ANALISIS TEKS
0
DAFTAR ISI
1
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bertujuan memahami
realitas sosial, yaitu melihat dunia dari apa adanya, bukan dunia yang
seharusnya, maka seorang peneliti kualitatif harus memiliki sifat open
2
penelitian sosial untuk menelusuri data historis. Sedangkan Sugiyono
(2005), menyatakan bahwa literatur merupakan catatan peristiwa yang
sudah berlalu yang berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental dari seseorang.
Sebelum kita lebih jauh masuk dalam ranah studi teks yang
dimaksudkan dalam makalah ini, ada baiknya kita mencoba membuka lebih
lebar jarak, perbedaan antara kajian lapangan dengan kajian teks dalam
penelitian ilmiah. Secara sempit, hampir semua jenis penelitian memerlukan
studi pustaka, walaupun orang sering membedakan riset kepustakaan/telaah
pustaka (library research / literature review) dan riset lapangan (field research),
keduanya tetap memerlukan penelusuran pustaka atau literatur. Perbedaan
yang utama hanyalah terletak pada tujuan, fungsi dan/ atau kedudukan
studi teks atau telaah kepustakaan dalam masing-masing penelitian itu.
Dalam riset lapangan, penelusuran pustaka terutama dimaksudkan
3
mendasar dalam kehidupan manusia, bahkan merupakan ciri khas manusia.
Hal tersebut tentunya tidak terlepas dari anugerah akal yang dimiliki oleh
manusia. Pemikiran filosofis meniscayakan kelahiran filsafat sebagai induk
dari semua ilmu.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, filsafat atau falsafah memiliki
beberapa defenisi, yakni; 1) Pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi
mengenai hakikat segala yang ada, sebab, asal, dan hukumnya; 2) Teori yang
mendasari alam pikiran atau suatu kegiatan; dan 3) ilmu yang berintikan
logika, estetika, metafisika, dan epistemologi.
Zilullah (2013), dalam makalahnya menyebutkan sebagai berikut:
“Pencarian terhadap kebenaran seiring dengan tujuan dari filsafat itu sendiri, yakni
untuk mencari kebenaran yang hakiki. Dengan kata lain, mengetahui segala sesuatu
yang ada sebagaimana adanya (problem ontologis). Kemudian, timbul pertanyaan
setelah mencari “Apa itu kebenaran?” yaitu “Bagaimana kita bisa mendapatkan
pengetahuan yang hakiki itu atau sesuatu yang ada sebagaimana adanya
(kebenaran)? Persoalan ini merupakan problem epistemologis. Selanjutnya, setelah
kita mengetahui kebenaran dan cara untuk mendapatkannya, muncul pertanyaan
untuk apa pengetahuan tersebut. Dengan kata lain, pemikiran selanjutnya berkaitan
dengan pengaplikasian ilmu yang telah didapatkan pada tataran praktis. Ini disebut
dengan problem aksiologis, artinya apakah ilmu pengetahuan yang didapat itu bisa
diterapkan untuk kemaslahatan umat atau justru sebaliknya, terutama kaitannya
dengan moralitas. Singkatnya, wilayah ontologi bertanya tentang “apa” wilayah
epistemologi bertanya tentang “bagaimana” sedangkan, wilayah aksiologi bertanya
tentang “untuk apa”.
4
Filsafat ilmu dalam sebuah penelitian analisis teks digunakan untuk
mendapatkan gambaran yang menyeluruh tentang apa yang sudah
dikerjakan, dan bagaimana proses mengerjakannya, bagaimana kaitannya
dengan pola pikir dan kebermanfaatannya bagi manusia yang
diformulasikan dalam aspek epistemologis, ontologis, dan aksiologisnya. Hal
ini menjadi sangat fundamental, sebab inilah pondasi utama ketika kita
melakukan kajian atau analisis suatu objek penelitian. Dikutip dari Ningsih
(2012), ia menjelaskan ketiga aspek tersebut secara lugas dan jelas,
sebagaimana dijelaskan di bawah ini.
1) Aspek Epistemologis
Aspek estimologi merupakan aspek yang membahas tentang
pengetahuan filsafat. Aspek ini membahas bagaimana cara kita mencari
pengetahuan dan seperti apa pengetahuan tersebut. Objek epistemologis
adalah pengetahuan sedangkan objek formalnya adalah hakikat
pengetahuan.
