000,00 (lima ratus
juta rupiah), sedangkan dalam gugatan biasa, jumlah nilai gugatannya lebih dari
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

b. Domisili para pihak

Dalam gugatan biasa dan gugatan sederhana, domisili penggugat dengan


tergugat dapat berbeda. Akan tetapi, berdasarkan Pasal 4 ayat (3) Peraturan
Mahkamah Agung No. 2 Tahun 2015 yang diubah oleh Peraturan Mahkamah
Agung Nomor 4 Tahun 2019, diketahui bahwa penggugat dan tergugat dalam
gugatan sederhana berdomisili di daerah hukum yang sama. Kemudian dalam
Pasal 4 ayat (3a) diterangkan lebih lanjut bahwa apabila domisili penggugat dan
tergugat dalam gugatan sederhana berbeda maka penggugat akan menunjuk
kuasa yang berdomisili sama dengan tergugat.

c. Jumlah para pihak

Berdasarkan Pasal 4 ayat (1) Peraturan Mahkamah Agung No. 2 Tahun 2015
yang diubah oleh Peraturan Mahkamah Agung Nomor 4 Tahun 2019, jumlah
para pihak dalam gugatan sederhana yaitu penggugat dan tergugat masing-
masing tidak boleh lebih dari satu kecuali memiliki kepentingan hukum yang
sama. Sementara, jumlah para pihak dalam gugatan biasa tidak ada batasan
seperti itu.

d. Alamat tergugat

Alamat tergugat dalam gugatan sederhana wajib diketahui karena berdasarkan


Pasal 4 ayat (2) Peraturan Mahkamah Agung No. 2 Tahun 2015 yang diubah
oleh Peraturan Mahkamah Agung Nomor 4 Tahun 2019, terhadap tergugat yang
tidak diketahui tempat tinggalnya, tidak dapat diajukan gugatan sederhana.
Sementara, dalam gugatan biasa alamat tergugat tidak wajib diketahui.

e. Pendaftaran perkara
Pendaftaran perkara dalam gugatan sederhana dilakukan melalui pengisian
blanko atau formulir yang disediakan kepaniteraan sementara dalam gugatan
biasa perkara didaftarkan dengan membuat surat gugatan yang ditujukan kepada
ketua pengadilan negeri.

f. Pengajuan bukti-bukti

Pengajuan bukti dalam gugatan sederhana dibarengi dengan pendaftaran


gugatan sementara dalam gugatan biasa pengajuan bukti dilakukan dalam
proses persidangan.

g. Penunjukan hakim dan panitera sidang

Dalam gugatan sederhana, penunjukan hakim dan panitera pengganti dilakukan


paling lama 2 hari setelah gugatan didaftarkan.

h. Pemeriksa dan pemutus

Pemeriksa dan pemutus perkara dalam gugatan sederhana adalah satu orang
hakim dibantu oleh satu orang panitera dalam proses pemeriksaan perkara
sementara dalam gugatan biasa pemeriksa dan pemutus perkara dilakukan oleh
majelis hakim.

i. Pemeriksaan pendahuluan

Terdapat pemeriksaan pendahuluan dalam gugatan sederhana namun tidak ada


pemeriksaan pendahuluan dalam gugatan biasa.

j. Mediasi

Tidak ada mediasi dalam gugatan sederhana.

k. Kehadiran para pihak

Para pihak wajib hadir pada hari pertama pemeriksaan perkara gugatan
sederhana di pengadilan. Ketidakhadiran para pihak pada hari pertama akan
menyebabkan gugatan dibatalkan. Akan tetapi dalam gugatan biasa kehadiran
tersebut tidak diperlukan.

l. Pemeriksaan perkara
Pemeriksaan perkara dalam gugatan sederhana hanya berupa pembacaan surat
gugatan dan jawaban tergugat tanpa adanya tuntutan provisi, eksepsi,
rekonvensi, intervensi, replik, duplik, atau kesimpulan layaknya pemeriksaan
perkara dalam gugatan biasa.

m. Batas waktu penyelesaian perkara

Batas waktu penyelesaian perkara gugatan sederhana adalah 25 hari kerja sejak
hari sidang pertama.

n. Penyampaian putusan

Apabila para pihak tidak hadir, dalam gugatan sederhana penyampaian putusan
dilaksanakan paling lambat 2 hari setelah putusan diucapkan sementara dalam
gugatan biasa penyampaian putusan dilaksanakan paling lambat 7 hari setelah
putusan diucapkan.

