Anda di halaman 1dari 36

PERMULAAN STUDI FILSAFAT

MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Umum

Semester I

Dosen: Muhammad Abdul Halim, M.Ag

Disusun Oleh:
Kelompok 2

-125020150 Novi Yunita -1215020170 Rayhan Mufti Alfarizy


-1215020153 Nur Oktaviani Eda -1215020175 Rifa Mazin Aqillah
-1215020168 Rapi Anwar Basari -1215020181 Risma Tresna Amanda
-1215020169 Ratu Anti Salimah

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA ARAB


FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah Swt. Rabb semesta alam yang senantiasa
memberikan karunia serta hidayah kepada setiap hamba-Nya, Rabb yang dengan
janji-Nya ‘tidak akan membenani seseorang di luar batas
kemampuannya.Shalawat beserta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada
Nabi Muhammad SAW. Yang dengan risalahnya, telah membawa ummat dari
kegelapan menuju cahaya-Nya

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas dosen pada mata kuliah Filsafat. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang sejarah singkat asal mula studi filsafat, tokoh pelopor
filsafat dan ajaran -ajaranya bagi para pembaca dan juga bagi para penulis.

Makalah ini jauh dari kata sempurna, baik dari segi materi maupun segi
penulisan. Untuk itu, saran serta kritik yang membangun sangat diharapkan untuk
penulisan selanjutnya.

Bandung, 5 oktober 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah 1


B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penulisan 2

BAB II PEMBAHASAN 3

A. Awal Mula Studi Filsafat 3


B. Tokoh-Tokoh Pelopor Ilmu Filsapat 7
C. Filsafat Era Yunani Kuno 22
D. Filsafat Abad Pertengahan 28

BAB III PENUTUP 31

A. Kesimpulan 31
B. Saran 32

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Filsafat merupakan kajian dan dan sikap hidup yang
menggambarkan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam kebijaksanaan.
Secara etimologi, filsafat berasal dari kata Yunani philosophia yang lazim
diterjemahkan sebagai cinta kearifan. Akar katanya adalah philos (philia,
cinta) dan sophia (kearifan). Menurut pengertian awalnya dari zaman
Yunani Kuno, filsafat itu berarti cinta kearifan.
Filsafat adalah pikiran yang ada dalam diri manusia serta
mendorong untuk mencari sebuah kebenaran yang dapat diterima oleh
insting logika manusia dan menjadikan manusia belajar untuk bisa
menjadi bijaksana. Filsafat pada dasarnya merupakan filosofi atau mitos-
mitos yang mengundang rasa ingin tahu manusia yang mengakibatkan
timbul pemikiran-pemikiran tentang mencari kebenaran.
Orang-orang yunani dulu kala mempunyai banyak mitos-mitos
yang berupa dongeng takhayul yang jauh dari kebenaran rasional, tetapi
sudah merupakan percobaan untuk mengerti tentang rahasia alam ini,
sehingga dapat memberikan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang
timbul dalam hati mereka. Dengan demikian, melalui mitos-mitos itulah
manusia mencari keterangan-keterangan tentang assal-usul alam semesta
(biasa disebut mitos kosmogonis) dan keterangan-keterangan tersebut
diperoleh tanpa bimbingan rasional. Pada abab ke-6 SM mulai
berkembang di Yunani suatu sikap baru, di mana orang mulai mencari
jawaban-jawaban tentang rahasia-rahasia alam semesta. Dari sanalah
muncul sebuah cara berfikir berbeda dan dimulailah awal mula studi
filsafat.

1
A. Rumusan Masalah
1. Bagaimana awal mula studi Filsafat?
2. Mengapa harus ada ilmu filsafat ?
3. Tokoh siapa saja yang berperan penting dalam Filsafat?
4. Apa saja ajaran/pemikiran yang mereka cetuskan ?

B. Tujuan Penulisan
1. Dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan filsafat.
2. Dapat mengetahui Asal Mula Studi Filsafat.
3. Dapat mengetahui tokoh-tokoh pelopor filsafat dan ajaran-ajaranya.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Asal Mula Studi Filsafat

Filsafat adalah pikiran yang ada dalam diri manusia serta mendorong untuk
mencari sebuah kebenaran yang dapat diterima oleh insting logika manusia dan
menjadikan manusia belajar untuk bisa menjadi bijaksana. Filsafat dalam kajian
ilmu pengetahuan yang menjadikan manusia merasa ingin tahu dan menemukan
kebenaran dari problema yang sedang dialami. Filsafat pada dasarnya merupakan
filosofi atau mitos-mitos yang mengundang rasa ingin tahu manusia yang
mengakibatkan timbul pemikiran-pemikiran tentang mencari kebenaran.

Manusia yang pada awalnya tidak mengetahui suatu perkembangan


peradaban manusia sehingga mengakibatkan mengikuti apa yang telah diikuti
orang lain. filsafat lebih condong mempelajari ilmu pengetahuan yang ada di
dunia dan alam semesta yang di dalamnya terdapat manuisa sebagai objek kajian
filsafat. Manusia itu sendiri tidak lepas kaitannya dengan jasmani-rohani serta
kodratnya sebagai manusia. Berlandaskan persoalan-persoalan yang terjadi pada
manusia serta rasa kekaguman yang ada pada diri manusia, dan keheranan
manusia sehingga mengakibatkan manusia manjadi rasa ingin tahu dan
manjadikannya dapat berfikir logis.

Berbagai jenis ilmu dalam filsafat yang dapat menimbulkan berbagai macam
aliran-aliran dari perpekstif antara filsafat barat dan timur. Adanya aliran-aliran
dalam filsafat menimbulkan kontradiksi antara hubungan pengetahuan dengan
manusia yang mengakibatkan timbulnya pertanyaan-pertanyaan serta memperoleh
ilmu-ilmu baru. Peradaban-peradaban filsafat yang berkembang pada masa
Yunani hingga masa peradaban moderenisai dapat dijadikan sebagai ilmu
pengetahuan dan menjadikan manusia lebih bijaksana.

3
Semakin meluasnya ilmu pengetahuan, maka akan bertambah pula suatu
pandangan akan rasa keingintahuan serta dapat menyatukan perfekstif dari
pengetahuan-pengetahuan yang lain. Filsafat memperdalam wawasan tentang
seluk-beluk kodrat manusia dalam berfikir.

Oleh karena itu. Filsafat sebagai ilmu pengetahuan sangat penting di dipelajari
baik dari asal-usul filsafat dan juga aliran-aliran filsafat dari peradaban masa
lampau hingga masa moderenisasi. Sehingga pemikiran tentang kebenaran hakikat
dan hikamah dalam mencari latar belakan terdalam kejadian suatu filosofi menjadi
suatu pemikiran dalam ilmu filsafat. Pada hakikatnya, filsafat adalah pengertian
tentang manusia sekedar ia bergerak ke arah Tuhan.

Pengertian kata filsafat menurut Salam (2012: 46) berasal dari kata
“philosophia”. Perkataan ini berasal dari bahasa Yunani yang berarti: cinta akan
kebijaksanaan (love of wisdom). Aristoteles mengutarakan tentang filsafat
dimulai dengan suatu thauma (rasa kagum) yang timbul dari suatu aporia, yakni
suatu kesulitan yang dialami karena adanya percakapan-percakapan yang saling
kontradiksi. Istilah aporia dari bahasa Yunani juga berarti problema, pernyataan
atau “tanpa jalan ke luar”. Jadi filsafat itu mulai ketika manusia mengagumi dunia
dan berusaha menerangkan berbagai gejala dunia itu. (Salam, 2012: 100)

Orang-orang yunani dulu kala mempunyai banyak mitos-mitos yang berupa


dongeng takhayul yang jauh dari kebenaran rasional, tetapi sudah merupakan
percobaan untuk mengerti tentang rahasia alam ini, sehingga dapat memberikan
jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang timbul dalam hati mereka. Dengan
demikian, melalui mitos-mitos itulah manusia mencari keterangan-keterangan
tentang assal-usul alam semesta (biasa disebut mitos kosmogonis) dan
keterangan-keterangan tersebut diperoleh tanpa bimbingan rasional. Pada abab ke-
6 SM mulai berkembang di Yunani suatu sikap baru, di mana orang mulai
mencari jawaban-jawaban tentang rahasia-rahasia alam semesta. Rasio mulai
menggantikan mitos logika menggantikan legenda. Dengan demikian lahirlah
filsafat Yunani, di mana mereka tidak mencari-cari lagi keterangan-keterangan
tentang alam semesta ini dalam cerita mitos, tetapi mereka mulai berfikir sendiri,

4
untuk memperoleh keterangan-keterangan yang memungkinkan mereka mengerti
kejadian-kejadian dalam alam ini. (Praja, 2014: 72)

Munculnya filasafat dalam kajian sejarahnya, fisafat (terutama filsafat barat)


muncul di Yunani sejak abad +_ 7 S.M. filsafat muncul ketika orang mulai
berfikir dan berdiskusi tentang keadaan alam, dunia, dan lingkungan di sekitar
mereka dan menggantungkan diri kepada agama lagi untuk mencari jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan ini.

Filsafat muncul di Yunani karena tidak ada kasta pendeta sehingga secara
intelektual, orang lebih bebas dalam berfikir dan merumuskan konklusi-konklusi
hasil pemikirannya. Orang yang diberi gelar filosof pertama adalah Thales dari
Mileta, pesisir barat Turki. Akan tetapi, para filosof Yunani terbesar tentu saja
Socrates, Plato, dan Aristoteles. Socrates adalah guru plato, sedangkan Aristoteles
adalah murid Plato. (Sholihin, 2007: 21).

