FILSAFAT PENDIDIKAN
Disusun Oleh :
NIM : 5233351032
KOMPUTER
FAKULTAS TEKNIK
2023
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
pandangan para filosof itu, ada kalanya satu dengan yang lain hanya bersifat
saling kuat-menguatkan, tapi tidak jarang pula yang berbeda atau berlawanan.
Hal ini antara lain disebabkan oleh pendekatan yang di pakai oleh mereka
berbeda, walaupun untuk objek permasalahannya sama. Karena perbedaan
dalam sistem pendekatan itu, maka kesimpulan-kesimpulan yang dihasilkan
menjadi berbeda pula, bahkan tidak sedikit yang saling berlawanan. Selain itu,
faktor zaman dan pandangan hidup yang melatar belakangi mereka, serta
tempat di mana mereka bermukim juga ikut mewarnai pemikiran mereka.
Filsafat berusaha untuk memahami realitas secara menyeluruh, dengan
menjelaskannya secara umum dan sistematis. Begitu pula dengan filsafat
pendidikan berusaha memahami pendidikan dalam keseluruhan,
menafsirkannya dengan konsep-konsep umum, yang akan membimbing kita
dalam memilih tujuan dan kebijakan pendidikan. Dengan cara yang sama
filsafat mengkoordinasi hasil-hasil penemuan sains yang berlainan dan
berbeda-beda, maka filsafat pendidikan menafsirkan penemuan-penemuan
tersebut berkaitan dengan pendidikan.Dalam filsafat terdapat berbagai mazhab,
aliran-aliran, seperti materialisme, idealisme, realisme, pragmatisme, dan lain-
lainnya. Karena filsafat pendidikan merupakan terapan dari filsafat, sedangkan
filsafat beraneka ragam alirannya, maka dalam filsafat pendidikan pun kita
akan temukan berbagai aliran.
3
5. Mengembangkan minat baca civitas akademik dan mahasiswa khususnya
mengenai Filsafat Ilmu.
6. Memudahkan pembaca memahami isi buku berdasarkan hasil Critical Book
Review yang sudah di lakukan.
D. Identitas Buku
a. Buku Utama
Cover Buku :
4
Judul : Pengantar Filsafat Ilmu
Penulis : Suaedi
Edisi/ Cetakan : I (Pertama)
Penerbit : IPB Press
Tahun Terbit : 2016
Jumlah Halaman :152 halaman
ISBN : 978-979-493-888-1
b. Buku Pembanding
Cover Buku :
5
BAB II
RINGKASAN
6
Semakin banyak manusia berpikir, semakin banyak pengetahuan yang
didapat. Namun rasio tidak dapat berdiri sendiri sehingga harus bersentuhan
dengan dunia nyata di dalam berbagai pengalaman empirisnya. Empiris
adalah pengalaman. Empirisme memilih pengalaman sebagai sumber utama
pengetahuan, baik pengalaman lahiriah maupun pengalaman batiniah. Sumber
ilmu pengetahuan secara detail dikemukakan oleh John Hospers dalam
Kebung (2011: 43−45) yaitu :
Pengalaman indrawi atau sense-experince, ilmu pengetahuan yang
diperoleh dari pengalaman manusia dalam kehidupan nyata yang
berhubungan dengan pemanfaatan alat indra manusia.
Penalaran atau reasoning. Ilmu pengetahuan yang diperoleh melalui
proses penalaran manusia menggunakan akal.
Otoritas atau authority. Ilmu pengetahuan yang lahir dari sebuah
kewibawaan kekuasaan yang diakui oleh anggota kelompoknya.
Intuisi atau instuition. Ilmu pengetahuan yang lahir dari sebuah
perenungan manusia yang memiliki kemampuan khusus yang
berhubungan dengan kejiwaannya.
Wahyu atau revelation. Ilmu pengetahuan yang bersumber dari wahyu
Ilahi melalui para nabi dan utusan-Nya demi kepentingan umat.
Keyakinan atau faith. Ilmu pengetahuan yang bersumber dari sebuah
keyakinan yang kuat.
7
praktis positif, Ilmu spekulatif ideografis, Ilmu spekulatif nomotetis, dan Ilmu
spekulatif teoretis.
Pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu.
Burhanuddin Salam mengemukakan bahwa pengetahuan yang dimiliki
manusia ada empat, yaitu : 1) Pengetahuan biasa, 2) Pengetahuan Ilmu, 3)
Pengetahuan filsafat, dan 4) pengetahuan filsafat.