o. Upaya hukum

Dalam perihal upaya hukum, gugatan biasa mengenal 2 sistem upaya


hukum, upaya hukum biasa dan upaya hukum luar biasa. Upaya hukum adalah
sebuah upaya yang difasilitasi oleh undang-undang untuk melawan putusan
hakim bagi pihak-pihak yang merasa dirugikan oleh putusan hakim tersebut. 11
di dalam upaya hukum biasa, terbagi menjadi verzet, banding, dan kasasi.
Sedangkan, upaya hukum luar biasa terbagi menjadi peninjauan kembali dan
perlawanan pihak ketiga. Sedangkan dalam gugatan sederhana, upaya hukum
yang dapat ditempuh adalah pengajuan keberatan dengan mengajukan surat
keberatan beserta alasan-alasannya. 12

p. Batas waktu pendaftaran upaya hukum

11
Admin, “Upaya Hukum dalam Hukum Acara Perdata”,
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/2296/Upaya-Hukum-dalam-Hukum-Acara-Perdata.html,
diakses pada 15 November 2020.
12
Admin, “Gugatan Sederhana”, https://pn-
karanganyar.go.id/main/index.php/berita/artikel/974-gugatan-sederhana, diakses pada 15 November
2020.
Batas waktu pendaftaran upaya hukum dalam gugatan sederhana adalah 7 hari
setelah putusan diberitahukan sementara batas waktu tersebut dalam gugatan
biasa adalah 14 hari setelah putusan diberitahukan.

q. Kewenangan pengadilan tingkat banding dan MA

Tidak terdapat upaya hukum banding dan kasasi dalam gugatan sederhana.

C. Perbandingan Peraturan Mahkamah Agung No. 2 Tahun 2015 dan Peraturan


Mahkamah Agung No. 4 Tahun 2019

Dalam Peraturan Mahkamah Agung No. 2 tahun 2015, yang dimaksud dengan
penyelesaian gugatan sederhana adalah tata cara pemeriksaan di persidangan terhadap gugatan
perdata dengan nilai gugatan materiil paling banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah)
yang diselesaikan dengan tata cara dan pembuktiannya sederhana. Dengan kata lain, gugatan
sederhana diajukan terhadap perkara cidera janji dan/atau perbuatan melawan hukum dengan
nilai gugatan materil paling banyak Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah). Bab IV
Peraturan Mahkamah Agung ini mengatur mengenai Pemeriksaan Gugatan Sederhana yang
mencakup pendaftaran, pemeriksaan kelengkapan gugatan sederhana, penetapan hakim dan
penunjukan panitera pengganti, pemeriksaan pendahuluan, penetapan hari sidang,
pemanggilan dan kehadiran para pihak, peran hakim, pemeriksaan sidang dan perdamaian, dan
pembuktian.

Dalam pemeriksaan pendahuluan, Hakim memeriksa materi gugatan sederhana


berdasarkan syarat gugatan sederhana yang diatur dalam Pasal 3 dan 4. Setelah itu, hakim
menilai sederhana atau tidaknya pembuktian tersebut, barulah ditetapkan hari sidang pertama.
Dalam hal tergugat tidak hadir pada hari sidang pertama, maka dilakukan pemanggilan kedua
secara patut. Apabila tergugat tidak hadir juga pada hari sidang kedua, maka Hakim memutus
perkara tersebut. Dalam pembuktian, gugatan yang diakui dan/atau yang tidak dibantah, tidak
perlu dilakukan pembuktian. Sedangkan, terhadap gugatan yang dibantah, Hakim melakukan
pemeriksaan pembuktian berdasarkan Hukum Acara yang berlaku.

Setelah pemeriksaan gugatan sederhana selesai dilakukan, Hakim membacakan putusan


dalam sidang terbuka untuk umum, serta wajib memberitahu hak para pihak untuk mengajukan
keberatan. Keberatan diajukan kepada Ketua Pengadilan dengan menandatangani akta
pernyataan keberatan di hadapan panitera disertai alasan-alasannya. Apabila terhadap putusan
tidak diajukan keberatan, maka putusan berkekuatan hukum tetap dan dilakukan secara
sukarela. Apabila tidak dilakukan, maka putusan dilaksanakan berdasarkan ketentuan hukum
acara perdata yang berlaku.

