FILSAFAT PENDIDIKAN
(Buku yang ditulis oleh Dr. Edward Purba, MA, dan Prof. Dr. Yusnadi, MS)
OLEH:
KELAS C
2017
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan Critical
Book Reviewatas buku Filsafat Pendidikan yang ditulis oleh Dr. Edward Purba, MA, dan
Prof. Dr. Yusnadi, MS.Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi
maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga Critical BookReviewini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
IDENTITAS BUKU
Tahun 2016
1. Pity Adinda HZ
Reviewer 2. Umi Mahmuda
3. Nahda Harianti
1
BAB 1
A. Kompetensi
1. Standar Kompetensi
Mahasiswa memahami konsep filsafat dan filsafat pendidikan
2. Kompetensi
a. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian filsafat dan filsafat pendidikan
b. Mahasiswa dapat menjelaskan tujuan, ciri-ciri berpikir kefilsafatan, dan
peranan mempelajari filsafat
c. Mahasiswa dapat mensaripatikan makna filsafat pendidikan dalam praktek
pelaksanaan pendidikan.
3. a. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian filsafat secara etimologis
b. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian filsafat secara terminologis
c. Mahasiswa dapat menjelaskan tujuan mempelajari filsafat
d. Mahasiswa dapat menjelaskan ciri-ciri berpikir kefilsafatan
e. Mahasiswa dapat menjelaskan peranan mempelajari filsafat
f. Mahasiswa dapat menjelaskan makna filsafat pendidikan dalam praktek
pelaksanaan pendidikan.
B. Pengertian Filsafat
1. Pengertian secara Etimologi
Kata filsafat yang dalam bahasa inggris Philosophy, dan kemudian dalam
bahasa Arab Falsafash yang kedua nya berasal dari bahasa yunani yakni,
Philosophia. Philosophia terdiri dari dua suku kata yakni Philein dan Shopia,
Philein berarti cinta (Love) dan Sophia berarti Kebijaksanaan (wisdom).
Sehingga secara etimologi filsafat berarti cinta kebijaksanaan (Love of
wisdom).
2. Pengertian terminology
Velasquez (2005:4) menjelaskan bahwa filsafat di awali dengan adanya keragu-
raguan. Keragu-raguan ini muncul sejak manusia ada (begin early in our lives)
bahkan sesudah anak mulai belajar berbicara menggunakan kata selalu
mempertanyakan pertanyaan-pertanyaan seperti itu.
2
Berikut ini pengertian filsafat yang dikemukakan oleh para ahli:
Hasbullah Bakry: Ilmu Filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan
mendalam mengenai Ke-Tuhanan, alam semesta dan manusia sehingga dapat
menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana sikap manusia itu sebenarnya setelah
mencapai pengetahuan itu.
Driyakarya : filsafat sebagai perenungan yang sedalam-dalamnya tentang sebab-sebabnya
ada dan berbuat, perenungan tentang kenyataan yang sedalam-dalamnya sampai mengapa
yang penghabisan.
Notonegoro: Filsafat menelaah hal-hal yang dijadikan objeknya dari sudut intinya yang
mutlak, yang tetap tidak berubah , yang disebut hakekat.
Harold H. Titus (1979 ): (1) Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepecayaan terhadap
kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis. Filsafat adalah suatu proses
kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang dijunjung tinggi; (2) Filsafat
adalah suatu usaha untuk memperoleh suatu pandangan keseluruhan; (3) Filsafat adalah
analisis logis dari bahasa dan penjelasan tentang arti kata dan pengertian ( konsep );
Filsafat adalah kumpulan masalah yang mendapat perhatian manusia dan yang dicirikan
jawabannya oleh para ahli filsafat.
Dari pengertian dia atas dapat disimpulkan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang
menyelidiki segala sesuatu yang ada secara mendalam sampai hakikatnya menggunakan
akal dan pikiran.
3
b. Ciri-Ciri Berfikir Filsafat
Ciri-Ciri Berfikir Filsafat yaitu filsafat merupakan pemikiran tentang hal-hal
serta proses dalam hubungan yang umum. Diantara proses-proses yang
dibicarakan ialah pemikiran itu sendiri, diantara hal-hal yang dipikirakan
adalah si pemikir itu sendiri. Filsafat menjangkau semua persoalan dalam daya
kemampuan pikiran manusia. Filsafat mencoba mengerti, menganalisa, menilai
dan menyimpulkan semua persoalan-persoalan secara mendalam.
2. Alasan berfilsafat
Manusia sebagai makhluk berpikir selalu berusaha untuk mengetahui segala sesuatu,
tidak mau menerima begitu saja apa adanya sesuatu itu, selalu ingin tahu apa yang ada di
balik yang dilihat dan diamati.
1. Keheranan
Banyak filsuf berpendapat bahwa awal mulanya fislafat adalah timbulnya rasa heran dan
kagum pada manuisan, misalnya plato mari kita memberi pengamatan bintang-bintang,
matahari, dan langit. Pengamatan ini memberi dorongan untuk menyelidiki. Dari
penyelidikan ini berasal filsafat.
2. Kesangsian/keraguan
Ada beberapa filosof yang ragu atas sesuatu yang dia hadapi, seperti Augustinus (254-430
M) dan Rene Descrates (1595-1650 M) menunjukkan bahwa kesangsian adalah sebagi
sumber utama pemikiran. Dengan adanya keraguan ini, maka membuat seseorang
mempertanyakan kembali setiap yang ia hadapi.
3. Kesadaran Akan Keterbatasan
Manusia mulai berfilsafat jika ia menyadari dirinya sangat kecil dan lemah terutama bila
dibandingkan dengan alam sekelilingnya. Manusi merasa bahwa ia sangat terbatas dan
terikat terutama pada waktu mengalami penderitaan dan kegagalan.
3. Peranan Filsafat
Filsafat memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Filsafat telah
memerankan 3 peran utama dalam sejarah pemilkiran manusia. Ketiga peran tersebut
adalah sebagai pendobrak, pembebas dan pembimbing (Rapar, dalam Surajiyo, 2008, 17-
18).
4
C. Pengertian Filsafat Pendidikan
Pendidikan adalah suatu proses usaha sadar dan penuh tanggung jawab dari orang
dewasa dalam membimbing, memimpin dan mengarahkan peserta didik dengan berbagai
prblema dan pertanyaan yang mungkin timbul dalam pelaksanaannya.
Mudyahardjo (2004:5) membedakan pendidikan dalam dua macam, yaitu:
(1) Filsafat Praktek pendidikan adalah analisis kritis dan komprehensif tentang bagaimana
seharusnya pendidikan diselenggarakan dan dilaksanakan dalam kehidupan manusia
(2) ilmu pendidikan sebagai salah satu bentuk teori pendidikan.
Filsafat pendidikan berusaha mencari yang fundamental yang berkaitan dengan proses
pendidikan, mendalami konsep-konsep pendidikan dan memahami sebab-sebab yang
hakiki yang berkaitan dengan masalah pendidikan. Sehingga filsafat pendidikan berkaitan
dengan apa, mengapa, bagaimana dan untuk apa (tujuan) pendidikan itu.
b. Kekurangan
Terlepas dari kelebihannya, Buku ini juga memiliki kekurangan yaitu
terlalu banyak memaparkan pendapat para ahli dan sedikit menggunakan bahasa
penulis.
5
BAB II
FILSAFAT PENDIDIKAN
A. Kompetensi
1. Standar Kompetensi
Mahasiswa memahami konsep filsafat pendidikan
2. Kompetensi Dasar
a. Mahasiswa dapat menjelaskan peranan filsafat pendidikan dalam praktek
pelaksanaan pendidikan
b. Mahasiswa dapat mendeskripsikan substansi filsafat pendidikan
3. Indikator
a. Mahasiswa dapat menjelaskan filsafat pendidikan sebagai suatu sistem
b. Mahasiswa dapat menjelaskan substansi filsafat pendidikan
c. Mahasiswa dapat menjelaskan hubungan filsafat dengan filsafat pendidikan
Epistemologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki asal mula, susunan, metode-
metode, dan sahnya pengetahuan. Aksiologi berbicara tentang nilai dan kegunaan dari
segala sesuatu terkait dengan kaidah moral pengembangan penggunaan ilmu pengetahuan
yang diperoleh. Aksiologi ilmu pendidikan, membahas tentang hakikat nilai kegunaan
teoretis dan praktis ilmu pendidikan
6
C. Substansi Filsafat pendidikan
Kedudukan Filsafat Pendidikan dalam jajaran ilmu pendidikan adalah sebagai bagian
dari fundasi-fundasi pendidikan. Berarti bahwa filsafat pendidikan perlu menetengahkan
konsep-konsep dasar Pendidikan. Pendidikan di Indonesia teraktualisasi dengan
berdasarkan pada praksis dan praktik.Roh dan Jiwa Undang-Undang Dasar 1945 harus
mendasari landasan praksis dan praktik pendidikan.
Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 telah dijelaskan nyata arah dan tujuan
pendidikan yakni : untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Harapan ini didukung oleh
batang tubuh dan pasal-pasal Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan bahwa
pemerintah akan melaksanakan pendidikan bermutu bagi setiap warga negara dan setiap
warga negara berhak mendapatkan pendidikan minimal sampai pada tingkat pendidikan
dasar. Tujuaan pendidikan semakin diperjelas dan dipertegas substansi dan arahnyayakni
menjadikan manusia yang cerdas, berbudi luhur berakhlak mulia dan lainnya.
7
berkenalan dengan realita. Semuanya itu dapat disampaikan
kepada filsafat untuk dijadikan bahan-bahan pertimbangan dan tinjauan untuk
memperkembangkan diri. Hubungan filsafat dengan filsafat pendidikan dapat dirumuskan
sebagai berikut :
1. Filsafat mempuyai objek lebih luas, sifatnya universal. Sedangkan filsafat pendidikan
objeknya terbatas dalam dunia filsafat pendidikan saja.
2. Filsafat memberikan sintesis kepada filsafat pendidikan yang khusus, mempersatukan
dan mengkoordinasikannya
3. Lapangan filsafat mungkin sama dengan lapangan filsafat pendidikan tetapi sudut
pandangannya berlainan.
8
Tugas:
Makalah individu tentang: Hubungan Filsafat dan Pendidikan.
b. Kekurangan
Kekurangan Buku ini tidak dilengkapi dengan Rangkuman atau intisari dari
materi yang disajikan dalam Bab. Rangkuman sangat membantu pembaca
memahami materi yang disampaikan
9
BAB III
ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN
A. Kompetensi
1. Standar Kompetensi
Mahasiswa mampu memahami gagasan dan pelaksanaan pendidikan menurut
masing-masing aliran filsafat pendidikan
2. Kompetensi Dasar
a. Mensaripatikan pelaksanaan pendidikan yang didasarkan pada masing-
masing aliran filsafat pendidikan
b. Membangun rasa tanggung jawab dalam diri sebagai calon pendidik tentang
pelaksanaan pendidikan yang berkualitas.
3. Indikator
c. Mahasiswa dapat pandangan dan pelaksanaan pendidikan menurut aliran
filsafat idealisme, realiseme, materialisme, pragmatisme, eksistensialisme,
progresivisme, perenialisme, essensialisme, dan rekonstruksionisme.
d. Mahasiswa dapat mendesain rencana pembelajaran sesuai dengan gagasan
aliran filsafat pendidikan tertentu.
e. Mahasiswa dapat mendesain rencana pembelajaran sesuai
Idealisme merupakan filsafat tertua dengan tokoh aliran ini adalah Plato (427-347
SM) yang dianggap sebagai Bapak Idealisme di dunia Barat. Sejarah idealisme berawal
dari pemikiran Plato tentang kebenaran empiris yang dilihat dan dirasakan dalam alam
ideal (esensi) atau ide. Aliran filsafat Idealisme menekankan moral dan realitas spiritual
sebagai sumber-sumber utama di alam ini. Idealis adalah doktrin yang mengajarkan bahwa
hakikat dunia fisik hanya dapat dipahami dalam ketergantungan pada jiwa dan roh. Idealis
diambil dari idea yaitu sesuatu yang hadir dalam jiwa. Idealis mempunyai argumen
efistimologis tersendiri dan aliran ini memandang dan menganggap yang nyata hanya idea.
Idea tersebut selalu tetap atau tidak mengalami perubahan dan pergeseran.
10
2. Filsafat Pendidikan Realiseme
Pada dasarnya realisme merupakan filsafat yang memandang realitas secara
dualitis. Realisme berbeda dengan materialisme dan idealisme yang bersifat monistis.
Realisme berpendapat bahwa hakikat realitas ialah terdiri ataas dunia fisik dan dunia
rahani. Realisme membagi realitas menjadi dua bagian, yaitu subyek yang menyadari dan
mengatahui disatu pihak, dan dipihak lainnya adalah adanya realita diluar manusia, yang
dapat dijadikan sebagai objek pengetahuan manusia.
Aliran ini berisikan tentang ajaran kebendaan, dimana benda merupakan sumber
segalanya, sedangkan yang dikatakan materialitis mementingkan kebendaan. Menurut
materialisme (Purwadarminta), 1984:638) kenyataan aliran ini memberikan suatu
pernyataan bahwa segala sesuatu yang ada dialam ini dapat dilihat atau di observasi baik
wujudnya maupun gerakan nya serta peristiwa-peristiwa nya.
11
5. Filsafat Pendidikan Eksistensialisme
Filsafat eksistensialisme itu unik yakni memfokuskan pada pengalaman-
pengalaman individu. Filsafat-filsafat lain berhubungan dengan pengembangan sistem
pemikiran untuk mengidentifikasi dan memahami apa yang umum pada semua realitas,
keberadaan manusia dan nilai.
Menurut eksistensialisme, ada dua jenis filsafat tradisional, yaitu filsafat spekulatif
dan skeptis. Filsafat spekulatif menjelaskan tentang hal-hal yang fundamental tentang
pengnalaman, dengan berpangkal pada realitas yang lebih dalam yang secara inheren telah
ada dalam diri individu. Jadi pengalaman tidak banyak pengaruh terhadap diri individu.
Teori pengetahuan eksistensialisme banyak dipengaruhi oleh filsafat fenomenologi,
suatu pandangan yang menggambarkan penampakan benda-benda dan peristiwa-peristiwa
sebagaimana benda-benda tersebut menampakkan dirinya terhadap kesadaran manusia.
Pemahaman eksistensialisme terhadap nilai, menekankan kebebasan dalam
tindakan. Kebebasan bukan tujuan atau suatu cita-cita dalam dirinya sendiri. Melainkan
merupakan suatu potensi untuk suatu tindakan. Manusia memiliki kebebasan untuk
memilih, namun menentukan pilihan-pilihan diantara pilihan-pilihan yang terbaik adalah
yang paling sukar
12
1. Progresivisme berakar pada pragmatisme.
2. Sasaran pendidikan ialah meningkatkan kecerdasan praktis (kompetensi) dalam
rangka efektivitas pemecahan masalah yang disajikan melalui pengalaman.
3. Nilai bersifat relative, terutama nilai duniawi, menjelajah aktif, evolusioner dan
konsekuensi perilaku.
Aliran filsafat essensialisme pertama kali muncul sebagai reaksi atas simbolisme
mutlak dan dogmatisme abad pertengahan. Filsafat ini menginginkan agar manusia
kembali kepada kebudayaan lama karena kebudayaan lama telah banyak melakukan
kebaikan untuk manusia, termasuk dalam pendidikan yang harus berpijak pada nilai-nilai
yang memiliki kejelasan dan tahan lama yang memberikan kestabilan dan nilai-nilai
terpilih yang mempunyai tata yang jelas.
13
dalam ukuran mikro (kecil). Sekolah harus mempelopori masyarakat ke arah masyarakat
baru yang di inginkan.
14
dengan paradigma-paradigma baru sesuai dengan tuntunan perkembangan dan kemajuan
jaman untuk mencapai masyarakat aman, damai, tentram, toleran, saling mengasihi,
sejahtera, makmur dan berkeadilan.
d. Kekurangan
Kekurangan Buku ini tidak dilengkapi dengan Rangkuman atau intisari dari
materi yang disajikan dalam Bab. Rangkuman sangat membantu pembaca
memahami materi yang disampaikan. Selain itu terdapat kesalahan penulisan
Numbering yang tidak konsisten pada Kompetensi Dasar dan Indikator Bab III
yang seharusnya Numbering tersebut dipisah.
15
BAB IV
A. Kompetensi
1. Standar Kompetensi:
Mahasiswa mensaripatikan pandangan filsafat pancasila tentang manusia,
masyarakat, nilai-nilai dan sistem pendidikan nasional.
2. Kompetensi Dasar
a. Mahasiswa dapat mendeskripsikan pandangan filsafat pancasila tentang
manusia, masyarakat, pendidikan dan nilai-nilai.
b. Mahasiswa dapat menjabarkan pandangan filsafat pendidikan pancasila
terhadap sistem Pendidikan Nasional.
3. Indikator:
a. Mahasiswa dapat menjelaskan pandangan filsafat pancasila tentang manusia
b. Mahasiswa dapat menjelaskan pandangan filsafat pancasila tentang
masyarakat
c. Mahasiswa dapat menjelaskan pandangan filsafat pancasila tentang
pendidikan dan nilai-nilai.
d. Menggambarkan pandangan filsafat pendidikan pancasila terhadap sistem
pendidikan Nasional.
Pancasila sebagai dasar dan nilai yang dijunjung tinggi oleh masyarakat, bangsa
dan negara Indonesia memandang bahwa manusia adalah makhluk tertinggi ciptaan Tuhan
Yang Maha Kuasa dan Maha Mulia yang dianugrahkan kemampuan dan potensi untuk
tumbuh dan berkembang, baik sebagai individu dan sebagai anggota masyarakat atau
sosial.
