NIM : D1A020561
Kelas : E2
Menguraikan :
Pembahasan :
Dengan melihat unsur pencemaran dan perusakan lingkungan tersebut di atas, maka
apabila satu dari unsur-unsur tersebut tidak terpenuhi maka perbuatan tersebut tidaklah dapat
dikategorikan sebagai pencemaran atau perusakan lingkungan.
Pasal 1 angka 32 UUPPLH 2009 disebutkan bahwa, “setiap orang adalah orang
perseorangan atau badan usaha, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan
hukum”.
Ketentuan ini memberikan batasan kepada pelaku tindak pidana lingkungan hidup
mencakup sangat luas sekali sebab meliputi setiap orang, badan usaha, baik yang
berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum. Jadi, dapat dipahami bahwa
Pasal 1 angka 32 UUPPLH 2009 mengisyaratkan bukan saja orang akan tetapi suatu
organisasi (kumpulan orang) pun dapat dikenakan sanksi pidana lingkungan hidup
termasuk di dalamnya korporasi, perusahaan, organisasi-organisasi baik organisasi
pemerintahan maupun swasta. Penentuan ajaran bahwa korporasi dapat dijadikan
pelaku atas suatu tindak pidana lingkungan hidup terdapat dalam Pasal 116 ayat
(1) UUPPLH 2009, disebutkan bahwa “apabila tindak pidana lingkungan hidup
dilakukan oleh, untuk, atau atas nama badan usaha, tuntutan pidana dan sanksi
pidana dijatuhkan kepada badan usaha; dan/atau orang yang memberi perintah untuk
melakukan tindak pidana tersebut atau orang yang bertindak sebagai pemimpin
kegiatan dalam tindak pidana tersebut”. Penjatuhan sanksi terhadap suatu korporasi dapat
dipidana disebutkan dengan jelas dalam ketentuan Pasal 118 UUPPLH 2009 yaitu bahwa
“Terhadap tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 116 ayat (1) huruf a,
sanksi pidana dijatuhkan kepada badan usaha yang diwakili oleh pengurus yang
berwenang mewakili di dalam dan di luar pengadilan sesuai dengan peraturan Perundang-
Undangan selaku pelaku fungsional”.
Penerapan strict liability dikhususkan kepada tindak pidana yang luar biasa
(extra ordiary crime) sehingga penangannya pun harus luar biasa (extra) pula.
3. Dalam Pasal 41
1) Barang siapa yang secara melawan hukum dengan sengaja melakukan perbuatan
yang mengakibatkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup, diancam
dengan pidana penjara paling lama sepuluh tahun dan denda paling banyak Rp.
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). (2) Jika tindak pidana sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan orang mati atau luka berat, pelaku tindak
pidana diancam dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun dan denda
paling banyak Rp750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah).
Dalam Pasal 42
1) Barang siapa yang karena kealpaannya melakukan perbuatan yang mengakibatkan
pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup, diancam dengan pidana
penjara paling lama tiga tahun dan denda paling banyak Rp100.000.000,00
(seratus juta rupiah). (2) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mengakibatkan orang mati atau luka berat, pelaku tindak pidana diancam dengan
pidana penjara paling lama lima tahun dan denda paling banyak
Rp150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah).
Dalam Pasal 43
Dalam Pasal 44
Dalam Pasal 45
1) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Bab ini dilakukan oleh atau atas
nama suatu badan hukum, perseroan, perserikatan, yayasan atau organisasi lain,
ancaman pidana denda diperberat dengan sepertiga.
Dalam Pasal 46
1) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Bab ini dilakukan oleh atau atas
nama badan hukum, perseroan, perserikatan, yayasan atau organisasi lain, tuntutan
pidana dilakukan dan sanksi pidana serta tindakan tata tertib sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 47 dijatuhkan baik terhadap badan hukum, perseroan,
perserikatan, yayasan atau organisasi lain tersebut maupun terhadap mereka yang
memberi perintah untuk melakukan tindak pidana tersebut atau yang bertindak
sebagai pemimpin dalam perbuatan itu atau terhadap kedua-duanya.
2) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Bab ini, dilakukan oleh atau atas
nama badan hukum, perseroan, perserikatan, yayasan atau organisasi lain, dan
dilakukan oleh orang-orang, baik berdasar hubungan kerja maupun berdasar
hubungan lain, yang bertindak dalam lingkungan badan hukum, perseroan,
perserikatan, yayasan atau organisasi lain, tuntutan pidana dilakukan dan sanksi
pidana dijatuhkan terhadap mereka yang memberi perintah atau yang bertindak
sebagai pemimpin tanpa mengingat apakah orang-orang tersebut, baik berdasar
hubungan kerja maupun berdasar hubungan lain, melakukan tindak pidana secara
sendiri atau bersama-sama.
3) Jika tuntutan dilakukan terhadap badan hukum, perseroan, perserikatan atau
organisasi lain, panggilan untuk menghadap dan penyerahan surat-surat panggilan
itu ditujukan kepada pengurus di tempat tinggal mereka, atau di tempat pengurus
melakukan pekerjaan yang tetap.
4) Jika tuntutan dilakukan terhadap badan hukum, perseroan, perserikatan, yayasan
atau organisasi lain, yang pada saat penuntutan diwakili oleh bukan pengurus,
hakim dapat memerintahkan supaya pengurus menghadap sendiri di pengadilan.
Dalam Pasal 47
Dalam Pasal 48
Pertama, yaitu delik yang diatur dalam Pasal 41 UUPLH adalah delik materiel. Yang
perlu diperhatikan pula, adalah bahwa ancaman pidana diperberat apabila tindak pidana
mengakibatkan orang mati atau luka berat. Penetapan luka berat dilakukan oleh tenaga medis.
Apabila Pasal 41 UUPLH adalah mengenai perbuatan dengan sengaja, maka Pasal 42
UUPLH adalah mengenai perbuatan karena kealpaan, yang ancaman pidanya lebih ringan.
Kedua, yaitu yang diatur dalam Pasal 43 UUPLH adalah delik formil, yang lebih
memudahkan pembuktian karena dikaitkan dengan deskripsi tindakan yang menimbulkan
pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup atau membahayakan kesehatan umum atau
nyawa orang lain. Apabila Pasal 43 UUPLH mengatur tentang perbuatan dengan sengaja,
maka Pasal 44 UUPLH dikaitkan dengan kealpaan, yang ancaman pidana lebih ringan.
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa yang dianggap sebagai tindak pidana
lingkungan hidup adalah (1) pencemaran lingkungan hidup, (2) perusakan lingkungan hidup,
dan (3) perbuatan lain yang melanggar ketentuan perundang- undangan yang berlaku.
Berdasarkan hal tersebut maka unsur-unsur dari masing-masing tindak pidana tersebut
adalah:
a. adanya tindakan;
b. yang menimbulkan perubahan langsung atau tidak terhadap sifat fisik
dan/atau hayati lingkungan;
c. yang mengakibatkan lingkungan hidup tidak berfungsi lagi dalam
menunjang pembangunan yang berkelanjutan.
3. Perbuatan lain yang melanggar ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Peraturan perundang-undangan lain yang dimaksud dalam tindak pidana ini
adalah meliputi peraturan perundang-undangan mengenai lingkungan hidup yang ada
sebelum kemerdekaan (yang masih berlaku berdasarkan Pasal II aturan peralihan
UUD 1945), dan peraturan yang ada setelah kemerdekaan. Sementara itu N. H. T.
Siahaan (2004 : 285) menyatakan unsur-unsur esensial yang mempersamakan
pencemaran dan perusakan lingkungan hidup antara lain, yaitu:
1) Baik pencemaran lingkungan maupun kerusakan lingkungan adalah
tindakan-tindakan yang menimbulkan perubahan, baik langsung atau tidak
langsung.
2) Baik pencemaran lingkungan maupun kerusakan lingkungan, adalah dua
tindakan yang sama-sama lingkungan kurang atau tidak dapat berfungsi
lagi.
Dengan melihat unsur pencemaran dan perusakan lingkungan tersebut di atas,
maka apabila satu dari unsur-unsur tersebut tidak terpenuhi maka perbuatan tersebut
tidaklah dapat dikategorikan sebagai pencemaran atau perusakan lingkungan.
Tindak Pidana Pencucian Uang dirumuskan didalam Pasal 3 ayat (1), Pasal 6 ayat (1)
dan Pasal 7.
