FILSAFAT PENDIDIKAN
Disusun Oleh :
Segala puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkatrahmat
dan karunia-Nya kepada kita semua, sehingga kita dapat terus beraktivitas dan berkaryaapa yang telah
kita rencanakan dapat berhasil sesuai dengan rencana.
Rasa bahagia saya yang tak terhingga karena saya telah dapat menyelesaikan tugas yang
diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah Filsafat Pendidikan.
saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dansaran
dari semua pihak yang bersifat membangun selalu di harapkan demi kesempurnaan
makalah ini. Sehingga dikemudian hari makalah berikutnya akan menjadi lebih baik lagi.
Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
sertadalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Saya berharap makalah ini bermanfat bagi
pembaca. Demikian yang dapat saya sampaikan terima kasih.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
1. BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang………………………………………………………………………….1
1.2. Rumusan Masalah……………………………................................................................1
1.3. Tujuan…………………………………………...............................................................2
2. BAB II RINGKASAN BUKU
2.1. Pengertian Umum ……………………….......................................................................3
2.2. Pengertian Menurut Beberapa Ahli…………….............................................................3
2.3. Fungsi Dan Manfaat……………………………............................................................4
2.4. Filsafat Menurut Buku…………………………............................................................4
Buku 1……………………………………………………………………………..8
Buku 2……………………………………………………………………………..13
3. BAB III PEMBAHASAN
3.1. Pengertisn Filsafat Pendidikan………………………………………………………...15
3.2. Perbandingan Buku………………………....................................................................15
4. BAB IV PENUTUP, DAFTAR PUSTAKA
4.1. Kesimpulan dan Saran…………………………………………………………………17
BAB I
PENDAHULUAN
Filsafat berasal dari bahasa Yunani, yaitu philosophia, kata berangkai dari kata philein yang
berarti mencitai, dan sophia berarti kebijaksanaan. Philosophia berarti: Cinta atau kebijaksanaan
(Inggeris: Love of wisdom, Belanda Wijsbegeerte. Arab: Muhibbu al- Hikmah). Orang yang
berfilsafat atau orang yang melakukan filsafat disebut “filsuf” atau “filosof”, artinya pencinta
kebijaksanaan.Versi lain menjelaskan bahwa: Filsafat dapat ditinjau dari dua segi, yaitu dari segi
semantik dan segi praktis.
Kata filsafat berasal dari bahasa Arab: falsafah (hikmah), yang berasal dari bahasa Yunani,
philo sophia = pengetahuan, hikmah (wisdom). Jadi philosophia berarti cinta kepada kebijaksanaan
atau cinta kepada kebenaran. Inggris philosophy yang biasanya diterjemahkan sebagai “cinta
kearifan”. Maksudnya semua orang yang berfilsafat akan menjadi bijaksana dan disebut “filosuf”.
Filsafat berarti cinta kepada kebijaksanaan, seorang filosuf adalah pencari kebijaksanaan, ia
adalah pencinta kebijaksanaan dalam arti hakikat. Seorang filosuf mencintai atau mencari
kebijaksanaan dalam arti yang mendalam atau mencari kebenaran sampai ke dasar-dasarnya. Orang
yang cinta kepada pengetahuan disebut philosopher, dalam bahasa arabnya disebut failasuf. Pencinta
pengetahuan ialah orang yang menjadikan tujuan hidupnya, atau mengabdikan dirinya kepada
pengetahuan. Filsafat dan pengetahuan saling berkaitan antara keduanya.
RINGKASAN BUKU
Filsafat dan pendidikan merupakan dua istilah yang mempunyai makna sendiri. akan tetapi
ketika digabungkan akan menjadi sebuah tema yang baru dan khusus. Filsafat pendidikan tidak dapat
dipisahkan dari ilmu filsafat secara umum.
1. Plato, mengatakan bahasa filsafat tidaklah lain dari pada pengetahuan tentang segala yang ada.
2. Aristoteles, berpendapat bahwa kewajiban filsafat ialah menyelidiki sebab dan asal segala
benda. Dengan demikian filsafat bersifat ilmu yang umum sekali.
3. Kant, mengatakan bahwa filsafat adalah pokok dan pangkal ssegala pengetahuan dan
pekerjaan.
4. Fichte, menyebut filsafat sebagai Wissenschaftslehre: ilmu dari ilmu-ilmu yakni ilmu yang
umum, yang menjadi dasar segala ilmu.