Apabila dibandingkan dengan Peraturan Mahkamah Agung No. 2 Tahun 2015, terdapat
beberapa perubahan serta penambahan dalam Peraturan Mahkamah Agung No. 4 Tahun 2019.
Penyelesaian Gugatan Sederhana menurut Perma No. 4 Tahun 2019 adalah tata cara
pemeriksaan di persidangan terhadap gugatan perdata dengan nilai gugatan materiil maksimum
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) yang diselesaikan dengan tata cara dan
pembuktiannya secara sederhana. 13 Terdapat perubahan standar nilai materiil maksimum
dalam gugatan sederhana, yakni sebelumnya Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) menjadi
Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). Terdapat penambahan ketentuan mengenai
penggugat yang berada di luar wilayah hukum tempat tinggal atau domisili tergugat. Ketentuan
tersebut mengatur bahwa apabila penggugat berada di luar wilayah hukum tempat tinggal atau
domisili tergugat, maka dalam mengajukan gugatannya penggugat menunjuk kuasa, kuasa
insidentil, atau wakil yang beralamat di wilayah hukum atau domisili tergugat dengan surat
tugas dari institusi penggugat. 14

Terdapat penambahan ketentuan lagi, yakni penggugat dan tergugat dpaat


menggunakan administrasi perkara di pengadilan secara elektronik. 15 Terdapat perubahan
dalam hal tergugat tidak hadir pada hari sidang kedua setelah dipanggil secara patut, maka
Hakim akan memutus perkara tersebut secara verstek. Terhadap putusan verstek, tergugat dapat
mengajukan perlawanan atau verzet, dengan tenggang waktu tujuh hari setelah putusan
diberitahukan. Apabila tergugat pada hari sidang pertama hadir dan pada hari sidang berikutnya
tidak hadir tanpa alasan yang sah, maka Hakim akan memutus secara contradictoir. Terhadap
putusan verstek dan putusan contradictoir tersebut, tergugat dapat mengajukan keberatan.

Dalam Perma No. 4 Tahun 2019, Hakim dalam melakukan proses pemeriksaan dapat
memerintahkan peletakan sita jaminan terhadap benda milik tergugat dan/atau milik penggugat
yang ada dalam penguasaan tergugat. Dalam hal dalil gugatan diakui secara bulat oleh tergugat,
maka tidak perlu dilakukan pembuktian tambahan (ps. 18 ayat (1)) yang mana peraturan
sebelumnya menyatakan bahwa gugatan yang diakui dan/atau tidak dibantah, tidak perlu

13
Indonesia, Mahkamah Agung, Peraturan Mahkamah Agung tentang Perubahan Atas Peraturan
Mahkamah Agung Nomor 2 tahun 2015 tentang Tata Cara Penyelesaian Gugatan Sederhana, Perma No. 4
Tahun 2019, Perma No. 4 Tahun 2019, Ps. 1 ayat (1).
14
Ibid., Ps. 3A.
15
Ibid., Ps. 6A.
dilakukan pembuktian (Ps. 18 ayat (1)). Terdapat perbedaan gramatikal dalam pasal 18 ayat
(1) Perma No. 2 Tahun 2015 dan Perma No. 4 Tahun 2019. Perma 2/2015 menggunakan kata
gugatan, sedangkan Perma 4/2019 menggunakan kata dalil gugatan. Perma 4/2019 lebih
spesifik menekankan pada dalil gugatan yang menggambarkan adanya hubungan yang menjadi
dasar atau uraian dari suatu tuntutan. Sedangkan Perma 2/2015 hanya menyebutkan gugatan
secara umum saja.

Dalam hal pelaksanaan putusan, terdapat tiga ketentuan tambahan untuk melengkapi
peraturan sebelumnya, yakni Ketua Pengadilan mengeluarkan penetapan aanmaning paling
lambat 7 (tujuh hari) setelah menerima surat permohonan eksekusi. Ketua Pengadilan
kemudian menetapkan tanggal pelaksanaan aanmaning paling lambat 7 (tujuh hari) setelah
penetapan aanmaning. Apabila karena alasan kondisi geografis aanmaning tidak dapat
dilaksanakan dalam jangka waktu 7 (tujuh hari), maka ketua Pengadilan dapat menyimpangi
ketentuan batas waktu sebagaimana dimaksud pada ayat tujuh hari tersebut.

