Anda di halaman 1dari 5

TUGAS GENDER DALAM HUKUM

OLEH :

NAMA : NYOMA KINANDARA ANGGARITA

NIM : 1704551133

KELAS : C

MATA KULIAH : GENDER DALAM HUKUM

Fakultas Hukum

Universitas Udayana

Denpasar

2018
SOAL :
1. Identifikasikan dan uraikan kasus riil yang terjadi dalam kehidupan masyarakat yang
mencerminkan Diskriminasi Gender!
2. Identifikasikan dan uraikan penjelasan saudara mengenai fakta-fakta yang ada di
kehidupan Masyarakat yang telah mencerminkan ketidak-setaraan dan keadilan
Gender! (minimal 2 fakta)
3. Uraikan Pandangan Saudara,apakah dalam kehidupan bermasyarakat sudah
mencerminkan kesetaraan dan keadilan gender atau masih adanya diskriminasi
Gender?!

PENJELASAN :
1. Identifikasikan dan uraikan kasus riil yang terjadi dalam kehidupan masyarakat

yang mencerminkan Diskriminasi Gender!

Jawaban :

Pada Tanggal 7 Desember 2010, sebuah stasiun swasta di televisi Indonesia ada

sebuah News Sticker yang cukup menarik. Yakni, BKKBN: “51% Remaja putri di

Jabodetabek melakukan seks di luar nikah.” pernyataan ini merupakan salah satu bentuk

diskriminasi (pembedaan perlakuan) dengan latar belakang gender.

Di negara yang selalu berteriak-teriak sebagai bangsa yang beradab, beragama,

berbudaya dan ber-Pancasila tapi ‘penguasa’ sering melakukan diskrimasi melalui

kekuasaan secara telanjang (naked power). Cara yang dilakukan BKKBN merupakan

salah satu bentuk naked power pada posisi dengan kekuatan dan kekuasaan penuh (voice

full dan power full) terhadap remaja putri yang berada pada posisi yang lemah dan tidak

berdaya (voice less dan power less).

Diskriminasi terhadap perempuan (dalam hal ini remaja putri) merupakan realitas

sosial yang fenomenal di negara yang bersorak sebagai bangsa yang berbudaya.

Lihatlah nasib pelajar putri yang hamil. Mereka dikeluarkan dari sekolah,

sedangkan pelajar putra yang menghamili tidak dikeluarkan. Yang ironis adalah kaum

perempuan pun justru menyalahkan pelajar putri.


Bahkan, ada anggota DPRD Prov Jambi yang mengusulkan tes keperawanan

terhadap remaja putri sebagai syarat masuk SMP negeri, SMA/SMK negeri dan PTN.

Tanpa disadari oleh anggota dewan yang terhormat ini dia sudah melakukan ‘kemaksiatan’

melalui diskriminasi karena tidak berlaku adil. Mengapa tidak dilakkan tes keperjakaan

tehadap remaja putra?

Hal yang sama terjadi pada survai atau penelitian BKKBN ini. “Mengapa hanya

remaja putri yang menjadi ‘sasaran tembak’?” “Mengapa tidak ada perbadingannya

dengan remaja putra?” “Mengapa tidak ada perbandingannya dengan laki-laki dan

perempuan dewasa yang terikat pernikahan dan yang tidak menikah?” Rentetan

pertanyaan ini menunjukkan betapa kita menjadikan perempuan (dalam hal ini remaja

putri) sebagai objek. Laki-laki diposisikan sebagai subjek.

Lagi pula, survai itu dilakukan kepada sejumlah remaja putri. Kalau saja RCTI

menerapkan jurnalisme empati maka news ticker juga menampilkan jumlah responden

dan alasan mengapa BKKBN tidak membuat perbandingan dengan remaja putra. Cara

yang dilakukan BKKBN ini sudah menjadikan remaja putri (baca: perempuan) sebagai

sub-ordinat laki-laki. “Apakah petinggi di BKKBN tidak mempunyai anak remaja putri?”

Survai ini pun mengesankan seks di luar nikah bagi remaja putra tidak menjadi masalah.

