Anda di halaman 1dari 54

Critical Book Review

FILSAFAT PENDIDIKAN
(Buku yang ditulis oleh Dr. Edward Purba, MA, dan Prof. Dr. Yusnadi, MS)

DOSEN PENGAMPU: Dra. MASTIANA RITONGA, M.Pd

OLEH:

PITY ADINDA HZ 7151142032


UMI MAHMUDA 7152142016
NAHDA HARIANTI 7153142018

KELAS C

PRODI PENDIDIKAN AKUNTANSI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan Critical
Book Reviewatas buku Filsafat Pendidikan yang ditulis oleh Dr. Edward Purba, MA, dan
Prof. Dr. Yusnadi, MS.Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi
maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga Critical BookReviewini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih


banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran
dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan Critical BookReview ini.
Akhirnya penyusun tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam menyusun Critical BookReviewini.

Medan, 20 September 2017

Penyusun

i
DAFTAR ISI

ii
IDENTITAS BUKU

Judul Buku Filsafat Pendidikan

1. Dr. Edward Purba, MA


Penulis
2. Prof. Dr. Yusnadi, MS

Nomor ISBN ISBN 978-602-7938-38-0

Tahun 2016

Kota terbit Medan

Penerbit Unimed Press

1. Pity Adinda HZ
Reviewer 2. Umi Mahmuda
3. Nahda Harianti

Tanggal Reviewer 20September 2017

1
BAB 1

PENGERTIAN FILSAFAT DAN FILSAFAT PENDIDIKAN

A. Kompetensi
1. Standar Kompetensi
Mahasiswa memahami konsep filsafat dan filsafat pendidikan
2. Kompetensi
a. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian filsafat dan filsafat pendidikan
b. Mahasiswa dapat menjelaskan tujuan, ciri-ciri berpikir kefilsafatan, dan
peranan mempelajari filsafat
c. Mahasiswa dapat mensaripatikan makna filsafat pendidikan dalam praktek
pelaksanaan pendidikan.
3. a. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian filsafat secara etimologis
b. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian filsafat secara terminologis
c. Mahasiswa dapat menjelaskan tujuan mempelajari filsafat
d. Mahasiswa dapat menjelaskan ciri-ciri berpikir kefilsafatan
e. Mahasiswa dapat menjelaskan peranan mempelajari filsafat
f. Mahasiswa dapat menjelaskan makna filsafat pendidikan dalam praktek
pelaksanaan pendidikan.

B. Pengertian Filsafat
1. Pengertian secara Etimologi
Kata filsafat yang dalam bahasa inggris Philosophy, dan kemudian dalam
bahasa Arab Falsafash yang kedua nya berasal dari bahasa yunani yakni,
Philosophia. Philosophia terdiri dari dua suku kata yakni Philein dan Shopia,
Philein berarti cinta (Love) dan Sophia berarti Kebijaksanaan (wisdom).
Sehingga secara etimologi filsafat berarti cinta kebijaksanaan (Love of
wisdom).

2. Pengertian terminology
Velasquez (2005:4) menjelaskan bahwa filsafat di awali dengan adanya keragu-
raguan. Keragu-raguan ini muncul sejak manusia ada (begin early in our lives)
bahkan sesudah anak mulai belajar berbicara menggunakan kata selalu
mempertanyakan pertanyaan-pertanyaan seperti itu.

2
Berikut ini pengertian filsafat yang dikemukakan oleh para ahli:

Hasbullah Bakry: Ilmu Filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan
mendalam mengenai Ke-Tuhanan, alam semesta dan manusia sehingga dapat
menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana sikap manusia itu sebenarnya setelah
mencapai pengetahuan itu.
Driyakarya : filsafat sebagai perenungan yang sedalam-dalamnya tentang sebab-sebabnya
ada dan berbuat, perenungan tentang kenyataan yang sedalam-dalamnya sampai mengapa
yang penghabisan.
Notonegoro: Filsafat menelaah hal-hal yang dijadikan objeknya dari sudut intinya yang
mutlak, yang tetap tidak berubah , yang disebut hakekat.
Harold H. Titus (1979 ): (1) Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepecayaan terhadap
kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis. Filsafat adalah suatu proses
kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang dijunjung tinggi; (2) Filsafat
adalah suatu usaha untuk memperoleh suatu pandangan keseluruhan; (3) Filsafat adalah
analisis logis dari bahasa dan penjelasan tentang arti kata dan pengertian ( konsep );
Filsafat adalah kumpulan masalah yang mendapat perhatian manusia dan yang dicirikan
jawabannya oleh para ahli filsafat.

Dari pengertian dia atas dapat disimpulkan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang
menyelidiki segala sesuatu yang ada secara mendalam sampai hakikatnya menggunakan
akal dan pikiran.

1. Tujuan dan Ciri-ciri Pikiran Kefilsafatan


a. Tujuan
Filsafat bertujuan untuk mencari hakikat dari sesuatu gejala atau fenomena
secara mendalam. Ilmu pengetahuan empiris hanya membicarakan gejala-gejala
atau fenomena saja. Pada dasarnya tujuan mempelajari filsafat dapat
dikemukakan yaitu Dengan berfilsafat dapat menjadikan manusia lebih
terdidik dan dapat membangun diri sendiri, Bersikap objektif dalam
memandang kehidupan ini, Berpandangan luas, filsafat dapat menyembuhkan
diri dari kepicikan dan ego dan Filsafat mengajarkan untuk mampu berpikir
mandiri (tidak ikut-ikutan).

3
b. Ciri-Ciri Berfikir Filsafat
Ciri-Ciri Berfikir Filsafat yaitu filsafat merupakan pemikiran tentang hal-hal
serta proses dalam hubungan yang umum. Diantara proses-proses yang
dibicarakan ialah pemikiran itu sendiri, diantara hal-hal yang dipikirakan
adalah si pemikir itu sendiri. Filsafat menjangkau semua persoalan dalam daya
kemampuan pikiran manusia. Filsafat mencoba mengerti, menganalisa, menilai
dan menyimpulkan semua persoalan-persoalan secara mendalam.

2. Alasan berfilsafat

Manusia sebagai makhluk berpikir selalu berusaha untuk mengetahui segala sesuatu,
tidak mau menerima begitu saja apa adanya sesuatu itu, selalu ingin tahu apa yang ada di
balik yang dilihat dan diamati.

Ada tiga hal yang mendorong manusia untuk berfilsafat yakni:

1. Keheranan
Banyak filsuf berpendapat bahwa awal mulanya fislafat adalah timbulnya rasa heran dan
kagum pada manuisan, misalnya plato mari kita memberi pengamatan bintang-bintang,
matahari, dan langit. Pengamatan ini memberi dorongan untuk menyelidiki. Dari
penyelidikan ini berasal filsafat.
2. Kesangsian/keraguan
Ada beberapa filosof yang ragu atas sesuatu yang dia hadapi, seperti Augustinus (254-430
M) dan Rene Descrates (1595-1650 M) menunjukkan bahwa kesangsian adalah sebagi
sumber utama pemikiran. Dengan adanya keraguan ini, maka membuat seseorang
mempertanyakan kembali setiap yang ia hadapi.
3. Kesadaran Akan Keterbatasan
Manusia mulai berfilsafat jika ia menyadari dirinya sangat kecil dan lemah terutama bila
dibandingkan dengan alam sekelilingnya. Manusi merasa bahwa ia sangat terbatas dan
terikat terutama pada waktu mengalami penderitaan dan kegagalan.

3. Peranan Filsafat
Filsafat memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Filsafat telah
memerankan 3 peran utama dalam sejarah pemilkiran manusia. Ketiga peran tersebut
adalah sebagai pendobrak, pembebas dan pembimbing (Rapar, dalam Surajiyo, 2008, 17-
18).

4
C. Pengertian Filsafat Pendidikan
Pendidikan adalah suatu proses usaha sadar dan penuh tanggung jawab dari orang
dewasa dalam membimbing, memimpin dan mengarahkan peserta didik dengan berbagai
prblema dan pertanyaan yang mungkin timbul dalam pelaksanaannya.
Mudyahardjo (2004:5) membedakan pendidikan dalam dua macam, yaitu:
(1) Filsafat Praktek pendidikan adalah analisis kritis dan komprehensif tentang bagaimana
seharusnya pendidikan diselenggarakan dan dilaksanakan dalam kehidupan manusia
(2) ilmu pendidikan sebagai salah satu bentuk teori pendidikan.

Filsafat pendidikan berusaha mencari yang fundamental yang berkaitan dengan proses
pendidikan, mendalami konsep-konsep pendidikan dan memahami sebab-sebab yang
hakiki yang berkaitan dengan masalah pendidikan. Sehingga filsafat pendidikan berkaitan
dengan apa, mengapa, bagaimana dan untuk apa (tujuan) pendidikan itu.

Hasil Critical Book Review


a. Kelebihan
Buku ini memuat Kompetensi, Kompetensi dasar dan indikator sehingga
setelah pembelajaran menggunakan buku ini jelas arah dan tujuan yang akan
dicapai oleh pembaca. Buku ini disusun dengan menggunakan bahasa baku yang
merupakan bahasa standar bersifat formal sehingga mudah di pahami oleh
pembaca.Pengertian materi yang dimuat dalam buku ini mudah dipahami karena
dilengkapi dengan pengertian secara etimologi dan terminologi kemudian
kesimpulan dari pengertian tersebut.

b. Kekurangan
Terlepas dari kelebihannya, Buku ini juga memiliki kekurangan yaitu
terlalu banyak memaparkan pendapat para ahli dan sedikit menggunakan bahasa
penulis.

5
BAB II
FILSAFAT PENDIDIKAN

A. Kompetensi
1. Standar Kompetensi
Mahasiswa memahami konsep filsafat pendidikan
2. Kompetensi Dasar
a. Mahasiswa dapat menjelaskan peranan filsafat pendidikan dalam praktek
pelaksanaan pendidikan
b. Mahasiswa dapat mendeskripsikan substansi filsafat pendidikan
3. Indikator
a. Mahasiswa dapat menjelaskan filsafat pendidikan sebagai suatu sistem
b. Mahasiswa dapat menjelaskan substansi filsafat pendidikan
c. Mahasiswa dapat menjelaskan hubungan filsafat dengan filsafat pendidikan

B. Filsafat pendidikan sebagai Sistem


Filsafat ditandai dengan pemunculan atau lahirnya teori-teori atau sistem pemikiran
yang dihasilkan oleh para pemikir atau filsuf besar seperti socorates, Plato, Aristoteles,
Thomas Aquinas, Spinoza, Hegel, Karlmax, August Comte (Surajiyo, 2008,5). Filsafat
pendidikan mencakup 3 cabang utama yakni: Ontologi, epistemologi dan aksiologi.
Ontologi atau sering juga disebut metafisika (meta = melampaui, fisik = dunia nyata/fisik)
adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang hakikat segala sesuatu yang ada, atau
membahas watak yang sangat mendasar (ultimate) dari benda atau realitas yang berada di
belakang pengalaman yang langsung (immediate experience)

Epistemologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki asal mula, susunan, metode-
metode, dan sahnya pengetahuan. Aksiologi berbicara tentang nilai dan kegunaan dari
segala sesuatu terkait dengan kaidah moral pengembangan penggunaan ilmu pengetahuan
yang diperoleh. Aksiologi ilmu pendidikan, membahas tentang hakikat nilai kegunaan
teoretis dan praktis ilmu pendidikan

6
C. Substansi Filsafat pendidikan
Kedudukan Filsafat Pendidikan dalam jajaran ilmu pendidikan adalah sebagai bagian
dari fundasi-fundasi pendidikan. Berarti bahwa filsafat pendidikan perlu menetengahkan
konsep-konsep dasar Pendidikan. Pendidikan di Indonesia teraktualisasi dengan
berdasarkan pada praksis dan praktik.Roh dan Jiwa Undang-Undang Dasar 1945 harus
mendasari landasan praksis dan praktik pendidikan.
Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 telah dijelaskan nyata arah dan tujuan
pendidikan yakni : untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Harapan ini didukung oleh
batang tubuh dan pasal-pasal Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan bahwa
pemerintah akan melaksanakan pendidikan bermutu bagi setiap warga negara dan setiap
warga negara berhak mendapatkan pendidikan minimal sampai pada tingkat pendidikan
dasar. Tujuaan pendidikan semakin diperjelas dan dipertegas substansi dan arahnyayakni
menjadikan manusia yang cerdas, berbudi luhur berakhlak mulia dan lainnya.

