Anda di halaman 1dari 23

1

BLOCK BOOK :
HUKUM KEPARIWISATAAN.

1. Identifikasi Mata Kuliah.

a. Nama Mata Kuliah : HUKUM KEPARIWISATAAN.

b. Kode Mata Kuliah : WCI.6261.

c. Status Mata Kuliah : Wajib – Program Kekhususan Hukum


Pemerintahan (PK.III).

d. SKS : 2 (dua).
e. Semester : VI (enam)

f. Tim Pengajar : Coordinator:

Prof. Dr. I Made Arya Utama, SH., MH.


Team Teaching – Tutor:
I Nyoman Suyatna, SH.,MH.
Cok. Isteri Anom Pemayun, SH., MH.
I Ketut Suardita, SH.,MH.
Cokorda Dalem Dahana, SH.,MKn.
Ni Gusti Ayu Dyah Satyawati, SH.,MKn,LLM
I Gusti Bagus Putra Samajaya, SH.

2. Diskripsi Mata Kuliah.

Penyelenggaraan kepariwisataan yang melibatkan berbagai komponen, yaitu


pemerintah, badan-badan usaha, dan masyarakat, adalah suatu kegiatan yang pada
hakekatnya secara langsung menyentuh kehidupan masyarakat, sehingga membawa
berbagai dampak terhadap masyarakat itu sendiri, seperti dampak terhadap
kehidupan ekonomi, sosial-budaya maupun dampak terhadap lingkungan sebagai
akibat pembangunan sarana-sarana kepariwisataan
Oleh sebab itu, di dalam penyelenggaraan kepariwisataan dalam artian
mengembangkan dan meningkatkan kepariwisataan, Pemerintah memiliki peran
2

yang sangat menentukan. Untuk itu diperlukan adanya kebijakan-kebijakan dari


Pemerintah yang tertuang dalam bentuk peraturan-peraturan.
Peraturan-peraturan yang mampu mewujudkan keterpaduan dalam kegiatan
penyelenggaraan kepariwisataan antara Pemerintah, badan-badan usaha maupun
perorangan, serta masyarakat. Peraturan-peraturan itu harus mampu menciptakan
suasana yang kondusif, sehingga mampu menarik badan-badan usaha maupun
perorangan, baik modal dalam negeri maupun modal asing untuk melakukan
kegiatan usaha atau investasi di bidang kepariwisataan dan mendorong upaya
peningkatan mutunya, serta sekaligus mampu mengeleminir dampak negatif yang
dapat ditimbulkannya.
Peraturan-peraturan mengenai pembangunan dan pengelolaan daya tarik wisata
(atraksi wisata), baik dalam bentuk mengembangkan dan mengelola daya tarik wisata
yang sudah ada, maupun membangun daya tarik wisata yang baru, peraturan
mengenai penyelenggaraan usaha pariwaisata, standar mutu dan kualitas produk
yang mengutamakan produksi dalam negeri, adalah sangat diperlukan untuk
menciptakan ketertiban, kepastian, dan keadilan bagi para pelaku pariwisata. Selain
itu, pengaturan keluar masuknya terutama wisatawan asing serta keamanannya harus
pula mendapat perhatian.
Kepariwisataan yang telah mendunia dimana beberapa negara telah
memasukkan Indonesia sebagai salah satu daerah tujuan wisata, maka pembentukan
peraturan-peraturan di bidang kepariwisataan harus juga memperhatikan aspirasi-
aspirasi yang muncul dan berkembang di dunia kepariwisataan internasional.

Oleh sebab itu, berkembang tidaknya dan meningkat tidaknya kepariwisataan


sangatlah tergantung dari kebijakan-kebijakan yang ditetapkan oleh Pemerintah yang
tertuang dalam berbagai peraturan-peraturan di bidang kepariwisataan, baik itu
peraturan-peraturan yang berhubungan dengan aspek administrasi pemerintahan
(mengarahan atau mengendalikan aktivitas-aktivitas, melindungi obyek-obyek
tertentu, mencegah bahaya bagi lingkungan, dan sebagainya) maupun yang berkaitan
dengan aspek ekonomi atau bisnis (perdagangan jasa-jasa pariwisata).

Pentingnya peran Pemerintah sebagai penyelenggara atau pengelola


kepariwisataan, maka perlu dicatat bahwa Konfrensi PBB mengenai “Perjalanan
3

Dan Pariwisata” di Roma pada tahun 1963, mempertegas bahwa untuk


menyakinkan pertumbuhan kegiatan pariwisata yang mantap, sangat perlu
melimpahkan kepada Pemerintah, tanggungjawab tertinggi pengelolaan
kepaiwisataan.
Adapun rumusan resolusi yang dikeluarkan oleh Konfrensi PBB tersebut, sebagai
berikut:
“Konfrensi berpendapat bahwa sudah menjadi tugas pemerintah untuk
mendorong dan mengkoordinasi kegiatan pariwisata nasional, dan Konfrensi
merasa yakin bahwa secara menyeluruh tugas ini dapat diemban melalui wahana
Organisasi Pariwisata Nasional”.

