Disusun Oleh:
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberkan kemudahan sehingga saya
dapat menyelesaikan makalah ini sesuai waktu yang diberikan. Tanpa bantuan dari
Tuhan, saya bukalan siapa-siapa. Shalawat beserta salam semoga tercurahkan kepada
beginda Nabi Muhammad SAW yang kita nantkan syafaatnya di akhirat nanti.
Dalam penyususna critical book review ini, saya banyak mendapat tantangan
dan hambatan akan tetapi, dengan bantuaan dari berbagai pihak tantangan itu bisa di
teratasi. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kassih kepada Dr. Rusydi Ananda,
M.Pd selaku dosen mata kuliah Filsafat Ilmu atas bimbiungan, pengarahan, dan
kemudahan yang telah diberikan kepada saya dalam pengerjaan critical book review
ini.
Saya menyadari bahwa penulisan critical reviw book ini jauh dari kata
sempurna dan masih dapat benyak kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu
saya mengaharapkan kritik dan saran pembaca agar makalah ini menjadi lebiih baik
lagi. Saya mohon maaf maaf yang sebesar-besarnya jika ada kalimat atau kata yang
salah.
Medan, 2023
A. BUKU 1
IDENTITAS BUKU 1
IDENTITAS BUKU 1
BAGIAN PERTAMA
HAKIKAT FILSAFAT
a) Makna Filsafat
Berfilsafat dalam lakon tertentu berpikir, meski tidak semua aktivitas berpikir
dapat disebut telah berfilsqfat. Butuh ciri dan karakter khusus Ketika suatu kerangka
berpikir tertantu layak untuk dipersamakan dengan berfilsafat.
Harus dicatat, bahwa seorang filsuf atau mereka yang disebut filsuf tidak
mungkin dapat diketahui, kecuali ileh mereka yang memahami ciri berfilsafat.
Misalnya, tidak semua kegiatan beroikir dapat menyebabkan seseorang disebut filsuf.
Suatu kerangka berpikir, baru dapat disebut telah berfilsafat apabila, setidaknya,
memenuhi empat ciri. Keempat ciri dimaksud sebagaimana akan diuraikan di bawah
ini.
1) Radikal
Radik (radix/Yunani) berarti akar atau opula dapat pula dengan mengakar dan
berakar. Inilah ciri berpikir pertaman siapapun yang layak disebut filsuf. Kata radix
yang berarti akar, melalui kata ini, seorang filsuf patut diduga memiliki kemapuan
“memaksa” orang untuk berpikir, yang pada taraf tertentu sampai ke akar persoalan.
Ke suatu titik yang tak dapat dijangkau oleh manusia biasa. Ia dipaksa mampu
menembus suatu cakrawala yang mungkin tiodak banyak dapat dijangkau oleh
banyak orang.
2) Sistematis
Sistematis, secara Bahasa berarti berkaitan satu sama lain, atau bahkan terikat
satu sama lain. Tidak dapat disebut sistematis, jika satu kejadian tidak memiliki
perkalian atau tidak berdampak dengan aspek lain. Karena itu, tidak ada suatu
kejadian yang benar-benar berdiri sendiri, berdiri di ruang hampa, tanpa perbah
ada peran serata yang lain di dalamnya.
3) Universal
4) Spekulatif
Bagi mereka yang mengkaji filsafat, tidak akan berhenti membuat kesimpulan
dengan hanya menggunakan sebuah dalil, termasuk dalil tersebut final. Dikarenakan
nalar tertentu, sepanjang kita masih berada bumi, dan sepanjang kita masih menjadi
manusia, kata final dalam konteks kebenaran selalu tidak akan terjadi.
