FILSAFAT ILMU
TENTANG
OLEH
RAHAYU DEWANY
NIM : 21151024
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak kita menapaki bangu sekolah, mulai dari Taman Kanak-Kanak sampai ke jenjang
pendidikan selanjutnya kita akan tetap dan pasti selalu bergelut dengan ilmu. Ilmu dalam
berbagai bidang, baik itu matematika dengan konsep penjumlahan, bahasa dengan konsep huruf
dan bidang agama dengan konsep dunia diciptakan Tuhan, ilmu pengetahuan alam dengan
konsep air yang semua itu merupakan ilmu. Berfilsafat tentang ilmu berarti berterus terang
kepada diri kita sendiri untuk mencari tahu tentang ilmu, ciri-ciri ilmu, cara mengetahui bahwa
ilmu itu merupakan pengetahuan yang benar, kriteria yang digunakan untuk menemukan
kebenaran ilmu secara ilmiah, mengapa kita harus menpelajari ilmu dan apa kegunaan ilmu itu
sendiri. (Suriasumantri, 2003:19-20). Kita akan terus bertanya tentang ilmu, bertanya dan
bertanya lagi hal inilah yang dinamakan berfilsafat. Filafat berarti upaya penyeledikan dengan
akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab, asal dan hukumannya. Filsafat dapat
menjawab segala pertanyaan yang diajukan oleh akal budi kita. Batas ketidak mampuan akal
budi kita menjawab segala pertanyaan yang ada dan berhubungan dengan ilmu itulah merupakan
batas kerja filsafat.
Untuk memperoleh pemahaman bagaimana ilmu, bagaimana filsafat ilmu, apa makna
dari ilmu itu sendiri dan tanggung jawab ilmu terhadap manusia serta tanggung jawab manusia
terhadap ilmu. Maka uraian lebih lanjut didalam buku ini memungkinkan memberi pemahaman
serta penjelasan pada kita (pembaca)
B. Tujuan
1. Memperdalam pengetahuan tentang filsafat dan filsafat ilmu
2. Membangun pola fikir kritis pembaca
C. Manfaat
1. Dengan tugas ini banyak manfaat yang dirasakan baik manfaat internal maupun
manfaat eksternal. Bagi manfaat internal, tugas ini dapat menjadi refresnsi singkat
bilamana suatu hari dibutuhkan dan manfaat eksternalnya, tugas ini dapat
memberikan motivasi bagi kita dalam mencari dan mendalami filsafat ilmu.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Identitas Buku
1. Judul buku : Filsafat dan Filsafat Ilmu
2. Penulis : Dr. Aripin Banasuru, M.Pd
3. Penerbit : Alfabeta
4. Tahun terbit : 2014
5. ISBN : 978-602-7825-34-5
6. Cetakan ke :2
7. Tempat terbit : Bandung
8. Halaman isi : 105
9. Daftar pustaka : 4 halaman
10. Data penulis : 2 halaman
11. Topik/isi utama : Filsafat dan Filsafat Ilmu
BAB I : Seputar tentang filsafat
BAB II : kedudukan filsafat ilmu
BAB III : nilai-nilai etika dan estetika
BAB IV : pertanggung jawaban telaah epistemologi
Tentang penulis
Penulis buku ini adalah Dr. Aripin Banasuru, A.Md., S.Pd., M.Pd., lahir di Konawe, 16
Agustus 1968, menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SDN Konawe, 1962; SMPN
Wawotobi, 1985; SMAN Wawotobi, 1988; D3 FKIP Universitas Sam Ratulangi Manado, 1992;
S1 Universitas Negeri Gorontalo, 1995; S2 Pasca Sarjana Universitas Negeri Makasar, 2003; S3
Pasca Sarjana Universitas Negeri Jakarta Program Studi Pendidikan Bahasa, 2012.
Sejak tahun 1998 sampai sekarang, ia menekuni profesi pendidik mulai dari guru SD
sampai Dosen pada perguruan tinggi. Karya tulis yang telah dibukukan beliau; Seputar
Jurnalistik oleh Aneka Solo, 1996; Bahasa Indonesia oleh Usaha Nasional-Surabaya, 1996;
Pelajaran Bahasa Tolaki Jilid 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, oleh FKIP Gorontalo Press, Edisi kedua
cetakan ketiga, 2001; Pedoman Ejaan Bahasa Tolaki oleh Delta Aksara-Jakarta, 2008; Formula
2
Lord dalam Sastra Lisan Tolaki Taenango oleh UMI Makassar, 2012 (Makalah Seminar
Internasional); Nilai-Nilai Etika dan Estetika dalam Epik Naratif Tolaki Taenango, oleh PPs
UNJ-Jakarta (Disertasi), 2012; Pendekatan Struktural dalam Penelitian Sastra, oleh Universitas
Negeri Gorontalo, 2012 (Makalah Seminar Nasional); Keterampilan Berbahas dan
Pembelajarannya dalam proses penerbit; Kemampuan Dasar Guru dalam Pembelajran Bahasa
dalam proses penerbitan. Beberapa tulisan dalam jurnaal ilmiah.
B. Isi Buku
1. BAB I :Seputar Pengantar Filsafat
a. Pengertian Filsafat
Kata filsafat secara etimologi berasal dari bahasa yunani philosophia yang terdiri
atas dua kata, yakni philein yang berarti ‘cinta’ dan kata Sophia yang berarti ‘bijaksana’.