Pengetahuan adalah jarum sejarah yang selalu berkembang mengikuti
perkembangan zaman. Semakin banyak ilmu yang kita pahami, semakin
banyak khasanah kita. Dan pengetahuan inilah yang menjadi batasan-
batasan kita dalam menelaah suatu ilmu. Hal ini yang mengakibatkan ilmu
zaman dahulu dan zaman sekarang berbeda. Misalnya, ditinjau dari segi ilmu
teknologi. Teknologi zaman dahulu dan zaman sekarang sangat berbeda
jauh. Maka ilmu untuk menyikapi fenomena ini juga akan ikut berkembang
dan semakin bertambah.
Dalam aspek epistemologi ini terdapat beberapa logika, yaitu: analogi,
silogisme, premis mayor, dan premis minor.
Analogi; analogi dalam ilmu bahasa adalah persamaan antar bentuk
yang menjadi dasar terjadinya bentuk-bentuk yang lain.
5
Silogisme; silogisme adalah penarikan kesimpulan konklusi secara
deduktif tidak langsung, yang konklusinya ditarik dari premis yang
disediakan sekaligus.
Premis Mayor; premis mayor bersifat umum yang berisi tentang
pengetahuan, kebenaran, dan kepastian.
Premis Minor; premis minor bersifat spesifik yang berisi sebuah
struktur berpikir dan dalil-dalilnya.
Contohnya, premis mayor: Semua orang akhirnya akan mati. Premis
minor: Hasan adalah orang.
2) Aspek Ontologis
Ontologi berasal dari bahasa Yunani yang artinya ilmu tentang yang
ada. Sedangkan, menurut istilah adalah ilmu yang membahas sesuatu yang
telah ada, baik secara jasmani maupun secara rohani. Dalam aspek Ontologi
diperlukan landasan-landasan dari sebuah pernyataan-pernyataan dalam
sebuah ilmu. Landasan-landasan itu biasanya kita sebut dengan Metateori.
Selain Metateori juga terdapat sebuah asumsi dalam aspek ontologi
ini. Asumsi ini berguna ketika kita akan mengatasi suatu permasalahan.
Dalam asumsi juga terdapat beberapa paham yang berfungsi untuk
mengatasi permasalahan-permasalahan tertentu, yaitu: Determinisme (suatu
paham pengetahuan yang sama dengan empiris), Probablistik (paham ini
tidak sama dengan Determinisme, karena paham ini ditentukan oleh sebuah
kejadian terlebih dahulu), Fatalisme (sebuah paham yang berfungsi sebagai
paham penengah antara determinisme dan pilihan bebas), dan paham
pilihan bebas. Setiap ilmuan memiliki asumsi sendiri-sendiri untuk
menanggapi sebuah ilmu dan mereka mempunyai batasan-batasan sendiri
untuk menyikapinya. Apabila kita memakai suatu paham yang salah dan
berasumsi yang salah, maka kita akan memperoleh kesimpulan yang
berantakan.
6
3) Aspek Aksiologis
Aspek aksiologi merupakan aspek yang membahas tentang untuk apa
ilmu itu digunakan. Menurut Bramel, dalam aspek aksiologi ini ada Moral
conduct, estetic expresion, dan sosioprolitical. Setiap ilmu bisa untuk mengatasi
suatu masalah sosial golongan ilmu. Namun, salah satu tanggungjawab
seorang ilmuwan adalah dengan melakukan sosialisasi tentang
menemuannya, sehingga tidak ada penyalahgunaan dengan hasil penemuan
tersebut. Dan moral adalah hal yang paling susah dipahami ketika sudah
mulai banyak orang yang meminta permintaan, moral adalah sebuah
tuntutan.
Ilmu bukanlah sekadar pengetahuan (knowledge). Ilmu memang
berperan tetapi bukan dalam segala hal. Sesuatu dapat dikatakan ilmu
7
BAB II
JENIS-JENIS METODE ANALISIS TEKS DAN BAHASA
1. Analisis Isi
Analisis isi adalah teknik penelitian untuk membuat inferensi-
inferensi yang dapat ditiru dan sahih data dengan memerhatikan
konteksnya. Analisis isi berhubungan dengan komunikasi atau isi
komunikasi (Bungin, 2012: 163).
Dalam penelitian kualitatif, analisis isi ditekankan pada bagaimana
peneliti melihat konteks isi komunikasi secara kualitatif, pada bagaimana
peneliti memaknakan isi komunikasi, membaca simbol-simbol, memaknakan
isi interaksi simbolis yang terjadi dalam komunikasi. Menggunakan metode
analisis isi harus mengamati fenomena komunikasi, dengan merumuskan
dengan tepat apa yang diteliti dan semua tindakan harus didasarkan pada
tujuan tersebut.