1. Pasal 98 ayat (1) UUPPLH Th 2009: Setiap orang yang dengan sengaja
melakukan perbuatan yang mengakibatkan dilampauinya baku mutu udara
ambien, baku mutu air, baku mutu air laut, atau kriteria baku kerusakan
lingkungan hidup, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun
dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling sedikit Rp3.000.000.000,00
(tiga miliar rupiah) dan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar
rupiah).
2. Pasal 98 ayat (2): Apabila perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mengakibatkan orang luka dan/atau bahaya kesehatan manusia, dipidana dengan
pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12 (dua belas)
tahun dan denda paling sedikit Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah) dan
paling banyak Rp12.000.000.000,00 (dua belas miliar rupiah).
3. Pasal 98 ayat (3) : Apabila perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mengakibatkan orang luka berat atau mati, dipidana dengan pidana penjara paling
singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling
sedikit Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) dan paling banyak
Rp15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah).
4. Pasal 99 ayat (1) : Setiap orang yang karena kelalaiannya mengakibatkan
dilampauinya baku mutu udara ambien, baku mutu air, baku mutu air laut, atau
kriteria baku kerusakan lingkungan hidup, dipidana dengan pidana penjara paling
singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling sedikit
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak Rp3.000.000.000,00
(tiga miliar rupiah).
5. Pasal 99 ayat (2) : Apabila perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mengakibatkan orang luka dan/atau bahaya kesehatan manusia, dipidana dengan
pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 6 (enam) tahun dan
denda paling sedikit Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah) dan paling banyak
Rp6.000.000.000,00 (enam miliar rupiah).
6. Pasal 99 ayat (2) : Apabila perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mengakibatkan orang luka berat atau mati, dipidana dengan pidana penjara paling
singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 9 (sembilan) tahun dan denda paling sedikit
Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah) dan paling banyak Rp9.000.000.000,00
(sembilan miliar rupiah).
7. Pasal 112 UUPPLH: Setiap pejabat berwenang yang dengan sengaja tidak
melakukan pengawasan terhadap ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau
kegiatan terhadap peraturan perundang-undangan dan izin lingkungan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 dan Pasal 72, yang mengakibatkan
terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan yang mengakibatkan
hilangnya nyawa manusia, dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu)
tahun atau denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
i. Pasal 100 ayat (1) UUPPLH: Setiap orang yang melanggar baku mutu air
limbah, baku mutu emisi, atau baku mutu gangguan dipidana, dengan
pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak
Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah). Tindak pidana sebagaimana
dimaksud pada Pasal 100 ayat (1) hanya dapat dikenakan apabila sanksi
administratif yang telah dijatuhkan tidak dipatuhi atau pelanggaran
dilakukan lebih dari satu kali (Pasal 100 ayat (2) UUPPLH)
ii. Pasal 101 UUPPLH: (sanksi pidana mengedarkan produk rekayasa genetik
) Setiap orang yang melepaskan dan/atau mengedarkan produk rekayasa
genetik ke media lingkungan hidup yang bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan atau izin lingkungan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 69 ayat (1) huruf g, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1
(satu) tahun dan paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling sedikit
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak
Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).
iii. Pasal 102 UUPPLH: (sanksi pidana pengelolaan limbah B3 tanpa izin)
Setiap orang yang melakukan pengelolaan limbah B3 tanpa izin
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 ayat (4), dipidana dengan pidana
penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 3 (tiga) tahun dan
denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling
banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).
iv. Pasal 103 UUPPLH: Setiap orang yang menghasilkan limbah B3 dan tidak
melakukan pengelolaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59, dipidana
dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 3
(tiga) tahun dan denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah) dan paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).
v. Pasal 104 UUPPLH: (sanksi pidana dumping limbah) Setiap orang yang
melakukan dumping limbah dan/atau bahan ke media lingkungan hidup
tanpa izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60, dipidana dengan pidana
penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak
Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).
vi. Pasal 105 UUPPLH Setiap orang yang memasukkan limbah ke dalam
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 69 ayat (1) huruf c dipidana dengan pidana penjara paling
singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan denda
paling sedikit Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah) dan paling
banyak Rp12.000.000.000,00 (dua belas miliar rupiah).