Sehingga arti kata philosophia bermakna ‘cinta kebijaksanaan’. Orang yang senantiasa
berfilsafat disebut filsuf. Seorang filsuf adalah pecinta kebijaksanaan atau seseorang yang
merupakan pencari kebijaksanaan.
Ada beberapa filsuf yang memberi pengertian filsafat salah satunya adalah
Pythagoras 9572-497 sM) yang merupakan filsuf pertama yang menggunakan kata
filsafat. Ia menegaskan bahwa manusia dibagi kedalam tiga tipe. (1) mereka mencintai
kesenangan (2) mereka mencintai kegiatan (3) mereka yang mencintai kebijaksanaan,
selanjut Plato (427-347sM) memberi bahwa pengertian filsafat adalah pengetahaun yang
berminat mencapai pengetahuan kebenaran asli, sedangkan Aristoteles (384-332 sM)
memberi pengertian filsafat adalah ilmu yang meliputi kebenaran yang terkandung di
dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retotika, etika, ekonomi, politik dan estetika.
3
b. Karakteristik Berpikir Filsafat
Dalam berpikir filsafat tentu harus terkait dengan aturan-aturan atau syarat-syarat
yang harus dipenuhi untuk mengategorikan bahwa berpikir mana yang termasuk berpikir
filsafat. Suriasumantri (2003:20-250 mengemukakan tiga karakteristik berpikir filsafat.
Pertama, sifat menyeluruh. Karakteristik berpikir filsafat menyeluruh ini dimaksudkan
bahwa berpikir dilakukan dengan menghubungkan antar berbagai unsur atau again
sebagai sebuah unsur yang saling berkaitan. Kedua, sifat mendasar. Berpikir yang
bercirikan mendasar adalah proses berpikir yang tidak serta merta menerima sesuatu
benar, melainkan harus berpikir suatu masalah sampai masalahnya yang paling mendasar.
Bertanya dan terus bertanya tentang sesuatu yang dipikirkan. Ketiga, sifat spekulatif.
Dalam berpikir banyak kemungkinan-kemungkinan yang berpeluang benar adanya.
Namun, kita akan menetapkan sebuah pemikiran yang memiliki kemungkinan benar yang
lebih besar. Berkeputusn dengan menyadarkan pemikiran pada kemungkinan yang lebih
besar inilah yang disebutkan dengan berpikir spekulatif.
c. Metode Filsafat
Pada ummnya dikenal dua metode ilmiah yang digunakan ilmu pengetahuan alam
dan ilmu-ilmu kemanusiaan, yaitu metode ilmu deduksi dan metode ilmiah induksi.
Metode ilmiah deduksi merupakan metode ilmiah yang bersifat a priori. Metode ilmiah
ini tidak berangkat dari data-data empiris atau pengalaman, melainkan berangkat dari
suatu kebenaran, konsep atau definisi yang diandaikan. Kebenaran atau konsep itu telah
termuat dalam pikiran seseorang.
Metode iliah induksi yang bersifat a posteriori. Proses metode ini berangkat dari
data-data empirisdan melalui proses abstraksi memasuki akal budi. Sebelum akal budi
membentuk keseimpulan sebagai prinsip universal, sejumlah data empiris dikumpulkan,
diobservasi, diteliti, dikaji, dan dianalisis.
4
d. Sejarah Metode Filsafat
Filsuf Pythagoras yang hidup pada tahun 572 sampai dengan 497 sebelum masehi,
sebagai filsuf pertama yang menggunakan kata filsafat dengan membagi tiga tipe
manusia, yakni (1) mereka yang mencintai kesenangan, (2) mereka yang mencintai
kegiatan, (3) mereka yang mencintai kebijaksanaan, sampai saat ini setelah berlangsung
kehidupan lebih dari 2506 tahun filsuf Pythagoras meninggal dunia, konsep dan
pemikirannya tentang tiga tipe manusia masih dimanfaatkan sebagai bahan acuan
pemikiran dalam filsafat.
Objek kajian adalah fokus sasaran dari keseluruhan dalam suatu kegiatan. Objek
filsafat berarti sasaran kegiatan berfilsafat. Filsafat sebagai proses berpikir yang
sistematis radikal memiliki objek material dan objek formal. Objek material adalah segala
yang ada. Bakhtiar (2006:1) menjelaskan segala yang ada mencakup ada yang tampak da
5
nada yang tidak tampak. Segala yang ada yang tampak adalah menyangkut dunia empiris,
sedangkan segala yang ada yang tidak tampak adalah menyangkut alam metafisika.
Sebagian filsuf membagi objek material filsafat atas tiga bagian, yaitu yang ada
dalam alam empiris, yang ada dalam pemikiran, yang ada dalam kemungkinan. Objek
formal filsafat adalah sudut pandang yang menyeluruh, radikal, dan rasional tentang
segala yang ada.
g. Cabang Filsafat
Filsafat yang mempunyai objek kajian material dan objek kajian formal terbagi
dalam beberapa macam. Secara garis besar filsafat dibagi menjadi kedua kelompok besar,
yakni filsafat sistematis dan sejarah filsafat. Filsafat sistematis bertujuan dalam
pembentukan dan pemberian landasan pemikiran filsafat. Sejarah filsafat memuat logika,
metodologi, epistemology, filsafat ilmu, etika, estetika, metafisika, filsafat ketuhanan
(teologi), filsafat manusia, dan kelompok filsafat khusus, seperti filsafat sejarah, filsafat
hukum, filsafat komunikasi dan filsafat bahasa. Sejarah filsafat merupakan bagian yang
berusaha meninjau pemikiran filsafat di sepanjang masa. Sejarah filsafat ini meliputi
filsafat Yunani (barat), filsafat India, filsafat China, dan sejarah filsafat Islam (Surajiyo,
2008:20).