Pada dasarnya pengetahuan berbeda dengan ilmu. Perbedaan itu terlihat
dari sifat sistematisnya dan cara memperolehnya. Dalam perkembangannya,
pengetahuan dengan ilmu bersinonim arti, sedangkan dalam arti material
keduanya mempunyai perbedaan.
8
filsafat imu yang menjadi fokus utama adalah kebenaran empirik (T4).
Kebenaran empirik sering disebut sebagai kebenaran imiah.
Teori kebenaran terdiri dari teori korespondensi (menyatakan bahwa
kebenaran adalah kesesuaian antara pikiran dan kenyataan teori), teori
koherensi/konsistensi (suatu kebenaran adalah apabila ada koherensi dari arti
tidak kontradiktif pada saat bersamaan antara dua atau lebih logika), teori
pragmatisme (kebenaran diukur dari kegunaan (utility), dapat dikerjakan
(workability), dan pengaruhnya memuaskan (satisfactory consequences).
Sikap ilmiah merupakan sikap yang harus ada pada diri seorang ilmuwan
atau akademisi ketika menghadapi persoalan-persoalan ilmiah. Sikap-sikap
ilmiah yang dimaksud adalah :
Sikap skeptis, menyangsikan setiap pernyataan ilmiah yang belum teruji
kebenarannya.
Sikap ingin tahu, terlihat pada kebiasaan bertanya tentang berbagai hal
yang berkaitan dengan bidang kajiannya.
Sikap kritis, terlihat pada kebiasaan mencari informasi sebanyak mungkin
berkaitan dengan bidang kajiannya untuk dibandingkan.
Sikap terbuka, terlihat pada kebiasaan mau mendengarkan pendapat,
walaupun pada akhirnya pendapat tersebut tidak diterima karena tidak
sepaham atau tidak sesuai.
Sikap objektif, terlihat pada kebiasaan menyatakan apa adanya, tanpa
diikuti perasaan pribadi.
Sikap relamenghargai karya orang lain, terlihat pada kebiasaan
menyebutkan sumber secara jelas sekiranya pernyataan atau pendapat
yang disampaikan memang berasal dari pernyataan atau pendapat orang
lain.
Sikap berani mempertahankan kebenaran, tampak pada ketegaran
membela fakta dan hasil temuan lapangan walapun bertentangan atau tidak
sesuai dengan teori atau dalil yang ada.
Sikap menjangkau ke depan, dibuktikan dengan selalu ingin membuktikan
hipotesis yang disusunnya demi pengembangan bidang ilmunya.
9
f. Bab 6 : Saran Ilmiah
Tanpa mempunyai kemampuan bahasa, seseorang tidak dapat melakukan
kegiatan berpikir secara sistematis dan teratur. Fungsi bahasa menurut
Halliday yang dikutip oleh Thaimah, yaitu : fungsi instrumental, fungsi
regulatoris, fungsi interaksional, fungsi personal, fungsi heuristik, fungsi
imajinatif, dan fungsi representasional.
Matematika mempunyai peranan penting dalam berpikir deduktif. Sifat
kuantitatif dari matematika meningkatkan daya prediksi dan kontrol dari
ilmu. Ilmu memberikan jawaban yang lebih bersifat eksak dan
memungkinkan pemecahan masalah secara tepat serta cermat.
Ilmu statistik adaalah ilmu pengetahuan yang membahas (mempelajari)
dan mengembangkan prinsipprinsip, metode, dan prosedur yang perlu
ditempuh atau dipergunakan dalam rangka: (1) pengumpulan data angka, (2)
penyusunan atau pengatura data angka, (3) penyajian atau penggambaran atau
pelukisan data angka, (4) penganalisisan terhadap data angka, (5) penarikan
kesimpulan (conclusion), (6) pembuatan perkiraan (estimation), serta (7)
penyusunan ramalan (prediction) secara ilmiah (dalam hal ini secara
matematik) atas dasar pengumpulan data angka tersebut.
Logika adalah sarana untuk berpikir sistematis, valid, dan dapat
dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, berpikir logis adalah berpikir sesuai
dengan aturan-aturan berpikir, seperti setengah tidak boleh lebih besar
daripada satu.
Agar dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah yang baik diperlukan
sarana yang berupa bahasa, logika, matematika, dan statistik.