3. Tujuan Mata Kuliah.

Melalui proses pembelajaran untuk mata kuliah Hukum Kepariwisataan ini,


mahasiswa diharapkan dapat memperoleh pengetahuan dan pemahaman, serta
nantinya mampu menerapkan dan menganalisis berbagai persoalan-persoalan hukum
yang berkaitan dengan penyelenggaraan kepariwisataan

4. Metoda dan Strategi Proses Pembelajaran.

a. Metoda Perkuliahan.
Metoda perkuliahan: adalah “Problem Based Learning” (PBL), dimana pusat
pembelajaran ada pada mahasiswa. Metoda yang diterapkan adalah “belajar”
(Learning) bukan “mengajar” (Teaching).
Strategi Pembelajaran:
 perkuliahan 50% (6 [enam] kali pertemuan perkuliahan);
 tutorial 50% (6 [enam] kali pertemuan tutorial);
 1 (satu) kali pertemuan untuk Test Tengah Semester (TTS);
 1 (satu) kali pertemuan untuk Test Akhir Semester (TAS).
Total pertemuan: 14 (empat belas) kali.

b. Pelaksanaan Perkuliahan & Tutorial.


Dalam mata kuliah Hk. Kepariwisataan ini, direncanakan:
 perkuliahan berlangsung selama 6 (enam) kali pertemuan, yaitu:
pertemuan ke 1, ke 3, ke 5, ke 7, ke 9, dan ke 11;
4

 tutorial 6 (enam) kali pertemuan, yaitu: pertemuan ke 2, ke 4, ke 6, ke 8,


ke 10, dan ke 12.

c. Strategi Perkuliahan.
Perkuliahan tentang sub-sub pokok bahasan dipaparkan dengan alat bantu
media, seperti whiteboard, power point slide, dan sebagainya, serta penyiapan
bahan-bahan bacaan yang dipandang sulit untuk diperoleh atau di akses oleh
mahasiswa.
Sebelum mengikuti perkuliahan, mahasiswa sudah mempersiapkan diri (self
study) mencari bahan materi, membaca dan memahami pokok bahasan yang
akan dikuliahkan sesuai dengan arahan (guidance) dalam Block Book.
Tekhnik perkuliahan: pemaparan materi, tanya jawab dan diskusi (proses
pembelajaran dua arah).

d. Strategi Tutorial.
o Mahasiswa mengerjakan tugas-tugas (discussion task, study task, dan
problem task) sebaai bagian dari self study (20 jam perminggu), kemudian
berdiskusi di kelas tutorial, presentasi power point
o Dalam 6 (enam) kali tutorial di kelas, mahasiswa diwajibkan:
 menyetorkan karya tulis berupa paper sesuai dengan topik tutorial;
 mempresentasikan tugas tutorial.

5. Ujian dan Penilaian.

a. Ujian.
Ujian dilaksanakan 2 (dua) kali dalam bentuk tertulis, yaitu: Ujian Tengah
Semester (UTS), dan Ujian Akhir Semester (UAS)
b. Penilaian.
Penilaian akhir dari proses pembelajaran ini berdasarkan “Rumus Nilai
Akhir” sesuai dengan Buku Pedoman Fakultas Hukum Universitas Udayana,
Tahun 2009, yaitu:
5
(UTS + TT) + (2 X UAS)

2
NA =
3
NA : Nilai Akhir
UTS : Ujian Tengah Semester
UAS : Ujian Akhir Semester
TT : Tugas-Tugas

Skala Nilai Keterangan dengan Skala Nilai

Huruf Angka 0 - 10 0 - 100

A 4 8,0 – 10,0 80 – 100


B+ 3,5 7,0 – 7,9 70 – 79
B 3 5,5 – 6,9 65 – 69
C+ 2,5 6,0 – 6,4 60 – 64
C 2 5,5 – 5,9 55 – 59
D+ 1,5 5,0 – 5,4 50 – 54
D 1 4,0 – 4,9 40 – 49
E 0 0,0 – 3,9 0 - 39

6. Materi Perkuliahan (Organisasi Perkuliahan).

PENGANTAR.
I. DASAR-DASAR KEPARIWISATAAN.
A. Kepariwisataan dan Pariwisata.
B. Wisatawan, Klasifikasi dan Motivasinya.
C. Kepariwisataan Sebagai Disiplin Ilmiah.
D. Kepariwisataan Sebagai Suatu Industri.
E. Organisasi Kepariwisataan.
II. HUKUM KEPARIWISATAAN.
A. Pengertian dan Ruang Lingkup Hukum Kepariwisataan.
B. Arti Penting Pengaturan Hukum Kepariwisataan.
C. Perangkat Hukum Kepariwisataan:
C.1. Kepariwisataan Dalam Hukum Nasional.
C.2. Kepariwisataan Dalam Hukum Internasional.
III. PENYELENGGARAAN KEPARIWISATAAN
DALAM PERSPEKTIF HUKUM NASIONAL.
6