6
2. BAB II : Kedudukan Filsafat
a. Filsafat
Keberadaan filsafat sebagai ilmu menyebabkan banyak ahli yang berpikir dan
mendefinisikannya. Pandangan itu antara lain, seperti berikut :
1) Plato, filsuf besara Yunani mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan
yang berusaha mencapai kebenaran. Atau pengetahuan tentang segala yang ada
2) Aristoteles, murid plato mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang
meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu metafisika, logika,
retorika, etika, ekonomi, politik, sosial, budaya, dan estetika.
3) Alfarabi, filsuf besar Muslim mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan
tentang yang ada menurut hakikat yang sebenarnya
4) Immanuel Kant, filsuf Barat mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu pokok dan
pangka segala pengetahuan yang mencakup 4 hal, yakni (a) apa yang dapat kita
ketahui, (b) apa yang boleh kita kerjakan, dijawab oleh etika, (c) apa yang
dinamakan manusia, dijawab oleh antropologi, dan (d) sampai dimana harapan
kita, dijawab oleh agama
5) Hasbullah Bakry, mengatakan filsafat adalah ilmu yang menyelediki segala
sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta, dan manusia
sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya, sejauh
hakikat itu dapat dicapai oleh manusia.
Dari kelima definisi di atas, jelaslah bahwa pengertian filsafat mengandung unsur-
unsur (1) filsafat adalah sebuah ilmu, (2) ilmu itu mempelajari hakikat ketuhanan, alam
semesta, dan manusia sebagai objeknya, (3) filsafat mengkaji hakikat objeknya dengan
kebenaran seseungguhnya, dan (40 hakikat objek didekati sejauh dapat dicapi manusia.
Dengan demikian, maka filsafat adalah pengetahuan tentang metafisika, logika, estetika,
etika, retotika, politik, ekonomi, sosial, budaya, antropologi dan agama.
b. Ilmu
1) Pengertian
7
Menurut Sidarta (2008) pengertian ilmu adalah sebagai akumulasi
pengetahuan yang disistematiskan atau yang terorganisasikan. Ilmu dapat dirumuskan
sebagai pendekatan atau suatu metode pendekatan terhadap seluruh dunia empiric,
yakni dunia yang terikat pada ruang dan waktu atau realistis yang pada prinsipnya
dapat diamati oleh pancaindra manusia.
2) Konstruk
Ilmu dapat dipahami sebagai proses dan sebagai produk. Ilmu sebagai proses
adalah menunjukkan pada kegiatan akal budi manusia untuk memperoleh
pengetahuan dalam bidang tertentu secara bersistem dengan menggunakan perangkat
pengertian yang secara khusus diciptakan untuk mengamati dan mengkaji gejala-
gejala yang relevan pada bidang tertentu. Sedangkan ilmu sebagai produk adalah
pengetahuan yang dusah teruji kebenaran dalam bidang tertentu dan tersusun dalam
suatu sistem.
3) Karakteristik
Ilmu sebagai produk merupakan hasil dari kinerja proses berpikir. Proses
berpikir dilakukan secara sistematis. Proses berpikir yang sistematis ini merupakan
proses berpikir ilmiah. Jadi, berpikir ilmiah merupakan kegiatan berpikir yang
memenuhi persyaratan tertentu. Persyaratan itu meliputi dua kriteria utama. Pertama,
berpikir ilmiah harus mempunyai alur jalan pikiran yang logis. Kedua, pernyataan
bersifat logis tersebut harus didukung fakta empiris.
8
dengan pengetahuan yang telah ada, (c) pengujian secara empiris sebagai kriteria
kebenaran objektif, dan (d) mekanisme terbuka terhadap koreksi.
4) Sumber ilmu
Ilmu membatasi diri pada hal-hal yang berada pada batas pengalaman empiris
manusia serta Ilmu juga membatasi lingkup penjelajahannya pada batas pengalaman
9
manusia. Ini juga disebabkan oleh metode yang dipergunakan adalah metode empiris.
Dalam batas pengalaman manusia, ilmu hanya berwenang dalam menentukan benar
atau salahnya suatu pernyataan. Masalah baik dan buruk, semua akan berpaling
kepada sumber-sumber moral. Persoalan indah atau jelek semua akan berpaling
kepada pengkajian estetika.
6) Indikator
7) Cabang
Ilmu berkambang dari dua cabang utama, yaitu cabang ilmu dari filsafat alam
dan cabang ilmu dari filsafat etika. Induk ilmu dari filsafat alam melahirkan ilmu-
ilmu alam. Induk ilmu filsafat etika melahirkan ilmu-ilmu sosial. Ilmu-ilmu alam
memecah algi menjadi dua kelompok yakni ilmu alam dan ilmu hayat. Ilmu alam ini
bercabang lagi menjadi ilmu fisika yang dipelajari massa dan energy, kimia yan
mempelajari substansi zat, astronomi yang mempelajari benda-benda langit, dan ilmu
bumi yang mempelajari bumi.