BAGIAN KEDUA
HAKIKAT ILMU
a) Makna Ilmu
Ilmu tidak pernah berdiri sendiri. Tidak pernah lepas dari aspek lain. Tidak
pernah dapat dihadirkan sendiri. Ia selalu terikat factor dan actor yang
melatarbelakangi mengapa sesuatu yang disebut ilmu, hadir dan berkembang. Ilmu
tidak pernah berdiri di ruang hampa tanpa berdesakan dengan dimensi kemanusiaan
dan kealaman sehingga kompleks. Ilmu, merupakan lanjutan dari fase ke fase lain, dari
satu peristiwa ke peristiwa lain. Ilmu adalah tumpukan teori yang besar dan kompleks.
b) Ketegorisasi dan Objek Ilmu
1) Klasifikasi Ilmu
2) Objek Ilmu
Dalam tatanan praktis, produk dari suatu kegiatan observasi dan eksperimen,
sering dihabiskan dengan kata sains dan anak turunannya Bernama teknologi. Ilmu
akan mengasumsikan alam sebagai objek kajian utama dan meletakkan rasio
sebagai alat untuk menganalisi dan melukiskan kesemestaan. Karena itu, wilayah
kerja ilmu pasti selalu bersifat empiris dan pasti menuntut suatu pola ilmiah yang
bersifat logis, karena perubahan alam selalu logis dan teratur.
3) Masalah Ilmmiah
Masalah ilmiah umunya dicirikan dengan tiga ciri, yakni (1) harus mampu
dikomunikasikan (communicable) dan dapat menjadi wacana public, (2) dapat
diganti dengan sikap ilmiah, dan (3) dapat ditangani melalui metode ilmiah.
4) Sikap Ilmiah
Ilmu juga membutuhkan suatu sikap khusu yang diperlukan bagi kepentingan
ilmu. Sikap dimaksud dengan sikap ilmiah. Sikap ilmiah dalam banyak khasus
bahkan masuk dalam prosedur berpikir ilmiah. Sikap ilmiah , yakni rasa ingin tahu,
bersikap spekulatif, bersikap objektif, keterbukaan, kesediaan untuk menunda
penilaian, dan tentative.
5) Aktivitas Ilmiah
Filsafat ilmu juga mengkaji perkembangan ilmu, karakter keilmuan dari zaman ke
zaman, dan bagaimna masing-masing karakter dimaksud dengan mempengaruhi dan
berpengaruh budaya dan peradaban yang mengitarinya. Apapun yang dikaji dalam
keilmuan termsuk ke dalam objek kajian, seperti objek kajian agama, akan
memperoleh ruang dinamisnya dalam kajian keagamaan filsafat ilmu.
BAGIAN KETIGA
ANALISIS HISTORIS KELAHIRAN FILSAFAT ILMU
a) Sejarah Filsafat Ilmu
Filsafat ilmu diperkirakan lahir pada abad ke-18 Masehi, meski kelahirannya
telah lama muncul. Yang familiar dengan sosok Immanuel Kant, yaitu penemu ilmu
filsafat. Hal ini karena Immanuel Knat pernah berasumsi bahwa filsafat merupakan
disiplin ilmu yang mapu menunjukan batas-batas dan ruang lingkup pengetahuan
manusia secara tepat.
Perlu dicatat bahwa pada abad ke-18 saat dimana kant mengumandangkan
pentingnya filsafat ilmu, dan mengapa filsafat harus dilahirkan, rupanya
dimaksudkan agar dia mampu menjawab perkembangan ilmiah, tentu apala=gi
sebelumnya, yang terkesan bebas nilai dan mencabut berbagai pertaliannya dengan
filsafat, apalagi dengan demikian apa yang dicabut disebut dengan agama. Dalam
makna ini, dapat juga diasumsikan bahwa yang memisahkan atau memalingkan
agama dalam segenap capaian manusia, ternyata bukan filsafat, tetapi justru oleh
produk filsafat itu sendiri yang dinamakan ilmu.
b) Memahami Ontologi
Secara istilah ontologi adalah ilmu yang membahas hakikat yang ada yang
merupakan realita baik berbentuk jasmani atau konkrit maupun rohani atau abstrak.
Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno dan berasal dari
Yunani.
c) Metafisika
Metafisika adalah salah satu cabang filsafat yang berusaha mencaari hakikat
dari segala yang ada. Kajian metafisika adalah kajian yang bersifat mengatasi
pengalaman inderawi yang antara lain bersifat individual. Metafisika bertugas mencari
kedudukan yang individual itu dalam konteks keseluruhan.
1) Sejarah Metafisika
Kata "metafisika" dicatat dari set karya Aristoteles yang terdiri dari 14
kelompok karya tentang problem-problem filosofis. Pada mulanya tidak terdapat
nama untuk merujuk kajian kefilsafatan ini, hingga Andronikus dari Rodesia
menyusun karya-karya filsafat Aristotelian dengan delapan buku di luar label
"Fisika" dinamai τὰ μετὰ τὰ φυσικά βιβλία (tà metà tà Physika biblia; buku/karya
(yang adalah) setelah/disamping Φυσικὴ ἀκρόασις (Phusike akroasis)). Sehingga
timbul istilah "Metafisika" yang, secara turun temurun berbelok maknanya dan
dimengerti sebagai "sesuatu/ilmu di balik fisika/kulit terluar (yang menutupi
sesuatu)".
5) Cabang Metafisika
d) Memahami Epistemoloogi
Epistemologi adalah cabang dari filsafat yang berkaitan dengan hakikat atau
teori pengetahuan. Dalam bidang filsafat, epistemologi meliputi pembahasan tentang
asal mula, sumber, ruang lingkup, nilai validitas, dan kebenaran dari pengetahuan.
1) Makna epistemology
Berpikir secara ilmiah melalui metode ilmiah diawali dengan kesadaran akan
adanya masalah. Permasalahan ini kemudian harus dirumuskan dalam bentuk
kalimat tanya. Dengan penggunaan kalimat tanya diharapkan akan memudahkan
orang yang melakukan metode ilmiah untuk mengumpulkan data yang
dibutuhkannya, menganalisis data tersebut, kemudian menyimpulkannya.
Langkah yang harus dilakukan adalah konseptualisasi masalah penelitian,
sehingga jelas rumusan dan ruang lingkup masalah, dan batasan konsep dan
batasan operasional. Dalam merumuskan masalah berisi tentang: (1) Pendahuluan,
(2) Latar belakang masalah, (3) Identifikasi masalah, (4) Pembatasan masalah, (5)
Perumusan masalah, (6) Definisi operasional, (7) Tujuan dan manfaat penelitian.
2) Merumuskan hipotesis
3) Mengumpulkan data
5) Kesimpulan
Logika dimulai sejak Thales (624 SM - 548 SM), filsuf Yunani pertama yang
meninggalkan segala dongeng, takhayul, dan cerita-cerita isapan jempol untuk
memecahkan rahasia alam semesta. Thales mengatakan bahwa air adalah arkhe
(Yunani) yang berarti prinsip atau asas utama alam semesta.
3) Bentuk dan Cara Kerja Logika
g) Teori Nilai
1) Ciri dan Letak Nilai
Suatu nilai terbentuk melalui proses sosialisasi. Nilai merupakan hasil interaksi
antar warga di dalam masyarakat. Nilai disebarkan di antara warga masyarakat.
Nilai merupakan bagian dari upaya untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan
sosial manusia.
Nilai memiliki karakteristik yang bersifat abstrak atau tidak nyata. Nilai juga
tidak membahas masalah persoalan kebenaran dan kesalahan akan tetapi
membahas menganai persoalan baik dan buruk, senang atau tidak senang. Karena
dalam persoalan kebenaran (benar dan salah) menggunakan logika sedangkan
dalam persoalan nilai adalah tentang penghayatan, perasaan dan kepuasan.
Walaupun masalah kebenaran tidak terlepas dari nilai, tetapi nilai dalam konteks
menurut nilai logika.
Walaupun pada kenyataannya, pandangan mengenai nilai itu relatif atau tidak
sama, namun dalam aksiologi, terdapat tolak ukur mengenai nilai tingkah laku
dalam etika dan tolak ukur mengenai keindahan yang dibahas dalam estetika.