D. Hubungan Filsafat dengan filsafat pendidikan


Sudah merupakan pandangan atau pemahaman umum bahwa filsafat yang
dijadikan pandangan hidup oleh seseorang atau suatu masyarakat bahkan suatu bangsa
merupakan asas atau pedoman yang melandasi semua aspek hidup dan kehidupan orang
atau masyarakat tersebut atau bangsa itu sendiri, termasuk didalamnya bidang pendidikan.
Segala usahan atau aktifitas yang dilakukan dengan mempedomani filsafat yang dianutnya.
Pandangan filsafat pendidikan sama pernannya dengan landasan filosofis yang
menjiwai seluruh kebijaksanaan pelaksanaan pendidikan. Antara filsafat dan pendidikan
terdapat kaitan yang sangat erat. Filsafat mencoba merumuskan citra tentang manusia dan
masyarakat, sedangkan pendidikan berusaha mewujudkan citra tersebut. Formula tentang
hakekat dan martabat manusia serta masyarakat terutama di Indonesia dilandasi oleh
filsafat yang dianut bangsa Indonesia yaitu Pancasila. Pancasila merupakan sumber dari
segala gagasan mengenai wujud manusia dan masyarakat yang dianggap baik, sumber dari
agama sumber yang menadi pangkal serta muara dari setiap keputusan dan tindakan dalam
pendidikan dan pembelajaran.
Filsafat mengadakan tinjauan yang luas mengenai realita, maka dikupaslah antara
lain pandangan dunia dan pandangan hidup. Konsep-konsep mengenai ini dapat menjadi
landasan penyusunan konsep tujuan dan metodologi pendidik. Disamping itu, pengalaman
pendidik dalam menuntut pertumbuhan dan perkembangan anak akan berhubungan dan

7
berkenalan dengan realita. Semuanya itu dapat disampaikan
kepada filsafat untuk dijadikan bahan-bahan pertimbangan dan tinjauan untuk
memperkembangkan diri. Hubungan filsafat dengan filsafat pendidikan dapat dirumuskan
sebagai berikut :
1. Filsafat mempuyai objek lebih luas, sifatnya universal. Sedangkan filsafat pendidikan
objeknya terbatas dalam dunia filsafat pendidikan saja.
2. Filsafat memberikan sintesis kepada filsafat pendidikan yang khusus, mempersatukan
dan mengkoordinasikannya
3. Lapangan filsafat mungkin sama dengan lapangan filsafat pendidikan tetapi sudut
pandangannya berlainan.

Brubacher (1950) mengemukakan tentang hubungan antara filsafat dengan filsafat


pendidikan, dalam hal ini pendidikan : bahwa filsafat tidak hanya melahirkan sains atau
pengetahuan baru, melainkan juga melahirkan filsafat pendidikan. Filsafat merupakan
kegiatan berpikir manusia yang berusaha untuk mencapai kebijakan dan kearifan.
Sedangkan filsafat pendidikan merupakan ilmu yang pada hakekatnya jawab dari
pertanyaan-pertanyaan yang timbul dalam lapangan pendidkan.

Ada beberapa alasan yang mendasarnya antara lain;

1. Adanya problema-problema pendidikan dari zaman ke zaman yang menjadi


perhatian para ahli masing masing. Pendidikan adalah usaha manusia untuk meningkatkan
kesejathteraan lahir dan batin masyarakat dan bangsa. Banyak tulisan yang dihasilkan oleh
para ahli pikir, dan tidak jarang gagasan ahli yang satu mempengaruhi gagasan ahli-ahli
yang lain. Corak gagasan yang berlandaskan filsafat sering timbul dari ahli-pikir ini. Hal
ini masuk dalam lapangan filsafat pendidikan.
2. Dapatlah diperkirakan bahwa bagi barang siapa yang mempelajari filsafat
pendidikan dapat mempunyai pandangan pandangan yang jangkauannya melampaui hal-
hal yang diketemukan secara eksperimental dan empirik. Maka dari itu filsafat pendidikan
dapat diharapkan merupakan bekal untuk meninjau pendidikan beserta masalah-
masalahnya secara kritis.
3. Dapat terpenuhi tuntutan intelektual dan akademik dengan landasan asas bahwa
berfilsafat adalah berfikir logis yang nuntut teratur dan kritis, maka berfilsafat pendidikan
mempunyai kemampuan semacam itu.

8
Tugas:
Makalah individu tentang: Hubungan Filsafat dan Pendidikan.

Hasil Critical Book Review


a. Kelebihan
Buku ini memuat Kompetensi, Kompetensi dasar dan indikator sehingga
setelah pembelajaran menggunakan buku ini jelas arah dan tujuan yang akan
dicapai oleh pembaca. Buku ini disusun dengan menggunakan bahasa baku yang
merupakan bahasa standar bersifat formal sehingga mudah di pahami oleh
pembaca.Buku ini dilengkapi dengan Tugas di bagian Akhir pembahasan Bab
untuk menguji kemampuan penguasaan materi pembaca setelah mempelajari Bab
dalam buku ini.

b. Kekurangan
Kekurangan Buku ini tidak dilengkapi dengan Rangkuman atau intisari dari
materi yang disajikan dalam Bab. Rangkuman sangat membantu pembaca
memahami materi yang disampaikan

9
BAB III
ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN

A. Kompetensi
1. Standar Kompetensi
Mahasiswa mampu memahami gagasan dan pelaksanaan pendidikan menurut
masing-masing aliran filsafat pendidikan
2. Kompetensi Dasar
a. Mensaripatikan pelaksanaan pendidikan yang didasarkan pada masing-
masing aliran filsafat pendidikan
b. Membangun rasa tanggung jawab dalam diri sebagai calon pendidik tentang
pelaksanaan pendidikan yang berkualitas.
3. Indikator
c. Mahasiswa dapat pandangan dan pelaksanaan pendidikan menurut aliran
filsafat idealisme, realiseme, materialisme, pragmatisme, eksistensialisme,
progresivisme, perenialisme, essensialisme, dan rekonstruksionisme.
d. Mahasiswa dapat mendesain rencana pembelajaran sesuai dengan gagasan
aliran filsafat pendidikan tertentu.
e. Mahasiswa dapat mendesain rencana pembelajaran sesuai

B. Aliran-aliran filsafat Pendidikan


1. Filsafat Pendidikan idealisme

Idealisme merupakan filsafat tertua dengan tokoh aliran ini adalah Plato (427-347
SM) yang dianggap sebagai Bapak Idealisme di dunia Barat. Sejarah idealisme berawal
dari pemikiran Plato tentang kebenaran empiris yang dilihat dan dirasakan dalam alam
ideal (esensi) atau ide. Aliran filsafat Idealisme menekankan moral dan realitas spiritual
sebagai sumber-sumber utama di alam ini. Idealis adalah doktrin yang mengajarkan bahwa
hakikat dunia fisik hanya dapat dipahami dalam ketergantungan pada jiwa dan roh. Idealis
diambil dari idea yaitu sesuatu yang hadir dalam jiwa. Idealis mempunyai argumen
efistimologis tersendiri dan aliran ini memandang dan menganggap yang nyata hanya idea.
Idea tersebut selalu tetap atau tidak mengalami perubahan dan pergeseran.

10
2. Filsafat Pendidikan Realiseme
Pada dasarnya realisme merupakan filsafat yang memandang realitas secara
dualitis. Realisme berbeda dengan materialisme dan idealisme yang bersifat monistis.
Realisme berpendapat bahwa hakikat realitas ialah terdiri ataas dunia fisik dan dunia
rahani. Realisme membagi realitas menjadi dua bagian, yaitu subyek yang menyadari dan
mengatahui disatu pihak, dan dipihak lainnya adalah adanya realita diluar manusia, yang
dapat dijadikan sebagai objek pengetahuan manusia.

3. Filsafat Pendidikan Materialisme

Aliran ini berisikan tentang ajaran kebendaan, dimana benda merupakan sumber
segalanya, sedangkan yang dikatakan materialitis mementingkan kebendaan. Menurut
materialisme (Purwadarminta), 1984:638) kenyataan aliran ini memberikan suatu
pernyataan bahwa segala sesuatu yang ada dialam ini dapat dilihat atau di observasi baik
wujudnya maupun gerakan nya serta peristiwa-peristiwa nya.

4. Filsafat Pendidikan Pragmatisme


Pragmatisme dipandang sebagai filsafat Amerika asli. Namun sebenarnya
berpangkal pada filsafat empirisme Inggris, yang berpendapat bahwa manusia dapat
mengetahui apa yang manusia alami. Pendiri filsafat pragmatisme di Amerika adalah
Charles Sandre Peirce (1893-1914), Wiliam James (1842-1910), dan John Dewey (1859-
1952). Pragmatisme yakin bahwa akal manusia aktif dan selalu ingin meneliti, tidak pasif
dan tidak begitu saja menerima pandangan tertentu sebelum dibuktikan kebenarannya
secara empiris. Pikiran (rasio) tidak bertentangan dan tidak terpisah dari dunia, melainkan
merupakan bagian dari dunia.
Pragmatisme mengemukakan pandangannya tentang nilai, bahwa nilai itu relatif.
Kaidah-kaidah moral dan etik tidak tetap, melainkan selalu berubah, seperti perubahan
kebudayaan, masyarakat, dan lingkungannya. Pragmatisme menyarankan untuk menguji
kualitas nilai dengan cara yang sama seperti kita menguji kebenaran pengetahuan dengan
metode empiris.

11
5. Filsafat Pendidikan Eksistensialisme
Filsafat eksistensialisme itu unik yakni memfokuskan pada pengalaman-
pengalaman individu. Filsafat-filsafat lain berhubungan dengan pengembangan sistem
pemikiran untuk mengidentifikasi dan memahami apa yang umum pada semua realitas,
keberadaan manusia dan nilai.
Menurut eksistensialisme, ada dua jenis filsafat tradisional, yaitu filsafat spekulatif
dan skeptis. Filsafat spekulatif menjelaskan tentang hal-hal yang fundamental tentang
pengnalaman, dengan berpangkal pada realitas yang lebih dalam yang secara inheren telah
ada dalam diri individu. Jadi pengalaman tidak banyak pengaruh terhadap diri individu.
Teori pengetahuan eksistensialisme banyak dipengaruhi oleh filsafat fenomenologi,
suatu pandangan yang menggambarkan penampakan benda-benda dan peristiwa-peristiwa
sebagaimana benda-benda tersebut menampakkan dirinya terhadap kesadaran manusia.
Pemahaman eksistensialisme terhadap nilai, menekankan kebebasan dalam
tindakan. Kebebasan bukan tujuan atau suatu cita-cita dalam dirinya sendiri. Melainkan
merupakan suatu potensi untuk suatu tindakan. Manusia memiliki kebebasan untuk
memilih, namun menentukan pilihan-pilihan diantara pilihan-pilihan yang terbaik adalah
yang paling sukar

6. Filsafat Pendidikan Progresivisme


Aliran Progresivisme dapat diartikan secara umum sebagai aliran yang
menginginkan kemajuan-kemajuan secara cepat. Progresivisme disebut juga
instrumentalisme, karena aliran ini beranggapan bahwa kemampuan intelejensi manusia
sebagai alat untuk hidup, untuk mengembangkan kepribadian manusia.

Filsafat progrevisme dalam pendidikan adalah suatu aliran yang menekankan,


bahwa pendidikan bukanlah sekedar pemberian sekumpulan pengetahuan kepada subjek
didik tetapi hendaklah berisi aktivitas-aktivitas yang mengarah pada pelatihan kemampuan
berpikir mereka. Dengan demikian mereka dapat berpikir secara sistematis melalui cara-
cara ilmiah seperti memberikan analisis, pertimbangan dan pembuatan kesimpulan menuju
pemilihan alternatif yang paling memungkinkan untuk pemecahan masalah yang dihadapi.

Ciri-ciri filsafat progresivisme adalah :

12
1. Progresivisme berakar pada pragmatisme.
2. Sasaran pendidikan ialah meningkatkan kecerdasan praktis (kompetensi) dalam
rangka efektivitas pemecahan masalah yang disajikan melalui pengalaman.
3. Nilai bersifat relative, terutama nilai duniawi, menjelajah aktif, evolusioner dan
konsekuensi perilaku.

7. Filsafat Pendidikan Perenialisme


Perennialisme berasal dari kata perennial yang dapat diartikan abadi, kekal
atau fana (tiada akhir). Perenialisme berarti segala sesuatu yang ada sepanjang sejarah.
Aliran filsafat Perennial berpegang pada nilai-nilai atau norma-norma yang bersifat abadi,
dengan demikian perenialisme dianggap suatu aliran yang ingin kembali atau mundur
kepada nilai-nilai masa lampau dengan maksud mengembalikan keyakinan akan nilai-nilai
asasi manusia masa silam untuk menghadapi problem kehidupan manusia saat sekarang
dan bahkan sampai kapanpun dan dimanapun

8. Filsafat Pendidikan Essensialisme


Filsafat Esensialisme didasari oleh pemikiran filsafat idealisme Plato dan realisme
Aristoteles. Aliran filsafat Esensialisme muncul pada zaman renaissance merupakan
perpaduan ide filsafat idealisme objektif di satu sisi dan realisme objektif di sisi lainnya.
Perbedaan utama ialah dalam memberikan dasar berpijak pada pendidikan yang penuh
fleksibilitas, dimana serba terbuka untuk perubahan, toleran dan tidak ada keterkaitan
dengan doktrin tertentu.

Aliran filsafat essensialisme pertama kali muncul sebagai reaksi atas simbolisme
mutlak dan dogmatisme abad pertengahan. Filsafat ini menginginkan agar manusia
kembali kepada kebudayaan lama karena kebudayaan lama telah banyak melakukan
kebaikan untuk manusia, termasuk dalam pendidikan yang harus berpijak pada nilai-nilai
yang memiliki kejelasan dan tahan lama yang memberikan kestabilan dan nilai-nilai
terpilih yang mempunyai tata yang jelas.