16
b. Manusia adalah makhluk ciptaan tuhan yang tertinggi yang dikaruniakan
memiliki kesadaran dan kebebasan dalam menentukan pilihannya.
c. Dengan kebebasannya manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan dapat
menentukan sikapnya dalam hubungannya dengan pencipta Nya.
d. Sila pertama menunjukkan bahwa manusia perlu menyadari akan kedudukannya
sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa dan oleh sebab itu harus mampu
menentukan sikapnya terhadap hubungannya dengan pencipta Nya.
e. Manusia adalah otonom dan memiliki harkat dan martabat yang luhur.
f. Sila kedua yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab menuntut akan kesadaran
keluhuran harkat dan martabatnya yaitu dengan menghargai akan martabat
sesama manusia.
g. Sila persatuan Indonesia berarti manusia adalah makhluk sosial yang berada di
dalam dunia Indonesia bersama-sama dengan manusia Indonesia lainnya.
h. Manusia haruslah dapat hidup bersama, menghargai satu dengan yang lain dan
tetap membina rasa persatuan dan kesatuan bangsa yang kokoh.
i. Manusia adalah makhluk yang dinamis yang melakukan kegiatannya bersama-
sama dengan manusia Indonesia yang lain.
j. Sila keempat atau sila demokrasi dituntut manusia Indonesia yang saling
menghargai, memiliki kebutuhan bersama di dalam menjalankan dan
mengembangkan kehidupannya.
k. Dalam sila kelima manusia Indonesia dituntut saling memiliki kewajiban
menghargai orang lain dalam memanfaatkan sarana yang diperlukan bagi
peningkatan taraf kehidupan yang lebih baik.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa manusia Pancasila adalah manusia
yang bebas dan bertanggung jawab terhadap perkembangan dirinya sebagai individu dan
perkembangan masyarakat (sosial) Indonesia. Manusia ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa
dianugerahi kemampuan atau potensi untuk bertumbuh dan berkembang sepanjang hayat.
Nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila yaitu Ke-Tuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang Adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh
Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan perwakilan, serta Keadilan Sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia akan terwujud dalam laku dan perilaku setiap warga masyarakat,
bangsa dan Negara. Masyarakat indonesia berkembang dengan tetap memperhatikan dan
menghargai masing-masing budaya etnis yang ada didalam masyarakat.
17
Untuk menghindarkan masalah etno-nasioanalisme yang dapat berakibat
disintegrasi bangsa, Hamdi Muluk (dalam Tilaar.2002:76) mengemukakan program-
program sebagai berikut:
18
BAB V
HAKEKAT ILMU PENDIDIKAN
A. Hakekat Pendidikan
1. Pengertian Pendidikan
Praktek pelaksaan pendidikan, secara etimologi yakni paedagogie dan paedogogiek.
Paedagogie berasal dari bahasa Yunani yaitu paedagogia, terdiri dari kata paedos yang
artinya anak, dan agoge yang artinya memimpin, (Purwanto, 2009). Paedagogiek dapat
diartikan pergaulan dangan anak-anak. Paedagogiek atau ilmu pendidikan ialah ilmu
pengetahuan yang menyelidiki, merenungkan tentang gejala-gejala perbuatan mendidik.
Paedagogie artinya pendidikan.
Menurut bahasa Belanda, pendidikan berasal dari kata Ofvooden yang artinya
memberi makan. Dalam bahasa Inggris, pendidikan adalah Education yang artinya the
process of training and developping the knowledge, skill, mind, character, ect by formal
schooling, teaching, training. ( Neufeldt and Guralnik 1996). Menutut bahasa Jerman,
pendidikan berasal dari kata Ziechung artinya membawa keluar , sedangkan menurut
bahasa Romawi kuno pendidikan ialah educare artinya menarik keluar. Tugas pendidikan
adalah menarik keluar, membawa keluar potansi-potensi yang dimiliki anak, yang berarti
membina dan mengembangkannya sehingga menjadi realita atau kenyataan, suatu realita
yang termanifestasi dalam wujud-wujud keberhasilan pendidikan. Tugas pendidik dalam
pendidikan adalah membimbing , memimpin dan mengarahkan anak didik dalam
pertumbuhannya agar manusia yang dapat berdiri sendiri atas tanggung jawab sendiri.
Pendidikan bertujuan menggarap realitas manusia dan secara metodologi bertumpu
di atas prinsip-prinsip aksi dan refleksi total, yakni bertindak untuk merubah kenyataan
yang menindas dan pada sisi simultan lainnya secara terus menerus menumbuhkan
kesadaraan akan realitas dan hasrat untuk merubah kenyataan yang menindas tersebut.
Pendidikan dapat diartikan sebagai proses kegiatan mengubah prilaku individu ke
arah kedewasaan dan kematangan. Pendidikan merupakan pemberdayaan sumber daya
manusia. Makna pendidikan adalah memberikan kebebasan kepada seseorang untuk
mengembangkan dirinya sendiri sesuai dengan potensi yang dimiliki. Pemberdayaan
adalah pembebasan, pemberdayaan diarahkan untuk memberikan kebebasan kepada
seorang , memiliki tanggung jawab pengembangan kepribadian yang meliputi kemampuan
berfikir, melakukan tindakan, mengembangkan gagasan, bersikap, sampai pada membuat
keputusan.
19
Dalam proses pemberdayaan, peserta didik dididik dan dibimbing menjadi SDM
yang memiliki visi, berpijak di atas realita, selalu berhadapan dengan orang lain, dan
sebagai orang yang berani. Sarah Cook & Steve Macaulay menjelaskan ada empat dimensi
yaitu visi, realita, orang (manusia lain), dan keberanian.
Untuk memberi pemahaman akan hakekat dan pegertian pendidikan, berikut ini
dikemukakan sejumlah pendapat yang dikemukakan para ahli yaitu:
a. Pendidikan ialah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok
orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengejaran dan
pelatihan ( Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1991)
b. Dalam pengertian yang sempit pendidikan berarti perbuatan atau proses perbuatan
untuk memperoleh pengetahuan ( Mc Leod, 1989)
c. Pendidikan berarti tahapan kegiatan yang bersifat kelembagaan (seperti sekolah
dan madrasah) yang digunakan untuk menyempurnakan perkembangan individu
dalam menguaai pengatahuan, kebiasaan, sikap, dan sebagainya ( Dictionary of
Psychology, 1972)
d. Pendidikan ialah pemimpin yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa
kepada anak-anak, dalam pertumbuhannya (jasmani dan rohani) agar berguna
bagi diri sendiri dan bagi masyarakat ( Purwanto, 2000)
Jadi pendidikan dapat dimaknai sebagai proses pengubah tingkah laku agar menjadi
manusia dewasa yang mampu hidup mandiri dan sebagai anggota masyarakat dalam
lingkungan alam sekitar di mana individu itu berada. Jadi pada dasarnya pendidikan
adalah usaha manusia (pendidik) untuk dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab
membimbung anak-anak( peserta didik) mencapai kedewasaan.
2. Tujuan Pedidikan
Tujuan pendidikan merupakan suatu pernyataan yang jelas akan merupakan
dasar utama bagi pemilihan metode, bahan atau materi pendidikan, dan pemilihan
alat-alat untuk menilai apa pendidikan itutelah terlaksana dengan baik atau telah
berhasil. Robert F. Mager ( dalam M. Ngalim Purwanto, 2000:38) menjelaskan tiga
alasan pokok mengapa pendidikan harus memperhatikan atau merumuskan tujuan
pendidikannya.
Pertama, dengan merumuskan tujuan pendidikan dengan jelas, maka pendidik akan
dapat memilih dan merancang bahan pembelajaran, alat dan metode yang tepat untuk
digunakan dalam pendidikan atau pembelajaran.
20
Kedua, keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh pencapaian hasil sesuai dengan
yang diharapkan.
Ketiga, bila tujuan tidak dirumuskan, sudah tentu pendidik akan mengalami
kesulitan dan bahkan tidak akan dapat mengorgnisasikan materi atau bahan pelajaran
dan kegiatan-kegiatan serta usaha-usaha peserta didik dalam pencapaian tujuan
pembelajaran.
Jenis tujuan pendidikan dibedakan menurut luas dan sempitnya isi ujuan yang
sekaligus berkaitan dengan jauh dekatnya jarak waktu yang diperlukan untuk
mencapai tujuan tersebut. Berdasarkan hal tersebut dapat disusun hirarki tujuan
pendidikan sebagai berikut ini; Tujuan Pendidikan Nasional, Standar Kompetensi
Lulusan, Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, dan Indikastor. Tujuan pendidikan
nasional tercantum dalam Undang-Undang no 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional: Pendidikan bertujuan untuk berkembangnyapotensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Tujuan Pendidikan Nasional
merupakan dasar dan pedoman bagi penyusunan kurikulum untuk semua lembaga
pendidikan ynag ada di Indonesia , baik persekolahaan maupun keluarga dan
lembaga lainnya, dari jenjang taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi
Standar kompetensi lulusan, merupakan tujuan masing-masing lembaga atau
jenis dan tingkatan sekolah. Tujuan ini tercantum dalam kurikulum sekolah/lembaga
pendidikan yang menggambarkan perilaku atau performance yang harus dimiliki
peserta didik setelah selesai belajar.