10
Monoisme, materialisme, idealisme, dualisme, pluralisme, nihilisme dan
agnotisisme.
Epistemologi adalah bagian filsafat yang meneliti asal-usul, asumsi dasar,
sifat-sifat, dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting
dalam menentukan sebuah model filsafat. Aliran dalam epistimologi
diantaraanya : Rasionalisme, empirisme, realisme, kritisisme, positivisme,
skeptisisme dan pragmatisme.
Pengetahuan yang diperoleh oleh manusia melalui akal, indra, dan lain-
lain mempunyai metode tersendiri dalam teori pengetahuan, yaitu : Metode
indukatif, metode deduktif, metode positivisme, metode kontemplatif dan
metode dialektis.
Aksiologi berarti teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari
pengetahuan yang diperoleh.Logika pada dasarnya merupakan suatu teknik
atau metode yang diciptakan untuk meneliti ketepatan dalam penalaran. Etika
adalah adalah suatu sikap yang bertujuan agar manusia mengetahui dan
mampu mempertanggungjawabkan apa yang ia lakukan. Estetika lahir dari
penilaian manusia tentang keindahan.
11
tahap yaitu : Level Preconvenstional (berkembang pada masa kanak-kanak),
Level Conventional (individu termotivasi untuk berperilaku sesuai dengan
norma-norma kelompok agar dapat diterima) dan Level Postconventional
(orang melihat situasi berdasarkan prinsip-prinsip moral yang diyakininya).
Sifat-sifat Ilmu terdiri dari rasional, empiris, sistematis, umum dan
akumulatif.
Ilmuwan secara etimologi bermakna orang yang ahli atau banyak
pengetahuannya mengenai suatu ilmu. Tanggung jawab pokok ilmuwan
adalah (1) mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi (berpikir,
melakukan penelitian dan pengembangan, menumbuhkan sikap positif-
konstruktif, meningkatkan nilai tambah dan produktivitas, konsisten dengan
proses penelaahan keilmuan, menguasai bidang kajian ilmu secara mendalam,
mengkaji perkembangan teknologi secara rinci, bersifat terbuka, profesional
dan mempublikasikan temuannya); (2) meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dengan menemukan masalah yang sudah/akan memengaruhi
kehidupan masyarakat dan mengomunikasikannya, menemukan pemecahan
masalah yang dihadapi masyarakat, membantu meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, menggunakan hasil penemuan untuk kepentingan kemanusiaan,
mengungkapkan kebenaran dengan segala konsekuensinya, dan
mengembangkan kebudayaan nasional.
12
formal filsafat ialah usaha mencari keterangan secara radikal terhadap objek
material filsafat. Dengan demikian objek material filsafat mengacu pada
substansi yang ada dan mungkin ada yang dapat difikirkan oleh manusia,
sedangkan objek formal filsafat menggambarkan tentang cara dan sifat
berfikir terhadap objek material tersebut, dengan kata lain objek formal
filsafat mengacu pada sudut pandang yang digunakan dalam memikirkan
objek material filsafat.
Ilmu adalah pengetahuan tentang sesuatu bidang yang disusun secara
bersistem menurut metode-metode tertentu yang dapat digunakan untuk
menerangkan gejala-gejala tertentu dibidang (pengetahuan) itu (Kamus Besar
Bahasa Indonesia). Sedangkan filsafat ilmu merupakan bagian dari filsafat
pengetahuan secara umum.
Tujuan Filsafat ilmu adalah :
Memahami unsur-unsur pokok ilmu, sehingga secara menyeleuruh kita
dapat memahami sumber, hakikat dan tujuan ilmu.
Memahami sejatah pertumbuhan, perkembangan dan pertumbuhan ilmu
diberbagai bidang, sehingga kita mendapat gambaran tentang proses ilmu
kontemporer secara histories.
Menjadi pedoman bagi para dosen dan mahasiswa dalam memahami studi
di perguruan tingggi, terutama untuk membedakan persoalan yang ilmian
dan non ilmiah.
Mendorong pada calon ilmuwan untuk konsisten dalam mendalalmi ilmu
dan mengembangkannya.
Mempertegas bahwa dalam persoalan sumber dan tujuan antara ilmu dan
agama tidak ada pertentangan.