Ilmu-ilmu sosial cabang utama adalah (a) antropologi, (b) Psikologi, (c)
ekonomi, (d) Sosiologi, dan (e) ilmu politik. Cabang utama ilmu-ilmu sosial ini pecah
10
lagi menjadi ranting-ranting, seperti antropologi terpecah menjadi lima, yakni
arkeologi, antropologi fisik, linguistic, etnologi, antropologi sosial dan antropologi
kultural
The Liang Gie (Kebung, 2011: 68-69) mengemukakan ciri ilmu atas lima
macam yakni:
11
Filsafat ilmu merupakan penerusan pengembangan filsafat pengetauan.
Objek filsafat ilmu adalah ilmu pengetahuan, oleh karena itu, setiap saat ilmu itu
berubah mengikuti perkembangan zaman. Ilmu senantiasa lahir setelah
pengetahuan lama melewati pengujian dengan metodologi tertentu. Ilmu
pengetahuan yang ada akan menjadi pijakan untuk mencari ilmu pengetahuan
baru.
Pada abad ke-6 SM di Yunani lahirlah yang disebut filsafat. Tiga factor
yang mendasari lahirnya filsafat dijelaskan berikuti ini:
12
Pada zaman ini mengalami dua priode yaitu (1) prido patristik (adalah
istilah khas gereja yang bermakna “bapa” atau “para bapa perintis geraja” dan
(2) Skolastik (priode ini berlangsun dari tahun 800-1500 M).
d) Zaman Renaissance
Renaissance ialah zaman peralihan ketika kebudayaan abad pertengahan
mulai berubah menjadi suatu kebudayaan modern. Manusia pada zaman ini
adalah manusia yang merindukan pemikiran bebas.
e) Zaman modern
Zaman modern ditandai dengan penemuan dalam berbagai bidang ilmiah.
perkembangan ilmu pengetahuan pada zaman modern dirintis oleh Rene
Descartes dan terkenal sebagai filsafat modern.
f) Zaman kontemporer
Zaman kontempores ditandai dengan penemuan berbagai teknologi
canggih. Teknologi komunikasi dan informatika termasuk salah satu yang
mengalami kemajuan sangat pesat.
3) Cabang filsafat ilmu
a) Ontologi
Objek telaah ontology adalah “yang ada” pada tataran studi filsafat pada
umumnya dilakukan oleh filsafat metafisika.
b) Epistemologi
Epistemology terdiri atas epistemology subjektif dan epistemology
pragmatik.
c) Aksiologi
Aksiologi Scheler menampilkan konsep-konsep etiknya tentang pengalaman
nilai, bedanya yang baik dengan yang mempunyai Value.
d. Berpikir Ilmiah (saintifik): Kadar Kebenaran
1) Pengantar
Berpikir ilmiah dapat didefinisikan sebagai cara mengungkapkan kebenaran
dengan menggunakan bukti sebagai landasan mempercayai kebenaran dari suatu
konsep. Makna kata kebenaran bervariasi. Kata kebenaran dapat diartikan sebagai
kejujuran dapat dipercaya dan tulus hingga kesesuaian dengan fakta atau realita.
13
2) Berpikir ilmiah
Berpikir ilmiah merupakan kegiatan berpikir secara sistematis untuk tujuan
tertentu. Tujuan yang menjadi sasaran dalam berpikir ilmiah senantiasa dituntun
oleh fakta dan teori.
a) Penalaran
Penalaran menurut suriasumantri adalah suatu proses berpikir dalam
menarik kesimpulan yang berupa pengetahuan.
b) Metode
Bentuk penalaran dalam filsafat dikelompokkan kedalam penalaran
deduktif dan penalaran induktif. Penalaran deduktif adalah penalaran yang
melibatkan penggunaan symbol, operator logika, serta seperangkat aturan.
Sedangkan penalaran induktif umumnya dikenal sebagai logika informal atau
berpikir kritis.
c) Sarana berpikir ilmiah
Sarana berpikir ilmiah adalah sarana yang memungkinkan makhluk hidup,
yakni manusia melakukan kegiatan ilmiah.
A. Bahasa
Bahasa merupakan salah satu sarana berpikir ilmiah. Bahasa memiliki
fungsi membantu proses berpikir ilmiah.
B. Matematika
Matematika merupakan sarana berpikir ilmiah. Dalam memanfaatkan
matematika, emosi dikesampingkan atau emosi tidak memberikan
pengaruh terhadap bentuk maupun isi informasi.
C. Statistika
Statistic mempunyai peranan penting dalam berpikir induktif. Melalui
statistic dapat dilakukan pengujian induktif tanpa harus mengambil sampel
yang ada.
e. Kadar kebenaran
1) Pengertian
14
Kebenaran adalah yang berdasarkan pada sebuah fakta yang dirumuskan
melalui pemikiran yang logis dengan suatu standar atau aturan tertentu.