Kompetensi Inti, merupakan tingkat kemampuan untuk mencapai standar
kompetensi lulusan yang harus dimiliki peserta didik pada tingkat kelas atau
program yang menjadi landasan pengembangan kompetensi dasar, yang mencakup
sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan dan keterampilan yang berfungsi sebagai
pengintegrasi muatan pembelajaran, mata pelajaran atau program dalam mencapai
standar kompetensi lulusan.
Kompetensi Dasar, merupakan tingkat kemampuan dalam konteks muatan
pembelajaran, pengalaman belajar, atau mata pelajaran yang mengacu pada
kompetensi inti.
Indikator, merupakan hal yang langsung dimiliki peserta didik setelah selesai
pembelajaran, maka perumusan tujuan harus jelas, spesifik, terukur dan berupa hasil
21
belajar, perilaku atau performance peserta didik yang mencakup aspek sikap
spiritual, sikap soasial, pengetahuan dan keterampilan.
3. Pilar Pendidikan
Dalam pertumbuhan dan perkembangannya, pesrta didik selalu aktif
mengembangkan potensi dalam melakukan aktifitas belajar. UNESCO
mengemukakan bahwa pendidikan disokong empat pilar yang disebut dengan ;
learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live together.
Learning to know salah satu pilar untuk mengetahui banyak hal yang sangat
diperlukan dalam hidup dan kehidupan manusia. Learning to do salah satu pilar
pendidikan yang menekankan pada aktivitas kemampuan untuk melakukan atau
mengaktualisasikan dalam hidup dan kehidupannya apa yang sudah di ketahuinya.
Aktualisasi diri merupakan perwujudan dari aktifitas Learning to be. Learning to live
together merupakan pilar pendidikan mengacu pada pembinaan dan pembentukan
kemampuan untuk menghidupi kehidupan bersama orang lain. Masing-masing
individu berusaha dalam hidupnya agar hidup yang dihidupi bermanfaat atau
bermakna bagi hidup individu atau orang lain. Masing-masing individu memiliki
citi atau karakteristik yang berbeda sesuai dengan kelompoknya, hidup
berdampingan dalam perbedaan dengan damai dan tentram, saling menghargai dna
menghormati perbedaan dalam kehidupan menuju kehidupan yang sejahtera dna
bahagia, hiduplah bersama dalam perbedaan .
4. Aliran-Aliran Pendidikan
a. Nativisme
Aliran ini diseponsori oleh Schopenhauer filsuf bangsa Jerman (1788-1860),
yang berpendapat manusia lahir dengan pembawaan baik dan buruk.
Lingkungan tidak berperan , pembawaan yang menentukan. Menurut kaaun
nativisme, pendidikan tidak dapat mengubah sifat-sifat pembawaan, dengan
kata lain pendidikan tidak mempunyai arti apa-apa, merupakan pekerjaan sia-
sia. Sesuai dengan hal ini maka ilmu pendidikan ini disebut pesimisme
paedagogis.
b. Naturalisme
Aliran ini dipelopori J. J. Rousseau seorang filsuf Prancis (1712-1778). Beliau
berpendapat bahwa baik pada waktu bau datag dari tanagn sang pencipta,
tetapi semua menjadi buruk di tangan manusia. Artinya anak hendaklah
dibiarkan tumbuh dan berkembang sendiri menurut alamnya, manusia atau
22
masyarakat jangan banyak mencampurinya. Jadi aliran ini tidak perlu adanya
pendidiakan bagi pertumbuhan dan perkembangan bakat dan kemampuan
anak.
c. Empirisme
John Locke (1632-1704) seorang filsuf Inggris, berpendapat manusia lahir
kedunia sebagai kertas kosong, bersih, putih atau sebagai meja berlpis lilin,
yang belum ada tulisan di atasnya. Menurut teori ini manusia lahir ke dunia
tanpa pembawaan.
d. Konvergensi
William Stern seorang ahli ilmu jiwa Jerman ( 1871-1939) berpendapat bahwa
pembawaan dan lingkungan kedua0duanya menentukan perkembangan
manusia.
a
d c
Keterangan
a = Pembawaan
b = Lingkungan
c = Hasil pertumbuhan dan perkembangan
d = Interaksi
Jadi menurut teori konvergensi:
1. Pendidikan perlu diberikan
2. Yang membatasi hasil pendidikan adalah pembawaan dan lingkungan itu sendiri
serta interaksi individu
3. pendidikan diartikan sebagai pertolongan yang diberikan lingkungan kepada
peserta didik.
5. Lingkungan Pendidikan
Ahli psikologi Amerika mengatakan bahwa lingkunagn meliputi semua kondisi
dalam dunia ini yang dengan cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, perumbuhan
perkembangan atau life processes kecuali gen.
23
Yang dimaksud lingkungan pendidikan adalah semua lingkungan yang memberikan
pengaruh terhadap perkembangan kepribadian seseorang. Lingkungan pendidikan dapat
dibagi atas lingkungan yang bersifat sosial dan lingkungan yang bukan manusia tetapi
alam. Sedangkan lingkungan manusia terbagi menjadi tiga bagian yakni, lingkungan
keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.
Sartain membagi lingkungan menjadi tiga yaitu (1) lingkungan alam atau luar (2)
lingkunagn dalam (3) lingkungan sosial
Tripusat Pendidikan
a. Lingkungan Keluarga
Lingkungan keluarga dalah pendidikan yang pertama, karena lingkungan keluargalah
yang pertama menyambut kedatangan atau kelahiran anak dan merupakan buah kasih dari
orang tua, Sebagai lembaga pendidikan yang pertama maka tugas dari keluarga
merupakan peletak dasar bagi pendidikan pengembangan kepribadian anak, seperti
pendidikan akhlak, norma susila, tatakrama kehidupan, keagamaan, sopan santun,
kejujuran dan pembentukan sifat dna sikap yang baik lainnya, juga keluarga meletakan
kerangka berfikir yang dinamis pasa diri anak.
b. Lingkungan sekolah
Perbedaan lingkungan sekolah dengan lingkungan keluarga ( M. Ngalim Purwanto,
2000 hal 124- 125)
1. Lingkungan Keluarga adalah lingkungan pendidikan yang sewajarnya
2.Perbedaan Suasana
3.Perbedaan tanggung jawab
c. Lingkungan Masyarakat
Lingkungan masyarakat akan mamberikan sumbangan apabila diwujudkan dlam
proses dan pola yang tepat. Pendidikan dalam lingkungan masyarakat akan berfungsi
sebagai pelengkap , pengganti dan tambahan terhadap pendidikan yang diberikan oleh
lingkungan lain ( Dewantara 1987:120).
B. Pendidikan Karakter
Undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 3,
menjelaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembnagkan kemampuan dan
membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dlam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa.
24
1. Pengertian karakter
Berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia (2008) karakter adalah sifat-sifat kejiwaan,
akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain; tabiat, watak.
Menurut Tadkiroatum Musfiroh 2008 karakter mengacu kepada serangkaian sikap,
perilaku, motivasi dan keterampilan. Karakter dapat dipandang sebagai nilai-nilai
perbuatan manusia yang berhubungan dengan Tuhan Allah, diri sendiri, manusia
sesamanya, ligkungan dan kebangsaan.
Karakter tidak lepas dari pengaruh lingkungan dan hereditas atau keturunan; artinya
bahwa perilaku seorang anak seringkali tidak jauh berbeda dari perilaku orang tuanya,
ayah dan ibunya. Dalam bahasa Batak dikenal dengan ndang dao tubis sian bonana
(perilaku atau sifat anak tidak jauh dari perilaku atau sifat dari ayah dan ibunya). Selain itu
lingkungan turut berperan mempengaruhi karakter seseorang, baik lingkungan alam
maupun lingkungan asal budaya. Di sekitar lingkungan alam yang memliki iklim yang
berbeda-beda sepanjang tahun akan membentuk karakter sesuai dengan alamnya. Seperti
di belahan bumi selatan dan utara memiliki karakter yang berbeda dengan orang yang
tinggal di belahan khatulistiwa. Pada umumnya, bahwa manusia yang tinggal di belahan
bumi khatulistiwa lebih santai hidupnya dibandingkan dengan manusia yang tinggal
dibelahan utara dan selatan, karena mereka akan mengalami musim dingin kurang lebih
selama tiga bulan dalam satu tahun, segala kebutuhan selama tiga bulan akan dipersiapkan
sebelum musim dingin tersebut tiba. Di lingkungan sosial yang keras para remaja
cenderung berperilaku antisosial, keras, tega, dan suka bermusuhan. Di lingkungan
perkotaan, metropolitan yang lingkungan masyarakat sangat sibuk dengan aktivitas
masing-masing, karakternya dapat dilihat cenderung kurang bersahabat, egois, dan tidak
mau tahu dengan lingkungannya. Demikian juga di lingkungan yang gersang, panas, dan
tandus penduduknya cenderung bersifat keras dan berani, siap berjuang.