A. Pengertian, Asas, Fungsi, Tujuan, dan Prinsip Penyelenggaraan


Kepariwisataan..
B. Pembangunan Kepariwisataan.
C. Hak, kewajiban, dan larangan Dalam Penyelenggaraan
Kepariwisataan.
D. Usaha Pariwisata.
E. Dokumen Perjalanan Wisata.
IV. PARIWISATA BUDAYA.

7. Bahan Bacaan.

Bahan Bacaan Wajib

Oka A. Yoeti, 1996, Pengantar Ilmu Pariwisata, Angkasa, Bandung. Hal, 3,6,106-
107, 110,112-116,118, 132, 141-143,151,153,164,169,304.
Soekadijo, 1997, Anatomi Pariwisata – Memahami Pariwisata Sebagai “Systemic
Linkage”, PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Hal, 21-24, 37.
Spelt, NM, dan Ten Berge,JBJM, 1993,Pengantar Hukum Perizinan, disunting oleh
Philipus M.Hadjon, Yuridika, Surabaya.Hal, 2,4-5.
Utrecht, Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia; Pustaka Tinta Mas,
Surabaya; 1994.Hal, 187.

Bahan Bacaan Tambahan

Arya Utama,I Made, Hukum Lingkungan – Sistem Hukum Perizinan Berwawasan


Lingkungan Untuk Pembangunan Berkelanjutan, Pustaka Sutra, Bandung,
September 2007.Hal, 93.
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta,
2007.Hal, 169-170, 215, 447,509.
Geldel, 2006, Industri Pariwisata Dalam Globalisasi Perdagangan Jasa (GATS-
WTO), Refika Aditama, Bandung.Hal, 4-13, 43-48.
Geriya, 1998, Pandangan Sikap Dan Prilaku Masyarakat Terhadap Kepariwisataan,
Makalah Pada Seminar Aspek-Aspek Hukum Kepariwisataan, Diselenggarakan
Dalam Rangka Perayaan HUT Fakultas Hukum XXXIV Dan Dies Natalis
Universtas Udayana XXXVI, Denpasar, 26 September 1998.Hal, 1-2.
Jazim Hamidi; Penerapan Asas-Asas Umum Penyelenggaraan Pemerntahan Yang
Layak Di Lingkungan Peradilan Administrasi Indonesia, 1999. Hal, 42-43.
Koentjaraningrat, 1974, Kebudayaan Mentalitet dan Pembangunan, PT,Gramedia,
Jakarta.
7

Marbun,SF dan Mahfud,Moh.MD; Pokok-Pokok Hukum Administrasi Negara;


Liberty, Yogyakarta; 1987.Hal, 95.
Marpaung, Happy; Pengetahuan Kepariwisataan, Alphabeta, Bandung. Hal,211-214.
Mufiz, Ali, Pengantar Ilmu Pariwisata, 2000. Hal, 50.
Oka A. Yoeti, 2006, Pariwisata Budaya – Masalah Dan Solusinya, PT.Pradnya
Paramita, Jakarta. Hal,66.Hal, 66.
Pitana dan Gayatri, 2005, Sosiologi Pariwisata, ANDI, Yogyakarta.Hal, 6.
Prins,WF dan Kosim Adisapoetra,R; Pengantar Ilmu Hukum Administrasi Negara;
Pradnya Paramita, Jakarta; 1983.Hal, 72.
Salah Wahab, 2003, Manajemen Kepariwisataan, diindonesiakan oleh Frans
Gromang, PT.Pradnya Paramita, Jakarta.Hal, 188.
Utrecht, 1966, Pengantar Dalam Hukum Indonesia, PT.Penerbit Universitas,
Jakarta.Hal, 26-29.
Wyasa Putra, dkk., 2003, Hukum Bisnis Pariwisata, Refika Aditama, Bandung.Hal,
2-9.
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (31 Maret 1992).
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 Tentang
“Kepariwisataan” (Disahkan dan diundangkan pada tanggal 16 Januari 2009;
LN.RI.Tahun 2009 Nomor 11 – TLN.RI.Nomor 4966).
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1994 (14 Oktober 1994) Sebagaimana Telah
Diubah Dengan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2005 Tentang Visa, Izin
Masuk, Dan Izin Keimigrasian (4 Mei 2005).
Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1994 Tentang Surat Perjalanan Republik
Indonesia (22 November 1994).
Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Bali Nomor 3 Tahun 1991 Tentang
Pariwisata Budaya (Ditetapkan pada tanggal 1 Pebruari 1991 dan Diundangkan
pada tanggal 10 Juli 1991).