Langkah selanjutnya adalah memilih unit analisis yang akan dikaji,
memilih objek penelitian yang menjadi sasaran analisis. Apabila objek
penelitian berhubungan dengan data-data verbal maka perlu disebutkan
tempat, tanggal dan alat komunikasi yang bersangkutan. Namun, kalau objek
penelitian berhubungan dengan pesan-pesan satu dalam suatu media, perlu
dilakukan identifikasi terhadap pesan dan media yang mengantarkan pesan
itu.
Ada beberapa bentuk klasifikasi dalam analisis isi (Krippendorff,
1991:34-37):
1) Analisis Isi Pragmatis; Di mana klasifikasi dilakukan terhadap tanda
menurut sebab akibatnya yang mungkin. Misalnya, berapa kali suatu
kata tertentu diucapkan yang dapat mengakibatkan munculnya sikap
suka tehadap suatu produk.
2) Analisis Isi Semantik; Dilakukan untuk mengklasifikasikan tanda
menurut maknanya. Terbagi dalam tiga jenis yaitu:
8
a. Analisis penunjukan; Menggambarkan frekuensi seberapa sering
objek tertentu dirujuk.
b. Analisis Penyifatan; Menggambarkan frekuensi seberapa sering
karakterisasi tertentu dirujuk.
c. Analisis pernyataan; Menggambarkan frekuensi seberapa sering
objek tertentu dikarakteristikkan secara khusus.
3) Analisis Sarana Tanda; Dilakukan untuk mengklasifikasikan isi pesan
melalui sifat psikofisik dari tanda, misalnya berapa kali kata cantik
muncul, kata seks muncul.
9
Tabel 1. Kerangka Analisis Bingkai Model Pan dan Kosicki (Sobur, 2004: 176)
1
Gambar 1. Analisis Bingkai Model Gamson dan Modigliani (Sobur, 2004: 177)
MEDIA PACKAGE
CORE FRAME
CONDENSING SYMBOLS
FRAMING DEVICES REASONING
DEVICES
1. Metaphors 1. Roots
2. Exemplar 2. Appeal to
3. Catch phrases principles
4. Depiction
5. Visual images
1
bentukan kata, atau frase khas cerminan fakta yang merujuk pemikiran
tertentu seperti jargon atau slogan. Exemplars mengemas fakta tertentu secara
mendalam agar satu sisi memiliki bobot makna lebih untuk dijadikan
rujukan. Depictions, penggambaran fakta dengan memakai kata,istilah,
kalimat konotatif agar khalayak terarah ke citra tertentu. Visual images,
pemakaian foto, diagram, grafis, tabel, kartun dan sejenisnya untuk
mengekspresikan kesan, misalnya perhatian dan penolakan, dibesarkan-
dikecilkan, serta pemakaian warna.
3. Analisis Semiotik
Semiotik sebagai suatu model memahami dunia sebagai sistem
hubungan yang memiliki unit dasar yang disebut dengan ”tanda”. Dengan
demikian, semiotik mempelajari hakikat tentang keberadaan suatu tanda.
Umberto Eco menyebut tanda sebagai “kebohongan” (Sobur, 1999: 171),
dalam tanda ada sesuatu yang tersembunyi dibaliknya dan bukan
merupakan tanda itu sendiri.
Fokus utama semiotika adalah tanda. Studi tentang tanda dan cara
tanda-tanda itu bekerja dinamakan semiotika. Fiske mengatakan (dalam
Bungin, 2012: 175) bahwa semiotika mempunyai tiga bidang studi utama,
yaitu:
a. Tanda itu sendiri,
b. Kode atau sistem yang mengorganisasikan tanda,
c. Kebudayaan tempat kode dan tanda bekerja.
Tanda dan makna memiliki konsep dasar dari semua model makna
dan di mana secara luas memiliki kemiripan. Dalam pada itu, masing-masing
di antaranya memerhatikan tiga unsur yang selalu ada dalam setiap kajian
tentang makna. Ketiga unsur itu adalah; 1) Tanda, 2) Acuan tanda, dan 3)
Pengguna tanda.
1
Ada dua belas macam semiotik yang dikenal yaitu (Sobur, 2004: 100):
1) Semiotik analitis; Menganalisis sistem tanda.
2) Semiotik deskriptif; Memerhatikan sistem tanda yang dapat kita alami
sekarang, meskipun ada tanda yang sejak dahulu tetap seperti yang
disaksikan sekarang.
3) Semiotik fauna; Memerhatikan sistem tanda yang dihasilkan oleh
hewan
4) Semiotik kultural; Menelaah sistem tanda yang berlaku dalam
kebudayaan masyarakat tertentu.