5. Ibnu Sina, membagi filsafat dalam dua bagian, yaitu teori dan praktek, yang keduanya
berhubungan dengan agama, di mana dasarnya terdapat dalam syari’at tuhan, yang penjelasan
dan kelengkapanya diperoleh dengan tenaga akal manusia.
Maka dari pengertian-pengertian diatas dapat kita simpulkan bahwa filsafat adalah proses
pencarian kebenaran dengan cara menelusuri hakikat dan sumber kebenaran secara logis, kritis,
rasional, dan spekulatif. Alat yang digunakan untuk mencari kebenaran adalah akal yang merupakan
sumber utama dalam berpikir. Dengan demikian, kebenaran filosofis adalah kebenaran berpikir yang
rasional, logis, sistematis, kritis, radikal, dan universal.
2.3. FUNGSI DAN MANFAAT
Filsafat adalah akar dari semua ilmu. Pernyataan itu akan memberikan banyak jawaban dari
pertanyaan perihal kegunaan filsafat. Tanpa pertanyaan filosofis, tidak akan ada persoalan baru yang
harus dipecahkan dan menjadi ilmu yang berguna bagi kehidupan manusia. Masalah adalah salah satu
pemicu terbesar dari perubahan. Tanpa masalah, suatu kelompok tidak akan mampu berkembang. Jika
manusia terus mengangkat paham kolonialisme, maka perang tidak akan pernah berhenti di muka
bumi. Ya, pada masanya kolonialisme adalah paham yang dianggap tepat guna, sehingga semua
peradaban terbesar di dunia berlomba-lomba untuk mengolonialisasi setiap ujung dunia yang belum
terjamah oleh peradaban canggih.
BUKU 1
A. Pendahuluan
Landasan filosofis pendidikan perlu dikuasai oleh para pendidik, adapun alasannya antara lain:
Pertama, karena pen didikan bersifat normatif, maka dalam rangka pendidikan diperlukan asumsi
yang bersifat normatif pula. Asumsi-asumsi pendidikan yang bersifat normatif itu antara lain dapat
ber sumber dari filsafat. Landasan filosofis pendidikan yang ber sifat preskriptif dan normatif akan
memberikan petunjuk tentang apa yang seharusnya di dalam pendidikan atau apa yang dicita-citakan
dalam pendidikan. Kedua, bahwa pendidikan tidak cukup dipahami hanya melalui pendekatan ilmiah
yang bersifat parsial dan deskriptif saja, melainkan perlu dipandang pula secara holistik. Adapun
kajian pendidikan secara holistik dapat diwujudkan melalui pendekatan filosofis.
Pendekatan filosofi yaitu suatu pendekatan untuk mene- laah dan memecahkan masalah-
masalah pendidikan dengan menggunakan metode filsafat.
1. Pendekatan progresif
Pendekatan dalam disiplin ilmu yang disebut filsafat pendidikan akan lebih mudah di
pahami arti pengertian bila diajukan pandangan Dewey tentang pokok masalah, yaitu
tentang permasalahan filsafat pendidikan yang berarti hubu- ngan antara filsafat dan
pendidikan
2. Pendekatan tradisional
Pendekatan ini berbeda dengan pendekatan progresif se- cara sederhana dapat dijelaskan
dengan bahwa pada pen- dekatan mengakui dan mementingkan dunia sana yang trans-
cendental metafisis yang langgeng, yang menentukan tujuan hidup dan sekaligus tujuan
pendidikan manusia,
BUKU 2
Editor : -
ISBN : 0-203-86110-8
BAB 1
- Tujuan Pendidikan
Asumsi terpenting yang dibuat dalam teori umum pendidikan adalah asumsi tentang
tujuan yang ingin dicapai, yaitu tujuan. Ini adalah komitmen terhadap nilai dan prasyarat
logis untuk adanya sebuah teori. Semua teori praktis, terbatas atau umum, harus dimulai
dengan gagasan tentang tujuan yang ingin dicapai. Secara formal suatu teori umum tentang
pendidikan dapat dikatakan mempunyai satu tujuan saja: menghasilkan manusia dengan tipe
tertentu, yaitu manusia yang terpelajar. Pertanyaan yang menarik adalah bagaimana
memberikan isi substansial pada tujuan formal ini.