9. Filsafat Pendidikan rekonstruksionisme.


Rekonstruksionisme merupakan kelanjutan yang logis dari cara berpikir
progresivisme dalam pendidikan. Tidak cukup kalau individu belajar hanya dari
pengalaman-pengalaman kemasyarakatan disekolah. Sekolah bukan hanya mansyarakat

13
dalam ukuran mikro (kecil). Sekolah harus mempelopori masyarakat ke arah masyarakat
baru yang di inginkan.

C. Pandangan Filsafat Pendidikan Pancasila Terhadap Sistem Pedidikan Nasional


Sebagai acuan penyelenggaraan sistem pendidikan nasional UUD 1945 Pasal 31 yang baru
sebagai hasil amandemen Agustus 2002 menjadi :
1. Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya.
2. Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional,
yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, yang di atur dalam undang-undang.
3. Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh
persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta anggaran pendapatan dan
belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional.
Dalam upaya memenuhi kebutuhan masyarakat akan pendidikan yang baik dilihat dari segi
kuantitatif maupun kualitatif secara nasional, pemerintah telah mengambil kebijakan
terkait pendidikan seperti: (1)perubahan kurikulum pendidikan nasional; (2) undang-
undang dan peraturan mengenai pendidikan, termasuk undang-undang guru dan dosen dan
standarisasi pendidikan dan undang-undang lainnya; (3) peningkatan angka partisipasi
belajar anak usia sekolah pada semua jenjang sekolah; (4) penambahan anggaran
pendidikan oleh daerah (sesuai dengan amanat pembukaan Undang-Undang Dasar 1945) ;
(5) konsep manajemen berbaasis skolah, standarisasi pendidikan dan sebagainya.
Pendidikan di Indonesia bersifat multi-kultural. Furnival (1944,1948) menyebutkan
masyarakat plural adalah masyarakat yang terdiri dari dua atau lebih unsur-unsur atau
tatanan sosial yang hidup berdampingan, tetapi tidak bercampur dan menyatu dalam satu
unit politik tunggal. Sistem pendidikan nasional Indonesia yang berlatar plural harus dapat
memahami bahwa manusia itu beranekaragam, hendaknya saling memahami, menghargai,
menerima dan kerjasama dengan peraturan yang adil dan proporsional, mengembangkan
kerjasama demi kejayaan bangsa. Bila disimak pelaksanaan sistem pendidikan nasional
masih belum sesuai dengan tuntunan yang diamanatkan dalam pembukaan serta batang
tubuh Undang-Undang Dasar 1945. Ujian nasional hanya memfokuskan salah satu aspek
keerdasan saja yakni intelektual. Demikian dengan biaya pendidikan masih tetap relatif
tinggi. Pendidikan sebaiknya dikelola dalam satu atap dibawa naungan sisdiknas oleh
departemen pendidikan nasional. Sistem pendidikan selalu dalam proses pengembangan

14
dengan paradigma-paradigma baru sesuai dengan tuntunan perkembangan dan kemajuan
jaman untuk mencapai masyarakat aman, damai, tentram, toleran, saling mengasihi,
sejahtera, makmur dan berkeadilan.

Hasil Critical Book Review


c. Kelebihan
Buku ini dilengkapi dengan Tugas di bagian Akhir pembahasan Bab untuk
menguji kemampuan penguasaan materi pembaca setelah mempelajari Bab dalam
buku ini. Pembahasan Materi cukup mendalam dan Luas. Buku ini memuat
Kompetensi, Kompetensi dasar dan indikator sehingga setelah pembelajaran
menggunakan buku ini jelas arah dan tujuan yang akan dicapai oleh pembaca.
Buku ini disusun dengan menggunakan bahasa baku yang merupakan bahasa
standar bersifat formal sehingga mudah di pahami oleh pembaca.

d. Kekurangan
Kekurangan Buku ini tidak dilengkapi dengan Rangkuman atau intisari dari
materi yang disajikan dalam Bab. Rangkuman sangat membantu pembaca
memahami materi yang disampaikan. Selain itu terdapat kesalahan penulisan
Numbering yang tidak konsisten pada Kompetensi Dasar dan Indikator Bab III
yang seharusnya Numbering tersebut dipisah.

15
BAB IV

FILSAFAT PENDIDIKAN PANCASILA

A. Kompetensi
1. Standar Kompetensi:
Mahasiswa mensaripatikan pandangan filsafat pancasila tentang manusia,
masyarakat, nilai-nilai dan sistem pendidikan nasional.
2. Kompetensi Dasar
a. Mahasiswa dapat mendeskripsikan pandangan filsafat pancasila tentang
manusia, masyarakat, pendidikan dan nilai-nilai.
b. Mahasiswa dapat menjabarkan pandangan filsafat pendidikan pancasila
terhadap sistem Pendidikan Nasional.
3. Indikator:
a. Mahasiswa dapat menjelaskan pandangan filsafat pancasila tentang manusia
b. Mahasiswa dapat menjelaskan pandangan filsafat pancasila tentang
masyarakat
c. Mahasiswa dapat menjelaskan pandangan filsafat pancasila tentang
pendidikan dan nilai-nilai.
d. Menggambarkan pandangan filsafat pendidikan pancasila terhadap sistem
pendidikan Nasional.

B. Pandangan filsafat pancasila tentang manusia, masyarakat,Pendidikan dan nilai


Pancasila merupakan dasar dari pembentukan negara Republik Indonesia sebagaimana
yang dikemukakan oleh Bung Karno di dalam lahirnya pancasila. Setiap negara
mempunyai dasar atau ideologinya. Fungsi dari suatu ideologi atau dogma yaitu
serangkain nilai-nilai yang dijadikan pegangan oleh setiap warga negara untuk mengikat
seluruh anggotanya dalam suatu organisasi negara Republik Indonesia.

1. Pandangan Pancasila tentang manusia

Pancasila sebagai dasar dan nilai yang dijunjung tinggi oleh masyarakat, bangsa
dan negara Indonesia memandang bahwa manusia adalah makhluk tertinggi ciptaan Tuhan
Yang Maha Kuasa dan Maha Mulia yang dianugrahkan kemampuan dan potensi untuk
tumbuh dan berkembang, baik sebagai individu dan sebagai anggota masyarakat atau
sosial.

Selanjutnya Paulus Wahana (dalam Tilaar.2002:191) mengemukakan gambaran


manusia Pancasila sebagai berikut:

a. Manusia adalah makhluk monopluralitas yang memungkinkan manusia itu dapat


melaksanakan sila-sila yang tercantum di dalam pancasila.

16
b. Manusia adalah makhluk ciptaan tuhan yang tertinggi yang dikaruniakan
memiliki kesadaran dan kebebasan dalam menentukan pilihannya.
c. Dengan kebebasannya manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan dapat
menentukan sikapnya dalam hubungannya dengan pencipta Nya.
d. Sila pertama menunjukkan bahwa manusia perlu menyadari akan kedudukannya
sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa dan oleh sebab itu harus mampu
menentukan sikapnya terhadap hubungannya dengan pencipta Nya.
e. Manusia adalah otonom dan memiliki harkat dan martabat yang luhur.
f. Sila kedua yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab menuntut akan kesadaran
keluhuran harkat dan martabatnya yaitu dengan menghargai akan martabat
sesama manusia.
g. Sila persatuan Indonesia berarti manusia adalah makhluk sosial yang berada di
dalam dunia Indonesia bersama-sama dengan manusia Indonesia lainnya.
h. Manusia haruslah dapat hidup bersama, menghargai satu dengan yang lain dan
tetap membina rasa persatuan dan kesatuan bangsa yang kokoh.
i. Manusia adalah makhluk yang dinamis yang melakukan kegiatannya bersama-
sama dengan manusia Indonesia yang lain.
j. Sila keempat atau sila demokrasi dituntut manusia Indonesia yang saling
menghargai, memiliki kebutuhan bersama di dalam menjalankan dan
mengembangkan kehidupannya.
k. Dalam sila kelima manusia Indonesia dituntut saling memiliki kewajiban
menghargai orang lain dalam memanfaatkan sarana yang diperlukan bagi
peningkatan taraf kehidupan yang lebih baik.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa manusia Pancasila adalah manusia
yang bebas dan bertanggung jawab terhadap perkembangan dirinya sebagai individu dan
perkembangan masyarakat (sosial) Indonesia. Manusia ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa
dianugerahi kemampuan atau potensi untuk bertumbuh dan berkembang sepanjang hayat.

2. Pandangan Filsafat Pancasila tentang masyarakat

Nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila yaitu Ke-Tuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang Adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh
Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan perwakilan, serta Keadilan Sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia akan terwujud dalam laku dan perilaku setiap warga masyarakat,
bangsa dan Negara. Masyarakat indonesia berkembang dengan tetap memperhatikan dan
menghargai masing-masing budaya etnis yang ada didalam masyarakat.
17
Untuk menghindarkan masalah etno-nasioanalisme yang dapat berakibat
disintegrasi bangsa, Hamdi Muluk (dalam Tilaar.2002:76) mengemukakan program-
program sebagai berikut:

1. Didalam menyikapi dorongan etno-nasionalisme yang negatif maka dihindarkan


cara-cara pemecahan koersif (militeristk), tetapi dengan menggunakan metode
persuasive dan dialogis, serta mengikut sertakan masyarakat setempat.
2. Perlu diakui identitas etnis dalam arti kultural bukan dalam arti politik.
3. Menyadarkan kelompok-kelompok yang berkeinginan kepada separatisme, bahwa
berpisah dengan negara dan bangsa Indonesia akan merugikan.
4. Menghindari berbagai pelanggaran HAM dan menghormati HAM.

3. Pandangan filsafat Pancasila tentang Pendidikan

Dalam Undang-Undang sistem pendidikan nasional No. 20 tahun 2003 dijelaskan


bahwa PendidikanPendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.Pendidikan berlangsung dikeluarga, di rumah, di sekolah
dan di masyarakat. Pendidikan harus berlangsung dengan keteladanan dan komunikasi.
Masing-masing individu atau manusia biasa adalah pendidik dan contoh bagi individu
lainnya.

4. Pandangan Filsafat Pancasila tentang nilai

Pembangunan Nasional adalah upaya bangsa untuk mencapai tujuan nasional


sebagaimana yang sudah dinyatakan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
Pancasila sebagai dasar negara, pandangan hidup bangsa, dan sumber nilai bagi bangsa
Indonesia. Pancasila merupakan sumber nilai bagi pembangunan bangsa Indonesia.
Pancasila menjadi kerangka kognitif dalam identifikasi diri sebagai bangsa, sebagai
landasan, sebagai landasan, arah, dan etos serta sebagai moral pembangunan nasional.

18
BAB V
HAKEKAT ILMU PENDIDIKAN
A. Hakekat Pendidikan
1. Pengertian Pendidikan
Praktek pelaksaan pendidikan, secara etimologi yakni paedagogie dan paedogogiek.
Paedagogie berasal dari bahasa Yunani yaitu paedagogia, terdiri dari kata paedos yang
artinya anak, dan agoge yang artinya memimpin, (Purwanto, 2009). Paedagogiek dapat
diartikan pergaulan dangan anak-anak. Paedagogiek atau ilmu pendidikan ialah ilmu
pengetahuan yang menyelidiki, merenungkan tentang gejala-gejala perbuatan mendidik.
Paedagogie artinya pendidikan.
Menurut bahasa Belanda, pendidikan berasal dari kata Ofvooden yang artinya
memberi makan. Dalam bahasa Inggris, pendidikan adalah Education yang artinya the
process of training and developping the knowledge, skill, mind, character, ect by formal
schooling, teaching, training. ( Neufeldt and Guralnik 1996). Menutut bahasa Jerman,
pendidikan berasal dari kata Ziechung artinya membawa keluar , sedangkan menurut
bahasa Romawi kuno pendidikan ialah educare artinya menarik keluar. Tugas pendidikan
adalah menarik keluar, membawa keluar potansi-potensi yang dimiliki anak, yang berarti
membina dan mengembangkannya sehingga menjadi realita atau kenyataan, suatu realita
yang termanifestasi dalam wujud-wujud keberhasilan pendidikan. Tugas pendidik dalam
pendidikan adalah membimbing , memimpin dan mengarahkan anak didik dalam
pertumbuhannya agar manusia yang dapat berdiri sendiri atas tanggung jawab sendiri.
Pendidikan bertujuan menggarap realitas manusia dan secara metodologi bertumpu
di atas prinsip-prinsip aksi dan refleksi total, yakni bertindak untuk merubah kenyataan
yang menindas dan pada sisi simultan lainnya secara terus menerus menumbuhkan
kesadaraan akan realitas dan hasrat untuk merubah kenyataan yang menindas tersebut.
Pendidikan dapat diartikan sebagai proses kegiatan mengubah prilaku individu ke
arah kedewasaan dan kematangan. Pendidikan merupakan pemberdayaan sumber daya
manusia. Makna pendidikan adalah memberikan kebebasan kepada seseorang untuk
mengembangkan dirinya sendiri sesuai dengan potensi yang dimiliki. Pemberdayaan
adalah pembebasan, pemberdayaan diarahkan untuk memberikan kebebasan kepada
seorang , memiliki tanggung jawab pengembangan kepribadian yang meliputi kemampuan
berfikir, melakukan tindakan, mengembangkan gagasan, bersikap, sampai pada membuat
keputusan.