5) Semiotik naratif; Menelaah sistem tanda dalam narasi yang berwujud
mitos dan cerita lisan.
6) Semiotik natural; Menelaah sistem tanda yang dihasilkan oleh alam.
7) Semiotik normatif; Menelaah sistem tanda yang dibuat oleh manusia
yang berwujud norma-norma.
8) Semiotik sosial; Menelaah sistem tanda yang dihasilkan oleh manusia
yang berwujud lambang.
9) Semiotik struktural; Menelaah sistem tanda yang dimanifestasikan
melalui struktur bahasa.
10)Semiotik konotasi; Menelaah sistem tanda dengan tidak berpegang
pada makna primer, tetapi mendapatkannya melalui makna konotasi.
11)Semiotik ekspansionis; Menggunakan konsep yang terdapat dalam
linguistik ditambah dengan konsep yang berlaku dalam psikoanalisis
dan sosiologi dan aliran.
12)Semiotik behavioris; Memanfaatkan pandangan yang berlaku dalam
psikologi, membahas bahasa sebagai siklus stimuli, respons yang jika
ditelaah dari segi semiotik adalah persoalan sistem tanda yang
berproses pada pengirim dan penerima.
1
a. Mencari topik yang menarik perhatian,
b. Buat pertanyaan penelitian yang menarik,
c. Tentukan alasan dari penelitian,
d. Rumuskan penelitian dengan mempertimbangkan tiga langkah
sebelumnya,
e. Tentukan metode pengolahan data,
f. Klasifikasi data:
Identifikasi teks
Berikan alasa mengapa teks tersebut dipilih dan perlu
diidentifikasi
Tentukan pola semiotik yang umum
Tentukan kekhasan wacananya
g. Analisis data berdasarkan:
Ideologi, interpretan kelompok, frame work budaya
Pragmatis, aspek sosial, komunikatif
Lapis makna, intekstualitas, kaitan dengan tanda lain, hukum yang
mengaturnya
Kamus vs Ensiklopedi
h. Kesimpulan.
komunikasi sebagai berikut (Bovee, Courtland dan Thill dalam Bungin, 2012:
180).
1
Gambar 2. Proses Komunikasi
Feedback
Jika mereka membeli produk ini, maka mereka bekerja lebih baik
Jika saya beli produk ini, maka saya akan bekerja lebih p
pesan
Beli produk ini kamu akan bekerja lebih produktif
lainnya dalam masyarakat (Berger dan Luckmann dalam Bungin, 2012: 183).
Dari konten kontruksi sosial media massa, proses kelahiran konstruksi
sosial media massa melalui tahap-tahap sebagai berikut:
a. Tahap menyiapkan materi konstruksi
Ini merupakan tugas redaksi media massa. Ada beberapa hal penting
dalam penyiapan materi konstruksi sosial media massa yaitu:
1) Keberpihakan media massa kepada kapitalisme
2) Keberpihakan semu kepada masyarakat
3) Keberpihakan kepada kepentingan umum.
1
b. Tahap Sebaran konstruksi
Dilakukan melalui strategi media massa, konsep konkret strategi.
Sebaran media massa masing-masing media berbeda, namun prinsip
1
Model bad news; Cenderung mengkonstruksi suatu pemberitaan
sebagai pemberitaan citra yang buruk pada objek pemberitaan.
d. Tahap Konfirmasi
Tahapan ketika media massa maupun pembaca dan pemirsa
memberikan argumentasi dan akuntabilitas terhadap pilihannya untuk
terlibat dalam tahap pembentukan konstruksi. Alasan yang sering digunakan
dalam konfirmasi ini seperti:
Kehidupan modern menghendaki pribadi yang selalu berubah dan
menjadi bagian dari produksi media massa.
Kedekatan dengan media massa adalah lifestyle orang modern,
menyukai popularitas.
Kehadiran media massa merupakan sumber pengetahuan tanpa
batas yang sewaktu-waktu dapat diakses.
5. Metode Hermeneutik
Metode ini berkaitan dengan bahasa atau semua aspek kebahasaan
dalam kehidupan manusia. Secara etimologis kata hermeneutic berasal dari
bahasa Yunani hermeneuein yang berarti menafsirkan. Maka kata hermeneia
secara harfiah dapat diartikan sebagai penafsiran atau interpretasi
(Sumaryono dalam Bungin, 2012: 189).