2) Hakikat kebenaran
Kebenaran pada hakikatnya, yakni (1) hasil penyelidikan objek yang menjadi
pengetahuan, digenaralisasikan menjadi teori, teori diuji oleh praktik menjadi
ilmu, kemudian menjadi kepercayaan, dan selanjutnya meningkat menjadi
kenyakinan. Ini proses berpikir ilmuan; (2) pemberitahuan dari pihak lain yang
memiliki pengetahuan dan tahu kebenaran, kemudian menjadi kepercayaan dan
selanjutnya menjadi kenyakinan.
15
dengan sendiri. Bahkan walaupun pendapat dimaksud terbukti kebenarannya,
kebenarannya pun belum dapat diterima secara ilmiah.
d) Penemuan secara spekulatif
Penemuan kebenaran ini terjadi karena adanya usaha mencari solusi dari
sebuah masalah. Solusi yang diduga dapat memecahkan masalah tertentu
dalam berbagai bentuk. Bentuk-bentuk ini menjadi pilihan solusi. Pilihan
terhadap solusi inilah yang merupakan spekulatif penemuan kebenaran. Cara
penemuan kebenaran ini tidak dapat diterima secara ilmiah.
e) Penemuan kebenaran melalui cara berpikir kritis dan rasional
Penemuan kebenaran ini terjadi karena adanya upaya menggunakan
pengalaman dan kemampuan berpiki seseorang untuk mencari solusi dari
sebuah masalah. Cara berpikir yang ditempuh pada tingkat permulaan dalam
memecahlan masalah adalah dengan cara berpikir analitis dan cara berpikr
sintesis.
f) Penemuan kebenaran melalui penelitian ilmiah
Penemuan kebenaran melalui sebuah penelitian ilmiah merupakan cara
penemuan kebenaran yang ilmiah. Penelitian merupakan kegiatan penemuan
kebenran yang didasarkan dari hasrat ingin tahu.
4) Jenis-jenis kebenaran
Dalam dunia filsafat ada tiga jenis kebenaran yaitu:
a) Kebenaran relative adalah suatu pernyataan atau proposisi yang dianggap
relatif benar dalam kaitannya dengan standard, konvensi atau sudut pandang
tertentu.
b) Kebenaran absolut memandang bahwa kebenaran haruslah selamanya diterima
di seluruh jagat raya.
c) Kebenaran ilmiah merupakan sesuatu yang dihasilkan dari pendekatan ilmu
pengetahuan terhadap objeknya, kebenaran ini diperoleh melalui metode
ilmaih dengan prosedur tertentu.
5) Sifat kebenaran
Sifat kebenaran menurut Suraji (2007:103-104) meliputi tiga hal yaitu:
16
a) Kebenaran berkaitan dengan kualitas pengetahuan. Artinya, setiap
pengetahuan yang dimiliki seseorang yang mengetahui sesuatu objek ditilik
dari jenis pengetahuan yang dibangun
b) Kebenaran berkaitan dengan karakteristik terbentuknya pengetahuan. Artinya,
suatu kebenaran yang dibangun dengan pengindraan, akal pikiran atau rasio,
intuisi, atau kenyakinan akan memiliki kebenaran berdasarkan karakteristik
yang membangunnya.
c) Kebenaran berkaitan atas ketergantungan terjadinya pengetahuan. Artinya,
suatu kebenaran tergantung pada relasi antara subjek dan objek.
6) Kebenaran dan kekhilafan
Suatu kebenaran dapat diverifikasi dengan kriteria kebenaran. Dalam pembuktina
kebenaran, kriteria kebenaran yang digunakan ditentukan oleh pelaku verifikasi
kebenaran.
a) Teori kebenaran
Kebenaran merupakan objek pembicaraan yang menarik dalam ilmu
filsafat. Itu sebabnya, banyak filsuf yang berupaya mengambil bagian untuk
merumuskan teori kebenaran. Suriasumantri (1990:412) mengemukakan tiga
teori kebenaran yaitu:
A. Teori Korespondensi
Teori kebenaran ini adalah keadaan benar itu apabila ada kesesuaian
antara arti yang dimaksud oleh suatu pernyataan atau objek yang dituju
oleh pernyataan atau pendapat yang dimaksud.
B. Teori koherensi
Teori kebenaran ini beranggapan bahwa kebenaran tidak dibentuk atas
hubungan antara putusan dengan fakta dan realita, tetapi atas hubungan
antar putusan itu sendiri.
C. Teori pragmatisme
Teori ini beranggapan bahwa kebenaran suatu ucapan, dalis atau teori
semata-mata bergantung kepada asas manfaat (bakhtiar, 2004). Sesuatu
dianggap benar jika bermanfaat, sebaliknya akan dinyatakan salah jika
tidak bermanfaat.
17
b) Sifat-sifat kebenaran ilmiah
Sifat dasar kebenaran dikemukan oleh Kebung (2011:152-153) sebagai
berikut:
1) Struktur kebenaran ilmiah bersifat rasional-logis dari premis-premis
tertentu
2) Isi empiris. Kebenaran ilmiah perlu diuji dengan kenyataan yang ada yakni
yang bersifat empiris
3) Sifat pragmatis. Penyataan yang logis dan empiris harus bernilai atau
bermanfaat untuk kehidupan manusia terutama dalam memecahkan
masalah persoalaan hidup.
c) Kekhilafan
Kekhilafan terjadi dalam ilmu pengetahuan karena kesalahan
pengambilan kesimpulan yang tidak runtut terhadap pengalaman-pengalaman.