19
Dalam proses pemberdayaan, peserta didik dididik dan dibimbing menjadi SDM
yang memiliki visi, berpijak di atas realita, selalu berhadapan dengan orang lain, dan
sebagai orang yang berani. Sarah Cook & Steve Macaulay menjelaskan ada empat dimensi
yaitu visi, realita, orang (manusia lain), dan keberanian.
Untuk memberi pemahaman akan hakekat dan pegertian pendidikan, berikut ini
dikemukakan sejumlah pendapat yang dikemukakan para ahli yaitu:
a. Pendidikan ialah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok
orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengejaran dan
pelatihan ( Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1991)
b. Dalam pengertian yang sempit pendidikan berarti perbuatan atau proses perbuatan
untuk memperoleh pengetahuan ( Mc Leod, 1989)
c. Pendidikan berarti tahapan kegiatan yang bersifat kelembagaan (seperti sekolah
dan madrasah) yang digunakan untuk menyempurnakan perkembangan individu
dalam menguaai pengatahuan, kebiasaan, sikap, dan sebagainya ( Dictionary of
Psychology, 1972)
d. Pendidikan ialah pemimpin yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa
kepada anak-anak, dalam pertumbuhannya (jasmani dan rohani) agar berguna
bagi diri sendiri dan bagi masyarakat ( Purwanto, 2000)
Jadi pendidikan dapat dimaknai sebagai proses pengubah tingkah laku agar menjadi
manusia dewasa yang mampu hidup mandiri dan sebagai anggota masyarakat dalam
lingkungan alam sekitar di mana individu itu berada. Jadi pada dasarnya pendidikan
adalah usaha manusia (pendidik) untuk dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab
membimbung anak-anak( peserta didik) mencapai kedewasaan.
2. Tujuan Pedidikan
Tujuan pendidikan merupakan suatu pernyataan yang jelas akan merupakan
dasar utama bagi pemilihan metode, bahan atau materi pendidikan, dan pemilihan
alat-alat untuk menilai apa pendidikan itutelah terlaksana dengan baik atau telah
berhasil. Robert F. Mager ( dalam M. Ngalim Purwanto, 2000:38) menjelaskan tiga
alasan pokok mengapa pendidikan harus memperhatikan atau merumuskan tujuan
pendidikannya.
Pertama, dengan merumuskan tujuan pendidikan dengan jelas, maka pendidik akan
dapat memilih dan merancang bahan pembelajaran, alat dan metode yang tepat untuk
digunakan dalam pendidikan atau pembelajaran.

20
Kedua, keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh pencapaian hasil sesuai dengan
yang diharapkan.
Ketiga, bila tujuan tidak dirumuskan, sudah tentu pendidik akan mengalami
kesulitan dan bahkan tidak akan dapat mengorgnisasikan materi atau bahan pelajaran
dan kegiatan-kegiatan serta usaha-usaha peserta didik dalam pencapaian tujuan
pembelajaran.
Jenis tujuan pendidikan dibedakan menurut luas dan sempitnya isi ujuan yang
sekaligus berkaitan dengan jauh dekatnya jarak waktu yang diperlukan untuk
mencapai tujuan tersebut. Berdasarkan hal tersebut dapat disusun hirarki tujuan
pendidikan sebagai berikut ini; Tujuan Pendidikan Nasional, Standar Kompetensi
Lulusan, Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, dan Indikastor. Tujuan pendidikan
nasional tercantum dalam Undang-Undang no 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional: Pendidikan bertujuan untuk berkembangnyapotensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Tujuan Pendidikan Nasional
merupakan dasar dan pedoman bagi penyusunan kurikulum untuk semua lembaga
pendidikan ynag ada di Indonesia , baik persekolahaan maupun keluarga dan
lembaga lainnya, dari jenjang taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi
Standar kompetensi lulusan, merupakan tujuan masing-masing lembaga atau
jenis dan tingkatan sekolah. Tujuan ini tercantum dalam kurikulum sekolah/lembaga
pendidikan yang menggambarkan perilaku atau performance yang harus dimiliki
peserta didik setelah selesai belajar.
Kompetensi Inti, merupakan tingkat kemampuan untuk mencapai standar
kompetensi lulusan yang harus dimiliki peserta didik pada tingkat kelas atau
program yang menjadi landasan pengembangan kompetensi dasar, yang mencakup
sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan dan keterampilan yang berfungsi sebagai
pengintegrasi muatan pembelajaran, mata pelajaran atau program dalam mencapai
standar kompetensi lulusan.
Kompetensi Dasar, merupakan tingkat kemampuan dalam konteks muatan
pembelajaran, pengalaman belajar, atau mata pelajaran yang mengacu pada
kompetensi inti.
Indikator, merupakan hal yang langsung dimiliki peserta didik setelah selesai
pembelajaran, maka perumusan tujuan harus jelas, spesifik, terukur dan berupa hasil

21
belajar, perilaku atau performance peserta didik yang mencakup aspek sikap
spiritual, sikap soasial, pengetahuan dan keterampilan.
3. Pilar Pendidikan
Dalam pertumbuhan dan perkembangannya, pesrta didik selalu aktif
mengembangkan potensi dalam melakukan aktifitas belajar. UNESCO
mengemukakan bahwa pendidikan disokong empat pilar yang disebut dengan ;
learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live together.
Learning to know salah satu pilar untuk mengetahui banyak hal yang sangat
diperlukan dalam hidup dan kehidupan manusia. Learning to do salah satu pilar
pendidikan yang menekankan pada aktivitas kemampuan untuk melakukan atau
mengaktualisasikan dalam hidup dan kehidupannya apa yang sudah di ketahuinya.
Aktualisasi diri merupakan perwujudan dari aktifitas Learning to be. Learning to live
together merupakan pilar pendidikan mengacu pada pembinaan dan pembentukan
kemampuan untuk menghidupi kehidupan bersama orang lain. Masing-masing
individu berusaha dalam hidupnya agar hidup yang dihidupi bermanfaat atau
bermakna bagi hidup individu atau orang lain. Masing-masing individu memiliki
citi atau karakteristik yang berbeda sesuai dengan kelompoknya, hidup
berdampingan dalam perbedaan dengan damai dan tentram, saling menghargai dna
menghormati perbedaan dalam kehidupan menuju kehidupan yang sejahtera dna
bahagia, hiduplah bersama dalam perbedaan .
4. Aliran-Aliran Pendidikan
a. Nativisme
Aliran ini diseponsori oleh Schopenhauer filsuf bangsa Jerman (1788-1860),
yang berpendapat manusia lahir dengan pembawaan baik dan buruk.
Lingkungan tidak berperan , pembawaan yang menentukan. Menurut kaaun
nativisme, pendidikan tidak dapat mengubah sifat-sifat pembawaan, dengan
kata lain pendidikan tidak mempunyai arti apa-apa, merupakan pekerjaan sia-
sia. Sesuai dengan hal ini maka ilmu pendidikan ini disebut pesimisme
paedagogis.
b. Naturalisme
Aliran ini dipelopori J. J. Rousseau seorang filsuf Prancis (1712-1778). Beliau
berpendapat bahwa baik pada waktu bau datag dari tanagn sang pencipta,
tetapi semua menjadi buruk di tangan manusia. Artinya anak hendaklah
dibiarkan tumbuh dan berkembang sendiri menurut alamnya, manusia atau

22
masyarakat jangan banyak mencampurinya. Jadi aliran ini tidak perlu adanya
pendidiakan bagi pertumbuhan dan perkembangan bakat dan kemampuan
anak.
c. Empirisme
John Locke (1632-1704) seorang filsuf Inggris, berpendapat manusia lahir
kedunia sebagai kertas kosong, bersih, putih atau sebagai meja berlpis lilin,
yang belum ada tulisan di atasnya. Menurut teori ini manusia lahir ke dunia
tanpa pembawaan.
d. Konvergensi
William Stern seorang ahli ilmu jiwa Jerman ( 1871-1939) berpendapat bahwa
pembawaan dan lingkungan kedua0duanya menentukan perkembangan
manusia.
a

d c

Keterangan
a = Pembawaan
b = Lingkungan
c = Hasil pertumbuhan dan perkembangan
d = Interaksi
Jadi menurut teori konvergensi:
1. Pendidikan perlu diberikan
2. Yang membatasi hasil pendidikan adalah pembawaan dan lingkungan itu sendiri
serta interaksi individu
3. pendidikan diartikan sebagai pertolongan yang diberikan lingkungan kepada
peserta didik.

5. Lingkungan Pendidikan
Ahli psikologi Amerika mengatakan bahwa lingkunagn meliputi semua kondisi
dalam dunia ini yang dengan cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, perumbuhan
perkembangan atau life processes kecuali gen.

23
Yang dimaksud lingkungan pendidikan adalah semua lingkungan yang memberikan
pengaruh terhadap perkembangan kepribadian seseorang. Lingkungan pendidikan dapat
dibagi atas lingkungan yang bersifat sosial dan lingkungan yang bukan manusia tetapi
alam. Sedangkan lingkungan manusia terbagi menjadi tiga bagian yakni, lingkungan
keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.
Sartain membagi lingkungan menjadi tiga yaitu (1) lingkungan alam atau luar (2)
lingkunagn dalam (3) lingkungan sosial

Tripusat Pendidikan
a. Lingkungan Keluarga
Lingkungan keluarga dalah pendidikan yang pertama, karena lingkungan keluargalah
yang pertama menyambut kedatangan atau kelahiran anak dan merupakan buah kasih dari
orang tua, Sebagai lembaga pendidikan yang pertama maka tugas dari keluarga
merupakan peletak dasar bagi pendidikan pengembangan kepribadian anak, seperti
pendidikan akhlak, norma susila, tatakrama kehidupan, keagamaan, sopan santun,
kejujuran dan pembentukan sifat dna sikap yang baik lainnya, juga keluarga meletakan
kerangka berfikir yang dinamis pasa diri anak.

b. Lingkungan sekolah
Perbedaan lingkungan sekolah dengan lingkungan keluarga ( M. Ngalim Purwanto,
2000 hal 124- 125)
1. Lingkungan Keluarga adalah lingkungan pendidikan yang sewajarnya
2.Perbedaan Suasana
3.Perbedaan tanggung jawab
c. Lingkungan Masyarakat
Lingkungan masyarakat akan mamberikan sumbangan apabila diwujudkan dlam
proses dan pola yang tepat. Pendidikan dalam lingkungan masyarakat akan berfungsi
sebagai pelengkap , pengganti dan tambahan terhadap pendidikan yang diberikan oleh
lingkungan lain ( Dewantara 1987:120).

B. Pendidikan Karakter
Undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 3,
menjelaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembnagkan kemampuan dan
membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dlam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa.

24
1. Pengertian karakter
Berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia (2008) karakter adalah sifat-sifat kejiwaan,
akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain; tabiat, watak.
Menurut Tadkiroatum Musfiroh 2008 karakter mengacu kepada serangkaian sikap,
perilaku, motivasi dan keterampilan. Karakter dapat dipandang sebagai nilai-nilai
perbuatan manusia yang berhubungan dengan Tuhan Allah, diri sendiri, manusia
sesamanya, ligkungan dan kebangsaan.
Karakter tidak lepas dari pengaruh lingkungan dan hereditas atau keturunan; artinya
bahwa perilaku seorang anak seringkali tidak jauh berbeda dari perilaku orang tuanya,
ayah dan ibunya. Dalam bahasa Batak dikenal dengan ndang dao tubis sian bonana
(perilaku atau sifat anak tidak jauh dari perilaku atau sifat dari ayah dan ibunya). Selain itu
lingkungan turut berperan mempengaruhi karakter seseorang, baik lingkungan alam
maupun lingkungan asal budaya. Di sekitar lingkungan alam yang memliki iklim yang
berbeda-beda sepanjang tahun akan membentuk karakter sesuai dengan alamnya. Seperti
di belahan bumi selatan dan utara memiliki karakter yang berbeda dengan orang yang
tinggal di belahan khatulistiwa. Pada umumnya, bahwa manusia yang tinggal di belahan
bumi khatulistiwa lebih santai hidupnya dibandingkan dengan manusia yang tinggal
dibelahan utara dan selatan, karena mereka akan mengalami musim dingin kurang lebih
selama tiga bulan dalam satu tahun, segala kebutuhan selama tiga bulan akan dipersiapkan
sebelum musim dingin tersebut tiba. Di lingkungan sosial yang keras para remaja
cenderung berperilaku antisosial, keras, tega, dan suka bermusuhan. Di lingkungan
perkotaan, metropolitan yang lingkungan masyarakat sangat sibuk dengan aktivitas
masing-masing, karakternya dapat dilihat cenderung kurang bersahabat, egois, dan tidak
mau tahu dengan lingkungannya. Demikian juga di lingkungan yang gersang, panas, dan
tandus penduduknya cenderung bersifat keras dan berani, siap berjuang.
Maka dari semua itu dapat disimpulkan karakter adalah sebagai jilai dasar yang
membangun pribadi seseorang yang terbentuk melalui pengaruh hereditas atau turunan dan
lingkungan, yang membedakan seseorang dengan orang lain yang sifatnya khas atau unik
dan diwujudkan melalui sikap dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari.