Filsafat dimulai oleh Thales sebagai pilsafat jagat raya yang selanjutnya
berkembang ke arah kosmologi. Filsafat ini kemudian menjurus pada filsafat
spekulatif pada plato dan metafisika pada Aristoteles. Memasuki zaman Romawi
Kuno, para pemikir mencari keselarasan antara manusia dengan alam semesta.
Keselarasan itu dapat tercapai bilamana manusia hidup sesuai dengan alam dalam
arti mengikuti petunjuk akal (sebagai asas tertinggi sifat manusiawi) dan
mengikuti hukum alam dari Logos (sebagai akal alam semesta). Filosuf Romawi
Marcus Tullius Cicero secara sangat singkat memberikan definisi filsafat sebagai
Ars Vitae atau “the art of life” (pengetahuan tentang hidup). Konsepsi filsafat ini
kemudian dianut luas oleh orang-orang terpelajar pada zaman Renaissance di
Eropa.(Gie,2012:9)

Berikut adalah faktor pendorong kemunculan filsafat :


1. Manusia adalah “Ens Metaphysicum”
Berdasarkan ragam teori filsafat, maka filsafat itu sendiri menunjukkan
bagaimana filsafat itu timbul dari kodrat manusia, artinya asal ada manusia, ada
filsafat, karena sesuai dengan kodratnya manusia itu. Manusia disebut “Ens

5
Metaphysicum” menurut Aristoteles artinya makhluk yang menurut kodratnya
berfilsafat. Berlandaskan definisi “ens metaphysicum” filasafat dibedakan antara:
- Filsafat sebagai ilmu pengetahuan dan
- Filsafat dalam arti yang lebih luas, yaitu dalam arti: usaha mencari jawaban
atas pertanyaan hidup, menanyakan dan mempersoalkan segala sesuatu.
2. Filsafat bersifat ekstensial
Filasafat adalah “existensial” sifatnya erat hubungannya dengan hidup kita
sehari-hari, dengan adanya manusia sendiri. Filsafat berdasarkan dan
berpangkalan pada manusia yang kongkret pada diri kita yang hidup di dalam
dunia dengan segala persoalan-persoalan yang kita hadapi.
3. Permulaan filsafat adalah keheranan
Filsafat dimulai dengan suatu thauma (rasa kagum) yang timbul dari suatu
aporia, yakni suatu kesulitan yang dialami karena adanya percakapan-percakapan
yang saling kontradiksi. Istilah aporia dari bahasa Yunani juga berarti problema,
pernyataan atau “tanpa jalan ke luar”. Jadi filsafat itu mulai ketika manusia
mengagumi dunia dan berusaha menerangkan berbagai gejala dunia itu.Menurut
Salam (2012: 104) Keheranan awal permulaan dari filsafat. Keheranan merupakan
usaha untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan untuk menyelami
rahasia, barualah disebut filsafat apabila dilakukan secara sistematis.
4. Beberapa jalan ke filsafat
a. Keinginan akan kebahagiaan;
b. Kesusilaan;
c. Manusia yang mempersoalkan Tuhan;
d. Mengenai diri kita sendiri; dan
e. Dan bermacam-macam pertanyaan lain lagi
5. Filsafat timbul dari kodrat manusia
a. Dorongan untuk mengerti timbul dari kodrat manusia
- Kenyataan bahwa manusia mengerti dan bahwa hidupnya tergantung
dari pengetahuannya, hal itu tak dapat dipungkiri.
- Setiap perbuatan manusia menghendaki pengetahuan tentang apa yang
diperbuatnya.
b. Filsafat timbul dari dorongan untuk mengerti

6
- Manusia tentu berusaha untuk menyempurnakan kehidupannya dan dalam
usaha itu pikirannya ikut dengan aktif berperanserta.
- Kita membutuhkan suatu ilmu pengetahuan tersendiri, yang mempelajari
dasar-dasar yang terdalam dari seluruh hidup dan kehidupan manusia
yaitu filsafat.
c. Jadi filsafat timbul dari kodrat manusia
- Jadi teranglah bahwa filsafat itu lahir dari dorongan untuk mengerti
dengan sempurna.
6. Kodrat manusia mendorong ke filsafat
a. Kodrat manusia adalah rohani – jasmani.
Tingkah laku manusia berlainan sekali dengan hewan. Manusia adalah
merdeka, ia dapat mengerti, ia dapat menciptakan kebudayaan, ilmu-ilmu
pengetahuan, ia dapat mempunya cita-cita yang luhur dengan mengorbankan
barang-barang materil (jasmani). Manusia itu bukan saja barang materil atau
benda jasmani. Prinsip yang menyebutkan keunggulan manusia yang biasa
disebutkan “roh” atau “jiwa” manusia. Jadi ia adalah rohani jasmani, yang
berarti dua aspek dalam satu kesatuan/kebulatan, suatu “dwi tunggal” yang
tak dapat dipisahkan. Inilah yang disebut kodrat manusia (nature the intrinsic
principle of activity, the assence).
b. Kodrat rohani–jasmani ini menyebabkan timbulnya dorongan akan
berfilsafat, artinya akan berpikir dan mengerti sedalam-dalamnya.
Dorongan ini niscaya lahir karena semua hal yang belum sempurna
tentu mencari kesempurnaannya dan kesempurnaan pengetahuan kita adalah
mengerti dengan sedalam-dalamnya (tidak yang pertaman untuk mengerti
lebih banyak) dan itulah yang disebut ilmu filsafat.
c. Jadi dorongan untuk brfilsafat itu lahirnya dari kodarat manusia.
Manusia terdorng untuk lebih mengerti akan dirinya sendiri. Yang
diinginkan adalah pengetahuan yang sempurna.

B. Tokoh –Tokoh Pelopor Filsafat


1. Theles
Thales adalah orang pertama yang berfilsafat pada zaman Yunani Kuno.

7
Sejarah filsafat pada masa Yunani Kuno dimulai dengan munculnya berbagai
pemikiran yang mendalam tentang realitas alam sebagai tempat manusia
berpijak. Kesadaran ini dilakukan oleh perenungan orang-orang yang
dianggap bijak dan lalu perenungan tersebut akhirnya terumus dalam
proposisi-proposisi yang sistematis. Orang-orang yang dianggap bijak
tersebut disebut dengan filsuf. Thales-lah filsuf pertama yang memikirkan
tentang pertama kali terjadinya alam semesta. Thales disebut juga sebagai
“Bapak Filsafat”.
Thales lahir pada 624 SM, di kota kecil Miletus yang terletak di pantai
barat Asia Kecil, yang sekarang disebut Turki. Kota ini menjadi sebuah kota
yang menjadi pusat perdagangan. Kapal-kapal pedagang dengan mudah
berlayar ke Nil di Mesir., sedangkan caravan melakukan perjalanan lewat
darat menuju kota di Babylon. Penduduk Miletus sering melakukan kontak
dagang dengan kota-kota di Yunani dan warga Phonesia. Di kota ini juga
merupakan tempat pertemuan dunia Timur dan Barat, sehingga
memungkinkan orang-orang yang saling bertemu tersebut untuk mengisi
waktu dengan berdiskusi, bertukar pandang dan pikiran, serta berpikir tentang
segala sesuatu. Hal itu merupakan awal dari kegiatan berfilsafat, sehingga
para filsuf Yunani pertama lahir di tempat ini.
Thales merupakan perintis matematika dan filsafat Yunani, beliau adalah
seorang filsuf yang mengawali sejarah filsafat Barat pada abad ke-6 SM.
Thales mendapat gelar “Bapak Filsafat” karena dia adalah orang yang mula-
mula berfilsafat. Sebelum Thales, pemikiran Yunani dikuasai dengan cara
berfikir mitologis dalam menjelaskan segala sesuatu. Pemikiran Thales
dianggap sebagai kegiatan berfilsafat pertama karena mencoba menjelaskan
dunia dan segala gejala-gejala yang ada di dalamnya tidak bersandar pada
mitos melainkan pada rasio manusia. Thales mengajukan pertanyaan yang
amat mendasar, yaitu “Apa sebenarnya bahan alam semesta ini?” dan ia
sendiri menjawab air. Karena pertanyaannya itulah yang mengangkat Thales
menjadi filosof pertama di dunia. Selain sebagai filsuf , Thales juga dikenal
sebagai ahli geometri, astronomi dan politik.
Thales adalah seorang saudagar, profesi inilah yang membuatnya sering