Resolusi (No.870) Dewan Ekonomi Dan Sosial Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)

Konvensi internasional tentang “Tourism Bill of Rights and Tourist Code”, 1985.

The Hague Declaration on Tourism, 1989

Global Code of Ethics for Tourism, 1999

8. Persiapan Proses Perkuliahan.


8

Mahasiswa diwaibkan untuk memiliki Block Book Mata Kuliah Hukum


Kepariwisataan ini sebelum perkuliahan dimulai, dan sudah mempersiapkan materi
sehingga proses perkuliahan dan tutorial dapat terlaksana sesuai dengan tujuannya.
9

PERTEMUAN 1 : PERKULIAHAN 1 (LECTURES).

PENGANTAR DAN DASAR-DASAR KEPARIWISATAAN.


A. Kepariwisataan dan Pariwisata
B. Wisatawan, Klasifikasi dan Motivasinya
C. Kepariwisataan Sebagai Disiplin Ilmiah
D. Kepariwisataan Sebagai Suatu Industri
E. Organisasi Kepariwisataan

Bahan Bacaan:
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, 2007.
Gamal Suwantoro, Dasar-Dasar Pariwisata, Andi, Yogyakarta, hal. 63-67.
Geriya, 1998, Pandangan Sikap Dan Prilaku Masyarakat Terhadap Kepariwisataan,
Makalah Pada Seminar Aspek-Aspek Hukum Kepariwisataan, Diselenggarakan
Dalam Rangka Perayaan HUT Fakultas Hukum XXXIV Dan Dies Natalis
Universtas Udayana XXXVI, Denpasar, 26 September 1998. Hal.1.
Oka A. Yoeti, 1996, Pengantar Ilmu Pariwisata, Angkasa, Bandung. Hal,107,
110,112-118,132,141-143, 98-108,151,153,164,169,304.
Pitana dan Gayatri, 2005, Sosiologi Pariwisata, ANDI, Yogyakarta.Hal, 188.
Salah Wahab, 2003, Manajemen Kepariwisataan, diindonesiakan oleh Frans
Gromang, PT.Pradnya Paramita, Jakarta.Hal,188.
Soekadijo, 1997, Anatomi Pariwisata – Memahami Pariwisata Sebagai “Systemic
Linkage”, PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Hal,37.
10

PERTEMUAN 2 : TUTORIAL 1.

Untuk pelaksanaan diskusi kelas:


 Mahasiswa dibagi menjadi 4 (empat) kelompok yang dibentuk oleh Mahasiswa
sendiri.
 Masing-masing kelompok menentukan pembicara, moderator, dan notulis.

Discussion Task – Study Task.


Dari pemahaman terhadap Kepariwisataan, Pariwisata, Wisata, dan Wisatawan,
termasuk klasifikasi dan motivasinya, maka kepariwisataan adalah suatu gejala sosial
yang sangat kompleks, yang menyangkut manusia seutuhnya dan memiliki berbagai
dimensi: ekonomi, sosial, budaya, politik, ekologis, keamanan, dan sebagainya. Dari
dimensi-dimensi tersebut, maka dimensi yang mendapat perhatian paling besar dan
hampir-hampir merupakan satu-satunya dimensi yang dianggap penting ialah
dimensi ekonomi. Kegiatan kepariwisataan dikatakan sebagai suatu kegiatan
komersial yang berorientasi dalam penyediaan jasa yang dibutuhkan oleh wisatawan.
Pada umumnya tujuan dari penyelenggaraan kepariwisataan adalah “untuk
meningkatkan devisa negara dan juga meningkatkan pendapatan masyarakat”,
disamping tujuan lainnya seperti tujuan budaya, persahabatan antar bangsa.
Perkembangan kepariwisataan secara global serta hubungannya dengan dimensi
ekonomi, telah menumbuhkan suatu usaha kepariwisataan yang disebut dengan
“Industri Pariwisata” (Tourist Industry).

Tugas individu untuk dikumpul dan dinilai (Study Task).


Ada yang mengatakan, bahwa pariwisata pada dasarnya bukanlah suatu
industri. Pariwisata lebih tepat disebut sebagai suatu aktivitas atau kegiatan.
Masalahnya: “apakah pendapat itu tepat, kurang tepat, atau tidak tepat ?

Tugas Kelompok untuk didiskusikan dalam bentuk paper (Discussion Task).


Bagaimana pengaturan hukum bagi usaha Mikro, Kecil, dan Menengah sebagai
komponen penyelenggara kepariwisataan dalam kaitannya dengan industri
kepariwisataan, ditinjau dari aspek:
1. pendanaan;
2. kesempatan berusaha;
3. perizinan usaha.
11

4. kemitraan.
Petunjuk: masing-masing kelompok membahas 1 (satu) aspek.