2. Pendidikan Karakter
Muchlas dan Hariyanto ( 2012:22-25) menjelaskan kelima pancasila sebagai payung
terhadap setiap aspek karakter manusia Indonesia.
a. Bangsa yang Berke-Tuhan-an Yang Maha Esa

25
Berkesadaran akan keberadaan sebagai ciptaan Tuhan Allah, hidup dengan iman dan
takwa. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang memiliki harkat dan martabat serta
potensi untuk berkembang dengan mengelola dan membangun lingkungannya demi
keselamatan umat manusia. Oleh karena itu dalam hubungan antara manusia sebagai
ciptanNya, tercermin karakter yang saling hormat- menghormati, bekerjasama dan bekerja
bersama, berkebebasan menjalankan ibadahnya masing-masing sesuai dengan ajaran
agamanya. Hidup rukun dan tenteram, damai, dalam perbedaan sebagai bangsa yang
berke-Tuhan-an.
b. Bangsa yang Menjunjung Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Adil dan beradab diwujudkan dalam perbuatan saling hormat-menghormati sesama warga
masyarakat tanpa memandang adanya perbedaan latar belakang status sosial ekonomi,
pendidikan, kedudukan dan lainnya. Karakter yang tercermin dalam pengakuan kesamaan
derajad, hak dan kewajiban, berdiri sama tinggi duduk sama rendah, saling mengasihi,
tenggang rasa, peduli, terpanggil melakukan kegiatan kemanusiaan, membela kebenaran
dan keadilan, dan tidak semena-mena terhadap orang lain.
c. Bangsa yang Mengedepankan Persatuan dan kesatuan Bangsa
Persatuan dan Kesatuan Bangsa diwujudkan dalam tindakan rela berkorban demi
perkembangan dan kemajuan serta mengutamakan kepentingan Bangsa dan Negara di atas
kepentingan pribadi, kelompok, dan golongan. Karakter Persatuan dan Kesatuan Bangsa
tercermin dari perbuatan suka bergotong royong dengan siapa saja, turut merasakan
penderitaan orang lain, bangga sebagai bangsa indonesia yang bertanah air indonesia serta
menjujung tinggi Bahasa Indonesia, memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan
bangsa, berjuang bersama mengedepankan persatuan.
d. Bangsa yang Demokratis dan Menjujung Tinggi Hukum dan Hak Asasi Manusia.
Bangsa ini didasarkan pada sila keempat yang tercermin dalam menghargai pendapat
orang lain. Setiap orang memiliki hak yang sama untuk megeluarkan pendapat demi
kemajuan Bangsa dan Negara yang berdasarkan Pancasila tidak mudah terpengaruh atau
terpropokasi oleh isu-isu yang belum jelas sumber faktanya. Karakter Bangsa yang
Demokratis dan Menjunjung Tinggi Hukum dan Hak Asasi Manusia tercermin dalam
perbuatan menghargai harkat dan martabat setiap individu sebagai pribadi, berkedudukan
yang sama di depan hukum, dan setiap pengambilan keputusan akan
dipertanggungjawabkan kepada Tuhan Allah dan selalu dilandasi nilai kebenaran dan
keadilan.

26
e. Bangsa yang Mengedepanan Keadilan dan Kesejahteraan
Karakter berkeadilan sosial nampak melalui tingkah laku yang menjaga keseimbangan
antara hak dan kewajiban, menghargai hak-hak orang lain, suka menolong orang lain, tidak
suka melakukan perbuatan memeras orang lain, hemat, bergaya hidup sederhana, tidak
pamer, bekerja keras dan menghargai karya orang lain, dan lainnya. Hendaknya dimaknai
dalam hidup dan kehidupan setiap warga negara, bahwa keberadaan seseorang harus
bermakna dan membawa kedamaian dan sukacita bagi setiap warga di lingkungannya.
Membangun karakter (character building) merupakan proses yang berlangsung
secara terus menerus dengan penuh kesadaran dan kemauan untuk belajar. Karakter bukan
sesuatu yang sudah terbentuk pada diri seseorang sebagai bawaan atau warisan yang
dibawa dari lahir, akan tetapi merupakan hasil dari pengaruh hereditas (warisan) dan
lingkungan. Oleh karena itu Lickona (1992) dalam Mulyasa (2012 : 4-5) menjelasakan ada
tiga komponen yang harus diperhatikan dalam pendidikan karakter yaitu; (1) pengetahuan
tentang moral mencakup, kesadaran akan moral, pengetahuan nilai moral, pertimbangan
moral, keputusan dan pemahaman diri; (2) perasaan tentang moral meliputi, kesadaran,
empati, mencintai kebaikan, dan kontrol diri; (3) tindakan moral, yakni perpaduan dari
pengetahuan tentang moral dan perasaan tentang moral yang diwujudkan dalam bentuk
kompetensi, keinginan, dan kebiasaan. Karakter dikembangkan melalui tiga tahapan yaitu,
tahap pengetahuan (knowing), perbuatan (acting), dan pembiasaan (habit) (Aqib dan
Sujak, 2011: 9).
Pembentukan karakter melalui proses pendidikan meliputi empat bagian yang harus diasah
dalam kehidupan seseorang sebagai makhluk individu yang terdiri dari fisik dan psikis
seperti yang dikemukakan oleh Muchlas Samani dan Hariyanto (2012: 24-25). Keempat
bagian tersebut adalah; (1) Olah Hati, (2) Olah Pikir, (3) Olah Rasa dan Karsa, (4) Olah
Raga.
1) Olah Hati berhubungan dengan perasaan, sikap, dan keyakinan atau iman.
Diwujudkan melalui perbuatan beriman dan bertaqwa, bersyukur, jujur, sabar, adil,
tertib, taat aturan, bertanggung jawab, cinta kasih, berempati, rela berkorban,
menghargai lingkungan, berani, dan pantang menyerah.
2) Olah Pikir berkenaan dengan proses nalar, kritis, kreatif, dan inovatif, analitis, ingin
tahu, produktif, berorientasi iptek, dan reflektif.
3) Olah Rasa dan Karsa berhubungan dengan motivasi, kemauan, kepeduliaan, dan
citra. Hal ini terlihat dalam perbuatan yang saling menghargai, saling mengasihi,

27
gotong royong, kebersamaan, ramah, peduli, hormat, toleran, nasionalis,
mengutamakan kepentingan umum, cinta tanah air, kerja keras, dan beretos kerja.
4) Olah Raga berkenaan dengan persepsi, kesiapan, peniruan, manipulasi, sportivitas,
dan penciptaan aktivitas baru. Hal ini terlihat melalui perbuatan bersih dan sehat,
sportif, tangguh, andal, berdaya tahan, bersahabat, kooperatif, kompetitif, ulet,
pantang menyerah, dan gigih.
Karakter seseorang merupakan hasil dari pembinaan secara terpadu dari olah hati,
olah pikir, olah rasa dan karsa dan olah raga, keempat bidang terebut yang diwujudkan
dalam berpikir dan bertindak dalam hidup dan kehidupan di antara individu dengan
individu lainnya maupun dengan lingkungannya
Pendidikan karakter sangatlah penting ditumbuh kembangkan melalui pendidikan
keluarga, sekolah dan masyarakat. Karakter sangat penting dan menentukan dalam
mencapai tujuan hidup, baik secara pribadi, kelompok, masyarakat, atau golongan dan
bangsa. Karakter merupakan dorongan yang kuat untuk menentukan pilihan yang terbaik
dalam hidup

C. Hakekat Manusia
1. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk ciptaan tuhan sebagaimana juga makhluk yang lain di muka
bumi ini, dan setiap makhluk memiliki ciri-ciri tertentu yang membedakan dengan
makhluk lainnya.
2. Beberapa pandangan tentang manusia
a. Manusia adalah makhluk berfikir
b. Manusia adalah makhluk yang suka berbuat , suka menciptakan dan menghasilkan
sesuatu memiliki kreatifitas tinggi untuk bekerja.
c. Manusia disebut juga animal educandum, makhluk yang dapat di didik karena
mampu berkata dan berbahasa mampu berkomubikasi dan menerima pesan, memiliki
potensi untuk mengerti , memahami, mengingat dan berfikir.
d. Manusia adalah makhluk yang suka berkawan, butuh teman sehingga manusia
dikatakan suka berkelompok mengadakan hubungan sosial.
3. Eksistensi Manusia
a. Manusia sebagai makhluk individu
b. Manusia sebagai makhluk sosial
c. Manusia sebagai makhluk susila

28
3. eksistensi manusia
a. manusia sebagai makhluk individu

Tiada ada orang yang dilahirkan persis sama, walaupun anak kembar sekalipun.
Jadi dari lahir masing-masing sudah ada pembawaannya. Tiadak ada duanya. Oleh karena
itu, mereka pun masing-masing akan tidak ada duanya. Setiap orang mempunyai ke
khasan. Setiap orang ingin untuk mengaktualisasi dirinya, artinya mengembangkan potensi
yang ada pada diri sendiri. Pengaruh-pengaruh itu diolahnya secara sangat pribadi dan apa
yang diterimanya menjadi bagian dari dirinya sendiri, dia secara individual.

b. manusia sebagai makhluk sosial

Manusia itu adalah makhluk sosial dan sekaligus makhluk individu,sebagai


manusia dia dua-duanya dalam kesatuannya sebagai suatu pribadi. Sebagai makhluk sosial
individualitasnya hendaknya terpelihara secara utuh. Pidarta (1997,147) mengemukakan
bahwa untuk hidup dalam artian benar-benar manusiawi, setiap orang harus hidup bersama
orang-orang lain.

c. manusia sebagai makhluk susila

Telah dikemukan bahwa manusia dapat membedakan antara yang baik dan jahat.
Manusia adalah manusia yang memiliki, menghayati, dan melakukan nilai-nilai
kemanusian. Dalam hal ini, manusia mengkritalisasikan dan mengintergerasikan
pengalaman dan penghayatannya hal-hal yang berharga bagi kehidupan menjadi satu
pandangan hidup sehingga tersusun satu kesatuan yang hirarkis yang disbut sebagai system
nilai-nilai. (Dryarkata , 1980,46).

d. manusia sebagai makhluk religious

Sejak dahulu kala manusia percaya, bahwa diluar apa-apa yang dapat di jangkau
melalui alat indranya, diluar alam ini, ada kekuatan-kekuatan yang disebut termasuk yang
supernatural. Arbi (1988,135-136) mengemukakan bahwa yang mungkin menjadi
persoalan bagi orang adalah, apakah sekolah mengajarkan sesuai pengetahuan belaka atau
juga harus sampai pada inisiasi, penerimaan atau pemantapan dan pengetahuan penerimaan
pernyataan-pernyataan dan system kepercayaan agama tertentu.

4. pengembangan dimensi-dimensi manusia dalam proses pendidikan

29
a. pengembangan diri sebagai makhluk individu

Pengembangan diri sebagai makhluk individu, berarti pendidikan membantu anak


itu menjadi dirinya sendiri dia dikembangkan menjadi suatu pribadi yang utuh karena tidak
ada orang yang dilahirkan secara persis sama, setiap individu itu berbeda.
Mengembangkan manusia menjadi makhluk individu agar manusia menjadi dirinya sendiri
bukan jiblakan dari manusia lainnya, agar ia mempunyai makna diatas keberadaannya itu.

b. pengembangan manusia sebagai makhluk sosial

Untuk sebagian tujuan pendidikan memabantu perkembangan sosial anak agar ia


mendapat tempat di masyarakat, mampu menyesuaikan diri adaptasi dan sosialisasi dan
mampu berperan sebagai anggota masyarakat dan dapat bekerja sama secara kontruktif
dalam masyarakat. Manusia adalah makhluk yang selalu berinteraksi dengan sesamanya,
tidak dapat mencapai apa yang diingikannya secara seorang diri sendiri saja.

c. pengembangan manusia sebagai makhluk susila

Hanyalah manusia yang dapat menghayati norma-norma dan nilai-nilai di dalam


kehidupannya sehingga manusia dapat menentukan tingkah laku mana yang baik dan mana
yang tidak baik. Setiap masyarakat dan bangsa mempunyai nilai dan norma tertentu.
Aspek susila ini tidak saja memerlukan pengetahan atas norma, nilai dan kaida yang ada
dalam masyarakat, akan tetapi menuntut dilaksanakannya secara nyata. Pentingnya
pengetahuan dan tingkah laku susila secara nyata didalam masyarakat mempunyai dua
alasan pokok yaitu:

a. Untuk kepentingan dirinya sebagai individu.


b. Upaya kepentingan stablitas kehidupan masyarakat.

a. Pengembangan manusia sebagai makhluk religious

Pendidikan agama lebih dari pengkajian tentang agama yang dituju bukanlah hanya
gar peserta didik mampu berpikir dan berbicara tentang agama, melainkan agar mereka
berpikir dan merasa secara keagamaan serta secara sepenuh hati dan taat melakukan
ibadah agamanya. Setiap manusia Indonesia di tuntut untuk dapat melakukan hubungan

30
dengan tuhan allah sebaik-baiknya menurut keyakinan yang dianutnya masing-masing
serta untuk melaksanakan hubungan dengan sesame manusia.