Maka dari semua itu dapat disimpulkan karakter adalah sebagai jilai dasar yang
membangun pribadi seseorang yang terbentuk melalui pengaruh hereditas atau turunan dan
lingkungan, yang membedakan seseorang dengan orang lain yang sifatnya khas atau unik
dan diwujudkan melalui sikap dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari.
2. Pendidikan Karakter
Muchlas dan Hariyanto ( 2012:22-25) menjelaskan kelima pancasila sebagai payung
terhadap setiap aspek karakter manusia Indonesia.
a. Bangsa yang Berke-Tuhan-an Yang Maha Esa
25
Berkesadaran akan keberadaan sebagai ciptaan Tuhan Allah, hidup dengan iman dan
takwa. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang memiliki harkat dan martabat serta
potensi untuk berkembang dengan mengelola dan membangun lingkungannya demi
keselamatan umat manusia. Oleh karena itu dalam hubungan antara manusia sebagai
ciptanNya, tercermin karakter yang saling hormat- menghormati, bekerjasama dan bekerja
bersama, berkebebasan menjalankan ibadahnya masing-masing sesuai dengan ajaran
agamanya. Hidup rukun dan tenteram, damai, dalam perbedaan sebagai bangsa yang
berke-Tuhan-an.
b. Bangsa yang Menjunjung Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Adil dan beradab diwujudkan dalam perbuatan saling hormat-menghormati sesama warga
masyarakat tanpa memandang adanya perbedaan latar belakang status sosial ekonomi,
pendidikan, kedudukan dan lainnya. Karakter yang tercermin dalam pengakuan kesamaan
derajad, hak dan kewajiban, berdiri sama tinggi duduk sama rendah, saling mengasihi,
tenggang rasa, peduli, terpanggil melakukan kegiatan kemanusiaan, membela kebenaran
dan keadilan, dan tidak semena-mena terhadap orang lain.
c. Bangsa yang Mengedepankan Persatuan dan kesatuan Bangsa
Persatuan dan Kesatuan Bangsa diwujudkan dalam tindakan rela berkorban demi
perkembangan dan kemajuan serta mengutamakan kepentingan Bangsa dan Negara di atas
kepentingan pribadi, kelompok, dan golongan. Karakter Persatuan dan Kesatuan Bangsa
tercermin dari perbuatan suka bergotong royong dengan siapa saja, turut merasakan
penderitaan orang lain, bangga sebagai bangsa indonesia yang bertanah air indonesia serta
menjujung tinggi Bahasa Indonesia, memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan
bangsa, berjuang bersama mengedepankan persatuan.
d. Bangsa yang Demokratis dan Menjujung Tinggi Hukum dan Hak Asasi Manusia.
Bangsa ini didasarkan pada sila keempat yang tercermin dalam menghargai pendapat
orang lain. Setiap orang memiliki hak yang sama untuk megeluarkan pendapat demi
kemajuan Bangsa dan Negara yang berdasarkan Pancasila tidak mudah terpengaruh atau
terpropokasi oleh isu-isu yang belum jelas sumber faktanya. Karakter Bangsa yang
Demokratis dan Menjunjung Tinggi Hukum dan Hak Asasi Manusia tercermin dalam
perbuatan menghargai harkat dan martabat setiap individu sebagai pribadi, berkedudukan
yang sama di depan hukum, dan setiap pengambilan keputusan akan
dipertanggungjawabkan kepada Tuhan Allah dan selalu dilandasi nilai kebenaran dan
keadilan.
26
e. Bangsa yang Mengedepanan Keadilan dan Kesejahteraan
Karakter berkeadilan sosial nampak melalui tingkah laku yang menjaga keseimbangan
antara hak dan kewajiban, menghargai hak-hak orang lain, suka menolong orang lain, tidak
suka melakukan perbuatan memeras orang lain, hemat, bergaya hidup sederhana, tidak
pamer, bekerja keras dan menghargai karya orang lain, dan lainnya. Hendaknya dimaknai
dalam hidup dan kehidupan setiap warga negara, bahwa keberadaan seseorang harus
bermakna dan membawa kedamaian dan sukacita bagi setiap warga di lingkungannya.
Membangun karakter (character building) merupakan proses yang berlangsung
secara terus menerus dengan penuh kesadaran dan kemauan untuk belajar. Karakter bukan
sesuatu yang sudah terbentuk pada diri seseorang sebagai bawaan atau warisan yang
dibawa dari lahir, akan tetapi merupakan hasil dari pengaruh hereditas (warisan) dan
lingkungan. Oleh karena itu Lickona (1992) dalam Mulyasa (2012 : 4-5) menjelasakan ada
tiga komponen yang harus diperhatikan dalam pendidikan karakter yaitu; (1) pengetahuan
tentang moral mencakup, kesadaran akan moral, pengetahuan nilai moral, pertimbangan
moral, keputusan dan pemahaman diri; (2) perasaan tentang moral meliputi, kesadaran,
empati, mencintai kebaikan, dan kontrol diri; (3) tindakan moral, yakni perpaduan dari
pengetahuan tentang moral dan perasaan tentang moral yang diwujudkan dalam bentuk
kompetensi, keinginan, dan kebiasaan. Karakter dikembangkan melalui tiga tahapan yaitu,
tahap pengetahuan (knowing), perbuatan (acting), dan pembiasaan (habit) (Aqib dan
Sujak, 2011: 9).
Pembentukan karakter melalui proses pendidikan meliputi empat bagian yang harus diasah
dalam kehidupan seseorang sebagai makhluk individu yang terdiri dari fisik dan psikis
seperti yang dikemukakan oleh Muchlas Samani dan Hariyanto (2012: 24-25). Keempat
bagian tersebut adalah; (1) Olah Hati, (2) Olah Pikir, (3) Olah Rasa dan Karsa, (4) Olah
Raga.
1) Olah Hati berhubungan dengan perasaan, sikap, dan keyakinan atau iman.
Diwujudkan melalui perbuatan beriman dan bertaqwa, bersyukur, jujur, sabar, adil,
tertib, taat aturan, bertanggung jawab, cinta kasih, berempati, rela berkorban,
menghargai lingkungan, berani, dan pantang menyerah.
2) Olah Pikir berkenaan dengan proses nalar, kritis, kreatif, dan inovatif, analitis, ingin
tahu, produktif, berorientasi iptek, dan reflektif.
3) Olah Rasa dan Karsa berhubungan dengan motivasi, kemauan, kepeduliaan, dan
citra. Hal ini terlihat dalam perbuatan yang saling menghargai, saling mengasihi,
27
gotong royong, kebersamaan, ramah, peduli, hormat, toleran, nasionalis,
mengutamakan kepentingan umum, cinta tanah air, kerja keras, dan beretos kerja.
4) Olah Raga berkenaan dengan persepsi, kesiapan, peniruan, manipulasi, sportivitas,
dan penciptaan aktivitas baru. Hal ini terlihat melalui perbuatan bersih dan sehat,
sportif, tangguh, andal, berdaya tahan, bersahabat, kooperatif, kompetitif, ulet,
pantang menyerah, dan gigih.
Karakter seseorang merupakan hasil dari pembinaan secara terpadu dari olah hati,
olah pikir, olah rasa dan karsa dan olah raga, keempat bidang terebut yang diwujudkan
dalam berpikir dan bertindak dalam hidup dan kehidupan di antara individu dengan
individu lainnya maupun dengan lingkungannya
Pendidikan karakter sangatlah penting ditumbuh kembangkan melalui pendidikan
keluarga, sekolah dan masyarakat. Karakter sangat penting dan menentukan dalam
mencapai tujuan hidup, baik secara pribadi, kelompok, masyarakat, atau golongan dan
bangsa. Karakter merupakan dorongan yang kuat untuk menentukan pilihan yang terbaik
dalam hidup
C. Hakekat Manusia
1. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk ciptaan tuhan sebagaimana juga makhluk yang lain di muka
bumi ini, dan setiap makhluk memiliki ciri-ciri tertentu yang membedakan dengan
makhluk lainnya.
2. Beberapa pandangan tentang manusia
a. Manusia adalah makhluk berfikir
b. Manusia adalah makhluk yang suka berbuat , suka menciptakan dan menghasilkan
sesuatu memiliki kreatifitas tinggi untuk bekerja.
c. Manusia disebut juga animal educandum, makhluk yang dapat di didik karena
mampu berkata dan berbahasa mampu berkomubikasi dan menerima pesan, memiliki
potensi untuk mengerti , memahami, mengingat dan berfikir.
d. Manusia adalah makhluk yang suka berkawan, butuh teman sehingga manusia
dikatakan suka berkelompok mengadakan hubungan sosial.
3. Eksistensi Manusia
a. Manusia sebagai makhluk individu
b. Manusia sebagai makhluk sosial
c. Manusia sebagai makhluk susila
28
3. eksistensi manusia
a. manusia sebagai makhluk individu
Tiada ada orang yang dilahirkan persis sama, walaupun anak kembar sekalipun.