Subjek Perma No. 2 Tahun 2015 Perma No. 4 Tahun 2019

Batas maksimal nilai Pasal 1 ayat (1) dan Pasal 3 Pasal 1 ayat (1) dan Pasal 3
gugatan materiil ayat (1): ayat (1): Rp500.000.000,00
Rp200.000.000,00

Penggugat tinggal di luar Pasal 4 ayat (3): Pasal 4 ayat (3a):


domisili Tergugat Penggugat dan tergugat Apabila domisili penggugat
berdomisili di daerah hukum dan tergugat berbeda,
Pengadilan yang sama. penggugat menunjuk kuasa
dengan domisili yang sama
dengan Tergugat.

Tergugat tidak hadir pada Pasal 13 ayat (3): Pasal 13 ayat (3) dan (3a):
hari sidang kedua Hakim memutus perkara. Hakim memutus perkara
secara verstek. Tergugat
dapat mengajukan verzet
terhadap putusan verstek.
Peletakan sita jaminan - Pasal 17A:
terhadap harta Tergugat Hakim dapat memerintahkan
peletakan sita jaminan
terhadap harta Tergugat.

Dalil gugatan Pasal 18 ayat (1): Pasal 18 ayat (1):


Gugatan yang diakui Dalil gugatan yang diakui
dan/atau tidak dibantah tidak secara bulat oleh pihak
perlu dilakukan pembuktian. tergugat, tidak perlu
pembuktian tambahan.

Pelaksanaan putusan Pasal 31 ayat (2): Pasal 31 ayat (2) dan (2a):
Secara sukarela. Secara sukarela. Ketua
Pengadilan mengeluarkan
penetapan aanmaning paling
lambat 7 hari setelah
menerima surat permohonan
eksekusi.

D. Studi Kasus
a. Keberlakuan Perma Nomor 2 Tahun 2015 terhadap Putusan Nomor
9/Pdt.G.S/2018/PN.Bks

Pada putusan Nomor 9/Pdt.G.S/2018/PN.Bks, kasus ini bermula pada saat penggugat
hendra budiman selaku asisten manager bisnis mikro PT Bank Rakyat Indonesia dan martinus
junifar rickson lumbanbatu selaku supervisor PT Bank Rakyat Indonesia melakukan perikatan
dengan tergugat santi selvina yuningsih, dimana tergugat meminjam uang kepada penggugat
dan mendapat fasilitas pinjaman uang dari penggugat sebesar Rp. 200.000.000 dan sudah
dilakukan pencairan ke nomor rekening.Tergugat memiliki kewajiban untuk membayar cicilan
sebesar sebesar Rp. 7.355.000,- selama 36 bulan dan dengan Jaminan dari tergugat kepada
Penggugat. namun demikian dalam perjalannya Tergugat tidak melunasi kewajiban
pembayaran cicilannya tersebut kepada Penggugat dengan sisa jumlah tagihan sebagaimana
dalam dalam kwitansi pinjaman sejumlah Rp 167.000.000,- ditambah dengan bunga sesuai
dengan Pay off details yang sampai saat ini berjumlah Rp186.484.127, dengan demikian
Tergugat telah melakukan suatu perbuatan ingkar janji (wanprestasi) kepada Penggugat. Atas
dasar peristiwa tersebut, penggugat mengajukan gugatan sederhana ke Pengadilan Negeri
Bengkalis.
Dilihat dari putusan pengadilan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat di
analisis mengenai keberlakuan perma nomor 2 tahun 2015.
a. Mengenai nilai gugatan
Dalam putusan Nomor 9/Pdt.G.S/2018/PN.Bks Berlaku mengenai keberlakuan perma
no 2 tahun 2015. Pada Pasal 1 angka 1 Perma Nomor 2 Tahun 2015, disebutkan bahwa
penyelesaian gugatan sederhana hanya untuk perkara perdata dengan nilai gugatan materil
paling banyak Rp200.000.000 (dua ratus juta rupiah). Dalam kasus ini, nilai gugatan
materiil dari penggugat hendra budiman selaku asisten manager bisnis mikro PT Bank
Rakyat Indonesia dan martinus junifar rickson lumban batu selaku supervisor PT Bank
Rakyat Indonesia sebesar Rp. 186.484.127. Sehingga gugatan penggugat merupakan
gugatan sederhana menurut perma no 2 tahun 2015 dan diterima oleh pengadilan negeri
bengkalis.
b. Mengenai domisili antara penggugat dan tergugat
Diberlakukan ketentuan pada Pasal 4 ayat (3) Perma tersebut yang menyatakan bahwa
baik penggugat maupun tergugat harus bertempat tinggal di daerah hukum pengadilan
yang sama. Maka apabila melihat kedalam putusan Nomor 9/Pdt.G.S/2018/PN.Bks baik
penggugat maupun tergugat sama-sama bertempat tinggal atau memiliki domisili di daerah
hukum pengadilan negeri bengkalis.
c. Mengenai pengakuan
Pada Putusan Nomor 9/Pdt.G.S/2018/PN.Bks yang mana pada saat itu berlaku
ketentuan Perma Nomor 2 Tahun 2015, berdasarkan pasal 18 Perma Nomor 2 tahun 2015
bahwa gugatan yang diakui/atau tidak dibantah, tidak perlu dilakukan pembuktian.