D. Hakekat Masyarakat

Perubahan sosial dalam kehidupan masyarakat sangat tergantung pada


perkembangan tatanan kehidupan masyarakat yang semakin sudah menyadari fungsi dan
peranan masing-masing anggota masyarakat dalam kehidupan berbangsa,bernegara,
sehingga demokrasi semakin menampak dalam kehidupan masyarakat. Berikut Tilaar
(2002:79) menggambarkan perubahan sosial kea rah masyarakat Indonesia baru, jelasnya
di gambarnya pada table berikut ini:

Table 1: perubahan sosial kea rah Indonesia baru

Menuju masyarakat
Nasionalisme / tribalisme Otonomi daerah
Indonesia Baru
Demokrasi 1. Negara-bangsa vs 1. Meningkatkan 1. Lahirnya masyarakat
tribalisme parsitipasi demokrasi dan
2. Tribalisme dan masyarakat terbuka serta torelan
premordialisme 2. Pemimpin local, local 2. Manusia dan
3. Tolerensi genius masyarakat yang
4. Koalisasi antar 3. System perwakilan cerdas
budaya etnis melalui PEMILU 3. Partisipasi
yang bebas masyarakat dalam
Perkembangan 1. Ilmu pengetahuan 1. Mempercepat kehidupan politik ,
ilmu dan teknologi pembangunan ekonomi dan sosial
pengetahuan merabah tanpa daerah 4. Revitalisasi budaya
dan teknologi paspor dan visas 2. Daerah local
2. Mempererat mengembangkan 5. Lahirnya
solidaritas me global ilmu pengetahuan nasionalisme yang
3. Teknologi informasi dan teknologi sesuai genuine dalam
dapat mempererat kebutuhan daerah pengembangan
identitas etnis 3. Memanfaatkan capital sosial (social
4. Terbentuknya masyarakat capital)
masyarakat telemika telematik untuk 6. Ekonomi

31
keperluan daerah berdasarakan ilmu
Globalisasi 1. Lahirnya 1. Keikutsertaan pengetahuan dan
nasionalisme yang daerah dalam sumber local
genuine pergaulan global 7. Lahirnya masyarakat
2. Kerja sama dalam 2. Mempersiapkan telematik
persaingan global sumber daya 8. Pelestarian dan
3. Ikut dalam pergaulan manusia yang pemanfaatan SDA
global berkualitas daerah
3. Melestarikan dan 9. Sumber daya
memanfaatkan manusia berkualitas
lingkungan hidup dan mampu bersaing
dalam dunia regional
dan global
10. Anggota masyarakat
global yang
berbudaya

Visi dari pembangunan nasional yaitu memperkuat jati diri dan kepribadian
manusia, masyarakat dan bangsa indonesia dalam suasana yang demokratis, tenteram,
aman, dan damai. (Tilaar. 2000:166). Visi masyarakat baru tersebut di atas di tuangkan
didalam misi bidang pendidikan nasional yaitu mengembangkan kualitas manusia
indonesia. Misi tersebut dalam bidang pendidikan nasional antara lain berwujud hal
berikut :

a. Memberdayakan lembaga pendidikan sebagai pusat pemberdayaan nilai


b. Pemberharuan dan pemantapan system pendidikan yang berdasarkan kepada
prinsip desentralisasi, otonomi keilmuan dan manajemen (Tilaar. 2000:167)

Kemajuan yang telah dicapai selama oerde baru dan reformasi memang dirasakan
manfaatnya saat ini, namun masih perlu dicermati masih ada hal-hal yang kurang selama
ini dalam praksisi pendidikan kita terutama dalam hal pengembangan pribadi dan watak
peserta didik.

Mencermati kembali terhadap praksis pendidikan selama ini ada dua hal yang
sangat penting di kemukakan di dalam pembangunan pendidikan nasional, yaitu:

32
a. Lembaga pendidikan sebagai pusat pemeberdayaan nilai, dan
b. Prinsip-prinsip pengelolahan pendidikan yaitu disentralisasi serta pengakuan
kembali terhadap otonomi keilmuan serta manajemen yang efisien dan efektif.

E. Hakekat Peserta Didik

Pada penjelasan di atas dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha membantu


menyadarkan anak tentang potensi yang ada padanya, membantu mengembangkan potensi
seoptimal mungkin memberikan pengetahuan dan keterampilan, memberikan latihan-
latihan, memotivasi untuk terlibat dalam pengelaman-pengalam yang berguna,
mengusahakan lingkungan yang serasi dan kondusit untuk belajar, mengarahkan bila ada
penyimpangan, mengolah materi pelajaran sehingga peserta didik bernafsu untuk
mengusahainya, mengusahakan alat-alat, meningkatkan intensitas, proses pembelajaran.

Karena itu dalam praktek pelaksanaan pendidikan sebaiknya disadari setiap


pelaksanaan pendidikan hal-hal sebagai berikut:

1. Subyek didik atau peserta didik memiliki potensi dan kebutuhan, baik fisik maupun
psikologis, yang berbeda-beda sehingga masing-masing subyek didik merupakan
insane yang unik.
2. Subyek didik memerlukan: pembinaan individual serta perlakukan yang
manusiawi.
3. Subyek didik pada dasarnya merupakan insane yang aktif menghadapi lingkungan
hidupnya.
4. Subyek didik bertanggung jawab atas pendidikannya sendiri sesuai dengan
wawasan belajar sepanjang hayat.

F. Hakekat guru atau pendidik

Di atas telah dijelaskan bahwa pendidikan berlangsung di tiga lembaga yang


disebut dengan tripusat pendidikan, yakni kelurga sebagai lembaga pendidikan yang
pertama dan utama, dan sekolah sebagai lembaga pendidikan yang kedua, serta masyarakat
sebagai lembaga pendidikan yang ketiga. Pelaksanaan pendidikan atau pembimbing di tiga
lembaga pendidikan tersebut sebagai tenaga pendidik. BAB III Pasal 7 UU RI No.14
Tahun 2005 dijelaskan bahwa profesi dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang
dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut:

33
1. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealism
2. Memiliki komitmen untuk meningkatka mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan,
dan akhlak mulia.
3. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang
tugas
4. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas
5. Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesional
6. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja
7. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan
dengan belajar sepanjang hayat
8. Memiliki jaminan perlindungan hokum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan
9. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang
berkaitan dengan tugas professional guru

Sesuai dengan kedudukan dan fungsi guru, maka guru wajib memiliki kualifikasi di
samping sehat jasmani dan rohani akademik, kompetensi, dan sertifikat pendidikan. Dari
segi peserta didik pendidik menjadi tumpuh harapan, menjadi sumber informasi dan
energy bagi bergeraknya proses pendidikan. Dalam berkaitan itu pada diri peserta didik
tumbuh berbagai harapan yang hendaknya dipenuhi pendidik. Sehubungan dengan itu
Good & Brophy (1986) (diambil dari H. Prayitno. 2002: 107-109), menghimpun berbagai
temuan tentang harapan siswa terhadap guru, yakni:

a. Profil guru yang diharapkan siswa


1. Periang
2. Suka berteman
3. Beremosi matang
4. Jujur dan ikhlas
5. Dapat dipercaya
6. Sehat mental
7. Dapat menyesuaikan diri
8. Merupakan pribadi yang kuat; memiliki otoritas (tetapi tidak otoriter)
b. Sikap guru yang diharapkan siswa
1. Aktif mendengarkan apa yang di kemukannya siswa tanpa bersikap
mempertahankan diri

34
2. Apabila menghadapi masalah siswa menghindari solusi yang mengarah kepada
pemecahan menang atau kalah
3. Berorientasi pemecahan masalah (problem solving), menghindari sikap
menarik diri, menyalahkan orang lain, histeris dan reaksi emosional lainnya.
c. Figure guru otoritatif (bukan otoriter) menurut harapan siswa:
1. Menjaga dan menegakkan aturan; jika ada hukuman yang cukup keras dan
tegas
2. Aktif melakukan tugas-tugasnya
3. Dapat dengan menjelaskan dengan baik;uraiannya dapat dimengerti, dan jika
diperlukan (ditanya) dapat menerangkan dengan baik
4. Menarik dan tidak membosankan
5. Adil;taat asas;tidak pilih kasih
6. Enak diajak berteman : sopan, bicara lembut (tidak keras atau membentak),
dapat tertawa (jika memang layak untuk tertawa)
d. Cirri guru yang sukses, sebagai harapan siswa
1. Memiliki persepsi yang realistic terhadap diri sendiri dan siswa
2. Menikmati hubungannya dengan siswa
3. Benar-benar menghayati peranannya dan senang dengan peranannya itu
4. Memiliki jika sikap yang jika ditentang atau uji tidak marah kalau ada siswa
yang mencoba
5. Menampilkan kesabaran dan sekligus ketegasan

Berikut ini dijelaskan profil guru yang sukses dan guru yang tidak sukses sesuai
dengan yang dikemukakan Good & Brophy. 1986(H. Prayitno.2002;112) jelasnya
dikemukakan;

Matrik 1 : Profil guru yang sukses dan tidak sukses

Guru Sukses Guru Tidak Sukses


1. Memandang bahwa pekerjaan 1. Memandang bahwa mengajar sebagai
mendidik/ mengajar sesuatu yang pekerjaan yang membosankan, tidak
menarik dan menantang; tanggung merasanya adanya tanggung jawab
jawab pribadi untuk membelajarkan pribadi untuk membelajarkan siswa
siswa
2. Menganggap adanya masalah (dalam 2. meyerah terhadap adanya masalah,

35
proses hubungan dengan siswa atau masalah dianggap sebagai beban
dalam pembelajaran) sebagai sesuatu
yang harus ditangani dan dipecahkan
3. Bersedia bekerja atau melayani siswa 3. menolak atau merasa kurang
yang lambat nyaman bekerja atau melayani siswa
yang memerlukan bantuan
4. Bersikap relistik terhadap siswa 4. hubungan dengan siswa diwarnai oleh hal-
hal
yang bersifat subyektif dan emosional
5. Suka melakukan hubungan antar 5. kurang suka berhubungan antar-pribadi
pribadi dengan siswa dengan siswa, membuat jarak yang tegas
antara dirinya dengan siswa
6. Mengangap siswa sebagai pribadi 6. menganggap siswa sebagai beban, atau
yang sedang belajar bahkan sebagai musuh
7. Hangat dan tanpak istimewa di mata 7. Dingin dan dianggap tidak ada apa-
siswa apanya oleh siswa, hubungan dengan
siswa kadang-kadang dirasakan pahit dan
getir
8. Melihat diri sendiri sebagai orang 8. menganggap diri sendiri sebagai
yang berperanan memecahkan pengganti orang tua dan bertugas
masalah yang timbul menegakkan disiplin

Selanjutnya Good & Brophy. 1986 (dalam H. Prayitno. 2002) mengemukakan


peranan pendidikan, yaitu sebagai motivator, dinaminator, fasilitor, inisiator, creator,
illustrator, konduktor, administrator, dan coordinator serta manajer, evaluator, promoter,
desainer, dan eksekutor.

Dapat di simpulkan bahwa hakekat guru atau pendidikan adalah:

1. Guru merupakan agen pembaharuan


2. Guru berperan sebagai pemimpin dan pendukung nilai-nilai masyarakat
3. Guru memahami karakteristik unik dan berupaya memenuhi kebutuhan pendidikan
yang bersifat khusus dari masing-masing peserta didik yang memiliki minat dan
potensi yang perlu di wujudkan secara optimal

36
4. Sebagai fasilitator pembelajaran, guru mencipkan kondisi yang menggugah dan
menyediakan kemudahan bagi subyek didik untuk belajar
5. Guru bertanggung jawab atas tercapainya hasil belajar subyek didik
6. Pendidik tenaga pendidikan dituntut menjadi contoh dalam pengelolahan proses
belajar-mengajar bagi calon guru yang menjadi subyek didiknya
7. Guru bertanggung jawab secara professional untuk terus menerus meningkatkan
kemampuannya
8. Guru menjujung tinggi kode etik yang professional

G. Hakekat pembelajaran

Belajar adalah suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan
manusia. Sadar atau tidaknya belajar sebenarnya telah dilakukan manusia sejak lahir untuk
memenuhi kebutuhan yang mengembangkan potensi yang dimilikinya. Learning is a
relatively permanent change in behavior due to experience (Ormrod, 2003: 188).

