Dimana inti dari pasal ini menekankan kepada Hak Memilih Kewarganegaraan. Itu artinya
Negara tidak berhak memaksa seseorang untuk merubah Kewarganegaraannya karena baik
laki-laki maupun perempuan tetap memiliki hak yang sama dalam memilih
Kewarganegaraannya. Bukan berarti jika seorang wanita menikah dengan WNA, hal tersebut
merupakan alasan ‘memaksa’ untuk mengganti kewarganegaraannya.
Kontra :
Pasal 26 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Tidak
Melanggar Hak Asasi Manusia. Hal tersebut tercantum di dalam :
KESIMPULAN :
Akan tetapi, jika melihat dari Asas “Lex Posterior Derogat Legi Generali” atau
asas yang menyatakan bahwa hukum Khusus dapat mengesampingkan hukum
Umum, maka UU No.12 Tahun 2006 tidak melanggar HAM karena sebanyak
apapun Instrumen-Intsrumen Hukum Umum (Universal Declaration of Human
Rights, Convention of the Nationality of Married Woman, International Covenant
of Civil and Political Rights, The Convention on the Elimination of All Forms of
Discrimination against Women,UUD 1945, dan UU No.39 Tahun 1999) yang ada
dapat dikesampingkan oleh Hukum Khusus (UU No.12 Tahun 2006 tentang
Kewarganegaraan) dimana UU Kewarganegaraan ini tetap memberikan Hak yang
sama bagi Laki-Laki dan Perempuan untuk tetap mempertahankan
Kewarganegaraannya sebagaimana yang tercantum di dalam Pasal 26 Ayat 3 UU
No.12 Tahun 2006.