8
melakukan perjalanan. Dan dia sering berlayar ke Mesir. Di Mesir inilah,
dalam waktu senggangnya Thales mempelajari astronomi dan geometri. Dia
mempelajari ilmu ukur dan membawanya ke Yunani kembali. Thales dapat
mengukur piramida dari bayangannya saja. Selain itu, ia juga dapat mengukur
jauhnya kapal di laut dari pantai. Kemudian Thales menjadi terkenal setelah
berhasil memprediksi terjadinya gerhana matahari pada tanggal 28 Mei tahun
585 SM. Thales dapat melakukan prediksi tersebut karena ia mempelajari
catatan-catatan astronomis yang tersimpan di Babilonia, sejak tahun 747 SM.
Menurut Thales asal mula alam ini adalah air. Air yang cair itu adalah
pangkal, pokok dan dasar dari segala-galanya. Segala sesuatu berasal dari air
dan kembali menjadi air. Sebagai dasar pemikirannya, Thales memberikan
argument yang rasional, bahwa tumbuh-tumbuhan, binatang, lahir di tempat
yang lembab, bakteri-bakteri hidup dan berkembang di tempat yang lembab,
bakteri makan sesuatu yang lembab dan kelembaban bersumber dari air. Dari
air itu terjadilah tumbuh-tumbuhan dan binatang, bahkan tanah pun
mengandung air.
Untuk mencari hakikat asal mula dari alam semesta ini, Thales memang
melepaskan diri dari ikatan kepercayaan umum di waktu itu. Berdasarkan
pengalamannya, baik bagi orang pesisir, sebagai saudagar yang suka berlayar
di lautan, maupun pengalamannya menyaksikan kehidupan penduduk Mesir
yang hidupnya bergantung kepada sungai Nil, semuanya dijadikan landasan
berpikir Thales untuk mencari jawaban mengenai asal mula kejadian alam ini,
yakni “semuanya berasal dari air”.
Perkataan Thales tersebut memberikan pemikiran yang lebih mendalam
lagi, yaitu bahwa “semuanya adalah satu”. Pikiran ini adalah pemikiran
radikal dan masih baru pada zaman itu, sehingga untuk diterima cukup sulit
diterima oleh masyarakat sekitar.
Bagi Thales, air adalah sebab yang pertama dari segala yang ada, juga
yang menyebabkan akhir dari segala yang ada itu. Dunia ini diawali oleh air
dan berakhir juga karena air, atau dengan perkataan filsuf, air adalah subtract
(bingkai) dan substansi (isi). Bertitik tolak dari pemikiran tersebut, maka
tidak ada jurang pemisah antara hidup dan mati. Semuanya satu. Kepercayaan

9
batin Thales adalah animisme (kepercayaan bahwa bukan hanya yang hidup
saja yang mempunyai jiwa, tetapi juga benda mati mempunyai jiwa.
Aristoteles menamakan pendapat Thales yang meyatakan bahwa jagat raya ini
memiliki jiwa dengan nama hylezoisme.

2. Anaximander
Anaximander terkenal dengan pemikirannya di bidang kosmologi yang
menyatakan bahwa alam semesta berasal dari apeiron. Apeiron adalah suatu
zat yang tak terbatas. Meskipun Anaximander merupakan murid dari Thales,
filsuf yang menyatakan bahwa alam semesta berasal dari air, Anaximander
justru menentang pendapat sang guru. Ia percaya bahwa alam semesta tercipta
bukan dari elemen tertentu karena sesungguhnya elemen-elemen tersebut
berkolaborasi menjadi bagian dari alam semesta. Ia juga mengemukakan
pemikirannya tentang ‘dalil gerak abadi’ bersama apeiron sebagai penyebab
dunia. Dalil gerak abadi yang diungkapkannya tersebut boleh jadi ialah yang
kini kita kenal dengan rotasi. Pada masa berikutnya, apeiron identik dengan
konsep Tuhan.
Anaximander juga berpendapat bahwa dunia tidak kekal dan akan hancur
kembali ke apeiron, kemudian dunia baru akan lahir. Ia menjadi orang
pertama yang memperkenalkan nama ini dari prinsip material. Ia berpendirian
bahwa air adalah salah satu dari unsur-unsur duniawi, sedangkan ‘penyebab
pertama’ harus datang dari sesuatu di luar elemen seperti itu. Anaximander
menjadi filsuf pertama yang diketahui bekerja di lingkup abstrak, bukan
berdasar hanya pada observasi alam. Ia adalah orang yang pertama kali
mengemukakan pemikiran metafisika bahkan sebelum istilah tersebut
diciptakan. Anaximander menyatakan bahwa makhluk hidup pertama lahir di
air dan tertutup dalam cangkang berduri. Ketika usia mereka meningkat,
mereka naik ke permukaan. Setelah cangkang mereka patah, mereka
menjalani kehidupan yang berbeda untuk waktu yang singkat. Pemikiran
Anaximander tersebut mirip dengan teori evolusi yang dikemukakan oleh
Darwin.

10
3. Anaximines
Anaximenes adalah seorang filsuf dari Kota Miletus, kota yang sama
dengan Thales dan Anaximandros. Merupakan filsuf ketiga dari Kota Miletus
dan dia juga hidup disezaman demean Thales dan Anaximandros. Anaximenes
disebut juga sebagai penganut madzhab miletus. Namun tentang kapan
kelahiranhya masih belum jelas. Ada yang menyatakan dia lahir pada 588 SM.
Anaximenes lebih muda dari Anaximandros. Bahkan dia juga disebut sebagai
teman,murid,peganti dari Anaximandros. Anaximenes mulai terkenal sekitar
tahun 545 SM, sedangkan tahun kematianya di perkirakan sekitar tahun 528-
526 SM. Dia menulis satu buku, dan dari buku tersebut hanya satu fragmen
yang masih tersimpan sampai kini. Merupakan filsuf pertama yang
menekankan pada hukum fisika yang mendasari yang mengatur alam semesta.
Anaximenes juga merupakan orang pertama yang mengarang suatu traktat
dalam kesusastraan Yunani dan berjasa dalam bidang astronomi dan geografi
sehingga ia dikenal sebagai orang pertama yang membuat peta bumi serta ia
juga berhasil memimpin sekelompok orang yang membuat kota baru yang ia
beri nama Apollonia di Yunani para pemikir filsafat Yunani yang pertama
berasal dari Miletos.
Anaximenes berpendapat bahwa udara sebagai prinsip dasar segala
sesuatu. Pemikiran dari Anaximenes lebih cendrung berbicara tentang filsafat
alam yakni apa yang menjadi prinsip dasar (arche) segala sesuatu. Dia merasa
ada suatu kejanggalan dan kesulitan dalam menerima filsafat dari
pendahulunya, Anaximandros dan Thales. Salah satu kesulitan untuk
menerima filsafat Anaximandros tentang to aperion. Ia tak dapat menerima
pandangan to apeiron yang metafisik adalah sebagaimana menjelaskan
hubungan saling mempengaruhi antara metafisik dengan yang fisik. Karena
itulah Anaximenes tidak lagi melihat sesuatu yang metafisik sebagai prinsip
dasar segala sesuatu,melainkan kepada zat yang bersifat fisik yakni udara.
Udara itulah yang satu dan tidak terhingga. Udaralah yang membalut dunia
ini menjadi sebab segala yang hidup. Tidak seperti air yang tidak terdapat di
api (pemikiran Thales), udara merupakan zat yang terdapat di dalam sesuatu
hal, baik air, api, manusia maupun segala sesuatu. Karena itu, Anaximenes

11
berpendapat bahwa udara adalah prinsip dasar segala sesuatu.
Ia berpendapat bahwa udara adalah zat yang menyebabkan seluruh benda
muncul, telah muncul atau akan muncul sebagai bentuk lain. Perubahan-
perubahan tersebut berproses dengan prinsip “pemadatan dan pengenceran”.
Bila udara bertambah kepadatannya, maka muncullah berturut-turut angin,
air, tanah dan kemudian batu. Sebaliknya, bila udara mengalami pengenceran,
maka yang timbul adalah api. Proses pemadatan dan pengenceran tersebut
meliputi seluruh kejadian alam, sebagaimana air dapat berubah menjadi es
dan uap, dan bagaimana seluruh substansi lain dibentuk dari kombinasi
perubahan udara.
Anaximenes juga mengatakan bahwa pembentukan alam semesta adalah
dari proses pemadatan dan pengenceran udara yang membentuk air, tanah,
batu, dan zat lain. Bumi, menurut Anaximenes, berbentuk datar, luas, dan
tipis, hampir seperti meja. Bumi dikatakan melayang di udara sebagaimana
daun melayang di udara. Benda-benda langit seperti bulan, bintang, dan
matahari juga melayang di udara dan mengelilingi bumi. Sebagai ilmu alam,
Anaximenes berpendapat semuanya terjadi di udara.
Anaximenes pun memiliki pandangan tentang jiwa manusia. Jiwa
dipandang sebagai kumpulan udara. Hal ini karena manusia perlu bernapas
untuk mempertahankan hidupnya. Jiwa adalah yang mengontrol tubuh dan
menjaga sehingga segala sesuatu pada tubuh manusia bergerak sesuai dengan
yang seharusnya. Anaximenes mengemukakan persamaan antara tubuh
manusiawi dengan jagat raga berdasarkan kesatuan prinsip dasar yang sama,
yakni udara. Dengan hal ini, untuk pertama kali pengertian jiwa masuk ke
dalam pandangan filosofi. Hanya saja Anaximenes tidak melanjutkan
pemikirannya kepada soal penghidupan jiwa.
4. Phytagoras
Pythagoras dari Samos (lahir sekitar tahun 570 SM - meninggal sekitar
tahun 495 SM) adalah seorang filsuf Yunani Ionia kuno dan perintis aliran
pythagoreanisme. Pada zaman kuno, nama Pythagoras dikaitkan dengan
berbagai penemuan matematika dan ilmiah, seperti teorema Pythagoras, lima
bangun ruang, teori kesebandingan, teori bumi bulat, dan gagasan bahwa