Beberapa pengertian belajar telah dikemukakn terdapat beberapa hal pokok di


dalamnya yaitu: (1) bahwa belajar itu membawah perubahan (behavioral change, actual
maupun potensi), (2) perubahan itu menimbulkan kecakapan baru, (3) perubahan itu terjadi
karena usaha sadar atau sengaja. Selanjutnya dijelaskan bahwa belajar adalah:

1. Learning is a natural process


2. Learning is a social process
3. Learning is an active and not a passive process
4. Learning may either be linear or non linear
5. Learning is integrative and contextualized
6. Learning is based on a strength model of student abilities, interest, and culture
7. Learning is assessed throung task completion, product, and real problem
solving of both individual and group efforts (Patru, Ed.2002: 19-21)

Proses pembelajaran di rancang oleh guru untuk mengembangkan kreativitas, guna


dapat meningkatkan kemampuan berpikir, bersikap, bersosial, dan emosional peserta didik
serta dapat meningkatkan kemampuan mengkontruksi pengetahuan baru sebagai upaya
untuk meningkatkan kemampuan yang baik terhadap materi pelajaran.

37
Hasil belajar merupakan bukti bahwa seseorang telah belajar yaitu dengan
terjadinya perubahan tingkah laku pada diri orang tersebut, perubaha tingkah laku yang
dialamin menyangkut berbagai aspek seperti perubahan dalam kecakapan pengertian,
pemecahan suatu masalah atau cara berpikir, keterampilan, kecakapan, kebiasan ataupun
sikap. Lebih lanjutnya Pribadi (2009: 8) mengemukkan pendapat Mayer dalam Smith dan
Ragan bahwa belajar mencakup beberapa konsep penting yang meliputi: 1) durasi
perubahan perilaku bersifat relative permanen, 2) perubahan terjadi pada struktur dan isi
pengetahuan orag yang belajar, 3) penyebab terjadinya perubahan pengetahuan da perilaku
adalah pengalaman yang dialami mahasiswa, bukan pertubuhan atau peerkembangan.

Dapat dikatakan bahwa belajar dapat membawah perubahan (behavioral changes),


aktual maupun potensial, menimbulkan kecakapan baru, dan perubahan terjadi karena
usaha sadar atau dengan sengaja. Perubahan tingkah laku tersebut dapat terjadi pada salah
satu aspek tertentu atau beberapa aspek tingkah laku.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan
tingkah laku yang relative menetap ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Perubahan
tingkah laku tersebut diperoleh setelah mahasiswa meyelesaikan program pembelajaran
melalui interaksi dengan berbagai sumber dan lingkungan belajar.

Proses pembelajarn menyentuh tiga ranah, yaitu: sikap, pengetahuan, dan


keterampilan. Pengetahuan berkaitan dengan tahu apa dengan tahu mengapa, sedangkan
keterampilan adalah tahu bagaiman. Perpaduan hasil belajar ketiga ranah tersebut
membentuk kemampuan yag diwujudkan produktif, inovatif, kreatif, dan efektif. Bahan
kurikulum 2013.

38
sikap
(Tahu
Mengapa)

produktif
inovatif
kreatif
afektif

keterampilan
pengetahuan
(Tahu
(tahu apa)
Bagaimana)

Adopsi dari bahan pelatihan kurikulum 2013

Hasil belajar melahirkan peserta didik yang produktif, inovatif, kreatif, dan afektif
melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi. Pembelajaran
dilaksanakan dengan pendekatan scientific yakni Observing (mengamati), Questioning
(menanya), Associating (menalar), Experimen-ting (mencoba), Ntworking (membentuk
jejaring).

Tabel 2: Ciri-Ciri Umum Pendidikan, Belajar, dan Kematangan

Unsur-Unsur Pendidikan Belajar Kematangan


Guru sebagai Siswa yang Siswa yang
pelaku mendidik bertindak belajar memahami
Pelaku
dan siswa yang atau pembelajaran perubahan
terdidik
Membantu siswa Memperoleh hasil Memperoleh
untuk menjadi belajar dan perubahan mental
Tujuan
pribadi mandiri pengalaman hidup
yang utuh
Proses interaksi Internal pada diri Internal pada diri
Proses sebagai faktor pembelajar pembelajar
eksternal belajar

39
Lembaga Sembarang Sembarang tempat
Tempat pendidikan sekolah tempat
dan luar sekolah
Sepanjang hayat Sepanjang hayat Sepanjang hayat
Lama waktu dan sesuai dengan
jenjang lembaga
Guru memiliki Motivasi belajar Kemauan mengubah
Syarat terjadi kewibawaan kuat diri
pendidikan
Terbentuk pribadi Dapat Terjadinya
Ukuran
terpelajar memecahkan perubahan positif
keberhasilan
masalah
Bagi masyarakat Bagi pembelajar Bagi pembelajar
Faedah mencerdaskan mempertinggi memperbaiki
kehidupan bangsa martabat pribadi kemampuan mental
Pribadi sebagai Hasil belajar Kemajuan ranah
pembangun yang sebagai dampak kognitif, afektif, dan
Hasil
produktif dan pembelajaran dan psikomotorik
kreatif pengiring

Adopsi dari Dimyati & Mudjiono (2012)

Di dalam interaksi terjadi keterlibatan yang bukan hanya berkaitan dengan kognitif, atau
intelektual melainkan juga melibatkan domain/kawasanefektif dan emosional. Dalam
proses pendidikan aktivitas pembelajaran berperan penting, terutama dalam pendidikan
formal atau sekolah. Peran aktif pelaku pendidikan terutama peserta didik akan
memberikan kadar intensitas penguasaan kemampuan dan keterampilan sebagai hasil
pembelajaran. Pembelajaran harus dilandasi rasa kasih sayang , dedikasi, tanggung jawab,
wibawa, komitmen, kejujuran dan ketulusan dari pendidikan.

Dapat disimpulkan bahwa belajar pada hakekatnya adalah:

1. Peristiwa belajar-mengajar (pembelajaran) terjadi apabila subyek didik secara aktif


berinteraksi dengan lingkungan belajar yang diatur oleh guru.

40
2. Proses belajar-mengajar (pembelajaran) yang efektif memerlukan strategi dan
media/tegnologi pendidikan yang tepat.
3. Program belajar-mengajar dirancang dan dilaksanakan sebagai suau sistem.
4. Proses dan produk belajar perlu memproleh perhatian seimbang di dalam
pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar.
5. Pembentukan kemampuan profesional keguruan memerlukan pengitegrasian
fungsional antara teori dan praktek serta materi dan metodologi penyampaiannya.
6. Pembentukan kemampuan profesional keguruan memerlukan pengalaman lapangan
yang bertahap secara sistematis, mulai dari pengenalan medan, latihan
keterampilan terbatas, sampai dengan pelaksanaan dan penghayatan tugas-tugas
kependidikan secara utuh dan actual.
7. Kriteria keberhasilan yang utama dalam pendidikan profesional adalah peragaan
penguasaan kemampuan melalui unjuk kerja.
8. Materi pembelajaran dan sistem penyampaian selalu berkembang

H. Landasan-Landasan Pendidikan

Pendidikan sebagai proses kegiatan pemberdayaan peserta didik menjadi SDM yang
bermakna untuk dirinya sendiri,lingkungan, masyarakat, bangsa dan negara bahkan untuk
kehidupan manusia, harus dilandasi oleh nilai-nilai yangs sesuai dengan hakikat manusia
sebagai makhluk yang berbudi diciptakan Tuhan Yang Maha Kuasa, dan makhluk sosial
budaya.

1. Landasan Agama

Agama sebagai landasan pendidikan, bukan hanya berlaku pada pendidikan formal di
lembaga pendidikan mulai dari Taman Kanak-Kanak sampai Perguruan Tinggi, (PT),
melainkan juga harus melandasi pendidikan dalam keluarga sebagai lembaga pendidikan
informal, dan dalam masyarakat atau pendidikan nonformal.

2. Landasan Filsafat

Landasan filsafat merupakan salah satu dasar yang harus dipegang dalam pelaksanaan
proses kegiatan pendidikan. Landasan ini berkanaan dengan sistem nilai, yaitu merupakan
pandangan seseorag tentang sesuatu terutama berkenaan dengan arti kehidupan, sehingga
filsafat disebut juga sebagai pandangan hidup.

41
Filasafat dan pendidikan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan, karna kegiatan
pendidikan merupakan kegiatan yang bersifat normative (sarah, penuh dengan masalah
nilai) dan kegiatan yang bertujuan. Seseorang pendidik harus memahami betul ke arah
mana tujuan pendidikannya, kemana murid-murudnya akan diarahkan, corak masyarakat
yang bagaiaman yang ingin dicapai ( Indrakusuma 1973:44)

3. Landasan Sosiologi

Pendidikan berlangsung dalam pergaulan atau interaksi antara pendidik dengan peserta
didik, antara guru dengan murid dan staf sekolah lainnya. Pergaulan itu terjadi dalam
situasi formal yaitu dalam proses pembelajaran di kelas maupun dalam situasi yang kurang
formal seperti pergaulan sewaktu istirahat, sewaktu acara berpisah, acara peringatan hari
besar nasional, ataupun hari besar keagamaan. Karena itu sekolah dapat dikatakan
merupakan bagian atau subsistem sosial titik sebagai suatu sistem sosial sekolah
mempunyai struktur, sistem, proses, dan pelaku-pelaku kegiatan serta pola-pola Interaksi
yang semuanya itu akan menentukan jalannya aktivitas yang dilakukan di sekolah. Sebagai
suatu sistem sosial sekolah mempunyai pola pola interaksi seperti:

1. Interaksi guru dengan murid, murid dengan murid, guru dengan guru, dengan staf
administrasi dan pimpinan sekolah
2. Adanya dinamika kelompok yang terjadi didalam maupun diluar kelas
3. Adanya struktur dan fungsi fungsi sistem pendidikan di sekolah tersebut (Sudardja.
1988:27).

Dengan keadaan sekolah sebagai suatu masyarakat kecil, suatu sistem sosial, maka
penyelenggara sekolah harus menyadari hal-hal sebagai berikut:

1. Sekolah adalah suatu community yang sangat teratur, strukturnya, fungsi, dan
peran masing-masing anggota community, maupun hubungan antar personal yang
ada, interaksi edukasi dan adanya disiplin bagi semua pihak yang terlibat di
sekolah.
2. Sekolah sebagai community memiliki ciri yang khusus yakni, anggotanya terdiri
dari berbagai etnis dengan latar belakang budaya yang beragam, terdiri dari
berbagai agama dan kepercayaan berbagai latar belakang sosial dan sosial ekonomi
yang berbeda dan berbagai jenis kondisi keluarga.

42
3. Sekolah merupakan wadah dan sarana untuk pembauran dari berbagai latar
belakang etnis dan budaya sehingga sekolah dapat merupakan alat pemersatu untuk
terciptanya budaya nasional.
4. Sebagai suatu community, sekolah berusaha mempertahankan kompakan anggota
Community dengan menanamkan rasa ikut memiliki dan rasa tanggung jawab
kepada semua anggota community terutama pada peserta didik.
5. Perlu adanya dinamisasi suatu community
6. Di samping memupuk kekompakan dan rasa bersatu dalam community sekolah,
tidak kalah pentingnya untuk memupuk hubungan yang baik dan kompak dengan
pihak pihak dealer community sekolah itu sendiri demi pengembangan community
itu sendiri.

Hal ini dapat dikatakan merupakan salah satu indikasi, disamping faktor lain yang
mempengaruhinya, kurangnya rasa memiliki dan kebanggaan pada diri peserta didik
sebagai anggota community sekolah yang bersangkutan. Seharusnya justru peserta didik
yang akan menjaga dan memelihara sekolahnya termasuk fasilitas, sarana prasarana yang
ada di dalam sekolah.

4. Landasan Hukum

Pendidikan merupakan keharusan bagi manusia. Pendidikan merupakan suatu


kebutuhan hidup yang menjadi hak asasi manusia yang harus dilindungi.Setiap warga
negara mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan, oleh sebab itu dalam
penyelenggaraan pendidikan diperlukan ketentuan hukum dan peraturan oleh negara atau
pemerintah. Dengan memahami landasan hukum mereka lebih siap menerima
penyesuaian-penyesuaian yang dilakukan dan kemungkinan dapat diadakan inovasi dalam
pendidikan.

Pancasila seperti yang tercantum dalam pembukaan undang-undang 1945 merupakan


kepribadian, tujuan, dan pandangan hidup bangsa Indonesia. Oleh karena itu aturan yang
harus menjadi dasar landasan hukum sistem pendidikan nasional adalah Pancasila.Hukum
utama dalam proses pelaksanaan pendidikan nasional bagi masyarakat bangsa dan negara
Indonesia adalah Pancasila dan undang-undang Dasar 1945 dan didukung oleh undang-
undang dan keputusan-keputusan yang dibuat oleh pemerintah.