b. Keberlakuan Perma Nomor 4 Tahun 2019 terhadap Putusan Nomor


31/Pdt.G.S/2019/PN Pti

Peraturan mahkamah agung (perma) no 4 tahun 2019 tentang perubahan atas perma no
2 tahun 2015 mengenai tata cara penyelesaian gugatan sederhana. Perubahan ini dilakukan
untuk mengoptimalkan penyelesaian gugatan sederhana agar lebih sederhana, cepat, biaya
ringan. Dengan melakukan beberapa perubahan yakni kenaikan nilai materiil gugatan dari
maksimal Rp. 200 Juta menjadi Rp. 500 Juta, memperluas pengajuan gugatan ketika penggugat
berada diluar wilayah hukum domisili tergugat, dapat menggunakan administrasi perkara
secara elektronik, mengenal putusan verstek, mengenal verzet, mengenal sita jaminan, dan
eksekusi.16
Dalam putusan nomor 31/Pdt.G.S/2019/PN Pti, kasus tersebut diawali dengan tergugat
selaku pasangan suami istri yaitu Suparno (suami) dan Sarmini (istri) yang meminjam uang
sebesar Rp 30.000.000,00 (tiga puluh juta rupiah) selama 9 bulan ke Penggugat selaku PT.
Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk Kantor Cabang Pati yang dibuktikan dengan Surat
Pengakuan Hutang (SPH) Nomor: PK1802E65K/5937/02/2018 tanggal 13-02-2018. Para
tergugat menyerahkan agunan berupa tanah dan/atau tanah berikut bangunan dengan bukti
kepemilikan Sertifikat Hak Milik (SHM) No: 0523/Desa Sumberagung, Kecamatan Jaken,
Kabupaten Pati atas nama: Sarmini binti Sarmin, dengan luas 1503 meter persegi berdasarkan
Surat Ukur No. 00409/2019 tanggal 13-04-2016. Ternyata tergugat tidak melaksanakan
kewajibannya membayar angsuran pinjaman secara tepat waktu dan tepat jumlah sebagaimana
telah disepakati dalam Surat Pengakuan Hutang tersebut sejak bulan Desember 2018 yang
merupakan angsuran pertama dan hutang tersebut macet dengan jumlah tunggakan yang harus
dilunasi sampai posisi akhir bulan Juli 2019 sebesar Rp 36.185.229,- yang terdiri dari
tunggakan pokok sebesar Rp 30.000.000,- dan tunggakan bunga sebesar Rp 6.185.229,-.
Berdasarkan hal tersebut, tergugat telah melaksanakan wanprestasi sehingga pihak penggugat
mengajukan gugatan sederhana ke Pengadilan Negeri Pati.
Dilihat dari putusan pengadilan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat di
analisis mengenai keberlakuan perma nomor 4 tahun 2019:
a. Mengenai Nilai Gugatan
Dalam putusan nomor 31/Pdt.G.S/2019/PN Pti ini berlaku ketentuan Perma no. 4 tahun
2019, di Pasal 1 angka 1 disebutkan bahwa penyelesaian gugatan sederhana hanya untuk
perkara perdata dengan nilai gugatan materil paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus
juta rupiah). Dalam kasus tersebut, nilai gugatan materil dari penggugat sebesar Rp
36.185.229,- sehingga gugatan penggugat termasuk dalam gugatan sederhana menurut
Perma no. 4 tahun 2019 dan diterima oleh Pengadilan Negeri Pati.
b. Mengenai domisili antar penggugat dan tergugat
Dalam Perma no. 4 2019 terutama dalam pasal 4 angka 1 sampai 4 yang memperluas
pengajuan gugatan walaupun penggugat berada di luar wilayah domisili tergugat, di kasus

