Disusun Oleh:
Muhammad Wildan Alqovari (1501620057)
Septianto Dwi Pratama (1501620053)
Andhika Maulana Fasha (1501620050)
Radiyo Zanatti (1501617026)
Endrik (1501617062)
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat tuhan yang maha esa yang telah menciptakan
seluruh alam jagad raya dengan penuh keindahan, dan menciptakan manusia sebagai
makhluk ciptaannya yang sangat sempurna, dibandingkan dengan makhluk ciptaan
lainnya. Dengan diberikan akal pikiran, agar kita senantiasa dapat menjadi khalifah di
muka bumi ini.
Makalah yang berjudul “Ontologi : Hakikat Apa yang Dikaji” ini dibuat untuk
memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan tugas mata kuliah Filsafat
Ilmu.
Dalam proses penulisan makalah ini tidak selalu berjalan lancar, banyak
hambatan dan kesulitan yang penulis hadapi. Terkadang rasa jenuh timbul dari dalam
diri penulis. Namun dengan adanya berbagai pihak yang memberikan dorongan,
makalah ini bisa diselesaikan tepat waktu.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................2
DAFTAR ISI..........................................................................................................................3
BAB I......................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..................................................................................................................4
1.1. Latar Belakang.......................................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah..................................................................................................4
1.3. Tujuan.....................................................................................................................5
BAB II.....................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.....................................................................................................................6
2.1. Ontologi Hakikat Hal yang dikaji.........................................................................6
BAB III.................................................................................................................................13
PENUTUPAN.......................................................................................................................13
3.1 Kesimpulan...........................................................................................................13
3.2 Saran.....................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................14
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kata “filsafat” berasal dari bahasa Yunani, yang bersal dari kata kerjayaitu
“phiosfienl” artinya kearifan atau mencintai kebijakan. Jadi artifilsafat secara hafiah
adalah cinta yang sangat mendalam terhadapatkearifan atau kebijakan. Filsafat dapat
diartikan sebagai suatu pendirianhidup (individu) dan dapat juga disebut pandangan
hidup (masyarakat).Filsafat adalah pengetahuan tentang cara berfikir terhadap segala
sesuatuatau sekalian alam. Artinya, materi pembicaraan filsafat adalah segala halyang
menyangkut keseluruhan yang bersifat universal, dengan demikian,filsafat sebagai
metode berfikir, maupun sebagai hasil berfikir, radikal,sistematis dan universal
tentang segala sesuatu yang ada danmemungkinkan ada.
4
5. Apa yang dimaksud dengan Asumsi dalam Penelitian ?
6. Bagaimana Batas-batas Penjelajahan Ilmu ?
1.3. Tujuan
Tujuan dalam penulisan makalah ini ialah untuk mendeskripsikan hakikat hal
yang dikaji dalam ontologi yang meliputi:
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Ontologi Hakikat Hal yang dikaji
Ontologi adalah ilmu yang mengkaji apa hakikat ilmu atau pengetahuan
ilmiah yang sering kali secara populer banyak orang menyebutnya dengan ilmu
pengetahuan, apa hakikat kebenaran rasional atau kebenaran deduktif dan kenyataan
empiris yang tidak terlepas dari persepsi ilmu tentang apa dan bagaimana. Ontologi
ilmu membatasi diri pada ruang kajian keilmuan yang dapat dipikirkan manusia
secara rasional dan bisa diamati melalui panca indera manusia. Sementara kajian
objek penelaahan yang berada dalam batas prapengalaman (seperti penciptaan
manusia) dan pasca-pengalaman (seperti surga dan neraka) menjadi ontologi dari
pengetahuan lainnya di luar ilmu.
1. Metafisika
2. Asumsi
3. Peluang
4. Asumsi dalam ilmu
5. Batas-batas pembelajaran dalam ilmu
2.1.1. Metafisika
Bidang telaah filsafat yang disebut metafisika merupakan tempat berpijak dari
setiap pemikiran filsafat, termasuk pemikiran ilmiah. Pemikiran di ibaratkan roket
yang meluncur ke bintang-bintang menembus galaksi , maka metafisika adalah
landasan peluncurannya.
6
Contohnya seperti, “apakah hakekat kenyataan ini sebenar-benarnya?” Lawan
dari “supernaturalisme“ dalah paham “naturalisme” yang menolak pendapat bahwa
terdapat wujud-wujud yang bersifat supernatural ini. Menurut naturalisme gejala-
gejala alam tidak disebabkan oleh pengaruh kekuatan yang bersifat gaib , melainkan
oleh kekuatan yang terdapat dalam alam itu sendiri.
Mekanistik : gejala alam dapat didekati dari segi proses kimia fisika.
Vitalistik : hidup adalah sesuatu yang unik yang berbeda secara subtantif dengan
proses tersebut.
Monistik : tidak ada perbedaan antara pikiran dengan zat , mereka hanya berbeda
dalam gejala disebabkan yang berlainan namun mempunyai subtansi yang sama.
Demokritos adalah seorang filsuf yang termasuk di dalam Mazhab Atomisme.
Demokritos mengembangkan pemikiran tentang atom sehingga justru pemikiran
Demokritos yang lebih dikenal di dalam sejarah filsafat.
2.1.2. Asumsi
7
Sifat asumsi: Tidak muthlak atau pasti sebagaimana ilmu yang tidak pernah ingin
dan tidak pernah berpretensi untuk mendapatkan ilmu pengetahuan yang bersifat
muthlak. Jadi asumsi bukanlah suatu keputusan muthlak.
Kedudukan ilmu dalam asumsi: Ilmu memberikan pengetahuan sebagai dasar
untuk mengambil keputusan karena keputusan harus didasarkan pada penafsiran
kesimpulan ilmiah yang bersifat relatif.