Sejak awal kemunculannya, metode ini menunjuk pada ilmu
interpretasi, khususnya prinsip-prinsip eksegeis tekstual, tetapi bidang
hermeneutika telah ditafsirkan sebagai:
Teori eksegesis Bibel
Metodologi filologi secara umum
Ilmu pemahaman linguistik
Fondasi metodologisgeisteswessenshaften
Fenomenologi eksistensi dan pemahaman eksistensial
1
Sistem interpretasi, baik rekolektif maupun iconoclastic yang
digunakan manusia untuk meraih makna dibalik mitos dan simbol
(Richard E dalam Bungin, 2012: 190).
1
lisan dan wacana tulis. Wacana mencakup tidak hanya percakapan atau
obrolan, tetapi juga pembicaraan di tempat umum, tulisan, serta upaya-
upaya formal seperti laporan ilmiah dan sandiwara atau lakon (Tarigan
dalam Sobur, 2002:10).
Untuk dapat mengungkapkan makna, perlu dibedakan beberapa
pengertian antara: 1) Terjemah, 2) Tafsir, 3) Ekstrapolasi, dan 4)
Pemaknaan. Menurut Muhadjir (dalam Bungin, 2012: 201), terjemah
merupakan upaya mengemukakan materi atau substansi yang sama dengan
media yang berbeda; media tersebut mungkin berupa bahasa yang satu ke
bahasa yang
lain, dari verbal ke gambar dan sebagainya. Pada penafsiran tetap berpegang
pada materi yang ada, dicari latar belakangnya, konteksnya agar dapat
dikemukakan konsep atau gagasan lebih jelas. Ekstrapolasi lebih
menekankan pada kemampuan daya pikir manusia untuk menangkap hal
dibalik yang tersajikan. Sedangkan memberikan makna merupakan upaya
lebih jauh dari penafsiran, dan mempunyai kesejajaran dengan ekstrapolasi.
Pemaknaan lebih menuntut kemampuan integratif manusia.
1
harus juga mempertimbagkan siapa yang mengkomunikasikan sesuatu
dengan siapa dan mengapa komunikasi itu dilakukan; dalam jenis khalayak
apa; melalui medium apa; bagaimana perbedaan tipe komunikasi dan
hubungan untuk setiap pihak.
3) Historis
Menempatkan wacana dalam konteks sosial tertentu, berarti wacana
diproduksi dalam konteks tertentu dan tidak dapat dimengerti tanpa
menyertakan konteks yang menyertainya. Dengan menempatkan wacana itu
dalam konteks historis tertentu.
4) Kekuasaan
Setiap wacana yang muncul, dalam bentuk teks, percakapan atau
apapun yang dipandang sebagai sesuatu yang alamiah, wajar dan netral
tetapi merupakan bentuk pertarungan kekuasaan. Setiap kekuasaan laki-laki
dalam wacana mengenai seksisme, kekuasaan kulit putih terhadap kulit
hitam dalam wacana rasialisme.
5) Ideologi
Eryanto mengatakan (dalam Bungin, 2012: 208), bahwa teori-teori
klasik tentang ideology mengatakan bahwa ideologi dibangun oleh
kelompok yang dominan dengan tujuan untuk mereproduksi dan
melegitimasi dominasi mereka. Salah satu strateginya adalah dengan
membuat kesadaran kepada khalayak bahwa dominasi itu diterima secara
taken for granted. Wacana dalam pendekatan ini dipandang sebagai medium
melalui mana kelompok yang dominan mempersuasi dan
mongkomunikasikan kepada khalayak produksi kekuasaan dan dominasi
menganggap hal tersebut sebagai kebenaran dan kewajaran. Ideologi
membuat anggota dari suatu kelompok akan bertindak dalam situasi yang
sama, dapat menghubungkan masalah mereka dan memberikan kontribusi
dalam membentuk solidaritas dan kohesi di dalam kelompok.
2
Untuk mengetahui makna yang tersembunyi dalam lambang-lambang
dapat digunakan metode analisis wacana. Adapun salah satu analisis wacana
yang dapat digunakan adalah model yang dikembangkan oleh Teun A van
Dijk yang dibagi dalam tiga tingkatan, yaitu: 1) Struktur makro; Merupakan
makna global dari suatu teks yang dapat diamati dengan melihat topic dari
suatu teks; 2) Superstruktur; Adalah kerangka suatu teks, bagaimana
struktur
dan elemen wacana itu disusun dalam teks secara utuh; 3) Struktur mikro;
Adalah makna yang dapat diamati dengan menganalisis kata, kalimat,
proposisi, anak kalimat, para frase yang dipakai dan lain-lain.