12
bintang timur dan barat adalah planet yang sama, yaitu Venus. Konon ia juga
adalah orang pertama yang menyebut dirinya sebagai filsuf ("pecinta
kebijaksanaan") dan membagi dunia menjadi lima zona iklim.Adapun
kontribusi pemikiran yang phytagoras ajarakan ialah sebagai berikut :
a. Metempsikosis

Dalam fresko Sekolah Athena karya Raffaello Sanzio, Pythagoras


digambarkan sedang menulis dalam sebuah buku sementara seorang pemuda
menunjukkan kepadanya gambar alat musik lira di atas tetraktis yang
dianggap suci dalam kepercayaan pythagoreanisme.
Walaupun isi ajaran Pythagoras tidak diketahui secara pasti, gagasan-
gagasan utamanya secara garis besar masih dapat direkonstruksi. Aristoteles
banyak menulis soal ajaran Pythagorean, tetapi tidak menyebut Pythagoras
secara langsung. Salah satu doktrin utama Pythagoras adalah metempsikosis,
yaitu keyakinan bahwa semua jiwa itu abadi, dan setelah kematian jiwa
pindah ke tubuh yang baru. Ajaran ini disebutkan oleh Xenofanes, Ion dari
Kios, dan Herodotos. Namun, mekanisme atau cara jiwa berpindah ke tubuh
lain tidak diketahui secara pasti.
Empedokles menyinggung dalam salah satu puisinya bahwa Pythagoras
mungkin pernah mengklaim punya kemampuan untuk mengingat kehidupan-
kehidupannya yang sebelumnya. Diogenes Laërtius melaporkan kisah
dari Heraklides Pontikos yang menyatakan bahwa Pythagoras
memberitahukan kepada orang-orang mengenai empat kehidupan yang
pernah ia jalani dan yang ia ingat secara rinci. Yang pertama adalah

13
kehidupan Aitalides, anak Hermes, dan konon Pythagoras mendapatkan
kemampuan tersebut dari Hermes. Kemudian ia terlahir sebagai Euforbos,
salah satu tokoh dalam kisah Perang Troya yang diceritakan dalam Iliad. Ia
lalu menjadi filsuf Hermotimos, yang mengenali perisai Euforbos di kuil
Apollo. Setelah itu ia terlahir sebagai Piros, seorang nelayan
dari Delos. Dikaiarkos juga melaporkan bahwa Pythagoras pernah terlahir
sebagai seorang pelacur cantik.
b. Mistisisme dan numerologi

Pythagoras dianggap sebagai perancang tetraktis, sebuah simbol yang


dianggap suci dalam aliran pythagoreanisme. Keyakinan lain yang telah
dikaitkan dengan konsep "keselarasan benda langit", yang menyatakan bahwa
planet-planet dan bintang-bintang bergerak sesuai dengan persamaan
matematika yang sejalan dengan notasi musik, sehingga
menghasilkan simfoni yang tak terdengar. Menurut Porfirios, Pythagoras juga
mengajarkan bahwa ketujuh Musai sebenarnya adalah tujuh planet yang
bernyanyi bersama.
Menurut Aristoteles, kaum pythagoreanis menggunakan matematika
untuk tujuan mistis dan bukan untuk keperluan sehari-hari. Mereka meyakini
bahwa segala sesuatu terdiri dari angka. Angka satu (monad) melambangkan
asal mula segala hal, sedangkan nomor dua (dyad) mewakili materi. Angka
tiga adalah "bilangan ideal" karena memiliki awal, tengah, dan akhir, dan
juga merupakan angka terkecil yang jika dijadikan titik dapat membentuk
sebuah segitiga, yang dihormati oleh penganut pythagoreanisme sebagai
simbol dewa Apollo. Angka empat adalah lambang empat musim dan empat
unsur. Angka tujuh juga dianggap suci karena merupakan jumlah planet (yang

14
telah ditemukan pada saat itu) dan jumlah dawai di alat musik lira, dan juga
karena ulang tahun Apollo dirayakan pada hari ketujuh setiap
bulannya. Mereka meyakini bahwa bilangan ganjil bersifat maskulin, dan
bilangan genap bersifat feminin, dan angka lima adalah lambang pernikahan
karena merupakan hasil penjumlahan dua dan tiga.
Sepuluh dianggap sebagai "bilangan sempurna" dan kaum pythagoreanis
menghormatinya dengan cara tidak berkumpul dengan jumlah hadirin yang
melebihi sepuluh. Pythagoras dianggap sebagai perancang tetraktis, yaitu
segitiga yang terbuat dari sepuluh titik (1 titik di atas, 2 di bawahnya, 3 lagi di
bawahnya, dan di paling dasar ada 4). Kaum pythagoreanis menganggap
tetraktis sebagai simbol mistik yang terpenting. Iamblikos dalam Kehidupan
Pythagoras menyatakan bahwa tetraktis "sangat mengagumkan, dan sangat
didewakan oleh mereka yang memahami[nya]," sampai-sampai murid-murid
Pythagoras bersumpah dengan menyebut tetraktis.
Para ahli modern memperdebatkan apakah ajaran-ajaran mengenai
numerologi ini dikembangkan oleh Pythagoras sendiri atau oleh filsuf-filsuf
pythagoreanisme dari masa berikutnya seperti Filolaos dari Kroton.
[98] Dalam kajiannya yang terkenal Lore and Science in Ancient
Pythagoreanism, Walter Burkert berpendapat bahwa Pythagoras adalah
seorang guru politik dan agama yang karismatik, tetapi beberapa pemikiran
filsafat yang dikaitkan dengan namanya mungkin merupakan terobosan karya
Filolaos. Menurut Burkert, Pythagoras sama sekali tidak pernah
bersinggungan dengan angka-angka, apalagi memberikan sumbangsih besar
dalam bidang matematika.\
5. Xhenopanes
Xenophanes berasal dari Kolophon, Ionia, di Asia Kecil. Dikatakan di
dalam salah satu fragmen puisinya sendiri bahwa ia meninggalkan kota
asalnya pada usia 25 tahun. Ia meninggalkan kota tersebut setelah Kolophon
direbut bangsa Persia pada tahun 545 SM. Dengan demikian ia lahir sekirar
tahun 570 SM. Kemudian dikatakannya pula bahwa ketika ia menulis puisi
tersebut, ia telah berusia 67 tahun. Diketahui Xenophanes berusia di atas 100
tahun, Karena itu, tahun kematiannya diperkirakan sekitar tahun 480 SM.

15
Setelah meninggalkan kota Kolophon, ia melakukan perjalanan ke
banyak tempat. Ada beberapa sumber kuno menyebutkan ia pernah menetap
di kota Messina dan Katania di pulau Sisilia. Selain itu, ia juga pernah
singgah di Malta, Pharos, dan Syrakusa. Akhirnya ia tiba di Elea, Italia
Selatan, dan menetap di sana. Diketahui bahwa Xenophanes mengarang suatu
syair ketika kota Elea didirikan pada tahun 540 SM. Adapun kontribusi Ajara
yang berpengaruh pada ilmu filsafat adalah :
a. Tentang Pengetahuan
Xenophanes menyatakan bahwa manusia tidak dapat mendapatkan
pengetahuan yang mutlak. Akan tetapi, di saat yang sama, manusia harus
mencari pengetahuan tersebut walaupun hanya berupa suatu kemungkinan.
Hal itu ditunjukkannya melalui dua fragmen berikut:
- "Dewa-dewi tidak menyatakan segala sesuatu kepada manusia sejak
awalnya, tetapi setelah waktu berlalu, manusia menemukan banyak hal
dengan cara mencarinya sendiri."(fragmen 18)
- "Tidak ada manusia yang pernah melihat ataupun mengetahui kebenaran
tentang dewa-dewi serta semua hal yang kukatakan. Karena jika ada
orang yang berkata mengetahui semuanya, maka sebenarnya ia tidaklah
tahu, melainkan hanya mempercayai tentang segala sesuatu."(fragmen 34)
Fragmen 18 menunjukkan kemungkinan mencari pengetahuan melalui
penelitian. Sedangkan fragmen 34 menolak kemungkinan manusia
mendapatkan pengetahuan yang mutlak, setidaknya untuk hal-hal yang
menurut Xenophanes sulit. Oleh karena itu, perlu dibedakan antara kebenaran,
pengetahuan, dan kepercayaan.
b. Tentang "Satu yang Meliputi Semua"
Xenophanes menentang cara pandang orang Yunani pada waktu itu
terhadap dewa-dewi. Ia memberikan kritik terutama kepada Herodotos dan
Hesiodos yang memberikan pengaruh besar terhadap masyarakat Yunani.
Menurut kedua penyair itu, dewa-dewi melakukan pelbagai perbuatan yang
memalukan, seperti pencurian, zina, dan penipuan satu sama lain. Di sini,
Xenophanes membantah antropomorfisme dewa-dewi, maksudnya
penggambaran dewa-dewi dalam rupa manusia. Menurut Xenophanes,