3) Eksistensi Nilai Etik dalam Prilaku Hidup
Ilmu bukanlah tujuan tetapi sarana untuk mencapai hasrat akan kebenaran itu
berimpit dengan etika bagi sesame manusia dan tanggung jawab secara agama.
Sebenarnya ilmuwan dalam gerak kerjanya tidak perlu memperhitungkan adanya
dua faktor, yaitu ilmu dan tanggung jawab. Karena yang kedua itu melekat dengan
yang pertama. Dengan tanggung jawab itu berarti ilmuwan mempunyai etika
dalam keilmuannya itu. Ilmu yang melekat dengan keberadaban manusia yang
terbatas, maka dengan ilmu hasrat keingin tahuan manusia yang terdapat di dalam
dirinya merupakan petunjuk mengenai kebenaran yang transeden di luar jangkauan
manusia.
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa mengandung makna bahwa manusia tidak
hanya semata-mata mengakui dan menghargi kemampuan rasionalitas manusia
semata tetapi juga menginsyafi bahwa ada kekuatan lain yang lebih besar. Manusia
tidak hanya dihargai karena aktifitas akalnya saja tetapi juga aspek-aspek lain yang
irrasional. Sila kemanusiaan yang adil dan beradab, mengandung makna bahwa
ilmu pengetahuan harus dikembalikan pada fungsi semula utuk kemanusiaan, tidak
hanya untuk kelompok atau sector tertentu (T. Jacob: 42-43)
h) Memahami Estetika
1) Makna Estetika
Secara etimologis estetika berasal dari kata Yunani: Aistetika yang berarti hal-
hal yang dapat dicerap dengan panca indra, atau Aisthesis yang berarti pencerapan
panca indra/sense perception, (The Liang Gie, 1976, hlm.15). Namun pengertian
estetika umumnya sendiri adalah cabang ilmu filsafat yang membahas mengenai
keindahan/hal yang indah, yang terdapat di alam dan seni.
Estetika sebagai ilmu tentang seni dan keindahan pertama kali diperkenalkan
oleh Alexander Gottlieb Baumgarten (1714-1762), seorang filsuf Jerman.
Walaupun pembahasan estetika sebagai ilmu baru dimulai pada abad ke 17 namun
pemikiran tentang keindahan dan seni sudah ada dari sejak zaman Yunani Kuno.
Estetika membahas refleksi kritis yang dirasakan oleh indera dan memberi
penilaian terhadap sesuatu, indah atau tidak indah, beauty or ugly. Estetika disebut
juga dengan istilah filsafat keindahan. Emmanuel Kant meninjau keindahan dari 2
segi, pertama dari segi arti yang subyektif dan kedua dari segi arti yang obyektif.
Bagi Immanuel Kant , sarana kejiwaan yang disebut cita rasa itu berhubungan
dengan dicapainya kepuasan atau tidak dicapainya kepuasaan atas obyek yang
diamati. Rasa puas itu pun berkaitan dengan minat seseorang atas sesuatu. Suatu
obyek dikatakan indah apabila memuaskan minat seseorang dan sekaligus menarik
minatnya. Pandangan ini melahirkan subyektivisme yang berpengaruh bagi
timbulnya aliran-aliran seni modern khususnya romantisme pada abad ke-19.
Menurut Al-Ghazali, keindahan suatu benda terletak di dalam perwujudan dari
kesempurnaan. Perwujudan tersebut dapat dikenali dan sesuai dengan sifat benda
itu.