2. Identifikasikan dan uraikan penjelasan saudara mengenai fakta-fakta yang ada di


kehidupan Masyarakat yang telah mencerminkan kesetaraan dan keadilan
Gender! (minimal 2 fakta)
Jawaban : Sasaran utama dari pembangunan nasional negara Indonesia adalah
perbaikan kualitas hidup masyarakat Indonesia di berbagai bidang. Dari pernyataan
tersebut dapat kita artikan bahwa di dalam proses pembangunan tersebut dibutuhkan
adanya keterlibatan masyarakat; laki-laki dan perempuan secara serasi, selaras dan
seimbangatau dengan kata lain dibutuhkan adanya emansipasi dalam bidang
kesempatan kerja. Selama ini pendekatan pembangunan yang dilaksanakan belum
secara khusus mempertimbangkan manfaatnya secara adil terhadap laki-laki dan
perempuan. Kenyataannya dalam beberapa aspek pembangunan, perempuan kurang
dapat berperan aktif. Hal ini disebabkan karena kondisi dan posisi yang kurang
menguntungkan dibanding laki-laki. Seperti peluang dan kesempatan yang terbatas
dalam mengakses dan mengontrol sumberdaya pembangunan, sistem upah yang
merugikan, tingkat kesehatan dan pendidikan yang rendah, sehingga manfaat
pembangunan kurang diterima kaum perempuan. Berbagai upaya pembangunan
nasional yang selama ini diarahkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia, baik perempuan maupun laki-laki ternyata belum dapat memberikan
manfaat yang setara bagi perempuan dan laki-laki. Bahkan belum cukup efektif
memperkecil kesenjangan yang ada. Hal ini menunjukkan bahwa hak-hak perempuan
memperoleh manfaat secara optimal belum terpenuhi sehingga pembangunan nasional
belum mencapai hasil yang optimal, karena masih belum memanfaatkan kapasitas
sumber daya manusia secara penuh. Di zaman sekarang kesetaraan dan keadilan
gender mulai diperhatikan dari masyarakat, pemerintah, dan Negara, hal ini dapat
dilihat dari banyaknya peraturan-peraturan yang mengedepankan kesetaraan dan
keadilan gender, berikut merupakan beberapa contoh kesetaraan dan keadilan gender
yang sudah mulai berkembang di masyarakat, antara lain:
a. Wanita sebagai Seorang Pemimpin
anggapan bahwa wanita tidak bisa menjalankan roda kepemimpinan, sudah di
patahkan oleh Rektor kita sendiri, Yakni, Prof. Dr.dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S (K).
Beliau merupakan Rektor Wanita pertama di Universitas Udayana. Contoh lainnya
yang dapat kita petik yaitu Ketua Panitia LKMM FH tahun 2017 yakni Oshi Bintang
yang notabene adalah seorang remaja Putri menjadi seorang pemimpin sekaligus
penggerak untuk kegiatan sebesar itu. Selain itu, ketua Student Day univeristas
udayana tahun 2017 merupakan seorang gadis. Hal-hal tersebut tentu membuktikan
bahwa Wanita tidak bisa dianggap Lemah atau tidak mampu melakukan pekerjaan
sebagaimana seorang Pria.
b. Wanita sebagai Pengemudi Ojek Online
meskipun tidak ada ketentuan atau peraturan yang mengatur bahwa untuk menjadi
seorang driver ojek online harus laki-laki, namun pandangan masyarakat sudah
menetapkan status dan kedudukan bahwa ‘hanya seorang Pria boleh menjadi driver
karena Wanita tidak mampu.’ Namun dalam kenyataannya, saya sendiri sering
melihat banyaknya Pengemudi ojek onine yang merupakan seorang wanita. Hal
tersebut sudah bisa membuktikan bahwa kasus ini merupakan salah satu kasus
kesetaraan Gender dan keadilan gender dalam masyarakat.
3. Uraikan Pandangan Saudara,apakah dalam kehidupan bermasyarakat sudah
mencerminkan kesetaraan dan keadilan gender atau masih adanya diskriminasi
Gender?!
Jawaban : menurut pandangan saya, di Indonesia sendiri masih belum mencerminkan
adanya Keadilan dan kesetaraan gender. Pada satu sisi hubungan gender
menjadi suat persoalan tersendiri, padahal secara fakta persoalan
emansipasi kaum perempuan masih belum mendapat tempat yang sepenuhnya bisa diterima.
Secara konsep emansipasi telah diterima akan tetapi konsekuensi dari pelaksanaan emansipasi
itu sendiri masih belumlah seideal yang diharapkan. Kaum
perempuan diberi kebebasan untuk memperoleh pendidikan dan kesempatan untuk bekerja tet
api mereka tetap saja diikat dengan norma norma patriarkhi yang
relatif menghambatdan memberikan kondisi yang dilematis terhadap
posisi mereka.Kaum perempuan dibolehkan bekerja dengan catatan hanya sebagai
penambah pencari nafkah keluarga sehingga mereka bekerja dianggap hanya
sebagai “working for lipstic” belum lagi kewajiban utama mengasuh anak dibebankan
sepenuhnya kepada perempuan. Secara kenyataan saja emansipasi masih menemukan
persoalan tersendiri, apalagi gender yang merupakan konsepsi yang sangat mengharapkan
kesetaraan hubungan yang serasi dan harmonis antara kaum perempuan dengan kaum
pria. Dalam hal ini tentu saja sebelum gender itu diterima sebagai suatu konsep yang
memasyarakat terlebih dahulu haruslah dipahami permasalahan emansipasi dan kesetaraan
hak perempuan untuk memperoleh kesempatan dalam memperoleh pendidikan maupun dalam
lingkungan dunia kerja. Penempatan perempuan pada tugas dasar sepenuhnya
mengakibatkan potensi perempuan untuk melakukan hal produktif menjadi berkurang.
Memang, sejak awal berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia, Pemerintah
secara resmi telah menganut dan menetapkan kesepakatan atas persamaan antara
perempuan dan laki-laki sebagaimana termuat dalam UUD 45 Pasal 27. Namun
demikian, dalam perkembangannya, beberapa UU yang selama ini berlaku di
Indonesia, disadari mempunyai arti yang masih diskriminatif terhadap perempuan.
Seperti dalam UU mengenai sistem pengupahan tenaga kerja perempuan, tunjangan
keluarga dan tunjangan kesehatan-perempuan dianggap lajang sehingga suami dan
anak-anak tidak mendapatkan tunjangan sebagaimana yang diterima pekerja laki-laki.
Sejumlah peraturan perundangan belum mampu mengakomodir kesetaraan gender
yang telah dijamin oleh UUD., yang mengakomodir kesamaan kondisi bagi laki-laki dan
perempuan untuk memperoleh kesempatan serta hak-haknya sebagai manusia.

Anda mungkin juga menyukai