16
manusia selalu menaruh sifat-sifat manusia kepada dewa-dewi sesuai
kehendak mereka. Misalnya saja, dewa-dewi dilahirkan sebab manusia juga
dilahirkan, dan bahwa dewa-dewi memakai pakaian, suara, dan rupa seperti
manusia. Xenophanes memberikan argumentasi sesuai bukti yang ia temukan:
- "Seandainya sapi, kuda, dan singa mempunyai tangan dan pandai
menggambar seperti manusia, tentunya kuda akan menggambarkan
dewa-dewi menyerupai kuda, sapi akan menggambarkan dewa-dewi
menyerupai sapi, dan dengan demikian mereka akan menggambarkan
tubuh dewa-dewi serupa dengan tubuh mereka."
- "Orang Etiopia mempunyai dewa-dewi yang berkulit hitam dan
berhidung pesek, sedangkan orang-orang Thrake mengatakan bahwa
dewa-dewi mereka bermata biru dan berambut merah."
Xenophanes dapat menyimpulkan bahwa antropomorfisme terhadap
dewa-dewi tidaklah tepat sebab ia telah melakukan perjalanan ke berbagai
tempat dan melihat pelbagai kepercayaan mereka. Karena itu, ia menjadi
yakin bahwa semua itu bukanlah konsep dewa-dewi yang tepat. Ia
menyatakan bahwa sebenarnya hanya ada "Satu yang meliputi Semua".
Maksudnya di sini serupa dengan konsep "Tuhan" namun tidak sama dengan
monoteisme sebab ia juga menyebutnya dalam bentuk jamak.
Menurut Xenophanes, "yang Satu meliputi Semua" ini tidak dilahirkan
dan tidak memiliki akhir, artinya bersifat kekal. Hal ini berbeda dengan
konsep dewa-dewi yang dilahirkan dan dapat mati. Ia tidak menyerupai
makhluk duniawi mana pun, baik manusia ataupun binatang. Ia juga tidak
memiliki organ seperti manusia, tetapi mampu melihat, berpikir, dan
mendengar. Ia juga senantiasa menetap di tempat yang sama namun
menguasai segala sesuatu dengan pikirannya saja.
c. Tentang Alam SemestaSunting
Xenophanes berpendapat bahwa matahari berjalan terus dengan gerak
lurus, dan setiap pagi terbitlah matahari baru. Gerhana disebabkan matahari
jatuh ke dalam lubang. Ia juga memandang bintang-bintang sebagai awan-
awan yang berapi sehingga bersinar ketika malam. Sinar itu seperti batu bara
yang memerah dan ketika pagi hari api dari awan itu padam kembali. Segala

17
sesuatu dipandang berasal dari bumi, dan bumi pula yang menjadi tujuan akhir
segala sesuatu. Manusia berasal dari bumi dan air. Sedangkan laut adalah
sumber dari segala air dan juga angin. Samudra yang luas menghasilkan awan-
awan, angin, dan juga sungai-sungai. Pelangi dipandang sebagai awan yang
berwarna-warni.
Kemudian bumi berada dalam proses peredaran terus-menerus. Tanah
menjadi lumpur, lalu menjadi air laut. Sebaliknya, laut menjadi lumpur, lalu
menjadi tanah. Untuk membuktikan teori ini, Xenophanes menunjukkan
bahan bukti empiris, yakni fosil-fosil kerang laut. Fosil-fosil tersebut berada
dalam batu. Hal itu menunjukkan bahwa dulu batu tersebut merupakan
lumpur.
6. Herakleitos
Herakleitos diketahui berasal dari Efesus di Asia Kecil. Ia hidup di sekitar
abad ke-5 SM (sekitar 540-480 SM). Herakleitos lahir sekitar 540 sebelum
masehi pada keluarga aristokrat di Efesus, tetapi nantinya meninggalkan
kehidupan politik dan mengabdikasikan hak kekuasaan yang diwariskan
padanya ke saudara lelakinya. Herakleitos hidup sezaman dengan Pythagoras
dan Xenophanes, tetapi ia berusia lebih muda daripada keduanya. Akan tetapi,
Herakleitos lebih tua usianya dari Parmenides sebab ia dikritik oleh filsuf
tersebut.
Di dalam tulisan-tulisannya,ia justru mengkritik dan mencela para filsuf
dan tokoh-tokoh terkenal, seperti Homeros, Arkhilokhos, Hesiodos,
Phythagoras, Xenophanes, dan Hekataios. Meskipun ia berbalik dari ajaran
filsafat yang umum pada zamannya, tetapi bukan berarti ia sama sekali tidak
dipengaruhi oleh filsuf-filsuf itu. Ajaran yang dikemukakan herakleitos pada
kontexs filsafat :
a. Segala Sesuatu Mengalir
"Seseorang tidak bisa dua kali masuk ke sungai yang sama."
Pemikiran Herakleitos yang paling terkenal adalah mengenai perubahan-
perubahan di alam semesta. Menurut Herakleitos, tidak ada satu pun hal di
alam semesta yang bersifat tetap atau permanen. Tidak ada sesuatu yang betul-
betul ada, semuanya berada di dalam proses menjadi. Ia terkenal dengan

18
ucapannya panta rhei kai uden menei yang berarti, "semuanya mengalir dan
tidak ada sesuatupun yang tinggal tetap." Perubahan yang tidak ada henti-
hentinya itu dibayangkan Herakleitos dengan dua cara:
- Pertama, seluruh kenyataan adalah seperti aliran sungai yang mengalir.
"Engkau tidak dapat turun dua kali ke sungai yang sama," demikian kata
Herakleitos. Maksudnya di sini, air sungai selalu bergerak sehingga tidak
pernah seseorang turun di air sungai yang sama dengan yang sebelumnya.
- Kedua, ia menggambarkan seluruh kenyataan dengan api. Maksud api di
sini lain dengan konsep mazhab Miletos yang menjadikan air atau udara
sebagai prinsip dasar segala sesuatu. Bagi Herakleitos, api bukanlah zat
yang dapat menerangkan perubahan-perubahan segala sesuatu, melainkan
melambangkan gerak perubahan itu sendiri. Api senantiasa mengubah apa
saja yang dibakarnya menjadi abu dan asap, tetapi api tetaplah api yang
sama. Karena itu, api cocok untuk melambangkan kesatuan dalam
perubahan.
b. Logos
Segala sesuatu yang terus berubah di alam semesta dapat berjalan dengan
teratur karena adanya logos. Pandangan tentang logos di sini tidak boleh
disamakan begitu saja dengan konsep logos pada mazhab Stoa. Logos adalah
rasio yang menjadi hukum yang menguasai segala-galanya dan menggerakkan
segala sesuatu, termasuk manusia. Logos juga dipahami sebagai sesuatu yang
material, tetapi sekaligus melampaui materi yang biasa.[1] Hal ini disebabkan
pada masa itu, belum ada filsuf yang mampu memisahkan antara yang rohani
dan yang materi.
c. Segala Sesuatu Berlawanan
Menurut Herakleitos, tiap benda terdiri dari yang berlawanan. Meskipun
demikian, di dalam perlawanan tetap terdapat kesatuan. Singkatnya, dapat
dikatakan bahwa 'yang satu adalah banyak dan yang banyak adalah satu.
Anaximenes juga memiliki pandangan seperti ini, tetapi perbedaan dengan
Herakleitos adalah Anaximenes mengatakan pertentangan tersebut sebagai
ketidakadilan, sedangkan Herakleitos menyatakan bahwa pertentangan yang
ada adalah prinsip keadilan. Kita tidak akan bisa mengenal apa itu 'siang'

19
tanpa kita mengetahui apa itu 'malam'. Kita tidak akan mengetahui apa itu
'kehidupan' tanpa adanya realitas 'kematian'. Kesehatan juga dihargai karena
ada penyakit. Demikianlah dari hubungan pertentangan seperti ini, segala
sesuatu terjadi dan tersusun. Herakleitos menegaskan prinsip ini di dalam
kalimat yang terkenal: "Perang adalah bapak segala sesuatu." Perang yang
dimaksud di sini adalah pertentangan. Melalui ajaran tentang hal-hal yang
bertentangan tetapi disatukan oleh logos, Herakleitos disebut sebagai filsuf
dialektis yang pertama di dalam sejarah filsafat.
7. Parmenides
Parmenides adalah seorang filsuf dari Mazhab Elea. Arti nama Parmenides
adalah "Terus Stabil", atau "Penampilan yang stabil". Di dalam Mazhab Elea,
Parmenides merupakan tokoh yang paling terkenal. Pemikiran filsafatnya
bertentangan dengan Herakleitos sebab ia berpendapat bahwa segala sesuatu
"yang ada" tidak berubah. Parmenides menuliskan filsafatnya dalam bentuk
puisi. Ada ratusan baris puisi Parmenides yang masih tersimpan hingga kini.
Puisi Parmenides terdiri dari prakata dan dua bagian. Dua bagian tersebut
masing-masing berjudul "Jalan Kebenaran" dan "Jalan Pendapat". Bagian
prakata dan "Jalan Kebenaran" tersimpan secara lengkap, yakni 111 ayat.
Bagian kedua, "Jalan Pengetahuan", hanya tersimpan sebanyak 42 ayat.
Ajaran yang terkenal dari Parmenides adalah :
1. Pemikiran tentang "Yang Ada"Sunting

Inti utama dari "Jalan Kebenaran" adalah keyakinan bahwa "hanya 'yang
ada' itu ada". Parmenides tidak mendefinisikan apa yang dimaksud "yang
ada", namun menyebutkan sifat-sifatnya. Menurut Parmenides, "yang ada" itu
bersifat meliputi segala sesuatu, tidak berpidandah tempat, tidak berubah, dan
tidak terhancurkan. Selain itu, "yang ada" itu juga tidak tergoyahkan dan tidak
dapat disangkal.