Sebagai salah satu bagian dari kajian ilmu pengetahuan, estetika menjadi hal
yang penting untuk dipelajari. Baik bagi para akademisi, praktisi, kritikus, seniman,
atau mereka yang terlibat dalam dunia seni. Manfaat mempelajari teori estetika
adalah sebagai berikut:
a. Mendalami pemaknaan tentang rasa indah terutama dalam sebuah kesenian
b. Memperluas pengetahuan dan penyempurnaan pemaknaan terkait unsur yang
objektif untuk membangkitkan rasa indah pada manusia dan faktor objektif
yang mempengaruhinya
c. Dapat memperluas pengetahuan dan penyempurnaan dalam pemaknaan unsur
subjektif yang berpengaruh pada kemampuan menikmati rasa keindahan
d. Memperkuat rasa cinta pada kesenian dan kebudayaan dengan mempertajam
kemampuan apresiasi atau menghargai suatu objek kesenian
e. Dapat memupuk kehalusan rasa
f. Dapat memperdalam pemaknaan pada ketertarikan wujud kesenian dengan
tata kehidupan yang lebih luas, budaya, dan aspek ekonomi yang bersangkutan
g. Menguatkan kemampuan menilai karya seni secara tidak langsung dalam
mengapresiasi.
BAGIAN KEEMPAT
BAHASA DAN FILSAFAT BAHASA
a) Filsafat Bahasa
Filsafat Bahasa adalah ilmu gabungan antara linguistik dan filsafat yang
mempelajari kodrat dan kedudukan bahasa sebagai kegiatan manusia serta dasar-dasar
konseptual dan teoretis linguistik. Filsafat Bahasa juga dapat diartikan usaha para filsuf
memahami keilmuan yang bersifat konseptual melalui pemahaman terhadap Bahasa
Lahirnya istilah hermeneutika tidak lepas dari tokoh mitologis yunani kuno
yang bernama Hermes yang ditugaskan menerjemahkan pesan-pesan dari dewa di
Gunung Olympus ke dalam bahasa manusia. Berdasarkan tugas Hermes itu maka
hermeneutika mengandung pengertian "proses mengubah sesuatu atau situasi
ketidaktahuan menjadi mengerti”
Pertama, kondisi masyarakat Arab yang hidup pada masa turunnya Al-Qur’an
adalah masyarakat yang tidak mengenal baca tulis (ummi). Bahkan Nabi
Muhammad sendiri juga termasuk dalam golongan masyarakat tersebut, ia juga
tidak hidup dan bermukim di tengah-tengah masyarakat yang relatif telah
mengenal peradaban seperti Mesir, Persia atau Romawi. Dan satusatunya andalan
mereka adalah melalui hafalan.
Pertama, pendidikan Islam selama ini selalu bersandar pada Alquran dan sunah
nabi sebagai rujukan. Kondisi ini mengharuskan adanya aktualisasi diri dalam
konteks kekinian sebab disadari sepenuhnya bahwa Alquran memiliki muatan
sosiologis sebagaimana telah dijelaskan sebelumya yang karenanya upaya
kontekstualisasi pesan moral Alquran dan sunah nabi dalam membangun
keterampilan dan moral masyarakat mestinya bertitik tolak dari suasana dan
nuansa yang dinamis karena mempertimbangkan dimensi sosiologis yang terjadi
pada konteks kekinian.
Ketiga, pesan moral Alquran dan sunah yang bermula dari bahasa lisan
(bersifat terbuka dan dinamis) ke bahasa tulisan (yang biasanya tertutup di mana
kini kita berada dalam posisi yang kedua secara tidak langsung, mengharuskan
kalangan terdidik Muslim untuk mengejawantahkan pesan moral Alquran
dimaksud dalam suasana kebatinan yang dialogis sesuai dengan tuntutan Alquran.
Artinya, jika pendidikan Islam berdasarkan Alquran dan sunah, bagaimanakah
pendidikan Islam melakukan dialog dengan Alquran.
PEMBHASAN 2
SUMBER ILMU PENGETAHUAN
Sumber dalam kamus besar Bahasa indonsia diartikan sebagai asal. Sebagai
contoh, sumber mata air, berarti asal air yang berada pada mata air itu. Dengan
demilkian, sumber ilmu pengetahuan adalah asal dari ilmu pengetahuan yang
diperoleh manusia. Jika membicarakan masalah asal, pengetahuan dan ilmu
pengetahuan tidak dibedakan dalam sumber pengetahuan juga terdapat sumber ilmu
pengetahuan.