Bahan Bacaan:

Gamal Suwantoro, Dasar-Dasar Pariwisata, Andi, Yogyakarta, hal. 63-67.


Geriya, 1998, Pandangan Sikap Dan Prilaku Masyarakat Terhadap Kepariwisataan,
Makalah Pada Seminar Aspek-Aspek Hukum Kepariwisataan, Diselenggarakan
Dalam Rangka Perayaan HUT Fakultas Hukum XXXIV Dan Dies Natalis
Universtas Udayana XXXVI, Denpasar, 26 September 1998.Hal,1.
Oka A. Yoeti, 1996, Pengantar Ilmu Pariwisata, Angkasa, Bandung. Hal,107,
110,112-118,132,141-143, 98-108,151,153,164,169,304.
Pitana dan Gayatri, 2005, Sosiologi Pariwisata, ANDI, Yogyakarta. Hal, 188.
Salah Wahab, 2003, Manajemen Kepariwisataan, diindonesiakan oleh Frans
Gromang, PT.Pradnya Paramita, Jakarta. Hal, 188.
Soekadijo, 1997, Anatomi Pariwisata – Memahami Pariwisata Sebagai “Systemic
Linkage”, PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Hal, 37.

Perundang-undangan:
Undang-Undang Tentang Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah.
Undang-Undang Koperasi.
Peraturan Pelaksanaan lainnya.
12

PERTEMUAN 3 : PERKULIAHAN 3 (LECTURES).

HUKUM KEPARIWISATAAN.
A. Pengertian dan Ruang Lingkup Hukum Kepariwisataan.
B. Arti Penting Pengaturan Hukum Kepariwisataan
C. Perangkat Hukum Kepariwisataan
1. Kepariwisataan Dalam Hukum Nasional
2. Kepariwisataan Dalam Hukum Internasional

Bahan Bacaan.
Arya Utama,I Made, Hukum Lingkungan – Sistem Hukum Perizinan Berwawasan
Lingkungan Untuk Pembangunan Berkelanjutan, Pustaka Sutra, Bandung,
September 2007.Hal, 93.
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta,
2007.Hal, 447.

Geldel, 2006, Industri Pariwisata Dalam Globalisasi Perdagangan Jasa (GATS-


WTO), Refika Aditama, Bandung.Hal, 43-48.
Marbun,SF dan Mahfud,Moh.MD; Pokok-Pokok Hukum Administrasi Negara;
Liberty, Yogyakarta; 1987. Hal, 95.
Marpaung, Happy; Pengetahuan Kepariwisataan, Alphabeta, Bandung. Hal,211-214.
Prins,WF dan Kosim Adisapoetra,R; Pengantar Ilmu Hukum Administrasi Negara;
Pradnya Paramita, Jakarta; 1983. Hal,72.
Spelt, NM, dan Ten Berge,JBJM, 1993,Pengantar Hukum Perizinan, disunting oleh
Philipus M.Hadjon, Yuridika, Surabaya.Hal, 2, 4-5.
Utrecht, 1966, Pengantar Dalam Hukum Indonesia, PT.Penerbit Universitas, Jakarta.
Hal 26-29.
Utrecht, Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia; Pustaka Tinta Mas,
Surabaya; 1994.Hal, 187.
Wyasa Putra, dkk., 2003, Hukum Bisnis Pariwisata, Refika Aditama, Bandung. Hal
2-9.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 Tentang
“Kepariwisataan” (Disahkan dan diundangkan pada tanggal 16 Januari 2009;
LN.RI.Tahun 2009 Nomor 11 – TLN.RI.Nomor 4966).
13

PERTEMUAN 4 : TUTORIAL 2.

Discussion Task – Study Task.

Penyelenggaraan kepariwisataan adalah melibatkan berbagai pihak, oleh karena


itu pengaturan hukum di bidang kepariwisataan sangat penting. Pengaturan
penyelenggaraan kepariwisataan semestinya dilakukan sesuai dengan maksud
diadakannya suatu pengaturan hukum, yang oleh beberapa ahli hukum dinyatakan
untuk memberikan ketertiban, kepastian, dan keadilan.

Tugas kelompok untuk didiskusikan:


Apakah hukum kepariwisataan sesuai dengan maksud diadakannya suatu
pengaturan hukum yaitu memberikan ketertiban, kepastian, dan keadilan.

Tugas Individu untuk dikumpul:


1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 Tentang
“Kepariwisataan”, mencabut dan menyatakan tidak berlaku Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1990 Tentang “Kepariwisataan.
Permasalahannya: apa sebabnya UU.No.9 Tahun 1990 diganti.
2. Buatlah sistimatika UU.No.10 Tahun 2009, semenarik mungkin sehingga orang
dengan mudah dapat memahaminya.