16
Aida Mardatillah, “Sejumlah Perubahan dalam Perma Gugatan Sederhana”
https://hukumonline.com/berita/baca/lt5d6589095ef06/sejumlah-perubahan-dalam-perma-gugatan-sederhana/,
diakses pada 13 November 2020.
ini kebetulan penggugat dan tergugat berada dalam satu domisili yang sama yaitu di
wilayah hukum Pengadilan Negeri Pati.
c. Mengenai pengakuan
Dalam putusan nomor 31/Pdt.G.S/2019/PN. Pti tersebut berlaku Perma No. 4 tahun
2019. Sama seperti Perma No. 2 tahun 2015, bahwa berdasarkan pasal 18 Perma Nomor 2
tahun 2015 bahwa gugatan yang diakui/atau tidak dibantah, tidak perlu dilakukan
pembuktian. , walaupun Pasal 18 diubah buktinya dari “gugatan” menjadi “dalil gugatan”,
ketentuannya masih berlaku sama seperti sebelumnya

c. Perbandingan Gugatan Sederhana di Indonesia dengan Small Claims Tribunals di


Singapura dan Small Claims di North Territory of Australia

Singapura mempunyai suatu pengadilan spesialis tersendiri untuk menangani gugatan


sederhana, yaitu The Small Claims Tribunals yang merupakan bagian dari State Courts of
Singapore atau badan peradilan umum Singapura.17 Seluruh proses gugatan sederhana
dilakukan secara daring, melalui Community Justice and Tribunals System (CTJS). Nilai
gugatan materiil yang diajukan ke Small Claims Tribunals tidak boleh melebihi SGD20.000
atau setara dengan Rp210.000.000,00, tetapi batas tersebut dapat dinaikkan sampai SGD30.000
atau setara dengan Rp315.000.000,00 dengan persetujuan kedua belah pihak. 18

Proses peradilan pada Small Claims Tribunals dimulai dengan pengajuan gugatan, di
mana tergugat dapat turut mengajukan gugatan balasan atau gugatan rekonvensi terhadap
gugatan asli dengan batasan nilai gugatan materiil yang sama dengan gugatan asli. 19 Lalu,
diadakan proses konsultasi di mana panitera akan menentukan apakah gugatan yang diajukan
masuk ke dalam lingkup yurisdiksi Small Claims Tribunals dan memberikan kesempatan
kepada para pihak untuk mengupayakan perdamaian.20 Jika proses perdamaian tidak berhasil,
maka gugatan akan dibawa ke persidangan di mana kedua belah pihak mempunyai kesempatan
untuk menampilkan dokumen pendukung, alat bukti, dan keterangan saksi (jika ada) di
hadapan Tribunal Magistrate, yang akan dijadikan bahan pertimbangan putusan terhadap

17
Small Claims Tribunals Act (Cap 308, 1985 Rev Ed) s 2(1).
18
State Courts Singapore, “About the Small Claims Tribunals,”
https://www.statecourts.gov.sg/cws/SmallClaims/Pages/GeneralInformation.aspx, diakses 14
November 2020.
19
Ibid.
20
Small Claims Tribunals Act (Cap 308, 1985 Rev Ed) s 17(1).
gugatan tersebut.21 Sebelum 1 November 2019, putusan yang dikeluarkan oleh Small Claims
Tribunal berlaku setara dengan putusan yang dikeluarkan oleh Magistrate’s Court (pengadilan
yang menangani perkara ringan, berkedudukan di bawah pengadilan negeri), sementara setelah
1 November 2019 perintah Small Claims Tribunal berlaku setara dengan putusan yang
dikeluarkan oleh District Court (pengadilan negeri). 22 Terhadap putusan Small Claims
Tribunals dapat diadakan banding yang diajukan kepada High Court (pengadilan tinggi) jika
terdapat masalah hukum dalam putusan yang dikeluarkan, atau jika gugatan yang diajukan
berada di luar yurisdiksi Small Claims Tribunals.23

Sementara di Australia pengaturan mengenai gugatan sederhana berbeda di setiap


negara bagian atau teritorinya, dengan sebagian besar terdapat tribunal tersendiri atau divisi
yang melayani gugatan sederhana dalam Magistrate Court.24 The Northern Territory of
Australia atau biasa disebut Northern Territory berdasarkan Pasal 5 Small Claims Act mengatur
bahwa suatu gugatan yang memiliki nilai gugatan materiil tidak melebihi AUD25.000 atau
setara dengan Rp257.000.000,00 dapat diajukan kepada Local Court (setara dengan Magistrate
Court yaitu pengadilan yang menangani perkara ringan, berkedudukan di bawah pengadilan
negeri) sebagai suatu gugatan sederhana. 25