20
Menurut Parmenides, "yang ada" adalah kebenaran yang tidak mungkin
disangkal. Bila ada yang menyangkalnya, maka ia akan jatuh pada kontradiksi.
Hal itu dapat dijelaskan melalui pengandaian yang diberikan oleh Parmenides.
Pertama, orang dapat mengatakan bahwa "yang ada" itu tidak ada. Kedua,
orang dapat mengatakan bahwa "yang ada" dan "yang tidak ada" itu bersama-
sama ada. Kedua pengandaian ini mustahil. Pengandaian pertama mustahil,
sebab "yang tidak ada" tidak dapat dipikirkan dan tidak dapat dibicarakan.
"Yang tidak ada" tidak dapat dipikirkan dan dibicarakan. Pengandaian kedua
merupakan pandangan dari Herakleitos. Pengandaian ini juga mustahil, sebab
pengandaian kedua menerima pengandaian pertama, bahwa "yang tidak ada"
itu ada, padahal pengandaian pertama terbukti mustahil. Dengan demikian,
kesimpulannya adalah "Yang tidak ada" itu tidak ada, sehingga hanya "yang
ada" yang dapat dikatakan ada.
Untuk lebih memahami pemikiran Parmenides, dapat digunakan contoh
berikut ini. Misalnya saja, seseorang menyatakan "Tuhan itu tidak ada!" Di
sini, Tuhan yang eksistensinya ditolak orang itu sebenarnya ada, maksudnya
harus diterima sebagai dia "yang ada". Hal ini disebabkan bila orang itu
mengatakan "Tuhan itu tidak ada", maka orang itu sudah terlebih dulu
memikirkan suatu konsep tentang Tuhan. Barulah setelah itu, konsep Tuhan
yang dipikirkan orang itu disanggah olehnya sendiri dengan menyatakan
"Tuhan itu tidak ada". Dengan demikian, Tuhan sebagai yang dipikirkan oleh
orang itu "ada" walaupun hanya di dalam pikirannya sendiri. Sedangkan
penolakan terhadap sesuatu, pastilah mengandaikan bahwa sesuatu itu "ada"
sehingga "yang tidak ada" itu tidaklah mungkin. Oleh karena "yang ada" itu
selalu dapat dikatakan dan dipikirkan, sebenarnya Parmenides menyamakan
antara "yang ada" dengan pemikiran atau akal budi.
Setelah berargumentasi mengenai "yang ada" sebagai kebenaran, Parmenides
juga menyatakan konsekuensi-konsekuensinya:
- Pertama-tama, "yang ada" adalah satu dan tak terbagi, sedangkan
pluralitas tidak mungkin. Hal ini dikarenakan tidak ada sesuatu pun
yang dapat memisahkan "yang ada".
- Kedua, "yang ada" tidak dijadikan dan tidak dapat dimusnahkan.

21
Dengan kata lain, "yang ada" bersifat kekal dan tak terubahkan. Hal itu
merupakan konsekuensi logis, sebab bila "yang ada" dapat berubah,
maka "yang ada" dapat menjadi tidak ada atau "yang tidak ada" dapat
menjadi ada.
- Ketiga, harus dikatakan pula bahwa "yang ada" itu sempurna, seperti
sebuah bola yang jaraknya dari pusat ke permukaan semuanya sama.
Menurut Parmenides, "yang ada" itu bulat sehingga mengisi semua
tempat.
- Keempat, karena "yang ada" mengisi semua tempat, maka disimpulkan
bahwa tidak ada ruang kosong. Jika ada ruang kosong, artinya
menerima bahwa di luar "yang ada" masih ada sesuatu yang lain.
Konsekuensi lainnya adalah gerak menjadi tidak mungkin sebab bila
benda bergerak, sebab bila benda bergerak artinya benda menduduki
tempat yang tadinya kosong.

C. Filsafat Era Yunani Kuno


Filsafat lahir dan besar di era yunani kuno yaitu masa dimana orang-orang
saat itu mulai beralih dari kepercayaanya terhadap mitos-mitos menjadi logos
(logika) yang dapat dimengerti oleh akal manusia dan tidak lagi hanya sebatas
dongeng. Adapun tokoh-tokoh pada era filsafat yunani kuno ini ialah :
1. Socrates
Socrates adalah seorang filosof dengan coraknya sendiri. . Ajaran filosofinya
tak pernah dituliskannya, melainkan dilakukannya dengan perbuatan, dengan cara
hidup. Socrates tidak pernah menuliskan filosofinya. Jika ditilik benar-benar, ia
malah tidak mengajarkan filosofi, melainkan hidup berfilosofi. Bagi dia filosofi
bukan isi, bukan hasil, bukan ajaran yang berdasarkan dogma, melainkan fungsi
yang hidup. Filosofinya mencari kebenaran. Oleh karena ia mencari kebenaran, ia
tidak mengajarkan. Ia bukan ahli pengetahuan, melainkan pemikir. kebenaran itu
tetap dan harus dicari.
Tujuan filosofi Socrates ialah mencari kebenaran yang berlaku untuk selama-
lamanya. Di sini berlainan pendapatnya dengan guru-guru sofis, yang
mengajarkan, bahwa semuanya relatif dan subyektif dan harus dihadapi dengan

22
pendirian yang skeptis. Socrates berpendapat, bahwa dalam mencari kebenaran itu
ia tidak memikir sendiri, melainkan setiap kali berdua dengan orang lain, dengan
jalan tanya jawab. Orang yang kedua itu tidak dipandangnya sebagai lawannya,
melainkan sebagai kawan yang diajak bersama-sama mencari kebenaran.
Kebenaran harus lahir dari jiwa kawan bercakap itu sendiri. Ia tidak mengajarkan,
melainkan menolong mengeluarkan apa yang tersimpan di dalam jiwa orang.
Sebab itu metodenya disebut maieutik. Socrates mencari kebenaran yang tetap
dengan tanya-jawab sana dan sini, yang kemudian dibulatkan dengan pengertian,
maka jalan yang ditempuhnya ialah metode induksi dan definisi. Kedua-duanya
itu bersangkut-paut. Induksi yang menjadi metode Socrates ialah
memperbandingkan secara kritis. Ia tidak berusaha mencapai dengan contoh dan
persamaan, dan diuji pula dengan saksi dan lawan saksi.
2. Plato
Plato merupakan salah satu tokoh filsuf dari Athena. Plato yang hidup dalam
tahun 427-348 SM dipandang sebagai filsuf yang pertama kali menyebut kata
“idealis” yang ditujukan kepada pengertian rohani. Nama ayahnya Ariston dan
ibunya Periktion. Nama asli Plato sebenarnya Aristokles. Kenapa nama Plato yang
viral bukan nama Aristokles? Karena bahu dan dahi nya yang sangat lebar. Guru
senamnya memberi julukan Aristokles itu dengan sebutan Plato. Maka tidak lama
kemudian nama Plato viral dan orang-orang sekitarnya memanggil Aristokles
dengan sebutan Plato.
Menurut Plato, perbuatan dan tingkah laku manusia dipahamkan dengan cita-
citanya. Sekalipun mengerti bahwa cita-citanya tidak bisa tercapai. Seperti kita
tidak bisa membuat suatu ruang bersudut banyak, sehingga ia menyerupai
lingkaran, sekalipun sudut itu kita tambahi sebanyak-banyaknya. Begitulah juga
kita tidak mungkin mencapai cita-cita keadilan, kemanusiaan, dan lain-lain secara
sempurna. Paling baik kalau kita bisa mendekati cita-cita itu sedekat-dekatnya.
Berikut pemikiran plato yang berpengaruh dalam ilmu filsafat :
a. Pemikiran Plato terhadap manusia
Ilmu yang di dapat oleh Plato tentang manusia tidak putus dari dualisme,
yakni ruh dan badan. Awal mula manusia itu dari ruhnya. Baru setelah itu
muncullah badan dan mereka saling melengkapi antara ruh dan badan. Tapi

23
jika tidak ada ruh maka tidak akan menjadi yang namanya manusia, jika sudah
ada badan tapi ruhnya tidak berfungsi berarti manusia itu sudah meninggal.
1) Pandangan Plato Terhadap Manusia
Manusia menurut Plato merupakan kumpulan jiwa dan raga. Manusia
juga dikatakan mahkluk ganda dikarenakan tubuh manusia bisa berubah
rubah dan tidak bisa dipisahkan dari dunia indra. Asal mulanya manusia
itu dari munculnya ruh. Setelah ruh itu muncul, barulah dilengkapi dengan
jiwa baru setelah itu di lengkapi dengan raga.
Menurut Plato yang dimaksud dengan manusia, pribadinya itu
merupakan dari jiwanya itu sendiri. Sedangkan badan menurut Plato
merupakan dianggap alat yang sangat berguna di suatu waktu.Menurut
Plato, baik adanya keselarasan antara wujud sesuatu dengan tujuan yang
dibuatnya. Manusia yang baik adalah yang mampu menyelaraskan
kekuatan-kekuatan yang ada pada dirinya. Perbedaan hakiki antara
manusia dan hewan terletak pada kapasitas untuk apa ia diciptakan.
Manusia hanya dapat mengaktualkan ketinggian sosialnya dalam
pergaulan sesama anggota masyarakat dengan memberi kontribusi
terbaiknya bagi negara dan kesejahteraan sesamanya.
Menurut Plato, kehidupan yang ideal adalah kehidupan yang
mengantarkan manusia menjadi bijak, berani, mawas diri dan adil.
Kebahagiaan tertinggi terletak dalam kehidupan yang mengarah pada
pencapaian tertinggi dan ide-ide yang paling tinggi.