Khilaf muncul karena adanya pranggapan atau pernyataan yang sudah
dianggap benar secara umum.
d) Kesalahfahaman
Akhadiah dkk. (1988:77) menjelaskan bahwa kesalah penalaran dapat
disebabkan oleh salah satu atau gabungan dari kesalahan dasar pikir, pola
pikir, dan proposisinya. Kesalahan penalaran dapat pula disebabkan oleh
kesalahan yang berhubungan dengan materi dan proses penarikan simpulan,
baik dalam penelaran indutif maupun kesalahan penalaran deduktif. Kesalahan
ini disebut kesalahan formal.
3. BAB III : Nilai-Nilai Etika dan Estetika
a. Nilai-Nilai
1) Pengantar
18
2) Jenis-jenis nilai
Sutan Takdir Alisjahbana mengemukakan enam gugus nilai seperti
berikut:
a) Nilai-nilai teoritis atau gugus nikai ilmu pengetahuan. Penilaian teoretis
mengikuti tolak ukur benar-salah. Yang bernilai positif adalah kebenaran dan
yang bernilai negatif adalah kekeliruan.
b) Nilai-nilai ekonomis atau gugus nilai-nilai ekonomi. Sesuatu yang bernilai
secara ekonomis tergantung dari apakah sesuatu itu menguntungkan atau
tidak, atau malah merugikan. Jadi, kriterianya adalah untung rugi.
c) Nilai-nilai religious atau gugus nilai agama. Nilai religious yang tertinggi
adalah yang kudus. Lawannya yang profane.
d) Nilai-nilai estetik atau gugus nilai seni. Penilaian estetik adalah mengenai
indah-tidaknya sesuatu. Yang indah bernilai positif, yang jelek bernilai
negative.
e) Nilai-nilai politis atau gugus nilai kuasa. Dalam dimensi nilai-nilai politis
yang bernilai positif adalah kekuasaan, yang bernilai negative adalah
ketertundukan.
f) Nilai-nilai sosial atau gugus nilai solidaritas
3) Ciri-ciri makna nilai
Nilai secara singkat dimaknai Louis O. Kattsoff atas empat makna. Keempat
makna itu ialah (1) mengandung nilai (artinya, berguna), (2) merupakan nilai (artinya,
‘baik’, ‘benar’, atau ‘indah’), (3) mempunyai nilai (artinya, merupakan objek
keinginan, mempunyai kualitas yang dapat menyebabkan orang mengambil sikap
‘menyetujui’ atau mempunyai sifat nilai tertentu), (4) memberi nilai (artinya,
19
menanggapi sesuatu hal sebagai hal yang diinginkan atau sebagai hal yang
menggambarkan nilai tertentu) (Katsof, 2004: 324)
b. Nilai-Nilai Etika
1) Pengertian
Istilah ‘etika’ berasal dari bahasa Yunani Kuno. Kata Ethos dalam bentuk
tunggal mempunyai banyak arti: tempat tinggal yang biasa, padang rumput; kandang;
kebiasaan; adat; akhlak, watak; perasaan, sikap cara berpikir. Dalam bentuk jamat te
etha artinya adalah adat kebiasaan. Artinya jamak ini menjadi latar belakang
terbentuknya istilah “etika”. Etika bermakna “ilmu tentang apa yang biasa dilakukan
atau ilmu tentang adat kebiasaan (Bertens, 2007:4). Kata ta etha ini telah dipakai
Aristoteles untuk menunjukkan istilah ‘etika’
2) Ruang lingkup etikaa
Etika sebagai ilmu memiliki beberapa ruang lingkup kajian. Salam
mendeskripsikan ruang lingkup etika sebagai berikut:
a) Etika menyelidiki sejerah dalam berbagai aliran, lama dan baru tentang
tingkah laku manusia.
b) Etika membahas tentang cara-cara menghukum, menilai baik dan buruk suatu
pekerjaan
c) Etika menyelidiki factor-faktor penting yang mencetak, memenuhi, dan
mendorong lahirnya tingkah laku manusia.
d) Etika menerangkan mana yang baik dan mana pula yang buruk
e) Etika mengajarkan cara-cara yang ditempuh, juga untuk meningkatkan budi
pekertu ke jenjang kemuliaan, misalnya dengan cara melatih diri untuk
mencapai perbaikan bagi kesempurnaan pribadi.
f) Etika menegaskan arti dan tujuan hidup yang sebenarnya, sehingga dapatlah
manusia terangsang secara aktif mengerjakan kebiasaan dan menjauhkan
segala kelakukan yang buruk dan tercela (Salam, 2000: 12)
3) Perkembangan etika sebagai ilmu
Etika yang memenuhi syarat sebagai ilmu, yakni bersifat progresif, artinya
senantiasa berkembangan, maka etika sebagai cabang ilmu filsafat senantiasa
20
mengalami perkembangan pula. Perkembangan etika diikuti pula perkembangan jenis
etika yang dihasilkan. Etika yang bermula dari etika klasik pada abd ke-5 SM, yakni
etika Socrates, Plato dan Aristoteles.