13
Perkembangan Ilmu Zaman Islam
Dalam dunia Islam adalah Imam al Ghazzali yang pernah skeptis terhadap
realita, namun iapun selamat dan menjadi pemikir besar dalam filsafat dan
tashawwuf. Perkataannya yang populer adalah ”keraguan adalah
kendaraan yang mengantarkan seseorang ke keyakinan”.
14
sikap hedonisme dan konsumerisme, 3) Perkembangannya sangat cepat,
dan 4) Bersifat eksploitatif terhadap lingkungan.
15
logika, etika, bersama disiplin yang khusus mengenai ilmu keagamaan. Ilmu
sihir, alkemi dan numerologi (ilmu nujum dengan menggunakan bilangan)
dimasukkan kedalam golongan cabang-cabang ilmu yang tidak beguna.
Klasifikasi ini memberikan makna implisit menolak adanya sekularisme,
karena wawasan Yang Kudus tidak menghalang-halangi orang untuk
menekuni ilmu-ilmu pengetahuan dinuawi secara teoritis dan praksis.
16
menggapai ilmu dan pengetahuan. Unsur-unsur dalam bahasa : simbol-
simbol, simbol vokal, simbol-simbol vokal arbitrer.
Aliran filsafat bahasa dan psikolinguistikmelihat mendefinisikan fungsi
bahasa sebagai sarana untuk menyampaikan pikiran, perasaan, dan emosi,
sedangkan aliran sosiolinguistik berpendapat bahwa fungsi bahasa adalah
sarana untuk perubahan masyarakat.
Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari
serangkaain pernyataan yang ingin kita sampaikan. Matematika merupakan
ilmu deduktif. Nama ilmu deduktif diperoleh karena penyelesaian masalah-
masalah yang dihadapi didasarkan atas deduksi-deduksi (penjabaran-
penjabaran) pola berpikir deduktif. Kontribusi matematika dalam
perkembangan ilmu alam, lebih ditandai dengan penggunaan lambang-
lambang bilangan untuk perhitungan dan pengukuran, di samping hal lain
seperti bahasa, metode, dan lainnya.
Statistik diartikan sebagai “kumpulan bahan keterangan (data), baik yang
berwujud angka (data kuantitatif) maupun yang tidak berwujud angka (data
kualitatif), yang mempunyai arti penting dan kegunaan yang besar bagi suatu
Negara”. Namun pada perkembangannya, arti kata statistic hanya dibatasi
pada kumpulan bahan keterangan yang berwujud angka (data kuantitatif saja).
Statistik menggunakan cara berfikir induktif dalam menyelesaikan masalah.
Statistika diterapkan secara luas dalam hampir semua pengambilan keputusan
dalam bidang managemen.
Logika adalah sarana berpikir sistematis, valid dan dapat
dipertanggungjawabkan. Karena itu berpikir logis adalah berpikir sesuai
dengan aturan-aturan berpikir, seperti setengah tidak boleh lebih besar dari
pada satu.
17
BAB III
PEMBAHASAN
18
juga harus membimbing ilmu. Ilmu yang perkembangannya yang sangat pesat
mengakibatkan ilmu semakin jauh dari induknya. Bahkan, telah
mengakibatkan munculnya arogansi dan kompartementalisasi antara satu
bidang ilmu dengan yang lainnya. Di sinilah filsafat berperan, yaitu
menyatukan visi keilmuan dari berbagai disiplin ilmu. Dalam konteks ini,
ilmu sebagai kajian filsafat sangat krusial untuk dibahas. Adapun Pokok
pembahasan dalam buku Filsafat Ilmu ini mencakup sejarah perkembangan
ilmu, objek, metode dan tujuan ilmu, secara hakitat sumber pengetahuan dan
criteria kebenaran. Tak ketinggalan pembahasan secara ilmiah. Pembahasan
ini penting agar Mahasiswa Universitas Negereri Medan : 1) lebih kreatif dan
inovatif dalam berfikir sesuai dengan aturan-aturan ilmiah, 2) memberika
spirit bagi moral yang terkandung pada setiap ilmu, baik onologism,
epistemologis, maupun aksiologis dan 3) menyadari bahwa ilmu yang
diperoleh jauh mencukupi.