Sumber ilmu pengetahuan yaitu Rasionalisme ( paham yang menyatakan
bahwa sumber pengetahuan adalah rasio), dan Empirisme ( paham yang menyatakan
bahwa sumber ilmu pengetahuan yaitu adalah pengalaman). Filsafat memiliki
hubungan keterkaitan antara Agama, da Budaya. Serata filafat memilik banyak cabang
pembahsannya.
PEMBAHASAN 3
FILSAFAT, ILMU, DAN PENGETAHUAN
Filsafat, secara Bahasa dikenal dengan istilah falsafah dan dalam Bahasa
inggris dikenal dengan philosophy dalam bahsa Yunani dikenal dengan philosophia.
Kata philosophia terdiri dari kata philein yang berarti cinta (love) dan sophia yang
berarti kebijaksanaan (visdom) sehingga secara etimologis istilah filsafat berarti cinta
kebijaksanaan (love of wisdom) dengan makna yang sangat dalam.
Ilmu, berasal dari kata Bahasa arab “alima” yang berarti pengetahuan.
Pemakaian kata ini dalam bahsaa Indonesia di ekuivalenkan dengan istilah “science”
berasal dari Bahasa latin: scio, scire yang juga berarti pengetahuan. Ilmu adalah
pengetahuan. Namun, ada beberapa macam pengetahuan. Dengan “pengetahuan Ilmu”
dimaksud dengan pasti, eksak, dan terorganisir. Jadi, pengetahuan yang berasakan
kenyataan dan tersusuan dengan baik.
Pengetahuan, secara etimologi berasal dari kata dalam bahasa inggris yaitu
“knowledge”. Dalam encyclopedia dijelaskan bahwa definisi pengetahuan adalah
kepercayaan yang benar. Sementara secara terminology akan dikemukakakn beberapa
definisi tentang pengetahuan. Dalam kamus filsafat dijelaskan bahwa pengetahuan
knowledge adalah proses kehidupan yang diketahui manusia secara langsung dari
kesadarannya sendiri.
PEMBAHASAN 4
PERKEMBANGAN ILMU
Filsafat ilmu tidak lepas dari sejarah perkembangan ilmu karena landasan
utama perkembangan ilmu adalah filafat yang terdiri atas ontology, epistemology, dan
aksiology. Ketiga landasan dalam filsafat sangat memengaruhi sikap dan pendirian
para ilmuan dalam pengembangan ilmu. Oleh karena itu perkembangan ilmu bersifat
dinamis.
Perkembangan ilmu merupakan kajian yang melihat visi dan misi serta
pergeseran paradigma yang menandai revolusi pengetahuan ilmu pengetahuan.
Rentang waktu revolusi ini berada pada ruang zaman Yunani hingga zaman
kontemporer. Perkembangan ilmu dapat ditelusuru berdasarkan rentang sejarahnya.
Perjalanan ilmu dari zaman pra-yunani, zaman Yunani, zaman pertengahan, zaman
Renaissance, zaman modern, dan zaman kontemporer.
PEMBAHASAN 5
KEBENARAN DAN SIKAP ILMIAH
Manusia memiliki sifat yang senantiasa mencari jawaban atas pertanyaan yang
timbul dalm kehidupannya. Dalam mencari ilmu pengetahuan, manusia melakukan
telaah yang mencakup 3 hal, antara lain 1) objek yang dikaji, 2) proses menemukan
ilmu, dan 3) manfaat dan kegunaan ilmu tersebut. Untuk itu manusia selalu berpikir,
dengan berpikir akan muncul pertanyaan, dan dengan bertanya maka akan ditemukan
jawaban yang mana jawaban tersebut adalah suatu kebenaran.