2) Apakah yang dinamakan Tuhan menurut pendapat Plato?


Pemikiran bahwa dialah sumber segala sesuatu dan tempat kembali
segala sesuatu. Dialah pikiran kebaikan yang ada dengan sendirinya
sebelum ada masa dan akan tetap ada sesudah masa, tidak ada
hubungannya dengan masa dan tidak ada pengaruh masa bagi dirinya.
Daripadanya terbit segala kebenaran yang kekal.
Menurut Plato, segala keadaan di dunia ini tidak kekal, selalu berubah.
Karena itu, dunia yang ditempati manusia ini adalah dunia bayangan,

24
sedangkan dunia cita-cita adalah dunia yang kekal yang tidak berubah.
Dan kalau dunia yang ditempati manusia ini bersifat baru, maka jelas
bahwa tiap yang baru itu mempunyai sebab yang membarukannya. Tidak
dapat diterima akal sesuatu terjadi dengan tidak ada sebab. Jadi, nyata
adanya bahwa alam ini baru, karena ia dilihat, dirasa dan juga berbenda.
Semua sifat ini dapat dirasai. Oleh karena setiap yang dirasai itu kita dapat
mengetahuinya melalu pancaindera. Jadi ada sebab yang mengadakannya.
Plato meletakkan beberapa kaidah untuk mendapatkan pengetahuan
tentang sesuatu. Umpamanya, ia menyebutkan bahwa perasaan lahir
adalah tangga pertama untuk ma’rifat.
Alam ini akhirnya berkesudahan pada satu saja yang tetap. Yang satu
itulah sumber segala sesuatu dan tempat penghabisan segala sesuatu. Asy-
Syihristany dalam kitabnya, “Al-Milal wan-Nihal” menyebutkan bahwa
Plato mengatakan alam ini mempunyai pembuat yang amat indah, pembuat
itu bersifat azaly, wajib ada zatnya, pembuat itu mengetahui segala
keadaan. Pembuat itu telah ada waktu alam ini belum ada rasanya. Alam
itu ada dua. Pertama, alam akal yaitu alam rohani. Kedua, alam lahir,
termasuk disana orang-orang lahir.
Dalam kitab undang-undang Plato, menyebutkan bahwa ada beberapa
perkara yang tidak pantas bagi manusia tidak mengetahuinya. Antara lain,
bahwa manusia itu mempunyai Tuhan yang membuatnya. Tuhan itu
mengetahui segala sesuatu yang diperbuat oleh sesuatu. Tuhan hanya dapat
diketahui dengan cara “negatif”, misalnya, tidak ada misal baginya, tidak
ada ayah dan ibu, maka tidak akan ada anak. Dialah yang menjadikan alam
ini mempunyai aturan dan dia yang mempunyai aturan itu.
b. Pemikiran Plato tentang ide.
Ilmu yang ia dapat tentang ide merupakan inspirasi dari gurunya. Plato
ingin menampakkan jiwa keberaniannya dan keadilannya dan ingin
meneruskan sifat–sifat gurunya lebih dalam.
c. Pemikiran Plato tentang etika.
Etika Plato bersifat intelektual dan rasional. Dasar ajarannya adalah
mencapai budi baik. Budi adalah tahu. Tujuan hidup manusia adalah

25
memperoleh kesenangan. Menurut Plato, ada dua macam budi. Budi Filosofis
dan budi biasa. Sasaran budi filosofis adalah dunia gaib, sedangkan sasaran
budi biasa adalah keperluan materi untuk hidup di dunia ini.
Menurut Plato, jiwa murni sangat rindu kepada dunia asalnya, dunia gaib.
inilah dunia yang hendak dicapai. Plato menyadari bahwa untuk mencapai
dunia asalnya, manusia akan menghadapi banyak rintangan dan hambatan.
Materi merupakan penghalang terbesar, dan meskipun ia dapat disingkirkan,
namun penghalang itu tidak dapat dihapus seluruhnya, karena wujud manusia
sangat terbatas. Dengan kemampuan yang dimiliki, manusia begitu, manusia
dapat mengatasi hambatan yang terdapat pada diri sendiri, namun tugas ini
sangat berat. Manusia harus berjuang untuk mendukung rasionalnya dari
pengaruh jasad yang bertentangan antara baik dan buruk. Dari sinilah,
menurut Plato, munculnya teori etika.
d. Pemikiran Plato tentang politik.
Ajaran politik di umpamakan sebagai negara ideal yang mendekati utopia,
dari hasrat manusia yang akan melahirkan suatu negara. Berdirinya negara itu
seperti manusia. Dia tidak bisa berdiri sendiri sebelum ada bantuan dari orang
lain berdirinya suatu negara itu butuh bantuan dan kerja sama dengan negara
lain. Setiap negara pasti mempunyai kekayaan, biasanya konflik dalam suatu
negara itu terjadi karena adanya ekspansi memperluas wilayah. Maka dari itu,
kita sebagai rakyat untuk memilih pemimpin yang adil dan kenyataan dalam
kebenarannya, dari itulah bagaimana sikapnya dia untuk mengatasi ekspansi
tersebut jika ia melakukan dengan adil maka peperang antar negara itu tidak
akan terjadi.
3. Aristoteles
Aristoteles lahir di Kota Stagira, Macedonia pada 384 SM. Ketika menginjak
usia 17 tahun, Aristoteles pergi ke Athena untuk belajar di Akademi Plato.
Aristoteles tinggal di Athena selama 20 tahun, hingga Plato wafat. Minat
Aristoteles untuk mempelajari sebuah ilmu filsafat lahir ketika berada di bawah
bimbingan Plato. Sedangkan minatnya untuk mempelajari ilmu alam diperkirakan
berasal dari ayahnya. Ayah Aristoteles adalah Nikomakhos, seorang tabib yang
tinggal di dekat Makedonia, di Yunani utara. Jadi tak seperti Sokrates dan Plato,

26
Aristoteles tidak berasal dari Athena. Dia juga tak berasal dari keluarga kaya
seperti halnya Plato, meskipun ayahnya juga bukanlah orang miskin. Semasa
muda, sekitar tahun 350 SM, Aristoteles belajar di Akademi Plato. Plato sendiri
saat itu sydah sangat tua. Aristoteles belajar dengan baik di Akademi, namun dia
tidak pernah menjadi salah satu pemimpinnya, dan ketika Plato meninggal, para
peimpinnya memilih orang lain alih-alih Aristoteles untuk memimpin Akademi.
Kemungkinan Aristoteles merasa kesal akibat tak terpilih.
Tidak lama setelah itu, Aristoteles meninggalkan Athena dan pergi ke
Makedonia dan menjadi tutor bagi pangeran muda Aleksander, yang kelak akan
menjadi Aleksander Agung. Sejauh yang diketahui, Aleksander tidak terlalu
tertarik pada pembelajaran dengan Aristoteles, namun mereka tetap berkawan
baik. Setelah Aleksander tumbuh dewasa dan menjadi raja, Aristoteles kembali ke
Athena dan membuka sekolahnya sendiri di sana, yang dsiebut Lykeum, yang
menjadi saingan Akademi Plato. Kedua sekolah itu sukses selama ratusan tahun.
Aristoteles lebih tertarik kepada ilmu pengetahuan daripada Sokrates ataupun
Plato, mungkin karena ayahnya adalah seorang tabib. Dia ingin menggunakan
metode logika Plato untuk mengetahui bagaimana dunia berjalan; oleh karena itu
Aristoteles dianggap sebagai bapak metode ilmiah. Aristoteles secara khusus
tertarik pada biologi, dalam pengelompokkan tanaman dan hewan dengan cara
yang masuk akal. Ini memang ciri khas kebudayaan Yunani, yang selalu ingin
mengubah ketidakteraturan menjadi keberaturan, menerapkan keberaturan buatan
manusia ke dalam dunia alami yang kacau.
Filsafat Yunani Kuno – Thales hidup sekitar 624-546 SM. Ia adalah seorang
ahli ilmu termasuk ahli ilmu Astronomi. Ia berpendapat bahwa hakikat alamini
adalah air. Segala-galanya berasal dari air. Bumi sendiri merupakan bahan yang
sekaligus keluar dari air dan kemudian terapung-apung diatasnya.
Pandangan yang demikian itu membawa kepada penyesuaian-penyesuain lain
yang lebih mendasar yaitu bahwa sesungguhnya segalanya ini pada hakikatnya
adalah satu. Bagi Thales, air adalah sebab utama dari segala yang ada dan menjadi
akhir dari segala-galanya.Ajaran Thales yang lain adalah bahwa tiap benda
memiliki jiwa. Itulah sebabnya tiap benda dapat berubah, dapat bergerak atau
dapat hilang kodratnya masing-masing. Ajaran Thales tentang jiwa bukan hanya