Yang pertama adalah mengembangkan analisis konsep pendidikan, untuk menguraikan
secara rinci kriteria yang mengatur penggunaan sebenarnya istilah tersebut. Kriterianya
adalah kriteria yang memungkinkan kita membedakan orang terpelajar dari orang yang tidak
terpelajar. Tugas untuk menyusun kriteria ini jatuh ke tangan filsuf analitis pendidikan. Pada
awal usaha ini kita menemui kesulitan. Istilah 'pendidikan' dapat digunakan dalam lebih dari
satu cara. Dalam salah satu kegunaannya, ia berfungsi kurang lebih deskriptif. Orang seperti
itu akan mempunyai ciri-ciri tertentu, misalnya memiliki pengetahuan dan keterampilan
tertentu, dan mempunyai sikap-sikap tertentu yang dianggap berharga. Orang terpelajar
adalah orang yang kemampuan intelektualnya telah dikembangkan, yang peka terhadap hal-
hal yang berkaitan dengan moral dan estetika, yang dapat menghargai sifat dan kekuatan
pemikiran matematis dan ilmiah, yang dapat memandang dunia berdasarkan perspektif
sejarah dan geografis dan yang, terlebih lagi, menghargai pentingnya kebenaran, keakuratan,
dan keanggunan dalam berpikir.
BAB 3
Apa pun yang diketahui, pikirnya, pasti diketahui, dan tampak jelas baginya bahwa kita
tidak bisa mempunyai kepastian mengenai dunia keseharian yang selalu berubah. Tentang
dunia ini, dunia yang penuh fenomena atau penampakan, kita hanya bisa mempunyai
pendapat atau kepercayaan. Pengetahuan adalah soal memahami kebenaran-kebenaran
penting tentang dunia yang non-fenomenal, penting dalam artian bahwa tidak mungkin ada
kesalahan mengenai hal-hal tersebut. Perkembangan pandangan ini, pada abad ketujuh belas,
mengarah pada apa yang disebut tradisi rasionalis, yang diasosiasikan dengan filsuf seperti
Descartes, Spinoza, dan Leibnitz, yang menganggap pengetahuan sebagai analogi
pemahaman kebenaran matematika. Pandangan ini dapat dicirikan dengan mengatakan bahwa
ia menganggap matematika sebagai contoh paradigma pengetahuan. Sangat mudah untuk
melihat mengapa matematika harus dipilih sebagai paradigma. Karena kebenaran matematika
bersifat universal: kebenaran selalu ada, di mana saja. Terlebih lagi, itu adalah kebenaran
yang perlu. Tiga kali tiga haruslah sembilan: sudut-sudut dalam sebuah segitiga harus
berjumlah 180 derajat. Menyangkal proposisi-proposisi ini bukan sekadar kesalahan: hal ini
merupakan kontradiksi diri. Penalaran matematis bersifat demonstratif, atau deduktif. Ia
memiliki karakteristik yang menenangkan bahwa jika premis awalnya diterima dan prosedur
yang benar diikuti, maka kesimpulannya adalah suatu keharusan.
BAB 4
MENGAJAR DAN MENDIDIK
Pertama, pengajaran itu tentu melibatkan niat agar seseorang belajar sebagai hasil dari
apa yang dilakukannya; kedua, bahwa pengajaran memerlukan pengakuan baik oleh guru
maupun murid mengenai hubungan khusus yang ada di antara mereka. Mengajar adalah hal
yang disengaja. Mengajar berarti bermaksud agar seseorang mempelajari sesuatu. Jika niat ini
tidak ada, maka apa pun yang dilakukan agen—bertindak, menghibur, menghibur dirinya
sendiri dia tidak terlibat dalam pengajaran meskipun dia mungkin sedang mengajar
Suatu Pengantar berpura-pura menjadi. Tentu saja, siswa tidak perlu belajar apa pun.
Mengajar tidak harus berhasil. Tetapi jika guru melaksanakan tugasnya dengan cara yang
sesuai dengan keadaannya, sesuai dengan usia dan kemampuan murid-muridnya, dengan
maksud agar mereka mempelajari sesuatu, maka sejauh itulah dia mengajar. Artinya,
meskipun seseorang dapat mengajar namun tidak berhasil, ia tidak dapat mengajar secara
kebetulan atau tidak disengaja. Bisa jadi murid akan mempelajari sesuatu yang tidak
diinginkan oleh gurunya untuk dipelajari. Dia mungkin belajar sesuatu dari aksen gurunya,
atau tingkah lakunya, atau gaya berpakaiannya, tetapi tidak berarti bahwa gurunya
mengajarinya berbicara atau bertingkah laku atau berpakaian dengan cara tertentu. Seseorang
bisa belajar tanpa diajar. Guru yang tidak simpatik atau pemarah tidak akan ‘mengajarkan’
seorang anak untuk tidak menyukai sejarah atau matematika, meskipun anak tersebut
mungkin tidak menyukai mata pelajaran tersebut hanya karena dia tidak menyukai gurunya.