Jadi dari lahir masing-masing sudah ada pembawaannya. Tiadak ada duanya. Oleh karena
itu, mereka pun masing-masing akan tidak ada duanya. Setiap orang mempunyai ke
khasan. Setiap orang ingin untuk mengaktualisasi dirinya, artinya mengembangkan potensi
yang ada pada diri sendiri. Pengaruh-pengaruh itu diolahnya secara sangat pribadi dan apa
yang diterimanya menjadi bagian dari dirinya sendiri, dia secara individual.
Telah dikemukan bahwa manusia dapat membedakan antara yang baik dan jahat.
Manusia adalah manusia yang memiliki, menghayati, dan melakukan nilai-nilai
kemanusian. Dalam hal ini, manusia mengkritalisasikan dan mengintergerasikan
pengalaman dan penghayatannya hal-hal yang berharga bagi kehidupan menjadi satu
pandangan hidup sehingga tersusun satu kesatuan yang hirarkis yang disbut sebagai system
nilai-nilai. (Dryarkata , 1980,46).
Sejak dahulu kala manusia percaya, bahwa diluar apa-apa yang dapat di jangkau
melalui alat indranya, diluar alam ini, ada kekuatan-kekuatan yang disebut termasuk yang
supernatural. Arbi (1988,135-136) mengemukakan bahwa yang mungkin menjadi
persoalan bagi orang adalah, apakah sekolah mengajarkan sesuai pengetahuan belaka atau
juga harus sampai pada inisiasi, penerimaan atau pemantapan dan pengetahuan penerimaan
pernyataan-pernyataan dan system kepercayaan agama tertentu.
29
a. pengembangan diri sebagai makhluk individu
Pendidikan agama lebih dari pengkajian tentang agama yang dituju bukanlah hanya
gar peserta didik mampu berpikir dan berbicara tentang agama, melainkan agar mereka
berpikir dan merasa secara keagamaan serta secara sepenuh hati dan taat melakukan
ibadah agamanya. Setiap manusia Indonesia di tuntut untuk dapat melakukan hubungan
30
dengan tuhan allah sebaik-baiknya menurut keyakinan yang dianutnya masing-masing
serta untuk melaksanakan hubungan dengan sesame manusia.
D. Hakekat Masyarakat
Menuju masyarakat
Nasionalisme / tribalisme Otonomi daerah
Indonesia Baru
Demokrasi 1. Negara-bangsa vs 1. Meningkatkan 1. Lahirnya masyarakat
tribalisme parsitipasi demokrasi dan
2. Tribalisme dan masyarakat terbuka serta torelan
premordialisme 2. Pemimpin local, local 2. Manusia dan
3. Tolerensi genius masyarakat yang
4. Koalisasi antar 3. System perwakilan cerdas
budaya etnis melalui PEMILU 3. Partisipasi
yang bebas masyarakat dalam
Perkembangan 1. Ilmu pengetahuan 1. Mempercepat kehidupan politik ,
ilmu dan teknologi pembangunan ekonomi dan sosial
pengetahuan merabah tanpa daerah 4. Revitalisasi budaya
dan teknologi paspor dan visas 2. Daerah local
2. Mempererat mengembangkan 5. Lahirnya
solidaritas me global ilmu pengetahuan nasionalisme yang
3. Teknologi informasi dan teknologi sesuai genuine dalam
dapat mempererat kebutuhan daerah pengembangan
identitas etnis 3. Memanfaatkan capital sosial (social
4. Terbentuknya masyarakat capital)
masyarakat telemika telematik untuk 6. Ekonomi
31
keperluan daerah berdasarakan ilmu
Globalisasi 1. Lahirnya 1. Keikutsertaan pengetahuan dan
nasionalisme yang daerah dalam sumber local
genuine pergaulan global 7. Lahirnya masyarakat
2. Kerja sama dalam 2. Mempersiapkan telematik
persaingan global sumber daya 8. Pelestarian dan
3. Ikut dalam pergaulan manusia yang pemanfaatan SDA
global berkualitas daerah
3. Melestarikan dan 9. Sumber daya
memanfaatkan manusia berkualitas
lingkungan hidup dan mampu bersaing
dalam dunia regional
dan global
10. Anggota masyarakat
global yang
berbudaya
Visi dari pembangunan nasional yaitu memperkuat jati diri dan kepribadian
manusia, masyarakat dan bangsa indonesia dalam suasana yang demokratis, tenteram,
aman, dan damai. (Tilaar. 2000:166). Visi masyarakat baru tersebut di atas di tuangkan
didalam misi bidang pendidikan nasional yaitu mengembangkan kualitas manusia
indonesia. Misi tersebut dalam bidang pendidikan nasional antara lain berwujud hal
berikut :
Kemajuan yang telah dicapai selama oerde baru dan reformasi memang dirasakan
manfaatnya saat ini, namun masih perlu dicermati masih ada hal-hal yang kurang selama
ini dalam praksisi pendidikan kita terutama dalam hal pengembangan pribadi dan watak
peserta didik.
Mencermati kembali terhadap praksis pendidikan selama ini ada dua hal yang
sangat penting di kemukakan di dalam pembangunan pendidikan nasional, yaitu:
32
a. Lembaga pendidikan sebagai pusat pemeberdayaan nilai, dan
b. Prinsip-prinsip pengelolahan pendidikan yaitu disentralisasi serta pengakuan
kembali terhadap otonomi keilmuan serta manajemen yang efisien dan efektif.
1. Subyek didik atau peserta didik memiliki potensi dan kebutuhan, baik fisik maupun
psikologis, yang berbeda-beda sehingga masing-masing subyek didik merupakan
insane yang unik.
2. Subyek didik memerlukan: pembinaan individual serta perlakukan yang
manusiawi.
3. Subyek didik pada dasarnya merupakan insane yang aktif menghadapi lingkungan
hidupnya.
4. Subyek didik bertanggung jawab atas pendidikannya sendiri sesuai dengan
wawasan belajar sepanjang hayat.
33
1. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealism
2. Memiliki komitmen untuk meningkatka mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan,
dan akhlak mulia.
3. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang
tugas
4. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas
5. Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesional
6. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja
7. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan
dengan belajar sepanjang hayat
8. Memiliki jaminan perlindungan hokum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan
9. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang
berkaitan dengan tugas professional guru
Sesuai dengan kedudukan dan fungsi guru, maka guru wajib memiliki kualifikasi di
samping sehat jasmani dan rohani akademik, kompetensi, dan sertifikat pendidikan. Dari
segi peserta didik pendidik menjadi tumpuh harapan, menjadi sumber informasi dan
energy bagi bergeraknya proses pendidikan. Dalam berkaitan itu pada diri peserta didik
tumbuh berbagai harapan yang hendaknya dipenuhi pendidik. Sehubungan dengan itu
Good & Brophy (1986) (diambil dari H. Prayitno. 2002: 107-109), menghimpun berbagai
temuan tentang harapan siswa terhadap guru, yakni:
34
2. Apabila menghadapi masalah siswa menghindari solusi yang mengarah kepada
pemecahan menang atau kalah
3. Berorientasi pemecahan masalah (problem solving), menghindari sikap
menarik diri, menyalahkan orang lain, histeris dan reaksi emosional lainnya.
c. Figure guru otoritatif (bukan otoriter) menurut harapan siswa:
1. Menjaga dan menegakkan aturan; jika ada hukuman yang cukup keras dan
tegas
2. Aktif melakukan tugas-tugasnya
3. Dapat dengan menjelaskan dengan baik;uraiannya dapat dimengerti, dan jika
diperlukan (ditanya) dapat menerangkan dengan baik
4. Menarik dan tidak membosankan
5. Adil;taat asas;tidak pilih kasih
6. Enak diajak berteman : sopan, bicara lembut (tidak keras atau membentak),
dapat tertawa (jika memang layak untuk tertawa)
d. Cirri guru yang sukses, sebagai harapan siswa
1. Memiliki persepsi yang realistic terhadap diri sendiri dan siswa
2. Menikmati hubungannya dengan siswa
3. Benar-benar menghayati peranannya dan senang dengan peranannya itu
4. Memiliki jika sikap yang jika ditentang atau uji tidak marah kalau ada siswa
yang mencoba
5. Menampilkan kesabaran dan sekligus ketegasan
Berikut ini dijelaskan profil guru yang sukses dan guru yang tidak sukses sesuai
dengan yang dikemukakan Good & Brophy. 1986(H. Prayitno.2002;112) jelasnya
dikemukakan;
35
proses hubungan dengan siswa atau masalah dianggap sebagai beban
dalam pembelajaran) sebagai sesuatu
yang harus ditangani dan dipecahkan
3. Bersedia bekerja atau melayani siswa 3. menolak atau merasa kurang
yang lambat nyaman bekerja atau melayani siswa
yang memerlukan bantuan
4. Bersikap relistik terhadap siswa 4. hubungan dengan siswa diwarnai oleh hal-
hal
yang bersifat subyektif dan emosional
5. Suka melakukan hubungan antar 5. kurang suka berhubungan antar-pribadi
pribadi dengan siswa dengan siswa, membuat jarak yang tegas
antara dirinya dengan siswa
6. Mengangap siswa sebagai pribadi 6. menganggap siswa sebagai beban, atau
yang sedang belajar bahkan sebagai musuh
7. Hangat dan tanpak istimewa di mata 7. Dingin dan dianggap tidak ada apa-
siswa apanya oleh siswa, hubungan dengan
siswa kadang-kadang dirasakan pahit dan
getir
8. Melihat diri sendiri sebagai orang 8. menganggap diri sendiri sebagai
yang berperanan memecahkan pengganti orang tua dan bertugas
masalah yang timbul menegakkan disiplin
36
4. Sebagai fasilitator pembelajaran, guru mencipkan kondisi yang menggugah dan
menyediakan kemudahan bagi subyek didik untuk belajar
5. Guru bertanggung jawab atas tercapainya hasil belajar subyek didik
6. Pendidik tenaga pendidikan dituntut menjadi contoh dalam pengelolahan proses
belajar-mengajar bagi calon guru yang menjadi subyek didiknya
7. Guru bertanggung jawab secara professional untuk terus menerus meningkatkan
kemampuannya
8. Guru menjujung tinggi kode etik yang professional
G. Hakekat pembelajaran
Belajar adalah suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan
manusia. Sadar atau tidaknya belajar sebenarnya telah dilakukan manusia sejak lahir untuk
memenuhi kebutuhan yang mengembangkan potensi yang dimilikinya. Learning is a
relatively permanent change in behavior due to experience (Ormrod, 2003: 188).