Dalam mencarai kebenaran ilmiah, seorang ilmuwan dituntut untuk
melakukan sikap ilmiah dalam melaksanakan tugas ilmiah. Tugas ilmiah itu antara lain
mempelajari, meneruskan menolak atau menerima, serta mengubah atau menambah
pikiran ilmiah. Sikap ilmiah merupakan sikap mental yang bersifat untuk melakukan
tugas ataupun kegiatan. Sikap ilmiah harus ada dalam diri seorang ilmuwan atau
akademisi Ketika menghadapi persoalan ilmiah.
PEMBAHASAN 6
SARANA ILMIAH (BAHASA, LOGIKA, MATEMATIKA, DAN STATISKA)
Bahasa sebagai sarana komunikasi antar manusia, tanpa Bahasa tiada
komunikasi, tanpa komunikasi, manusia tidak bisa bersosaliasasi dengan makhluk
sosial. Sebagai sarana komunikasi maka segala yang berkaitan dengan komunikasi
tidak terlepas dari peranan Bahasa, seperti berpikir sistematis dalam menggapai ilmu
pengetahuan.
Dengan kata lain, tanpa mempunya kemampuan bahsa, seseorang tidak dapat
melakukan kegiatan berpikir secara sistematis dan terartur. Sehingga Bahasa
merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh proses berpikir ilmiah,
dimana Bahasa juga merupakan alat berpikir dan berkomunikasi untuk menyampaikan
jalan pikiran tersebut kepada orang lain. Ditinjau dari pola berpikirnya maka ilmu
merupakan gabungan antara berpikir deduktif dan berpikir induktif. Untuk itu,
penalaran ilmiah menyandarkan diri kepada proses logika deduktif dan logika induktif.
Matematika mempunyai peranan yang sangat penting dalam berpikir deduktif,
sedaangkan statiska mempunyai peranan penting dalam berpikir induktif. Jadi
keempat sarana ilmiah ini saling berhubungan erat satu sama lain.
PAMBAHASAN 7
KAJIAN BIDANG-BIDANG FILSAFAT
a) Ontology
Ontology memiliki pertain yang berbeda-beda, definisi ontology berdasarkan
bahsa berasal dari Bahasa Yunani, yuitu On (Ontos) merupakan ada dan logos
merupakan ilmu sehongga ontology merupakan ilmu yang mengenai yang ada.
Ontologi menurut istilah merupakn ilmu yang membahas hakikat yang ada, yang
merupakan ultimate reality.
b) Epistemology
Epistemology atau teori pengetahuan cabang filsaafat yang berurusan dengan
hakikat dan ruang lingkup pengetahuan, pengandaian, dan dasar-dasar nya, serata
pertanggung jawaban atas pertanyaan mengenai pengetahuan yang dimiliki.
Epistemology membahas tentang terjadinya kesalahan dan kesahihan atau kebenaran
ilmu.
c) Aksiologi
Aksiologi atau pemanfaatan ilmu pengetahuan yang ada pada cabang filsafat,
aksiologi berurusan dengan hakikat pemanfaat pada pengetahuan yang dihasilkan dari
adanya Tindakan ontology dan epistemology. sebagai aksiologi yanitu hasil
pemanfaatan, hal ini berkaitan denga napa yang dikaji oleh ontology
PEMBAHASAN 8
ILMU, TEKNOLOGI, DAN SENI
Penggunaan teknologi oleh manusia kini telah berkembang sangat pesat.
Banyak teknologi baru yang diciptakan manusia untuk memudahkan keperluan
mereka. Contohnya saja teknologi pertanian, teknologi internet, dan masih banyak
teknologi lainnya. Ilmu, teknologi, dan seni sebagai produk yang menjadi milik
manusia. Artinya, ilmu, teknologi, dan seni didapat melalui pola piker analogi ilmiah
mengguanakan metope keilmuan yang runtut membawa kea rah titik temu pada suatu
konklusi yang besrifat nisbi.