Daftar Bacaan:

Arya Utama,I Made, Hukum Lingkungan – Sistem Hukum Perizinan Berwawasan


Lingkungan Untuk Pembangunan Berkelanjutan, Pustaka Sutra, Bandung,
September 2007. Hal, 93.
Geldel, 2006, Industri Pariwisata Dalam Globalisasi Perdagangan Jasa (GATS-
WTO), Refika Aditama, Bandung. Hal, 43-48.
Marbun,SF dan Mahfud,Moh.MD; Pokok-Pokok Hukum Administrasi Negara;
Liberty, Yogyakarta; 1987.Hal, 95.
Prins,WF dan Kosim Adisapoetra,R; Pengantar Ilmu Hukum Administrasi Negara;
Pradnya Paramita, Jakarta; 1983.Hal, 72.
Spelt, NM, dan Ten Berge,JBJM, 1993,Pengantar Hukum Perizinan, disunting oleh
Philipus M.Hadjon, Yuridika, Surabaya. Hal 2, 4-5.
Utrecht, 1966, Pengantar Dalam Hukum Indonesia, PT.Penerbit Universitas,
Jakarta.Hal, 26-29.
14

Utrecht, Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia; Pustaka Tinta Mas,


Surabaya; 1994. Hal, 187.
Wyasa Putra, dkk., 2003, Hukum Bisnis Pariwisata, Refika Aditama, Bandung. Hal
2-9.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 Tentang
“Kepariwisataan” (Disahkan dan diundangkan pada tanggal 16 Januari 2009;
LN.RI.Tahun 2009 Nomor 11 – TLN.RI.Nomor 4966).
15

PERTEMUAN 5 : PERKULIAHAN 5 (LECTURES).

PENYELENGGARAAN KEPARIWISATAAN DALAM PERSPEKTIF


HUKUM NASIONAL.
A.  Pengertian normatif: Wisata, Wisatawan, Paiwisata, dan Kepariwisataan;
 Asas-Asas Penyelenggaraan Kepariwiataan;
 Fungsi, dan Tujuan Kepariwisataan;
 Prinsip-Prinsip Penyelenggaraan Kepariwisataan
B. Pembangunan Kepariwisataan
 Industri pariwisata;
 Destinasi pariwisata;
 Pemasaran;
 Kelembagaan kepariwisataan.
C. Hak, kewajiban, dan larangan Dalam Penyelenggaraan Kepariwisataan.

Bahan Bacaan.
Ali Mufiz, Pengantar Administrasi Negara, UT Press, 2000. Hal, 50.
Jazim Hamidi; Penerapan Asas-Asas Umum Penyelenggaraan Pemerntahan Yang
Layak Di Lingkungan Peradilan Administrasi Indonesia, 1999. Hal, 42-43.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 Tentang
“Kepariwisataan” (Disahkan dan diundangkan pada tanggal 16 Januari 2009;
LN.RI.Tahun 2009 Nomor 11 – TLN.RI.Nomor 4966).
16

PERTEMUAN 6 : TUTORIAL 3.

Discussion Task.

UU.No.10/2009 ini bersifat nasional dan menyeluruh yang diperlukan sebagai


dasar hukum dalam rangka penyelenggaraan kepariwisataan, yang memberikan
ketentuan yang bersifat pokok, sedangkan pelaksanaannya diatur lebih lanjut dalam
berbagai peraturan perundang-undangan.
Dalam konteks penyelenggaraan kepariwisataan dalam perspektif hukum
nasional, UU.No.10 Tahun 2009 menetapkan beberapa “asas penyelenggaraan
kepariwisataan”.
Kata “asas” mempunyai arti “permulaan” atau “awal”. Berarti asas itu mengawali
atau menjadi permulaan “sesuatu” dan yang dimaksudkan sesuatu di sini adalah
“kaidah” atau “norma”. Dengan demikian, asas-asas tersebut di atas merupakan
dasar dari kaidah-kaidah atau norma-norma hukum kepariwisataan. Asas-asas
tersebut harus terimplementasi dalam kaidah-kaidah atau norma-norma hukum
kepariwisataan.

Tugas Kelompok Untuk didiskusikan:


Apakah asas-asas penyelenggaraan kepariwisataan itu tercermin dalam
UU.No.10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan.

Daftar Bacaan:
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, 2007.
Hal, 50.

Jazim Hamidi; Penerapan Asas-Asas Umum Penyelenggaraan Pemerntahan Yang


Layak Di Lingkungan Peradilan Administrasi Indonesia, 1999. Hal, 42-43.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 Tentang


“Kepariwisataan”.
17

PERTEMUAN 7 : PERKULIAHAN 7 (LECTURES).