4) Teori etika
Prawironegoro (2010: 81-82) menunjukkan teori etika atasblima jenis. Teori
etika itu seperti berikut:
a) Utilitarianisme, yaitu suatu tindakan dianggap benar dan baik jika tindakan itu
ebrmanfaat bagi dirinya dan orang lain.
b) Deontology, yaitu suatu tindakan dianggap benar dan baik jika tindakan itu
didasarkan pada suatu kewajiban.
c) Teori hak, yaitu suatu tindakan dianggap benar dan baik jika didasarkan
martabat manusia, dimana setiap kewajiban terdapat hak.
d) Teori keutamaan, yaitu suatu tindakan dianggap benar dan jika didasarkan
pada kejujuran, kewajaran, kepercayaan dan keuletan.
5) Pendekatan dalam etika
Kebung (2011: 16-17) menemukan tiga pendekatan dalam etika. Ketiga
pendekatan itu meliputi berikut:
a) etika deskriptif merupakan pendekatan yang menyangkut cara melukiskan
prilaku moral dalam arti luas, seperti tata adat, perbuatan baik dan buruk.
b) Etika normatif merupakan pendekatan yang mendasarkan pandanganya pada
norma.
c) Metaetika mengkaji ungkapan-ungkapan etis, istilah-istilah teknis etika, dan
bahasa-bahasa etis yang kajiannya didasarkan pada kelogisannya.
c. Nilai-Nilai Estetika
1) Pengertian Estetika
Menurut Shipley (1957:21) estetika berasal dari bahasa Yunani, yaitu aistheta,
yang juga diturunkan dari aisthe (hal-hal yang dapat ditanggapi dengan indera,
tanggapan indera). Kata aistheta dalam bentuk adjektiva berbentuk Aesthesis, yang
bermakna “perasaan” atau “sensitivitas” itulah sebabnya, maka estetika erat sekali
hubugannya dengan selera perasaan. Dalam bahasa inggris aesthetics atau esthetics
(studi tentang keindahan.
21
2) Ciri Estetika
Ciri-ciri keindahan yang paling awal dikemukakan oleh Plato dan Aristoteles,
yaitu teratur, simestris, dan proporsional. Sementara The Liang Gie (1976)
mengajukan lima syarat yang ahrus dipenuhi, yaitu (1) kesatuan, totalitas atau unity,
(2) keharmonisan, keserasian, atau harmony, (3) kesimetrisan, atau symmetry, (4)
keseimbangan, atau balance, dan (5) pertentangan, perlawanan, kontradiksi, atau
contrast (Ratna, 2007:19)
3) Estetika dalam filsafat
Ketertarikan para ahli filsafat membicarakan keindahan menyebabkan
lahirnya filsafat estetika. Lewis (1973) mengemukakan bidang kajian filsafat yang
meliputi lima bidang yaitu:
a) Metafisika, mempermasalahkan keberadaan Tuhan, manusia, alam semesta,
realitas, dan sebagainya
b) Epistemology, mempertanyakan sumber dan batas-batas pengetahuan
mansuia.
c) Logika, membicarakan mengenai daya nalar, asas untuk mencapai kesimpulan
yang paling tepat
d) Etika, berhubungan dengan prilaku manusia, dengan moral, misalnya ukuran
bagi perbuatan yang dikategorikan baik.
e) Estetika, berhubungan dengan keindahan, seperti apakah keindahan itu,
ukuran-ukurannya, hubungannya dengan kebenaran dan kebaikan (Ratna,
2007:23-24)
4) Refleksi Estetika
Croce membedakan empat tahap dalam refleksinya mengenai estetika
yaitu:
a) Tahap pertama, pengalaman estetis merupakan pengalaman pengetahuan non-
konseptual, dapat juga disebut instuisi; sesuai dengan inspirasi filsafat Croce.
b) Tahap kedua, menyangkut pengetahuan non-konseptual, sebuah instuisi yang
bercorak lirico (Inggris: lyruc) yaitu; ‘curahan rasa’ dalam bentu sastra puisi.
22
Jadi, Croce mengenyampingkan kontemplasi intelektual yang masih melekat
pada kata intuisi liris.
c) Tahap ketiga dalam konteks yang seluas-luasnya, yaitu seluas manusia secara
universal, sebagai ungkapan roh universal, yang ditemukan pada saat tertentu
dalam sejarah.
d) Tahap keempat tahap terakhir, Croce menambahkan bahwa banyak karya seni
yang biasanya dianggap sebagai suatu pengalaman estetis, sebenarnya tidak
boleh digolongkan dalam karya seni, karena kemurnian intuisi pengetahuan
dicemari oleh tujuan-tujuan dari luar kemurnian itu, seperti demi hiburan atau
demi pendidikan dan moral (Ali, 2011:194-195).
Jadi karya seni mampu memberikan pengalaman keindahan dari zaman ke zaman.
Para pemikir modern lebih menaruh perhatian pada pendekatan subjektif. Pengalaman
estetis seseorang dengan orang lain tidaklah sama. Maka pengalaman seni adalah
pengalaman yang sangat pribadi.
5) Perkembangan Estetika sebagai ilmu
Djelantik mengemukakan bahwa suatu benda atau peristiwa seni mengandung
tiga aspek dasar. Aspek dasar ini merupakan unsur estetika. Ketiga unsur estetika
dimaksud ialah (1) wujud dan rupa, (2) bobot atau isi, dan (3) penampilan atau
penyajian. Estetika sebagai bidang ilmu yang bersifat progresif senantiasa
berkembang dari zaman kezaman.