Resiko asumsi: Apa yang diasumsikan akan mengandung resiko secara
menyeluruh. Seseorang yang mengasumsikan usahanya akan berhasil maka
direncanakan akan diadakan pesta keberhasilannya. Secara tiba- tiba usahanya
dinyatakan tidak berhasil. Resikonya menggagalkan pelaksanaan pestanya.
Beberapa asumsi dalam ilmu akan terjadi perbedaan pandang suatu masalah bila
ditinjau dari berbagai kacamata ilmu begitu juga asumsi. Ilmu sekedar merupakan
pengetahuan yang mempunyai kegunaan praktis yang dapat membantu kehidupan
manusia secara pragmatis.
a. Deterministik
8
b. Pilihan Bebas
c. Probabilistik
9
tolak pada paham deterministik. Sekiranya yang dipilih adalah hukum kejadian yang
bersifat khas bagi tiap individu manusia maka akan digunakan asumsi pilihan bebas.
Di antara kutub deterministik dan pilihan bebas, penafsiran probabilistik merupakan
jalan tengahnya.
2.1.3. Peluang
2.1.4. Asumsi
10
Asumsi Dalam Ilmu waktu kecil segalanya kelihatan besar, pohon terasa
begitu tinggi, orang-orang tampak seperti raksasa Pandangan itu berubah setelah kita
beranjak dewasa, dunia ternyata tidak sebesar yang kita kira, wujud yang penuh
dengan misteri ternyata hanya begitu saja. Kesemestaan pun menciut, bahkan dunia
bisa sebesar daun kelor, bagi orang yang putus asa. Katakanlah kita sekarang sedang
mempelajari ilmu ukur bidang datar (planimetri). Dengan ilmu itu kita membuat
kontruksi kayu bagi atap rumah kita. Sekarang dalam bidang datar yang sama
bayangkan para amoeba mau bikin rumah juga. Bagi amoeba bidang datar itu tidak
rata dan mulus melainkan bergelombang, penuh dengan lekukan yang kurang
mempesona. Permukaan yang rata berubah menjadi kumpulan berjuta kurva.
a. Asumsi ini harus relevan dengan bidang dan tujuan pengkajian disiplin keilmuan.
Asumsi ini harus operasional dan merupakan dasar bagi pengkajian teoretis.
Asumsi manusia dalam administrasi yang bersifat operasional adalah makhluk
ekonomis, makhluk sosial, makhluk aktualisasi diri atau makhluk yang kompleks.
Berdasarkan asumsi-asumsi ini maka dapat dikembangkan berbagai model,
strategi, dan praktek administrasi.
b. Asumsi ini harus disimpulkan dari “keadaan sebagaimana adanya” bukan
“bagaimana keadaan yang seharusnya”. Seseorang ilmuwan harus benar-benar
mengenal asumsi yang dipergunakan dalam analisis keilmuannya, sebab
11
mempergunakan asumsi yang berbeda, maka berarti berbeda pula konsep
pemikiran yang dipergunakan. Sesuatu yang belum tersurat dianggap belum
diketahui atau belum mendapat kesamaan pendapat.
2.1.5. Batas-batas penjelajahan ilmu
Mengapa ilmu hanya membatasi daripada hal-hal yang berbeda dalam batas
pengalaman kita? jawabnya terletak pada fungsi ilmu itu sendiri dalam kehidupan
manusia: yakni sebagai alat pembantu manusia dalam menanggulangi masalah-
masalah yang dihadapinya sehari-hari.
12
BAB III
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
Dari Pembahasan yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan, Secara
ontologis, ilmu membatasi lingkup penelaahan keilmuannyahanya pada daerah-
daerah yang berada dalam jangkauan pengalamanmanusia. Penetapan lingkup batas
penelaahan keilmuan yang bersifatempiris adalah tetap dengan asas epistemologi
keilmuan yang mensyaratkan adanya penilaian secara empiris dalam proses
pembukuan/penyusunan pernyataan yang bersifat benar secara ilmiah.Hakikat hal
yang dikaji dalam ontologis yaitu metafisika, asumsi, peluang,asumsi dalam ilmu,
dan batas-batas penjelajahan ilmu.
Ontologi merupakan suatu teori tentang makna dari suatu objek, propertydari
suatu objek, serta relasi objek tersebut yang mungkin terjadi padasuatu domain
pengetahuan. Eingkasnya, pada tinjauan filsafat, ontologiadalah studi tentang sesuatu
yang ada.
Dasar teori keilmuan di dunia ini tidak akan pernah terdapat hal yang pasti
mengenai satu kejadian, hanya kesimpulan yang probabilistik.
3.2 Saran
Filsafat mengajarkan kita untuk berfikir terlebih dahulu sebelum berbicara
supaya apa yang akan kita bicarakan mempunyai arah dan tujuan. Banyaknya cara
berfikir membuat apa yang kita bicarakan menjadi jelas dan mudah dimengerti oleh
banyak orang salah satunya adalah ontologi. Dengan mempelajari ontologi kita
menjadi mengerti dengan apa yang kita kaji, apapun yang akan kita bahas akan
mempunyai makna yang jelas dan terarah sehingga jika ada sebuah diskusi atau
perdebatan maka diskusi dan perdebatan tersebut menjadi jelas dan terarah.
13
14
DAFTAR PUSTAKA
Suriasumantri, Jujun S. 1986. Ilmu dalam perspektif moral, social danpolitik. Jakarta:
PT. Pancaraintan Indahgraha.
Tafsir, Ahmad. 2009. Filsafat Ilmu Mengurai Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi
Pengetahuan. Bandung: PT Remaja Rosadakarya.
15