Proses peradilan untuk gugatan sederhana di Local Court dimulai dengan konferensi
pra-peradilan (pre-hearing conference) di mana pengadilan mengklarifikasi perkara yang
diajukan dan mengadakan proses konsiliasi atau arbitrase dengan persetujuan para pihak. 26 Jika
kedua belah pihak tidak sampai kepada suatu kesepakatan, maka ditentukan tanggal
persidangan. Dalam proses persidangan, pihak penggugat akan melakukan pembelaan terhadap
gugatannya yang lalu dilanjutkan dengan jawaban dari tergugat. 27 Berdasarkan fakta-fakta
yang diajukan oleh kedua belah pihak yang dapat berupa alat bukti dokumen dan keterangan
saksi (jika ada), magistrate (hakim magistrat) atau panitera yang berwenang akan
mengeluarkan putusan (judgement) terhadap gugatan sederhana. 28 Terhadap putusan small

21
State Courts Singapore, “About the Small Claims Tribunals.”
22
Ibid.
23
Small Claims Tribunals Act (Cap 308, 1985 Rev Ed) s 38(1).
24
Australian Competition & Consumer Commission, “Small Claims Tribunals,”
https://www.accc.gov.au/contact-us/other-helpful-agencies/small-claims-tribunals, diakses 14
November 2020.
25
Northern Territory, Small Claims Act 2016, s 5(1).
26
Department of Attorney-General and Justice of Northern Territory Government, “Legal
Representation and Jurisdictional Limit in Small Claims,” (Juni 2013), hlm. 5.
27
Ibid.
28
Ibid.
claim dapat diadakan banding yang diajukan kepada Local Court terhadap putusan yang
dikeluarkan oleh panitera, dan diajukan kepada Supreme Court (Mahkamah Agung) terhadap
putusan akhir yang dikeluarkan oleh magistrate.29

Berikut tabel perbandingan gugatan sederhana di Indonesia dengan Small Claims di


Singapura dan Northern Territory of Australia:

No. Pembanding Gugatan Sederhana Small Claims di Small Claims di


di Indonesia Singapura Northern Territory

1 Pengadilan yang Badan Peradilan Small Claims Local Court,


berwenang Umum Perdata di Tribunal, pengadilan yang
mengadili Pengadilan Negeri. pengadilan khusus mengadili perkara
Gugatan yang putusannya sederhana,
Sederhana/Small setara dengan berkedudukan di
Claims putusan pengadilan bawah pengadilan
negeri atau District negeri.
Courts.

2 Maksimum Nilai Rp500.000.000,00 SGD20.000,00 AUD25.000 (setara


Gugatan Materiil (setara dengan dengan
Rp210.000.000,00) Rp257.000.000,00)
dan dapat dinaikkan
menjadi SGD30.000
(setara dengan
Rp315.000.000,00)
dengan persetujuan
kedua belah pihak.

29
Department of Attorney-General and Justice, “Legal Representation,” hlm. 6.
3 Proses Ada proses Ada proses Ada proses
Perdamaian perdamaian yang perdamaian pada perdamaian melalui
diupayakan para tahap konsultasi proses konsiliasi
pihak setelah setelah gugatan atau arbitrase
gugatan diajukan. diajukan. setelah gugatan
diajukan.

4 Rekonvensi Tidak dibolehkan Dibolehkan Tidak Dibolehkan

5 Upaya Hukum Keberatan Banding, diajukan Banding, diajukan


kepada Higher kepada Local Court
Court. terhadap putusan
yang dikeluarkan
oleh panitera, dan
diajukan kepada
Supreme Court
(Mahkamah
Agung) terhadap
putusan akhir yang
dikeluarkan oleh
magistrate.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Gugatan sederhana merupakan solusi bagi masyarakat akan penyelesaian sengketa yang
cepat dan murah. Gugatan sederhana sendiri merupakan realisasi pemeriksaan dan
penyelesaian secara sederhana, cepat dan biaya ringan sesuai dengan ketentuan Pasal 2 ayat (4)
Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman. Ketentuan perundang-
undangan di Indonesia yang mengatur terkait gugatan sederhana terdapat pada Peraturan
Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2015 tentang Tata Cara Penyelesaian Gugatan Sederhana
yang telah diubah melalui Peraturan Mahkamah Agung Nomor 4 2019.