vii. Pasal 106 UUPPLH Setiap orang yang memasukkan limbah B3 ke dalam
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 69 ayat (1) huruf d, dipidana dengan pidana penjara paling
singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda
paling sedikit Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) dan paling banyak
Rp15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah).
viii. Pasal 107 UUPPLH Setiap orang yang memasukkan B3 yang dilarang
menurut peraturan perundang–undangan ke dalam wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat
(1) huruf b, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun
dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling sedikit
Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) dan paling banyak
Rp15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah).
ix. Pasal 108 UUPPLH (sanksi Pidana Pembakaran Lahan) Setiap orang yang
melakukan pembakaran lahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat
(1) huruf h, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun
dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling sedikit
Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah) dan paling banyak
Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).
x. Pasal 109 UUPPLH Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan
tanpa memiliki izin lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36
ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan
paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah) dan paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar
rupiah).
xi. Pasal 110 UUPPLH Setiap orang yang menyusun amdal tanpa memiliki
sertifikat kompetensi penyusun amdal sebagaimana dimaksud dalam Pasal
69 ayat (1) huruf i, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga)
tahun dan denda paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).
xii. Pasal 111 ayat (1) UUPPLH Pejabat pemberi izin lingkungan yang
menerbitkan izin lingkungan tanpa dilengkapi dengan amdal atau UKL-
UPL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (1) dipidana dengan
pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak
Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).
xiii. Pasal 111 ayat (2) UUPPLH Pejabat pemberi izin usaha dan/atau kegiatan
yang menerbitkan izin usaha dan/atau kegiatan tanpa dilengkapi dengan
izin lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat (1) dipidana
dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak
Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).
xiv. Pasal 113 UUPPLH Setiap orang yang memberikan informasi palsu,
menyesatkan, menghilangkan informasi, merusak informasi, atau
memberikan keterangan yang tidak benar yang diperlukan dalam kaitannya
dengan pengawasan dan penegakan hukum yang berkaitan dengan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 69 ayat (1) huruf j dipidana dengan pidana penjara paling
lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah).
xv. Pasal 114 UUPPLH Setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan
yang tidak melaksanakan paksaan pemerintah dipidana dengan pidana
penjara paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
xvi. Pasal 115 UUPPLH Setiap orang yang dengan sengaja mencegah,
menghalang-halangi, atau menggagalkan pelaksanaan tugas pejabat
pengawas lingkungan hidup dan/atau pejabat penyidik pegawai negeri sipil
dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan denda
paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). Penerapan
sanksi pidana penjara dan denda tersebut di atas bersifat komulatif bukan
alternatif, jadi sanksinya diterapkan keduanya yaitu sanksi pidana penjara
dan pidana denda, bukan salah satu dintaranya, pemberatan sanksi dapat
dikenakn bagi pemberi perintah atau pemimpin tindak pidana yaitu
diperberat sepertiga Selain ancaman pidana, terhadap badan usaha dapat
dikenakan pidana tambahan atau tindakan tata tertib berupa:
1. perampasan keuntungan yang diperoleh dari tindak pidana;
2. penutupan seluruh atau sebagian tempat usaha dan/atau kegiatan;
3. perbaikan akibat tindak pidana;
4. pewajiban mengerjakan apa yang dilalaikantanpa hak; dan/atau
5. penempatan perusahaan di bawah pengampuan paling lama 3
(tiga) tahun. (Pasal 119 UU No. 32/2009)
KESIMPULAN
Dalam UU ini tercantum jelas dalam Bab X bagian 3 pasal 69 mengenai larangan
dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang meliputi larangan melakukan
pencemaran, memasukkan benda berbahaya dan beracun (B3), memasukkan limbah ke media
lingkungan hidup, melakukan pembukaan lahan dengan cara membakar, dan lain sebagainya.
Larangan-larangan tersebut diikuti dengan sanksi yang tegas dan jelas tercantum pada
Bab XV tentang ketentuan pidana pasal 97-123. Salah satunya adalah dalam pasal 103 yang
berbunyi: Setiap orang yang menghasilkan limbah B3 dan tidak melakukan pengelolaan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1
(satu) tahun dan paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah) dan paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).