Kedua buku ini memiliki kesamaan dalam penggambaran filsafat sebagai
induknya ilmu, dimana filsafat telah banyak berjasa dalam proses kemajuan
ilmu itu sendiri. Ilmu hanya terbatas pada persoalan empiris saja, sedangkan
fisafat mencakup objek empiris maupun non-empiris. Dari segi pembahasan,
buku utama memiliki jumlah bab yang lebih banyak, yaitu 9 bab sedangkan
buku pembanding memiliki 6 bab. Secara keseluruhan isi buku membahas
sub materi yang pada dasarnya sama. Hal tersebut dapat dilihat seperti pada
bab 4 dan 7, dimana kedua penulis menjelaskan bagamana ontologi,
epistimologi dan aksiologi dalam filsafat ilmu. Dalam pembahasan bahasa
dalam filsafat, kedua penulis juga mengunakan Matematika dan Statistik yang
dapat dilihat pada Bab 6 dan Bab 5.
a. Buku Utama
Kelebihan
Isi buku dan penjelasan materi di dalam buku ini sangat lengkap dan
terperinci, karena mengupas tuntas semua materi dan juga membahasnya
19
satu per satu sehingga pembaca dapat memilah-milah satu per satu dari
materi tersebut.
Buku ini cocok digunakan untuk mahasiswa sebagai panduan dan
pedoman untuk menambah pengetahuan mengenai filsafat ilmu.
Definisi-definisi dalam setiap pokok pembahasan banyak di buat
pengertian menurut para ahli. Sehingga kita sebagai pembaca dapat lebih
mudah memahami setiap pokok pembahasan yang ada dalam buku ini.
Sistematika penulisan di dalam buku ini tersusun secara teratur dan rapi
sehingga lebih mudah untuk mempelajarinya.
Dari segi layout, buku ini memiliki cover yang menarik juga font yang
mudah dibaca.
Kekurangan
Sebaiknya buku ini memberikan ilustrasi seperti wajah para tokoh filsafat
atau ilustrasi pendukung lainnya sehingga buku ini dapat membuat
pembaca semakin tertarik untuk membaca.
Ada beberapa definisi dalam buku ini yang penulis belum memberikan
kesimpulan menurut interperetasinya. Penulis hanya merangkum beberapa
pendapat dari para ahli.
b. Buku Pembanding
Kelebihan
Buku ini di tulis dengan lengkap dan teratur, sehingga pembaca dapat
memahami dengan jelas apa yang terdapat dalam buku tersebut.
Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh pembaca sehingga
mempermudah pembaca dalam memahami maksud isi buku.
Dalam lingkup akademis buku ini dapat membantu mahasiswa dan dosen
dalam perkuliahan. Sedangkan bagi pembaca dari luar kalangan akademis
buku ini berguna terutama untuk menyelami dan memperluas wawasan
tentang hakikat dan makna filsafat ilmu secara filosofis.
20
Dari segi layout atau tampilan, buku memiliki cover, tata letak tulisan, font
dan ukuran font yang baik. Sehingga memudahkan pembaca dalam
membaca tulisan-tulisan dalam buku tersebut.
Kekurangan
Dalam filsafat dan hikmah, penulis belum memberikan kesimpulan makna
filsafat dan hilmah menurut penulis. Penulis hanya menjabarkan pendapat
dari para ahli.
Dalam pengertian ilmu, penulis kurang sitematis dalam penulisannya,
seharusnya dituliskan terlebih dahulu definisi ilmu menurut ahli baru ciri-
ciri utama ilmu
Dalam persamaan filsafat dan ilmu, karena keduanya sama-sama
mempunyai metode dan sistem mungkin perlu diberi tambahan metode
dan sistemnya itu seperti apa supaya lebih jelas
Masih banyak terdapat kekeliruan dalam penulisannya. Penulis
mendapatkan banyak kesalahan dalam penulisan kaidah bahasa Indonesia
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Penulis menemukan kesalahan dalam
pmulisan istilah-istilah asing. Seharusnya ketika mengutip istilah-istilah
asing dalam menysun karya ilmiah, seharusnya dimiringkan. Tetapi
kenyataan yang ditemukan penulis dalam buku ini tidak dimiringkan
sebagian penulisan istilah asing. Hal ini dapat dilihat pada halaman 200
yang dirangkum sebagai berikut :
- theory of error (salah) seharusnya di tulis theory of error (benar)
- continuous distribution (salah) seharusnya di tulis continuous distribution
(benar).
- least squarers (salah) seharusnya di tulis least squarers (benar).
21
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
22
DAFTAR PUSTAKA
23