2
BAB III
FILSAFAT KOMUNIKASI
DALAM METODE PENELITIAN KUALITATIF
ANALISIS TEKS
2
Validitas berkaitan dengan apakah analisis isi mengukur apa yang
benar-benar ingin diukur. Sementara reliabilitas berkaitan dengan apakah
analisis isi akan menghasilkan temuan yang sama biarpun dilakukan oleh
orang yang berbeda dan waktu yang berbeda. Misalnya, penelitian mengenai
pilkada di Sumut. Peneliti yang berbeda (satu orang Indonesia dan satu
orang luar) yang meneliti bahan yang sama seharusnya juga menghasilkan
temuan yang sama. Kedua peneliti pastilah mempunyai latar belakang dan
keberpihakan yang berbeda. Biarpun latar belakang berbeda, temuan dari
analisis isi haruslah sama. Hal ini karena analis isi didasarkan pada
penelitian yang objektif dan menghilangkan bias atau kecendrungan
subjektivitas dari peneliti.
Dari segi Aksiologis dapat dilihat bahwa dalam proses analisis secara
moral peneliti akan berusaha untuk keluar dari subjektifitasnya demi
mendapatkan hasil yang objektif. Peneliti berusaha untuk tidak
menempatkan interpretasinya dalam melakukan penelitian ini. Dalam
penelitian ini secara keilmuan teori dianggap bebas dari nilai.
Tahap tahap dalam melakukan analisis isi (Bulaeng, 2004: 172) sebagai
berikut:
1) Merumuskan pertanyaan penelitian atau hipotesis
2) Mendefenisikan populasi yang diteliti
3) Memilih sampel yang sesuai dari populasi
4) Memilih dan menetukan unit analisis
5) Menyusun kategori-kategori isi yang dianalisis
6) Membuat sistem hitungan
7) Melatih para pengkode dan melakukan studi percobaan
8) Mengkode isi menurut defdenisi yang telah ditentukan
9) Menganalsis data yang sudah dikumpulkan
10)Menarik kesimpulan-kesimpulan dan mencari indikasi.
2
2. Hermeneutika
Hermeneutika mengajukan metode pemahaman (verstehen) terhadap
dunia kehidupan. Hermeneutika menegaskan bahwa fenomena khas
manusia adalah bahasa, dan karena itu memahami manusia dapat dimulai
dari bahasa. Kenapa bahasa? Karena bahasa merupakan objektivasi dari
kesadaran manusia akan kenyataan. Melalui bahasa juga manusia memberi
makna. Pandangan filsafat hermeneutika pada aslinya berkisar pada
interpretasi Bibel dan teks sakral yang lain, tetapi sejak akhir abad 19 dan
permulaan abad 20, hermeneutika telah berevolusi dan menjadi
berkembang sebagai metode untuk memahami beragam bahan teks.
Secara ontologi inti dari tradisi hermeneutika adalah konsep dalam
sebuah teks. Gadamer, salah satu tokoh hermeneutika, memperluas aplikasi
hermeneutika itu sendiri ke dalam setiap perilaku manusia, produk, maupun
ekspresi yang dapat diciptakan lainya sebuah teks. Analisis hermeneutik
melibatkan sebuah pertimbangan tentang teks dalam terang pengetahuan
teoritis para periset/ peneliti dan informasi tentang gaya teks, sumber teks,
dan situasi dimana teks itu diproduksi.
Dari tujuan penelitiannya analisis hermeneutik dapat dilihat sebagai
sebuah oposisi dari penjelasan, prediksi dan kontrol sebagai sebuah tujuan
dari analisis sosial. Hermeuneutik menekankan konsep sentral teks dan
berusaha meyakinkan bahwa pelbagai perilaku dan objek-objek yang
terbentuk dalam kehidupan sosial dapat dimaknai sebagai sebuah teks.
Dalam artian teks yang dianalisis dalam studi komunikasi dapat berupa
pidato, acara televisi, pertemuan bisnis, percakapan intim, perilaku
nonverbal atau arsitektur dan dekorasi. Secara epistemologis kemudian
pengembangan siklus hermeneutika sampai pada tahap pemahaman yang
pada intinya merupakan pertukaran kerangka rujukan antara pengamat dan
objek yang diamati (Miller, 2002:49). Dengan demikian secara epistemologis
teks dan perilaku sosial diinterpretasikan dengan menggunakan lensa
pengalaman dan teoritis yang dibangun melalui latar belakang pribadi dan
2
profesi peneliti tersebut. Nilai-nilai (aksiologi) yang ada dalam diri si peneliti
menjadi lensa pengalaman yang dipakai dalam analisis hermeuneutika.