USAHA PARIWISATA.

a Daya Tarik Wisata


b Kawasan Pariwisata
c Jasa Transportasi Wisata
d Jasa Perjalanan Wisata
e Jasa Makanan dan Minuman
f Penyediaan Akomodasi
g Penyelenggaraan Kegiatan Hiburan dan Rekreasi
h Penyelenggaraan Pertemuan, Perjalanan Insentif, Konfrensi, dan Pameran
i jasa Informasi Pariwisata
j Jasa Konsultan Pariwisata
k Jasa Pramuwisata
l Wisata Tirta
m spa

Bahan Bacaan.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 Tentang
“Kepariwisataan” (Disahkan dan diundangkan pada tanggal 16 Januari 2009;
LN.RI.Tahun 2009 Nomor 11 – TLN.RI.Nomor 4966).

Peraturan-Peraturan Menteri Kebudayaan Dan Pariwisata yang berkaitan dengan


penyelenggaraan usaha pariwisata.

Peraturan-Peraturan Daerah yang berkaitan dengan penyelenggaraan usaha


pariwisata.
18

PERTEMUAN 8 : TUTORIAL 4.

Study Task.
Pertama: Dalam UU.No.10 Tahun 2009 menentukan, bahwa untuk dapat
menyelenggarakan usaha pariwisata, pengusaha pariwisata “wajib mendaftarkan
usahanya” terlebih dahulu kepada Pemerintah atau Pemerintah Daerah.
Tata cara “pendaftaran” diatur dengan “Peraturan Menteri”. Pendaftaran tersebut
bersifat teknis dan administratif yang memenuhi prinsip dalam “penyelenggaraan
pelayanan publik yang transparan” meliputi, antara lain:
 prosedur pelayanan yang sederhana,
 persyaratan teknis dan administratif yang mudah,
 waktu penyelesaian yang cepat,
 lokasi pelayanan yang mudah dijangkau,
 standar pelayanan yang jelas,
 informasi pelayanan yang terbuka.
Sebagai perbandingan, UU.No.9 Tahun 1990 menentukan, bahwa badan usaha
dalam melakukan kegiatan usahanya “harus berdasarkan izin” yang diatur lebih
lanjut oleh Menteri.
Mahasiswa secara berkelompok maksimal 5 orang, mencari pengertian-
pengertian dari bentuk-bentuk: (a) daya tarik wisata, (b) jasa perjalanan wisata, (c)
jasa makanan dan minuman, (d) Penyediaan Akomodasi, (e) Penyelenggaraan
Kegiatan Hiburan dan Rekreasi (dikumpul dan dibahas bersama).

Kedua: membahas salah satu bentuk dari usaha pariwisata, apakah tata cara
(prosedur) daftar usaha (perizinan) yang ada sekarang telah memenuhi prinsip
“penyelenggaraan pelayanan publik yang transparan”.
Format Penulisan:
 bentuk paper (individu)
 I. Latar Belakang – II. Permasalahan – III. Pembahasan – IV. Penutup: Simpulan
dan Saran; Daftar Pustaka;
 Fond 12; 1,5 spasi; A4;
 Sampul: Kertas Buffalo warna merah (mencantumkan logo UNUD)
 Dikumpul: 1 (satu) minggu sebelum Ujian Akhir Semester.

Bahan Bacaan:
19

Arya Utama,I Made, Hukum Lingkungan – Sistem Hukum Perizinan Berwawasan


Lingkungan Untuk Pembangunan Berkelanjutan, Pustaka Sutra, Bandung,
September 2007. Hal, 93.
Prins,WF dan Kosim Adisapoetra,R; Pengantar Ilmu Hukum Administrasi Negara;
Pradnya Paramita, Jakarta; 1983. Hal, 72.
Spelt, NM, dan Ten Berge,JBJM, 1993,Pengantar Hukum Perizinan, disunting oleh
Philipus M.Hadjon, Yuridika, Surabaya.Hal, 2, 4-5.
Utrecht, 1966, Pengantar Dalam Hukum Indonesia, PT.Penerbit Universitas, Jakarta.
Hal, 26-29.
Utrecht, Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia; Pustaka Tinta Mas,
Surabaya; 1994.Hal, 184.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 Tentang


“Kepariwisataan” (Disahkan dan diundangkan pada tanggal 16 Januari 2009;
LN.RI.Tahun 2009 Nomor 11 – TLN.RI.Nomor 4966).

Peraturan-Peraturan Menteri Kebudayaan Dan Pariwisata yang berkaitan dengan


penyelenggaraan usaha pariwisata.

Peraturan-Peraturan Daerah yang berkaitan dengan penyelenggaraan usaha


pariwisata.
20

PERTEMUAN 9 : PERKULIAHAN 9 (LECTURES).

DOKUMEN PERJALANAN.

A. Surat Perjalanan (Paspor)


B. Visa
C. Izin Masuk, Izin Masuk Kembali, Tanda Bertolak
D. Izin Keimigrasian
E. Bebas Visa Kunjungan Singkat
F. Visa Kunjungan Saat Kedatangan
G. Surat Perjalanan Republik Indonesia.