6) Pendekatan dalam Estetika
Estetika sebagai ilmu memberikan makna bahwa estetika memungkinkan
untuk dipelajari. Dalam estetika ada dua pendekatan untuk pemahaman karya seni.
a) Pendekatan yang berlangsung melihat atau meneliti keindahan dalam karya
seni itu sendiri.
b) Pendekatan yang melihat situasi rasa indah yang dialami oleh si subjek
(pengalaman keindahan dalam diri orangnya), sering dikenal dengan
pendekatan subjektif.
4. BAB IV : Pertanggung Jawaban Telaah epistemologi
a. Prinsip Humanistik
23
Prinsip humanistik menekankan bahwa manusia memiliki kedudukan sentral
dalam rangka pengembangan epistemologi. Epistemology dalam prinsip humanistik ini,
tidak saja dipandang sebagai tindakan rohani manusia yang lepas dari eksistensinya, akan
tetaoi epistemology merupakan hasil dari proses berpikir.
b. Prinsip Holistik
Pengembangan epistemology berwawasan holistik mengandung pengertian bahwa
kebenaran pengetahuan selalu bersifat intersubjektif. Pengetahuan manusia selalu
dikaitkan dengan ekspresi mengetahui yang sifatnya relasional. Pengetahuan dalam hal
ini bukan hanya bersifat mengalami, tetapi juga mengekspresikan pengalaman sendiri
bagi dirinya sendiri. Perhatian utama bagi epistemology sangat berhubungan dengan
kodrat, jangkauan, da nasal dari evidensi pengetahuan. Prinsip ini beranggapan bahwa
pikiran manusia senantiasa ditandai oleh adanya perbedaan antara kesan dan kenyataan.
c. Prinsip Tanggung Jawab
Aspek tanggung jawab sebagai sikap dasar keilmuan menjadikan satu paket
dengan pengembangan epistemologi. Akibatnya, tanggung jawab menjadi landasan
prinsipil dalam pengembangan epistemology. C. Semiawan (1988:122-127) menegaskan
bahwa tanggung jawab ilmuan tidak dapat lepas dari perkembangan pengetahuan itu
sendiri dari abad ke abad.
d. Prinsip Kontekstualisasi
24
BAB III
PENILAIAN
A. Kelebihan Buku
Secara membaca dan meringkas buku filsafat yang berjudul filsafat dan filsafat ilmu
oleh Dr. Aripin Banasuru. M.Pd ini, pembaca menemukan beberapa kelebihan, yaitu:
1. Dilihat dari sampul dan judul buku ini menarik perhatian pembaca untuk mengulas lebih
dalam materi tentang filsafat dan filsafat ilmu
2. Identitas penulis, penerbitan, tahun terbit, cetakan ke berapa dan ISBN buku ini cukup
jelas diuraikan
3. Setiap sub judul menjelaskan materi secara mendalam seperti menjelaskan sejarah filsafat
dan ilmu filsafat, perkembangan ilmu, filsafat ilmu dari zaman ke zaman, cara berpikir
ilmiah dan lain sebagainya, semuanya dijelaskan secara detail sehingga pembaca mudah
memahami materi tersebut.
4. Pembahasan dalam buku filsafat ini tidak hanya terpaku pada satu ide pokok saja, akan
tetapi pengarangnya mampu mengaitkan suatu ide pokok dengan ide pokok lainnya
sehingga pembahasannya cukup jelas dan mudah dipahami oleh pembaca.
5. Penulisan bahasa asing ditulis dengan posisi miring hal ini merupakan metode penulisan
ilmiah
6. Pengarang juga melampirkan table bagan untuk memberikan penjelasan pada pembaca
terkait dengan penjelasan materi.
7. Selain kelebihan diatas, buku ini juga mempunyai kelebihan bagi saya yaitu menjadi
referensi utama untuk tugas makalah pada mata kuliah filsafat ilmu S2, karena didalam
buku ini terdapat materi-materi tentang pembahasan judul kelompok saya. Selain itu
pembahasan materi dalam buku ini sangat jelas sehingga memudahkan saya dalam
memahami dan menjelaskan materi saat presentasi makalah.
25
B. Kekurangan Buku
Selain kelebihan didalam buku ini terdapat juga beberapa kekuranngya. Adapun
kekurangan dari buku yang berjudul filsafat dan filsafat ilmu oleh Dr. Aripin Banasuru, M.Pd
adalah:
1. Penulis tidak melampirkan latar belakang dalam buku filsafat dan filsafat ilmu
2. Dalam pengambilan kutipan langsung dan tidak langsung, penulis sebagian tidak
melampirkan tahun dan halaman bodynote sehingga kutipan tersebut kurang jelas
3. Dalam buku ini penulis lebiha banyak mengemukakan argument orang lain daripada
argumenya sendiri seharusnya penulis lah yang lebih banyak dalam memberikan
argument sebab buku ini adalah hasil karangannya.
4. Tidak konsiten dalam membuat tanda petik seperti pada penjelasan tentang hakikat
kebenaran di halaman 107 tanda petik yang dibuat penulis ialah ((“ “ )tanda petik ada
dua) sedangkan pada penjelasan tentang “ciri dan Makna Nilai” bab 4 halaman 124 tanda
petik yang diberi adalah ((‘ ‘) tanda petik hanya satu)
26
27