3. Analisis Framing
Dalam perspektif komunikasi, analisis framing dipakai untuk
membedah cara-cara atau ideologi media saat merekonstruksi fakta. Analisis
ini mencermati strategi seleksi, penonjolan, dan pertautan fakta ke dalam
berita agar lebih bermakna. Lebih menarik, lebih berarti atau lebih diingat,
untuk menggiring intepretasi khalayak sesuai perspektifnya. Dengan kata
lain, framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif
atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan
menulis berita. Cara pandang atau perspektif itu pada akhirnya menentukan
fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan, serta
2
Pendekatan konstruksionis mempunyai penilaian sendiri bagaimana
media, wartawan, dan berita dilihat, yaitu pada tabel berikut:
2
4. Analisis Semiotik
Komunikasi adalah negosiasi dan pertukaran makna dalam mana
pesan dibangun oleh masyarakat berdasarkan budaya dan realitas, yang
mampu berinteraksi karena menggunakan makna yang mereka bangun dan
mereka pahami bersama untuk menumbuhkan saling pengertian (Sulivan
historical event dan objects termasuk teks tertulis. Oleh karena semilogi,
analisis teks, demikian Roland Bartes , berarti menganalisis tentang segala hal
yang berhubungan dengan sistem simbolik dan semantik dari peradaban
manusia seluruhnya. Lebih jelasnya lagi, dari pendapat Charles Morris,
2
bahwa bahasa apapun dan bahasa politik bukan kekecualian, terdiri atas
saling pengaruh dan kaya akan lambang-lambang signifikan, baik yang
diskursif maupun yang nondiskursif. Pesan-pesan yang dihasilkan dari hasil
pengaruh itu banyak bentuknya dan berbagai makna, struktur, dan akibat.
Studi tenatang keragaman itu merupakan satu segi dari ilmu semiotik, yaitu
teori umum tentang tanda dan bahasa (Morris dalam Dan Nimmo, 2000:93).
laporan ilmiah dan sandiwara atau lakon (Tarigan dalam Sobur, 2002:10).
Dalam pengertian yang sederhana, wacana berarti cara objek atau ide
diperbincangkan secara terbuka kepada publik sehingga menimbulkan
pemahaman tertentu yang tersebar luas (Lull dalam Sobur, 2002:11).
Wacana selalu mengandaikan pembicara/ penulis, apa yang dibicarakan, dan
pendengar/pembaca. Bahasa merupakan mediasi dalam proses ini. Wacana
itu sendiri mencakup empat tujuan penggunaan bahasa, yaitu; 1) Ekspresi
diri; 2) Eksposisi; 3) Sastra; 4) Persuasi (Tarigan dalam Sobur, 2002:11).
Menurut Mills (dalam Sobur, 2002 :11) dengan mengacu pendapat
Foucoult, membedakan pengertian wacana menjadi 3 (tiga) macam, yaitu :
2
a. Level konseptual teoritis; Wacana diartikan sebagai domain umum dari
semua pernyataan, yaitu semua ujaran atau teks yang mempunyai
makna dan efek dalam dunia nyata
b. Konteks penggunaannya; Wacana berarti sekumpulan pernyataan yang
dapat dikelompokkkan ke dalam kategori konseptual tertentu
c. Metode penjelasannya; Wacana merupakan suatu praktik yang diatur
untuk menjelaskan sejumlah pernyataan.
sintaksis, morfologi, dan fonologi (Littlejohn dalam Sobur: 48). Lebih lanjut
menurut Littlejohn, ada beberapa unit analisis wacana secara bersama-sama
menggunakan seperangkat perhatian yaitu :
a. Seluruhnya mengenai cara-cara wacana disusun, prinsip yang
digunakan oleh komunikator untuk menghasilkan dan memahami
percakapan atau tipe-tipe pesan lainnya. Ahli analisis wacana melihat
pada pembicaraan nyata dan bentuk-bentuk nonverbal seperti
mendengar dan melihat, dan mereka melakukan studi makna dari
bentuk-bentuk yang teramati di dalam konteks. Beberapa teori
melihat bagaimana pesan tunggal terstruktur untuk membuat
pernyataan
2
koheren. Teori yang lainnya melihat pola bercakap-cakap di antara
orang-orang dalam suatu percakapan.
b. Wacana dipandang sebagai aksi, ia adalah cara melakukan segala hal,
biasanya dengan kata-kata. Ahli analisis wacana berasumsi bahwa
pengguna bahasa mengetahui bukan hanya aturan-atura tata bahasa
kalimat, namun juga aturan-aturan untuk menggunakan unit-unit
yang lebih besar dalam menyelesaikan tujuan-tujuan pragmatik
dalam situasi sosial.