37
Hasil belajar merupakan bukti bahwa seseorang telah belajar yaitu dengan
terjadinya perubahan tingkah laku pada diri orang tersebut, perubaha tingkah laku yang
dialamin menyangkut berbagai aspek seperti perubahan dalam kecakapan pengertian,
pemecahan suatu masalah atau cara berpikir, keterampilan, kecakapan, kebiasan ataupun
sikap. Lebih lanjutnya Pribadi (2009: 8) mengemukkan pendapat Mayer dalam Smith dan
Ragan bahwa belajar mencakup beberapa konsep penting yang meliputi: 1) durasi
perubahan perilaku bersifat relative permanen, 2) perubahan terjadi pada struktur dan isi
pengetahuan orag yang belajar, 3) penyebab terjadinya perubahan pengetahuan da perilaku
adalah pengalaman yang dialami mahasiswa, bukan pertubuhan atau peerkembangan.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan
tingkah laku yang relative menetap ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Perubahan
tingkah laku tersebut diperoleh setelah mahasiswa meyelesaikan program pembelajaran
melalui interaksi dengan berbagai sumber dan lingkungan belajar.
38
sikap
(Tahu
Mengapa)
produktif
inovatif
kreatif
afektif
keterampilan
pengetahuan
(Tahu
(tahu apa)
Bagaimana)
Hasil belajar melahirkan peserta didik yang produktif, inovatif, kreatif, dan afektif
melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi. Pembelajaran
dilaksanakan dengan pendekatan scientific yakni Observing (mengamati), Questioning
(menanya), Associating (menalar), Experimen-ting (mencoba), Ntworking (membentuk
jejaring).
39
Lembaga Sembarang Sembarang tempat
Tempat pendidikan sekolah tempat
dan luar sekolah
Sepanjang hayat Sepanjang hayat Sepanjang hayat
Lama waktu dan sesuai dengan
jenjang lembaga
Guru memiliki Motivasi belajar Kemauan mengubah
Syarat terjadi kewibawaan kuat diri
pendidikan
Terbentuk pribadi Dapat Terjadinya
Ukuran
terpelajar memecahkan perubahan positif
keberhasilan
masalah
Bagi masyarakat Bagi pembelajar Bagi pembelajar
Faedah mencerdaskan mempertinggi memperbaiki
kehidupan bangsa martabat pribadi kemampuan mental
Pribadi sebagai Hasil belajar Kemajuan ranah
pembangun yang sebagai dampak kognitif, afektif, dan
Hasil
produktif dan pembelajaran dan psikomotorik
kreatif pengiring
Di dalam interaksi terjadi keterlibatan yang bukan hanya berkaitan dengan kognitif, atau
intelektual melainkan juga melibatkan domain/kawasanefektif dan emosional. Dalam
proses pendidikan aktivitas pembelajaran berperan penting, terutama dalam pendidikan
formal atau sekolah. Peran aktif pelaku pendidikan terutama peserta didik akan
memberikan kadar intensitas penguasaan kemampuan dan keterampilan sebagai hasil
pembelajaran. Pembelajaran harus dilandasi rasa kasih sayang , dedikasi, tanggung jawab,
wibawa, komitmen, kejujuran dan ketulusan dari pendidikan.
40
2. Proses belajar-mengajar (pembelajaran) yang efektif memerlukan strategi dan
media/tegnologi pendidikan yang tepat.
3. Program belajar-mengajar dirancang dan dilaksanakan sebagai suau sistem.
4. Proses dan produk belajar perlu memproleh perhatian seimbang di dalam
pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar.
5. Pembentukan kemampuan profesional keguruan memerlukan pengitegrasian
fungsional antara teori dan praktek serta materi dan metodologi penyampaiannya.
6. Pembentukan kemampuan profesional keguruan memerlukan pengalaman lapangan
yang bertahap secara sistematis, mulai dari pengenalan medan, latihan
keterampilan terbatas, sampai dengan pelaksanaan dan penghayatan tugas-tugas
kependidikan secara utuh dan actual.
7. Kriteria keberhasilan yang utama dalam pendidikan profesional adalah peragaan
penguasaan kemampuan melalui unjuk kerja.
8. Materi pembelajaran dan sistem penyampaian selalu berkembang
H. Landasan-Landasan Pendidikan
Pendidikan sebagai proses kegiatan pemberdayaan peserta didik menjadi SDM yang
bermakna untuk dirinya sendiri,lingkungan, masyarakat, bangsa dan negara bahkan untuk
kehidupan manusia, harus dilandasi oleh nilai-nilai yangs sesuai dengan hakikat manusia
sebagai makhluk yang berbudi diciptakan Tuhan Yang Maha Kuasa, dan makhluk sosial
budaya.
1. Landasan Agama
Agama sebagai landasan pendidikan, bukan hanya berlaku pada pendidikan formal di
lembaga pendidikan mulai dari Taman Kanak-Kanak sampai Perguruan Tinggi, (PT),
melainkan juga harus melandasi pendidikan dalam keluarga sebagai lembaga pendidikan
informal, dan dalam masyarakat atau pendidikan nonformal.
2. Landasan Filsafat
Landasan filsafat merupakan salah satu dasar yang harus dipegang dalam pelaksanaan
proses kegiatan pendidikan. Landasan ini berkanaan dengan sistem nilai, yaitu merupakan
pandangan seseorag tentang sesuatu terutama berkenaan dengan arti kehidupan, sehingga
filsafat disebut juga sebagai pandangan hidup.
41
Filasafat dan pendidikan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan, karna kegiatan
pendidikan merupakan kegiatan yang bersifat normative (sarah, penuh dengan masalah
nilai) dan kegiatan yang bertujuan. Seseorang pendidik harus memahami betul ke arah
mana tujuan pendidikannya, kemana murid-murudnya akan diarahkan, corak masyarakat
yang bagaiaman yang ingin dicapai ( Indrakusuma 1973:44)
3. Landasan Sosiologi
Pendidikan berlangsung dalam pergaulan atau interaksi antara pendidik dengan peserta
didik, antara guru dengan murid dan staf sekolah lainnya. Pergaulan itu terjadi dalam
situasi formal yaitu dalam proses pembelajaran di kelas maupun dalam situasi yang kurang
formal seperti pergaulan sewaktu istirahat, sewaktu acara berpisah, acara peringatan hari
besar nasional, ataupun hari besar keagamaan. Karena itu sekolah dapat dikatakan
merupakan bagian atau subsistem sosial titik sebagai suatu sistem sosial sekolah
mempunyai struktur, sistem, proses, dan pelaku-pelaku kegiatan serta pola-pola Interaksi
yang semuanya itu akan menentukan jalannya aktivitas yang dilakukan di sekolah. Sebagai
suatu sistem sosial sekolah mempunyai pola pola interaksi seperti:
1. Interaksi guru dengan murid, murid dengan murid, guru dengan guru, dengan staf
administrasi dan pimpinan sekolah
2. Adanya dinamika kelompok yang terjadi didalam maupun diluar kelas
3. Adanya struktur dan fungsi fungsi sistem pendidikan di sekolah tersebut (Sudardja.
1988:27).
Dengan keadaan sekolah sebagai suatu masyarakat kecil, suatu sistem sosial, maka
penyelenggara sekolah harus menyadari hal-hal sebagai berikut:
1. Sekolah adalah suatu community yang sangat teratur, strukturnya, fungsi, dan
peran masing-masing anggota community, maupun hubungan antar personal yang
ada, interaksi edukasi dan adanya disiplin bagi semua pihak yang terlibat di
sekolah.