Bahan Bacaan.
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (31 Maret 1992).
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 Tentang
“Kepariwisataan” (Disahkan dan diundangkan pada tanggal 16 Januari 2009;
LN.RI.Tahun 2009 Nomor 11 – TLN.RI.Nomor 4966).
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1994 (14 Oktober 1994) Sebagaimana Telah
Diubah Dengan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2005 Tentang Visa, Izin
Masuk, Dan Izin Keimigrasian (4 Mei 2005).
Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1994 Tentang Surat Perjalanan Republik
Indonesia (22 November 1994).
Keputusan/Peraturan Menteri Kehakiman.
21

PERTEMUAN 10 : TURORIAL 5.

Study Task.

Dari pemahaman mengenai dokumen perjalanan untuk lalu lintas orang asing
yang masuk atau keluar wilayah negara Republik Indonesia (RI), tidak semua
dokumen perjalanan itu harus dimiliki oleh seorang wisatawan asing.
Pertanyaannya: Apabila seorang “wisatawan asing” yang berkunjung ke
wilayah negara Indonesia dan kemudian bertolak dari wilayah negara Indonesia,
dokumen perjalanan apa saja yang diperlukannya.

Bahan Bacaan:

Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian (31 Maret 1992).


Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 Tentang
“Kepariwisataan” (Disahkan dan diundangkan pada tanggal 16 Januari 2009;
LN.RI.Tahun 2009 Nomor 11 – TLN.RI.Nomor 4966).
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1994 (14 Oktober 1994) Sebagaimana Telah
Diubah Dengan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2005 Tentang Visa, Izin
Masuk, Dan Izin Keimigrasian (4 Mei 2005).
Keputusan/Peraturan Menteri Kehakiman.
22

PERTEMUAN 11 : PERKULIAHAN 11 (LECTURES).

PARIWISATA BUDAYA.

A. Budaya/kebudayaan sebagai modal dasar Pembangunan dan Penyelenggaraan


Kepariwisataan
B. Pembangunan Dan Penyelenggaraan Pariwisata Baudaya di Provinsi Bali:
1. Dasar Hukum,
2. Asas, Tujuan
3. Pengusahaan Daya Tarik Wisata
4. Kewajiban dalam Pengusahaan Daya Tarik Wisata
5. Peranserta Masyarakat
6. Pembinaan Kepariwisataan
7. Penegakan hukum

Bahan Bacaan.
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, 2007.
Hal, 169-170, 215, 509.
Oka A. Yoeti, 2006, Pariwisata Budaya – Masalah Dan Solusinya, PT.Pradnya
Paramita, Jakarta. Hal, 66.
Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Bali Nomor 3 Tahun 1991 Tentang
Pariwisata Budaya (Ditetapkan pada tanggal 1 Pebruari 1991 dan Diundangkan
pada tanggal 10 Juli 1991).
23

PERTEMUAN 12 : TUTORIAL 6.

Discussion Task (Kelompok).

Budaya/kebudayaan pada hakekatnya merupakan “modal dasar” bagi


pembangunan dan penyelenggaraan kepariwisataan di Indonesia, khususnya di Bali.
Bali adalah pulau yang memiliki keterbatasan akan sumber daya alam, tetapi
memiliki kekayaan dalam sumber daya “budaya”, pada hakekatnya amat “potensial”
bagi peningkatan kepariwisataan di daerah Bali. Berdasarkan sumber dan potensi
serta kondisi objektif daerah Bali, maka kepariwisataan yang dikembangkan di
daerah Bali, adalah “Pariwisata Budaya”.
Pengaturan yang merupakan landasan hukum bagi penyelenggaraan pariwisata
budaya, adalah “Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Bali Nomor 3 Tahun
1991 Tentang Pariwisata Budaya”.
Berdasarkan pemahaman mengenai kebudayaan dan keberadaan Perda No.3
Tahun 1991 Tentang Pariwisata Budaya, mahasiswa diminta untuk memberikan
tanggapan pada salah satu aspek dari materi yang di atur dalam Perda No.3 Tahun
1991.
Catatan: Aspek yang dibahas oleh tiap-tiap kelompok, tidak sama.

Bahan Bacaan:

Koentjaraningrat, 1974, Kebudayaan Mentalitet dan Pembangunan, PT,Gramedia,


Jakarta.
Oka A. Yoeti, 2006, Pariwisata Budaya – Masalah Dan Solusinya, PT.Pradnya
Paramita, Jakarta. Hal, 66.
Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Bali Nomor 3 Tahun 1991 Tentang
Pariwisata Budaya (Ditetapkan pada tanggal 1 Pebruari 1991 dan Diundangkan
pada tanggal 10 Juli 1991).

Anda mungkin juga menyukai