BAB III
PEMBAHASAN
BUKU 2
mampu menjaga kesehatan akal dan jasmani seseorang. Dalam sebuah negara yang salah
satunya Indonesia, keberadaan dan peranan penting pendidikan diatur oleh Undang-Undang.
filsafat yang memandang pendidikan sebagai proses memanusiakan peserta didik sehingga
mampu berkembang dan beraktualisasi diri dengan segenap potensi asli yang ada dalam
dirinya.
> BUKU 2
- Cover yang cukup berwarna yang membuatnya menjadi lebih menarik untuk dibaca
- Referensi bukunya mencakup ahli-ahli filsuf dunia secara rinci
- Penjelasannya cukup bisa dimengerti untuk umum
- Pembahasannya langsung ke inti permasalahan.
- Penyusunan setiap bab dan subbab cukup sistematis
B. KEKURANGAN
> BUKU 1
- Cover yang cukup polos yang bisa saja membuat orang kurang tertarik
- Pemilihan kata yang cukup sulit dimengerti karena ada beberapa yang sangat asing didengar
- Buku yang sulit dipahami bagi para pemula karena bahasa yang dipakai sulit dimengerti
>BUKU 2
- Pembahasannya tidak cukup luas, hanya teori para ahli yang dibahas
- Tidak ada kata kata pengantar, yang ada catatan dari penulis
- Cukup membosankan karena cara penyampaian kata kurang menarik.
BAB IV
PENUTUP
B. Saran
Mungkin saran untuk para penulis buku untuk bisa meminimalkan bahasa yang sulit
dimenegerti ,dan kalau ada sebisa mungkin untuk dijelaskan apa arti dari bahasa yang di
pakai. Dan saran untuk pembaca banyak bayaklah membaca dengan baik ,maka kita sebagai
pembaca dapat dengan mudah menelaah setiap buku yang kita baca apalagi yang
berhubungan dengan pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
https://serupa.id/filsafat-umum/
https://www.academia.edu/34272244/PHILOSOPHY_OF_EDUCATION_pdf
http://digilib.uinkhas.ac.id/424/1/9.%20Buku%3B%20Filsafat%20Dalam%20Pendidikan.pdf
Awing, A.C., The Fundamental Questions of Philosophy, London: Routledge and Kegan
Paul, 1951.
Burhanuddin Salam, Pengantar Filsafat, Jakarta: Bumi Aksara, cet. iii, 1995.
Butler, J. Donald, Four Philosophies and Their Practice in Educa- tion and Religion, New
York: Horper and Brothers, 1951.
Harun Hadiwijono, Sari Sejarah Filsafat Barat II, Yogyakarta: Kanisius, 1980.
InukencanaSyafi’i, Filsafat kehidupan (Prakata), Jakarta: Bumi Aksara, 1995.
I.R. Poedjawijatna, Tahu dan Pengetahuan, Pengantar Ilmu dan Filsafat, Jakarta: Bina
Aksara. 1987.
Jujun S. Sumiasumantri (ed), Ilmu dalam Perspektif, Jakarta: Gramedia, cet. 6, 1985.
———-, Filsafat Ilmu,Sebuah Pengantar Populer, Jakarta: Pus- taka Sinar harapan, 1990.
Kneller, George F., Movement of Thought in Modern Education,
Prasetya. 2002. Filsafat Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia Purwanto, Ngalim. Ilmu
Pendidikan, Teoritis dan Praktis. tt. Ban-
dung: Rosdakarya
Saifullah, Ali. tt. Antara Filsafat dan Pendidikan. Surabaya: Usa- ha Nasional. Posted by
Iyanalbalangi at 5:46 AM
Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Pustaka Sinar Harapan,
Jakarta, 1996.
Noeng Muhadjir, Filsafat Ilmu, Penerbit Rake Sarasin, Yogjakar- ta, 2001.
Louis O. Kattsouff, Pengantar filsafat, Tiara Wacana, Yogyakarta Sidi Gazalba, Sistematika
filsafat II, Yogyakarta, 1995.
Wikipedia.Epistemologi.http//wikipedia/epistemologi