2. Sekolah sebagai community memiliki ciri yang khusus yakni, anggotanya terdiri
dari berbagai etnis dengan latar belakang budaya yang beragam, terdiri dari
berbagai agama dan kepercayaan berbagai latar belakang sosial dan sosial ekonomi
yang berbeda dan berbagai jenis kondisi keluarga.
42
3. Sekolah merupakan wadah dan sarana untuk pembauran dari berbagai latar
belakang etnis dan budaya sehingga sekolah dapat merupakan alat pemersatu untuk
terciptanya budaya nasional.
4. Sebagai suatu community, sekolah berusaha mempertahankan kompakan anggota
Community dengan menanamkan rasa ikut memiliki dan rasa tanggung jawab
kepada semua anggota community terutama pada peserta didik.
5. Perlu adanya dinamisasi suatu community
6. Di samping memupuk kekompakan dan rasa bersatu dalam community sekolah,
tidak kalah pentingnya untuk memupuk hubungan yang baik dan kompak dengan
pihak pihak dealer community sekolah itu sendiri demi pengembangan community
itu sendiri.
Hal ini dapat dikatakan merupakan salah satu indikasi, disamping faktor lain yang
mempengaruhinya, kurangnya rasa memiliki dan kebanggaan pada diri peserta didik
sebagai anggota community sekolah yang bersangkutan. Seharusnya justru peserta didik
yang akan menjaga dan memelihara sekolahnya termasuk fasilitas, sarana prasarana yang
ada di dalam sekolah.
4. Landasan Hukum
43
5. Landasan Moral
Dalam diri manusia sebagai peserta didik dan hasil dari proses pendidikan yang pada
akhirnya menjadi sumber daya manusia, merupakan muara dari mekanisme aliran nilai-
nilai agama, filsafat, sosial, dan hukum, oleh karena itu landasan ini merupakan sistem
yang terpadu yang pada hakekatnya merupakan satu kesatuan. Manusia yang menghendaki
hidup damai, aman, tentram, nyaman, dan penuh kepuasan serta sejahtera, modal dasarnya
terletak pada kadar serta bobot moral yang melekat pada dirinya. Menjadi individu yang
dewasa dan berakhlak mulia bukan merupakan suatu proses yang mudah dan sederhana.
Hal tersebut menurut upaya dan perjuangan yang sungguh-sungguh dari lingkungan
pendidikan (keluarga, sekolah, masyarakat, dan pranata-pranata lainnya).
agama moral
filsafat
sosiologi
hukum
44
I. Asas-Asas Pendidikan
Oleh karena itu, pendidikan dalam arti luas dapat memiliki peran yang sangat
penting untuk membina setiap individu untuk memiliki akhlak mulia dan dapat menerima
kenyataan sebagaiaman adanya, perbedaan dapat diterima sebagai suatu modal untuk
pekembangan kemajuan masyarakat-bangsa dan negara, dan kenyataan dalam hidup
menjelaskan bahwa perbedaan melahirkan ide-ide dalam pertumbuhan da perkembangan
sepanjang perbedaan bukan dijadikan pertentangan apa lagi perseteruan yang dapat
menimbulkan kehancuran dan kebinasaan.
Pendidikan sepanjang hayat bukan hanya saja berlaku untuk peserta didik dan
orang awam, melainkan juga berlaku bagi guru sebagai pendidik, orang tua, tokoh atau
pemuka masyarakat termasuk juga para pimpinan. Selama hayat dikandung badan,
manusia akan tetap berhadapan dan mengalami fenomena yang dihadapi di atas, oleh
karena itu, manusia akan terus mengalami pendidikan. Hal tersebut harus menjadikan
kesadaran dan kesabaran diri masing-masing individu. Pendidikan sepanjang hayat,
hakikatnya meliputi belajar sepanjang hayat.
Dalam proses pelaksanaan kegiatan pendidikan terjadi interaksi antara peserta didik
dan pendidik,peserta didik dengan peserta didik, peserta didik dengan staf lainnya di
sekolah. Interaksi tersebut harus dibangun di atas dasar kasih sayang yang terarah pada
pembentukan keperibadian dengan menanamkan nilai-nilai yang bermakna dalam
kehidupan untuk hidup nyaman, aman, damai, dan sejahtera.
a. Kelehaman kelembutan
b. Kemurahan hati
45
c. Kesadaran
d. Kesederhanaan
e. Ketulusan
f. Kejujuran
Interaksi yang didasarkan pada asas tersebut yang berlangsung dalam proses
pendidikan, itu lah disebut dengan interaksi edukatif. Suasana dan hubungan interaksi
edukatif antara pndidik dan peserta didik terjalin dalam kasih sayang (Nursid
Sumaatmadja. 2002:60).
3. Asas Demokrasi
Para ahli telah mengemukakan pengertian tentang demokrasi yang pada mulanya
konsep ini digunakan dalam pemerintahan atau politik. Dewasa ini demokrasi tidak
dibatasi kepada pengertian politik, tetapi menyangkut hal-hal dalam bidang sosial,
ekonomi, hokum dan HAM. Demokrasi telah merupakan suatu sikap atau cara hidup baik
di dalam lingkungan terbatas maupun di dalam lingkungan bernegara (Tilaar. 2002: 28).
Berdasarkan makna demokrasi di atas, asas demokrasi yang dikembangkan dan di terapkan
pada proses dan kegiatan pendidikan, mengacuh pada kesetaraan antara sebagai subyek
sebagai umat manusia dalam suasana interaksi edukatif, sesuai dengan posisi serta tugas
masing-masing.
46
makna yang dikandung adalah kejujuran. Terbuka dan transparan berarti tidak ada yang
tersebunyi apalagi dibohongi. Dengan demikian, keputusan atau tindakan maupun
perbuatan yang dilakukan, dilakukan dengan tulus, jujur, senang hati, dan tanggung jawab.
5. Asas Tanggungjawab
6. Asas Kualitas
Asas kualitas berkaitan dengan mutu hasil pendidikan yang akan dicapai. Kualitas
hasil akan tergantung atau dipengaruhi oleh kualitas proses pelaksanaan yang mencakup,
materi,strategi, metode, pelaksanaan, hubungan antara peserta didik dan pendidik,
pengelolahan, sampai pada evaluasi hasilnya sebagai mana dijelaskan di atas. Dengan
demikian asas kualitas dalam proses dan kegiatan pendidikan, dapat diartikan sebagai
muara dari asas-asas pendidikan sepanjang hayat, kasih sayang, demokrasi, keterbukaan
atau transparansi, serta tanggung jawab.
47
Proses kegiatan pendidikan yang bertujuan untuk mnciptakan sumber daya manusia
yang berkualitas, haruslah berlandaskan asas kualitas dalam segalah perangkat, kerja,
kinerjanya. Untuk memperjelas keterkaitannya pengembangan dan penerapan asas-asas
pendidikan yang telah dijelaskan di atas, berikut ini akan di sajikan gambar dengan
harapan akan dapat lebih memperjelas asas tersebut dengan kaitannya satu dengan lainnya.
peserta Proses
Kualitas SDM yang
didik pendidikan
manusiawi
sepanjang hayat
yang penuh
kasih sayang
Tanggung jawab
Gambar 2: penerapan berbagai asas dalam proses pendidikan untuk membina sumber daya
manusia yang manusiawi
48
8. Dasar-dasar pendidikan Mohammad Sjafei
49
Kelemahan :
- Dalam bab ini terlalu banyak menggunakan kata-kata bahasa asing yang sulit
dimengerti oleh pembacanya.
- Pada bab ini terlalu banyak penjelasan yang kata-katanya diulang-ulang dalam
penulisan dalam buku tersebut.
- Penulisannya belum sempurrna dalam menggunakan kata-kata yang sesuai EYD
dalam penulisan dalam bab ini
- Pada bab ini pada setiap masuk ke paragraph berikutnya tidak beraturan dalam
penulisannya hanya langsung saja.
- Ada beberapa penyampaian materi yang di buat penulis tidak secara langsung
menyinggung pembahasan
Kelebihan :
- Banyak mengambil kutipan dari buku dalam penulisan dan penjelasan setiap sub
bab di bab ini
- Penjelasan yang dipaparkan dalam buku ini mudah dimengerti karena pada
penjelasannya dijelaskan secara menyeluruh
- Pada bab ini ada beberapa bagiannya yang dijelaskan dengan sangat baik untuk
mudah dimengerti oleh si pembaca karena ada banyak menggunakan penjelasan
dalam bentuk table dan gambar lainnya.
- Dalam buku ini penulis menyertakan banyak pendapat ahli seputar materi yang
disampaikan lalu setelah itu penulis menyimpulkan apa maksud dari itu semua.
- Dalam buku ini juga di sertai contoh langsung tentang pendidikan karakter
- Bahasa yang digunakan penulis mudah untuk dimengerti, selain itu dalam
menyampaikan isi materinya penulis mwnyampaikan uraian materi sesuai dengan
kenyataan d masyarakat.
50
DAFTAR PUSTAKA
Purba, Edward dan Yusnadi. 2016. Filsafat Pendidikan Cet 1. Medan: UNIMED Press
51