Adapun beberapa perbedaan dari gugatan sederhana dan gugatan perdata biasa bisa
dilihat dari Nilai gugatan, domisili para pihak, jumlah para pihak, alamat Tergugat, pendaftaran
perkara, pengajuan bukti-bukti, penunjukan hakim dan panitera sidang, pemeriksa dan
pemutus, pemeriksaan pendahuluan, mediasi kehadiran para pihak, pemeriksaan perkara, batas
waktu penyelesaian perkara, penyampaian putusan, upaya hukum, batas waktu pendaftaran
upaya hukum, dan kewenangan pengadilan tingkat banding dan Mahkamah Agung.

Sempat disebutkan di atas bahwa gugatan sederhana diatur melalui Peraturan


Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2015 tentang Tata Cara Penyelesaian Gugatan Sederhana
yang telah diubah melalui Peraturan Mahkamah Agung Nomor 4 2019. Terdapat beberapa
perbedaan dari masing-masing ketentuan yang ada di masing-masing Peraturan Mahkamah
Agung. Hal tersebut dapat dilihat pada ketentuan mengenai batas maksimal nilai gugatan
materiil, domisili Penggugat dan domisili Tergugat, ketidakhadiran Tergugat pada hari sidang
kedua, sita jaminan terhadap harta Tergugat, Dalil gugatan, dan pelaksanaan putusan.
DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Nasional 2015-2019, Buku I: Agenda Pembangunan Nasional. S.l.


:Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, 2014

B. Artikel

Afriana, Anita. “Penerapan Acara SIngkat dan Acara Cepat dalam Penyelesaian

Sengketa Perdata di Suatu Tinjauan Politik Hukum Acara Perdata”, Jurnal


Hukum Acara Perdata ADHAPER, 1 (2015).

Ariani, Nevey Varida. “Gugatan Sederhana dalam Sistem Peradilan di Indonesia

(Small Claim Lawsuit in Indonesian Justice System)”, Jurnal Penelitian Hukum


De Jure Vol. 18 No.3 (September 2018).

Department of Attorney-General and Justice of Northern Territory Government.

“Legal Representation and Jurisdictional Limit in Small Claims,” (Juni 2013)

Fakhriah, Efa Laela, “Mekanism Small Claims Court Dalam Mewujudkan

Tercapainya Peradilan Sederhana, Cepat, dan Biaya Ringan”, MIMBAR


HUKUM Vol. 25 No. 2 (Juni 2013)

Tjoneng, Arman. “Gugatan Sederhana sebagai Terobosan Mahkamah Agung dalam

Menyelesaikan Penumpukan Perkara di Pengadilan dan Permasalahannya:


Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi Vol. 8 No. 2 (April 2017).

C. Internet

Admin. “Upaya Hukum dalam Hukum Acara Perdata”

https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/2296/Upaya-Hukum-dalam-
Hukum-Acara-Perdata.html ,diakses pada 15 November 2020.
Admin. “Gugatan Sederhana”
https://pn-karanganyar.go.id/main/index.php/berita/artikel/974-gugatan-
sederhana, diakses pada 15 November 2020.

Australian Competition & Consumer Commission. “Small Claims Tribunals”


https://www.accc.gov.au/contact-us/other-helpful-agencies/small-claims-
tribunals diakses 14 November 2020

Mardatillah, Aida. “Sejumlah Perubahan dalam Perma Gugatan Sederhana”


https://hukumonline.com/berita/baca/lt5d6589095ef06/sejumlah-perubahan-
dalam-perma-gugatan-sederhana/, diakses pada 13 November 2020

State Courts Singapore. “About the Small Claims Tribunals”


https://www.statecourts.gov.sg/cws/SmallClaims/Pages/GeneralInformation.as
px diakses 14 November 2020

D. Peraturan

Indonesia. Undang-Undang Kekuasaan Kehakiman, UU No. 48 Tahun 2009, LN

No.157 Tahun 2019, TLN No. 5076

Indonesia. Mahkamah Agung, Peraturan Mahkamah Agung tentang Perubahan Atas

Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2015 tentang Tata Cara


Penyelesaian Gugatan Sederhana, Perma No. 4 Tahun 2019

Anda mungkin juga menyukai