c. Analisis wacana adalah suatu pencarian prinsip-prinsip yang
digunakan oleh komunikator aktual dari perspektif mereka, ia tidak
mempedulikan ciri/sifat psikologis tersembunyi dari fungsi otak,
namun terhadap problema percakapan sehari-hari yang kita kelola
dan kita pecahkan
3
Paradigma Paradigma Positivistik Paradigma Interpretif Paradigma Konstruktivis Paradigma Kritis
Filsafat Analisis Isi Kuantitatif Hermeneutik (Teks) Analisis Framing Analisis Wacana Kritis
Interaksi Simbolik, Fenomenologi Analisis Semiotika
Tujuan Penelitian Eksplanasi, prediksi dan Mencari pemahaman bagaimana Rekonstruksi realitas sosial Kritik sosial, Transformasi,
kontrol kita membentuk dunia secara dialektis antara emansipasi dan
pemaknaan melalui interaksi dan peneliti dengan pelaku penguatan sosial
bagaimana kita berperilaku sosial yang diteliti.
terhadap dunia
yang kita bentuk itu
Ontologi Realitas naif : semesta nyata Realitas sosial yang hadir salam Realitas Subjektif dan Realisme Kritis : semesta
(Realitas/ sifatnya ) dan dapat diketahui apa beragam bentuk konstruksi Objektif luar bersifat nyata akan
adanya. Realitas diatur oleh mendatl, berdarakan situasi sosial semesta diketahui itu tetapi tidak pernah
hukum-hukum dan dan pengalamannya, bersifat lokal bersifat spesifik, lokal seluruhnya diketahui secara
mekanisme alamiah dan spesifik, kemudian bentuk dan yang dikonstruksi secara sempurna, ada banyak
formatnya bergantung pada orang sosial, politik, budaya, kemungkinan yang dapat
yang menjalaninya ekonomi, diketahui
etnik dan gender
Epistemologi Objektif Realism Bersifat transaksional dialogis. Subyektif; penafsiran bagian Bersifat transaksional,
(Bagaimana ilmu berkembang Ada realitas yang real yang Sebagai hasil investigasi dan tak terpisahkan dari dialogis, temuan ilmiah
dan Cara penelitian) diatur oleh kaidah-kaidah proses sosial. Temuan penelitian penelitian teks. Bahkan dimuati nilai dan
tertentu yang berlaku merupakan hasil interaksi antara dasar dari analisis teks. kepentingan
universal walaupun peneliti dengan yang diteliti.
kebenaran pengetahuan
tentang itu mungkin hanya
bisa diperoleh secara
probabilistik.
3
Aksiologi Peneliti berperan sebagai Peneliti menempatkan diri sebagai Peneliti sebagai passionate Peneliti menempatkan diri
(Nilai yang terkandung dan Posisi disinterested scientis dan pengamat yang mempraktekkan participant, fasilitator yang sebagai aktivis, advokat dan
Peneliti) netral nilai-nilai yang ada dalam dirinya. menjembatani keragaman transformative intellectual
Nilai, etika dan pilihan moral Nilai, etika dan pilihan moral subyektifitas pelaku sosial. Nilai, etika, pilihan moral
harus berada di luar analisis adalah lensa yang dipakai untuk Nilai, etika: makna adalah bahkan keberpihakan
teks menamati fenomena sosial hasil dari proses saling menjadi bagian yang tidak
mempengaruhi antara teks terpisahkan dari analisis.
dan pembaca. Makna bukan
ditransmisikan, tetapi
dinegosiasikan.
Tabel 4. Perbedaan Metodologis dalam Analisis Teks Dilihat dari isu filosofisnya
Sumber : Diadaptasi dari Doni Gahral Adian, 2002:160
3
DAFTAR PUSTAKA
Dan Nimmo. 2000. Komunikasi Politik : Komunikator, Pesan, dan Media. Remaja
Rosdakarya. Bandung
Gahral Adian, Doni. 2002. Menyoal Objektifitas Ilmu Pengetahuan. Traju. Jakarta
Sobur, Alex. 2002. Analisis Teks Media; Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana,
Semiotika dan Framing. Remaja Rosdakarya. Bandung
3
Zamroni, Mohammad. 2009. Filsafat Komunikasi: Pengantar Ontologis,
Epistemologis, Aksiologis (Edisi Pertama). Graha Ilmu. Yogyakarta