PEMBAHASAN 9
ILMU DAN STRATEGI INSANI
Ilmuwan secara etimologi bermakna orang yang ahli atau banyak
pengetahuannya mengenai suatu ilmu, sedangkan menurut terminology ilmuwan
banyak sekali peneliti atau para cendikia yang mencoba untuk memberi definisi
mengenai ilmuwan salah satunya dalam pandangan MrGraw Hill Dictionary of
Scientific and Technical term.
Peran dan fungsi ilmuwan dalam masyarakat juga perlu diperhitungkan karena
ilmuwan merupakan orang yang dapat menemukan masalah spesifik dalam ilmu.
Selain itu, ilmuawan memiliki tanggung jawab yang meliputi sosial, moral, dan etika
BAB IV
KEMUKHTAHIRAN DAN KEKHASAN BUKU
Kekhasan Buku
Kekhasan buku ini adalah selain dijelaskan secara sistematis juga dilengkapi dengan
pembutiran point-point mengenai sub, prosedur, dan point-point yang terkait dengan
segala factor yang mempengaruhi.
Kemukhtahiran Buku
1. Buku memiliki kemutakhiran dalam penjeleasan setiap materi yang ada
2. Buku ini memiliki Bahasa dan pembahasan yang ringan mudah di pahami
3. Buku ini juga disertai contoh-contoh sehingga pembaca lebih mudah
4. untuk memahami materi yang dibahas.
5. Buku menggunakan tanda baca yang jelas, tepat dan sesuai dengan cara
6. penulisan sesuai dengan peraturan penulisan.
Kemutakhiran buku ini tidak diragukan lagi dilihat dari tahun terbitannya dan
sumber-sumbernya, kemudian pembahasan yang dipaparkan oleh penulis sangat
menyeluruh sehingga sangat mudah untuk dipahami oleh penulis. Begitu juga pada
buku pembanding, kemutakhiran pada buku pembanding juga tidak diragukan lagi
BAB V
KELEMAHAN DAN KELEBIHAN BUKU
KELEMAHAN DI KEDUA BUKU
1. Buku I lebih cenderung membahas hal luar yang berada di lingkup pembahasan
filsafat, sedangkan Buku II lebih membahas hanya seputar filsafat.
2. Buku I lebih banyak pembahasan dan lengkap dibandingkan Buku ke-II
3. Buku I seharusnya di Revisi Kembali supaya materi nya bisa diperkaya dan
maksud serta arahan pembahasan dapat dipahami pembaca.
KELEBIHAN DI KEDUA BUKU
1. Sama sama memiliki cover yang menarik, dan memiliki kelengkapan yang
dibutuhkan untuk CBR ini.
2. Sama sama memiliki pembahasan yang cukup lengkap
3. Sama sama memiliki atah pembahasan yang sama yaitu tenttang filsafat,
perbedaan hanya di cara penyampaian definisi saja, sera kalimat penggunanya,
BAB VI
REKOMENDASI
1. Pada cover Buku ke II seharusnya gambar orangnya jangan dibuat menunduk
seakaan menggambarkan dia sedang tidur, tapi buat kepala memadap ke atas
lalu tambahkan gambar otak serta lampu dan juga bisa tambahkan beberapa
gambar cabang ilmu seperti, angka untuk MTK, senyawa untuk Kimia, untuk
mempertegas kesan berpikir
2. Pada pembahasan Buku ke I seharusnya direvisi Kembali supaya materi dan
tatanan pengunaan bahasanya lebih rapih.
3. Pada Buku ke I dan Buku II ada kertas kosong sebagai pemisah antara Bab
sebelumnya dan Sesudahnya, seharusnya itu ditiadakan karena terlalu
memborosii kertas, kita sebaagai manusia harus melestarikan pohon dengan
menggunakan kertas seperlunya.
BAB VII
KESIMPULAN
Oleh karena itu, buku ini sangat cocok digunakan bagi mahasiswa, terkhusus
bagi guru untuk membantu dalam menjalankan tugasnya yang menganut prinsip
evaluasi dalam setiap pembelajaran