43
5. Landasan Moral

Dalam diri manusia sebagai peserta didik dan hasil dari proses pendidikan yang pada
akhirnya menjadi sumber daya manusia, merupakan muara dari mekanisme aliran nilai-
nilai agama, filsafat, sosial, dan hukum, oleh karena itu landasan ini merupakan sistem
yang terpadu yang pada hakekatnya merupakan satu kesatuan. Manusia yang menghendaki
hidup damai, aman, tentram, nyaman, dan penuh kepuasan serta sejahtera, modal dasarnya
terletak pada kadar serta bobot moral yang melekat pada dirinya. Menjadi individu yang
dewasa dan berakhlak mulia bukan merupakan suatu proses yang mudah dan sederhana.
Hal tersebut menurut upaya dan perjuangan yang sungguh-sungguh dari lingkungan
pendidikan (keluarga, sekolah, masyarakat, dan pranata-pranata lainnya).

Untuk mengembangkan keterpaduan landasan-landasan pokok pendidikan tersebut


diatas, berikut ini dapat diperhatikan gambar yang mendeskripsikan proses pendidikan
menuju manusia indonesia yang berkualitas kemanusiaan.

agama moral

proses manusia yang


peserta didik manusiawi
calon SDM kegiatan berakhlak
pendidikan mulia

filsafat
sosiologi
hukum

44
I. Asas-Asas Pendidikan

Pendidikan merupakan upaya yang dilakukan orang dewasa untuk membimbing


dan mendidik peserta didik dalam pertumbuhan dan perkembangannya untuk
mengembangkan segalah bakat atau potensi yang dimiliki.

1. Asa pendidikan sepanjang hayat (life long education)

Oleh karena itu, pendidikan dalam arti luas dapat memiliki peran yang sangat
penting untuk membina setiap individu untuk memiliki akhlak mulia dan dapat menerima
kenyataan sebagaiaman adanya, perbedaan dapat diterima sebagai suatu modal untuk
pekembangan kemajuan masyarakat-bangsa dan negara, dan kenyataan dalam hidup
menjelaskan bahwa perbedaan melahirkan ide-ide dalam pertumbuhan da perkembangan
sepanjang perbedaan bukan dijadikan pertentangan apa lagi perseteruan yang dapat
menimbulkan kehancuran dan kebinasaan.

Pendidikan sepanjang hayat bukan hanya saja berlaku untuk peserta didik dan
orang awam, melainkan juga berlaku bagi guru sebagai pendidik, orang tua, tokoh atau
pemuka masyarakat termasuk juga para pimpinan. Selama hayat dikandung badan,
manusia akan tetap berhadapan dan mengalami fenomena yang dihadapi di atas, oleh
karena itu, manusia akan terus mengalami pendidikan. Hal tersebut harus menjadikan
kesadaran dan kesabaran diri masing-masing individu. Pendidikan sepanjang hayat,
hakikatnya meliputi belajar sepanjang hayat.

2. Asas kasih sayang

Dalam proses pelaksanaan kegiatan pendidikan terjadi interaksi antara peserta didik
dan pendidik,peserta didik dengan peserta didik, peserta didik dengan staf lainnya di
sekolah. Interaksi tersebut harus dibangun di atas dasar kasih sayang yang terarah pada
pembentukan keperibadian dengan menanamkan nilai-nilai yang bermakna dalam
kehidupan untuk hidup nyaman, aman, damai, dan sejahtera.

Kehidupan yang dilandasi kasih sayang bukan mencari kesalahan melaikan


memanfaatkan kesalahan dan mencari solusi untuk mnegatasi kesalahan dan kelemahan.
Interaksi yang terjadi dalam proses pendidikan harus didasarkan pada:

a. Kelehaman kelembutan
b. Kemurahan hati

45
c. Kesadaran
d. Kesederhanaan
e. Ketulusan
f. Kejujuran

Interaksi yang didasarkan pada asas tersebut yang berlangsung dalam proses
pendidikan, itu lah disebut dengan interaksi edukatif. Suasana dan hubungan interaksi
edukatif antara pndidik dan peserta didik terjalin dalam kasih sayang (Nursid
Sumaatmadja. 2002:60).

3. Asas Demokrasi

Para ahli telah mengemukakan pengertian tentang demokrasi yang pada mulanya
konsep ini digunakan dalam pemerintahan atau politik. Dewasa ini demokrasi tidak
dibatasi kepada pengertian politik, tetapi menyangkut hal-hal dalam bidang sosial,
ekonomi, hokum dan HAM. Demokrasi telah merupakan suatu sikap atau cara hidup baik
di dalam lingkungan terbatas maupun di dalam lingkungan bernegara (Tilaar. 2002: 28).
Berdasarkan makna demokrasi di atas, asas demokrasi yang dikembangkan dan di terapkan
pada proses dan kegiatan pendidikan, mengacuh pada kesetaraan antara sebagai subyek
sebagai umat manusia dalam suasana interaksi edukatif, sesuai dengan posisi serta tugas
masing-masing.

Penerapan demokrasi sebagai salah satu asas dalam paraktek pelaksanaan


pendidikan menjadi sarana serta wadah pembinaan peserta didik menjadi manusia yang
demokrasi sesuai dengan hak dan kewajiban sebagai warga negara serta ke dudukannya
sebagai umat manusia yang beradab. Hal inilah yang menjadi makna asas demokrasi dalam
proses kegiatan pendidikan. Oleh karena itu, para pendidikan yang diawali dari orang tua
dan pendidik lainnya di sekolah serta di masyarakat hendaknya benar-benar memahami
dam mengahayati makna demokrasi dalam pendidikan.

4. Asas Kebutuhan dan Transparansi

Keterbukaan sebagai fenomena yang berkenaan dengan perilaku manusia yang


terkait dengan hati nurani, kebiajkan , dan suatu keputusan (Samuaatmadja 2002:63).
Sedangkan transparatasi atau transparan dapat diartikan dengan bening. Walaupun ada
yang menghalangi atau yang membatasi namun tetap terlihat dengan jelas (Sumaatmadja,
2002:63). Keterbukaan dan ketransparatasi sering disatukan dalam penggunaannya karena

46
makna yang dikandung adalah kejujuran. Terbuka dan transparan berarti tidak ada yang
tersebunyi apalagi dibohongi. Dengan demikian, keputusan atau tindakan maupun
perbuatan yang dilakukan, dilakukan dengan tulus, jujur, senang hati, dan tanggung jawab.

Pengembangan dan penerapan asas keterbukaan dan transparansi dalam proses


pelaksanaan kegiatan pendidikan, berarti bahwa program,kebijakan, dukungan, dan
perangkat-perangkat lainnya, harus didasari oleh kejujuran, tidak ada yang ditutupi , serta
tidak ada kebohongan. Dengan demikian segalah kegiatan, penerimaan, pengangkatan,
kebijakan, program, keputusan yang menyangkut pendidikan, harus berasaskan
keterbukaan serta tarnsparansi, tidak dicermati oleh kebohongan.

5. Asas Tanggungjawab

Tanggungjawab adalah kewajiban terhadap segalah sesuatunya, fungsi meneria


penbebenan sebagai akibat sikap tindak sendiri atau pihak lain (Fajri & Senja Kamus
Lengkap Bahasa Indonesia. Hal. 974). Tanggungjawab berkaitan dengan kewajiban
seseorang terhadap tugas atau perbuatan yang dilaukukan. Perbuatan yang dilakukan harus
dapat dipertanggungjawabkan dari segi tujuan dan konsentrasi lain yang ditimbulkan.

Aktualisasi dari pengembangan dan penerapan asas tanggungjawab dalam proses


pelaksanaan kegiatan pendidikan akan tercermin dalam pemilihan dan penrapan materi,
metode, strategi, pelaksaan, hubungan pendidik dengan peserta didik, sampai pada
evaluasi, harus bersumber dan bermuara kepada pencapaian tujuan pendidikan atau
pembelajaran. Pedidikan tanpa asas tanggungjawab, bukan pendidik dalam pengertian
yang hakiki untuk menghasilkan sumber daya manusia yang memiliki sikap dan sifat
bertanggungjawab pada penampilan, perilaku, tindakan , serta perbuatan.

6. Asas Kualitas

Asas kualitas berkaitan dengan mutu hasil pendidikan yang akan dicapai. Kualitas
hasil akan tergantung atau dipengaruhi oleh kualitas proses pelaksanaan yang mencakup,
materi,strategi, metode, pelaksanaan, hubungan antara peserta didik dan pendidik,
pengelolahan, sampai pada evaluasi hasilnya sebagai mana dijelaskan di atas. Dengan
demikian asas kualitas dalam proses dan kegiatan pendidikan, dapat diartikan sebagai
muara dari asas-asas pendidikan sepanjang hayat, kasih sayang, demokrasi, keterbukaan
atau transparansi, serta tanggung jawab.

47
Proses kegiatan pendidikan yang bertujuan untuk mnciptakan sumber daya manusia
yang berkualitas, haruslah berlandaskan asas kualitas dalam segalah perangkat, kerja,
kinerjanya. Untuk memperjelas keterkaitannya pengembangan dan penerapan asas-asas
pendidikan yang telah dijelaskan di atas, berikut ini akan di sajikan gambar dengan
harapan akan dapat lebih memperjelas asas tersebut dengan kaitannya satu dengan lainnya.

demokrasi keterbukaan dan


transparasi

peserta Proses
Kualitas SDM yang
didik pendidikan
manusiawi
sepanjang hayat
yang penuh
kasih sayang

Tanggung jawab

Gambar 2: penerapan berbagai asas dalam proses pendidikan untuk membina sumber daya
manusia yang manusiawi

7. Panca Darma Taman Siswa

Ki Hajar Dewantara, Tokoh Pendidikan Nasional Indonesia, menerapkan Panca


Darma pada perguruan yang di dirikan beliau yang disebut dengan Taman Siswa di
Yogyakarta. Dalam pelaksanaan pendidikannya Taman Siswa diterapkan lima asas yang
disebut dengan Panca Darma, yang meliputi:

a. Asas Kodrat Alam


b. Asas Kemerdekaan
c. Asas Kebudayaan
d. Asas Kebangsaan
e. Asas Kemanusiaan

48
8. Dasar-dasar pendidikan Mohammad Sjafei

Menurut tokoh pendidikan yang melahirkan Ruang Pendidikan INS Dasar-Dasar


Pendidikan Indonesia adalah (Sjafei, 1979:33-35).

a. Ke-Tuhanan Yang Maha Esa


b. Ke-Manusiaan
c. Ke-Sosialan
d. Ke-Rakyatan
e. Ke-Bangsaan
f. Gabungan antara Pendidikan Ilmu Umum dan Kejuruan
g. Percaya pada diri sendiri di sebelah pada Tuhan
h. Berahlak setinggi mungkin
i. Bertanggung jawab dan akan keselamatan Nusa Bangsa
j. Berjiwa aktif positif dan aktif negative
k. Mempunyai daya cipta
l. Cerdas, logis, dan rasional
m. Berperasaan tajam, halus dan estetis
n. Gigih atau ulet yang sehat
o. Correct atau cepat
p. Emosional atau terharu
q. Jasmani sehat dan kuat
r. Bahasa Indonesia, Inggris, Arab
s. Sanggup hidup sederhana dan bersusah payah
t. Sanggup mengerjakan sesuatu pekerjaan dengan alat serba kurang
u. Sebanyak mungki waktu mengajar pada guru menjadi obyek dan murid-murid
menjadi subyek
v. Sebanyak mungkin para guru menyontohkan pelajaran-pelajarannya tidak
hanya pandai menulis saja
w. Di usahkan supaya pelajar mempunyai darah kesatriya. Berani karena benar
x. Mempunyai jiwa konsentrasi
y. Memlihara sesuatu usaha

49
Kelemahan :

- Dalam bab ini terlalu banyak menggunakan kata-kata bahasa asing yang sulit
dimengerti oleh pembacanya.
- Pada bab ini terlalu banyak penjelasan yang kata-katanya diulang-ulang dalam
penulisan dalam buku tersebut.
- Penulisannya belum sempurrna dalam menggunakan kata-kata yang sesuai EYD
dalam penulisan dalam bab ini
- Pada bab ini pada setiap masuk ke paragraph berikutnya tidak beraturan dalam
penulisannya hanya langsung saja.
- Ada beberapa penyampaian materi yang di buat penulis tidak secara langsung
menyinggung pembahasan

Kelebihan :

- Banyak mengambil kutipan dari buku dalam penulisan dan penjelasan setiap sub
bab di bab ini
- Penjelasan yang dipaparkan dalam buku ini mudah dimengerti karena pada
penjelasannya dijelaskan secara menyeluruh
- Pada bab ini ada beberapa bagiannya yang dijelaskan dengan sangat baik untuk
mudah dimengerti oleh si pembaca karena ada banyak menggunakan penjelasan
dalam bentuk table dan gambar lainnya.
- Dalam buku ini penulis menyertakan banyak pendapat ahli seputar materi yang
disampaikan lalu setelah itu penulis menyimpulkan apa maksud dari itu semua.
- Dalam buku ini juga di sertai contoh langsung tentang pendidikan karakter
- Bahasa yang digunakan penulis mudah untuk dimengerti, selain itu dalam
menyampaikan isi materinya penulis mwnyampaikan uraian materi sesuai dengan
kenyataan d masyarakat.

50
DAFTAR PUSTAKA

Purba, Edward dan Yusnadi. 2016. Filsafat Pendidikan Cet 1. Medan: UNIMED Press

51

Anda mungkin juga menyukai