27
meliputi benda-benda hidup tetapi meliputi benda-benda mati pula.
Meskipun sebagian besar ilmu pengetahuan yang dikembangkannya terasa
lebih merupakan penjelasan dari hal-hal yang masuk akal (common-sense
explanation), banyak teori-teorinya yang bertahan bahkan hampir selama dua ribu
tahun lamanya.] Hal ini terjadi karena teori-teori tersebut dianggap masuk akal
dan sesuai dengan pemikiran masyarakat pada umumnya, meskipun kemudian
ternyata bahwa teori-teori tersebut salah total karena didasarkan pada asumsi-
asumsi yang keliru.
Dapat dikatakan bahwa pemikiran Aristoteles sangat berpengaruh pada
pemikiran Barat dan pemikiran keagamaan lain pada umumnya] Penyelarasan
pemikiran Aristoteles dengan teologi Kristiani dilakukan oleh santo thomas pada
abad ke-13, dengan teologi Yahudi oleh Maimonides (1135 – 1204), dan dengan
teologi Islam oleh Ibnu Rusyid 1126 – 1198 Bagi manusia abad pertengahan,
Aristoteles tidak saja dianggap sebagai sumber yang otoritatif terhadap logika dan
metafisika, melainkan juga dianggap sebagai sumber utama dari ilmu
pengetahuan, atau "the master of those who know", sebagaimana yang kemudian
dikatakan oleh Dante Alighieri.
D. Filsafat Abad Pertengahan
Filsafat abad pertengahan menggambarkan suatu zaman yang baru di tengah-
tengah suatu perkumpulan bangsa yang baru, yaitu bangsa Eropa Barat. Filsafat
yang baru ini disebut skolastik. Abad pertengahan selalu dibahas sebagai zaman
yang khas akan pemikiran eropa yang berkembang pada abad tersebut, dan
menjadikan suatu kendala yang disesuaikan dengan ajaran agama.
Abad pertengahan merupakan kurun waktu yang khas. Secara singkat dapat
dikatakan bahwa dominasi agama kristen sangat menonjol. Perkembangan alam
pikiran harus disesuaikan dengan ajaran agama. Demikian pula filsafat, harus diuji
apakah tidak bertentangan dengan ajaran agama. Jelas, teologi dipandang lebih
tinggi dari filsafat. Filsafat berfungsi melayani teologi. Tapi bukan berarti bahwa
pengembangan penalaran dilarang. Itu masih tetap dilakukan, malahan mencapai
perkembangan yang lebih maju, asal harus diabdikan kepada keyakinan agama.
Dalam sejarah filsafat Barat, abad pertengahan dibagi menjadi dua periode, yakni
masa patristik dan masa skolastik. Baik di Yunani maupun Latin, masa patristik

28
mencatat masa keemasan dengan tokoh dan karya-karya penting. Di bawah ini
diuraikan masing-masing tentang Zaman Patristik dan Zaman Skolastik, serta
tokoh-tokohnya yang terpenting. Di sini semua filsuf tidak mendapat porsi uraian
yang sama. Hanya pemikiran filsuf terpenting yang akan dibahas, itupun terbatas
pada inti-inti ajarannya saja.
Karakteristik Filsafat Barat Abad Pertengahan; 1). Cara berfilsafatnya
dipimpin oleh gereja, 2). Berfilsafat di dalam lingkungan ajaran Aristoteles, 3).
Berfilsafat dengan pertolongan Augustinus dan lain-lain. Masa ini dapat dikatakan
sebagai masa yang penuh dengan upaya untuk menggiring manusia ke dalam
suatu sistem kepercayaan yang picik dan fanatik. Keditaktoran gereja yang
sebenarnya bertujuan untuk menjadikan manusia ke arah hidup yang saleh akan
tetapi malah mengekang kehidupan manusia itu sendiri dalam segala aspeknya.
Filsafat pada jaman ini dikuasai oleh pemikiran keagamaan yaitu Kristiani.
Puncak dari filsafat Kristiani adalah Patristik (Lt. “Patres”/Bapa-bapa Gereja) dan
Skolastik Patristik. Skolastik Patristik dibagi menjadi dua yaitu Patristik Yunani
(Patristik Timur) dan Patristik Latin (Patristik Barat). Tokoh-tokoh Patristik
Yunani antara lain Clemens dari Alexandria (150-215), Origenes (185-254).
Gregorius dari Naziane (330-390), Basilius (330-379). Tokoh-tokoh dari
Patristik Latin antara lain Hilarius (315-367), Ambrosius (339-397), Hieronymus
(347-420) dan Augustinus (354-430). Ajaran dari para Bapa Gereja ini adalah
falsafi-teologis. Ajaran ini ingin memperlihatkan bahwa iman sesuai dengan
pikiran-pikiran paling dalam dari manusia. Ajaran-ajaran ini banyak pengaruh dari
plotinos.
Pada jaman Skolastik pengaruh Ploinus diambil alaih oleh Aristoteles. Pada
masa ini, pemikiran-pemikiran Aristoteles kembali dikenal dalam karya beberapa
filsuf Yahudi maupun Islam yaitu melalui Avicena Ibn. Sina, 980-1037), Averroes
(Ibn. Rushd, 1126-1198) dan Maimonides (1135-1204). Pengaruh Aristoteles
sangatlah besar sehingga ia disebut sebagai “Sang Filsuf” sedangkan Averroes
yang banyak membahas karya Aristoteles dijuluki sebagai “Sang Komentator”.
Pertemuan pemikiran Aristoteles dengan iman Kristiani menghasilkan filsuf
penting sebagian ordo Dominikan dan Fransiskan.

29
Pada Abad Petengahan ini muncullah seorang astronom berkebangsaan
Polandia. Astronom tersebut bernama N. Copernicus. Pada saat itu, N. Copernicus
mengemukakan temuannya bahwa pusat peredaran benda-benda angkasa adalah
matahari (Heleosentrisme). Namun temuan N. Copernicus ini tidak disambut baik
oleh otoritas Gereja sebab mereka menganggap bahwa teori yang dikemukakan
oleh N. Copernicus bertentangan dengan teori geosentrisme (Bumi sebagai pusat
peredaran benda-benda angkasa) yang dikemukakan oleh Ptolomeus. Oleh karena
itulah, N. Copernicus dihukum kurungan seumur hidup oleh otoritas Gereja.
Galilieo Galilei adalah seorang penemu terbesar di bidang ilmu pengetahuan.
Ia menemukan bahwa sebuah peluru yang ditembakkan membuat suatu gerak
parabola, bukan gerak horisontal yang kemudian berubah menjadi gerak vertikal.
Ia menerima pandangan bahwa matahari adalah pusat jagad raya. Dengan
telekospnya, ia mengamati jagad raya dan menemukan bahwa bintang Bimasakti
terdiri dari bintang-bintang yang banyak sekali jumlahnya dan masing-masing
berdiri sendiri. Karena pandangannya yang bertentangan dengan tokoh Gereja
akhirnya di hukum mati.

30
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Studi filsafat berawal dan berkembang di era yunani kuno yaitu kurang
lebih 2500 tahun yang lalu, dipicu oleh tokoh-tokoh filsuf yang mulai berfikir
secara rasional (dengan logika) tidak lagi mengandalkan mitos dan dongeng
semata. Pada masa yunani masyarakat mulai mencari kebenaran dari alam,
manusia, etika, dewa, dan sebgainya. Bisa disebut juga masa ini adalah
peralihan dari mitos ke logos. Berikut adalah tokoh-tokoh yang berperan
penting dalam ilmu filsafat :

1. Tokoh pra yunani kuno


a. Thales (626-548 SM)
b. Anaximander (610-546 SM)
c. Anximenes (585-526 SM)
d. Pythagoras (570-495 SM)
e. Xenophenes (570-480 SM)
f. Herakleitos (540-480 SM)
g. Parmenides (540-470 SM)
2. Tokoh yunani kuno
a. Socrates (470-399 SM)
b. Plato (427-347 SM)
c. Aristoteles (384-322 SM)

Merakalah yang berperan penting dalam majunya peradaban manusia, karena


ilmu filsafat manusia lebih dituntut berfikir secara rasional (masuk dalam logika)
tidak hanya mengandalakan dongeng dan mitos. Semenjak konsep berfikir
dipopulerkan oleh mereka maka lahirlah berbagai macam ilmu pengetahuan. Dan
filsafat berkembang hingga abad pertengangah sampai abad modern sekarang ini.

31
B. Saran

Pennyusun berharap dengan dibuatnya makalah ini bisa menambah


pengetahuan dan wawasan penyusun sendiri beserta para pembaca. Penyusun
berpesan agar dalam berfilsafat kita harus bepegang dalam agama dalam artian
dapat membedakan mana yang bisa diterima secara logis dan mana yang
hanya sebatas kita imani saja. Dan tentunya pembuatan makalah (awal studi
filsafat) ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penyusun
berharap adanya saran dan kritik dari para pembaca pembaca yang sifatnya
membangun.

32
DAFTAR PUSTAKA

 Muliadi, 2020. Filsafat umum. Bandung : Fakultas Ushuluddin UIN


Sunan Gunung Djati Bandung

 Charles H.Patterson, Garis Besar Kursus Cliff: Filsafat Barat.


 Dr. Hamzah Ya’kub, Filsafat Ketuhanan.
 Frederick Charles Copleston, Filsafat Plato.
 Mohammad Hatta, Alam pikiran Yunani.
 Prof. Dr. Ahmad Tafsir, Filsafat Umum.
 T.V. Smith, ed. 1956. Philosophers Speaks for Themselves: From Thales
to Plato. Chicago, London: The University of Chicago Press.
 onathan Barnes. 2001. Early Greek Philosophy. London: Penguin.

Anda mungkin juga menyukai